Kelompok 3 Tasawuf Falsafi
Kelompok 3 Tasawuf Falsafi
oleh:
17630045 Happy Dwi Rahmani
17630046 Nining Ratna Rahayu
17630047 Nabila Nur Agusti
17630079 Dhea Virta Tessa Lonicha
PENGERTIAN
TASAWUF FALSAFI
Pengertian Tasawuf Falsafi
ABAD KE 3
ABAD 1 DAN 2 HIJRIYAH
HIJRIYAH
Rabiah Al-Hallaj
Adawiyyah
Al-Bustami
Hulul
Mahabbah
Hasan Al-Basri Ilahiyyah fana’, ittihad
Zuhud, khauf
dan raja’
MENURUT PARA SEJARAWAN
ABAD KE 6 DAN
ABAD KE 4 DAN 7 HIJRIYAH
5 HIJRIYAH
PENYEBARAN
AJARAN TASAWUF
MENDIRIKAN
DI LUAR KOTA LEMBAGA-
MEMADUKA
BAGDAD DAN DI LEMBAGA
N ANTARA
DALAM KOTA PENDIDIKAN
TASAWUF
BAGDAD TASAWUF
DENGAN
PELOPOR FILSAFAT
PENYEBARAN
AJARAN TASAWUF ABAD KE 8,9 DAN
SETERUSNYA
PERTENTANGAN
ULAMA SUFI DAN PERKEMBNAGAN TASAWUF
DIKATAKAN TELAH MATI.
ULAMA FIQIH HAL INI TERJADI
BERDASARKAN KONDISI
SOSIAL MASYARAKAT
Konsep Pemikiran Para Tokoh ABAD 1 DAN 2
HIJRIYAH
Te m a - t e m a p e n t i n g p e m b a h a s a n y a n g s e r i n g
disampaikan Hasan Basri di antaranya, ajakan kepada zuhud. Hasan
Bashri terus bergerak mengajak orang-orang kepada zuhud, dan
ketakwaan, bisa disebut bahwa ia merupakan orang pertama yang
meletakkan prinsip-prinsip dasar zuhud, metode muhasabah diri,
serta mengangkat posisi khauf dan raja’ (harap dan cemas).
Beliau sering berkata, “Sesungguhnya harap dan cemas
ROBI’AH AL-ADAWIYYAH merupakan tiang pokok penyanggah bagi seorang mukmin, dengan
catatan bahwa cemas baginya lebih kuat dari harap, karena jika
Rabi’ah al-‘Adawiyah termasuk sufi peletak dasar harap lebih dominan dari cemas, akan mengakibatkan rusahknya
tasawuf falsafi tahap awal sebelum berkembang pada abad hati.” Selanjutnya, Hasan Basri juga menitik beratkan pentingnya
keenam dan ketujuh melalui pionernya, yaitu Ibn ‘Arabi Rabi’ah al- m e l a ku ka n s u at u ke b a i ka n d i m u l a i d a r i s e n d i r i s e b e l u m
‘Adawiyah merupakan sufi perempuan yang terkenal dengan menganjurkan orang lain melakukannya.
konsep mahabbah Ilahi-nya.
Pencapaian konsep tersebut Tahap pertama yang harus HASAN AL- BASRI
dilalui seseorang, menurut Rabi’ah al-‘Adawiyah adalah berlaku
zuhud. Tahap yang kedua adalah Rida. Jiwa yang Rida adalah jiwa
yang luhur, menerima segala ketentuan Allah Swt., berbaik sangka
pada tindakan dan Keputusan-Nya, serta meyakini firman-Nya.
Tahap ketiga setelah Rida ialah Ihsan,23 yaitu melakukan ibadah
seakan-akan dapat melihat Allah Swt., atau kalau tidak bisa
setidaknya merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah Swt.
Konsep Pemikiran Para Tokoh ABAD KE 3 HIJRIYAH
Mengajarkan
ilmu tasawuf di Abu Yazid Al-Damiy
Beliau mengajarkan tasawuf di
Khurasan (Persia salah satu kota di Mesir
dan Iran
Mengajar di
Semenanjung
Abu‘Ali Muhammad Bin ‘Abd al-Wahhab Al-Thaqof Arabiyah
Mengajarkan tasawuf di
Naisabur dan kota Sharaz
ABAD KE 5 HIJRIYAH
Pada abad ke lima hijriyah ada pertentangan antara ulama sufi dengan
ulama fiqih . Seiring waktu berjalan mazhab Syi’ah berkembang luas. Hal itu telah
membuat ulama-ulama fikih khawatir. Keresahan para ulama fikih tersebut semakin
besar, ketika ajaran filsafat Neo Platonisme (filsafat Persia dan India) banyak
mempengaruhi tasawuf, sehingga mewujudkan corak tasawuf falsafi yang sangat
bertentangan dengan ajaran tasawuf pada masa awal. Sehingga, pada abad ke lima
hijriyah terjadi pertentangan tiga golongan yaitu golongan fuqoha, ahli tasawuf
falsafi dan ahli tasawuf suni.
Selanjutnya muncullah tokoh sufi yang bernama Al-Ghazali, beliau melihat
pertentangan tersebut ingin segera meredakan pertentangan tersebut. Al-Ghazali
hanya sepenuhnya menerima tasawuf berdasarkan Alquran dan hadis serta
bertujuan kehidupan yang seederhana, penyucian jiwa serta pembianaan moral.
Disisi lain beliau memberikan kritikan yang tajam terhadap para filosof, seperti
kaum Mu’tazilah dan Batiniyah. Dan akhirnya Al-Ghazali berhasil mengenalkan
prinsip-prinsip tasawuf yang moderat. Sehingga pada abad ini tasawuf falsafi mulai
tenggelam.
ABAD KE 6 DAN 7 HIJRIYAH
ABAD KE 6 HIJRIYAH
Sejarah perkembangan tasawuf falsafi kembali muncul pada abad ke enam hijriyah. Hal
ini ditandai dengan adanya sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf
dengan filsafat dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah. Artinya tidak ada
yang disebut tasawuf murni dan tidak ada pula yang disebut dengan filsafat murni.
Diantara tokohnya yang terkenal yakni Shuhrowardi al-Maqtul, Shekh Akbar Muhyiddin
Ibnu ‘Arabi.
Karya Shuhrowardi al-Maqtul Tentang pengajaran dan kaidah teosofi yang
merupakan tafsiran dan modifikasi dari filsafat peripatetis, di antaranya: Talwihat,
Muqawamat, Mutharahat, dan Hikmat al-Isyraq.
Shekh Akbar Muhyiddin Ibnu ‘Arabi mempengaruhi perjalanan ilmu tasawwuf
generasi setelahnya hingga masa tasawwuf modern sekarang ini. Masih banyak kitab
yang lainnya karya Ibnu ‘Arabi yang tidak ditulis. Namun diantara sekian banyak
karyanya, ada dua buah karya Ibnu‘Arabi yang terkenal dan menggambarkan corak
ajaran Tasawuf yakni Futuhat Al-Makkiyah (penyingkapan ruhani di Mekkah) dan Fusus
Al-Hikam (permata-permata hikmah) yang keduanya sangat terkenal. Kitab Futuhat Al
Makkiyah adalah salah satu bukunya yang ditulis pada akhir-akhir masa hidupnya di
Mekkah mulai tahun 598 H sampai 635 M, yang diakui sendiri oleh Ibnu ‘Arabi sebagai
curahan ilmu yang didektikan oleh Tuhan melalui malaikat Jibril pembawa wahyu.
ABAD KE 7 HIJRIYAH
Maksud Fana’ adalah hilangnya keinginan hawa nafsu seseorang, tidak ada
pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala
perasaannya dan dapat membedakan sesuatu dengan sadar dan telah
menghilangkan segala kepentingan ketika berbuat sesuatu.
Dari fana’ dan baqo’ memunculkan Ittihat. Dalam tahapan ini seorang sufi
bersatu dengan Tuhan.
Antara yang mencintai dan yang dicintai menyatu baik substansi maupun
perbuatannya. Sehingga Al-Hallaj mengatakan “Ana A-Haq”, yang tidak
diucapkan oleh ulama fiqih dan dianggap sebagai kemurtadan.
Al - Jilli
Ajaran Tasawufnya adalan insan Kamil. Berkaitan dengan Insan Kamil ,Al Jilli merumuskan beberapa
maqam yang harus dilalui oleh seorang Sufi. Dalam istilahnya maqam itu disebut dengan Al-
Martabah (jenjang/ tingkatan ). Martabah-martabahnya sebagai berikut :
1. Islam
2. Iman
3. Ash-Shalah
4. Ihsan
5. Syahadah
6. Shiddiqiyyah
7. Qurbah
Ibnu Sab’in
Beliau adalah penggagas sebuah faham dalam kalangan tasawuf
filosofis yang dikenal dengan faham kesatuan mutlak.
• Gagasan esensial fahamnya sederhana saja , yaitu wujud adalah satu
alias wujud Allah semata. Wujud-wujud lainnya hanyalah wujud yang
satu itu sendiri.
Ibnu Masarah
Ajaran Tasawufnya adalah sebagai berikut :
Al Sulami, Abu Abdurrahman. 2007. Tasawuf Buat yang Pengen Tahu. Jakarta: Erlangga
Ansari, Muhammad Abdul Haq. 1990. Antara Sufusme dan Syari'ah. Jakarta: Rajawali
Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta: Kencana
Hafizh, Syaikh Abdul. 2001. Tasawuf Dalam Pandangan Ulama Salaf. Jakarta: Al-Kautsar
https://tebuireng.online/muhyiddin-ibn-arabi-al-hatimi-pembesar-ulama-shufi/
http://pku.unida.gontor.ac.id/suhrawardi-dan-filsafat-iluminasi-catatan-ringkas-atas-buku-hikmah-al-
isyraq/
https://ijtihadulumam.wordpress.com/2016/11/11/tasawuf-falsafi/amp/
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11TAR1080320.pdf
Miswar. 2019. Pembentukan Dan Perkembangan Tasawwuf Falsafi. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan
Keislaman Vol. II. No. 1.
Mubaidi Sulaeman. 2020. Pemikiran Tasawuf Falsafi Awal: Rabi’ah Al-‘adawiyyah, Al-bustamī, Dan Al-
hallaj. Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam, Vol. 20, No. 1.
Muslimin. 2019. Kajian Pemikiran Dakwah dan Komunikasi Hasan Basri. Jurnal Komunikasi Islam
dan Kehumasan (JKPI), Vol. 3, No 2, ISSN: 2621-9492.
Mustofa, Ali. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Nasution, Harun. 1983. Filsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Sobirin, M dan Rosihan Anwar. 2000. Kamus Tasawuf. Bandung: Remaja Rosda Karya