“ ISU-ISU KONTEMPORER“
Disusun Oleh :
1. Elis Lisnawati
2. Tintin Suparman
Kelas 1 D
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, atas rahmat dan karunia yang
telah diberikan Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan penulisan Mata Kuliah
Arbitrase yang diberi judul: “Isu-Isu Kontemporer” dengan acuan untuk
mengetahui masalah-masalah seperti :
1. Apa Saja Isu-Isu Kontemporer ?
Tentu saja makalah ini masih memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu koreksi, saran dan kritik membangun dari para pembaca akan
menjadi pendorong penulis untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
pengembangan pada masa-masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Mata Kuliah
Pendidikan Kesenian dan rekan-rekan mahasiswa dan khususnya yang secara
langsung memberikan dorongan dan dukungan atas terselesaikannya makalah
ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kata-kata "modern", seperti kata lainya yang berasal dari barat, telah di
pakai dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata modern
diartikan sebagai yang terbaru, secara baru, mutakhir. Selanjutnya kata modern
erat pula kaitanya dengan modernisasi yang berarti pembaharuan atau dalam
bahasa arabnya biasa dikenal dengan istilah tajdid.
Modernisasi mulai diperbincangkan pada abad ke-17. Ini terjadi sebagai
efek dari inovasi di masa renaissance yang merubah paradigma masyarakat
dunia. Kala itu, kata ini hanya dipahami sebagai proses perubahan
menuju sistem sosial, ekonomi dan politik yang berkembang di Amerika dan
Eropa barat. Lama kelamaan kata ini beralih menjadi westernisasi atau
pembaratan.
Secara teoritis, kata ini juga diartikan sebagai
suatu bentuk perubahan sosial. Modernisasi juga merupakan direct change
(perubahan terarah) yang pada hakekatnya masuk dalam ranah kajian social
planning (perencanaan sosial).
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa latin, conservare,
melestarikan, menjaga, memelihara dan mengamalkan.
Sebagaimana yang diketahui arti dari konservatisme adalah filsafat politik
yang didukung oleh nilai-nilai tradisional. Dimana pemikiran konservatisme
dianggap biang dari segala kebekuan pemikiran, sehingga seseorang yang
memiliki pemikiran konservatif tidak akan maju. Apabila pada islam diterapkan
pemikiran konservatif maka islam dipandang sebagai agama yang terbatas
pemikirannya, kampungan dan irasional.
Menurut Dr. Deliar Noer, mantan ketua umum PB-HMI yang juga pakar
politik. Beliau mengingatkan muslim agar bisa meresponi modernisasi secara
kreatif, seorang muslim haruslah terlebih dahulu berusaha mengatasi masalah-
masalah internal umat islam seperti tradisi mengikuti konsepsi-konsepsi abad
pertengahan secara taklid buta serta mengikuti kecenderungan beberapa praktik-
praktik sufi. Dalam pandangan Deliar, jika umat islam belum bisa membebaskan
diri dari persoalan tradisionalisme dan eksklusivisme dalam berpikir, akan
menemui banyak hambatan dalam meresponi modernisasi. Persoalan mendasar
yang penting, menurut Deliar adalah bagaimana umat islam dapat berbuat dan
berfungsi hingga sampai pada suatu sikap modern dalam menghadapi tantangan
zaman, jika umat islam benar-benar yakin bahwa islam selalu sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari pandangan Deliar diatas, dapat diuraikan bahwasannya Deliar
mengajak umat islam untuk bersikap positif terhadap perkembangan zaman pada
saat ini. Karena dengan terus berkembangnya zaman modern sekarang tidak
harus dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan islam. Apabila seorang
muslim mempunyai pemikiran konservatif atau tradisional maka umat islam tidak
akan bisa berperan atau berfungsi pada zaman modern ini serta tidak akan
pernah maju dalam berpikir.
Apabila suatu pemerintahan menjadi sebuah pemerintahan konservatif,
maka pemerintahan tersebut akan gagal menjadi pemerintahan yang berhasil.
Karena keterbatasannya dalam berpikir serta mengancam suatu Negara yang
memiliki karakter plural dan toleran. Pada suatu Negara tidak hanya ada satu
agama tetapi bermacam-macam agama, apabila dalam suatu Negara
menggunakan pemikiran konservatif maka pada Negara tersebut akan terus
terjadi peperangan antar agama, karena saling membenarkan ajaran sesama
agama serta tidak adanya rasa toleran terhadap antar agama.
2.5 Ahmadiyah
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza
lahir 15 Februari 1835 M. Dan meninggal 26 Mei 1906 M di india. Misi jemaat
Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Latar-
belakangnya adalah sikap keingin-tahuan beberapa pemuda Indonesia yang
berasal dari pesantren/madrasah Thawalib Padang Panjang Sumatra Barat.
Thawalib yang beraliran modern berbeda dengan institusi-institusi Islam
Ortodox pada masa itu. Misalnya para santrinya tidak hanya mendalami Bahasa
Arab maupun Arab Melayu tetapi juga sudah diperkenankan membaca tulisan
latin. Beberapa santrinya membaca di dalam sebuah surat-kabar tentang orang
Inggris yang masuk Islam di London melalui seorang Da’i Islam berasal dari India
Khwaja Kamaluddin. Hal ini sangat menarik perhatian mereka. dan inilah yang
mendorong beberapa santri. Untuk mencari tokoh itu. Zaini Dahlan, Abu Bakar
Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang Santri Thawalib yang berangkat.
Mereka sampai di Lahore masa itu masih India kini masuk wilayah Pakistan pada
tahun 1923.
Dari Lahore mereka lebih dalam masuk ke Qadian dan berdialog dengan
pimpinan Jemaat Ahmadiyah pada saat itu Khalifatul Masih Ii Ra. Dan akhirnya
mereka Bai’at dan Belajar Di Qadian mendalami Ahmadiyah. Atas permohonan
mereka kepada Khalifatul masih Ii maka dikirimlah utusan pertama jemaat
Ahmadiyah ke Indonesia pada tahun 1925. Pusat jemaat Ahmadiyah indonesia
sejak tahun 1935 berada di jakarta. Dan pada tahun 1987 pindah ke parung,
Bogor. Ahmadiyah masuk di indonesia tahun 1935, kini sudah mempunyai sekitar
200 cabang, terutama di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat,
Palembang, Bengkulu, Bali. Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah yang bertentangan
dengan Islam. Berdasarkan Dalil Aqli
a. Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya Nabi dan Rosul utusan Tuhan. Dia
mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di india. kemudian wahyu-
wahyu Itu dikumpulkan seluruhnya sehingga merupakan sebuah kitab suci
dan mereka beri nama kitab suci Tadzkirah. Tadzkirah itu lebih besar dari
pada kitab suci Al-Qur’an.
b. Mereka meyakini bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya
dengan kitab suci Al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari Allah.
c. Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga nabi dan rasul tetap
diutus sampai hari kiamat juga.
d. Mereka mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
e. Mereka Mempunyai Surga Sendiri Yang Letaknya Di Qadian dan rabwah
dan sertivikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan harga
yang sangat mahal.
f. Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah,
tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan yang bukan
Ahmadiyah.
g. Tidak boleh bermakmum dengan dibelakang imam yang buka Ahmadiyah.
Ahmadiyah Mempunyai Tanggal, Bulan, Dan Tahun Sendiri, Yaitu
1. Bulan, f. Wafa
a. Tabligh g. Zuhur
b. Aman h. Tabuk
c. Syahadah i. Ikha
d. Hijrah j. Nubuwah
e. Ikhsan k. Fatah.
Nama Tahun Mereka Adalah Hijri Syamsi (Disingkat Hs). Ajaran mereka
menganggap kita (yang bukan pengikut ahmadiyyah itu kafir. Makanya hal itulah
yang bertentangan dengan akidah islam yang benar.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Islam dan isu-isu kontemporer merupakan dua hal yang berbeda, namun
jika dilihat dari cara pandang yang berbeda dari masing-masing pihak, maka
akan menimbulkan perspektif atau spekulasi yang berupa interpretasi berbeda
pula. Meskipun secara arti dan asal-usul bersumber memang bukan dari islam,
tapi tidak salah jika kita lebih teliti dan jeli dalam menaggapi isu-isu kontemporer
yang ada jika ingin mengaitkannya dengan islam.
Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru
ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak berakhirnya Perang
Dingin menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New Global Agenda). Ancaman
dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer” yang dilakukan oleh suatu
negara terhadap negara lain tetapi tindakan kejahatan yang dilakukan oleh non-
state actor dan ditujukan kepada state actor maupun individu atau warga negara
yang mengancam keamanan umat manusia (Human Security).
5.2 Saran
Kenyataan bahwa kajian Islam tidak hanya dilakukan oleh muslim saja
tetapi juga nonmuslim meniscayakan adanya fungsi evaluasi kritis pihak pertama
terhadap pihak kedua.Meminjam pendapatnya Rauf bahwa Barat sebagai
pengkaji Islam harus melepaskan “pra-anggapan” dan menghiraukan pendapat
dan suara umat muslim atas dirinya. Bahkan, menurutnya, untuk mengkaji Islam,
khususnya terkait keimanan dan ajaran, para Sarjana Barat harus menggunakan
metode yang digunakan oleh Umat Islam atau dibiarkan begitu saja
sebagaimana yang dikatakan oleh umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Tarmizi Taher dan Eddy Kristiyanto, dkk. 1998. Radikalisme Agama. Jakarta. PPIM-
IAIN.
Haideh Moghissi. 2004. Feminisme dan Fundamentalisme Islam. Yogyakarta. LKiS
Yogyakarta.
Abbas T. 2008. Metodologi Studi Islam. Kendari. CV. Sahdar.
Dr. Muhammad Imarah. 1999. Fundamentalisme dalam Perspektif Barat dan
Islam. Jakarta. Gema Insani.
Website: http:// Pesantren IAIN SA Urgensi Peradaban Dunia Islam Modern.html