Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASTROFISIKA

‘HIDROSFER BUMI’

KELOMPOK IIIB
Nama Anggota :
1. Susanti Leimena ( 2018-43-010)
2.Maliana G Touwe ( 2018-43-019 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatNya
penulis dapat menyusun makalah Astrofisika sebagai Tugas Kelompok dengan pokok
bahasan “HIDROSFER BUMI” dan sub topik: 1. Menganalisis sebaran temperatur laut
vertikal, 2. Mendeskripsikan salinitas, 3. Mendeskripsikan arus laut. Makalah ini di susun
berdasarkan arahan dari dosen pengasuh mata kuliah Astrofisika dan dibuat dengan tujuan
agar seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan fisika mengetahui perkembangan
penemuan terkini dari bidang ilmu astrofisika.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak salah satunya teman
kelompok. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang berlimpah kepada semua pihak
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini dengan caranya masing – masing.
Makalah ini pada dasarnya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang positif dan membangun dari semua pihak agar
kekurangan dalam makalah ini dapat diperbaiki.
Penulis berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan kita
mengenai keadaan alam semesta. Terima kasih.

Ambon, 5 Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ..................


DAFTAR ISI..................................
BAB I PENDAHULUAN.............................
● A. Latar Belakang
● B. Rumusan Masalah
● C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN...................................
A. Menganalisis sebaran temperatur laut vertikal
❖ Pengertian Temperatur
❖ Sebaran Temperatur
❖ Pengaruh Suhu dan Densitas air laut

B. Mendeskripsikan Salinitas
❖ Pengertian Salinitas
❖ Faktor-Faktor yang mempengaruhi salinitas
❖ Sebaran salinitas di laut
❖ Model salinitas
❖ Menentukan nilai salinitas

C. Mendeskripsikan arus laut


❖ Pengertian arus
❖ Faktor terbentuknya arus
❖ Jenis-jenis arus
❖ ARLINDO ( Arus Laut Indonesia )
❖ Distribusi vertikal suhu air laut

BAB III PENUTUP......................................................

❖ A. Kesimpulan
❖ B. Saran
DAFTAR PUSTAKA....................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinikan secara sederhana sebagai ilmu yang mempelajari lautan.
(Oceanography is the scientific study of the Ocean in all its aspect). Juga disebut Oseanologi
dan Thassografi oleh beberapa penulis lain. Tetapi lebih popular dengan sebutan Oseanografi.
Perkembangan kondisi laut dan udara menentukan cuaca dan iklim. Berbeda dengan daratan,
laut merupakan medium yang dinamis. Kedinamisan laut tersebut ditilik dari beberapa aspek
yang dipelajari di oseanografi, salah satunya yaitu densitas air laut.
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung
dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari.
Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi
yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran
energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2
kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa
air (Meadous and Campbell,1993).
Dari ketiga parameter yang mempengaruhi densitas, yang paling mempengaruhi densitas
adalah tekanan. Jika densitas di suatu perairan tinggi maka suhu di perairan tersebut akan
turun. Densitas maksimal terjadi pada suhu antara 39,8oC– 40oC. Tapi sebaliknya dengan
salinitas dan tekanan di daerah perairan tersebut, yang mana akan naik. Jadi pada intinya
adalah densitas berbanding terbalik dengan suhu tetapi berbanding lurus dengan salinitas dan
tekanan. Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempengaruhi kualitas
air.
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas menggambarkan padatan
total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan
iodide digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas
dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (0/00). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan
hidup organisme,hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang
mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air
tawar ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi (Dedi Sumarno,
2013). Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga
menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan
dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin
atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian temperatur
2. Bagaimana sebaran temperatur
3. Bagaimana pengaruh suhu dan densitas air laut
4. Apa pengertian salinitas
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas
6. Bagaimana sebaran salinitas di laut
7. Bagaimana cara mengukur nilai salinitas
8. Apa pengertian dari arus
9. Apa saja jenis-jenis arus
10. Apa saja faktor dan pengaruh arus laut
11. Bagaimana Arus laut di indonesia
12. Bagaimana distribusi vertikal suhu air laut

A. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian temperatur
2. Untuk mengetahui bagaimana sebaran temperatur
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu dan densitas air laut
4. Untuk mengetahui pengertian salinitas
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas
6. Untuk mengetahui bagaimana sebaran salinitas di laut
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur nilai salinitas
8. Untuk mengetahuipengertian dari arus
9. Untuk mengetahui jenis-jenis arus
10. Untuk mengetahui Faktor dan pengaruh arus laut
11. Untuk mengetahui bagaimana Arus laut di indonesia
12. Untuk mengetahui bagaimana distribusi vertikal suhu air laut
BAB II
PEMBAHASAN
❖ Pengertian Temperatur/Suhu
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahan yang terkandung dalam
suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahan dalam air laut adalah matahari. Setiap detik
matahari memancarkan bahan sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus
ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini
akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi
ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Meadous and Campbell,1993).
Temperatur adalah karakter fisik air laut yang sangat penting, karena dapat digunakan untuk
mengidentifikasi badan air laut secara umum. Temperatur, salinitas dan tekanan dapat
menentukan kerapatan air laut. Sebaran temperatur pada permukaan laut dipengaruhi oleh
fluks panas, penguapan, curah hujan, air sungai yang mengalir ke laut serta pembekuan dan
pencairan es di laut. Fluks panas terdiri dari beberapa komponen, yaitu insolation Qsw,
radiasi infra merah QLW, fluks panas sensible Qs dan fluks panas laten QL. Perubahan
temperatur pada permukaan laut dapat menimbulkan penurunan atau peningkatan kerapatan
air pada permukaan laut. Jika air dari permukaan mengalir ke bagian laut yang lebih dalam,
maka akan terjadi hubungan yang khusus antara temperatur dan salinitas yang dapat
digunakan untuk identifikasi sumber dan untuk merunut gerakan air laut di bagian dalam.
Sebaran kerapatan di bagian dalam laut secara langsung berkaitan dengan sebaran gradient
tekanan horisontal yang dapat mempengaruhi arus laut. Gerakan laut seperti itu disebut
sirkulasi thermohaline 1.

❖ Sebaran Temperatur
Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni
lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu
berubah secara perlahan,lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara
cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang
disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan
termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC
untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987). Suhu menurun secara teratur
sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini
diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada
kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C
(Hutagalung, 1988).
Sirkulasi thermohaline global secara garis besar meliputi gerakan air vertikal yang
menyebabkan terjadinya gerak air secara horisontal dari daerah kutub. Fenomena gerakan air
ini mempengaruhi sebaran temperatur dan salinitas pada laut bagian dalam, dan memiliki
efek yang sangat besar pada sebaran karakteristik laut yang lainnya. Sirkulasi vertikal ini
tidak disebabkan oleh angin regional, tetapi oleh perbedaan kerapatan dari massa air yang
berbeda 2. Sirkulasi air laut juga mempengaruhi sebaran temperatur. Gerakan air laut secara
keseluruhan memindahkan panas dari bagian laut yang berada pada posisi garis lintang
rendah ke bagian laut pada posisi garis lintang tinggi melalui arus permukaan. Air dingin dari
daerah kutub mengalir menuju ke arah equator melalui arus bawah. Sirkulasi laut juga
menyebabkan sebaran massa air dengan perbedaan temperatur dan salinitas. Secara umum
variasi salinitas lebih tinggi daripada temperatur. Pada laut terbuka, khususnya laut dalam,
variasi temperatur dan salinitas sangat kecil 3. Lepasan air pendingin yang mengandung
panas dapat mempengaruhi sebaran temperatur pada daerah muara atau perairan di sekitar
pantai. Lepasan tersebut dapat menjadi polutan yang dapat menganggu seluruh ekosistem.
Oleh karena itu studi terhadap sebaran temperatur harus dilakukan di sekitar titik lepasan
untuk mengevaluasi dampaknya terhadap lingkungan. Sebaran horisontal temperatur pada
permukaan laut terbuka cenderung bersifat zonal, yaitu tidak bergantung pada posisi garis
bujur. Profil vertikal temperatur di bawah permukaan laut biasanya dibagi ke dalam tiga
zona. Karena angin menghembus permukaan laut, lapisan paling atas membentuk lapisan
tipis yang disebut mixed swface layer, yang memiliki temperatur sama dengan temperatur
permukaan. Ketebalan lapisan ini berkisar antara 10-200 m pada daerah tropis dan daerah
sabuk lintang pertengahan. Kedalaman dan temperatur dari mixed sutface layer selalu
berubah sebagai respon terhadap fluks panas pada permukaan dan turbulensi yang bergantung
pada kecepatan angin dan intensitas patahan gelombang.

❖ Pengaruh Suhu dan Densitas Air Laut

Suhu air pada laut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan
kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4,
dan lain sebagainya. Umumnya, suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena
mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas
sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat
suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu lapisan teratas ini sering pula disebut
lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi
lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan vertikal ini sampai ke dasar. Suhu akan menurun
secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini dikarenakan pengaruh intensitas cahaya
matahari yang masuk ke dalam air yang menyebabkan semakin dalam suatu perairan suhunya
pun semakin rendah. Dan pada suhu melebihi 1000 meter suhu air relative konstan yaitu 2 oC
– 4oC. Berdasarkan perubahan suhu itulah, sehingga suhu di dalam laut memiliki wilayah
sebaran secara vertikal atau menegak yang membagi lapisannya menjadi tiga bagian yaitu
Mix Layer, Thermocline dan Deep Layer. Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak
diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun
secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C. Lapisan
permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan
perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu
pada lapisan permukaan adalah seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang
sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer
mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara pasif mengapungkan plankton, telur ikan,
dan larva, sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung kehidupan
hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam. Pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling),
lapisan termoklin ini bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga
massa air yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke lapisan atas.jangka pendek dari
kedalaman termoklin dipengaruhi oleh pergerakan permukaan, pasang surut, dan arus. Di
bawah lapisan termoklin suhu menurun secara perlahanlahan dengan bertambahnya
kedalaman.
Karateristik suhu air laut didaerah tropis, subtropis dan kutub berbeda. Daerah tropis
memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena
faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan
dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai
kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak
diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan
densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan
untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho). Densitas, ρ didefinisikan sebagai massa per satuan
volume (g cm-3). Densitas air laut tergantung pada suhu (t) dan salinitas (s) sampel dan juga
tekanan air laut ρ sebagai hasil dari kompresibilitas air. Kebergantungan ini dikenal sebagai
persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water): ρ = ρ(T,S,p)
Temperatur, salinitas dengan densitas memiliki hubungan yang sangat erat, dimana densitas
akan meningkat jika salinitas bertambah atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak selamanya
densitas meningkat seiring dengan suhu, hal ini karena adanya sifat anomali air (Jumiarti,
dkk.,2014).
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur,
kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran
1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya
menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk
menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan
(seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt =
25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah:
σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan
perubahan kedalaman 50 m. Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas,
karena adanya ganguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan sushu menurunkan densitas
air laut dan menambah daya larut air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat Celsius,
karena ada pengaruh dari densitas dan salinitas air laut masih dapat cair pada suhu 0 derajat
Celsius. Pada permukaan air laut membeku pada suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas
menahan panas air laut dari air laut dan sirkulasi massa air laut menjadikan laut sebagai
pompa panas raksasa. Panas dari matahari akan menghangatkan pada permukaan lintang
rendah di bumi. Oleh sirkulasi permukaan air laut akan mengngkut panas ke lintang yang
tinggi yang seharusnya dingin akan menjadi panas seperti daerah eropa. Penelitian yang
dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan posisi Indonesia merupakan posisi penentu dalam
mengontrol iklim global dan dunia yang bersumber pada arus lintas Indonesia dari samudera
pasifik menuju samudera hindia dan atlantik.

❖ Pengertian Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau,
sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air
tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika
lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

❖ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Salinitas


1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya,
maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan
tinggi.
3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin
sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa
danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut
umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. Walaupun
kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda
kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk
Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana
suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari
sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.

Tabel 1. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut


Salinitas Air Berdasarkan Persentase Garam Terlarut
Air Tawar Air Payau Air Saline Brine
< 0.05 % 0.05 – 3 % 3–5% >5%

Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal


dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam
air laut adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3.69%),
kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut
adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal
(hydrothermal vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air
laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya
serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat
ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan
tekanan osmosis.
Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena mengandung
garam, titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 0 0C (air laut yang bersalinitas 35
%o titik bekunya -1,9 0C), sementara kerapatannya meningkat sampai titik beku (kerapatan
maksimum air murni terjadi pada suhu 4 0C). Sifat ini sangat penting sebagai penggerak
pertukaran massa air panas dan dingin, memungkinkan air permukaan yang dingin terbentuk
dan tenggelam ke dasar sementara air dengan suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas.
Sedangkan titik beku dibawah 0​0​ C memungkinkan kolom air laut tidak membeku. Sifat air
laut yang dipengaruhi langsung oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan osmosis.
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah ​halinitas​, dengan didasarkan
bahwa ​halida​-halida terutama ​klorida​ adalah ​anion​ yang paling banyak dari elemen-elemen
terlarut. Dalam ​oseanografi​, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam
“bagian perseribu” (​parts per thousand​ , ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah
gram garam untuk setiap liter larutan.
Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan
pada rasio ​konduktivitas elektrik​ sampel terhadap ​“Copenhagen water”,​ air laut buatan yang
digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas
dalam ​Practical Salinity Units​ (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air
laut terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan
bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan.

Tabel 2. Perbedaan kandungan garam dan ion utama antara air laut dan air sungai
% Jumlah berat seluruh gram
NAMA UNSUR AIR LAUT AIR SUNGAI
Klorida 55,04 5,68
Natrium 30,61 5,79
Sulfat 7,68 12,14
Magnesium 3,69 3,41
Kalsium 1,16 20,29
Kalium 1,10 2,12
Bikarbonat 0,41 -
Karbonat - 35,15
Brom 0,19 -
Asam borak 0,07 -
Strontium 0,04 -
Flour 0,00 -
Silika - 11,67
Oksida - 2,75
Nitrat - 0,90

❖ Sebaran Salinitas di Laut


Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar kuala dapat
mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air
tawar yang relatif lebih ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat
menentukan.
Pertama adalah perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi di mana
air tawar merupakan lapisan yang tipis di permukaan sedangkan di bawahnya terdapat air
laut. Ini bisa ditemukan di depan muara sungai yang alirannya kuat sedangkan pengaruh
pasang-surut kecil. Nelayan atau pelaut di pantai Sumatra yang dalam keadaan darurat
kehabisan air tawar kadang-kadang masih dapat menyiduk air tawar di lapisan tipis teratas
dengan menggunakan piring, bila berada di depan muara sungai besar.
Kedua, adalah perairan dengan stratifikasi sedang. Ini terjadi karena adanya gerak
pasang-surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air hingga terjadi
pertukaran air secara vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir keluar sedangkan air
laut merayap masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi percampuran. Akibatnya garis
isohalin (=garis yang menghubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong
ke luar. Keadaan semacam ini juaga bisa dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di
lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih
bergantung intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai
ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di
bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam
yang menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya.
Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi ditentukan oleh angin
tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air
ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan
salinitas minimum dengan metode inti (core layer method).
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati
kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di
daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5​o​ – 40​o​LU atau 23,5​o​ – 40​o​LS),
salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi
(penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan
kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis
salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi
(curah hujan).
1. Dinamika Salinitas di Daerah Estuaria
Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan
laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Estuaria
dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut
yang naik (misalnya pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh
sebab-sebab tektonis. Estuaria juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai yang sebagian
terlindungi oleh beting pasir atau lumpur.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang
khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
a) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri
fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
b) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan
khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.
c) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas
mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
d) kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air
tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.

2. Sifat-Sifat Ekologis
Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah
estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar
masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih
renda daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung
“terapung‟ diatas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini
disebut„estuaria positif‟ atau „estuaria baji garam‟ (salt wedge estuary).
Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya
dinamai “estuaria negatif‟. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat
rendah,seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan, yang
lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat
mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan
mengalir ke arah laut di bawah permukaan. Dengan demikian gradien salinitas airnya
berbentuk kebalikan daripada “estuaria positif‟.
Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis,
salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat. Substrat estuaria umumnya
berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik
dari darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang
terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya
berlangsung dengan lamban.

❖ Model Salinitas
Model Salinitas adalah suatu penggambaran atas kadar garam yang terdapat pada air,
baik kandungan atau perbedaannya sehingga untuk tiap daerah dimungkinkan terdapat
perbedaan ”model salinitas”nya. Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan
musim. Ke arah darat, salinitas muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama musim kemarau
pada saat aliran air sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga
salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim hujan, air tawar mengalir dari sungai ke
laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara menurun. Perbedaan
salinitas dapat mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan pergerakan massa di muara.
Perbedaan salinitas air laut dengan air sungai yang bertemu di muara menyebabkan keduanya
bercampur membentuk air payau. Karena kadar garam air laut lebih besar, maka air laut
cenderung bergerak di dasar perairan sedangkan air tawar di bagian permukaan. Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya sirkulasi air di muara.
Aliran air tawar yang terjadi terus-menerus dari hulu sungai membawa mineral, bahan
organik, dan sedimen ke perairan muara. Di samping itu, unsur hara terangkut dari laut ke
daerah muara oleh adanya gerakan air akibat arus dan pasang surut. Unsur-unsur hara yang
terbawa ke muara merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk fotosintesis yang
menunjang produktifitas perairan. Itulah sebabnya produktifitas muara melebihi produktifitas
ekosistem laut lepas dan perairan tawar. Lingkungan muara yang paling produktif di jumpai
di daerah yang ditumbuhi komunitas bakau.
❖ Menentukan Nilai Salinitas
Ciri yang paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang adalah rasanya
yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut bermacam-macam garam, yang
paling utama adalah garam natrium korida (NaCl) yang sering pula disebut garam dapur.
Selain garam-garam korida, di dalam air laut terdapat pula garam-garam magnesium,
kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literatur oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali
pula disebut kadar garam atau kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam
(dalam garam) yang terlarutdalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (per
mil, gram per liter).
Menurut klasifikasi tinggi rendahnya salinitas, maka salinitas terbagi menjadi 3 bagian yaitu
air tawar, air payau dan air laut.

Jadi tinggi rendahnya salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, penguapan, curah
hujan, banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, konsentrasi zat terlarut dan
pelarut. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula daya serap garam
tersebut untuk menyerap air. Salinitas juga berpengaruh terhadap tekanan osmotik air.
Semakin tinggi salinitas disuatu perairan, maka semakin besar pula tekanan osmotiknya.
Biota yang hidup di perairan yang asin, harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan
osmotik dari lingkungannya. Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara kimia
maupun fisika. Secara kimia untuk menentukan nilai salinitas dilakukan dengan cara
menghitung jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal ini dilakukan karena sangat susah
untuk menentukan salinitas senyawa terlarut secara keseluruhan. Oleh sebab itu hanya
dilakukan peninjauan pada komponen terbesar yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida
ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air
laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi
titrasi untuk menentukan kandungan klorida. Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai
jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua
karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan
semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida
ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel
air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)
Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding
dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di
atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan
hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang
digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO
memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan
salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan
rumus: S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969) Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi
ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan definisi sebelumnya. Definisi salinitas
ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan salinitas dari pengukuran konduktivitas,
temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru
yaitu Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari
konduktivitas. “Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari
konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu standar
atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl adalah 0,0324356
pada temperatur dan tekanan yang sama.
Rumus dari definisi ini adalah: S = 0.0080 – 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 –
7.0261 K2 + 2.7081 K5/2 Sebagai catatan: dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas
dinyatakan sebagai rasio, maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan
nilai 35 dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan “psu” dalam
menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari “practical salinity unit”. Karena
salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, jadi penggunaan
satuan “psu” sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Kemudian
untuk menghitung nilai salinitas secara fisik adalah ini untuk menentukan salinitas melalui
konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan prinsip konduktivitas. Salah
satu alat yang paling popular untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi ialah
salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik. Makin besar salinitas,
makin besar pula daya hantar listriknya. Selain itu telah pula dikembangkan pula alat STD
(salinity-temperature-depth recorder) yang apabila diturunkan ke dalam laut dapat dengan
otomatis membuat kurva salinitas dan suhu terhadap kedalaman di lokasi tersebut.

❖ Menghitung salinitas juga dapat dilakukan dengan bantuan alat :


Refraktometer

Refraktometer merupakan alat pengukur salinitas yang cukup umum. Juga disebut
sebagai pengukur indeks pembiasan pada cairan yang dapat digunakan untuk
mengukur kadar garam. Prinsip alat ini adalah dengan memanfaatkan indeks bias
cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air, karena memanfaatkan cahaya maka alat
ini harus dipakai ditempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik kalau
digunakan dibawah sinar matahari jadi sehabis kita mengambil sampel air laut kita
langsung menghitungnya dengan alat ini.

❖ Salinometer

Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan
dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya hantar listrik,
semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat ini digunakan
di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di lapangan atau
outdoor.

Arus Laut

❖ Pengertian arus

Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air
menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil
resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan.
Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah.
(Gross,1990).
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea
current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
(gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).

Arus laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju
keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan di dunia.
Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tipuan angin atau
perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang.

Bumi kita dikelilingi oleh dua lautan yang sangat luas: lautan udara dan lautan air. Keduanya
berada dalam keadaan bergerak yang tetap, dibangkitkan oleh energi dari matahari dan gaya
gravitasi bumi. Gerakan-gerakan mereka saling berhubungan: angin memberikan energinya
ke permukaan laut sehingga menghasilkan arus laut, dan arus laut membawa energi panas
dari satu lokasi ke lokasi lainnya, mengubah pola temperatur permukaan bumi dan juga
mengubah sifat-sifat fisis udara di atasnya.

Arus laut adalah gerakan massa air yang dipengaruhi oleh angin atau perbedaan densitas air
laut yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lainya.

Arus di permukaan laut disebabkan oleh pergerakan angin yang cukup kuat sedangkan arus di
kedalaman laut di sebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut.

Arus laut dapat terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean currents),
maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents

❖ Factor terbentuknya arus

Ada dua jenis gaya utama yang penting dalam proses gerak (motion) yakni gaya
primer dan sekunder. Gaya primer merupakan gaya yang menyebabkan gerak (motion) antara
lain: gravitasi, wind stress, tekanan atmosfer, dan seismic. Sedangkan gaya sekunder
merupakan gaya yang muncul akibat adanya gerak (motion) antara lain : gaya Coriolis dan
gesekan (friction) (Pond dan Pickard, 1983).

Menurut Gross (1990), terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya
tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis,
perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin.

Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu :

a. Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya :

Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh
arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas ini menghasilkan sistem aliran
yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentu
k bulatan.

b. Gaya Coriollis dan arus ekman :

Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah
mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan –
perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin
dalamnya kedalaman suatu perairan.

c. Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking :

Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah
kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropic.

❖ Jenis – jenis arus

~ Berdasarkan Proses Terjadinya:

• Arus ekman : Arus yang dipengaruhi oleh angin.

• Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitas.

• Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.

• Arus Geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya
corolis.

• Arus Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan
terjadi pada lapisan permukaan.

~Berdasarkan Kedalamannya:

• Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan
arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.

• Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom peraran, arah pergerakannya tidak
dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah
ekuator.

Berdasarkan Kedalaman, arus terbagi menjadi dua yaitu Arus Permukaan dan Arus Dalam.
Arlido merupakan bagian dari arus permukaan.
❖ Faktor pengaruh dan manfaat arus laut

A. Terhadap Iklim

• Arus Kurosyiwo menyebabkan suhu Jepang Selatan dan Pantai Barat Kanada pada
musim dingin suhunya sejuk.

• Arus Labrador yang dingin menyebabkan suhu Jazirah Labrador menjadi rendah.

• Arus Teluk yang panas menyebabkan musim dingin di Eropa Barat suhunya sejuk dan
pelabuhan tidak pernah beku.

• Arus Oyasyiwo yang dingin menyebabkan suhu di Hokaido rendah.

B. Terhadap Pelayaran

• Arus muson di Lautan Hindia dahulu banyak dipakai oleh orang Arab untuk berlayar ke
India dan Malaka.

• Arus musim di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan dahulu banyak dipakai oleh orang
Bugis dan Makasar untuk berlayar dari Ujungpandang ke Singapura.

C. Terhadap Penyebaran Gunung Es

Gunung-gunung es di lautan bebas dibawa oleh arus-arus dingin di lautan Atlantik belahan
bumi utara karena adanya arus dingin.

D. Arus Konveksi/Vertikal

Arus vertikal menyebabkan permukaan air laut banyak lumpur, ini menjadi makanan
plankton sehingga mengakibatkan banyak ikannya.

Contoh: Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Utara.

E. Terhadap Perikanan
Pertemuan arus panas dan arus dingin yang banyak planktonnya menyebabkan tempat itu
banyak ikannya.Contoh: Pertemuan arus teluk yang panas dan arus Labrador yang dingin di
dekat New Foundland, pertemuan arus panas Kurosyiwo dan arus dingin Oyasyiwo di
sebelah timur Jepang.

❖ ARLINDO ( Arus Lintas Indonesia)

Perairan Indonesia secara tetap diisi oleh massa air Samudra Pasifik. Hal ini terjadi
hanya karena wilayah Indonesia lebih terbuka terhadap Samudera Pasifiktetapi juga karena
kondisi dinamika permukaan laut. Ketinggian permukaan lautdi bagian barat samudra pasifik
lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah di selatan Jawa sepanjang tahun, sehingga
terbentuk gradien tekanan dari samudra pasifik ke samudera Hindia (Wyrtki, 1961)
Menurut Godfrey (1996),gradien tekanan tersebut terbentuk karena posisi Indonesia
berada pada sisi Barat Samudera Pasifik Trade Wind Belt, dimana tekanan angin secara terus
menerus menyebabkan penumpukkan massa air karena pergerakan arusnya menuju daratan.
Gradien tekanan tersebut menyebabkan terjadinya arus yang melewati perairan Indonesia
disebut Arlindo. Arlindo memiliki sistem sirkulasi massa air yang kompleks dan berfluktuasi
secara musiman dengan arah serta kekuatannya yang bervariasi.
Arlindo sangat terkenal karena menghubungkan antara Samudera Pasifik dengan
Samudera Hindia, melalui Selat Makasar dan keluar lewat Selat Lombok (25% dari total
transport arus yang lewat Selat Makassar) dan Selat Ombai bersama-sama Laut Timor (75%
sisa total transport arus tersebut). Arlindo terjadi sebagai akibat perbedaan tekanan rata-rata
sebesar 16 cm antara Samudera Pasifik dan Hindia. Arlindo memindahkan bahang oleh air
bersalinitas rendah dari tempat berkembangnya El Nino di Samudera Pasifik menuju
Samudera Hindia. Mengalir melalui bagian Selatan Indonesia dan Australia, Arlindo
merupakan penghubung utama atau titik temu pertukaran massa air global.

❖ Distribusi vertikal suhu air laut


Suhu merupakan ukuran energi gerak partikel, suhu juga menyatakan ukuran hangat
atau dinginnya suatu objek. Pada dasarnya profil suhu perairan secara vertikal akan
berbeda-beda tergantung letak lintang masing-masing serta pola harian cuaca, musim dan
iklim di tempat tersebut.

❖ Penyebab Perbedaan Profil Vertikal Suhu Perairan


Seperti yang kita ketahui bahwa suhu vertikal di perairan dibagi menjadi tiga lapisan
yaitu lapisan permukaan/ tercampur (mixed surface layer), lapisan termoklin (thermoklin
layer) dan lapisan dalam (deep layer). Setiap lapisan tersebut dapat mengalami perubahan
karena berbagai faktor, yang sangat berpengaruh terhadap stratifikasi suhu perairan adalah
interaksi antara atmosfer dan laut.

Berikut akan diuraikan mengenai penyabab perbedaan profil vertikal perairan.

Lapisan tercampur (mixed layer)

Permukaan laut merupakan bagian laut yang memiliki kontak langsung dengan
atmosfer. Moomentum flux Udara laut, panas dan periaran yang tawar merupakan gaya
eksternal utama yang bekerja pada permukaan lautan. Fitur yang sangat menonjol pada profil
vertikal suhu di permukaan adalah lapisan tercampur (mix layer).
Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, Faktor –faktor yang berperan di
sini antara lain :
1. hujan,
2. penguapan,
3. kelembaban udara,
4. suhu udara,kecepatan angin,
5. dan intensitas cahaya matahari.
Faktor-faktor meteorologi di atas di tampilkan pada gambar berikut :
Oleh sebab itu suhu pada daerah permukaan mengikuti pola musimanan. Misalnya pada teluk
Jakarta ditemukan suhu rata-rata musiman bervariasi antara 28-30°C. Dalam setahun terdapat
dua kali maksimum masing-masing terjadi pada Musim Pancaroba Awal Tahun sekitar bulan
April-Mei dan sekali lagi pada Musim Pancaroba Akhir Tahun sekitar bulan November. Hal
ini terjadi karena pada musim pancaroba angin biasanya lemah dan laut sangat tenang hingga
proses pemanasan pada permukaan dapat terjadi dengan lebih kuat. Pada Musim Barat
Desember – Februari, suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin
yang kuat dan curah hujan yang tinggi.
Secara alami suhu di permukaan relatif hangat, karena mendapat radiasi matahari
pada siang hari. Angin yang bertiup di lautan mengendalikan ketebalan lapisan tercampur,
lapisan ini memiliki temperatur yang konstan, dan nilai ini akan berubah paa kedalaman
tertentu. Besarnya jarak suhu berubah-ubah, namun biasanya suhu pada bagian bawah/dasar
lapisan tercampur hanya berkisar 0.02-0,1° lebih dingin dari suhu permukaan. Dengan
catatan bahwa pada lapisan tercampur nilai suhu adalah konstan.
Karena adanya pengaruh arus pasang surut, lapisan ini menjadi lebih tebal lagi.
Dilapisan dangkal, lapisan ini dapat terus terjadi hingga dasar perairan.
Lapisan tercampur pada daerah tropis dan lintang sedang memiliki kedalaman 10-200 meter.
Kedalaman lapisan ini akan bervariasi dari hari ke hari atau dari musim ke musim, yang
diwakili oleh dua proses :

1. Heat budget yang melalui permukaan yang panas dan permukaan air yang dingin.
Perubahan temperatur mengubah densitas secara kontras antara lapisan tercampur dan
perairan dalam. Semakin besar kontras, maka akan lebih banyak tenaga yang
dibutuhkan untuk mencampur lapisan di bagian bawah dan ​visa-versa.
2. Turbulensi pada lapisan tercampur, mencampur panas ke bagian bawah lapisan.
Turbulensi bergantung pada kecepatan angin dan intensitas pecahan gelombang.
Turbulensi dapat mengaduk lapisan serta dapat mencampur perairan sampai pada
lapisan thermoklin.

Pada daerah lintang sedang, lapisan tercampur akan lebih tipis akhir pada musim panas ketika
angin akan sangat lemah dan terjadi pemanasan pada lapisan permukaan. Pada saat
pemanasan sangat kuat, ketebalan lapisan hanya beberapa meter.
Sumber : Introduction of Oceanography, hal 82

Sumber : Introduction of oceanography, hal 77

Perairan yang hangat akan berlokasi di sekitar equator dan perairan yang lebih dingin
akan berada pada daerah kutub. Deviasi dari zonal sangat kecil. Daerah equator di lintang
40°memiliki perairan yang cenderung lebih dingin pada bagian timur. Pada bagian utara dari
lintang ini, perairan yang lebih dingin berada pada bagian barat. Anomali temperatur
permukaan laut pada sepanjang lautan sangat kecil. Kurang dari 1.5°C. Kecuali pada daerah
Pasifik dengan selisih yang dapat mencapai 3°C. Jarak tahunan pada temperatur permukaan
tertinggi terdapat pada daerah lintang rendah, terutama pada baian barat samudera. Pada
bagian barat, udara dingin bertiup dari pegunungan es dan mendinginkan lautan.
Proses pendinginan di lautan lebih dominan dari proses heat budget. Pada daerah
tropis, range /jarak suhu biasanya kurang dari 2°C. Suhu permukaan laut (SPL) rata-rata
ditentukan oleh pergantian panas antara laut dan atmosfer. Jika pemanasan matahari lokal
adalah satu-satuanya penentu suhu permukaan laut, maka nilai SPL di seluruh dunia akan
konstan, dengan nilai tertinggi di daerah kutub dan terendah di daerah kutub. Namun sebaran
suhu permukaan mendekati distribusi suhu yang ditampilakan pada gbr. (4).

Hal itu terjadi karena dua alasan sebagai berikut :


1. Arus meridional yang kuat mentransport massa air yang hangat ke dalam WBC (Western
Boundary Layer) pada sepanjang pantai timur benua. Contohnya adalah Gulf-Stream di utara
Samudera Atlantik dan Arus Kurosiho di Utara Samudera Pasifik. Perairan yang dingin
ditransport ke daerah equator sepanjang pantai barat benua.
2. Daerah-daerah upwelling pada pesisir perairan, misalnya di lepas pantai Peru dan Chili
atau Nambia. Suhu permukaan menjadi dingin, akibat adanya pengangkatan massa air yang
dingin dari kedalaman beberapa ratus meter.

Sumber: Elemen of Oceanografi hal 253.


Di daerah subtropis kedalaman lapisan tercampur bervarias antara 20-50 meter saat musim
panas, dan pada musim dingin,kedalaman mencapai 70-120 meter. Pada daerah sub polar
lapisan tercampur yang terbentuk dapat mencapai beberapa ratus meter selama musim dingin.
Lapisan termoklin (thermoklin layer)
Daerah tipis dimana terjadi perubahan suhu yang cepat di bawah lapisan tercampur
disebut sebagai lapisan termoklin musiman. Lapisan ini berkaitan dengan pergantian
temperatur, biasanya akan muncul pada panas dan akan menghilang di musim dingin. Di
daerah khatulistiwa, perubahan panas atau dingin perairan, tidak akan cukup untuk
menghilangkan thermokli musiman ini. Di bawah lapisan tercampur, temperatur air menurun
cepat dengan kedalaman, kecuali di lintang tinggi atau biasa disebut sebagai lapisan
termoklin. Jarak/ kisaran kedalaman dimana terjadi perubahan temperatur yang besar disebut
thermoklin. Karena densitas berhubungan erat dengan temperatur, thermoklin juga tergantung
pada lapisan dimana gradien densitas, yang disebut pycnoklin (lapisan perbatasan yang
relative tipis yang merupakan transisi antara massa air yang satu dengan yang lainnya.
Lapisan ini sering disebut juga sebagai discontinuity layer, karena lapisan ini mencegah
percampuran antara massa air yang ada di atas dan di bawahnya. Suhu di bawah lapisan
tercampur sudah tidak dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, tetapi lebih ditentukan oleh
kedalaman ambang (sill depth) dan sirkulasi lapisan dalam.
Bentuk termoklin sedikit bervariasi sesuai dengan musim. Termoklin ini disebut
termoklin musiman. Termoklin permanen memanjang di bawah termoklin musiman hingga
pada kedalaman 1500-2000 meter. Pada daerah lintang tinggi, lapisan yang terjadi di bawah
lapisan termoklin permanen mungkin lebih dingin dan tawar.

Lapisan dalam (deep layer)


Umumnya pada lapisan dalam suhu homogen, dan informasi yang diperoleh dari
lapisan ini sangat minim. Namun, lapisan dalam dapat berkurang jika lapisan di atasnya
bertambah, dan akan bertambah jika lapisan termoklin berkurang.

BAB III
PENUTUP
❖ KESIMPULAN
- Temperatur adalah karakter fisik air laut yang sangat penting, karena dapat
digunakan untuk mengidentifikasi badan air laut secara umum. Temperatur,
salinitas dan tekanan dapat menentukan kerapatan air laut.
- Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga
lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana
pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan,lapisan termoklin yaitu
lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan
kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga
lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC.
- Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
- Jadi tinggi rendahnya salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu,
penguapan, curah hujan, banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut
tersebut, konsentrasi zat terlarut dan pelarut. Semakin tinggi konsentrasi suatu
larutan maka semakin tinggi pula daya serap garam tersebut untuk menyerap
air.
- Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju
kestabilan yang terjadi secara terus menerus.
- Arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu :
- Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di
sekitarnya
- Gaya coriolls dan arus ekman
- Perbedaan densitas serta upwening dan sinking

❖ SARAN ​: Sebagai manusia kita harus menjaga bumi , agar nanti di masa depan dapat

dinikmati juga oleh penerus kita .

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40668670/Makalah_Suhu_dan_Densitas_Air_Laut​ ;
Diakses pada Jumat 02 oktober 2020
https://vdocuments.mx/chevy-cahyana.html
Diakses pada Jumat 02 oktober 2020
https://www.academia.edu/40668718/Makalah_Salinitas_Air_Laut
Diakses pada Sabtu 03 oktober 2020
https://www.academia.edu/29579405/Makalah_arus_laut_tentang_oceanografi
Diakses pada Sabtu 03 oktober 2020
https://rimbakita.com/salinitas/
Diakses pada Minggu 04 oktober 2020

1. Bentuk Topografi (permukaan) dasar lautan dan pulau

Lautan yang dibatasi banyak massa daratan akan menghasilkan suatu sistem yang
cenderung terbuka dan membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk seperti
melingkari daratan tersebut.

2. Perbedaan Densitas

Perbedaan densitas yang paling mudah diamati adalah pada laut dalam di daerah
kutub selatan dan kutub utara yang mengalir ke daerah tropik.

3. Angin

Hembusan angin di permukaan akan membuat terjadinya gelombang (ombak) di


lautan. Ternyata angin ini juga mengakibatkan terbentuknya gerakan air laut yang
disebut arus. Arus laut yang terbentuk nantinya akan mengikuti kuatnya hembusan,
jarak tempuh angin, arah angin, dan lamanya hembusan.

4. Kadar Garam di Air Laut


Kaar atau berat jenis air lau yang berbeda juga akan menyebabkan terbentuknya
arus laut. Pada bagian permukaan, air yang berat jenisnya kecil akan mengalir ke
arah air yang berat jenisnya besar. Sedangkan di bagian laut dalam, air yang
memiliki berat jenis besar akan mengalir ke air yang berat jenisnya rendah.

5. Temperatur dan Cahaya Matahari

Perbedaan temperatur pada kedalam laut tidak lepas dari pengaruh sinar matahari.
Panas dari sinar matahari ini dapat masuk ke laut hingga kedalaman 50 – 70 m. Nah
struktur dari lapisan yang terkena sinar matahari dengan lapisan laut yang tidak
terpengaruh oleh sinar matahari akan berbeda, oleh karena itu keadaan ini akan
mempengaruhi arus lautnya.

Anda mungkin juga menyukai