UAP REV 23 Maret 2022
UAP REV 23 Maret 2022
P DENGAN
Oleh :
AULIAUR ROKHIM
(NRP : 20.20200302.20)
Judul : Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. P dengan UAP di Instalasi Gawat darurat
Telah berhasil dipertahankan dihadapan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan
Mengetahui
Penguji
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. S Dengan UAP”.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah
ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril
maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Fitri, selaku direktur RS. Hermina Solo yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti diklat.
2. Br. Andi selaku kepala ruangan IGD Hermina Solo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti diklat gadar III.
3. Br. Untung selaku pembimbing klinik di IGD Hermina Solo yang telah membimbing
dalam pengambilan kasus.
5. Keluarga pasien yang bersedia meluangkan waktu dan bersedia membantu dalam
menyelesaian makalah ini.
Semoga segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap laporan karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT memberi
berkahnya bagi kita semua Amin.
Surakarta, 25 Des 2021
Auliaur Rokhim
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 3
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian .......................................................................................... 39
2. Diagnosa keperawatan ......................................................................... 39
3. Perencanaan Keperawatan .................................................................... 40
4. Implementasi Keperawatan .................................................................. 40
5. Evaluasi keperawatan ........................................................................... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ ........... ... 42
B. Saran ....................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah PTM atau lebih banyak dikenal dengan masyarakat yaitu penyakit tidak menular
adalah salah satu penyebab tertingginya angka kematian di dunia. Setiap tahunnya lebih dari
36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM). Secara global PTM
penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler (Infodatin,
2018). Untuk data di Indonesia prevelensi penyakit jantung di masyarakat semakin hari
semakin meningkat, prevelensi mencapai 7,2% (Kemenkes, 2018). Untuk di Kota Solo
prevelensi penyakit jantung pada tahun 2020 meliputi CHF 161 pasien, AMI 76 pasien, PJK
76 Pasien, Cardiac arreat 40 pasien. (Profil kesehatan kota solo, 2020). Di RS Hermina Solo
prevalensi untuk data penyakit jantung pada angka 121 pada tahun 2020. (MR RSHSL,
2020).
Salah satu jenis penyakit jantung yang paling banyak ditemui adalahAcute Coronary
Syndorme (ACS). ACS adalah penyakit yang disebabkan olehterjadinya ateroskleosis atau
pembentukan plak pada pembuluh darah yang mana akan menghambat proses aliran darah
di miokard, ACS meliputi UAP (Unstable Angina Pectoris), STEMI (Infark miokard elevasi
dengan segment ST) dan NSTEMI (Infark miokard tanpa elevasi segment ST) (Douglas,
2010). Prevelensi NSTEMI dan UAP lebih tinggi dimana pasien-pasien yang mengalami ini
biasanya dengan berusia lanjut dan memiliki lebih banyak komorbiditas. Selain itu,
mortalitas awal NSTEMI dan UAP lebih rendah dibandingkan STEMI namun setelah
berjalan 6 bulan, mortalitas keduanya berimbang dan secara jangka panjang, mortalitas
NSTEMI lebih tinggi (PDSKI2015).
Penyakit UAP disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan yang terjadi dikoroner sehingga
akan terjadi penurunan supalai oksigen dan memperberat kerja jantung (Starry,2015).
Obstruksi pada pasien UAP disebakan karena adanya trombosis akut dan proses
vasokonstriksi koroner. Terjadinya trombosis akut diawali dengan ruptur plak aterom yang
tidak stabil. Plak tersebut akan menyebabkan proses inflamasi dilihat dari jumlah makrofag
dan limfosit T (Hendriarto, 2014). Faktor risiko UAP meliputi jenis kelamin, usia, riwayat
keluarga dengan kardiovaskuler serta adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, hyperlipidemia, diabetes melitus, gaya
hidup dan merokok (Jeff C, 2010).
Gejala klinis pasien dengan UAP yang akan muncul pada pemeriksaan penunjang adalah
terjadinya perubahan hasil rekaman jantung. Kadang -kadang akan ditemukan hasil EKG-
nya normal secara keseluruhan namun untuk proses lanjut diagnosa yaitu terjadinya
peningkatan pada hasil labor berupa tromponin I ataupun tromponin T dimana ini
merupakan enzim yang berada pada jantung. Kemudian pada klien dengan angina tidak
terjadinya peningkatan pada enzim jantung, yang mana ini berbeda padapasien UAP (Alwi,
2010).
Selain terjadinya kelainan pada hasil EKG, keluhan yang sering muncul pada UAP adalah
perasaan tidak nyaman (nyeri) dada yang biasanya nyeri ini akan menjalar ke punggung,
leher, bahu dan epigastrium dimana qualitas nyeri ini seperti ditusuk- tusuk,diremas- remas,
ditekan atau bahkan sampai seperti ditindih. waktu biasanya nyeri yang dirasakan
berlangsung lebih lama. Selain perasaan nyeri klien atau pasien biasanya akan mengeluh
mual, muntah, sesak atau dyspnea, sakit kepala, rasa berdebar- debar, cemas bahkan sampai
keringat dingin. Pada saat pasien dengan UAP datang ke rumah sakit biasanya mereka
banyak ditemui dengan gejala nyeri dada yang sangat dan sesak nafas (Tri, 2015).
Berdasarkan uraian diatas dan melihat pentingnya peran perawat maka penulis merasa
tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai bagaimana memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan UAP di instalasi gawat darurat RS Hermina Solo, dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang penulis tuangkan dalam bentuk makalah.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Perawat dapat melakukan asuhan keperawatan Gawat Darurat pada pasien UAP
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian keperawatan Gawat Darurat pada kasus UAP
b. Mengetahui diagnosa gawat darurat yang muncul pada pasien UAP
c. Mengetahui rencana tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien UAP
d. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien
UAP
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien UAP
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada. Angina pectoris juga
merupakan istilah yang umum digunakan dalam kesehatan untuk menggambarkan rasa
dari nyeri dada yang disebabkan oleh iskemia miokard. Istilah angina berasal dari
bahasa latin yang artinya tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari
(Morton, 2017).
Angina pectoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang refersibel dan sementara (Robbins, 2017). Angina pectoris adalah
nyeri hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang
tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung,
ke rahang atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi berdasarkan pengertian di atas,
dapat disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen
yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.
B. Etiologi
Angina pectoris disebabkan oleh banyak hal seperti kerusakan arteri koroner,
insufisiensi katup aorta, hingga anemia berat.
1. Penyakit arteri koroner
a. Aterosklerosis membuat dinding arteri mengalami penyempitan sehingga
mengganggu suplai darah ke jantung. Selain itu aterosklerosis juga
menyebabkan kekakuan pada dinding pembuluh darah shingga meningkatkan
resistensi pembuluh darah. Peningkatan resistensi pembuluh darah ini
menyebabkan aliran darah menjadi terhambat sehingga suplai darah menjadi
kurang dan memicu angina pectoris.
b. Spasme arteri koroner dapat disebabkan oleh aktivitas saraf simpatik maupun
penyalahgunaan zat tertentu misalnya kokain. Penyempitan arteri koroner
dapat menghambat aliran darah sehingga mengurangi suplai darah ke otot
jantung.
2. Insufisiensi aorta
Suatu kondisi dimana katup aorta tidak menutup secara efisiensehingga
memungkinkan darah bocor kembali ke ruang jantung ventrikel kiri. Hal ini
menyebabkan penurunan volume sekuncup dan curah jantung. Penurunan curah
jantung ini dapat menurunkan aliran darah ke arteri koroner sehingga memicu
terjadinya angina pectoris.
3. Anemia berat
Kondisi ini merupakan salah satu pemicu iskemia pada berbagai jaringan dan
organ tubuh manusia, termasuk jantung. Saat terjadi peningkatan aktivitas jantung
sedangkan darah tidak mampu memberikan oksigen yang adekuat, maka dapat
memicu terjadinya angina pectoris.
Selain itu terdapat beberapa faktor resiko yang menempatkan seseorang termasuk ke
dalam kategori resiko tinggi atau rendah. Usia dan jenis kelamin merupakan faktor
resiko yang tidak dapat di ubah. Kemudian pola hidup yang tidak sehat juga menjadi
faktor resiko terjadinya serangan angina pectoris. Merokok dan konsumsi minumam
beralkohol merupakan pemicu aterosklerosis penyebab angina pectoris. Sementara itu
pola makan yang tidak sehat juga berkontribusi terhadap resiko angina pectoris (Wijaya,
2015).
Klasifikasi Angina Pectoris (Nurarif, 2016) :
1. Angina Stabil
Angina stabil adalah nyeri dada yang kemungkinan terjadi karena aktifitas. Gejala
dari angina stabil biasanya terjadi karena berkurangnya oksigen miokardium,
pemakaian oksigen dan suhu yang ekstrim. Penanganan pada angina stabil yaitu
dengan pemberian nitrogliserin dan istirahat. Pada beberapa pasien juga
menggunakan kalsium chanel bloker dan beta adrenergic blockers.
2. Angina Prinzmetal (varian)
Karakteristik dari nyeri dada pada angina prizmetal (Varian) terjadi pada saat
istirahat atau tidak beraktivitas. Penyebab angina variant yaitu karena adanya
vasospasme arteri koroner, dimana dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen neokardium dan adanya segmen ST elevasi. Jenis ini penanganannya dengan
kalsium chanel blockers.
3. Angina Tidak Stabil
Angina tidak stabil terjadi pada pasien pada saat istirahat dan bisa juga terjadi pada
pasien dengan aktifitas terbatas.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari angina pectoris antara lain (Nurarif, 2016) :
1. Angina tidak stabil
a. Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada
retrosternal atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan
kiri, dan bahu.
b. Timbul waktu istirahat atau kerja ringan
c. EKG : Normal
d. Mual, muntah, palpitasi
e. Enzim jantung negatif
f. Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
2. Angina Stabil
a. Muncul ketika melakukan aktivitas berat
b. Nyeri sering menyebar ke lengan, leher, bahu dan punggung.
c. Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
d. Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
b. EKG : EKG merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia dengan
menggambarkan tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode
nyeri memberi kesan adanya kekakuan arteri koroner dan meluasnya otot
jantung menandakan adanya atau terjadinya iskemia.
c. Latihan EKG : Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda
yang tidak berjalan sampai mencapai 85% dari frekuensi jantung. EKG atau
vital sign mungkin mengindikasikan adanya iskemia
d. EBCT (Electron Beam Computed Temography) : Tindakan non invasive ini
memungkinkan mendeteksi jumlah dari kalsium dalam arteri koroner. Karena
klasifikasi terjadi dengan adanya pembentukan dari plak aterosklerosis
dikoroner. Tingginya nilai kalsium koroner mempunyai hubungan dengan
penyakit sumbatan koroner.
e. Koroner Angiography : Angiography merupakan tes atau pemeriksaan
diagnostic yang paling akurat dalam menegakkan diagnose adanya sumbatan
pada arteri koroner karena adanya aterosklerosis.
f. Foto Thoraks : Foto thorak adalah teknik yang mudah untuk melihat atau
mendeteksi adanya cardiomegaly dan penyebab nyeri dada yang bukan pada
bagian jantung (misalnya; pleuritis atau pneumonia).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Ketika sel miokardium mengalami kerusakan karena adanya infark, biokimia dalam
aliran darah dapat dideteksi dengan tes laboratorium.
a. Kreatinin Kinase
Kreatinin kinase adalah enzim yang ditemukan di jantung dan otot skeletal.
Ketika otot jantung mengalami kerusakan, kreatinin kinase beredar dalam
darah. Tingkat kreatinin kinase menjadi tidak normal ketika 6-8 jam setelah
onset infark, memuncak pada 12-28 jam, dan berkurang atau menurun atau
kembali normal dalam 24-36 jam. Isoenzim dari kreatinin kinase
adalahttindakan yang menentukan apakah kreatinin kinase berasal dari jantung
(MB) atau dari otot skeletal. Tingginya CK-MB menandakan adanya indikasi
dari kerusakan miokardium. Untuk pasien IM, CK-MB terlihat dalam serum,
dalam 3-12 jam, memuncak pada 24 jam, dan kembali normal dalam 48-72
jam. CK-MB positif ketika lebih besar 3% dari total kreatinin kinase.
Nilai normal :
Total kreatinin kinase Pria : 60 – 400 u/L
Total kreatinin kinase wanita : 40 – 150 u/L
CK-MB : < 3% atau 0 – 7,5 ng/ml
b. Troponin
Troponin adalah komponen dasar dari otot jantung yang menyebabkan
kontraksi dari otot jantung. Troponin tidak ditemukan pada orang yang sehat.
Troponin dibagi menjadi 2 yaitu troponin I dan troponin T.
1) Troponin I dan troponin T sangat bagus untuk digunakan dalam diagnose
IMA. Troponin I; meningkat dalam 3-12 jam, memuncak 24 jam, dan tetap
meningkat dalam 5-10 hari. Troponin I sangat spesifik dan sensitive
indikasi dari IMA dan tidak meempengaruhi dari penyakit lainnya atau
injuri dari otot lain kecuali otot jantung.
2) Troponin T : mirip dengan CK-MB, meningkat dalam 3 – 6 jam setelah
nyeri, dan tetap meningkat dalam 14 – 21 hari. Troponin dapat ditemukan
sampai 6 jam setelah gejala dimulai. Oleh karena itu, AHA
merekomendasikan bahwa pasien yang meempunyai troponin negative
pada 6 jam dari gejala onset hingga 8 – 12 jam setelah onset.
Nilai Rujuk :
Troponin I : < 0,6 ng/ml
>1,5 ng/ml konsisten dengan IM
Troponin T : > 0,1-0,2 ng/ml konsisten dengan IM
Dapat dideteksi pada batas rendah 0,08 ng/ml
c. Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang mengikat oksigrn yang ditemukan pada tulng
dan otot jantung. Pengeluaran myoglobin dari otot yang mengalami iskemia
lebih dulu darri pada pengeluaran kreatinin kinase. Sehingga peningkatan
serum myoglobin dapat diketahui segera setelah gejala onset. Myoglobin
meningkat dalam 1-4 jam dari IMA dan memuncak dalam 6 – 7 jam. Karena
myoglobin juga berada dalam otot skeletal maka peningkatan myoglobin tidak
dapat mendiagnosa IM secara spesifik. Nilai rujuk : Myoglobin 50 – 120
ug/ml
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subyektif
A. Keluhan Utama
Meliputi keluhan utama yg dirasakan pasien saat masuk ke IGD
B. Riwayat penyakit sekarang
Dikaji sejak pasien di IGD meliputi keluhan, berapa lama keluhan terjadi, dan
ftrekuensi
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, atau riwayat operasi sebelumnya
D. Riwayat penyakit Kleuarga
Adakah penyakit keturunan
E. Riwayat Alergi
Adakah riwayat alergi makanan, obat, lateks atau alergi lainya
F. Riwayat penggunaan obat sebelumnya
Seperti penggunaan obat anti nyeri atau obat lainya
DATA OBYEKTIF
a. TTV pasien : TD, HR, RR, Suhu, SPO2
b. Keadaan umum : CM, Apatis, Somnolent, Sopor, Soporocoma dan coma
c. Assesmen resiko jatuh
d. Assesmen nyeri
e. Skrining gizi
f. Assesmen fungsional
g. Masalah keperawatan dan rencana keperawatan serta tindakan evaluasi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
2) Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakpahaman proses dan
pengobatan penyakit
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Instruksikan pasien untuk 1. NTG mempunyai efek sebagai
berhubungan tindakan pemberian NTG vasodilator, yang menyebabkan
dengan keperawatan selama sublingual. Pada saat aliran darah ke miokardium
ateroskelorosis 1 x 2 jam nyeri pemberian NTG minta lebih terpenuhi, sehingga nyeri
atau spasme terkontrol, dengan pasien untuk duduk dan dada pun berkurang.
koroner kriteria hasil : berbaring. 2. Ketidaknyamanan dari angina
1. Pasien 2.Monitor karakteristik sering susah dijelaskan oleh
melaporkan nyeri; kualitas, lokasi, pasien.
ketidaknyamanan skala, dan durasi nyeri. 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
mulai berkurang. 3.Instruksikan pasien untuk myocard sehingga
2. Pasien tampak rileks dan istirahat. mengembalikan keseimbangan
rileks dan 4.Kolaborasi pemberian antara suplai oksigen dan
nyaman. oksigen kebutuhan.
5.Monitor tanda-tanda vital 4. Meningkatkan saturasi oksigen
selama nyeri dada. sehingga arteri membawa lebih
6.Menilai gambaran EKG banyak oksigen ke otot jantung
untuk melihat perubahan dan mengurangi suplai oksigen
segmen ST dan dan kebutuhan yang tidak
gelombang T. seimbang.
5. Tekanan darah dan nadi
biasanya meningkat setelah
rangsangan simpatik selama
nyeri. Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi dan
hasil tekanan darah dapat turun
atau drop.
6. Perbedaan antara angina dan IM
sangat penting dalam membuat
implementasi intervensi yang
tepat.
4. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji tekanan darah, 1. Takikardi dapat terjadi karena
jantung tindakan adanya sianosis dan nyeri, cemas, hipoksemia, dan
berhubungan keperawatan selama status pernapasan. menurunnya curah jantung.
dengan 1x 2 jam diharapkan 2. Mempertahankan tirah 2. Menurunkan kebutuhan oksigen
disfungsi peningkatan curah baring pada posisi dan menurunkan kerja jantung.
konduksi listrik jantung, dengan nyaman selama episode 3. Penghematan energy dan
kriteria hasil : akut menurunkan kerja jantung.
1. Menunjukkan 3. Berikan kesempatan 4. NTG mempunyai efek sebagai
penurunan curah kepada pasien untuk vasodilator, yang menyebabkan
jantung teratasi istirahat yang adekuat aliran darah ke miokardium
dibuktikan dan bantu dalam lebih terpenuhi, sehingga nyeri
dengan melakukan ADL dada pun berkurang.
keefektifan 4. Kolaborasi dengan dokter
pompa jantung, untuk pemberian obat
status sirkulasi anti aritmia, nitrogliserin
dan perfusi dan fasodilator untuk
jaringan. mempertahankan
2. Menunjukkan kontraktilitas prelod dan
status sirkulasi afterlod.
dibuktikan
dengan tekanan
darah dalam batas
normal, bunyi
napas tambahan
tidak ada, distensi
vena jugularis
tidak ada.
Setelah dilakukan
5. Ansietas tindakan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Perasaan yang tidak
berhubungan keperawatan selama dari ansietas. diekspresikan dapat
dengan ancaman 1x 2 jam diharapkan 2. Berikan informasi tentang menimbulkan kekacauan
kematian klien dalam keadaan penyakit dan prognosis internal.
rileks dan tidak pasien. 2. Menurunkan cemas dan takut
cemas dengan 3. Dorong pasien untuk terhadap diagnose dan
kriteria hasil: mengekspresikan prognosis penyakit.
1. Pasien dalam perasaan pada orang yang 3. Membantu pasien dalam
tenang, tidak penting pada pasien. mengurangi tingkat kecemasan.
ditemukan 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Membantu pasien untuk dapat
adanya palpitasi. pemberian obat rileks.
2. Pasien (misalnya, sedative)
mengekspresikan
perasaan yang
positif.
3. Pasien dapat
menunjukkan
koping dalam
memecahkan
masalah.
4. Pasien
melaporkan
cemas berkurang
atau teratasi.
4. Evaluasi
No. Waktu Evaluasi Ttd
Dx
Hari, tanggal, tahun, jam S : apa yang di rasakan / di katakan pasien
O : observasi keadaan umum pasien
A : diagnosa teratasi / belum teratasi
P : planning / rencana selanjutnya
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA TN. P DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP)
DI RS HERMINA SOLO
Tanggal & Jam MRS : Sabtu, 25 des 2021, pukul 07:17 WIB
Tanggal & Jam Pengkajian : Sabtu, 25 des 2021, pukul 08:30 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa & Alloanamnesa
I. PENGKAJIAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Klien Tn. P mengatakan “Nyeri dada kiri”.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien Tn. P mengatakan “nyeri dirasakan sejak 1 hari yang lalu saat dirumah,
nyeri dada kiri terasa sampai menembus ke belakang terkadang nyeri terasa tiba-
tiba saat bergerak dan beraktifitas, terasa sangat nyeri sekali dada kiri sampai
menembus ke belakang, bahkan terasa saat sedang tidak beraktifitas.
P : Nyeri terasa saat beraktifitas
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri di bagian dada menembus sampai belakang
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri terasa hilang timbul
b. Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal dunia
: Perempuan : Klien
: Tinggal serumah
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5/5 5/5
Rentang gerak Aktif Aktif
Akral Teraba Hangat Teraba Hangat
Edema Tidak Ada Edema Tidak Ada Edema
CRT <2 detik <2 detik
Perubahan Tidak Ada Perubahan Tidak Ada Perubahan
Bentuk Tulang Bentuk Tulang Bentuk Tulang
3. Balance Cairan
Intake Output Analisa
a. Minuman 250 cc/2 Jam a. Urine 250 cc/2 Jam Intake : 440 cc/2 Jam
b. Makanan 50 cc/2 Jam b. Feses - cc/2 Jam Output : 300 cc/2 Jam
c. Cairan IV 120cc/2 Jam c. Muntah – cc/2 Jam
d. Obat Terapi DPJP : d. IWL 50 cc/2 Jam
20cc/24 jam
Balance : + 140 cc/2
Total : 440 cc/2 Jam Total : 300 cc/2 Jam
Jam
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Tn.P
Tanggal Lahir/Umur : 29.09.1939 (79 Tahun)
Tanggal Pemeriksaan : 25 des 2021 08:01
Jenis Keterangan
Nilai Normal Satuan Hasil
Pemeriksaan Hasil
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 11.8 – 17.5 g/dl 14.4
Hematokrit 33 – 45 % 45
Leukosit 4.5 – 11.0 ribu/ul 5.4
Trombosit 150 - 450 ribu/ul 159
Eritrosit 4.50 – 5.90 juta/ul 4.69
Index Eritrosit
MCV 80.0 – 96.0 /um 95.2
MCH 28.0 – 33.0 pg 30.7
MCHC 33.0 – 36.0 g/dl 32.3 Low
RDW 11.6 - 14.6 % 11.0 Low
MPV 7.2 – 11.1 fl 8.6
PDW 25 – 65 % 18 Low
Hitung Jenis
Eusinofil 0.00 – 4.00 % 3.90
Basofil 0.00 – 2.00 % 0.20
Netrofil 55.00 - 80.00 % 64.30
Limfosit 22.00 – 44.00 % 20.40 Low
Monosit 0.00 – 7.00 % 11.20 High
Hemostatis
PT 10.0 – 15.0 detik 12.9
APTT 20.0 – 40.0 detik 33.1
INR - 0.990
Kimia Klinik
Gula Darah 60 – 140 mg/dl 85
Sewaktu
Creatinine 0.8 – 1.3 mg/dl 1.7 High
Ureum <50 mg/dl 33
Elektrolit
Natrium Darah 132 – 146 mmol/L 136
Kalium Darah 3.7 – 5.4 mmol/L 4.4
Kalsium Ion 1.17 – 1.29 mmol/L 1.05 Low
Urologi
Hepatitis
HbsAg Non Reactive
Troponin I ng/L <2 Patients
Suspected
NSTEMI
2. Pemeriksaan Penunjang
Nama : Tn.P
Tanggal Lahir/Umur : 29.09.1939 (79 Tahun)
Tanggal Pemeriksaan Sabtu, 25 des 2021
Hari/
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Tanggal
Hari/
No Tgl Data Fokus Problem Etiologi Symptom
/Jam
1. Sabtu, DS : Nyeri Akut Agen 1. Keluhan tentang
25 des Klien Tn. P mengatakan Cedera karakteristik
08:05 “dada terasa nyeri Biologis nyeri
sekali”. 2. Ekspresi wajah
P : Nyeri terasa saat nyeri
beraktifitas 3. Keluhan tentang
Q : Nyeri terasa seperti intensitas nyeri
tertusuk-tusuk
R : Nyeri di bagian dada
menembus sampai
belakang
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri terasa hilang
timbul
DO :
- Klien Tn. P tampak
meringis kesakitan
menahan nyeri
- Klien Tn. P tampak
melindungi daerah area
yang nyeri (dada kiri)
- Klien Tn. P tampak
keluar keringat dingin
- Klien Tn. P mengeluh
terasa nyeri dengan
durasi >15 menit
- Klien Tn. P tampak
merasa gelisah karena
nyeri sangat terasa dan
tidak hilang dengan
istirahat
- Tampak peningkatan
tekanan darah dari
rentang nilai normal,
TD. 135/85 mmHg
2. Sabtu, DS : Penurunan Perubahan 1. Perubahan
25 des Klien Tn. P mengatakan Curah Kontraktilitas gambaran EKG
2021 lemas saat beraktifitas Jantung 2. Rasa nyeri yang
08.10 - Klien Tn. P tampak hilang timbul
lemas dan lemah dengan durasi
- Akral teraba hangat >15 menit
- CRT <2detik 3. Kelelahan
- Hasil pemeriksaan
rontgen Thoraks PA :
1) Cardiomegaly
- Perubahan gambaran
EKG :
1) Irama Sinus Rhytm
(SR)
2) Heart Rate 68 bpm
3) Normoaxis
4) Adanya T inverted
3. Sabtu, DS : Intoleransi Ketidaksei
25 des Klien Tn. P mengatakan Aktifitas mbangan 1. Ketidaknyaman
2021 dada terasa nyeri dan Antara Suplai an setelah
08.15 kelemahan saat dan aktifitas
beraktifitas Kebutuhan 2. Kelemahan dan
DO : Oksigen kelelahan
- Aktifitas dan Latihan 3. Aktifitas dan
(ADL) dibantu Latihan dibantu
- Ketidakmampuan
melakukan aktifitas
secara mandiri
- Tampak disertai keluar
keringat dingin
- Tampak terpasang O2
Nasal Kanul 3 lpm
- SPO2. 99%
- TD. 135/85 mmHg
- Suhu. 36.3oC
- Klien Tn. P tampak
lemas dan lemah
- CRT <2detik
- Hasil pemeriksaan
rontgen Thoraks PA :
1) Cardiomegaly
- Perubahan gambaran
EKG :
1) Irama Sinus Rhytm
(SR)
2) Heart Rate 68 bpm
3) Normoaxis
4) Adanya T inverted
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa INTERVENSI
No KRITERIA HASIL
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya petunjuk
Agen Cedera keperawatan selama 1 x 2 jam, non-verbal ketidaknyamanan.
Biologis diharapkan masalah keperawatan 2. Lakukan pengkajian nyeri
nyeri akut dapat teratasi, dengan komprehensif yang meliputi
kriteria hasil pasien mampu : lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mengenali kapan nyeri terjadi frekuensi, kualitas, intensitas
2. Menggambarkan faktor dan faktor pencetus.
penyebab nyeri 3. Ajarkan penggunaan teknik
3. Melaporkan perubahan terhadap non farmakologi seperti
gejala nyeri pada tenaga medis (relaksasi nafas dalam, terapi
4. Melaporkan nyeri yang musik, relaksasi
terkontrol terbimbing/guided imagery dan
5. Menggunakan tindakan hypnotheraphy) untuk
pengurangan nyeri tanpa penurunan rasa nyeri).
analgesik (non farmakologi) 4. Periksa tingkat
6. Mengenali apa yang terkait ketidaknyamanan bersama
dengan gejala nyeri pasien, catat perubahan dalam
rekam medis pasien.
5. Berikan informasi mengenai
nyeri seperti penyebab nyeri ,
berapa lama nyeri dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur.
6. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman
nyeri.
7. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.
8. Kolaborasi dengan pasien,
keluarga dan tim kesehatan
untuk mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri non
farmakologi sesuai kebutuhan.
9. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi medis.
2. Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor EKG.
Jantung b.d keperawatan selama 1 x 2 jam, 2. Monitor tanda-tanda vital.
Perubahan diharapkan masalah keperawatan 3. Observasi perubahan tekanan
Kontraktilitas Penurunan Curah Jantung dapat darah.
teratasi, dengan kriteria hasil pasien 4. Anjurkan untuk menurunkan
mampu : kecemasan dan stress akibat
1. Keseimbangan intake dan output proses penyakit.
dalam 24 jam 5. Anjurkan klien untuk istirahat
2. Kelelahan dan kelemahan dan bedrest.
berkurang 6. Monitor toleransi aktivitas
3. Dyspneu berkurang klien.
4. Intoleransi aktivitas 7. Kolaborasi dalam pemberian
5. Saturasi oksigen normal terapi farmakologi.
8. Monitor status oksigen.
3. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan
b.d keperawatan selama 1 x 2 jam, perawatan diri secara mandiri.
Ketidakseimbangan diharapkan masalah keperawatan 2. Bantu aktifitas dan latihan
Antara Suplai dan Intoleransi Aktifitas dapat teratasi, klien agar terpenuhi.
Kebutuhan Oksigen dengan kriteria hasil pasien mampu : 3. Ajarkan keluarga untuk
1. Frekuensi nadi meningkat mendukung dan membantu
2. Saturasi oksigen meningkat aktifitas klien.
3. Tekanan darah dalam rentang 4. Monitor kebutuhan klien
normal terkait dengan alat-alat
4. Kekuatan tubuh meningkat kebersihan diri.
5. Kemudahan bernafas saat 5. Monitor intake asupan nutrisi
beraktifitas untuk mengetahui sumber
6. Kemudahan dalam beraktifitas energi yang adekuat.
sehari-hari
7. Dapat melakukan Aktifitas dan
Latihan (ADL) secara mandiri
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No
Tgl/ Implementasi Respon Ttd
Dx
Jam
Sabtu, 1. Memberikan relaksasi nafas S : Klien Tn. P mengatakan nyeri AUL
25 des dalam untuk mengurangi nyeri dada sedikit berkurang
2021 P : Nyeri terasa saat beraktifitas
08:20 Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk
R : Nyeri di bagian dada
menembus sampai belakang
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri terasa hilang timbul
O : Pasien tampak lebih tenang
O:
- Aktifitas dan Latihan (ADL)
dibantu
- Ketidakmampuan melakukan
aktifitas secara mandiri
- Klien Tn. P tampak meringis
kesakitan
- Tampak disertai keluar keringat
dingin
- Tampak terpasang O2 Nasal Kanul
3 lpm
- SPO2. 99%
- Klien Tn. P tampak lemas dan
lemah
Sabtu, 2. Memonitor tanda-tanda vital. S:- AUL
25 des
2021 O:
08:20 - Kesadaran composmetis
- Tampak terpasang O2 Nasal Kanul
3 lpm
- SPO2. 99%
- TD. 135/85 mmHg
- Gambaran EKG Sinus Rhytm (SR)
- RR. 17 x/menit
- HR. 68 x/menit
- Suhu. 36.3oC
- Klien Tn. P tampak lemas dan
lemah
Sabtu, 1. Berkolaborasi dalam S : Klien Tn. P mengatakan “nyeri AUL
25 des pemberian terapi farmakologi : sedikit berkurang ”.
2021 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam. P : Nyeri terasa saat beraktifitas
08:25 Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk
R : Nyeri di bagian dada
menembus sampai belakang
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri terasa hilang timbul
O:
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam telah
diberikan melalui IV.
- Klien Tn. P tampak lebih nyaman.
Sabtu, 2. Memonitor hasil pemeriksaan S : AUL
25 des EKG Klienn Tn. P. Klien Tn. P mengatakan “dada terasa
2021 nyeri sekali hingga membuat kepala
08:30 terasa seperti tertekan benda berat
dan merasa lemas”.
O:
- Klien Tn. P tampak meringis
kesakitan menahan nyeri
- Tampak nyeri tidak hilang dengan
istirahat
- Tampak disertai keluar keringat
dingin
- Tampak terpasang O2 Nasal Kanul
3 lpm
- SPO2. 99%
- TD. 135/85 mmHg
- Perubahan gambaran EKG :
1) Irama Sinus Rhytm (SR)
2) Heart Rate 68 bpm
3) Adanya Q patologis III dan
AVF
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/
No Dx Tgl/ Evaluasi Ttd
Jam
1. Sabtu, 25 S: AUL
des 2021 Klien Tn. P mengatakan “dada terasa nyeri sekali”.
14.00 P : Nyeri terasa saat beraktifitas
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri di bagian dada menembus sampai belakang
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri terasa hilang timbul
O:
- Klien Tn. P tampak meringis kesakitan menahan nyeri
- Klien Tn. P tampak melindungi daerah area yang nyeri (dada
kiri)
- Klien Tn. P tampak keluar keringat dingin
- Klien Tn. P mengeluh terasa nyeri dengan durasi >15 menit
- Klien Tn. P tampak merasa gelisah karena nyeri sangat terasa
dan tidak hilang dengan istirahat
- Tampak peningkatan tekanan darah dari rentang nilai normal,
TD. 135/85 mmHg
A : Nyeri akut Belum Teratasi
P:
1) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti
(relaksasi nafas dalam, terapi musik, relaksasi
terbimbing/guided imagery dan hypnotheraphy)
untuk penurunan rasa nyeri).
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
medis.
3) Pasien pindah keruanagn intensiv
2. Sabtu, 25 S: AUL
des 2021 Klien Tn. P mengatakan “dada terasa nyeri sekali hingga
14:00 membuat kepala terasa seperti tertekan benda berat dan merasa
lemas”.
O:
- Tampak nyeri tidak hilang dengan istirahat
- Tampak disertai keluar keringat dingin
- Tampak terpasang O2 Nasal Kanul 3 lpm
- SPO2. 99%
- TD. 135/85 mmHg
- Suhu. 36.3oC
- Klien Tn. P tampak lemas dan lemah
- Akral teraba hangat
- CRT <2detik
- Hasil pemeriksaan rontgen Thoraks PA :
1) Cardiomegaly
2) Pneumonia
- Hasil pemeriksaan Echocardiography :
- Perubahan gambaran EKG :
1) Irama Sinus Rhytm (SR)
2) Heart Rate 68 bpm
3) Normoaxis
A : Masalah Penurunan curah jantung belum teratasi
P:
1) Monitor perubahan gambaran EKG
2) Monitor dan observasi tanda-tanda vital
3) Monitor status oksigen
4) Pasien pindah keruangan intensiv
3. Sabtu, 25 S: AUL
des 2021 Klien Tn. P mengatakan “dada terasa nyeri sekali dan nyeri
14.00 timbul saat sedang tidak berkegiatan dan tidak hilang dengan
istirahat”.
O:
- Aktifitas dan Latihan (ADL) dibantu
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas secara mandiri
- Klien Tn. P tampak meringis kesakitan
- Tampak terpasang O2 Nasal Kanul 3 lpm
- SPO2. 99%
- TD. 135/85 mmHg
- Klien Tn. P tampak lemas dan lemah
- CRT <2detik
- Hasil pemeriksaan rontgen Thoraks PA :
1) Cardiomegaly
2) Pneumonia
A : Masalah Intoleransi aktifitas Belum Teratasi
P:
1) Bantu aktifitas dan latihan (ADL) Klien secara
komprehensif
2) Pasien pindah keruangan intensiv
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang telah di
berikan pada Tn. P dengan kasus UAP di RS Hermina Solo. Lingkup kasus ini sesuai
dengan pendekatan proses keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 25 des 2021
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, penulis mengacu pada pengkajian yang di dapat pada
teoritis. Pengkajian yang dilakukan sebagai dasar merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah yang dihadapi pasien dan keluarga. Penulis melakukan pengkajian
pada tanggal 25 des 2021. Data pengkajian ditemukan kesamaan antara teori dan kasus.
Etiologi pada kasus sama dengan teori. UAP adalah nyeri dada akibat jantun koroner.
Anguna terjadi saat otot jantung tidak mendapatkan suply darah yang cukup karena
pembuluh darah jantung menyempit atau terssumbat. Iskemia yang bersifat sementara
akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan. Gambaran klinis
iskemia umumnya berupa nyeri dada substernum yang terasa berat, menekan, seperti
diremas –remas dan terkadang menjalar ke leher, rahang epigastrum, bahu, atau lengan
kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada akibat dari penurunan suplai O2 ke miokard,
terjadi peningkatan hipoksia jaringan miokardium, dan menyebabkan perubahan
metabolism miokardium sehingga menimbilkan nyeri dada.Sebagian kecil pasien (20%
sampai 30%) tidak menimbulkan nyeri dada. Pada saat pengkajian data ditemukan bahwa
pasien mengalami dada nyeri uluhati ini menunjukan bahwa tidak ada kesenjangan antar
teori dan kasus. Untuk pemeriksaan penunjang sesuaidengan teori yaitu pemeriksaan
hasil EKG. Pada penatalaksanaan medis pada kasus Tn. P sesuai dengan teori yaitu
dengan pemberian oksigen, pemberian terapi Obat sesuai dengan advis dokter.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan perencanaan secara pasti untuk menjaga status kesehatan.
Dalam kemunculan diagnosa secara teori terdapat 5 diagnosa yaitu:
1. Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis.
2. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Kontraktilitas Jantung
3. Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan Antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen.
Yang memudahkan dalam menegakkan diagnosa keperawatan adalah di perolehnya
data-data yang menunjang untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa dapat di tegakan, maka diperlukan penetapan rencana keperawatan.
Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil, serta rencana tindakan. Pada perencanaan tidak didapatkan kesenjangan
antara teori dengan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil, serta rencana tindakan. Karena penulis dalam menegakkan diagnosa
sampai dengan intervensi mengacu pada teori.
D. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan rencana keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis
mengacu pada tindakan yang telah ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan
kondisi serta keperluan pasien. Dalam melakukan tindakan keperawatan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dan merupakan alat ukur untuk menilai
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil.
Tujuan sebagian diagnosa teratasi dan sebagiannya lagi masih belum teratasi dan
masih membutuhkan observasi lebih lanjut di ruang HCU atau Rujuk sesuai advis
DPJP.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom coroner akut (SKA) adalah suatu terminology yang digunakan dalam
menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pectoris tidak stabil /APTS (unstable angina pectoris/UAP) infark miokard gelombang
non Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial
infraction/NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan
elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infraction/STEMI) (Morton, 2012).
Proses keperawatan yang di lakukan meliputi pengkajian, pengangkatan diagnose
keperawatan, perencanaan, impelementasi dan evaluasi mengacu kegawatan pada saat
pasien datang.
B. Saran
Saran untuk perawat IGD adalah:
1. Lebih memperluas lagi pengetahuan dan tat laksana pada pasien dengan gangguan
jantung seperti UAP.
2. Mempertahankan kinerja dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan yang telah di tentukan.
3. Lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi baik dengan perawat lain maupun
dengan tim kesehatan lainnya.
Saran untuk rumah sakit adalah lebih meningkatkan mutu dalam pelayanan, sehinga
kualitas rumah sakit dalam menangani kasus jantung menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). Sixth Edition. Missouri : Elsevier Mosby
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather., 2018, NANDA-1 Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018 – 2020, Edisi 11. Jakarta : EGC
Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2015. Lecture
notes kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Kathleen, Ouimet Perrin. 2013. Understanding the essentials of critical care nurshing.
London : PEARSON
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Fifth Edition. Missouri : Elsevier Mosby
Morton, Patricia gonce & Fontaine, Dorrie K. 2017. Critical care nurshing a holistic
approach. USA: Wolters Kluwer Health
Nurarif, Amin Huda. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda NIC-NOC.
Jogjakarta : Mediaction
Ruhyanudin, faqih. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wijaya. 2015. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1. Yogyakarta: Nuha Medika
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC