Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR HIDRODINAMIKA

DENSITAS

DISUSUN OLEH : NAMA :


RIDHO F.P SIMANJUNTAK
NIM :
08051282126068

KELAS : B

DOSEN PENGAMPU: GUSTI DIANSYAH, S. Pi., M. Sc


DR. WIKE AYU EKA PUTRI, S. Pi., M. Si

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan Indonesia memiliki pengaruh penting terhadap iklim global. Indonesia
menjadi satu-satunya penghubung Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dimana
Indonesia menjadi penghubung dari jalur conveyor belt sirkulasi termohalin atau yang
lebih dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Arlindo secara simultan
mengontrol sirkulasi global. (Rosenfield et al., 2010).
Masa air dari Samudera Pasifik masuk ke Perairan Indonesia melalui dua jalur.
Jalur Selat Makassar (jalur barat) mulai dari Selat Mindanao bergerak ke Laut
Sulawesi terus bergerak ke Selat Makassar, Laut Flores lalu ke Laut Banda. Jalur
timur Arlindo masuk melalui Laut Maluku dan Laut Halmahera (Wyrtki, 1961).
Studi tentang massa air sangat penting untuk karena berkaitan dengan percampuran
Percampuran massa air menjadi sangat penting karena mempengaruhi distribusi
nutrien, persebaran panas, yang akan berimbas pada iklim. Percampuran turbulen
massa air biasanya dalam memiliki efek signifikan terhadap transport momentum
(Purwandana, 2013).
Lebih lanjut Gordon et al. (2010) memaparkan bahwa model transport massa air
Arlindo, Arlindo berefek pada kopel atmosfer-lautan berimplikasi terhadap ENSO
(El-NinoandSouthern Oscillation) dan fenomena muson. Lebih lanjut, Tomczak dan
Godfrey (2001) juga memaparkan bahwa analisis pergerakan massa air dan
percampuran massa air bisa membantu dalam mengerti sirkulasi laut dalam.
Transpor bahang dan perubahan suhu perairan laut dan samudera sangat penting bagi
aktivitas biologi biota laut, seperti laju pertumbuhan fitoplankton, respirasi bakteria
karbon organik, dan struktur rantai makanan (Cao & Zhang, 2017). Secara tidak
langsung, variabilitas Arlindo memiliki peran signifikan terhadap dinamika iklim
regional seperti El Niño Southern Oscillation (ENSO), Sirkulasi Walker, dan
monsoon (Susanto & Song, 2015). Hasil kajian yang pernah dilakukan oleh Lee et al.
(2002) dan Vranes et al. (2002) mengindikasikan bahwa dinamika Arlindo dapat
mempengaruhi pola sirkulasi regional disekitarnya. Di Samudera Hindia bagian
timur, Arlindo dapat menghangatkan massa air sekitar pantai selatan Jawa dan
Sumatra, serta memperkuat laju Leuwin Current di pantai barat Australia. Di
Samudera Pasifik bagian barat, Arlindo cenderung mengurangi transpor East
Australian Current (EAC) di sepanjang pantai timur Australia. Menurunnya transpor
EAC berpotensi mempengaruhi dinamika eddy di daerah perairan paparan
Queensland bagian tenggara (Azis Ismail & Ribbe, 2019). Arlindo utamanya berasal
dari Arus Mindanao, salah satu cabang dari gyre arus ekuatorial utara (North
Equatorial Currents; NEC) di Samudera Pasifik bagian utara (Gordon & Fine, 1996;
Gordon, 2005; Feng et al., 2018; Sprintal et al., 2014; Susanto & Song, 2015). Wyrtki
(1961) menyatakan bahwa gradien tekanan barotropik antara Samudera Pasifik dan
Hindia merupakan pendorong utama aliran Arlindo. Hal ini didukung dari
pengamatan pasang surut oleh Wyrtki (1987) dan simulasi model yang dilakukan oleh
Li et al. (2018). Perairan Kepulauan Sangihe Talaud merupakan salah satu pintu
masuk Arlindo, selain Laut Maluku dan Selat Luzon (Feng et al.., 2018; Susanto &
Song, 2015). Setelah melewati perairan Sangihe Talaud dan Laut Sulawesi, Arlindo
menembus Selat Makasar, Laut Flores, Laut Banda dan Laut Timor, sebelum
memasuki Samudera Hindia (Feng et al.., 2018). Menurut Gordon (2005), massa air
laut di lapisan termoklin yang ada di sekitar perairan Sangihe Talaud, Laut Sulawesi
dan Selat Makasar sebagian besar merupakan massa air yang berasal dari Samudera
Pasifik utara. Massa air dari Samudera Pasifik selatan hanya terdeteksi di lapisan
bawah termoklin yang ada di perairan Laut Halmahera. Tujuan kegiatan penelitian
adalah untuk mengungkap karakteristik oseanografi fisik di perairan sekitar jalur
masuk Arlindo.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini:
1. Mahasiswa dapat mengetahui lagi tentang densitas air laut
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengaruh salinitas pada desnsitas

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya praktikum ini:
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang densitas
2. Menambah pemahaman mahasiswa tentang salinitas
II. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Densitas


Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap volum
bahan bakar pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut
hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan
kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m3 (UNEP,
2006).
Densitas (massa jenis) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya
besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air) (Anonim, 2013).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah (Anonim, 2013)
:
ρ=m
V
Dengan : ρ adalah massa jenis.
m adalah massa.
V adalah volume.

Tabel II.1 Nilai Densitas Beberapa Jenis Zat

ρ dalam ρ dalam
Nama zat
kg/m3 gr/cm3
Air (4°C) 1.000 1
Alkohol 800 0,8
Air raksa 13.600 13,6
Aluminium 2.700 2,7
Besi 7.900 7,9
Emas 19.300 19,3
Kuningan 8.400 8,4
Perak 10.500 10,5
Platina 21.450 21,45
Seng 7.140 7,14
Udara (27°C) 1,2 0,0012
Es 920 0,92
Kuningan 8.400 8,4
Perak 10.500 10,5
2.2. Densitas Air Laut
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika
laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan
pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh
karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi.
Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of
Sea Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen
dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm -3.
Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran
yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai
Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980).
Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas
Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m -2). Densitas
dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g
cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m -
3
 dalam Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur,
kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada
kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer
biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan
dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σ t = ρ - 1000 dan
biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama
dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita
gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang
sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman
50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas
di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini
mengakibatkan adanya konveksi panas.

 S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati)
pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer)
saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih
dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
 S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan
diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di
dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas
maksimum tercapai.
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Hidrodinamika dilaksanakan secara daring dengan
menggunakan ruangan virtual zoom pada tanggal 16/02/2022 pada pukul pukul 13.00
WIB s.d. sampai selesai. Bertempat di Perumahan Padang Hijau, Blok I no. 20, Diski,
Deli Serdang.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini adalah :
1. Aquarium
2. Gelas plastic (transparan) 2
3. Pin/Jarum pnetul 5
4. Ember
5. Batu es 1
6. Garam dapur
7. Air hangat
8. Pewarna
9. Air hangat
10. Air dalam suhu ruangan

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Percobaan Pertama
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tuang air hangat kedalam gelas dan garam, lalu di larutkan dan campurkan dengan
pewarna makanan berwarna biru
3. Air dingin dimasukkan pewarna makanan bewarna merah
4. Tusuk bagian bawah gelas plastic dengan jarum setinggi 2 cm
5. Taruh kedua gelas plastik kedalam wadah
6. Lepaskan jarumnya secara bersamaan dan amati apa yang terjadi

3.3.2. Percobaan Kedua


1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan air dingin ke dalam gelas dengan garam dan pewarna merah lalu
larutkan
3. Masukkan air hangat kedalam gelas dengan pewarna biru lalu larutkan
4. Ikuti Langkah – Langkah selanjutya sama seperti dengan percobaan 1.
DAFTAR ISI

Fareza Andre Pahlevi Panjaitan, Sri yulina Wulandari, Gentur Handoyo , Gentio
Harsono. 2021. Identifikasi dan Stratifikasi Massa Air di Laut Sulawesi. Indonesia
Journal of Oceanography. Vol 3(3) : 100

Widhi Ria Maharani, Heryoso Setiyono, Wahyu Budi Setyawan. 2014. STUDI
DISTRIBUSI SUHU, SALINITAS DAN DENSITAS SECARA VERTIKAL DAN
HORIZONTAL DI PERAIRAN PESISIR, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR.
JURNAL OSEANOGRAFI. Vol 3(2) : 152

Mochamad Furqon Azis Ismail1, Ankiq Taofiqurohman. 2020. Sebaran Spasial Suhu,
Salinitas dan Densitas di Perairan Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara. Jurnal
Kelauran Tropis. Vol 23(2) : 191 : 192

Randi Firdaus1, Heryoso Setiyono , Gentio Harsono. 2016. KARAKTERISTIK


MASSA AIR LAPISAN TERCAMPUR DAN LAPISAN TERMOKLIN DI SELAT
LOMBOK PADA BULAN NOVEMBER 2015. JURNAL OSEANOGRAFI. Vol
5(4) : 427

Ramsen Napitu, Heron Surbakti, Gusti Diansyah. 2016. IDENTIFIKASI


KARAKTERISTIK MASSA AIR PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN
SELATAN. MASPARI JOURNAL. Vol 8(2) : 92
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai