Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FISIKA LINGKUNGAN

SUHU AIR LAUT

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Fisika Lingkungan

Dosen Pembimbing : Drs. Letmi Dwiridal, M.Si

Disusun oleh :

Nama : AMALIA PUTRI

NIM : 16034032

Prodi : FISIKA B

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat ALLAH S.W.T. karena berkat kemurahan-Nya
lah makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya
membahas tentang “Suhu Air Laut”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah fisika lingkungan dan
untuk memperluas pengetahuan tentang hal-hal yang penting di lingkungan sekitar kita. Agar
kita mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang berada di lingkungan
sekitar kita.

Dalam penulisan makalah ini, saya mendapat arahan dari dosen mata kuliah fisika
lingkungan dan masukan-masukan yang selalu diberikan orang-orang sekitar saya. Demikian
makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat.

Padang, 2 Maret 2018

Penulis

Amalia Putri

16034032
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi suhu udara di Indonesia menjadi lebih panas sepanjang abad dua puluh. Suhu
udara rata-rata tahunan telah bertambah kira-kira 0.3oC sejak tahun 1900. Sementara itu
tahun1990 menjadi decade terpanas abad ini. Tahun 1998 menjadi tahun terpanas hampir 1 °C
di atas rata-rata tahun1961-1990. Pemanasan ini telah terjadi di semua musim sepanjang
tahun. Curah hujan telah berkurang 2 hingga 3 persen diIndonesia dalam abad ini. Hampir
seluruh pengurangan ini terjadi selamaperiode bulan Desember – Februari. Rata-rata suhu
udara di Indonesia mengalami peningkatan berkisar 0,2 - 1°C yang terjadi sejak tahun 1970
sampaitahun 2008 akibat adanya pemanasan global. Dampak lain pemanasan global yang
merupakan salah satu aspek dari perubahan iklim adalah naiknya permukaan air laut yang
mengakibatkan menyusutnya luas lahan pertanian. (Suyatno,1999)

Temperatur permukaan bumi ditentukan terutama oleh jumlah radiasi matahari yang
diterima. Sekitar 70 % radiasi yang datang sampai ke permukaan secara langsung atau tidak
langsung. Jumlahnya bervariasi terhadap lintang, musim dan waktu dan jumlah yang terserap
tergantung pada albedo di permukaan. Lautan mempunyai kapasitas termal yang besar karena
panas spesifik dan laten air yang tinggi dan bertindak sebagai penyangga temperatur untuk
permukaan bumi sebagai suatu kesatuan. Insolasi tahunan di lintang rendah lebih besar dari di
bagian kutub karena sudut datang dimana matahari mengenai permukaan bumi, semakin
tinggi lintang semakin kecil sudutnya. (A. Supangat, 2000)

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah
matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat
dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik.
Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2
kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa
air. (Meadous and Campbell,1993)

Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu
temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial.
Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam
cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya.
Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan
oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan
massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan
molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi
nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan
molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya
pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi.
Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35Oc. (Rahmad, 1992)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa alat yang bisa digunakan untuk mengukur suhu air laut?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur suhu air laut


BAB II

PEMBAHASAN

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah
matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat
dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik.
Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2
kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa
air. (Meadous and Campbell,1993)

Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak
mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang
merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai
kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah
kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal. (Hutabarat dan Evans,
1986)

Temperatur permukaan bumi ditentukan terutama oleh jumlah radiasi matahari yang
diterima. Sekitar 70 % radiasi yang datang sampai ke permukaan secara langsung atau tidak
langsung. Jumlahnya bervariasi terhadap lintang, musim dan waktu dan jumlah yang terserap
tergantung pada albedo di permukaan. Lautan mempunyai kapasitas termal yang besar karena
panas spesifik dan laten air yang tinggi dan bertindak sebagai penyangga temperatur untuk
permukaan bumi sebagai suatu kesatuan. Insolasi tahunan di lintang rendah lebih besar dari di
bagian kutub karena sudut datang dimana matahari mengenai permukaan bumi, semakin
tinggi lintang semakin kecil sudutnya. (A. Supangat, 2000)

Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu
temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial.
Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam
cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya.
Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan
oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan
massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan
molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi
nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan
molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya
pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi.
Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35Oc. (Rahmad, 1992)

Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan. (Hutabarat dan Evans, 1986)

Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah


parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami
penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan
secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah.
Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka
temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan
pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi
perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air
pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan
adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu
temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di
laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur
potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika
parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di
atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman
laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan)
akan selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya. (Annisa, 2008)

Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan,
yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien
suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah
secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan
termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC.
Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman
sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter. (Nontji,1987)

Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan
semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang
masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan
berkisar antara 2°C – 4°C. (Hutagalung, 1988)

Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut
lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah
menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan
tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga
kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak
diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara
mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman
melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C. (sahala
hutabarat,1986)

Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan. (Hutabarat dan Evans, 1986)

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara
itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor
energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K. Perubahan 1oC sama dengan
perubahan 1K (Wiratma, 2001).

Temperature permukaan laut tergantung pada insolasi dan penentuan jumlah panas


yang kembali diradiasikan ke atmosfer. Semakin panas permukaan maka semakin banyak
radiasi baliknya.  Panas juga ditransfer disepanjang permukaan laut melalui konduksi dan
konveksi serta pengaruh penguapan. Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya
maka panas dapat ditransfer dari laut ke udara. Biasanya permukaan lebih panas dari udara
diatasnya sehingga terdapat sejumlah panas yang hilang dari laut melalui konduksi.
Kehilangan tersebut relative tidak penting untuk total panas lautan dan pengaruhnya dapat
diabaikan kecuali untuk pencampuran konveksi oleh angin yang memindahkan udara hangat
dari permukaan laut. Penguapan (transfer air ke atmosfer sebagai uap air) adalah mekanisme
utama dimana laut kehilangan panasnya yaitu sekitar beberapa magnitude dibandingkan yang
hilang melaui konduksi dan pencampuran konveksi. (Soewito, 1998)

Temperatur permukaan bumi ditentukan terutama oleh jumlah radiasi matahari yang
diterima. Sekitar 70 % radiasi yang datang sampai ke permukaan secara langsung atau tidak
langsung. Jumlahnya bervariasi terhadap lintang, musim dan waktu dan jumlah yang terserap
tergantung pada albedo di permukaan. Lautan mempunyai kapasitas termal yang besar karena
panas spesifik dan laten air yang tinggi dan bertindak sebagai penyangga temperatur untuk
permukaan bumi sebagai suatu kesatuan. Insolasi tahunan di lintang rendah lebih besar dari di
bagian kutub karena sudut datang dimana matahari mengenai permukaan bumi, semakin
tinggi lintang semakin kecil sudutnya. (A. Supangat, 2000)

Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat
radiasi matahari pada siang hari. Karena kerja angin, maka di lapisan teratas sampai
kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu
hangat (sekitar 28 oC) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan teratas ini sering pula disebut
lapisan homogen. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi
lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan homogen ini melanjut sampai ke dasar. Di bawah
lapisan homogen terdapat lapisan termoklin, di mana suhu menurun cepat terhadap
kedalaman. Tebalnya lapisan termoklin bervariasi sekitar 100-200 m. di bawah lapisan
termoklin, baru terdapat lagi lapisan yang hampir homogen dan dingin. Makin kebawah
suhunya berangsur-angsur turun hingga pada kedalaman lebih 1.000 m suhu biasanya kurang
dari 5 oC. (A. Nontji, 2005)

Pengaruh perubahan temperatur terhadap densitas

Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan
densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Posisi obyek di dalam air,
materi2 di dalam dan di atas permukaan laut dan posisi dari massa air tersebut ditentukan
sebagai densitas. obyek yang tebal akan terbenam di bawah obyek yang sedikit tebal.
Perubahan volume dapat mengubah densitas. Contohnya jika temperature air meningkat air
akan berpindah lebih cepat dan dan akan menempati volume yang lebih besar dan densitas
akan menurun. Dan jika air tersebut dingin, perpindahan partikel akan menurun dan volume
juga akan menurun sehingga densitas air akan meningkat. Hal ini juga akan sangat mungkin
dalam mengubah massa air dengan melarutkan materi - materi di dalamnya. Materi - materi
yang dilarutkan memberikan kuantitas massa yang besar sehingga densitas tinggi.  Sejak
densitas ditetapkan sebagai obyek yang menduduki posisi yang menentukan, massa air yang
tinggi akan selalu berpindah ke dalam dan terbenam di bawah densitas yang lebih rendah.
Dalam pengaruh densitas yang berbeda merupakan faktor kontrol arus yang berpindah di
bawah permukaan laut. (Anonim, 2010)
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur,
kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Perlu diperhatikan bahwa densitas
maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku
untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas. (Robinson, 2009)

S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan
terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya
terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan
densitas maksimum. (Soewito, 2000)

S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat
akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini
terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai. (Soewito,
2000)

Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke
level tekanan referensi. Temperatur air merupakan factor lain yang sangat penting dalam
distribusi organisme lautan. Beberapa organisme mampu beradaptasi dengan variasi suhu
yang besar. Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu
temperatur dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena
aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi),
semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas.
Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. (Tjahjono, 1989)

Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di


daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di
laut adalah -2oC s.d. 35oC. Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya
kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain
akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air
mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka
temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga
secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi
akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di
dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin
membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek
penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. (Suparman, 2002)

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara
itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor
energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K. Perubahan 1oC sama dengan
perubahan 1K. Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi
panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik.
Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus :

Q = densitas x energi panas spesifik x temperatur (temperatur dalam satuan Kelvin).

Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan
temperatur potensial. Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. (Kanginan,
2010)

Jadi, densitas berpengaruh terhadap perubahan temperature karena saat perubahan


suhu terjadi, akan terjadi perubahan volume yang mengakibatkan perubahan densitas.
Perubahan temperature yang terjadi merupakan perubahan temperature adiabatic (tanpa
pertukaran energy panas) karena sesungguhnya, perubahan temperature yang terjadi tidak
terlalu signifikan sehingga tidak terjadi pertukaran energy panas. Tetapi perubahan tersebut
cukup berpengaruh kepada nilai densitas yang ada. (Samsul, 2009)
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di 119o 15’ 46.35” BT – 125o 45’ 11,46” serta 2o 2’ 55.83”
LS – 3o 12’ 54,87” LU (Gambar 1). Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah data
citra satelit Aqua -Modis berupa SST untuk bulan Januari sampai Desember 2006.

Berbagai tipe data yang tersedia bisa didownload secara gratis, namun untuk
keperluan penelitian ini data yang digunakan adalah SST level-3 dengan resolusi 4 km.
Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan adalah unit perangkat komputer berbasis linux
(Fedora core 6) serta software Seadas 4.7

Km

050 100 200

skala bar

Kuadran 2

Kuadran 1

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Area of Interest (AOI) dibagi atas Kuadran 1 dan 2

Distorsi radiometrik disebabkan oleh pengaruh hamburan dan serapan atmosfir, bias
pada waktu transmisi data, kondisi optik sensor dan perubahan cahaya memerlukan perbaikan
radimetrik dan kualitas spectral citra. Berdasarkan sifat datanya yang merupakan data
komposit dan siap pakai, maka data SST level-3 tidak memerlukan tahapan koreksi baik
geometrik maupun radiometrik. Oleh karenanya dalam kegiatan ini koreksi radiometrik tidak
dilakukan karena citra yang digunakan adalah data level-3 yang sudah terkoreksi baik
geometrik maupun radiometrik.
Langkah pemotongan citra (image cropping) dilakukan untuk memperkecil area
tampilan citra sesuai koordinat daerah yang diinginkan. Ini bertujuan agar ukuran file menjadi
lebih kecil sehingga proses pengolahan menjadi lebih cepat. Untuk kepentingan perbandingan
data, pengamatan dilakukan dengan membuat Area of interest (AOI) yang berbeda berbentuk
kuadran 1 dan kuadran 2. Kedua kuadran sebagai AIO ini masing-masing memiliki ukuran
yang sama untuk luas dan keliling, yaitu 16666,81 km2 (luas) serta 516,387624 km (keliling).
Masing- masing kuadran memiliki lokasi; 120o 18’ 53,78” BT – 121o 27’ 54,388” BT dan 0o
18’ 46,67” LU – 0o 50’ 36,44” LS untuk lokasi kuadran 1 serta 123o 27’ 39,61” BT – 124o
37’ 13.97” BT dan 0o 16’ 33,32” LU – 0o 53’ 12,30” LS untuk lokasi kuadran 2 (Gambar 1).
Maksud pembuatan kuadran ini adalah untuk mengamati pola/profil suhu permukaan yang
diharapkan dapat mewakili gambaran bagi kondisi suhu permukaan daerah semi
tertutup/dalam teluk yang relatif homogen (kuadran 1) dengan kondisi berbeda di daerah semi
terbuka/depan atau luar teluk yang relatif dinamis terhadap pengaruh angin dan arus (kuadran
2).

Data rata-rata sebaran suhu permukaan bulanan selama setahun (12 bulan) kemudian
diekstrak dari citra Modis bagi masing-masing kuadran. Pada tahapan ekstraksi, data awal
yang diperoleh adalah berbentuk kompresan dengan format .bgz, oleh karenanya diperlukan
tahapan konversi untuk bisa diekstrak dalam bentuk format file .hdf. Dalam bentuk file
berformat .hdf ini data SST sudah dapat dipotong dan diolah pada Seadas untuk lebih lanjut
digunakan dalam memvisualisasi (display) serta analisis (raw data) bagi kegiatan pengamatan
suhu permukaan. Khusus untuk keperluan analisis raw data, data suhu permukaan dikonver
lagi ke dalam format ASCII untuk selanjutnya diolah pada MS Excell menjadi represenstasi
grafis (chart) sebaran suhu permukaan bulanan bagi masing-masing wilayah yang mewakili
perairan semi tertutup (kuadran 1) dan terbuka (kuadran 2).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Hasil pengolahan secara komposit (image) dan analisis raw data SST direpresentasikan
berupa pola sebaran SST ditampilkan pada Gambar 2 dan 3. Pada Gambar 2, luaran hasil olahan
data SST dibuat dalam format png. Data olahan mencakup daerah perairan Teluk Tomini dan
sekitarnya, termasuk kuadaran yang mewakili daerah perairan dalam dan luar daerah teluk. Pada
o
Gambar 3 dapat dilihat hasil analisis raw data berupa nilai SST dalam derajat celcius (C ) pada
masing-masing kuadran.
Secara umum terlihat adanya sebuah visualisasi secara komposit warna pola distribusi
suhu permukaan yang berbeda antara daerah perairan semi tertutup (dalam teluk/kuadran 1)
yang suhu permukaannya cenderung dominan relatif tinggi dibandingkan daerah semi terbuka
(luar teluk/kuadran 2) pada pengamatan sepanjang tahun 2006.

Januari Februari Maret April

Mei Juni Juli Agustus

September Oktober November Desember


Gambar 2. Hasil olahan data Sebaran Suhu Permukaan Aqua-MODIS L3 untuk
perairan Teluk Tomini dan sekitarnya serta daerah perairan dalam dan
luar yang diwakili oleh kuadaran 1 dan 2 dari bulan Januari – Desember
2006 yang diolah menggunakan SeaDAS4.7.

Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu permukaan di antaranya; kondisi musim


(iklim), angin, serta fenomena yang terjadi di laut seperti upwelling, arus, dan lain-lain.
Terkait dengan hal ini, kondisi iklim wilayah Teluk Tomini sangat dipengaruhi oleh musim
timur dan barat (Infokom Sulawesi Tengah, 2006).

Gambar 3 .Representasi rata-rata nilai sebaran SST untuk wilayah perairan dalam
(Mean K1) dan perairan luar (Mean K2) daerah perairan Teluk Tomini
sepanjang bulan Januari hingga Desember 2006.

Menurut Biro Infokom Sulawesi Tengah, (2006) bahwa musim timur biasa terjadi pada
bulan April hingga September, sedangkan musim barat biasanya berlangsung dari bulan
Oktober. Jika dihubungkan dengan hasil pengamatan dalam penelitian ini, maka dapat diamati
bahwa fenomena musim mempengaruhi suhu perairan permukaan Teluk Tomini. Musim
timur berpengaruh terhadap menurunnya suhu permukaan di perairan Teluk Tomini baik di
daerah dalam mapun luar perairannya (kuadran 1 dan 2). Hal yang sebaliknya terjadi pada
musim barat yang berpengaruh terhadap naiknya rata-rata suhu permukaan di perairan Teluk
Tomini, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
Berdasarkan pola distribusi citra suhu permukaan laut dapat dilihat fenomena
oseanografi seperti upwelling, front, dan pola arus permukaan. Daerah yang mempunyai
fenomena-fenomena seperti tersebut di atas umumnya merupakan perairan yang subur.
Dengan diketahuinya daerah perairan yang subur tersebut maka daerah penangkapan ikan
(Amri et al.2005b; DKP, 2006). Selain itu, suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk
mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan
laju maksimum, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah fotosintesa
(Pmaxstruktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton
(Tomascik et al. 1997). Secara umum, laju fotosintesa fitoplankton meningkat dengan
meningkatnya suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik
suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu berdaptasi terhadap
suatu kisaran suhu tertentu.
Perbedaan suhu air permukaan bisa menyebabkan aliran arus laut di permukaan.
Dengan memperhatikan peta distribusi suhu permukaan perairan Teluk Tomini selama tahun
2006, demikian pula beberapa lokasi yang bisa menjadi petunjuk lokasi front dan upwelling
juga massa aliran air permukaan dapat diinterprestasi berdasarkan visualisasi gradient suhu air
permukaan sepanjang tahun (Gambar 2). Sebagai sebuah perairan di wilayah tropis dan tepat
di garis khatulistiwa, sepanjang tahun, umumnya kondisi suhu permukaan perairan Teluk
o o
Tomini cenderung hangat (29 - 31 C). Namun di beberapa lokasi dapat terlihat adanya
o
penaikan suhu perairan hingga 33 C. Gambaran yang berbeda dapat ditemukan dalam
membandingkan kondisi distribusi suhu permukaan antara wilayah dalam dan luar teluk.
Fenomena penurunan gradient suhu permukaan yang drastis di sekitar wilayah luar perairan
teluk kemungkinan disebabkan oleh proses upwelling (Amri et al. 2005a; 2005b).

4.2. PEMBAHASAN

Suhu merupakan derajat panas suatu benda yang dapat berubah ruang dan waktu
dimana penyebarannya disebabkan oleh gerakan air seperti arus dan turbulensi. Suhu
memiliki fungsi yang sangat urgen di dalam lingkungan laut. Secara langsung, suhu
mempengaruhi laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan fisiologi hewan, khususnya derajat
metabolisme dan reproduksi. Sedangkan secara tidak langsung suhu mempengaruhi daya larut
oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya larut oksigen akan berkurang jika
suhu perairan naik.

Suhu air pada laut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan,
aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2,
CH4, dan lain sebagainya.

Umumnya, suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi
matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman
kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar
28°C) yang ertical. Oleh sebab itu lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan vertikal.
Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di
perairan dangkal lapisan vertikal ini sampai ke dasar.

Suhu akan menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini dikarenakan
pengaruh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam air yang menyebabkan semakin
dalam suatu perairan suhunya pun semakin rendah. Dan pada suhu melebihi 1000 meter suhu
air relative konstan yaitu 2oC – 4oC.

Berdasarkan perubahan suhu itulah, sehingga suhu di dalam laut memiliki wilayah
sebaran secara vertikal atau menegak yang membagi lapisannya menjadi tiga bagian yaitu
Mix Layer, Thermocline dan Deep Layer.

Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan


laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah
yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.

Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh
lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan
diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah seragam karena percampuran oleh
angin dan gelombang sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed
layer). Mixed layer mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara pasif mengapungkan
plankton, telur ikan, dan larva, sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung
kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam.

Pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling), lapisan termoklin ini bergerak ke
atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga massa air yang kaya zat hara dari
lapisan dalam naik ke lapisan atas.jangka pendek dari kedalaman termoklin dipengaruhi oleh
pergerakan permukaan, pasang surut, dan arus. Di bawah lapisan termoklin suhu menurun
secara perlahan-lahan dengan bertambahnya kedalaman.

Secara horizontal sebaran suhu didasarkan pada letak lintang. Wilayah dengan
intesitas penyinaran matahari yang lebih banyak ialah daerah-daerah yang terletak pada
lintang 100LU – 100LS. Implikasinya, suhu air laut tertinggi akan ditemukan di daerah sekitar
ekuator. Semakin ke arah kutub, suhu air laut semakin dingin. Hal ini jugalah yang
menyebabkan kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil.

Karateristik suhu air laut didaerah tropis, subtropis dan kutub berbeda. Daerah tropis
memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena
faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan
dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai
kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak
diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas.

RUMUS

PV
T=
nR

Dimana:

T=Temperatur/Suhu (K)

P=Tekanan (N/m3 atau atm)

V= Volume (L atau m3)

n= jumlah mol (mol)

R= Tetapan gas (8,31 J/mol.K atau 0,0821 liter.atm/mol.K)

Ikan yang hidup di bagian laut sebelah dalam yang bersuhu rendah dan bertekanan tinggi
terbatasi habitat hidupnya di situ dan tidak akan melampaui batas ke kawasan laut dangkal
yang bersuhu hangat dan bertekanan rendah. Ikan tersebut mempunyai pertumbuhan organ
tubuh yang khas untuk mendukung hidupnya. Organ tubuh ikan dan segala kandungan
komposisinya yang khas tersebut menjadikan manusia dapat memperoleh manfaat yang
banyak dari mereka.
BAB V

KESIMPULAN

1. Pada lapisan teratas suhu perairan bersifat homogen karena air teraduk oleh
gelombang dan arus
2. Perbadaan suhu pada lapisan termoklin dikarnakan perbedaan intensitas cahaya yang
masuk
3. Pada lapisan termoklin perbedaan suhu pada tiap kedalaman sangat ekstrim.
4. Pada lapisan yang perbedaan suhunya sangat ekstrim tidak lagi terjadi pengadukan.
5. perbedaan suhu pada pada tempat yang berlainan dikarnakan iklim, cuaca,
gelombang, arus.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2008. Annisa.blogspot.com/temperatur-laut. Diakses tanggal 2 Maret 2018.

Hutabarat,Sahala. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta  : UI

Kanginan,Martin. 2002. Fisikia Dasar.Jakarta : Erlangga

Nontji,Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Samsul. 2009. Samsoel.blogspot.com/temperatur-terhadap-salinitas. Diakses tanggal 2


Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai