Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA KELAUTAN

THERMOCLINE, HALOCLINE DAN PYCNOCLINE

OLEH:

NAMA : MUHAMMAD ARIVIANSYAH MAHARJAN

NIM : F1C1 18 089

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas

pertolongannya_Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“THERMOCLINE, HALOCLINE DAN PYCNOCLINE” ini tepat pada waktu yang

telah direncanakan. Tak lupa sholawat serta salam kita lanturkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun

penulis pada ruang dan waktu yang lain.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak jarang penulis menemukan kesulitan-

kesulitan. Akan tetapi, berkat motivasi dan dukungan dari berbagai pihak,

kesulitan-kesulitan itu akhirnya dapat diatasi. Maka dari itu, melalui kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada berbagai

pihak yang telah membantu Penulis. Penulis menyadari selesainya makalah ini, masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap agar malakah ini bermanfaat bagi

pembaca.

Kendari, 29 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Thermocline ............................................................................................. 3

B. Halocline .................................................................................................. 6

C. Pycnocline ................................................................................................ 9

BAB III. KESIMPULAN .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sendiri merupakan Negara kepulauan, dengan 2/3 wilayahnya adalah

laut, ikut menyumbang kontribusi bagi laut dunia, baik dalam artian positif maupun

negatif. Sudah 13.466 pulau yang dikenali dan diberi nama dari total sekitar 17.000

pulau. Luas daratan Indonesia yaitu 1.919.440 km dan luas perairan 3.257.483

dengan garis pantai sepanjang 99.093 km. Oleh karena itu, adanya ilmu yang

mempelajari tentang karakteristik laut baik dari suhu, gelombang dan masih banyak

lagi baik di pandang dari sisi difisika atau kimia.

Oseanografi (gabungan kata Yunani ὠκεανός yang berarti "samudra" dan

γράφω yang berarti "menulis"), juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah

cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup

berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudra,

gelombang, dan dinamika cairan geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut,

kondisi batimetri, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan

perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam

disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk memperdalam pengetahuan

akan lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu astronomi, biologi,

kimia, klimatologi, geografi, geologi, hidrologi, meteorologi, dan fisika.

Paleoseanografi mempelajari sejarah lautan dalam artian sejarah geologinya.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini yaitu:

1. Apa itu thermocline?

2. Apa itu halocline?

3. Apa itu pycnocline?

C. Tujuan

Tujuan yang akan diperoleh yaitu:

1. Untuk mengetahui thermocline.

2. Untuk mengetahui halocline.

3. Untuk mengetahui pycnocline

2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Thermocline

Termoklin merupakan lapisan dalam perairan laut dimana pada lapisan tersebut

terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman. Nilai absolut gradien

penurunan temperatur vertikal pada lapisan termoklin standar (untuk daerah

Samudera Hindia) adalah sebesar 0,05°C/m. Lapisan termoklin mempunyai arti

penting bagi perikanan tangkap khususnya untuk menangkap ikan tuna. Ikan pelagis

besar ini senang hidup di lapisan termoklin dan lapisan di bawah termoklin. Lapisan

di bawah termoklin yang dimaksud adalah daerah front dibawah batas bawah lapisan

termoklin, edalamannya berkisar 160–280 m, pada kisaran suhu 10-16 °C.

Kedalaman termoklin merupakan parameter fisis lautan yang letaknya bisa

berubah-ubah secara vertikal. beberapa faktor bisa mempengaruhi perubahan

kedalaman lapisan termoklin yaitu arus, upwelling dan downwelling, material

padatan tersuspensi, posisi lintang, curah hujan dan variabilitas iklim global (El Niño

dan La Niña). Formulasi untuk mencari kedalaman lapisan termoklin sesuai dengan

yang dirumuskan Stern:

3
Dalam hal ini dicari nilai ( ) yang maksimum di dalam suatu kolom air yaitu

perubahan temperatur sebesar 0,05°C/m. Menghitung gradien temperatur vertikal

menurut formulasi yang digunakan Song:

Gj: Nilai gradien temperatur vertikal antara kedalaman standart Dj dan Dj + 1

Tj dan D: Temperatur dan kedalaman perairan pada kedalaman standart Dj

Setelah ditemukan lapisan termoklin, maka ditentukan batas atas dan batas

bawah termoklin dengan mengidentifikasi nilai Gj 0,05° C/m. Selanjutnya

dipisahkan nilai batas atas dan batas bawah termoklin secara bulanan,dan dibuat

grafik. Berdasarkan penelitian termoklin di perairan selatan jawa diperoleh hasil

sebaagai berikut:

4
5
Berdasarkan uraian diskripsi batas bawah termoklin di atas, tampak fenomena yang

menarik yaitu pada kasus El Niño-IOD(-) mempunyai batas bawah termoklin yang

hampir sama dengan batas bawah pada kasus La Niña-IOD(-). Hampir samanya batas

bawah termoklin pada kasus El Niño-IOD(-) dan La Niña-IOD(-) menyebabkan

ketebalan lapisan termoklin antara dua kasus itu pun hampir sama. Selisih ketebalan

termoklin antara kedua kasus tersebut berkisar 10 meter, selisih ini relatif kecil jika

dibandingkan dengan dua kasus yang lain, dimana selisinya berkisar 20–100 meter.

B. Halocline

Halocline adalah sebuah lapisan vertikal di dalam laut dimana kadar garam

berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam

ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga lapisan ini berfungsi sebagai dinding

pemisah antara air asin dan air tawar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

halocline (salinitas) memiliki hubungan dengan temperatur. Menurut data-data

salinitas, salinitas pada kedalaman 150 meter mengalami peningkatan dibanding pada

kedalaman lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya pertemuan material-material

dari permukaan laut dengan dari dasar laut. Namun pada kedalaman 250 meter pola

salinitas memasuki lapisan halocline, yaitu lapisan dimana salinitas berubah cepat

sesuai dengan bertambahnya kedalaman. Keadaan salinitas tersebut dibuktikan dari

nilai rata-rata salinitas per kedalaman pada tahun 2006, 2007 dan 2008, dimulai dari

permukaan salinitas memiliki nilai sebesar 35 ‰ lalu nilai tersebut membesar seiring

dengan bertambahnya kedalaman dan mengecil pada kedalaman diatas 150 meter.

6
Lapisan thermocline dan halocline memiliki kedalaman yang berbeda sesuai dengan

kondisi masing-masing daerah. Contohnya pada perairan Puerto Rico memiliki

kedalaman 5000 meter, lapisan-lapisan tersebut ada pada kedalaman 1000 meter.

Contoh lain pada perairan Selat Makassar, pada perairan tersebut memiliki kondisi

kedalaman yang dangkal, sehingga lapisan thermocline dan halocline ada pada

kedalaman 150 meter.

7
Dari hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara temperatur dan

salinitas tidak berbanding lurus, seperti pada kondisi temperatur 30°C, memiliki nilai

salinitas 33 ‰, sedangkan pada kondisi temperatur 25°C, memiliki nilai salinitas 35

‰. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi nilai salinitas. Nilai

temperatur dan salinitas berubah sesuai dengan bertambahnya kedalaman. Namun

pada kedalaman 250 meter, nilai temperatur dan salinitas berubah secara signifikan

karena adanya lapisan thermocline dan halocline. Kedua lapisan tersebut bisa

berubah-ubah akibat kejadian El Nino dan La Nina yang mengakibatkan penguapan

dan curah hujan yang tinggi.

8
C. Pycnocline

Pycnocline adalah lapisan air di mana kepadatan berubah paling cepat dengan

kedalaman. pycnocline biasanya dikaitkan dengan gradien suhu atau termoklin,

karena kepadatan variasi dengan kedalaman ditentukan terutama oleh suhu, kecuali di

lintang tinggi di mana salinitas berada lebih penting. Pycnocline adalah gradien fisik

yang mempengaruhi daya apung, anggaran panas, arus, dan transportasi. Pycnocline

juga merupakan batas ekologis keduanya karena mungkin termasuk batas suhu

fisiologis dan karena sering berhubungan dengan gradien nutrisi, oksigen, atau faktor

pembatas lainnya. 'Bagian depan horizontal di mana-mana' ini adalah ‘‘ yang terkait

secara global dengan perubahan tersebut dari epipelagic ke ekosistem yang lebih

dalam, jadi itu yang paling fitur yang signifikan dalam ekologi tiga dimensi geografi

lautan ’.

9
Stratifikasi dikuantifikasi sebagai energi potensial anomali (u, Jm 23), yang

sama dengan jumlah kerja per unit volume yang diperlukan untuk mendistribusikan

kembali massa dalam pencampuran lengkap kolom air yang telah ditentukan

kedalamnnya.

di mana r adalah kerapatan potensial pada kedalaman z. Yang ditentukan kedalaman

h untuk penelitian ini adalah 300 m, untuk menutup pycnocline di semua lokasi dan

waktu tahun dalam wilayah studi. Itu kepentingan relatif dari suhu dan salinitas

dalam menentukan stratifikasi dinilai dengan menghitung potensi anomali energi

pada salinitas konstan (rata-rata), suhu konstan dan densitas. Jadi, stratifikasi karena

suhu dan stratifikasi karena salinitas. Nilai u karena variasi kedalaman suhu, salinitas,

dan tekanan berkisar antara 631 hingga 1855 J m-3, sedangkan nilai uP, yang hanya

disebabkan oleh kompresibilitas air laut dari suhu rata-rata dan salinitas, relatif

konstan dan berkisar antara 317 hingga 341 J m.

10
BAB III. KESIMPULAN

1. Termoklin merupakan lapisan dalam perairan laut dimana pada lapisan tersebut

terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman.

2. Halocline adalah sebuah lapisan vertikal di dalam laut dimana kadar garam

berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman.Pycnocline adalah

gradien fisik yang mempengaruhi daya apung, anggaran panas, arus, dan

transportasi.

3. Pycnocline juga merupakan batas ekologis keduanya karena mungkin termasuk

batas suhu fisiologis dan karena sering berhubungan dengan gradien nutrisi,

oksigen, atau faktor pembatas lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Paul C.F., Daniel M.P., Roy M. dan Steven J.B., 2013, Pycnocline Variations in the

Eastern Tropical and North Pacific, Journal Of Climate, doi: 10.1175/jcli-d-11-

00728.1.

Kunarso, Safwan H., Nining S.N. dan Mulyono S.B., 2012, Perubahan Kedalaman

dan Ketebalan Termoklin pada Variasi Kejadian ENSO, IOD dan Monsun Di

Perairan Selatan Jawa Hingga Pulau Timor, Ilmu Kelautan, 17(2).

Hasita F., Zikra M. dan Suntoyo, 2013, Analisa Variasi Temperatur dan Salinitas Air

Laut di Perairan Samudra Pasifik Akibat Pengaruh El Nino dan La Nina, Jurnal

Teknik Pomits, 2(2).

12

Anda mungkin juga menyukai