DENSITAS
KELAS : B
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya praktikum ini:
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang densitas
2. Menambah pemahaman mahasiswa tentang salinitas
II. Tinjauan Pustaka
ρ dalam ρ dalam
Nama zat
kg/m3 gr/cm3
Air (4°C) 1.000 1
Alkohol 800 0,8
Air raksa 13.600 13,6
Aluminium 2.700 2,7
Besi 7.900 7,9
Emas 19.300 19,3
Kuningan 8.400 8,4
Perak 10.500 10,5
Platina 21.450 21,45
Seng 7.140 7,14
Udara (27°C) 1,2 0,0012
Es 920 0,92
Kuningan 8.400 8,4
Perak 10.500 10,5
2.2. Densitas Air Laut
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika
laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan
pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh
karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi.
Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of
Sea Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen
dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm -3.
Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran
yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai
Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980).
Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas
Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m -2). Densitas
dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g
cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m -
3
dalam Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur,
kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada
kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer
biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan
dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σ t = ρ - 1000 dan
biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama
dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita
gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang
sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman
50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas
di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini
mengakibatkan adanya konveksi panas.
S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati)
pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer)
saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih
dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan
diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di
dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas
maksimum tercapai.
III. METODOLOGI
Fareza Andre Pahlevi Panjaitan, Sri yulina Wulandari, Gentur Handoyo , Gentio
Harsono. 2021. Identifikasi dan Stratifikasi Massa Air di Laut Sulawesi. Indonesia
Journal of Oceanography. Vol 3(3) : 100
Widhi Ria Maharani, Heryoso Setiyono, Wahyu Budi Setyawan. 2014. STUDI
DISTRIBUSI SUHU, SALINITAS DAN DENSITAS SECARA VERTIKAL DAN
HORIZONTAL DI PERAIRAN PESISIR, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR.
JURNAL OSEANOGRAFI. Vol 3(2) : 152
Mochamad Furqon Azis Ismail1, Ankiq Taofiqurohman. 2020. Sebaran Spasial Suhu,
Salinitas dan Densitas di Perairan Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara. Jurnal
Kelauran Tropis. Vol 23(2) : 191 : 192