Anda di halaman 1dari 44

JASA KONSULTAN DETAIL ENGINEERING DESAIN

DAN PENDAMPINGAN TEKNIS


PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI (DESIGN AND BUILT)
PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JALAN UTAMA (MAIN ROAD)
PAKET 2: STA. 10+690 – STA. 27+000 JALAN TOL SEMARANG DEMAK

LAPORAN JUSTIFIKASI TEKNIS


CROSSING SALURAN PEMBUANG DI GUNTUR KIRI
STA 18+680

APRIL 2021

KONSORSIUM
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Nama Proyek / Pembangunan Jalan Tol Semarang


Doc. No. : -
Divisi: Demak STA 10=690 s/d 27+000
Tanggal Dokumen: April 2021 Rev. No. : -
Kontraktor: PP-WIKA KONSORSIUM No. Of Pages -

LAPORAN JUSTIFIKASI TEKNIS


CROSSING SALURAN PEMBUANG DI GUNTUR KIRI
STA. 18+680

Dokumen Rujukan
Nama Dokumen Deskripsi

Revisi
Tanggal Deskripsi
No.

Diajukan Oleh Disetujui Oleh Mengetahui


PERENCANA PELAKSANA BUJT
MCM – STUDI TEKNIK PP-WIKA
PT. PPSD
KSO KSO

Tanda
Tangan

Nama Soedirman, ME Rebimun Deddy Susanto


GENERAL
TA HIDROLOGI GM TEKNIK
SUPERINTENDENT

ii
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Kontrak Perjanjian Kerjasama Jasa Konsultan Detail Engineering


Desain dan Pendampingan Teknis Pekerjaan Jasa Konstruksi (Design and Built)
Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (Main Road) Paket 2: STA 10+690 – STA 27+000
Jalan Tol Semarang Demak, bersama ini kami sampaikan dokumen Laporan Justifikasi
Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680.
Laporan ini berisi tentang hasil indentifikasi lapangan, analisa hidrologi dan
hidrolika saluran. Laporan ini dikeluarkan sebagai dasar perencanaan Teknik Akhir Jalan
Tol Semarang – Demak Paket 2 (STA. 10+690 – STA. 27+000).
Akhir kata, Konsultan menyampaikan terima kasih kepada PP-WIKA Konsorsium
yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan
Perencanaan Teknik Akhir Jalan Tol Semarang – Demak Paket 2 (STA. 10+690 – STA.
27+000) ini, dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran proses
penyusunan laporan ini.

Semarang, April 2021


Mengetahui,

Dr. Ir. Slamet Imam Wahyudi, DEA Soedirman, ME


IPC TA Hidrologi

iii
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

BAB 1

PENDAHULUAN
Justifikasi teknis ini dibuat untuk mendukung dan menguraikan kondisi lapangan,
analisa hidrologi dan hidrolika pada STA 18+680 Saluran Pembuang DI Guntur Kiri.

1
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

BAB 2

IDENTIFIKASI LAPANGAN
1.
2.
2.1. Gambaran Umum Lokasi

2
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

3
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Gambar 2.1 Peta Situasi Saluran

Gambar 2.2 Dokumentasi Saluran Arah Hulu

Gambar 2.3 Dokumentasi Saluran Arah Hilir

4
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Gambar 2.4 Potongan Melintang Saluran Kondisi Eksisting

5
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

BAB 3
ANALISA HIDRO-OCEANOGRAFI
Pasut laut (ocean tide) didefinisikan sebagai fenomena naik dan
turunnya permukaan air laut yang terjadi secara periodik yang
disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama
bulan dan matahari. Pengukuran pasang surut bertujuan untuk
mengetahui elevasi muka air minimum (LLWL), rata rata (MSL) dan
muka air maksimum (HHWL). Elevasi tersebut digunakan untuk
keperluan perencanaan elevasi suatu bangunan yang terkena dampak
pasang surut, analisa pelaksanaan konstruksi dan acuan pelayaran.
Pengukuran muka air juga digunakan sebagai koreksi kedalaman pada
saat pengukuran Bathimetri.
Pengamatan pasut yang paling sederhana dilakukan
menggunakan rambu ukur yang biasa disebut palem (pile schale).
Pencatatan dilakukan setiap interval 1 jam selama 1 x 24 jam dalam
jangka 15 hari. Pemilihan lokasi pemasangan peil schale dikondisikan
sedemikian rupa agar posisi nol palem dalam kondisi selalu terendam,
sehingga bacaan peil scaal masih dapat diamati bahkan pada saat surut
paling rendah sekalipun.

 Perhitungan Pasut Dengan Metode Least Square


Pengolahan data pasut dimaksudkan untuk memperoleh konstanta
komponen harmonik pasut di daerah pengamatan. Perhitungan
konstanta pasut dilakukan dengan menggunakan metode Least
Square. Setelah itu dilakukan peramalan untuk satu siklus pasut atau
selama 18,6 tahun. Hasil peramalan ini digunakan untuk menentukan
elevasi-elevasi penting pasut. Dari elevasi penting pasut yang ada,

6
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

nilai LLWL yang merupakan elevasi muka air paling surut ditetapkan
sebagai referensi nol. Pengolahan data pasut dilakukan sesuai
dengan alur pada gambar berikut :

Gambar 3.1 Alur Pengolahan Data Pasut

Prinsip peramalan pasut menggunakan penjumlahan trigonometrik


dari masing-masing harga amplitudo dan beda fase dari masing-
masing komponen pasut yang telah didapatkan. Metode Least
Square menjelaskan bahwa kesalahan peramalan harus sekecil-
kecilnya, yakni selisih kuadrat antara peramalan dengan pengamatan
harus sekecil mungkin.
Persamaan gerak harmonik:

7
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

k
η(t )=So+ ∑ A k cos (ωk t−Φ k )
k=1 ................................................... (2.1)
Dimana:
ηt = Elevasi Muka Air
Ak = Amplitudo
So = Muka air rata-rata
ωk = kecepatan sudut
Φk = Fasa

Persamaan (2.1) dapat ditulis sebagai persamaan sudut untuk 1


konstituen.

l
η(t )=So+ A cos ωt +B sin ωt .................................................... (2.2)

Dengan ketentuan

Φ=arctan ( BA ) ..................................................................................... (2.3)


Dengan Metode Kuadrat Terkecil persamaan (2.2) menjadi :

J=∑ ε 2 =∑ ¿¿¿ ¿
¿
Untuk mendapatkan error terkecil maka syarat yang harus dipenuhi
:

∂J
=0
∂( parameter )

Dalam hal ini parameternya yaitu : So, Al, dan B, maka:


m
2
J =∑ { y t (i )−So−A l cos ωt (i )−B sin ωt ( i )}
i=1

Dan syarat yang harus dipenuhi:

8
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

m
∂J
=0=∑ (−2 ) { y t (i )−So− A l cos ωt (i )−B sin ωt ( i ) }
1. ∂So i=1

m
∂J
=0=∑ (−2cos ωt (i ) ) { y t (i )−So− A l cos ωt (i )−B sin ωt (i ) }
2. ∂ Al i =1

m
∂J
=0=∑ (−2 sin ωt (i ) ) { y t (i )−So− A l cos ωt ( i)−B sin ωt (i) }
3. ∂B i=1

Jika ketiga persamaan diatas dibuat dalam bentuk matriks maka :

m m m
 
m  cos t (i )  sin t (i )   y t (i ) 
m m
i 1
m
i 1  So   i 1

 l  m 
 cos t ( i )  cos 2
t ( i )  sin  t ( i ) cos t ( i )    t
A  y ( i ) cos  t ( i ) 
i 1 i 1 i 1    i 1 
m m m B  m
 sin t (i )  cos t (i ) sin t (i )  2
sin t (i )  y t (i ) sin t (i ) 
i 1 i 1 i 1

 i 1 

Atau

 So 
x Al   y
B
 
 So 
 l
 A   x  y
1

B
 

Sehingga harga So, Al, dan B dapat ditemukan.


Komponen pasang surut yang dihasilkan adalah M2, S2, N2, K2, K1,
O1, P1, M4, MS4,di mana:
- M2 : komponen utama bulan (Semi Diurnal)
- S2 : komponen utama matahari (Semi Diurnal)
- N2 : komponen eliptis bulan.
- K2 : komponen bulan.
- K1 : komponen bulan.
- O1 : komponen utama bulan (diurnal).
- P1 : komponen utama matahari.

9
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

- M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal).


- MS4 : komponen matahari bulan.

Type pasang surut ditentukan berdasarkan pada perbandingan


antara jumlah amplitudo konstanta diurnal (K1,O1) dengan jumlah
amplitudo konstanta semi diurnal (M2,S2). Perbandingan tersebut
dituliskan dalam formula Formzahl (F) :

AK 1+ AO1
F=
AM 2+ AS 2 .................................................................................. (2.4)

Dari nilai Formzahl ,dibagi dalam empat tipe pasang surut :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) atau pasang


ganda jika F < ¼.

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut
dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata
adalah 12 jam 24 menit.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) atau pasang


tunggal jika F > 3.

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.

3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed


tide prevalling semidiurnal) atau pasang campuran
dominasi ganda jika ¼ < F < 1½.

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air
surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.

10
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed


tide prevalling diurnal) atau pasang campuran dominasi
tunggal jika 1½ < F < 3.

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
sangat berbeda.

 Hasil Pengamatan Pasut


Data hasil pengamatan pasang surut di Stasiun Meteorologi Maritim
Pelabuhan Tanjung Mas Semarang selama 15 hari, tanggal 9 – 23
Maret 2020 adalah sebagai berikut :

GRAFIK ELEVASI MUKA AIR DI LOKASI


160

150

140

130
Elevasi Muka Air Laut (cm)

120

110

100

90

80

70

60

50
08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tanggal (Maret 2020)

Gambar 3.2 Grafik Elevasi Muka Air Laut

(Sumber Stasiun Meteorologi Maritim Pelabuhan Tanjung Emas Semarang)

11
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Untuk mengetahui karakteristik pasang surut maka dilakukan analisa


pasang surut dengan metode least square. Komponen Pasang surut
hasil perhitungan dengan menggunakan metode Least Square
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Komponen Pasut Metode Least Square

Kompone Amplitud
n o Beda Fase
M2 7.34 136.06
S2 14.21 116.77
N2 8.16 80.84
K2 13.49 262.31
K1 16.08 -83.15
O1 9.23 154.16
P1 2.24 0.96
M4 0.76 -15.74
MS4 0.94 150.5
S0 100.32

AK 1+ AO1
F=
AM 2+ AS 2 = 1.17 (mixed tide prevalling semi diurnal)

Artinya dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air
surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.

 Analisa Pasang Surut Global


Dengan konstanta komponen pasang surut dilakukan peramalan
dengan metode Least Square selama 1 siklus pasang surut (18.6
tahun) untuk mengetahui elevasi acuan pasang surut. Hasil analisa
disajikan pada tabel berikut.

12
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Tabel 3.2 Elevasi Penting Pasut

Jenis Elevasi Elevasi (cm)

Highest High Water Level


167.00
(HHWL)

Mean High Water Spring


149.40
(MHWS)

Mean High Water Level


122.49
(MHWL)

Mean Sea Level (MSL) 100.32

Mean Low Water Level (MLWL) 77.70

Mean Low Water Spring


55.30
(MLWS)

Lowest Low Water Level


38.35
(LLWL)

(Analisa Konsultan, 2020)

2.1.1. Analisa Gelombang


Data angin digunakan sebagai data masukan perhitungan tinggi
gelombang yang terjadi di lokasi pekerjaan. Data angin yang digunakan
adalah data angin dari BMKG pada stasiun BMKG A.Yani Semarang.
Dalam pekerjaan ini digunakan data angin dengan rentang waktu 14
tahun (2004-2017). Selengkapnya, arah angin di daerah lokasi
digambarkan dalam sebuah diagram mawar angin (windrose) berikut:

13
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Gambar 3.3 Windrose Total Berdasarkan Stasiun BMKG A.Yani Semarang


(Analisa Konsultan, 2020)

Tabel 3.3 Total Kejadian Angin di Stasiun BMKG A.Yani Semarang

14
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Arah Jumlah Jam Persentase


2 <5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total <5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 4986 8184 1815 168 23 15176 4.06 6.67 1.48 0.14 0.02 12.37
Timur Laut 1780 2268 275 16 11 4350 1.45 1.85 0.22 0.01 0.01 3.54
Timur 10722 6104 868 40 9 17743 8.74 4.97 0.71 0.03 0.01 14.46
Tenggara 8410 3771 660 36 6 12883 6.85 3.07 0.54 0.03 0.00 10.50
Selatan 5192 778 70 8 5 6053 4.23 0.63 0.06 0.01 0.00 4.93
Barat Daya 2814 657 49 10 2 3532 2.29 0.54 0.04 0.01 0.00 2.88
Barat 4082 2987 646 109 9 7833 3.33 2.43 0.53 0.09 0.01 6.38
Barat Laut 4086 6349 1831 388 50 12704 3.33 5.17 1.49 0.32 0.04 10.35
Berangin = 80274 = 65.41
Tidak Berangin = 42435 = 34.58
Tidak Tercatat = 19 = 0.02
Total = 122728 = 100.00

Dari gambar windrose total kejadian angin didapat arah angin


yang terbesar yaitu dari timur dengan presentase sebesar 14.46%
(Tabel 3.3). Sedangkan kecepatan angin dengan periode ulang dapat
dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.4 KecepatanAngin dengan Periode Ulang

Periode Ulang Kec. Angin Kec. Angin


(tahun) (knot) (m/detik)
1 14.38 7.40
2 23.87 12.28
3 33.36 17.16
5 39.65 20.40
10 45.67 23.50
25 47.59 24.48
50 53.48 27.51
100 59.33 30.52
200 65.15 33.52

 Penentuan Area Pembangkitan Gelombang (Fetch)


Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan
diperlukan masukan berupa data angin dan peta batimetri. Peta
perairan lokasi dan sekitarnya diperlukan untuk menentukan
besarnya “fetch” atau kawasan pembentukan gelombang. Fetch
adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki
kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan

15
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang,


maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5°.
Panjang fetch efektif dihitung untuk 8 arah mata angin dan
ditentukan berdasarkan rumus berikut.

Lf i=
∑ Lf i . cos αi
∑ cos α i
Dimana:
Lfi = panjang fetch ke-i

i = sudut pengukuran fetch ke-i


i = jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi
pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,5° searah
jarum jam dan 22,5° berlawanan arah jarum jam dari masing-masing
arah mata angin). Hasil perhitungan fetch efektif pada lokasi
kegiatan disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.4 Peta Fetch Perairan Sayung Kabupaten Demak


(Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2020)

16
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Tabel 3.5 Fetch Efektif Perairan Sayung

Fetch Effektif (m)


Arah
SAYUNG
U 436872
TL 59719
T 0
TG 0
S 0
BD 11382
B 174649
BL 604731

 Peramalan Gelombang (Hindcasting)


Pembentukan gelombang di perairan dalam (deep water waves)
dianalisa dengan formula-formula berikut.

Start

23 23
 gF  UA Yes gt  gF  No
t c  68.8   2   t (Non Fully  68.8   2   7.15 x 104 (Fully
U  g Developed) UA U  Developed)
 A   A 

No
(Duration Limited)

Yes 32 2
(Fetch Limited)  gt  UA
Fmin    
 68.8 U A  g

F  Fmin
12
UA
2
 gF  UA
2
H m0  0.0016   H m0  0.2433
g U 2  g
 A 
13
UA  gF  UA
T p  0.2857   T p  8.134
g U 2  g
 A 

Finish Finish

HS = tinggi gelombang signifikan


TP = periode puncak gelombang
F = panjang efektif fetch
UA = faktor tekanan angin
t = durasi angin

Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Peramalan Gelombang Berdasarkan Data


Angin

17
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

( )
gt d gF 2
=68 .8 3 ≤7 .5×10 4
UA U 2
A

gH m

( )
1
0 gF 2
=0 . 0016 ¿ 0 .2433
UA 2 UA 2

( )
gT p gF 1
=0 . 2857 3 ≤8. 134
U 2 U 2
A A

Sedangkan persamaan untuk keadaan gelombang terbentuk penuh


diberikan oleh:
gt d
=7 .5×104
UA
gH m
0
=0 . 2433
UA 2

gT p
=8 . 134
U
A2

dimana:

td = durasi angin
Hm0 = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral
Tp = periode puncak gelombang
Ts = periode gelombang signifikan
Ts = 0.95 Tp
UA = 0.71 U 101.23 m/detik = faktor tekanan angin
U10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 m

Waverose dan hasil perhitungan tinggi gelombang di perairan dalam


berdasarkan data angin Stasiun BMKG A.Yani (2004 - 2017) disajikan
pada Gambar dan Tabel berikut.

18
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Gambar 3.6 Waverose Total di Perarian Sayung Kabupaten Demak


(Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2020)

Tabel 3.6 Total Kejadian Gelombang di Perairan Pantai Sayung Kabupaten


Demak
Tinggi Gelombang (m)
Arah
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 5.896 4.519 1.473 0.374 0.089 0.018 12.37
Timur Laut 2.835 0.658 0.046 0.002 0.000 0.005 3.55
Timur 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Tenggara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Selatan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Daya 2.846 0.029 0.003 0.000 0.000 0.000 2.88
Barat 4.410 1.080 0.407 0.196 0.099 0.192 6.38
Barat Laut 5.118 2.878 1.256 0.588 0.246 0.268 10.35
Bergelombang = 35.53
Tidak Bergelombang (calm ) = 64.47
Tidak Tercatat = 0.00
Tot al = 100.00

(Sumber: Analisa Konsultan, 2020)

19
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

 Gelombang Periode Ulang


Dari hasil peramalan gelombang, didapatkan tinggi dan periode
gelombang dengan periode ulang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Ketinggian Gelombang Periode Ulang

Periode Ulang Tinggi Gelombang Periode


(tahun) (meter) (detik)
1 0.668 2.35
2 1.322 4.66
3 1.976 6.96
5 2.409 8.48
10 2.824 9.95
25 2.956 10.41
50 3.362 11.84
100 3.765 13.26
200 4.166 14.67

2.1.2. Fluktuasi Muka Air Laut


 Kenaikan Muka Air Luat Akibat Angin (Wind Setup)
Perhitungan tinggi muka air laut karena badai ( wind set up ) dengan menggunakan persamaan :
(Bambang Triatmojo, Teknik pantai,1999 ) berikut :

V2
 H  F .c
2 gd
Perhitungan tinggi muka air laut karena badai (wind set up) dengan menggunakan
persamaan diatas dengan :
F = 568,413.00 panjang fetch tegak lurus pantai (m)
c = 3,5 x 10-6 konstanta
V = 10.29 kecapatan angin (m/d) = 20 knot
d = 50.00 kedalaman air (m)
g = 9.81 percepatan gravitasi (m/d2)
Dengan persamaan tersebut didapat :
ΔH = 0.21 m

 Kenaikan Muka Air Luat Akibat Gelombang (Wave Setup)

20
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Perhitungan tinggi muka air laut karena badai ( wave-set up ) dengan menggunakan persamaan :
(Bambang Triatmojo, Teknik pantai,1999 ) berikut :

H= 1.32 tinggi gelombang (m)


H= 1.32 tinggi gelombang (m)
g= 9.81 percepatan gravitasi (m/d2)
g=
T = 9.81
4.66 detik
T= 4.66 detik
H 0.08
H 
gT 2
 0.08
2
gT
0.78
0.78

Sw = 0.20 m

 Kenaikan Muka Air Luat Akibat Pemanasan Global (SLR)

Gambar 3.7 Grafik SLR

Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dengan umur


rencana 20 tahun yaitu pada tahun 2040 = 0.25 m.

21
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

2.1.3. Desain Water Level (DWL)


Untuk jalan tol yang berbatasan dengan perairan laut dan
dipengaruhi pasang surut, menggunakan desain water level dengan
komponen fluktuasi muka air laut sebagai berikut:
DWL=HHWL+ SLR+Wind Setup+ Wave Setup
DWL=1.67+ 0.25+ 0.21+0.20=+ 2.33

Sedangkan untuk kawasan yang terpengaruh pasang surut melalui


sungai/saluran dan tidak berbatasan langsung dengan laut
komponen fluktuasi muka air laut tidak memperhitungkan Wind
Setup dan Wave Setup, sehingga:
DWL=HHWL
DWL=1.67

Gambar 3.8 Desain Water Level Untuk Kawasan Sayung

22
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

BAB 4
NALISA HIDROLOGI DAN HIDROLIKA
1.
2.
3.
3.1.
4.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana
 Data Hujan
Secara teoritis, pendataan mengikuti kaidah sebagai berikut.
a. Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (raingauge),

baik yang manual ataupun yang otomatis (automatic raingauge


recorder). Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur
hujan adalah data yang merupakan data hujan lokal (point rainfall),
sedangkan untuk keperluan analisis, yang diperlukan adalah data hujan
daerah aliran (areal rainfall atau catchment rainfall).
b. Pelaksanaan analisis hidrologi memerlukan data yang lengkap dalam

arti kualitas, dan runtut waktu (time series) yang panjang minimal 15
tahun untuk menghindari deviasi yang terlalu besar.
Dari hasil pengumpulan data sekunder diketahui terdapat 8
stasiun pos hujan yang terletak di sepanjang jalur yang dilewati jalan tol
semarang-demak seksi 2. Stasiun-stasiun pos hujan tersebut antara lain
Sta 94 Karangroto, Sta 96 Brumbung, Sta 97 Plamongan, Sta 98
Pucanggading, Sta 117 Karangsari, Sta 122 Kalianyar, Sta 124 Guntur
dan Sta SE135 Kepoh. Data sekunder curah hujan pada masing-masing
stasiun pos hujan didapatkan data selama 20 tahun, namun banyak
terdapat data yang tidak lengkap dikarenakan beberapa permasalahan

23
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

diantaranya rusaknya alat pengukur curah hujan. Berikut merupakan


tabel ketersediaan data curah hujan pada 8 stasiun pos hujan.

Tabel 4.1 Ketersediaan Data Hujan


Tahun
No Pos Hujan
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sta 94 Karangroto - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Sta 96 Brumbung √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Sta 97 Plamongan √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - - - √ √ √ √ √ √
4 Sta 98 Pucanggading √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Sta 117 Karangsari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Sta 122 Kalianyar √ √ √ √ √ - - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Sta 124 Guntur √ √ √ √ √ √ - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Sta SE135 Kepoh - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √

Dilihat dari tabel ketersediaan data stasiun pos hujan yang


memenuhi syarat minimal 15 tahun adalah Sta 94 Karangroto, Sta 96
Brumbung, Sta 98 Pucanggading dan Sta 117 Karangsari. Untuk analisa
data digunakan Stasiun pos hujan terdekat yaitu Sta 96 Brumbung dan
Sta 117 Karangsari.

Gambar 4.1 Lokasi Stasiun Pos Curah Hujan

24
No Sta 94 96 97 98 117 122 124 SE 135
Nama Sta Karangroto Brumbung Plamongan Pucanggading Karangsari Kalianyar Guntur Kepoh
Long 6 57' 0.663" LS 7 1' 15" LS 7 1' 32.4" LS 7 2' 37.3" LS 6 56' 31" LS 6 57' 34" LS 6 58' 36" LS 7 4' 56" LS
Lat 110 29' 12.529" BT 110 30' 36" BT 110 28' 15" BT 110 29' 1.9" BT 110 35' 21" BT 110 40' 34" BT 110 35' 57" BT 110 45' 18" BT
Desa Karangroto Brumbung Penggaron Penggaron Karangsari Pangkalan Bakalrejo Kepoh
Kec Genuk Mranggen Pedurungan Tembalang Karang Tengah Dempet Guntur Gubug
Kota/Kab Kota Semarang Kab. Demak Kota Semarang Kota Semarang Kab. Demak Kab. Demak Kab. Demak Kab. Demak
No Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm) Tahun Rmaks(mm)
1 1999 0 1999 99 1999 103 1999 97 1999 144 1999 89 1999 121 1999 0
2 2000 90 2000 0 2000 95 2000 56 2000 157 2000 99 2000 82 2000 0
3 2001 128 2001 117 2001 115 2001 100 2001 85 2001 96 2001 100 2001 140
4 2002 156 2002 75 2002 62 2002 75 2002 160 2002 98 2002 145 2002 150
5 2003 80 2003 80 2003 110 2003 75 2003 112 2003 81 2003 90 2003 100
6 2004 160 2004 80 2004 75 2004 100 2004 129 2004 0 2004 87 2004 100
7 2005 73 2005 77 2005 70 2005 75 2005 78 2005 0 2005 0 2005 117
8 2006 173 2006 95 2006 133 2006 150 2006 79 2006 0 2006 0 2006 43
9 2007 100 2007 80 2007 - 2007 120 2007 80 2007 0 2007 0 2007 57
10 2008 173 2008 95 2008 - 2008 100 2008 156 2008 0 2008 0 2008 86
11 2009 130 2009 100 2009 - 2009 150 2009 25 2009 0 2009 0 2009 94
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum

12 2010 125 2010 105 2010 - 2010 87 2010 75 2010 87 2010 87 2010 112
13 2011 100 2011 80 2011 - 2011 150 2011 110 2011 75 2011 76 2011 121
14 2012 182 2012 80 2012 - 2012 100 2012 91 2012 40 2012 92 2012 75
15 2013 135 2013 92 2013 79 2013 90 2013 124 2013 46 2013 95 2013 109
16 2014 135 2014 140 2014 118 2014 106 2014 109 2014 65 2014 125 2014 126
17 2015 130 2015 105 2015 137 2015 105 2015 88 2015 51 2015 76 2015 0
18 2016 110 2016 105 2016 114 2016 104 2016 68 2016 61 2016 125 2016 86
19 2017 100 2017 94 2017 86 2017 82 2017 85 2017 61 2017 111 2017 58
20 2018 98 2018 82 2018 97 2018 88 2018 78 2018 61 2018 100 2018 43
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

25
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

 Koefisien Aliran
Koefisien aliran permukaan merupakan salah satu indikator untuk
menentukan kondisi fisik suatu daerah aliran sungai. Nilai koefisien ini
dipengaruhi kondisi tata guna lahan dan berkisar antara 0–1.
Kartasapoetra dkk (1991) mengemukakan bahwa peranan vegetasi
dalam menahan air lebih besar karena pengaliran lebih kecil. Hal ini
menunjukan bahwa angka koefisien aliran dapat juga dijadikan
indikator gangguan fisik dalam suatu daerah aliran sungai. Nilai C
makin besar menunjukkan bahwa semakin banyak air hujan yang
menjadi aliran permukaan.

Tabel 4.3 Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)

N
Tipe Daerah Tangkapan C
o
1 Lapangan Berumput
0,1
a. Tanah berpasir 0 – 0,15
0,2
b. Tanah berat 5 – 0,35
0,5
2 Daerah Usaha di kampong 0 – 0,70
0,3
3 Daerah Permukiman 0 – 0,50
0,1
4 Taman, kuburan 0 – 0,25
0,1
5 Daerah tidak terbangun 0 – 0,30
6 Jalan
0,7
a. Jalan aspal 0 – 0,95
0,1
b. Jalan kerikil/paving 5 – 0,35
0,1
c. Tidak diperkeras 0 – 0,30
0,7
7 Atap Genteng 5 – 0,95
8 Daerah berhutan baik 0,0 – 0,10

26
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

N
Tipe Daerah Tangkapan C
o
1
9 Tanah Lapang
0,0
a. Berpasir, datar 2% 5 – 0,10
0,1
b. Berpasir, agak datar 2–7% 0 – 0,15
0,1
c. Berpasir, miring 7% 5 – 0,20
0,1
d. Tanah berat, datar 2% 3 – 0,17
0,1
e. Tanah berat, agak datar 2–7% 8 – 0,22
0,2
f. Tanah berat, miring 7% 5 – 0,35
10 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
0,3
0
Rata 0,2 – 0,60
Kasar 0 – 0,50
b. Ladang garapan
0,3
0
0,2
 Tanah berat tanpa vegetasi 0
 Tanah berat dengan 0,2 0,60
vegetasi 0 0,50
 Berpasir tanpa vegetasi 0,1 – 0,25
 Berpasir dengan vegetasi 0 – 0,25
c. Padang rumput
0,1
5
 Tanah berat 0,0 – 0,45
 Berpasir 5 – 0,25
0,0
d. Hutan/bervegetasi 5 – 0,25
11 Tanah Kosong
0,7
a. Rata, kedap air 0 – 0,90
b. Kasar 0,5 – 0,70

27
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

N
Tipe Daerah Tangkapan C
o
0
0,2
c. Sub urban 5 – 0,40
(Sumber : Asdak, 1995 dengan penyesuaian lingkup pekerjaan)

 Uji Oulier
Outlier adalah titik data yang menyimpang cukup jauh dari
kecenderungan kelompoknya. Keberadaan outlier dapat mengganggu
proses pemilihan jenis distribusi suatu sampel data, sehingga outlier ini
perlu dikecualikan dari analisis. Uji untuk outlier menggunakan cara
Water Resources Council, dimana data yang lebih besar dari ambang
batas atas outlier atau lebih kecil dari ambang batas bawah dieliminasi
dan dikecualikan dari analisis selanjutnya.
Ambang batas atas dan ambang batas bawah outlier ditentukan
sebagai berikut.

XH = exp ( x + Kn . S)

XL = exp ( x - Kn . S)
dimana
XH = ambang batas atas outlier
XL = ambang batas bawah outlier

x = nilai rata-rata
S = standar deviasi dari logaritma dari data
Kn = koefisien yang bergantung kepada jumlah sampel data
n = jumlah sampel data
Nilai Kn untuk berbagai jumlah sampel n diberikan dalam Tabel 3.4 dan
hasil uji outlier untuk data disajikan pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 4.4 Nilai Kn untuk Uji Outlier

Jumla Kn Jumla Kn Jumla Kn Jumla Kn

28
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

h Data h Data h Data h Data


10 2.036 24 2.467 38 2.661 60 2.837
11 2.088 25 2.486 39 2.671 65 2.866
12 2.134 26 2.502 40 2.682 70 2.893
13 2.175 27 2.519 41 2.692 75 2.917
14 2.213 28 2.534 42 2.700 80 2.940
15 2.247 29 2.549 43 2.710 85 2.961
16 2.279 30 2.563 44 2.719 90 2.981
17 2.309 31 2.577 45 2.727 95 3.000
18 2.335 32 2.591 46 2.736 100 3.017
19 2.361 33 2.604 47 2.744 110 3.049
20 2.385 34 2.616 48 2.753 120 3.078
21 2.408 35 2.628 49 2.760 130 3.104
22 2.429 36 2.639 50 2.768 140 3.129
23 2.448 37 2.650 55 2.804
(Sumber : US Water Resources Council, 1981 dalam Chow, 1986)

Tabel 4.5 Hasil Uji Outlier Sta 117 Karangsari

29
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Data Hujan Asli


No. Tahun Log Data
(mm)
1 1999 144 2.1584
2 2000 157 2.1959
3 2001 85 1.9294
4 2002 160 2.2041
5 2003 112 2.0492
6 2004 129 2.1106
7 2005 78 1.8921
8 2006 79 1.8976
9 2007 80 1.9031
10 2008 156 2.1931
11 2009 25 1.3979
12 2010 75 1.8751
13 2011 110 2.0414
14 2012 91 1.9590
15 2013 124 2.0934
16 2014 109 2.0374
17 2015 88 1.9445
18 2016 68 1.8325
19 2017 85 1.9294
20 2018 78 1.8921

Rt 101.65 1.97682
Sd 35.06876703 0.18096
Skew 0.09474908
Xh 7.17127E+78 2.38922 245.03
Xl 2731945793 1.56441 36.68

 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Metode perhitungan dalam analisis frekuensi lazim menggunakan
parameter intensintas hujan, frekuensi, dan waktu curah hujan dengan
rumus empiris Normal, Log Normal, EJ. Gumbell, Pearson III dan atau
Log Pearson III.
a. Analisis Frekuensi Normal

Xtr= X + k.Sx

[ 2,515517+0,802853.W +0,010328 .W 2
k = W – 1+1,432788+0,189269 .W +0,001308 . W
2 3 ]
W= √ ln
( p1 )2
1
p= T
dengan

30
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)


X = data hujan rata–rata tahunan (mm)
k = faktor frekuensi
T = kala ulang
b. Analisis Frekuensi Log Normal

Ytr= Y + k.Sy

[ 2,515517+0,802853.W +0,010328 .W 2
k = W – 1+1,432788+0,189269 .W +0,001308 . W
2 3 ]
W= √ ln
( p1 )
2
1
p= T Xtr = 10(Ytr)
dengan
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
Y = log data hujan rata–rata tahunan (mm)
Sy = standar deviasi log rata–rata data hujan
k = faktor frekuensi
T = kala ulang
c. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel

Xtr= X + k.Sx

− √6 T
k = π {0,5772 + ln (ln T−1 )}
[ ]
dengan
Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)
X = data hujan rata–rata tahunan (mm)
k = faktor frekuensi
Sx = standar deviasi
T = kala ulang
d. Analisis Frekuensi Pearson III

31
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

∑ log x i
i=1

log Xtr = log X + kTr.(Slog x) log x = N


N
N

∑ ( log xi−log x )2 ∑ ( log x −log x1 )


2

i=1
i=1
N−1 ( N −1 ) ( N −2 ) ( S log x )3
Slog x = Cs =
dengan
kTr = faktor penyimpangan k untuk suatu kala ulang tertentu
Cs = koefisien penyimpangan

Analisis frekuensi disajikan pada Tabel 2.14 berdasarkan


persamaan di atas dan hasil hujan rencana disajikan pada Tabel 2.16.

32
Hujan Hujan Probabilitas (%)
No. Tahun Asli Diurutkan Empiris Normal Log Normal 2 Par. Log Normal 3 Par. Gumbel Pearson III Log Pearson III
(mm) (mm) Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Teoritis Beda Ln x Teoritis Beda
1 1999 144 68 95.00 88.87 6.13 91.87 3.13 97.55 2.55 88.38 6.62 90.80 4.20 4.22 94.90 0.10
2 2000 157 75 90.00 83.97 6.03 85.42 4.58 93.42 3.42 81.63 8.37 84.60 5.40 4.32 87.20 2.80
3 2001 85 78 80.00 81.49 1.49 82.06 2.06 90.71 10.71 78.33 1.67 81.40 1.40 4.36 82.90 2.90
4 2002 160 78 80.00 81.49 1.49 82.06 2.06 90.71 10.71 78.33 1.67 81.40 1.40 4.36 82.90 2.90
5 2003 112 79 75.00 80.61 5.61 80.87 5.87 89.67 14.67 77.18 2.18 80.30 5.30 4.37 81.40 6.40
6 2004 129 80 70.00 79.71 9.71 79.65 9.65 88.57 18.57 76.02 6.02 79.20 9.20 4.38 79.90 9.90
7 2005 78 85 60.00 74.84 14.84 73.15 13.15 82.08 22.08 69.99 9.99 73.20 13.20 4.44 71.90 11.90
8 2006 79 85 60.00 74.84 14.84 73.15 13.15 82.08 22.08 69.99 9.99 73.20 13.20 4.44 71.90 11.90
9 2007 80 88 55.00 71.65 16.65 69.01 14.01 77.50 22.50 66.25 11.25 69.30 14.30 4.48 66.90 11.90
10 2008 156 91 50.00 68.27 18.27 64.77 14.77 72.49 22.49 62.48 12.48 65.30 15.30 4.51 62.00 12.00
11 2010 75 109 45.00 45.73 0.73 40.09 4.91 40.07 4.93 41.12 3.88 41.50 3.50 4.69 36.40 8.60
12 2011 110 110 40.00 44.45 4.45 38.86 1.14 38.42 1.58 40.07 0.07 40.30 0.30 4.70 35.30 4.70
13 2012 91 112 35.00 41.90 6.90 36.47 1.47 35.22 0.22 38.00 3.00 37.90 2.90 4.72 33.10 1.90
14 2013 124 124 30.00 27.67 2.33 24.16 5.84 19.54 10.46 27.18 2.82 25.30 4.70 4.82 22.30 7.70
15 2014 109 129 25.00 22.52 2.48 20.06 4.94 14.82 10.18 23.46 1.54 21.00 4.00 4.86 18.80 6.20
16 2015 88 144 20.00 10.75 9.25 11.06 8.94 5.92 14.08 14.79 5.21 11.30 8.70 4.97 11.40 8.60
17 2016 68 156 15.00 5.17 9.83 6.64 8.36 2.63 12.37 10.07 4.93 6.60 8.40 5.05 7.70 7.30
18 2017 85 157 10.00 4.84 5.16 6.36 3.64 2.45 7.55 9.75 0.25 6.30 3.70 5.06 7.50 2.50
19 2018 78 160 5.00 3.94 1.06 5.58 0.58 1.98 3.02 8.85 3.85 5.40 0.40 5.08 6.80 1.80
Jumlah Data 19 DMaks 18.27 DMaks 14.77 DMaks 22.50 DMaks 12.48 DMaks 15.30 DMaks 12.00
Tabel 4.5 Hasil Analisis Frekuensi Curah Hujan Sta 117 Karangsari
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

33
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Tabel 4.6 Hasil Hujan Rencana Sta 117 Karangsari

Distribusi Probabilitas
Kala Ulang T
 Norma Log Normal Log Normal Gumbel Pearson Log Pearson
(Tahun) l 2 Parameter 3 Parameter I III III
2 0,0000 105.7 101.4 102.5 101.1 102.4 99.8
5 0,8416 131.7 129.1 130.0 134.3 130.2 128.0
10 1,2816 145.3 146.4 146.5 156.2 146.7 147.3
20 1,6449 156.5 162.5 161.3 177.3 161.5 166.4
25 1,7507 159.8 167.5 165.8 184.0 166.0 172.6
50 2,0537 169.1 182.7 179.4 204.5 179.4 192.2
100 2,3263 177.6 197.5 192.3 224.9 192.1 212.3
200 2,5758 185.3 212.1 204.9 245.3 204.3 233.2
500 2,8782 194.6 231.3 221.0 272.1 219.7 262.3
1000 3,0902 201.2 137.5 139.7 167.8 139.2 146.8
Penyimpangan Maksimum 3.27 5.00 4.53 6.68 4.50 6.20
 Kritis
30.1 30.1 30.1 30.1 30.1 30.1
(Significant Level 5 %)
(Sumber : Analisis Data, 2020)

Perbandingan hasil 4 Metode Analisa Frekuensi Curah hujan


harian maksimum

275
250
225
200
Curah hujan ( mm )

175
150
125
100
75
50
25
-
- 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Priode Ulang T (thn)

Pearson III log Pearson III log Normal Gumbel

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Metode Analisa Frekuensi Curah


Hujan Harian Maksimum Pada Sta 117 Karangsari

34
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Dalam menentukan hujan rencana yang akan digunakan dalam


analisa debit banjir rencana digunakan metode dengan nilai yang
paling besar dalam hal ini adalah metode Gumbel.
Dikarenakan minimnya data hujan akibat ketersediaan data
stasiun pos hujan maka hasil analisis hujan rancangan kala ulang 100
dan 1000 tahun akan diperbandingkan dengan peta isohiet
sebagaimana Gambar 2.15 dan 2.16.

Gambar 4.3 Peta Isohiet Kala Ulang 100 tahun


(Sumber : Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum, 2012)

Gambar 4.4 Peta Isohiet Kala Ulang 1000 tahun


(Sumber : Ditjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum, 2012)

35
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Berdasarkan peta isohiet di atas, maka kala ulang 100 tahun


mencapai 250 mm dan kala ulang 1000 tahun mencapai 350 mm
sehingga hujan rencana dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan peta isohiet tersebut sebagaimana Tabel 2.18 dan Tabel 2.19.

Tabel 4.7 Hasil Hujan Rencana Sta 117 Karangsari Penyesuaian Peta
Isohiet

Kala Ulang Hujan Rencana


(tahun) (mm)
2 101.14
5 134.28
10 156.23
20 177.28
25 183.96
50 204.53
100 250.00
200 261.11
500 294.44
1000 350.00
(Sumber : Analisis Data, 2020)

4.2. Daerah Tangkapan Air (Catchment Area)


Rencana jalan tol Semarang-Demak Seksi-2 daerah tangkapan air
(DTA) pada saluran ini sebagai berikut.
Luas CA= 0.7869 km2
Panjang Saluran= 1276 m

1.
2.
3.
3.1.
3.2.
4.3. Perhitungan Banjir Rencana

36
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Hasil analisis debit banjir saluran STA 18+680 untuk 3 metode


analisis disajikan pada Tabel 4.8. Berdasarkan tabel tersebut, metode
yang digunakan dalam analisis selanjutnya adalah metode US SCS.

Tabel 4.8 Hidrograf Satuan saluran STA 19+035


Kala
Ulang Rasional SCS Nakayasu
10 7.61 8.05 18.63
50 9.96 10.02 23.87
(Sumber : Analisis Data, 2020)

Hidrograf Saluran Pembuang Guntur Kiri STA. 19+035


9.0
8.0
7.0
6.0
Debit (,3/detik)

5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
Waktu (Jam)

Gambar 4.5 Hidrograf Satuan Satuan saluran STA 19+035 SCS Periode
Ulang 10 tahun
(Sumber : Analisis Data, 2020)

37
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Hidrograf Saluran Pembuang Guntur Kiri STA. 19+680


12.0

10.0

8.0
Debit (,3/detik)

6.0

4.0

2.0

0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
Waktu (Jam)

Gambar 4.5 Hidrograf Satuan Satuan saluran STA 18+680 SCS Periode
Ulang 50 tahun
(Sumber : Analisis Data, 2020)

4.3Analisa Kapasitas Tampungan Sungai Dengan HEC-RAS


Perhitungan muka air banjir rencana menggunakan program HEC-RAS.
Tujuan analisa hidrolika saluran adalah untuk menentukan tinggi muka air
banjir rencana berdasarkan besarnya debit banjir rencana terpilih dan
penampang saluran/sungai.

A. Graphical User Interface

Interface berfungsi sebagai penghubung antara pemakai dan


HEC-RAS. Graphical interface dibuat untuk memudahkan pemakai HEC-
RAS dengan tetap mempertahankan efisiensi. Melalui graphical
interface ini, dimungkinkan untuk melakukan hal-hal berikut ini dengan
mudah:
a. Manajemen file
b. Input dan edit data
c. Melakukan analisis hidraulik
d. Menampilkan data masukan dan hasil analisis dalam bentuk tabel
dan grafik
e. Penyusunan laporan

38
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

f. Mengakses on-line help

 Input Parameter HEC-RAS


1. Banjir Rencana Metode SCS
Q10 : 8.99 m3/detik
Q50 : 10.02 m3/detik
2. Elevasi Muka Air di Hilir
DWL : +1.67 meter

 Hasil Perhitungan HEC-RAS


Elevasi dasar saluran pada lokasi crossing dengan jalan tol adalah
+0.43 meter. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan HEC-
RAS dengan periode ulang 10 dan 50 tahun didapatkan elevasi
muka air banjir rencana adalah +1.71 untuk kala ulang 10 tahun
dan +1.73 untuk kala ulang 50 tahun, dengan kecepatan aliran
(Q10) = 0.85 m/detik dan (Q50) = 1.04 m/detik.

39
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

Gambar 5.5 Analisa Hidrolika Saluran Pembuang DI Guntur Kiri (Sta 18+680)
dengan Q10 dan Q50

40
Laporan Justifikasi Teknis Crossing Saluran Pembuang DI Guntur Kiri STA. 18+680

4.
5.
6.
6.1.
6.2.

41

Anda mungkin juga menyukai