Anda di halaman 1dari 27

TASAWUF FALSAFI

oleh:
17630045 Happy Dwi Rahmani
17630046 Nining Ratna Rahayu
17630047 Nabila Nur Agusti
17630079 Dhea Virta Tessa Lonicha
PENGERTIAN
TASAWUF FALSAFI
Pengertian Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran


tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan
pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketinggkat
yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja
(ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu
yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga
dikatakan bahwa tasawuf filsafi yaitu tasawuf yang
kaya dengan pemikiranpemikiran filsafat (Miswar,
2019)
Lafazh tasawuf merupakan masdar
dari fi’il (kata kerja)
menjadi yang artinya
berpindah (Mustofa, 1997)
Pengertian Tasawuf Falsafi
Tasawuf merujuk pada kata safa atau safw
yang artinya bersih atau suci. Kehidupan seorang sufi
lebih banyak diarahkan pada penyucian batin untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Tuhan Yang Maha
Suci, sebab Tuhan tidak bisa didekati kecuali oleh
orang yang suci, itulah maksud dari arti bersih dan suci
dari defenisi safa atau safw (Nasution, 1983)

Pendapat lain tasawuf berasal dari kata


shufiyah. Kata shufiyah pada hakikatnya berarti
sekolompok orang yang tidak berpaling kepada sisi-
sisi kehidupan yang tidak kekal, lalu mereka
membuat untuk diri mereka sendiri sebuah jalan
yang dasar-dasarnya berdiri di atas nilai-nilai Islam
yang murni, pemikiran spiritual yang dalam dan
filsafat kemanusiaan yang agung. Tasawuf pada
hakikatnya tidak lain adalah Islam yang disertai
dengan perasaan (Al Sulami, 2007)
Pengertian Tasawuf Falsafi
Al Kattani berkata bahwa tasawuf adalah
akhlak, yaitu meninggalkan halhal buruk dan berhias
dengan hal-hal utama (Hafizh, 2011). Tasawuf
menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa serta
perilaku lahiriah dalam beribadat penyerahan kepada
Allah swt. Pemahaman lain akan sufisme tampaknya
l e b i h m e n ca r i p e n geta h u a n a ka n ke nyata a n ,
pencerahan, atau gnosis (ma’rifat) (Ansari, 1990).
Adapun falsafi diambil dari kata filsafat.
Kajian filsafat adalah kajian tentang esensi, karena Sedangkan jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Allah
yang menjadi fokus adalah hakikat sesuatu (Daulay, swt. dalam tasawuf disebut tarekat yang berarti jalan
104). Secara garis besar tasawuf falsafi adalah menuju Allah swt (Daulay, 2014). Sedangkan Orang
tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara yang menempuh tarekat untuk sampai kepada Allah
visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini menggunakan
terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang swt. disebut salik dan diibaratkan sebagai musafir
berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang
telah mempengaruhi para tokohnya (Sobirin dan
Anwar, 2000).
PERKEMBANGAN
TASAWUF FALSAFI
MENURUT PARA SEJARAWAN
Beberapa Peneliti meyakini bahwa tradisi tasawuf falsafi dalam Islam itu baru
muncul pada abad ke-6 H. Namun, jika ditelusuri secara lebih hal itu kurang
tepat, sebab jauh sebelum itu dalam tradisi Islam sudah dijumpai beberapa
pemikiran tasawuf yang cenderung mengarah pada gagasan tasawuf falsafi
misalnya pada abad pertama sampai abad ke 3 Hijriyah.

ABAD KE 3
ABAD 1 DAN 2 HIJRIYAH
HIJRIYAH

Rabiah Al-Hallaj
Adawiyyah
Al-Bustami
Hulul
Mahabbah
Hasan Al-Basri Ilahiyyah fana’, ittihad

Zuhud, khauf
dan raja’
MENURUT PARA SEJARAWAN

ABAD KE 6 DAN
ABAD KE 4 DAN 7 HIJRIYAH
5 HIJRIYAH

PENYEBARAN
AJARAN TASAWUF
MENDIRIKAN
DI LUAR KOTA LEMBAGA-
MEMADUKA
BAGDAD DAN DI LEMBAGA
N ANTARA
DALAM KOTA PENDIDIKAN
TASAWUF
BAGDAD TASAWUF
DENGAN
PELOPOR FILSAFAT
PENYEBARAN
AJARAN TASAWUF ABAD KE 8,9 DAN
SETERUSNYA
PERTENTANGAN
ULAMA SUFI DAN PERKEMBNAGAN TASAWUF
DIKATAKAN TELAH MATI.
ULAMA FIQIH HAL INI TERJADI
BERDASARKAN KONDISI
SOSIAL MASYARAKAT
Konsep Pemikiran Para Tokoh ABAD 1 DAN 2
HIJRIYAH
Te m a - t e m a p e n t i n g p e m b a h a s a n y a n g s e r i n g
disampaikan Hasan Basri di antaranya, ajakan kepada zuhud. Hasan
Bashri terus bergerak mengajak orang-orang kepada zuhud, dan
ketakwaan, bisa disebut bahwa ia merupakan orang pertama yang
meletakkan prinsip-prinsip dasar zuhud, metode muhasabah diri,
serta mengangkat posisi khauf dan raja’ (harap dan cemas).
Beliau sering berkata, “Sesungguhnya harap dan cemas
ROBI’AH AL-ADAWIYYAH merupakan tiang pokok penyanggah bagi seorang mukmin, dengan
catatan bahwa cemas baginya lebih kuat dari harap, karena jika
Rabi’ah al-‘Adawiyah termasuk sufi peletak dasar harap lebih dominan dari cemas, akan mengakibatkan rusahknya
tasawuf falsafi tahap awal sebelum berkembang pada abad hati.” Selanjutnya, Hasan Basri juga menitik beratkan pentingnya
keenam dan ketujuh melalui pionernya, yaitu Ibn ‘Arabi Rabi’ah al- m e l a ku ka n s u at u ke b a i ka n d i m u l a i d a r i s e n d i r i s e b e l u m
‘Adawiyah merupakan sufi perempuan yang terkenal dengan menganjurkan orang lain melakukannya.
konsep mahabbah Ilahi-nya.
Pencapaian konsep tersebut Tahap pertama yang harus HASAN AL- BASRI
dilalui seseorang, menurut Rabi’ah al-‘Adawiyah adalah berlaku
zuhud. Tahap yang kedua adalah Rida. Jiwa yang Rida adalah jiwa
yang luhur, menerima segala ketentuan Allah Swt., berbaik sangka
pada tindakan dan Keputusan-Nya, serta meyakini firman-Nya.
Tahap ketiga setelah Rida ialah Ihsan,23 yaitu melakukan ibadah
seakan-akan dapat melihat Allah Swt., atau kalau tidak bisa
setidaknya merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah Swt.
Konsep Pemikiran Para Tokoh ABAD KE 3 HIJRIYAH

Ajaran tasawuf al-Hallaj menjadi tiga: Hulul, al-Haqiqah, al-Muhammadiyyah,


dan Kesatuan Segala Agama.84 Dari ketiga ajarannya ini tentu yang sangat menarik
perhatian adalah ajarannya tentang Hulul.

Al-Hallaj membawa paham hulul, menurut istilah berarti Tuhan memilih


tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat
kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam
diri manusia sebenarnya ada sifat-sifat ketuhanan, ia menakwilkan surat Al-Baqarah Ayat
34: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk
Abu Yazid Al-Bustami golongan orang-orang yang kafir”. Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan
Adam as., bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan
diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Dalam ayat tersebut di sebutkan bahwa
Nama kecil Abu Yazid adalah Al-Toifur, beliau disebut- manusia mempunyai sifat ketuhanan, karena malaikat sujud kepada Adam. Jadi pada
sebut sebagai sufi yang pertman kali memperkenalkan paham dasarnya manusia itu mempunyai dua sifat yaitu sifat kemanusiaan dan sifat ketuhahan. Jika
Fana’ yang berarti lenyap dan Baqo’ yang berarti tetap. manusia dapat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya, maka Tuhan dapat me.ngambil
tempat dalam dirinya
Maksud Fana’ adalah hilangnya keinginan hawa nafsu
seseorang, tidak ada pamrih dari segala perbuatan manusia,
s e h i n g ga i a ke h i l a n ga n s e ga l a p e ra s a a n nya d a n d a p a t
membedakan sesuatu dengan sadar dan telah menghilangkan Al- Hallaj
segala kepentingan ketika berbuat sesuatu.
Dari fana’ dan baqo’ memunculkan Ittihat. Dalam
tahapan ini seorang sufi bersatu dengan Tuhan. Antara yang
mencintai dan yang dicintai menyatu baik substansi maupun
perbuatannya.
Abu Yazid al-Bustami merupakan salah satu guru yang
ada dalam silsilah Tarekat Shadziliyyah, Suhrawardiyyah, dan
beberapa tarekat lain.
ABAD KE 4 DAN 5 HIJRIYAH
ABAD KE 4 HIJRIYAH

PELOPOR PENYEBARAN TASAWUF

Musa Al-Ansori Abu Hamid bin Muhammad al-Rubazi

Mengajarkan
ilmu tasawuf di Abu Yazid Al-Damiy
Beliau mengajarkan tasawuf di
Khurasan (Persia salah satu kota di Mesir
dan Iran
Mengajar di
Semenanjung
Abu‘Ali Muhammad Bin ‘Abd al-Wahhab Al-Thaqof Arabiyah

Mengajarkan tasawuf di
Naisabur dan kota Sharaz
ABAD KE 5 HIJRIYAH
Pada abad ke lima hijriyah ada pertentangan antara ulama sufi dengan
ulama fiqih . Seiring waktu berjalan mazhab Syi’ah berkembang luas. Hal itu telah
membuat ulama-ulama fikih khawatir. Keresahan para ulama fikih tersebut semakin
besar, ketika ajaran filsafat Neo Platonisme (filsafat Persia dan India) banyak
mempengaruhi tasawuf, sehingga mewujudkan corak tasawuf falsafi yang sangat
bertentangan dengan ajaran tasawuf pada masa awal. Sehingga, pada abad ke lima
hijriyah terjadi pertentangan tiga golongan yaitu golongan fuqoha, ahli tasawuf
falsafi dan ahli tasawuf suni.
Selanjutnya muncullah tokoh sufi yang bernama Al-Ghazali, beliau melihat
pertentangan tersebut ingin segera meredakan pertentangan tersebut. Al-Ghazali
hanya sepenuhnya menerima tasawuf berdasarkan Alquran dan hadis serta
bertujuan kehidupan yang seederhana, penyucian jiwa serta pembianaan moral.
Disisi lain beliau memberikan kritikan yang tajam terhadap para filosof, seperti
kaum Mu’tazilah dan Batiniyah. Dan akhirnya Al-Ghazali berhasil mengenalkan
prinsip-prinsip tasawuf yang moderat. Sehingga pada abad ini tasawuf falsafi mulai
tenggelam.
ABAD KE 6 DAN 7 HIJRIYAH
ABAD KE 6 HIJRIYAH

Sejarah perkembangan tasawuf falsafi kembali muncul pada abad ke enam hijriyah. Hal
ini ditandai dengan adanya sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf
dengan filsafat dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah. Artinya tidak ada
yang disebut tasawuf murni dan tidak ada pula yang disebut dengan filsafat murni.
Diantara tokohnya yang terkenal yakni Shuhrowardi al-Maqtul, Shekh Akbar Muhyiddin
Ibnu ‘Arabi.
Karya Shuhrowardi al-Maqtul Tentang pengajaran dan kaidah teosofi yang
merupakan tafsiran dan modifikasi dari filsafat peripatetis, di antaranya: Talwihat,
Muqawamat, Mutharahat, dan Hikmat al-Isyraq.
Shekh Akbar Muhyiddin Ibnu ‘Arabi mempengaruhi perjalanan ilmu tasawwuf
generasi setelahnya hingga masa tasawwuf modern sekarang ini. Masih banyak kitab
yang lainnya karya Ibnu ‘Arabi yang tidak ditulis. Namun diantara sekian banyak
karyanya, ada dua buah karya Ibnu‘Arabi yang terkenal dan menggambarkan corak
ajaran Tasawuf yakni Futuhat Al-Makkiyah (penyingkapan ruhani di Mekkah) dan Fusus
Al-Hikam (permata-permata hikmah) yang keduanya sangat terkenal. Kitab Futuhat Al
Makkiyah adalah salah satu bukunya yang ditulis pada akhir-akhir masa hidupnya di
Mekkah mulai tahun 598 H sampai 635 M, yang diakui sendiri oleh Ibnu ‘Arabi sebagai
curahan ilmu yang didektikan oleh Tuhan melalui malaikat Jibril pembawa wahyu.
ABAD KE 7 HIJRIYAH

Pada abad ke tujuh, terdapat beberapa tokoh tasawuf yang berpengaruh.


Diantara tokoh-tokoh yang berpengaruh tersebut diantaranya adalah:
1. Umar Ibnu Faridh
2. Ibnu Sabi’in
3. alal Al-Din Al-Rumi

Pada abad ini tokoh-tokoh tasawuf mendirikan lembaga-lembaga


pendidikan tasawuf. Pada akhirnya kegiatan tersebut dinamakan tarekat oleh
penganutnya yang sering dinisbatkan namanya pada gurunya. Masa ini gairah
masyarakat dalam mempelajari tasawuf menurun, karena beberapa faktor:

A. Semakin gencarnya serangan ulama Syari’at memerangi ahli tasawuf yang


diiringi golongan Syi’ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqih
B. Adanya tekad penguasa atau pemerintah yang ingin melenyapkan ajaran
tasawuf karena dianggap sebagai sumber perpecahan umat Islam, sehingga bisa
dikatakan negeri Arab dan Persia ketika itu sunyi dari kegiatan tasawuf
CIRI-CIRI TASAWUF
FALSAFI
Ciri-ciri Tasawuf Falsafi
Ciri-ciri Umum Ciri-ciri Khusus
1. Adanya latihan rohani yang 1. Mengkonsepsikan ajaran-ajaran
didasarkan pada rasa (dzauk), dengan menggabungkan antara
rasional dan perasaan.
intuisi dan intropeksi diri yang
timbul darinya. 2. Mendasarkan pada latihan-
latihan ruhaniah (riyadah)
2. Hakekat yang tersingkap dari 3. Iluminasi atau bayangan sebagai
alam ghaib metode untuk mengetahui
berbagai hakekat, yang menurut
3. Peristiwa dalam alam penganutnya bisa dicapai dengan
berpengaruh terhadap berbagai fana’
bentuk kekeramatan 4. Selalu menyamarkan ungkapan-
ugkapan tentang hakekat
4. Ungkapan yang berbentuk samar. realitas-realitas dengan berbagai
simbol atau terminologi.
Ciri-ciri Tasawuf Falsafi
Sehingga dapat disimpulkan ciri-ciri tasawuf falsafi antara lain:
1. Ajarannya samar-samar akibat banyaknya ungkapan dan peristilahan
khusus yang hanya bisa dipahami pada tasawuf jenis ini.
2. Metode ajarannya didasarkan pada rasa (dzauq) dan rasional dengan
berdasarkan akal.
3. Ajaran-ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa-bahasa dan
terminologi filsafat, dan cendrung mendalam ke dalam panteisme (teori
yang berpendapat bahwa segala sesuatu merupakan perwujudan tuhan)
4. Di dasarkan pada latihan-latihan ruhaniyah (riyadah), yang dimaksudkan
sebagai peningkatan moral untuk mencapai kebahagiaan.
5. Iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakekat realitas.
Tokoh-tokoh
Tasawuf Falsafi
dan Ajarannya
1. Syekh Akabar Muhyid Al-Din Ibnu ‘Arabi (wafat pada tahun 638 H),
2. Suhrowardi al-Maqtul (wafat pada tahun 549 H),
3. Ibnu Sabi’in (lahir pada tahun 614 H),
4. Abu Sulaiman al-Darany (wafat pada tahun 215 H),
5. Ahmad bin Al-Hawari al-Damashqi (wafat pada tahun 230 H),
6. ‘Abd Faid Dhun Nun Bin Ibrahim al-Misri (wafat pada tahun 245 H),
7. Abu Yazid Al-Bustami (wafat pada tahun 261 H),
8. Al-Hallaj (lahir pada tahun 244 H dan wafat pada tahun 309 H),
9. Junaid Al-Baghdadi ( wafat pada tahun 298 H),
10. Al-Ghaznawi (wafat pada tahun 545 H),
11. ‘Umar Ibnu Al-Farid (wafat pada tahun 632 H),
12. ‘Abd Al-Haq Ibnu Sabi’in Al-Mursi (wafat pada tahun 669 H).
Ibnu Arabi

Ajaran Tasawufnya adalah tentang Wahdat al- Wujud ( kesatuan wujud),


namun ajaran ini berasal dari Ibnu Taimiyah . Menurut Ibnu Taimiyah Wahdat al-
Wujud adalah penyamaan Tuhan dengan Alam. Menurut Ibnu Arabi Tuhan
adalah pencipta alam semesta, Adapun proses penciptaanya adalah sebai
berikut :
- Tajalli Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah
- Tanazul Dzat, Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat ( realitas-realitas
rohaniah ) , yaitu alam arwah yang mujarrad
- Tanazul kepada realitas-realitas nafsiah ,yaitu alam nafsiah berfikir
- Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mitsal
(ide) atau hayal
- Alam materi , yaitu alam Inderawi
Al-Hallaj (Husain Bin Mansur Al-Hallaj)
Al-Hallaj membawa paham hulul, menurut bahasa berarti menempati suatu tempat.
Sedangkan menurut istilah berarti Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu
dilenyapkan. Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia sebenarnya ada sifat-sifat ketuhanan,
ia menakwilkan surat Al-Baqarah Ayat 34: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam as., bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
Dalam ayat tersebut di sebutkan bahwa manusia mempunyai sifat ketuhanan, karena malaikat sujud
kepada Adam. Jadi pada dasarnya manusia itu mempunyai dua sifat yaitu sifat
kemanusiaan dan sifat ketuhahan. Jika manusia dapat menghilangkan sifat-sifat
kemanusiaannya, maka Tuhan dapat mengambil tempat dalam dirinya.
Suhrawardi al-Maqtul
Mempunyai faham filsafat Illuminasi.
Prinsip dan asas pertama bagi filsafat ini ialah bahwa Allah adalah
cahaya dan sumber bagi semua makhluk-Nya, maka dari
cahaya-Nya terdapat cahaya-cahaya lain yang keluar sebagai cikal-bakal
atau pondasi alam semesta ini.
Abu Yazid Al-Bustomi
Paham Fana’ yang berarti lenyap dan Baqo’ yang berarti tetap.

Maksud Fana’ adalah hilangnya keinginan hawa nafsu seseorang, tidak ada
pamrih dari segala perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala
perasaannya dan dapat membedakan sesuatu dengan sadar dan telah
menghilangkan segala kepentingan ketika berbuat sesuatu.
Dari fana’ dan baqo’ memunculkan Ittihat. Dalam tahapan ini seorang sufi
bersatu dengan Tuhan.
Antara yang mencintai dan yang dicintai menyatu baik substansi maupun
perbuatannya. Sehingga Al-Hallaj mengatakan “Ana A-Haq”, yang tidak
diucapkan oleh ulama fiqih dan dianggap sebagai kemurtadan.
Al - Jilli
Ajaran Tasawufnya adalan insan Kamil. Berkaitan dengan Insan Kamil ,Al Jilli merumuskan beberapa
maqam yang harus dilalui oleh seorang Sufi. Dalam istilahnya maqam itu disebut dengan Al-
Martabah (jenjang/ tingkatan ). Martabah-martabahnya sebagai berikut :

1. Islam
2. Iman
3. Ash-Shalah
4. Ihsan
5. Syahadah
6. Shiddiqiyyah
7. Qurbah
Ibnu Sab’in
Beliau adalah penggagas sebuah faham dalam kalangan tasawuf
filosofis yang dikenal dengan faham kesatuan mutlak.
• Gagasan esensial fahamnya sederhana saja , yaitu wujud adalah satu
alias wujud Allah semata. Wujud-wujud lainnya hanyalah wujud yang
satu itu sendiri.
Ibnu Masarah
Ajaran Tasawufnya adalah sebagai berikut :

a. Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa , zuhud, dan


mahabah yang merupakan asal dari semua kejadian .
b. Dengan penakwilan ala philun atau aliran Ismailiyyah terhadap ayat-
ayat al-Qur’an , Ibnu Masarah menolak adanya kebangkitan jasmani
c. Siksa neraka bukanlah dalam bentuk yang hakekat.
DAFTAR PUSTAKA

Al Sulami, Abu Abdurrahman. 2007. Tasawuf Buat yang Pengen Tahu. Jakarta: Erlangga
Ansari, Muhammad Abdul Haq. 1990. Antara Sufusme dan Syari'ah. Jakarta: Rajawali
Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta: Kencana
Hafizh, Syaikh Abdul. 2001. Tasawuf Dalam Pandangan Ulama Salaf. Jakarta: Al-Kautsar
https://tebuireng.online/muhyiddin-ibn-arabi-al-hatimi-pembesar-ulama-shufi/
http://pku.unida.gontor.ac.id/suhrawardi-dan-filsafat-iluminasi-catatan-ringkas-atas-buku-hikmah-al-
isyraq/
https://ijtihadulumam.wordpress.com/2016/11/11/tasawuf-falsafi/amp/
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11TAR1080320.pdf
Miswar. 2019. Pembentukan Dan Perkembangan Tasawwuf Falsafi. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan
Keislaman Vol. II. No. 1.
Mubaidi Sulaeman. 2020. Pemikiran Tasawuf Falsafi Awal: Rabi’ah Al-‘adawiyyah, Al-bustamī, Dan Al-
hallaj. Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam, Vol. 20, No. 1.
Muslimin. 2019. Kajian Pemikiran Dakwah dan Komunikasi Hasan Basri. Jurnal Komunikasi Islam
dan Kehumasan (JKPI), Vol. 3, No 2, ISSN: 2621-9492.
Mustofa, Ali. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Nasution, Harun. 1983. Filsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Sobirin, M dan Rosihan Anwar. 2000. Kamus Tasawuf. Bandung: Remaja Rosda Karya

Anda mungkin juga menyukai