Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN
Masalah pendidikan, menurut Malik Fajar, adalah
masalah yang tidak pernah tuntas untuk dibicarakan,
karena itu menyangkut persoalan manusia dalam rangka
memberi makna dan arah normal kepada eksistensi
fitrinya.
Persoalan-persoalan yang dihadapi dunia pendidikan
tersebut digambarkan oleh John Vaisey sebagaimana
dikutip oleh Muis Sad Iman, dengan menyatakan bahwa
setiap orang yang pernah menghadiri konferensi
Internasional di tahun-tahun terakhir ini pasti merasa
terkejut akan banyaknya persoalan pendidikan yang
memenuhi agenda. Makin lama makin jelas bahwa
organisasi-organisasi internasional itu mencerminkan apa
yang terjadi di semua Negara di dunia. Hampir tidak ada
satu Negara pun dewasa ini dimana pendidikan tidak
merupakan topik utama yang diperdebatkan.
Dalam perkembangan upaya reaktualisasi
pendidikan diharapkan dapat menjawab problematika
kemasyarakatan dan sebagai metafisis agama yang
rahmatan lil’alamin.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?
2. Apa Pengertian Isu-Isu Kontemporer Dalam Studi Islam?
3. Apa Saja Isu-Isu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam?

III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan islam memiliki rangkaian kata yang bisa dipahami dalam


arti berbeda-beda, antara lain:
1) Pendidikan (menurut) Islam.
2) Pendidikan (dalam) Islam.

1
3) Pendidikan (agama) Islam.1
Istilah pertama, dapat diartikan bahwa pendidikan (menurut) islam
dapat dikembangkan, dipahami dari bersumber ajaran islam, yaitu dari al-
Qur’an dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) islam, dapat
dimaknai bahwa pendidikan (dalam) islam itu adalah sejarah, sistem
budaya, dan peradapan dari sejak Nabi Muhammad saw sampai sekarang,
dengan demikian pendidikan (dalam) islam adalah sebuah proses dan
praktik penyelenggaraan pendidikan umat islam dan lebih bersifat historis.
Istilah ketiga, pendidikan (agama) islam yaitu pendidikan yang lebih
dijadikan pandakan hidup manusia,pengembangan iman, islam, dan ihsan
tetapi juga tidak mengesampingkan pertumbuhan dan perkembangan
intelektual umat manusia.
Awal mula kata pendidikan berasal dari bahasa Yunanai yaitu
“paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Kemudian istilah ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam wacana
ke-Islaman, pendidikan lebih popular dengan istilah secara etimologi
tarbiyyah, ta’alim, ta’dib. Tetapi dari segi etimologi dalam wacana islam
memiliki devinisi dan tingkatan yang berbeda-beda sebagai berikut:
a. Tarbiyyah
Tarbiyyah yaitu proses transformasi ilmu pengetahuan dari
pendidik (rabbani) kepada peserta didik, agar memiliki sikap dan
semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya,
sehingga terbentuk ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian yang luhur.
b. Ta’alim
Istilah ta’alim berasal dari kata dasar “aslama” yang berarti
mengajar dan menjadikan yakin dan mengetahui. Penggunaannya dalam
pengajaran berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada orang yang menerima atau belajar dengan jalan

1 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi


Global, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2008). Hlm. 7.

2
membentangkan, memaparkan, dan menjelaskn isi pengetahuan atau ilmu
yang diajarkan itu yang dinamakan dengan “pengertian”. Sebagaian para
pakar menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan
ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran.
c. Ta’dib
Istilah ta,dib berasal dari kata addaba yuaddibu ta’diiban yang
mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang
baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata
addaba yang merupakan asal kata dari ta,dib, juga merupakan persamaan
kata (muradif) allama yuallimu ta,liman. Muaddib yaitu seseorang yang
melaksanakan kerja ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan
orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.2
Pendidikan adalah proses mempersiapkan masa
depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara
efektif dan efisien.3
Sedangakan pendidikan islam adalah kegiatan yang
dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk
mengembangkan potensi anak didik berdasarkan
pada kaidah-kaidah agama Islam. Menurut Zakiah
Daradjat, Pendidikan Islam adalah
pembentukan kepribadian muslim. Atau
perubahan sikap dan tingkah laku
sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.4
Dalam definisi diatas terlihat jelas bahwa pendidikan
islam itu membimbing anak didik dalam perkembangan
dirinya,

2 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), Hlm. 5.

3 Hasmiyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:


Quantum Teaching Ciputra Press Group, 2008), Hlm. 13.

4 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

3
2000), Hlm. 28

4
baik jasmani maupun rohaninya menuju terbentuknya
keperibadian yang utama pada anak didik nantinya.

2. Pengertian Isu-Isu Kontemporer


Isu-isu global kontemporer adalah isu yang berkembang serta
meluas setelah Perang Dingin berakhir pada era 1990-an. Pengertian
mengenai isu-isu global kontemporer terkait erat dengan sifat dari isu-isu
tersebut yang tidak lagi didominasi oleh hubungan Timur-Barat, seperti,
ancaman perang nuklir, persaingan ideologi antara Demokrasi-Liberal dan
Marxisme-Leninisme, diplomasi krisis, dan sebagainya.
Masyarakat internasional kini dihadapkan pada isu-isu global yang
terkait dengan “Tatanan Dunia Baru” (New World Order). Isu-isu
mengenai persoalan-persoalan kesejahteraan ini berhubungan dengan
Human Security antara negara-negara maju (developed) dengan Negara-
negara berkembang (developing countries) serta masalah lingkungan.
Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai
bentuk baru ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak
berakhirnya Perang Dingin menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New
Global Agenda). Transformasi ini erat kaitannya dengan makin besarnya
perhatian dunia terhadap bentuk baru ancaman tersebut, terutama pasca
tragedi 11 September 2001.
Ancaman dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer”
yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain tetapi tindakan
kejahatan yang dilakukan oleh non-state actor dan ditujukan kepada state
actor maupun individu atau warga negara yang mengancam keamanan
umat manusia (Human Security). Ancaman tersebut dapat berupa tindakan
terorisme atau kejahatan transnasional yg terorganisir (Transnational
Organized Crime/TOC), kesejahteraan (kemiskinan), degradasi
lingkungan, konflik etnis dan konflik komunal yang berdimensi
internasional, hutang luar negeri, dan sebagainya. Bagi negara-negara
Dunia Ketiga, isu-isu yg terkait dengan ancaman keamanan dalam bentuk
baru (Human Security) ini merupakan “ancaman keamanan yang nyata”

5
karena memiliki relevansi dengan kondisi domestik Negara-negara Dunia
Ketiga yang masih disibukkan oleh berbagai persoalan mengenai:
1) Situasi transisi politik.
2) Lemahnya kekuasaan pemerintah akibat tidak
maksimalnya upaya penegakan hukum.
3) Ketidakpastian politik.
4) Krisis ekonomi.
5) Masalah konflik di wilayah perbatasan.
6) Konflik etnis dan konflik komunal dengan berbagai
dimensi internasionalnya.
7) Persoalan disintegrasi bangsa.
8) Peningkatan jumlah pelaku terorisme, dan sebagainya.
Berkembangnya isu-isu global merupakan akibat dari
perkembangan ancaman dan berbagai persoalan kontemporer yang bersifat
nonkonvensional, multidimensional, maupun transnasional tersebut.
Meluasnya persoalan global kontemporer ini juga didorong oleh
perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dalam era
globalisasi pasca Perang Dingi.
Dengan demikian, isu-isu global kontemporer dengan sifat-sifat
utamanya tersebut telah mengalami transformasi yang menggeser persepsi
mengenai ancaman keamanan yang bersifat konvensional. Berbeda dengan
isu-isu global kontemporer yang berkembang setelah Perang Dingin
berakhir, ancaman keamanan konvensional sebelumnya telah
mendominasi isu-isu politik internasional selama era Perang Dingin
dengan hanya berorientasi terhadap ancaman militer atau perluasan
ideologis dari persaingan dua negara adidaya dalam sistem internasional.
Persoalan-persoalan yg dikategorikan sebagai isu ancaman
nonmiliter/ nontradisional di antaranya adalah:
a) Degradasi lingkungan.
b) Kesejahteraan ekonomi.
c) Organisasi kriminal transnasional.
d) Migrasi penduduk.
Karakterisitik isu-isu global kontemporer sbg
ancaman keamanan nontradisional adalah:

6
1) Isu global kontemporer yg merupakan ancaman
keamanan bersifat nontradisional tsb tidak
terpusat pada satu negara tertentu saja. Dengan
demikian, ancaman yang merupakan bagian
dari isu-isu global kontemporer ini tak hanya
dihadapi oleh satu negara, tetapi telah
mengancam sejumlah negara ttt sekaligus
(memiliki dimensi regional dan global). Oleh
karena itu, isu-isu global kontemporer sering
disebut sebagai “ancaman keamanan
transnasional”.
2) Isu global kontemporer tidak terfokus pada
suatu lokasi geografis itu-itu saja.
Berdasarkan karakter geografisnya, isu-isu ini
seringkali sulit “dikenali” karena sifatnya yg
melewati batas- batas antarnegara hingga
batas-batas regional
(transnasional).
3) Isu-isu global kontemporer tidak dapat dihadapi
hanya dgn kekuatan militer semata. Memang
kekuatan militer dapat digunakan dalam
eskalasi yang mengarah pada konflik
bersenjata. Akan tetapi, kekuatan militer pada
jangka panjang tak dapat lagi digunakan
secara efektif untuk mengatasi ancaman isu-
isu global tersebut.
4) Persoalan keamanan yang menjadi isu-isu
global kontemporer telah mengancam
eksistensi suatu negara maupun individu-
individu yang merupakan bagian dari negara
tersebut.

3. Isu-Isu Kontemporer Dalam Pendidikan Islam

7
Pendidikan islam diakui keberadaannya dalam
sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, pendidikan islam sebagai lembaga diakuinya
keberadaan lembaga pendidikan islam secara ekspilit.
Kedua, pendidikan islam sebagai mata pelajaran
diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu
pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Ketiga, pendidikan islam
sebagai nilai yakni ditemukan nilai-nilai islam
dalam
sistem pendidikan.5
Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari
problematika yang muncul pada saat ini di era
globalisasi.
1) Islam dan Liberal
Setelah melalui sebuah pergulatan panjang selama satu dasawarsa,
sejak tahun 1980-an, pemikiran dan aksi Islam Indonesia tampak sekali
mengalami perubahan yang signifikan ini sekurang-kurangnya ditandai
dengan tiga hal.6
Pertama, format pemikiran era 1990-an jauh berbeda dengan corak
pemikiran Islam era 1960-an sebagai gelombang awal pegulatan pemikiran
Islam Indonesia. Pemikiran Islam era 1990-an merupupakan kelanjutan dari
corak pemikiran Islam tahun 1970 dan 1980-an dengan aktor-aktor baru
yang muncul di pentas nasional, seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman
Wahid, Djohan Effendy, Ahmad Wahib, Kuntowijoyo, Moeslim
Abdurrahman, Amien Rais, Jalaludin Rakhmad, Dawam Rahardjo, dan
Munawir Sjadzali. Sementara pada era 1990-an, muncul aktor-aktor baru,
seperti Mansour Fakih, Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat, Kautsar

5 Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam Di Asia Tenggara,


(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Hlm. 44-45.

6 Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIa


+ TAZZAFA, 2009), hlm. 265.

8
Azhari Noer, Quraish Shihab, Amin Abdullah, dan Budi Munawar
Rachman.
Tahun 1990-an merupakan era di mana rezim Soeharto telah mulai
menampakkan tanda-tanda penerimaannya terhadap Islam. Di era ini negara
sangat akomodatif terhadap Islam sehingga pemikiran dan aksi Islam
Indonesia juga cenderung akomodatif. Sekalipun masih ada kelompok Islam
yang konfrontatif, namun hal itu bukanlah ditujukan pada negara secara
langsung, tetapi lebih pada pemikiran umat Islam sendiri, terutama dalam
hal strategi perjuangan dan diskursus yang dikembangkan. Ini sangat
berbeda pada era tahun 1970-an dan 1980-an, dimana artikulasi politik dan
corak pemikiran Islam Indonesia cenderung konfrontatif terhadap rezim
kekuasaan.
Kedua, perubahan sikap rezim kekuasaan terhadap Islam telah
mendukung perkembangan pemikiran Islam era 1990-an. Corak pemikiran
Islam pada era ini sejatinya mempunyai kecenderungan menjembatani
ketegangan konseptual antara gagasan-gagasan keislaman dengan ide-ide
politik dan kenegaraan 1980-an di bawah rezim Orde Baru. Kondisi tidak
produktif inilah yang membuat para aktor pemikir islam era 1990-an
mencoba menawarkan “jalan tengah” agar trauma politik dan pengalaman
pahit di bawah rezim Orde Baru tidak terulang. “Jalan tengah” yang
disodorkan adalah menawarkan pemikiran-pemikiran aktual yang lebih
substansif yang diharapkan bisa mendukung perkembangan serta kemajuan
umat Islam.
Ketiga, pada tahun 1990-an telah muncul generasi baru pemikiran
Islam Indonesia, dengan nuansa yang lebih terbuka dan memunculkan apa
yang disebut mazhab baru pemikiran Islam Indonesia, yakni mazhab liberal
Islam. Era 1990-an juga bisa disebut sebagai “bulan madu” islam dengan
negara, sebab pada tahun ini negara benar-benar menengok Islam sebagai
sesuatu yang amat penting.
Terdapat dua faktor dalam isu-isu pendidikan islam, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.

9
A. Faktor Internal
a) Masalah Kurikulum
Sistem sentralistik terkit erat dengan birokrasi atas bawah
yang sifatnya otoriter yang terkesan pihak bawah harus selalu
melaksanakan tugas dari pihak atas. Dalam sistem yang seperti ini
inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Hal ini mempengaruhi
juga kualitas pendidikan.7
b) Pendekatan/Metode Pembelajaran
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan
kualitas kompetensi siswa. Dalam mengajar, ia haruas mampu
membangkitkan potensi guru, memotifasi, memberikan suntikan,
dan menggerakan siswa melalui pola pembelajaran yang kreatif
dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang
memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjukan
tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap
bersaing dalam arus perkembangan zaman.
c) Profesional dan Kualitas SDM
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di
Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan
tenaga pendidik yang masih belum sesuai dan memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru tenaga kependidikan lainnya agaknya
sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme
masih belum memenuhi harapan.8
d) Biaya Pendidikan

7 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan


Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), Hlm. 205-208.

8 Mustofa Rembangy, Pendidikan Transformasi: Pergulatan


Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus
Pergulatan Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), Hlm. 20.

10
Faktor biaya pendidikan menjadi hal yang penting, dan
menjadi persoalan tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur
mengenai siapa yang bertanggung jawab atas hal ini.
B. Faktor Eksternal
a) Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan adalah
Dichotomic dalam beberapa aspek yaitu antara ilmu agama dan
ilmu umum, antara wahyu dengan akal serta antara wahyu dengan
alam. Munculnya problem dichotomic dengan segala perdebatanya
telah berlangsung sejak lama.
b) To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat
ilmu pengetahuannya yang masih terlalu umum/general dan kurang
memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah. Produk-
produk yang dihasilkan kurang memenuhi dan kurang selaras
dengan dinamika masyarakat.9

IV. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
Pendidikan adalah proses mempersiapkan masa
depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup
secara efektif dan efisien.
Sedangakn pengertian isu-isu kontemporer
adalah Isu-isu global kontemporer adalah isu yang berkembang
serta meluas setelah Perang Dingin berakhir pada era 1990-an.
Sedangkan isu-isu kontemporer pendidikan
islam ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal mencangkup masalah

9 Abdul Wahid, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam,


(Semarang: Need’s Press, 2008), Hlm. 14.

11
kurikulum, profesional dan kualitas SDM, model atau
kurikulum, biaya pendidikan. Lalu faktor eksternal
mencangkup dichtomic, dan to general knowledge.

V. PENUTUP
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Dan penulis memeohon maaf
sebesar- besarnya apabila ada yang kurang
berkenan dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

12

Anda mungkin juga menyukai