Anda di halaman 1dari 12

Sintesis dan Karakterisasi (A.K.

Prodjosantoso dkk)

SINTESIS DAN KARATERISASI SnO2 SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN


PRODUK HILIR TIMAH PUTIH UNTUK MENINGKATKAN DEVISA NASIONAL

A.K. Prodjosantoso, Endang Widjajanti L.F.X., M. Pranjoto Utomo


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281

Abstrak
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan teknologi nano
dalam pengembangan produk hilir timah putih untuk meningkatkan devisa nasional.
Sebagai penelitian pendahuluan, oksida SnO2 disintesis dengan cara melarutkan logam
Sn ke dalam larutan HCl pekat diikuti dengan penambahan NH4OH pekat tetes demi
tetes. Endapan yang terjadi disaring, dikeringkan, dan sebagian dikarakterisasi dengan
spektrofotometer IR model FTIR-8300/8700 pada kisaran bilangan gelombang 400 cm-1
sampai dengan 4000 cm-1, sedangkan sebagian lainnya kemudian dipanaskan dalam
furnace pada suhu sekitar 900 oC selama 4 jam. Oksida yang dihasilkan kemudian
didinginkan dan dikarakterisasi dengan difraktometer XRD Zhimadsu S6000 memakai
radiasi Cu KD monokromatik dengan panjang gelombang (O) 1,5406 Å pada kisaran 2T
antara 5o sampai 90o, dan mikroskop elektron pemindai (SEM) JEOL T330 A yang
beroperasi pada 15 keV. Aspek kristalografi senyawa SnO2 dipelajari berdasarkan data
difraksi sinar-X (XRD) yang dianalisis dengan metode Rietveld menggunakan program
WinPLOTR. Struktur SnO2 termasuk dalam kelompok ruang P42/mnm tetragonal dengan
parameter kisi a = b = 4,7337(2) ǖ serta c = 3,1841(3) ǖ. Partikel oksida SnO2 hasil
penelitian ini berukuran 35,39 nm.
Kata kunci: SnO2, spektrofotometer IR, difraksi sinar-X, SEM

Abstract
Long-term goal of this research is to apply nanotechnology in the development of
downstream products of tin to increase the national foreign exchange. As a preliminary
study, SnO2 was synthesized by dissolving tin metal in concentrated HCl followed by
addition of concentrated NH4OH in dropwise. The precipitate was filtered, dried, and
partially characterized using IR spectrophotometer FTIR-8300/8700 model in the range
of wave number of 400 cm-1 to 4000 cm-1, whilst the rest was then heated in a furnace at
temperature about 900 °C for 4 hours. The oxide was then cooled and characterized by
using XRD Zhimadsu S6000 diffractometer using monochromatic Cu KĮ radiation with a
wavelength (Ȝ) of 1.5406 Å in the 2ș range 5o to 90o, and scanning electron microscope
(SEM) JEOL T330 A operating at 15 keV. The crystallography aspects of SnO2 was
studied based on the X-ray diffraction data (XRD) which was analyzed with Rietveld
method using the WinPLOTR program. The SnO2 oxide was found to be tetragonal
P42/mnm space group having lattice parameters of a = b = 4.7337(2) ǖ and c =
3.1841(3) ǖ. The particle size of the SnO2 oxide was found to be about 35.39 nm.
Keywords: SnO2, IR spectroscopy, X-ray diffraction, SEM

99
1
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

PENDAHULUAN dalam proses pengembangan usaha di luar


Timah putih (Sn) diperoleh terutama penambangan timah dengan tetap berpijak
dari mineral kasiterit yang terbentuk sebagai pada kompetensi yang dimiliki. Seiring ber-
oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga gulirnya era otonomi daerah dan semakin
tahan karat (http://id.wikipedia.org). Sebaran meningkatnya harga timah di pasaran
timah putih di Indonesia berada pada dunia, maka kegiatan usaha pertambangan
bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur semakin marak.
timah terkaya di dunia yang membentang Pemasaran timah putih mencakup kegiat-
mulai dari bagian selatan China, Thailand, an penjualan dan pendistribusian logam
Birma, Malaysia sampai Indonesia. Indonesia timah. Pendistribusian logam timah hampir
merupakan produsen timah putih terbesar 95% untuk memenuhi kebutuhan pasar di
dunia. Pada neraca Pusat Sumber Daya luar negeri atau ekspor dan hanya sebesar 5%
Geologi, tahun 2007, tercatat sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
timah putih berupa bijih sebesar 4.037.304 Negara tujuan ekspor logam timah putih
ton, atau dalam bentuk logam 622.626 ton, antara lain adalah Jepang, Korea, Taiwan,
cadangan bijih mempunyai nilai ekonomi Cina dan Singapura, Inggris, Belanda,
543.796 ton, atau berupa logam 442.763 ton. Prancis, Spanyol, Italia, Amerika Serikat dan
Potensi tersebut terdapat pada daerah-daerah Kanada.
penghasil timah utama meliputi Bangka, Indonesia merupakan negara eksportir
Belitung, Kundur dan Kampar. Sedangkan timah terbesar di dunia, akan tetapi untuk
perkembangan akhir-akhir ini dengan memenuhi konsumsi dalam negerinya
kegiatan eksplorasi yang semakin intensif, masih kurang. Sejalan dengan peningkatan
temuan sumber daya timah akan meningkat. kebutuhan dunia akan timah putih, dan
(http://sn-tin.info/production.html). mulai menipisnya cadangan timah putih
Pengusahaan timah putih di dunia sejak pertengahan tahun 2003 sampai
Indonesia telah berlangsung sekitar 200 saat ini harga timah putih meningkat sangat
tahun. Saat ini perusahaan timah PT. Timah tajam (www.lme.com/tin_graphs.asp).
dan PT. Koba Tin menjalankan operasinya Konsumsi dunia yang meningkat ber-
terutama di Pulau Karimun, Kundur, dampak kurang terpenuhinya kebutuhan akan
Singkep, Belitung, dan Bangka. PT.Timah timah putih. Jika kebutuhan ini dipenuhi
Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil dengan meningkatkan eksplorasi, maka
logam timah terbesar di dunia dan sedang kerusakan lingkungan akan terjadi. Usaha

1200
Sintesis dan Karakterisasi (A.K. Prodjosantoso dkk)

yang dapat dilakukan di antaranya adalah perlu diteliti dapat tidaknya senyawa SnO2
mencari alternatif lain yang dapat mengganti- disintesis dari bahan baku timah hasil olahan
kan peran timah, atau dengan cara mengubah pasir timah putih oleh PT. Timah (Persero)
timah menjadi senyawa baru yang Tbk. Dan bagaima karakter senyawa SnO2
mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, berdasarkan data difraksi sinar-X (XRD) dan
misalnya timah oksida sebagai katalis. SEM.
Dengan demikian usaha optimalisasi timah Timah putih merupakan unsur langka
dari hulu sampai hilir prospektif dilakukan. (kelimpahannya sekitar 2 ppm), dibanding-
Salah satu misi PT TIMAH (PER- kan dengan zink (94 ppm), tembaga 63
SERO) TBK sebagai perusahaan pengolah ppm) dan timah hitam (12 ppm). Mineral
biji timah putih terbesar di Indonesia adalah penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2),
memperluas produk-produk yang mem- dan sebagian kecil dari sulfida seperti stanit,
punyai nilai tambah. Timah putih dapat silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit
diubah menjadi senyawa katalis dengan nilai (Carlin, 2008).
ekonomis yang tinggi. Timah dapat Menurut Pamungkas (2006), magma
diaplikasikan sebagai pewarna keramik dan bersifat asam dan mengandung gas SnF4.
gelas, komponen elektronika, kampas rem, Terjadinya mineral timah diawali dengan
elektroda, konduktor transparan, bahan adanya intrusi granit (bekuan magma).
penyerap dan pemantul sinar infra merah, Melalui proses pneumatolitik hidrotermal air
penyaring radionuklida serta detektor gas dan menerobos dan mengisi celah retakan batuan
katalis reaksi kimia (http://timah.com). dan terjadi reaksi: SnF4 + H2O o SnO2 +
Katalis timah dapat berupa timah HF2.
oksida (SnO2), paduan timah dengan logam Bijih timah merupakan asosiasi
lain (misalnya Pt/Sn, Pd/Sn dan Ni/Sn) serta mineral Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan
logam teremban timah oksida (misalnya Sn. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi
Pt/SnO2, PdSnO2 dan Ni/SnO2). Senyawa- mineral timah putih, yaitu stanniferous
senyawa timah dapat digunakan untuk meng- pegmatites, kuarsa-kasiterit dan sulfida-
katalisis berbagai reaksi, seperti: pembentuk- kasiterit (Taylor, 1979). Mineral utama
an biodisel (http://www.biodiesel.gov.br), yang terkandung di dalam bijih timah
oksidasi gas karbon monoksida (http://www. berupa kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa,
adsabs.harvard.edu), dan juga dehidrogenasi zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik,
n-heksana (Llorca, et al., 1997), sehingga stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit

1013
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

merupakan mineral ikutan (http://www. rendah, dilakukan di Pusat Pencucian Bijih


tekmira.esdm.go.id). Timah (Washing Plant). Melalui proses
Proses oksidasi dan pengaruh sirku- tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar
lasi air yang terjadi pada mineral timah (grade) Sn-nya dari 20-30% Sn menjadi 72%
putih menyebabkan terurainya penyusun Sn untuk memenuhi persyaratan peleburan.
bijih timah. Proses tersebut juga menyebab- Hasil pemisahan konsentrat, selain berupa
kan terlepas dan terdispersinya timah putih, kasiterit untuk dilebur, juga diperoleh
baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun mineral-mineral ikutan. Mineral-mineral ikut-
berupa unsur Sn. Sedangkan proses an terutama zirkon, monasit, ilmenit dan
pelapukan, erosi, transportasi dan sedimen- ksenotim merupakan produk samping yang
tasi menghasilkan endapan aluvial, baik mempunyai prospek ekonomi.
aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai. Konsentrat hasil dari proses pe-
Penambangan timah putih dilakukan misahan dengan kadar Sn 72%, selanjutnya
dengan beberapa cara, yaitu semprot d a n dilebur pada smelter timah putih. Bijih timah
penggalian dengan menggunakan eskavator setelah dipekatkan lalu dipanggang sehingga
untuk penambangan endapan aluvial darat arsen dan belerang dipisahkan dalam bentuk
yang luas dan menggunakan kapal keruk oksida-oksida yang mudah menguap.
untuk endapan timah lepas pantai. Kemudian bijih timah yang sudah dimurni-
Untuk menghasilkan pasir timah kan direduksi dengan karbon. Timah cair
kadar tinggi dilakukan tahapan proses yang terkumpul di dasar tanur kemudian
pengolahan. Pasir timah di alam masih dialirkan ke dalam cetakan.
tercampur dengan butiran mineral-mineral Untuk mendapatkan logam timah
lain. Timah dalam bentuk mineral kasiterit dengan kualitas yang lebih tinggi, maka
dipisahkan dari pengotor yang berupa harus dilakukan proses pemurnian terlebih
mineral ringan dengan pemisahan fisik dahulu dengan menggunakan alat pemurni-
secara gravitasi. Pemisahan mineral bersifat an yang disebut crystallizer. (http://
magnetik dan bukan magnetik menggunakan timah.com).
separator magnetik. Pemisahan mineral yang Penggunaan timah telah berlangsung
bersifat konduktor dan bukan konduktor sejak ratusan tahun sebelum masehi.
menggunakan separator tegangan tinggi. Logam timah putih bersifat mengkilap,
Proses untuk meningkatkan kadar mudah dibentuk dan dapat ditempa
bijih timah atau konsentrat yang berkadar (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam

1402
Sintesis dan Karakterisasi (A.K. Prodjosantoso dkk)

udara sehingga tahan karat. Kegunaan deposisi uap SnCl4 (Greenwood, dkk., 1984
timah putih diantaranya untuk melapisi hal. 447–448) atau organotimah trihalida
logam lainnya yang berfungsi mencegah (US patent 4130673) misalnya butiltin
karat, bahan solder, bahan kerajinan untuk triklorida yang merupakan bahan mudah
cendera mata, bahan paduan logam, casing menguap. Teknik ini digunakan untuk
telepon genggam. Selain itu timah melapisi botol kaca dengan lapisan tipis
digunakan juga pada industri farmasi, gelas, SnO2 (<0,1 ȝm), yang membantu pelapisan
agrokimia, pelindung kayu, dan penahan polimer pelindung, seperti polietilena, pada
kebakaran. Timah merupakan logam ramah permukaan kaca. (Greenwood, dkk., 1984
lingkungan, penggunaan untuk kaleng hal. 447–448) Lapisan yang lebih tebal dan
makanan tidak berbahaya terhadap kesehat- terselit Sb atau ion F dapat menghantarkan
an manusia. Kebanyakan penggunaan timah listrik dan digunakan sebagai filament lampu
putih untuk pelapis/pelindung, dan paduan pijar (Greenwood, dkk., 1984 hal. 447–448).
logam dengan logam lainnya seperti timah SnO2 telah digunakan sebagai pigmen dalam
hitam dan zink. Konsumsi dunia akan pembuatan gelas, dan keramik berglasur.
timah putih untuk plat menyerap sekitar SnO2 murni memberikan warna putih susu;
34% dan untuk solder 31%. warna lain dapat diperoleh dari campurannya
Permintaan dunia akan timah oksida dengan oksida logam lainnya, misalnya V2O5
(SnO2) sangat tinggi, namun ketersediaannya (kuning); Cr2O3 (merah muda) dan Sb2O5
sangat terbatas. Walaupun pertambangan (biru abu-abu) (Holleman dan Wiberg,
timah oksida merupakan metode yang paling 2001). SnO2 telah digunakan sebagai serbuk
populer, produsen timah oksida lebih pemoles (Holleman dan Wiberg, 2001) dan
bergantung pada daur ulang timah putih kadang-kadang dikenal sebagai "serbuk
bekas pakai sebagai sumber utama sintesis dempul" (Taylor, 1942). SnO2 juga diguna-
timah oksida. Tentu saja hal ini tidak dapat kan dalam sensor gas yang mudah terbakar
memenuhi permintaan dunia akan timah (Joseph Watson), sensor alkohol (Mishra,
oksida yang jumlahnya relatif besar. 2002, hal 231-234) Penyelitan SnO2
(http://timah.com). dilakukan dengan berbagai senyawa yang
Oksida timah murni meleleh pada diteliti, misalnya dengan CuO (Wang dkk.,
o
suhu yang relatif rendah (232 C), memiliki 2006, hal. 2502–2508). Doping dengan
titik didih yang tinggi (2270 oC). Pelapisan kobalt dan mangan, memberikan bahan yang
tipis SnO2 dapat dilakukan dengan metode dapat digunakan dalam logam tegangan

1035
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

tinggi. (Dibb A., dkk., 2006, hal. 339–343). mineral SnO2 murni. Pencucian mineral
Timah dioksida dapat diselitkan ke dalam dengan berbagai pelarut tidak menghasilkan
oksida besi atau mangan. (Punnoose, dkk, material dengan kemurnian yang tinggi.
2005). Timah oksida juga dikenal luas Usaha memurnikan SnO2 alami dapat juga
sebagai katalis (Gregory, 2002), misalnya dilakukan dengan reduksi oksida menjadi
timah oksida teremban karbon yang dapat logamnya lalu diikuti dengan pemanasan
digunakan untuk mengkatalis karbonilasi timah di udara terbuka (Holleman, at al.
methanol (Omata et al., 1987), dan reaksi 2001). Metode yang terakhir ini selalu
pembentukan uretan serta esterifikasi, menghasilkan SnO2 dengan defisiensi atom
dengan mekanisme reaksi seperti berikut O, tidak stoikiometrik, dan luas permukaan
(Evans, 1985): partikelnya relatif kecil, sehingga kurang
RN=C=O + R’OH o RNHCOOR’ memberikan keuntungan jika digunakan
RCOOH + R’OH o RCOOR’ + H2O sebagai katalis. Mekanisme lain perlu dilaku-
kan untuk memperoleh material struktur
Teknologi nano memungkinkan di-
produksinya timah oksida (SnO2) dalam nano SnO2 murni. Dalam penelitian ini akan

ukuran sangat sangat kecil dengan permuka- dilakukan sintesis struktur nano SnO2 dengan

an yang relatif besar sehingga sangat efektif menggunakan bahan dasar timah hasil

bagi aplikasi katalis. Katalis SnO2 sebagai ekstrasi PT Timah (Tbk), Bangka.

material struktur nano akhir-akhir ini banyak


METODE PENELITIAN
digunakan dalam teknologi sensor dan juga
Subjek dalam penelitian ini senyawa
detektor gas. Misalnya SnO2 telah terbukti
dapat digunakan untuk mendeteksi gas H2S SnO2. Objek penelitian ini adalah senyawa

dalam jumlah renik (Chowdhuri, 2009). struktur nano SnO2 sebagai katalis pada

Timah oksida alami berupa mineral berbagai reaksi kimia.

kasiterit (SnO2), dengan sifat-sifat fisik yang Bahan yang digunakan dalam pe-
dipengaruhi oleh keberadaan besi dan logam- nelitian ini meliputi logam Sn hasil olahan
logam lainnya, menyebabkan mineral ber- biji timah putih PT Timah (Persero) Tbk.,
warna kuning, hitam atau coklat kemerahan. Bangka), HCl (Aldrich, 99,9%), dan NH4OH
Keberadaan pengotor dalam mineral (Aldrich, 35%). Sedangkan peralat-an utama
menyebabkan mineral kurang efektif jika yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
digunakan sebagai katalis. Oleh karena itu Difraktometer Sinar-X (XRD) Zhimadsu
diperlukan usaha-usaha untuk memperoleh S6000, Spektrometer Infra-merah model

1604
Sintesis dan Karakterisasi (A.K. Prodjosantoso dkk)

FTIR-8300/8700, dan Mikroskop Elektron vibrasi atomik dalam senyawaan. Untuk


Pemindai (SEM) model JEOL T330 A. mempelajari aspek kristalografi senyawa
Senyawa struktur nano SnO2 disin- SnO2 data difraksi sinar-X (XRD) dianalisis
tesis dengan cara melarutkan logam Sn ke dengan metode Rietveld (Young, 1993)
dalam larutan HCl pekat dalam cawan dengan menggunakan program WinPLOTR
porselin di lemari asam. Ke dalam larutan (Roisnel & Rodrigues-Carvajal, 2010).
klorida tersebut kemudian ditambahkan Skema kerja penelitian ini adalah
NH4OH pekat tetes demi tetes. Kristal yang sebagai berikut:
diperoleh kemudian disaring, dikeringkan,
Timah
sebagian dikarakterisasi dengan spektrofoto-
meter IR, dan sebagian lainnya kemudian HCl pekat

dipanaskan dalam tungku pada suhu sekitar H2SnCl6


900 oC selama 4 jam. Padatan putih yang NH4OH, tetes
demi tetes
dihasilkan kemudian didinginkan dan Sn(OH)4
dikarakterisasi dengan XRD dan SEM. (dikarakterisasi dengan
IR)
Data spektra infra-merah (IR) di-
Dipanaskan pada
rekam dengan spektrofotometer infra-merah suhu 900 oC
(IR) model FTIR-8300/8700 pada kisaran SnO2
(dikarakterisasi dengan
bilangan gelombang 400 cm-1 sampai dengan XRD dan SEM)
4000 cm-1. Sedangkan data difraksi sinar-X
(XRD) dikumpulkan dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
difraktometer Zhimadsu S6000 yang me-
Senyawa SnO2 disintesis dengan cara
makai radiasi Cu KD monokromatik dengan
melarutkan logam 4 gram Sn ke dalam
panjang gelombang (O) 1,5406 Å pada
larutan HCl pekat sedikit berlebihan dalam
o o
kisaran 2T antara 5 sampai 90 . Spektro- cawan porselin di lemari asam. Ke dalam
skopi elektron pemindai (SEM) digunakan larutan yang diperoleh kemudian ditambah-
untuk mengamati morfologi permukaan kan NH4OH pekat (35 M) tetes demi tetes
sampel. Gambar SEM dikumpulkan dengan sampai pH campuran mencapai 7. Endapan
menggunakan mikroskop elektron JEOL berwarna putih yang dihasilkan disaring dan
T330 A yang beroperasi pada 15 keV. dicuci dengan 5 mL larutan NH4OH 6 M dan
Spektra infra-merah (IR) senyawa 20 mL akuades, serta dikeringkan dalam
yang dianalisis didasarkan pada karakteristik oven pada suhu 110 oC selama 4 jam.

105
7
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Sebanyak 0,1 gram padatan putih Sebanyak 2 gram padatan kering


yang telah kering dikarakterisasi dengan kemudian dipanaskan dalam furnace pada
spektrofotometer IR. Data spektra infra- suhu sekitar 900 oC selama 4 jam. Oksida
merah (IR) direkam dengan spektrofotometer yang dihasilkan kemudian didinginkan dan
infra-merah (IR) model FTIR-8300/8700 dikarakterisasi dengan XRD dan SEM. Data
-1
pada kisaran bilangan gelombang 400 cm
difraksi sinar-X (XRD) dikumpulkan dengan
-1
sampai dengan 4000 cm .
menggunakan difraktometer Zhimadsu
Gambar 1 menunjukkan spektrum IR
S6000 yang memakai radiasi Cu KD
Sn(OH)4. Spektra pada bilangan gelombang
monokromatik dengan panjang gelombang
3700-3000, 1625 dan 1401 cm-1 berturut-
(O) 1,5406 Å pada kisaran 2T antara 5o
turut menunjukkan regangan OH, deformasi
sampai 90o. Pola difraksi sinar-X SnO2 dapat
–OH dari air dan –NH dari amonia (Socrates,
1980). Pita –NH diduga mengindikasikan dilihat pada Gambar 2. Untuk mempelajari

adanya pereaksi NH4OH yang tersisa aspek kristalografi data difraksi sinar-X

sebagian setelah proses penyaringan dan (XRD) senyawa SnO2 dianalisis dengan

pencucian endapan. Pita pada 580 cm-1 metode Rietveld (Young, 1993) dengan

menunjukkan regangan Sn-O pada Sn-O-H menggunakan program WinPLOTR (Roisnel


(Giuntini et.al., 1990). & Rodrigues-Carvajal, 2010).

Gambar 1. Spektrum IR Sn(OH)4.

106
8
Sintesis dan Karakterisasi (A.K. Prodjosantoso dkk)

Intensitas Relatif

10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 T derajat

Gambar 2. Pola difraksi sinar-X (XRD) oksida SnO2.

Koordinat atom dan parameter kisi parameter kisi Z = 2 dan a = b = 4,737 ǖ


SnO2 (Baur, 1956) dalam kelompok ruang serta c = 3,185 ǖ. Analisis diakhiri setelah
P42/mnm tetragonal digunakan sebagai terdapat kesesuaian antara data dengan
model awal dalam analisis Rietveld SnO2. model, dan diperoleh koordinat atom Sn pada
Pada awal analisis dilakukan pemodelan (0 0 0) dan atom O pada (0,304(1) 0,304(1)
dengan penempatan atom Sn pada (0 0 0) dan 0) dengan parameter kisi Z = 2 dan a = b =
atom O pada (0,29685 0,29685 0) dengan 4,7337(2) ǖ serta c = 3,1841 (3) ǖ. Struktur

Gambar 3. Struktur SnO2.

107
9
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Tabel 1. Jarak Antaratom dan Sudut Antarikatan dalam Senyawa SnO2


Atom Jarak antaratom (ǖ) Ikatan Sudut antaratom (o)
Sn’-O 2,0601(2) O-Sn’-O h 80
Sn’-O’ 2,0398(4) O-Sn’-O i 100
Sn-O 2,0601(2) O-Sn’-O’ 90
Sn-O’ 2,0601(2) Sn-O-Sn’ 130
Sn-O-Sn 100
Keterangan:
Sn’ = menempati situs pada pusat oktahedron.
Sn = menempati situs pada sudut trigonal.
O’ = menempati situs yang terletak pada bagian dalam trigonal (internal).
O = menempati situs yang terletak pada bagian muka trigonal.
h
= atom pada situs-situs yang terletak pada muka yang sama trigonal.
i
= atom pada situs-situs yang terletak pada muka trigonal yang berseberangan.

SnO2 dapat dilihat pada Gambar 3. Atom difraksi sinar-X teramati, terhitung, dan
pusat Sn’ membentuk geometri octahedron perbedaannya disajikan dalam Gambar 4.
dengan 4 atom O dan 2 atom O’. Atom O Spektroskopi elektron pemindai
internal membentuk geometri trigonal (SEM) digunakan untuk mengamati morfo-
dengan 2 atom Sn dan 1 atom Sn’. Jarak logi permukaan sampel. Mikrograf SEM
antar atom dan sudut antar ikatan pada dikumpulkan menggunakan mikroskop elek-
oksida SnO2 dapat dilihat pada Tabel 1. Pola tron pemindai SEM JEOL T330 A yang ber-
Intensitas Relatif

(a) dan(b)

(c)

10 20 30 40 50 60 70 80 90
2T (derajat)

Gambar 4. Pola Difraksi Sinar-X Teramati (a), Terhitung (b),


dan Perbedannya (c) untuk Senyawa SnO2.
108
10
Sintesis dan Karakterisasi (A.K. Prodjosantoso dkk)

(a) (b)

Gambar 5. Mikrograf oksida SnO2 pada Pembesaran 150 X (a) dan 750 X (b)

beroperasi pada 15 keV. Mikrograf oksida 0,9X0,1505


= 35,39 nm
SnO2 (Gambar 5) menunjukkan terdapatnya 0,0052X0,7360

agregat partikel SnO2 yang cenderung


KESIMPULAN
berbentuk bulat telur. Ukuran agregat
bervariasi antara 1 sampai 100 ȝm. Berdasarkan hasil penelitian dapat

Ukuran partikel kristal (d) ditentukan disimpulkan, bahwa senyawa SnO2 dapat
disintesis dari bahan baku timah hasil olahan
berdasarkan pita dengan intensitas maksi-
pasir timah putih. Struktur SnO2 termasuk
mum pada pola difraksi sinar-X dengan
dalam kelompok ruang P42/mnm tetragonal
menggunakan persamaan Scherrer (Cullity &
dengan parameter kisi a = b = 4,7337(2) ǖ
Stock, 2001) berikut:
serta c = 3,1841(3) ǖ. Partikel oksida SnO2
KO
d= hasil sintesis berukuran 35,39 nm, dan dapat
( E cos T
dikatagorikan sebagai nanopartikel.
dengan K adalah faktor bentuk yang dalam
Untuk mengoptimalkan penelitian ini
penelitian ini besarnya 0,9 (untuk kristal
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
dengan ukuran lebih kecil dari 0,1 ȝm), Ȝ
kajian tentang pengujian senyawa SnO2
adalah panjang gelombang sinar-X (0,1505
sebagai adsorben atau detektor berbagai
nm), ȕ adalah lebar setengah intensitas
senyawa organik yang mudah menguap atau
maksimum (0,3º), dan ș adalah sudut Bragg
gas pencemar, dan pemanfaatan senyawa
(13,31º). Dengan demikian ukuran partikel SnO2 sebagai katalis berbagai reaksi.
kristal (d) adalah:
DAFTAR PUSTAKA
0,9X 0,1505
d= =
2X3,142 Baur, W.H. (1956). Acta cryst., 9, 515-520.
0,3X XCos (13,31)
360

109
11
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Carlin, F. (2010). Mineral information, Pamungkas, P. (2010). Kajian pertambangan


USGS. http://minerals.usgs.gov/minerals/. timah kita. http://klastik.wordpress.com,
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2010. Diakses pada tanggal 1 Maret 2010.

Chowdhuri, A., Haridas, D., Sreenivas, K. Punnoose, J.H., Thurber, A., Engelhard, M.
and Gupta, V. (2009). International H., Kukkadapu, R.K., Wang, C.,
Journal on Smart Sensing and Intelligent Shutthanandan, V. and Thevuthasan, S.
Systems, 2, 540-548. (2005). Phys. Rev., B 72(8), 054402.

Cullity, B.D. and Stock, S.R. (2001). Roisnel, T. and Rodriguez-Carvajal, J.


‘Elements of X-ray diffraction’. Prentice- (2010). Win PLOTR. cdifx.univ-
Hall Inc.: Reading, 167-171. rennes1.fr/winplotr.
Socrates, G. (1980). Infrared characteristic
Dibb, A., Cilense, M., Bueno, P.R., Maniette,
group frequencies. Wiley: New York.
Y., Varela, J.A., and Longo E. (2006).
Materials Research, 9, 339–343. Taylor, F.S. (1942). Inorganic & theoretical
chemistry. London: Heineman.
Evans, C.J. and Karpel, S. (1985).
Organotins compounds in modern Taylor, R.G. (1979). Geology of tin deposits.
technology. Amsterdam: Elsevier. Canada: Elsevier Scientific Publishing.
Fu, G.C.(2002). Pure Appl. Chem., 74, 33- Wang, C-M., Wang, J-F., and Su, W-B.
36. (2006). Journal of the American Ceramic
Society, 89 (8), 2502–250.
Giuntini, J.C., Granier, W., Zanchetta, J. V.
and Taha, A. (1990). J. Mater., Sci. Lett. Young, R.A., The rietveld method, 1st ed.
9, 1383. (1993). New York: Oxford University
Press.
Greenwood, N.N. and Earnshaw, A. (1984).
Chemistry of the elements. Oxford: http://adsabs.harvard.edu. Diakses pada
tanggal 10 Februari 2010.
Pergamon.
http://id.wikipedia.org/wiki/Timah. Diakses
Gregory, O.J., Luo, Q. and Crisman, E.E. pada tanggal 23 Februari 2010.
(2002). Thin Solid Films, 406, 286-293.
http://sn-tin.info/production.html. Diakses
Holleman, A.F. and Wiberg, E. (2001). In- pada tanggal 3 Maret 2010.
organic chemistry. San Diego: Academic
Press. http://timah.com/. Diakses pada tanggal 23
Februari 2010.
Llorca, J., Homs, N., Fierro, J.L.G., Sales, J., http://www.biodiesel.gov.br. Diakses pada
and Piscina, P.R. (1997). J. Catal., 166, tanggal 10 Februari 2010.
44–52.
http://www.tekmira.esdm.go.id. Diakses pada
Mishra, S., Ghanshyam, C., Ram, N., Singh, tanggal 1 Maret 2010.
S., Bapjai, R.P., Bedi, R.K. (2002).
Bulletin Material Science, 25(3), 231-234. http://www.lme.com/tin_graphs.asp. Diakses
pada tanggal 1 Maret 2010.
Omata, K., Yagita, H., Shikada, T., Fujimoto,
K. and Tominaga, H. (1987). Chemistry US patent 4130673.
Letter., 2397-2398.

110
12

Anda mungkin juga menyukai