Anda di halaman 1dari 90

DASAR BUDIDAYA TANAMAN (Revisi 1)- DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB

Modul Bahan Ajar UB Distance Learning


DistanceLearning 2017

DASAR BUDIDAYA TANAMAN (Revisi 1)


Dr.Ir.Agus Suryanto, MS
Nur Azizah, SP.MP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
1

PENDAHULUAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari Dasar Budidaya Tanaman sebagai dasar dalam
produksi sebagian atau keseluruhan bagian tanaman yang
diperlukan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia
2. Menerapkan dengan tepat, benar dan terampil teknik Dasar
Budidaya Tanaman
3. Menerapkan sikap dan tata nilai akademis dalam melakukan
Budidaya Tanaman

2. RINGKASAN MATERI
2.1 Bobot Perkuliahan
Mata Kuliah Dasar Budidaya Tanaman dengan kode mata kuliah
PTB 102002, adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa PS
Agroekoteknologi dan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya (FP-UB). Mata kuliah ini berbobot 4 SKS, terdiri atas 2
SKS perkuliahan, 1 SKS praktikum dan 1 SKS Tutorial. Satu SKS
perkuliahan bermakna 50 menit tatap muka di kelas ditambah 1 – 2
jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap minggu.
Satu SKS praktikum bermakna 2 jam praktikum di lapang ditambah
1 – 2 jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap
minggu.
Mata kuliah Dasar Budidaya Tanaman adalah mata kuliah
Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Ekologi, Jurusan Budidaya
Pertanian FP-UB dan diberikan pada setiap semester 2 atau semester
genap.

2.2. Dosen Pengampu Perkuliahan Dasar Budidaya Tanaman


Perkuliahan pada setiap kelas diampu oleh 2 orang dosen yang
bertugas pada paruh semester (sebelum dan setelah UTS). Adapun
dosen pengampu mata kuliah dari KJF Ekologi sebagai berikut:
1. Dr.Ir.Agus Suryanto, MS *)
2. Prof.Dr.Ir.Bambang Guritno
3. Prof.Dr.Ir.Husni Tamrin, MS
4. Prof. Dr. Muji Santosa, MS
5. Prof.Dr.Ir.Sudiarso, MS
6. Prof.Dr.Ir.Eko Widaryanto, MS
7. Prof. Dr. Ir. Jody Moenandir
8. Dr.Ir.Agung Nugroho, MS

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

9. Dr.Ir.Nurul Aini, MS
10. Dr.Ir.Setyono Yudo Tyasmoro, MS
11. Dr.Ir.Titin Sumarni, MS
12. Dr.Ir.Sitawati, MS
13. Karuniawan Puji Wicaksono, SP, MP, Ph.D
14. Medha Baskara, SP, MT
15. Nur Azizah, SP, MP
16. Wiwin Sumiya Dwi Yamika, SP, MP
17. Adi Setiawan, SP., MP
18. Kartika Yurlisa, SP., M.Sc
19. Paramyta Nila Permanasari, SP., MP

2.2 Topik perkuliahan


Topik perkuliahan terdiri dari 14 pokok bahasan, yaitu:
1. Pendahuluan
2. Komoditas Pertanian
3. Dasar Pemilihan Komoditas Pertanian
4. Media Tanam
5. Bahan Tanam
6. Tanam dan Pola Tanam
7. Greenhouse, Shading Net dan Mulsa
8. Pola Pertumbuhan dan Strategi Pemeliharaan
9. Air dan Pengairan
10. Pupuk dan Pemupukan
11. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
12. Gulma dan Penyiangan
13. Pemangkasan dan Defoliasi
14. Panen dan Pasca Panen

2.3 Tugas, Kuis, UTS,UAS dan presensi


Tugas diberikan setiap minggu dan dipresentasikan pada
minggu berikutnya. Pada setiap tatap muka akan diberikan kuis
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Tugas(assigment) dikerjakan secara mandiri dan berkelompok.
Tugas mandiri untuk topik 2 pada minggu kedua. Tugas kelompok
dilakukan dengan presentasi berkelompok pada setiap minggu untuk
topik 3-14. Penilaian tugas dilakukan oleh kelompok lain dalam satu
kelas dan dosen pengampu pada kelas tersebut.  Penilaian meliputi :
1. Kelengkapan anggota
2. Kesesuaian dan kelengkapan materi
3. cara presentasi
4. Handout
5. Pre/post test
6. Diskusi.
UTS dan UAS dilaksanakan secara terstruktur pada minggu ke
8 dan 16. Mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian semester bila
memenuhi presensi minimal 80%. Apabila berhalangan mengikuti
ujian sesuai jadual yang telah ditentukan dengan alasan yang jelas

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

dan disertai surat ijin, mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian


susulan setelah melakukan proses sesuai dengan peraturan akademik
Fakultas Pertanian. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu
atau lebih kegiatan UTS, UAS atau praktikum tanpa keterangan
mahasiswa mendapatkan nilai E.

2.4 Sistem Penilaian


Pencapaian kompetensi MK Dasar Budidaya Tanaman
diindikasikan dengan nilai akhir dalam bentuk huruf. Komponen
penilaian terdiri dari : UTS 30 %, UAS 30%, Praktikum 30% dan
Tutorial, Tugas/Kuis 10%.

3. RINGKASAN MATERI DAN LANDASAN TEORI


Dasar Budidaya Tanaman ialah cabang ilmu pertanian yang
mempelajari tentang teknik dasar dalam memproduksi dan
meningkatkan hasil tanaman dengan cara mengatur lingkungan
tumbuh tanaman seperti kesuburan tanah, air, cahaya dan faktor lain
yang berkaitan dengan produksi tanaman. Dasar Budidaya Tanaman
menjadi cabang utama dalam ilmu pertanian karena ilmu ini
merupakan integrasi dari beberapa disiplin ilmu yaitu: (1)Ilmu
Tanaman, yang mencakup pemuliaan dan fisiologi tanaman, (2) Ilmu
Tanah yang meliputi tanah, pengairan, pupuk dan pemupukan, dan
(3) Ilmu Lingkungan yang mencakup meteorologi dan ekologi
tanaman.
Budidaya tanaman adalah suatu upaya menumbuhkan suatu
tanaman untuk menghasilkan suatu produk yang berasal dari bagian
tanaman seperti bagian biji tanaman atau keseluruhan tanaman
seperti produk sayuran yang lengkap dari akar, batang dan daun,
dalam suatu pengelolaan lingkungan tanaman yang sesuai dengan
habitat masing-masing tanaman. Dalam satu periode pertumbuhan
tanaman, tanaman akan melalui fase vegetatif yakni saat tanaman
akan membentuk akar daun dan batang, kemudian dilanjutkan fase
generative yakni saat tanaman membentuk bunga dan buah. Kedua
fase ini bisa terbagi dalam dua fase yang tegas yakni fase vegetatif
dahulu kemudian berganti dengan fase generatif, contoh tanaman
jagung (Zea mays L.) yang membentuk akar, batang dan daun pada
awal pertumbuhan kemudian tanaman akan berbunga pada
pertengahan pertumbuhan tanaman. Kedua fase vegetatif dan
generatif ini juga bisa berjalan bersamaan sejak awal pertumbuhan
sebagamana tampak pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum
L.) yang telah berbunga sejak saat awal pertumbuhan tanaman.
Budidaya suatu tanaman berpangkal pada satu individu
tanaman, namun budidaya tanaman juga berkaitan dengan
pengelolaan tanaman dalam suatu populasi tanaman yang sangat erat
berkaitan dengan lingkungan sekitar. Budidaya tanaman dimulai
dengan penanaman suatu benih yang berdaya hasil tinggi pada media
tanam yang ideal bagi pertumbuhan suatu embrio benih. Agar
pertumbuhan suatu individu tanaman mendapatkan semua factor

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

lingkungan yang optimal maka diperlukan pengaturan populasi


tanaman per satuan luas yang ideal agar produktifitas tanaman
optimal. Dalam proses produksi ini diperlukan pemeliharaan
tanaman terutama ketika tanaman berada pada fase linier
pertumbuhan cepat (fast linier). Pemeliharaan tanaman meliputi :
penyiangan, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan
penyakit, pengaturan intensitas radiasi matahari dengan pemasangan
shading net, pemangkasan cabang dan defolisiasi. Pada saat
pertumbuhan cepat disebut juga fase yang sangat kritis karena bila
dalam fase pertumbuhan ini tanaman tidak mendapat lingkungan
pertumbuhan yang ideal maka metabolisme tanaman akan terganggu
yang dapat menyebabkan kegagalan produksi tanaman.
Secara prinsip produktifitas tanaman (Y) dipengaruhi oleh 2
faktor utama, yakni genetik (G) dan lingkungan (E), sebagaimana
dijelaskan oleh Beets (1991) bahwa Y = f (G.E). Arti dari aspek
genetik dalam suatu budidaya tanaman adalah penggunaan benih
atau bibit yang mempunyai sifat unggul dan berdaya hasil tinggi,
sedangkan arti aspek lingkungan adalah pengelolaan lingkungan
tanaman untuk mendapatkan keadaan optimal bagi pertumbuhan
tanaman. Faktor lingkungan, dalam budidaya tanaman antara lain
pengaturan jarak tanam, penyiangan, pemberian pupuk baik an
organik maupun organik, pengairan, pengendalian hama dan
penyakit, penggunaan mulsa, pemangkasan cabang tanaman,
defoliasi daun dan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan
tanaman yang lain.
Salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman adalah radiasi matahari. Produksi suatu
tanaman secara prinsip adalah hasil pengubahan energi matahari
menjadi adalah energi kimia melalui proses fotosintesis tanaman
(Gardner, Pearce dan Mitchell, 1985). Proses penangkapan energi
matahari oleh tanaman pertanian, mempunyai efisiensi yang sangat
rendah bila dihitung dari besaran energi matahari yang jatuh pada
daun dan bahan kering yang dihasilkan tanaman. Efisiensi konversi
energi pada berbagai tanaman hanya berkisar 1 – 2 % saja.
Efisiensi konversi energi yang rendah ini disebabkan oleh
pemantulan dan penerusan energi matahari yang jatuh pada tajuk
tanaman, penggunaan sebagian energi matahari untuk transpirasi
serta pembongkaran kembali hasil fotosintesis dalam proses respirasi
(Jones, 1992). Namun ketidakefisienan konversi energi matahari ini
diperparah lagi oleh sistem budidaya tanaman yang kurang optimal,
seperti dikemukakan oleh Sugito (1999), banyak energi yang hilang
dan tidak bisa ditangkap tajuk tanaman karena laju pertumbuhan
tanaman yang lambat akibat pemeliharan tanaman yang kurang
tepat, penggunaan populasi yang belum optimal sehingga produksi
per satuan luas tidak maksimal, sistem bertanam monokultur dan
berbagai cara budidaya yang lain.
Adapun prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam praktek
budidaya tanaman adalah sebagai berikut (Chandrasekaran
Annadurai dan Somasundaram, 2010):

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

1. Perencanaan, pemograman dan pengaturan secara optimal faktor-


faktor yang berkaitan dengan produksi tanaman
2. Pemilihan varietas tanaman yang disesuaikan dengan kondisi
kesuburan tanah, agroklimat, musim, teknik budidaya dan pola
tanam
3. Manajemen lahan yang tepat, meliputi pengolahan tanah,
pengaturan saluran irigasi dan drainase, antisipasi erosi tanah dan
menerapkan langkah-langkah perbaikan kesuburan tanah yang
lain secara berkelanjutan.
4. Pengaturan pola tanam
5. Pemupukan yang tepat dan seimbang
6. Penggunaan benih/bibit yang berkualitas dan seragam
7. Pengaturan jarak tanam
8. Pengelolaan air yang tepat
9. Pemeliharaan tanaman, antara lain: penyiangan gulma,
penanganan hama dan penyakit tanaman
10. Penentuan waktu dan metode panen yang tepat
11. Penerapan teknologi pasca panen yang sesuai

4. TUGAS
Setiap mahasiswa memilih satu jenis komoditas pertanian,
kemudian buatlah makalah tentang komoditas tersebut yang meliputi:
1. Deskripsi tanaman
2. Syarat tumbuh tanaman
3. Teknik budidaya
4. Prospek dan kendala pengembangan komoditas tersebut

5. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2005. Horticulture. Principles and Practices (Third
Edition). Pearson Education, Inc., New Jersey
Anonymous. 2006. Budidaya tanaman kopi. Kanisius. Yogyakarta.
pp 23-134
BPS (Statistic Centre Bureau). 2005. Harvest Area, Production and
Yield of Rice, Corn, Potatoes and Palm Oil in Indonesia, 2001 -
2004. www.bps.go.id (required)
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Ubi Jalar Menurut Provinsi Tahun 2009 dan Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi, 2008.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek
Beets, Willem C. Multiple Cropping and Tropical Farming Systems.
Westview Press, Inc. Colorado. 155 p.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


5
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Brown, R.H. 1991. Growth of The Green Plant. . In Physiological


Basis of CropGrowth and Development. Ed. MB. Tesar. Am.
Soc. Of Agron. Crop Sci. Soc of Am. Medison, Wisconsin. p.
93 – 129.
Cardwell, Vernon, B. 1984. Seed Germination and Crop Production.
In Physiological Basis of CropGrowth and Development. Ed.
MB. Tesar. Am. Soc. of Agron. Crop Sci. Soc of Am. Medison,
Wisconsin. p. 93 – 129.
Chandrasekaran, B., Annadurai, K. and Somasundaram, E. 2010. A
Text book of Agronomy. New Age International Publisher. New
Delhi
Deborah L. Martin. 1992. The Rodale Book of Composting
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Program. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan
Swasembada Berkelanjutan. TA 2012. Kementerian Pertanian
FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin
32. Soil Resources Management and Conservation Service
Land and Water Development Division. Rome, Italy: FAO
Gardner, Pearce, dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. p. 427Gliessman,
Stephen R. 2000. Agroecology. Ecological Processes in
Sustainable Agriculture(required)
Hidayat, A dan A. Mulyani. 2005. Lahan Kering Untuk Pekarangan.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Puslitbang Tanah dan
Agroklimat. Balitbang Departemen Pertanian. h. 7 - 38.
Himawan, Suryanto dan Sitawati, 2005. Penerapan Sistem Pertanian
Organik Pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi Di Kebun
Percobaan Cangar. Temu Tahunan Dan Seminar Nasional
Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI), Universitas
Brawijaya, Malang 28 – 29 Nopember 2005
Howard, M. 1997. Hydroponic Food Production
Kasno, A. 2009. Pupuk anorganik dan pengelolaannya. Balai
Penelitian Tanah. http://pustaka.litbang.deptan.go.id
Kasryno, Faisal, Effendi Pasandaran dan Achmad M. Fagi. 2003.
Kearifan Lokal Subak dan Kerta Masa atau Pranata Mangsa
dalam Subak dan Krta Masa. Kearifan Lokal Mendukung
Pertanian Berkelanjutan. YAPADI – IRF. Jakarta. H. 17 – 24.
Kementerian Pertanian. 2009. Rancangan Rencara Strategis
Kementerian Pertanian 2010-2014. www.deptan.go.id
Lamont, E. J. 1993. Plastic Mulches For The Production Of Vegetable
Crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


6
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Lovatt, J. 1997. Potato Information Kit. The Agrilink Series. The State
of Queensland, Department of Primary Industries.
Queensland. 60 p
Moenandir, Jody. 2010. Pengantar Ilmu Dan Pengendalian Gulma.
FP-UB. Malang
Nasir, Abunyamin A dan Yon Sugiarto. 2000. Pengajaran Klimatologi.
Makalah Pelatihan Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA – IPB dan Bagpro Peningkatan SDM Ditjen
Dikti. 20 h.
Nelson, Paul. V. 1998. Greenhouse Operation and Management. 5 th
ed. Prentice-Hall Inc. Upper Sadlle River. New Jersey. 623 p.
Opeke, Lawrence K. 1982. Tropical Tree Crops Reddy, K.R. and H.F.
Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity
Physiological Basis of Crop Growth and Development. 1984. M.B.
Tesar (ed). Seed development 13 – 52, Seed germination and
crop production 53 – 92,Seedling Growth 93 - 129
Prastowo, B. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan
Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah
Tangga. Prespektif. 1 (6) : 10 – 18
Resh, Howard M. 1997. Hydroponic Food Production. Woodbridge
Press Publs. Co. Santa Barbara California. 527 p.
Willem, C. Beets. 1982. Multiple Cropping & Tropical Farming Systems
(required)
Susetyo, Hendry Puguh. 2012. Shading Net. Sarana Pengendali
Preventif OPT pada Tanaman Cabai Tabloid Sinar Tani. Edisi 14
– 20.
Subardja, D. Hikmatullah dan E. Suparna. 2004. Tanah Yang
Diamati. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian
Tanah. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Balitbang
Departemen Pertanian. h. 4 - 7.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. 127 h
Suriadikarta, R.D.M dan Simanungkalit, D.A dalam Simanungkalit,
R.D.M Suriadikarta, D.A, Saraswati, R., Setyorini, D., dan
Hartatik, W. 2006. Pupuk organik dan Pupuk hayati. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor
Toogood, A. 1999. DK Publishing. Plant Propagation. London
Tropical Tree Crops 1982. Lawrence K. Opeke. The nursery 9 – 25,
Methods of propagation 25 – 42, Planting in the field 49 – 62
Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Science. IRRI. Los Banos.
Philippines.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


7
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
2

KOMODITAS PERTANIAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami berbagai macam komoditas pertanian dan
pengelompokannya
2. Mempelajari kegunaan dan kebutuhan masing-masing komoditas
bagi kehidupan manusia
3. Mempelajari dan menganalisa potensi dan peluang komoditas
pertanian di Indonesia maupun dunia

2. RINGKASAN MATERI
Komoditas pertanian secara garis besar dikelompokkan menjadi
4 kelompok, yaitu: tanaman pangan (Food crops), tanaman
Hortikultura (Horticulture crops), tanaman Industri (Industrial crops)
dan tanaman penghasil energy (Biofuel crops), seperti yang tertera
pada Gambar 2.1.
Tanaman serealea

Tanaman pangan
(Food crops) Tanaman umbi

Tanaman Kacang-kacangan

Tanaman buah

Tanaman Tanaman sayuran


hortikultura
Komoditas (Horticulture crops) Tanaman hias
Pertanian
Tanaman obat

Tanaman industri Tahunan (Perenial)


(Industrial crops)
Semusim (Annual)

Sawit Kelapa
Tanaman penghasil Bunga matahari Kedelai
energi (Biofuel crops) Canola Jarak

Gambar 2.1 Bagan pembagian komoditas pertanian

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


8
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

2.1 Tanaman pangan


Tanaman pangan menghasilkan karbohidrat sebagai sumber
energi bagi manusia. Beberapa komoditas tanaman pangan yang
penting di dunia antara lain gandum, padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kentang dan kedelai.
2.1.1. Tanaman serealia
1. Gandum (Triticum aesticum L.)
Gandum merupakan komoditas yang secara global paling penting
dan banyak dibutuhkan oleh banyak pendududuk di dunia, yaitu
sekitar 6,6 milyar orang, sebagai sumber energy dan protein. Produksi
per tahun mencapai ± 600 Mt, sedangkan kebutuhan terigu (tepung
gandum) rata-rata 3,2 juta ton/tahun.
Di Indonesia, tanaman gandum baru diproduksi dalam skala
penelitian. Tahun 2000, penelitian yang dilakukan di kebun percobaan
Cangar Fakultas Pertanian UB (1.600 m dpl » 18°C), produktifitasnya
baru mencapai 5 ton ha-1.
2. Padi (Oryza sativa)
Padi merupakan tanaman pangan kedua yang paling penting
secara global sebagai sumber energi dan protein bagi pemenuhan gizi
manusia. Produksi dunia per tahun rata-rata mencapai  500 Mt untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi 1,6 miliar orang. Sekitar 90%
beras dunia diproduksi dan dikonsumsi penduduk Asia. Permintaan
beras di Asia saat ini per tahun rata-rata adalah 533 juta ton.
3. Jagung (Zea mays)
Jagung adalah tanaman pangan ke tiga yang banyak dibutuhkan
oleh penduduk dunia. Produksi per tahun mencapai 588 Mt yang
diusahakan pada luasan 1.423.000.000 km2. Produktifitas tanaman
ini adalah 4 ton ha-1. Indonesia mengimpor jagung ± 1 juta ton per
tahun. Tanaman jagung dimanfaatkan manusia untuk bahan makanan,
sebagai sumber energi dan protein, terutama di daerah tropis, pakan
ternak dan bahan baku industri.
2.1.2 Tanaman umbi-umbian
1. Kentang (Solanum tuberosum L.)
Kentang memberikan kontribusi terbesar bagi total produksi
tanaman umbi dunia. Saat ini, total produksi kentang dunia mencapai
274 juta ton pada luasan 18 juta ha. Produsen kentang terbesar di
dunia adalah Federasi Rusia diikuti oleh Cina. Pada awal 1990,  30%
dari output kentang global diproduksi di negara berkembang yang
berada di kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin.
2. Ubi jalar (Ipomea batatas)
Ubi jalar merupakan salah satu tanaman pangan utama di
Indonesia. Indonesia menjadi negara penghasil ubi jalar nomor empat
di dunia sejak tahun 1968. Pada tahun 2009, rata-rata produktivitas
ubi jalar di Indonesia mencapai 11 ton ha -1 pada luasan 181,18 ha
(Badan Pusat Statistik, 2012). Sentra produksi ubi jalar adalah
Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Sumatera

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


9
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Utara. Permintaan ubi jalar sebagian besar untuk memenuhi


kebutuhan konsumsi manusia, pakan ternak dan bahan baku industri,
bahkan di daerah bagian timur Indonesia dijadikan sebagai makanan
pokok.
3. Ubi kayu/ketela pohon (Manihot esculenta)
Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke tiga setelah
padi dan jagung. Pada tahun 2005, Indonesia tercatat sebagai negara
terbesar ketiga pengekspor produk singkong dunia dengan kontribusi
sekitar 5,8% dari total kebutuhan global. Produksi ubi kayu Indonesia
pada tahun 2008 mencapai 22 juta ton dan meningkat menjadi 23 juta
ton pada tahun 2010 (BPS, 2012).
Ubi kayu memiliki banyak manfaat dan kegunaan terutama
sebagai bahan pangan dan bahan baku industri karena mengandung
kadar pati yang tinggi. Selain itu, ubi kayu dapat diolah menjadi
produk turunan yang diperdagangkan di pasar dunia antara lain
gaplek, tepung singkong (cassava starch), tapioka dan beberapa
produk kimia seperti alcohol, gula cair (maltose, glukosa, fruktosa)
sorbitol, siklodekstrin, asam sitrrat serta bahan pembuatan edible
coating dan biodegradable serta bioetanol.
2.1.3 Tanaman Kacang-kacangan
1. Kedelai (Glycine max L. Merrill)
Tanaman pangan kelima paling penting dan menduduki peringkat
5 di antara 30 tanaman pangan utama di dunia. Kedelai menjadi salah
satu sumber utama protein untuk manusia dan hewan. Energi kalori
per satuan massa dari minyak yang dihasilkan kedelai lebih tinggi dari
karbohidrat yang terkandung. Tanaman ini peka terhadap lama
penyinaran dan membutuhkan panjang hari sekitar 100-150 hari
dengan suhu harian 20-300C. Indonesia termasuk negara pengimpor
kedelai rata-rata  1,5 juta ton per tahun.
2. Kacang tanah (Arachis Hypogaea L)
Kacang tanah merupakan sumber lemak dan protein kedua setelah
kedelai yang banyak dikomsumsi di Indonesia. Di Indonesia kacang
tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah
ditanam di seluruh Indonesia. Dari data yang di peroleh dari BPS
(Badan Pusat Statistik) di tiap provinsi di Indonesa pada tahun 2009,
menunjukan bahwa di Indonesia luas areal pertanaman kacang tanah
sekitar 628.660 ha dan produksinya sekitar 763.507 ton.

2.2 Tanaman Hortikultura


Komoditas hortikultura memiliki beberapa peranan bagi kehidupan
manusia, antara lain:
- Sebagai sumber makanan, vitamin, mineral dan serat alami
- Sebagai sumber herbal dan obat-obatan alami
- Melindungi dan memperbaiki lingkungan hidup
- Menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tingggi
- Membuka lapangan pekerjaan yang luas sehingga dapat menyerap
tenaga kerja yang banyak

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


10
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

- Potensi ekspor produk terbuka luas


Komoditas hortikultura dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Buah-buahan, contoh: alpokat (Persea americana Mill.), durian (Durio
zibethinus), nanas (Ananas comusus), jeruk (Citrus sp.), mangga
(Manginfera indica L.), pisang (Musa paradisica L.), apel ( Malus
silvestris), semangka ( Citrulus vulgaris) dan lain-lain.
b. Sayuran, berdasarkan bagian yang dikonsumsi pengelompokan
tanaman sayuran adalah :
- Sayuran daun, contoh: bayam, kangkung, selada dan kubis
- Sayuran buah, contoh: tomat, cabe, mentimun, terung dan labu
- Sayuran bunga, contoh: kembang kol dan brokoli
- Sayuran batang, contoh: asparagus
- Sayuran umbi, contoh: kentang
- Sayuran umbi lapis, contoh: bawang merah, bawang putih dan
bawang bombay
- Sayuran akar, contoh: wortel dan bit
- Sayuran biji, contoh: kacang ercis dan buncis
c. Tanaman hias, contoh: anggrek, krisan, mawar, gladiol, melati dan
lain-lain.
d. Tanaman obat-obatan, contoh: jahe, temulawak, kunyit, sambiloto,
kapulaga, mahkota dewa, Gingko giloba dan lain-lain.

2.3 Tanaman industri


Komoditas ini merupakan penghasil bahan pendukung utama
bagi kebutuhan hidup manusia. Tanaman industri biasa ditanam
dalam bentuk perkebunan karena itu juga disebut tanaman
perkebunan. Tanaman industri terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu
Tanaman Industri Tahunan (Perenial plant) dan Tanaman Industri
Semusim (Annual plant). Contoh Tanaman Industri Tahunan antara
lain : Kelapa sawit (Elais guinensis), Kakao (Theobroma cacao L.),
Karet (Hevea braziliensis l.), Kopi (Coffea sp.), Teh (Camelia sinensis
L.),sedangkan contoh Tanaman Industri Semusim antara lain : Tebu
(Saccharum officinarum L.), Tembakau (Nicotiana tabacum L.),
Kapas (Gossypium sp.), Ketela pohon (Manihot esculenta), Pisang
(Musa paradisica L.) dan lain-lain.

2.4 Tanaman penghasil energi


Tanaman penghasil energi merupakan tanaman yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar nabati.
Contoh: sawit, kelapa, bunga matahari, kedelai, canola, jarak.

3. Landasan Teori
Pertanian secara luas meliputi kegiatan budidaya tanaman yang
menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
dalam hal pangan, sandang dan papan yang pada perkembangannya
juga memiliki nilai ekonomis. Budidaya pertanian secara ekonomis
dapat menghasilkan komoditas baik pangan maupun non pangan.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


11
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Komoditas pangan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi


kelangsungan biologisnya, sedangkan komoditas non pangan
dimanfaatkan untuk kebutuhan penunjang.
Komoditas pangan dibagi menjadi komoditas pangan nabati
dan hewani. Komoditas nabati dapat dikelompokkan berdasarkan
beberapa karakter atau kriteria. Salah satu pembagian komoditas
tersebut adalah berdasarkan karakter agronomis yang lebih
didasarkan pada ciri-ciri morfologinya. Chandrasekaran et.al (2010)
membagi komoditas pertanian berdasarkan sifat agronomis, terdiri
atas:
a. Serealia
Serealia dikenal juga sebagai sereal atau biji-bijian merupakan
sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen biji atau
bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati. Kebanyakan serealia
merupakan anggota dari suku padi-padian. Contoh jenis
komoditas serealia yang utama, paling dikenal dan memiliki nilai
ekonomi tinggi adalah padi, jagung dan gandum.
b. Seed oil (minyak biji)
Tanaman penghasil biji kaya asam lemak, yang digunakan untuk
mengekstrak minyak nabati. Contoh: kacang tanah, wijen, bunga
matahari, jarak, biji rami dan kapas
c. Tanaman penghasil serat
Tanaman jenis ini ditanam untuk produksi serat. Contoh: serat
kapas, kenaf dan daun nanas.
d. Tanaman penghasil gula dan pati
Tanaman ini ditanam untuk produksi gula dan pati. Contoh: tebu,
bit, kentang, ubi jalar, ubi kayu dan asparagus.
e. Tanaman rempah
Produk tanaman ini digunakan untuk bumbu, aroma, rasa, dan
menambahkan warna pada makanan. Contoh: jahe, bawang putih,
jintan, kunyit, cabe, bawang merah, ketumbar dan adas manis.
f. Tanaman obat
Tanaman yang digunakan untuk pengobatan atau sebagai bahan
baku pembuatan obat. Contoh: mint, temulawak, sambiloto,
pegagan, adas, dll
g. Tanaman penghasil minuman
Tanaman yang digunakan untuk bahan baku pembuat minuman.
Contoh: teh, kopi dan kakao.
Berdasarkan produk tanaman yang bernilai ekonomis/
komersial, komoditas dikelompokkan atas tanaman pangan,
hortikultura, tanaman industri dan tanaman penghasil energi
(biofuel).

3.1 Komoditas Tanaman Pangan


Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang dapat
menghasilkan karbohidrat dan protein. Penggolongan tanaman
pangan adalah: serealia (padi, jagung dan gandum), legum (kacang
tanah, kedelai, kacang hijau) dan umbi (ubi kayu dan ubi jalar).

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


12
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian dan


ekonomi yang strategis karena menjadi sub sektor bagi pemenuhan
pangan rakyat Indonesia. Sub sektor ini memiliki keragaman
komoditas yang cukup banyak untuk dikembangkan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No. 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang
Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
memiliki 36 komoditas binaan. Namun, untuk mencapai swasembada
yang berkelanjutan, prioritas pengembangan tanaman pangan
dikelompokkan menjadi:
a. Komoditi utama dan unggulan nasional, yaitu: padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar .
Komoditi ini merupakan komoditi utama dan unggulan bagi
kebutuhan pangan pokok nasional
b. Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal), contoh: talas, garut,
gembili, sorgum, gandum dan lain-lain. Komoditi ini berfungsi
sebagai substitusi maupun komplemen dari komoditas unggulan
nasional.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 2.2 Komoditas tanaman pangan utama di dunia: (a).


Gandum; (b). Padi; (c). Jagung dan ubi kayu; (d). Ubi
jalar; (e). Kentang; (f). Kedelai

Produksi komoditas tanaman pangan terutama padi, jagung dan


kedelai selama kurun waktu tahun 2010-2014 mengalami peningkatan.
Kementerian Pertanian (2015) melaporkan bahwa produksi padi antara
tahun 2010-2014 meningkat rata-rata sebesar 1,63 %/tahun. Demikian
pula produksi jagung meningkat walaupun dengan tingkat yang lebih
rendah yaitu sekitar 1,11 %/tahun dan produksi kedelai meningkat
sebesar 1,93 %/tahun (Tabel 2.1).

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


13
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Tabel 2.1 Produksi komoditas padi, jagung dan kedelai tahun 2010-2014

Peningkatan produksi padi diantaranya dipicu oleh peningkatan


luas panen seluas 540 ribu ha dan produktivitas sebesar 1,20 ku.ha -1.
Pertumbuhan luas panen padi di Jawa hanya sekitar 0,20 % per tahun,
sedangkan di luar Jawa sekitar 1,76 % per tahun. Demikian pula dengan
peningkatan produktivitas padi di Jawa hanya sekitar 0,08 % per tahun
sedangkan diluar Jawa sekitar 1,45 % per tahun. Peningkatan produksi
jagung terjadi karena adanya peningkatan produktivitas sekitar 2,87 %
per tahun, walaupun luas panen mengalamipenurunan sekitar -1,77 %
per tahun. Luas panen jagung baik di Jawa maupun di luar Jawa
mengalami penurunan. Sedangkan luas panen kedelai terjadi penurunan
yang besar di Jawa (-3,28 % per tahun) dan meningkat di luar Jawa
(2,31 % per tahun). Produktivitas jagung dan kedelai baik di Jawa
maupun di luar Jawa mengalami peningkatan yang cukup signifikan
(Tabel 2.2 dan Tabel 2.3) (Kementerian Pertanian, 2015).

Tabel 2.2 Luas panen padi, jagung dan kedelai tahun 2010-2014

Tabel 2.3 Produktivitas padi, jagung dan kedelai 2010-2014

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


14
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Sebagai langkah untuk mempertahankan dan meningkatkan


produksi pangan tersebut, Ditjen Tanaman Pangan telah menetapkan
sasaran utama pembangunan tanaman pangan, yaitu: a)mewujudkan
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan,
b)mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan
peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d)
mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Namun demikian,
penetapan sasaran produksi hanya dilakukan pada komoditi padi,
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu.

3.2 Komoditas Tanaman Hortikultura


Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun)
dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah
hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-
buahan, sayuran dan tanaman hias, sehingga hortikultura merupakan
suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-
buahan, sayuran dan tanaman hias. Dalam GBHN 1993-1998 selain
buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam
kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya, tanaman hortikultura dapat memenuhi
kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari
buah dan sayur) serta memenuhi kebutuhan rohani, karena dapat
memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari
tanaman hias/bunga). Secara garis besar, Fungsi tanaman
hortikultura dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Fungsi Penyediaan pangan, terkait dengan dengan ketersediaan
vitamin, mineral, serat dan senyawa lain dalam pemenuhan gizi
b. Fungsi ekonomi, karena komoditas hortikultura memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi menjadi sumber pendapatan petani,
pedagang dan kalangan industri.
c. Fungsi Kesehatan, khususnya manfaat komoditas biofarmaka
untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit tidak menular

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


15
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

d. Fungsi sosial budaya, berperan sebagai salah satu unsur


keindahan atau kenyamanan lingkungan,serta perannya dalam
berbagai upacara dan kepariwisataan
Hortikultura adalah komoditas yang memiliki masa depan
relatif cerah ditinjau dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang
dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia pada waktu
mendatang, sehingga komoditas hurtikultura menjadi salah satu
komoditas unggulan di Indonesia. Komoditas hortikultura unggulan
Direktorat Jenderal Hortikultura antara lain:
a. Komoditas Buah, meliputi :pisang, mangga, manggis, jeruk,
durian, rambutan, salak, semangka, nenas dan melon
b. Komoditas Sayuran, meliputi: kentang, cabe besar, cabe rawit,
bawang merah, kol/kubis, tomat, sawi/petsa, daun bawang,
paprika dan jamur
c. Komoditas Florikultura, meliputi: krisan, anggrek, mawar, sedap
malam, pakis, palem dan melati
d. Komoditas Biofarmaka, meliputi: temulawak, jahe, kunyit dan
kencur

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.3 Berbagai jenis komoditas hortikultura: (a). Buah; (b).


Sayuran; (c). Tanaman hias; (d). Tanaman biofarmaka

Produksi komoditas utama hortikultura selama kurun waktu


2010–2014 menunjukkan pola yang berfluktuatif. Hal ini terjadi
tidak hanya pada komoditas sayuran, tetapi juga pada kelompok
komoditas buah dan florikultura. Kementerian Pertanian (2015)
mencatat selama periode tahun 2010-2014, laju pertumbuhan
produksi tertinggi adalah pada komoditas mangga yaitu sebesar
21,95 %/tahun, disusul manggis, krisan dan temulawak masing-

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


16
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

masing sebesar 13,82 %, 12,26 % dan 11,00 %. Sebaliknya laju


pertumbuhan produksi terkecil yaitu pada cabe merah, kentang dan
jeruk yang pertumbuhannya di bawah 4,13 %/tahun (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Produksi komoditas hortikultura utama tahun 2010-2014

Ket : **) Satuan produksi dalam ribu tangkai

Bila dilihat dari luas panen, maka komoditas hortikultura yang


mengalami peningkatan luas panen adalahmangga, manggis, durian
dan temulawak. Komoditas lain tidak mengalamikenaikan luas panen
yang signifikan, bahkan beberapa diantaranya cenderung menurun
(Tabel 2.5).
Tabel 2.5 Luas panen komoditas utama hortikultura tahun 2010-2014

3.3 Komoditas Tanaman Industri


**) Satuan dalam ribu m2

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


17
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Selain tanaman pangan, Indonesia juga kaya akan tanaman


industri dan holtikultura. Tanaman tersebut merupakan salah satu
kekayaan alam yang tak ternilai yang bermanfaat untuk konsumsi
dalam dan luar negeri. Tanaman industri adalah komoditas untuk
memajukan perekonomian negara serta sebagai penghasil devisa
dengan mengekspornya ke negara lainnya. Beberapa tanaman
industri diantaranya adalah kelapa sawit, kopi, tembakau, cengkeh,
kakao dan tebu (Gambar 2.4).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 2.4. Komoditas tanaman industry utama di Indonesia: (a).


Kopi; (b). Sawit; (c). Tembakau; (d). Cengkeh; (e).
Tebu; (f). Kakao

Tanaman industri tersebar di berbagai dataran di Indonesia.


Sayangnya karena nilai tanaman ini sangat tinggi, terkadang harus
mengorbankan keseimbangan alam, sebagai contoh adalah untuk
membuka lahan kelapa sawit banyak warga yang mengorbankan
hutan tropis. Ketidakseimbangan alam tersebut mengakibatkan
banyak bencana alam yang akhir-akhir ini sering terjadi.

3.4 Komoditas Tanaman Penghasil Energi (Biofuel)


Tanaman penghasil biofuel merupakan komoditas pertanian
yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan bakar
nabati (BBN). Bahan bakar nabati adalah semua bahan bakar yang
berasal dari minyak nabati, yang dapat berupa biodiesel, bioetanol
dan bio-oil (minyak nabati murni). Biodiesel adalah bentuk ester dari
minyak nabati setelah adanya perubahan suifat kimia karena proses
transesterifikasi yang memerlukan tambahan metanol. Bioetanol
merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi jagung,
sorgum, sagu atau nira tebu (tetes) dan sejenisnya (Tabel 2.2). Bio-

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


18
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

oil merupakan minyak nabati murni atau dapat disebut minyak murni,
tanpa adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga pure plant oil
atau straight plant oil, baik yang belum maupun sudah dimurnikan
atau disaring.

Tabel 2.2 Jenis tanaman sebagai penghasil bahan bakar nabati


(Soerawidjaja, 2004)

Keterangan: P º minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP º minyak/lemak Non-


Pangan (nonedible fat/oil).

(a) (b)
Gambar 2.5 Tanaman penghasil bahan bakar nabati: (a) Kelapa sawit
dan (b) Jarak pagar

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


19
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Bahan bakar nabati adalah semua bentuk minyak nabati, yang


dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam bentuk esternya
(biodiesel) atau anhydrous alkoholnya (bioetanol) maupun minyak
nabati murninya (Pure Plant Oil atau PPO). Dengan beberapa
persyaratan tertentu, biodiesel dapat menggantikan solar, bioetanol
dapat menggantikan premium, sedangkan bio-oil dapat menggantikan
minyak tanah (Prastowo, 2007).

4. EVALUASI
4.1 Evaluasi pembelajaran tentang Komoditas Pertanian dilakukan
dengan presentasi kelompok yang masing-masing kelompok
membawakan topik berbeda sesuai pokok bahasan pada setiap
perkuliahan
4.2 Evaluasi Komoditas Pertanian untuk semua mahasiswa peserta
perkuliahan dilakukan dengan Quiz atau tugas tambahan yang
dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, misal : Uraikan
pendapat saudara tentang semakin maraknya komoditas pertanian
impor yang membanjiri pasar domestik dan upaya apa yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu komoditas
pertanian lokal.

5. TUGAS
Setiap mahasiswa mencari komoditas utama di daerah asalnya,
kemudian analisa apakah komoditas tersebut cocok dikembangkan di
daerah saudara berdasarkan kondisi:
a. Iklim
b. Ketinggian tempat
c. Kondisi lahan
d. Kesesuaian lahan
e. Pasar

6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2005. Horticulture. Principles and Practices (Third Edition).
Pearson Education, Inc., New Jersey
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Ubi
Jalar Menurut Provinsi Tahun 2009 dan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi, 2008.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek
Chandrasekaran, B., Annadurai, K. and Somasundaram, E. 2010. A Text
book of Agronomy. New Age International Publisher. New Delhi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Program. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


20
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada


Berkelanjutan. TA 2012. Kementerian Pertanian. Jakarta
Kementerian Pertanian. 2009. Rancangan Rencara Strategis
Kementerian Pertanian 2010-2014. www.deptan.go.id
Kementerian Pertanian. 2015. Rencara Strategis Kementerian Pertanian
2015-2015. www.deptan.go.id
Prastowo, B. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan
Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga.
Prespektif. 1 (6) : 10 - 18

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


21
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 3

DASAR PEMILIHAN KOMODITAS DALAM


BUDIDAYA TANAMAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dasar pemilihan suatu komoditas dalam budidaya
tanaman di Indonesia berdasarkan iklim, kondisi dan kesesuaian
lahan serta pengaruh pasar
2. Memahami aspek iklim, lahan dan tren pasar sebagai faktor
penentu keberhasilan budidaya tanaman
3. Menerapkan dengan tepat dan benar dalam pemilihan suatu
komoditas berdasar faktor iklim, lahan dan tren pasar

2. RINGKASAN MATERI
Dalam melakukan budidaya tanaman di Indonesia terdapat
beberapa faktor dominan yang menentukan yaitu : iklim, kondisi
lahan, kesesuaian lahan dan pasar. Budidaya tanaman harus
mengacu pada iklim suatu tempat agar diperoleh pertumbuhan dan
produksi tanaman yang optimal. Iklim adalah keadaan atmosfer
selama periode tertentu, adapun cuaca merupakan keadaan sesaat
dari atmosfer ( 1 jam, 1 hari atau 1minggu). Dalam budidaya
tanaman harus diperhatikan kondisi lahan. Lahan merupakan bagian
dari lanskap (landscape) yang mencakup lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami (natural
vegetation) yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya
(FAO, 1976).
Kondisi lahan menjelaskan tentang keadaan lahan apakah
dalam keadaan tergenang dan dijjenuhi air atau lahan dalam keadaan
kering sepanjang tahun. Kesesuaian lahan merupakan
kesesuaian suatu lahan untuk penggunaan budidaya tanaman
tertentu. Kesesuaian lahan ialah keadaan tingkat kecocokan suatu
bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian
lahan suatu kawasan, dapat berbeda-beda, tergantung pada
penggunaan lahan yang dikehendaki.
Pasar adalah tempat melakukan transaksi. Dalam budidaya
tanaman pasar adalah suatu keadaan yang secara ekonomis
mempengaruhi pola tanam karena ada permintaan terhadap suatu
ketersediaan komoditas yang diikuti dengan harga penawaran.
Penawaran yang tinggi terhadap permintaan suatu komoditas akan
menyebabkan peningkatan budidaya tanaman tanaman tersebut.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Pada sisi lain kebutuhan pasar yang tetap akan suatu komoditas juga
menyebabkan suatu komoditas selalu dibudidayakan.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Iklim
Iklim adalah keadaan atmosfer selama periode tertentu. Iklim
sangat mempengaruhi budidaya tanaman di suatu tempat. Iklim
berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Unsur iklim
adalah radiasi surya, suhu, kelembaban, curah hujan dan angin.
Disamping unsur iklim tersebut terdapat pengendali lain dari iklim
yaitu ketingian tempat (altitude) yang sangat penting dalam budidaya
tanaman (Nasir dan Yon, 2000). Iklim adalah kombinasi faktor
lingkungan diatas tanah yakni suhu, kelembaban, intensitas radiasi
matahari dan udara dengan karakteristik suatu tempat (Acquaah,
2005). Iklim suatu tempat atau daerah sangat menentukan tanaman
apa yang dapat dibudidayakan di suatu tempat tersebut. Beberapa
unsur iklim antara lain :
a. Radiasi surya sebagai salah satu unsur iklim adalah factor utama
dalam budidaya tanaman karena radiasi matahari berperan dalam
fotosintesis tanaman. Dalam hubungannya dengan tanaman,
radiasi matahari digolongkan menjadi tiga, yakni intensitas,
kualitas dan fotoperiodisitas. Dari ketiganya, aspek intensitas yang
banyak berperan dalam konversi energi matahari dibandingkan
dengan dua aspek radiasi matahari lainnya (Sugito, 1999). Di
Indonesia yang beriklim tropis, radiasi matahari tersedia
sepanjang hari selama 12 jam, oleh karena itu unsure iklim ini
tidak menjadi hambatan dalam budidaya suatu tanaman.
b. Unsur iklim yang penting dalam budidaya tanaman di Indonesia
adalah curah hujan. Terdapat beberapa pembagian daerah
dengan curah hujan yang berbeda sehingga menyebabkan
perbedaan budidaya tanaman yang dilakukan di daerah tersebut.
Sebagai contoh, Oldeman membagi wilayah hujan di pulau Jawa
menjadi wilayah iklim basah dan wilayah iklim kering.(Tabel 3.1).
Keadaan basah di suatu tempat menjadi dasar buddaya tanaman
sesuai dengan karakteristik tanaman tersebut, misal tanaman
kelapa sawit menghendaki distribusi curah hujan minimal selama 6
bulan berturut-turut dengan intensitas hujan sebesar 2.500
mm/tahun.
c. Ketinggian Tempat di Indonesia menentukan suhu suatu tempat.
Setiap kenaikan suhu 100m suhu akan turun 0,6 – 1C. Bila suhu
pada 0 m dpl dianggap 30C maka pada suatu tempat dengan
tinggi tempat 1000 m dpl (meter dari permukaan laut) mempunyai
suhu 20 – 24 1C. Hal ini akan mempengaruhi jenis tanaman
yang dibudidayakan pada tempat tersebut.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Tabel 3.1. Pembagian Wilayah Basah dan Kering Berdasar Oldeman

Wilayah Iklim Basah (bulan basah curah hujan > 200


mm/bulan)
A > 9 bulan basah berturut – turut
B1 7 - 9 bulan basah berturut - turut & < 2 bulan kering
B2 7 - 9 bulan basah berturut - turut & 2, 3, 4 bulan kering
C2 5 - 6 bulan basah berturut - turut & 2, 3, 4 bulan kering

Wilayah Iklim Kering (bulan kasah curah hujan < 200


mm/bulan)
C3 5 - 6 bulan basah berturut - turut & 5 - 6 bulan kering
D2 3 - 4 bulan basah berturut - turut & 2, 3, 4 bulan kering
D3 3 - 4 bulan basah berturut - turut & 5 bulan kering
E < 3 bulan basah berturut - turut & 5 bulan kering

3.2. Kondisi Lahan


Kondisi lahan yang dimaksud disini adalah lahan basah dan
lahan kering. Lahan basah adalah kondisi lahan yang selalu dijenuhi
air dalam suatu waktu atau sepanjang tahun. Lahan ini dapat berupa
lahan rawa, rawa pasang surut dan lahan sawah. Lahan sawah
adalah lahan yang selalu dijenuhi air, baik air irigasi maupun air hujan
yang diperuntukan khusus untuk budidaya tanaman padi.
Lahan kering ialah hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam
setahu atau sepanjang waktu (Hidayat dan Mulyani, 2005)

3.3. Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan ialah keadaan tingkat kecocokan suatu
bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian
lahan suatu kawasan, dapat berbeda-beda, tergantung pada
penggunaan lahan yang dikehendaki.
Klasifikasi Kesesuaian Lahan, menyangkut pembandingan
(matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan
lahan yang diinginkan.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja
FAO (1976), terdiri atas 4 kategori yaitu:
a. Ordo (Order) : menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum
b. Kelas (Class) : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo
c. Sub-kelas : menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas
yang didasarkan pada jenis pembatas atau
macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
d. Satuan (Unit) : menunjukkan tingkatan di alam sub-kelas
didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil
yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Dengan melihat karakteristik suatu lahan dan mencocokan


dengan kebutuhan suatu tanaman maka budidaya suatu tanaman
dapat dilakukan di tempat tersebut.

3.4. Pasar
Produk yang dihasilkan oleh suatu budidaya tanaman lazim
dijual di pasar lokal, namun beberapa produk juga dijual ke luar
daerah, misal ke kabupaten atau antar provinsi (regional). Dalam hal
ini pengusaha budidaya tanaman dituntut mampu menghasilkan
produk yang disukai konsumen dan mampu memasarkan produk
tersebut. Beberapa produk budidaya tanaman bahkan dipasarkan ke
luar negeri (pasar global).
Permintaan pasar (demand) terhadap suatu produk secara
kontinyu dan harga yang secara ekonomis menguntung akan menarik
bagi suatu usaha budidaya tanaman. Dalam budidaya tanaman,
kebutuhan pasar yang tetap merupakan keutaamaan mengupayakan
suatu komoditas. Apabila pada suatu saat terjadi permintaan yang
tinggi terhadap suatu komoditas sedangkan ketersediaan komoditas
tersebut terbatas maka menyebabkan harga penawaran terhadap
suatu komoditas meningkat.

4. EVALUASI
4.1. Evaluasi pembelajaran tentang Dasar Pemilihan Komoditas Dalam
Budidaya Tanaman dilakukan dengan presentasi kelompok yang
masing-masing kelompok membawakan topik berbeda sesuai
pokok bahasan pada setiap perkuliahan
4.2. Evaluasi Dasar Pemilihan Komoditas Dalam Budidaya Tanaman
untuk semua mahasiswa peserta perkuliahan dilakukan dengan
Quiz atau tugas tambahan yang dilakukan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, misal : diantara 4 unsur dasar pemilihan suatu
budidaya tanaman unsur mana yang menurut saudara sangat
dominan dalam penentuan suatu budidaya tanaman.

5. TUGAS
5.1. Bahas dan cermati dari komoditas yang telah saudara kerjakan,
dan lengkapi tugas saudara tentang budidaya komoditas tersebut
berdasar atas unsur apa?
5.2. Bagaimana aspek pemasaran komoditas tersebut? Lebih dominan
di pasar lokal, regional, nasional atau global? Mengapa demikian,
berilah penjelasan singkat.
5.3. Tugas minggu depan (minggu ke 4) menyiapkan presentasi topic
bahasan ke 4 tentang Media Tanam oleh kelompok/grup yang telah
ditetapkan.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices. 3nd.ed.
Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821 p
FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32.
Soil Resources Management and Conservation Service Land
and Water Development Division. Rome, Italy: FAO
Hidayat, A dan A. Mulyani. 2005. Lahan Kering Untuk Pekarangan.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Puslitbang Tanah dan
Agroklimat. Balitbang Departemen Pertanian. h. 7 - 38.
Nasir, Abunyamin A dan Yon Sugiarto. 2000. Pengajaran Klimatologi.
Makalah Pelatihan Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA – IPB dan Bagpro Peningkatan SDM Ditjen
Dikti. 20 h.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. 127 h.

7. KUNCI JAWABAN
7.1. Komoditas dalam tugas disesuaikan dengan landasan teori apakah
masuk dalam katagori dibudidayakan karena kesesuaian iklim,
kondisi lahan, kesesuaian lahan atau karena permintaab pasar
7.2. Jawaban quiz : dominasi unsur dalam pemilihan suatu budidaya
tanaman sangat berkaitan dengan kondisi dan lingkungan suatu
tempat dan budaya masyarakat setempat.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


5
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 4

MEDIA TANAM DAN SUMBERDAYA


LAHAN DI INDONESIA

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dasar penggunaan suatu media tanam dalam
budidaya tanaman di Indonesia sehingga menjadi dasar dalam
budidaya tanaman yang sustainable dan secara ekonomis
menguntungkan
2. Menerapkan pengolahan media tanam tanah dengan tepat, benar
dan sustainable serta efisien dalam mempersiapkan budidaya
suatu tanaman

2. RINGKASAN MATERI
Media tanam adalah tempat suatu tanaman ditumbuhkan atau
tempat suatu tanaman dibudidayakan. Media tanam dapat berupa
tanah atau bukan tanah. Dalam mempersiapkan media tanam tanah
untuk budidaya suatu tanaman perlu dilakukan pengolahan tanah,
yaitu kegiatan manipulasi teknik terhadap tanah dengan tujuan
menyediakan suatu keadaan yang ideal bagi pertumbuhan awal suatu
tanaman, dalam hal ini perakaran tanaman.
Media tanam tanah menyediakan 4 kebutuhan dasar tanaman,
yaitu menyediakan air, menyediakan hara atau nutrisi tanaman,
menyediakan udara dan sebagai tempat bertumpu tanaman atau
akar tanaman.
Media tanam bukan tanah dikenal dengan budidaya tanaman
secara Hidroponik. Media tanam bukan tanah dalam budidaya
tanaman dapat dilakukan dengan menanam pada media air, batu
bata, arang, arang sekam, rockwool dan berbagai media lain.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Media TanamTanah
Tanah adalah bahan lepas yang tersusun dari batuan yang
telah melapuk dan mineral lain dan juga bahan organik yang telah
melapuk yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi. Tanah
juga didefinisikan sebagai benda alam yang tersusun dari padatan
(bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati
permukaan daratan dan dicirikan oleh horizon atau lapisan yang
dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari proses

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

ppenambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energy dan


materi atau berkemampuan mendukung tanaman berakar didalam
lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1998 dalam Subardja,
Hikmatullah dan Supama, 2004). Dijelaskan pula, tanah dalam
disiplin ilmu tanah adalah sekumpulan tubuh alam terletak di
permukaan bumi yang kadang diubah dan diusahakan manusia
sebagai lahan usaha tani, merupakan media alam sebagai tempat
pertumbuhan tanaman dan biologi yang lain.
Komponen tanah terdiri dari bahan mineral, bahan organik, air
dan udara. Sifat Fisika, Kimia dan Biologi tanah meliputi : Tekstur,
Struktur, Konsistensi, Porositas dan Berat Jenis, pH, KTK, Kejenuhan
Basa, Potensial Redoks, Organisme dan Proses Biologi Organisme :
Makro, Meso & Mikrofauna/Mikroorganisme . Proses Biologi tanah
meliputi Fiksasi N, Dekomposisi & Mineralisasi BO, Amonifikasi dan
Nitrifikasi, Denitrifikasi, Oksidasi & Reduksi
Tanah menyediakan 4 kebutuhan tanaman, yakni air, hara,
udara dan tempat bertumpu tanaman. Dalam kaitan dengan sifat
tanah, manfaat tanah bagi tanaman adalah : penyedia air, unsur hara
dan sebagai tempat bertumpu tanaman, habitat mikroorganisme
perombak yang berperan dalam siklus karbon dan unsur hara,
penyangga perubahan suhu dan aliran air antara atmosfer dan air
tanah dan penyangga pH dan unsur hara.

3.2. Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah bertujuan untuk :
a. Mencampur dan menggemburkan tanah
b. Mengendalikan tanaman pengganggu
c. Mencampur sisa tanaman dengan tanah
d. Menciptakan/membuat kondisi tanah untuk pertumbuhan akar
yang ideal
Hal yang perlu diingat adalah dalam setiap upaya pengolahan
tanah akan menyebabkan perubahan sifat tanah. Pengolahan tanah
pada prinsipnya adalah upaya menggemburkan tanah agar tersedia
cukup udara dalam pori tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan
cara membalik tanah antara tanah lapisan atas dengan tanah lapisan
bawah. Kedalaman pembalikan tanah sedalam satu setengah panjang
cangkul. Pembalikan tanah ini bertujuan untuk mengangkat unsur
hara yang dibutuhkan tanaman pada penanaman berikutnya.
Pencangkulan dilakukan terlebih dahulu secara menyeluruh pada
areal lahan seluas satu hektar. Tahap selanjutnya yaitu
penggemburan tanah. Proses ini bertujuan untuk membuat tanah
yang berasal dari proses pencangkulan dan berupa bongkahan tanah
menjadi partikel tanah yang kecil, sehingga mudah untuk ditembus
perakaran tanaman.
Pada lahan sawah, pengolahan tanah bertujuan untuk
membuat media tanam menjadi berlumpur agar penanaman bibit padi
yang relatif kecil menjadi mudah.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara : olah tanah
konservasi, yakni dengan menyisakan sisa tanaman di atas

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

permukaan tanah sebagai mulsa, penahan erosi dan penguapan air


tanah. Pengolahan tanah ini menghemat tenaga dan waktu serta
menjaga kandungan bahan organik tanah dan menjaga lapisan olah
tanah

3.3. Alat Pengolahan Tanah


Alat pengolahan tanah antara lain cangkul, bajak singkal, bajak
rotary, traktor dan Disc harrow.

Beberapa alat pengolah tanah disajikan pada Gambar 4.1.


A.

B.

C.

Gambar 4.1. A. Bajak singkal dan pengolahan tanah dengan bajak


singkal yang ditarik hewan ternak. B. Rotary dan
penggerak rotary traktor tangan. C. Disc plow (bajak
piring) dengan penggerak traktor 4 roda dan traktor
tapak rantai

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

a. Cangkul
Cangkul merupakan alat pengolah tanah sederhana yang sampai
sekarang masih digunakan.
b. Bajak singkal dengan pengerak ternak
Bajak singkal mampu membalik tanah hingga kedalaman 30 cm
dan relatif tidak menyebabkan pemadatan pada lapisan bawah.
Bajak singkal berfungsi membalik tanah dan sekaligus
memendam gulma. Bajak singkal bisa ditarik oleh hewan ternak
atau traktor tangan.
c. Bajak singkal dengan penggerak traktor tangan 2 roda
d. Bajak rotary dengan penggerak traktor tangan 2 roda
Rotary adalah alat pengolah tanah yang langsung
menghancurkan bonkahan tanah sehingga tanah menjadi butiran
yang lebih kecil. Rotary digerakkan dengan traktor tangan atau
traktor 4 roda.
e. Disc harrow dengan penggerak traktor 4 roda

3.4. Media Tanam Bukan Tanah


Budidaya tanpa menggunakan tanah (Soilless culture) lazim
disebut hidroponik, yaitu budidaya dengan menggunakan media padat
seperti batu, pasir, sabut kelapa dan media air yang ditambahkan
nutrisi makro dan mikro untuk pertumbuhan tanaman (Resh, 1997).
Untuk media selain air harus mampu mengikat air, dalam hal ini
tergantung ukuran partikel, bentuk dan porositas bahan. Semakin
kecil ukuran partikel dan besar luas permukaan dan jumlah pori
maka semakin besar kemampuan menahan air.
Pada pelaksanaan budidaya tanpa tanah, terdapat kelemahan
dan kelebihan sistem ini. Kelemahan sistem hidroponik antara lain:
1. Kebutuhan biaya operasional awal yang cukup besar
2. Kerugian yang ditimbulkan juga akan besar jika terjadi kegagalan
3. Dibutuhkan keterampilan khusus untuk menjalankannya
4. Beberapa penyakit seperti Fusarium dan Verticillium dapat
berkembang dengan cepat dalam sistem ini
5. Apabila terdapat masalah dalam penyediaan nutrisi, akan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga
menurunkan produksi
Keuntungan budidaya tanaman dengan menggunakan sistem
hidroponik antara lain :
1. Tidak memerlukan lahan yang luas untuk membudidayakan
tanaman
2. Populasi dan jenis tanaman yang dibudidayakan dapat lebih
banyak dibandingkan sistem konvensional, sehingga hasil yang
didapat juga akan lebih besar
3. Kebersihan dan keamanan produk lebih terjamin
4. Lebih efisien dalam pengaturan nutrisi dan penggunaan air
5. Dapat digunakan pada lahan dengan kesuburan terbatas

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

6. Populasi tanaman dapat ditingkatkan dan produksi per satuan


luas juga lebih tinggi
7. Produktivitas tanaman lebih tinggi dibandingkan usaha tani
tanaman dilahan
8. Jika tanaman mati atau terserah hama dan penyakit dapat
diganti dengan mudah
9. Kontinuitas produksi terjaga
10. Mudah diseleksi dan di kontrol
Berdasarkan media yang digunakan, budidaya tanpa tanah
dikelompokkan menjadi 2, yaitu liquid culture (media air) dan
substrat culture (media agregrat non tanah).
3.4.1 Liquid culture (Budidaya dengan media air)
Liquid culture atau hidroponik irigasi disebut juga dengan bare
root system adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan
media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun
block rockwool biasanya dipakai diawal pertanaman. Sistem ini
meliputi:
1. Deep Water Culture (DWC)/rakit apung
DWC adalah metode hidroponik sederhana yang pertama kali
diusulkan untuk tujuan komersial. Metode ini menggunakan ember
atau yang diisi dengan larutan nutrisi, jadi tidak ada pemisahan
antara wadah larutan nutrisi dan tempat tanaman. Tempat tanaman
biasanya berupa styrofoam, jaring atau kain yang diletakkan
mengapung di atas wadah larutan (Gambar 4.2). Tempat tanaman
tersebut berfungsi untuk menjaga bagian atas tanaman (batang dan
daun) tetap berada di atas larutan nutrisi, sedangkan bagian akar
tanaman berada dalam larutan nutrisi untuk menyerap nutrisi.

(a) (b)
Gambar 4.2 Sistem hidroponik Deep Water Culture: (a) DWC
menggunakan air stone untuk sirkulasi udara;(b) DWC sederhana

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


5
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Kelemahan sistem DWC adalah tidak adanya sirkulasi larutan


nutrisi yang mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah oksigen
dalam larutan sehingga dapat merubah respirasi menjadi anaerob.
Kondisi ini dapat diatasi dengan memasang airstone dan pompa
udara (Gambar 4.2 a) agar larutan nutrisi tetap teroksigenasi.
Apabila tidak ditambahkan alat tersebut (Gambar 4.2 b), maka perlu
dilakukan pengadukan larutan secara manual setiap hari dan larutan
nutrisi harus diganti seminggu sekali.
2. Nutrient Film Technique (NFT)
NFT merupakan sistem hidroponik yang paling banyak
digunakan untuk budidaya secara komersial baik dalam skala kecil
maupun besar. Pada sistem ini, akar tanaman langsung terkena
lapisan larutan nutrisi yang dangkal setipis lapisan film (0,5 mm),
yang mengalir pada suatu saluran (Gambar 4.3). Larutan nutrisi
tersebut disirkulasikan secara terus menerus (berulang) dengan
menggunakan pompa, sehingga penggunaan air dan nutrisi lebih
hemat. Selain itu suplai oksigen, air dan nutrisi juga selalu terjaga.
Kelemahan dari sistem ini adalah apabila aliran listrik mati, maka
tidak ada aliran nutrisi yang tergenang sehingga tidak tersedia nutrisi
yang dapat diserap akar tanaman.
Alur sirkulasi NFT dimulai dari larutan nutrisi yang dipompakan
dari reservoir (tandon nutrisi), melewati pipa kemudian
didistribusikan melalui selang inlet (selang yang berfungsi untuk
mengalirkan larutan nutrisi) mengalir ke bendengan-bendengan atau
gully (sebagai tempat tumbuh tanaman). Tanaman tumbuh dengan
mengambil air dan nutrisi pada aliran larutan yang mengalir di
bendengan. Pada ujung bendengan, aliran air ditampung kemudian
dikembalikan lagi menuju tandon dan siklus tersebut berulang
kembali.

Gambar 4.3 Sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


6
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3. Deep Floating Technique (DFT)


Sistem DFT hampir sama dengan NFT, namun pada teknik ini
instalasi dibuat datar dengan tinggi larutan 3-6 cm yang mengalir
melalui pipa PVC. Kelebihan DFT ialah pada saat aliran listrik padam,
masih terdapat larutan nutrisi yang menggenang sehingga nutrisi
masih tersedia bagi tanaman, namun kekurangannya adalah jumlah
nutrisi yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan
kebutuhan nutrisi pada sistem NFT.
Prinsip kerja sistem ini adalah mensirkulasikan larutan nutrisi
tanaman secara terus-menerus selama 24 jam pada rangkaian aliran
tertutup. Larutan nutrisi tanaman di dalam tangki dipompa menuju
bak penanaman melalui jaringan irigasi pipa, kemudian larutan
nutrisi tanaman di dalam bak penanaman dialirkan kembali menuju
tangki (Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Prinsip kerja sirkulasi nutrisi pada sistem DFT

4. Ebb and flow (sistem pasang surut)


Sistem hidroponik Ebb and flow atau dikenal dengan sistem
pasang surut termasuk teknik hidroponik yang populer dan banyak
digunakan karena sederhana. Pada teknik ini digunakan reservoir
(bak penampung larutan nutrisi), sehingga tanaman terpisah dengan
bak larutan nutrisi (Gambar 4.5). Selain itu, pada sistem ini juga
digunakan dengan pompa air yang dibenamkan dalam larutan nutrisi
(submerged pump) yang dihubungkan dengan timer (pengatur
waktu). Ketika timer menghidupkan pompa, larutan nutrisi
hidroponik akan dipompa ke grow tray (pot tanaman). Ketika timer
mematikan pompa air, larutan nutrisi akan mengalir kembali ke bak
penampungan. Timer dapat diatur hidup beberapa kali dalam sehari,
tergantung ukuran dan tipe tanaman, suhu, kelembaban, dan tipe
media pertumbuhan yang digunakan. Kelebihan sistem pasang surut
ialah ketersediaan air, nutrisi dan oksigen bagi tanaman secara
periodik.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


7
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Gambar 4.5 Sistem hidroponik pasang surut

5. Drip System
Drip system atau sistem tetes ini adalah cara menanam
hidroponik yang paling umum dan banyak digunakan karena cara
kerjanya sederhana. Cara kerjanya sederhana, yaitu dengan
menggunakan timer untuk mengontrol pompa. Ketika pompa hidup,
maka nutrisi akan diteteskan ke masing-masing tanaman.

Gambar 4.6 Gambaran sistem tetes (drip system)

6. Aeroponik
Aeroponik merupakan teknik hidroponik yang paling rumit
dibandingkan dengan teknik yang lain. Pada sistem ini, akar
tanaman dibuat menggantung, kemudian dengan menggunakan
pompa bertekanan tinggi, larutan nutrisi disemprotkan melalui nozel
sehingga menghasilkan aerasi (pengkabutan) secara sempurna di
sekitar perakaran tanaman.

Gambar 4.7 Ilustrasi sistem aeroponik

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


8
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

7. Wick system (metode sumbu)


Metode wick merupakan metode yang paling simpel dan
sederhana. Pada teknik ini digunakan sumbu sebagai perantara
antara larutan nutrisi dan tanaman. Prinsip kerjanya sama dengan
sumbu pada kompor minyak tanah yaitu menggunakan gaya kapiler.
Sumbu yang digunakan sebaiknya memiliki gaya kapilaritas yang
tinggi dan mudah lapuk. Pada umumnya digunakan kain flanel
sebagai sumbu.

Gambar 4.8 Metode wick (sumbu) yang simpel dan sederhana

3.4.2 Substrat culture (media agregrat non tanah)


Hidroponik substrat adalah sistem hidroponik yang tidak
menggunakan air sebagai media, namun menggunakan media
tanam agregat non tanah untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Substrat mempertahankan cadangan larutan nutrisi dan sebagai
penyangga dalam interupsi air dan pasokan nutrisi, serta
melindungi akar dari fluktuasi suhu. Budidaya substrat mengacu
pada sistem budidaya tanpa tanah, yang menggunakan media
berupa:
1. Media organik
Media organik ialah media tanam yang berasal dari komponen
organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun,
batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Media organik memiliki
kelebihan antara lain:
1) Kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi
2) Baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat, seperti
mikoriza
3) Aerasi optimal (porous)
4) Kemampuan menyangga pH tinggi
5) Baik untuk perkembangan perakaran tanaman
6) Dapat digunakan pada tipe irigasi drip
7) Lebih ringan
Selain memiliki kelebihan, media jenis ini juga memiliki
kelemahan yaitu:
1) Kelembaban media cukup tinggi sehingga rentan terhadap
serangan jamur, bakteri dan virus

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


9
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

2) Sterilisasi media sulit dijamin


3) Tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja
sehingga secara rutin harus diganti
Media organik terdiri atas 2 jenis, yaitu media organik alami
(natural) dan buatan. Contoh media organik alami ialah: arang,
sekam, arang sekam, sabut kelapa (cocopeat), batang pakis,
kompos, moss, pupuk kandang, dan humus, sedangkan contoh
bahan organik buatan ialah: polyurethane, polyphenol, polyether
dan polyvinyl.
(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 4.9 Beberapa jenis media tanam organik: (a). arang;
(b).sekam; (c). arang sekam; (d). batang pakis dan (e). Sabut
kelapa

2. Media anorganik
Media anorganik ialah media tanam yang berasal dari bahan
dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses
pelapukan batuan induk di dalam bumi. Beberapa kelebihan media
anorganik ialah:
1) Bersifat permanen, sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu
yang lama
2) Porous, aerasi optimal
3) Cepat mengatuskan air, sehingga media tidak lembab
4) Sterilisasinya lebih terjamin
5) Jarang digunakan sebagai inang jamur, bakteri dan virus
Adapun kelemahan media anorganik ialah:
1) Bukan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme
bermanfaat
2) Media lebih berat (Contoh: batu, kerikil)

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


10
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3) Terlalu porous sehingga nutrisi yang diberikan sering hilang


4) Kurang baik bagi sistem perakaran
Beberapa contoh media tanam anorganik ialah sebagai berikut:
a. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sangat
praktis dan efisien sebagai media tanam, karena tidak perlu
sering untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau
memupuk. Media ini banyak digunakan untuk tanaman hias
indoor karena berwarna warni (Gambar 4.10), sehingga
pemilihannya bisa disesuaikan dengan selera dan warna
tanaman.

Gambar 4.10 Hidrogel yang berwarna-warni

b. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Pasir banyak digunakan sebagai
media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan
sistem aerasi serta drainase media tanam. Kekurangannya ialah
memiliki porositas besar (pori-pori makro), mudah basah dan
cepat kering oleh proses penguapan sehingga apabila digunakan
sebagai media tanam memerlukan pengairan dan pemupukan
intenssif. Oleh karena itu, pasir jarang digunakan sebagai media
tanam tunggal sehingga banyak dikombinasikan dengan media
tanam yang lain baik organik maupun anorganik.
c. Kerikil
Kerikil pada dasarnya sama dengan pasir sebagai media, yaitu
memiliki pori-pori yang besar. Media ini akan membantu
peredaran larutan hara dan udara lebih baik karena kerikil
mempunyai pori-pori makro lebih banyak. Kerikil mempunyai
kemampuan mengikat air rendah, mudah basah dan kering,
sehingga penyiraman harus rutin.
d. Clay (Hidroton)
Hidroton ialah tanah liat yang dipanaskan sehingga tercipta
rongga-rongga kecil di dalamnya. Seperti halnya pasir dan
kerikil, hidroton memiliki porositas tinggi sehingga kemampuan
mengikat air sangat rendah. Media tanam ini relatif mahal,

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


11
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

namun dapat digunakan berulang-ulang. Media tanam hidroton


sesuai digunakan untuk sistem hidroponik tetes (drip), ebb and
flow dan aquaponik.
e. Spons (Florafoam)
Media tanam spons banyak dimanfaatkan sebagai media
tanam untuk budidaya tanaman hias khususnya tanaman hias
bunga potong (cutting flower) dan pembibitan sayuran yang
penggunaannya cenderung hanya sementara waktu saja.
Kelebihan spons ialah sangat ringan sehingga mudah dipindah-
pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Selain itu media ini
memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan unsur hara
yang terlarut dalam larutan nutrisi. Kelemahannya ialah mudah
hancur, sehingga tidak dapat digunakan berulang-ulang.
f. Perlit
Perlite merupakan batu vulkanik berasal dari lava gunung
berapi warna bergradasi dari abu-abu menjadi putih dan terdiri
dari Aluminium Silikat, Sodium dan Kalium, yang digiling dan
dipanaskan dengan suhu tinggi. Media ini mempunyai
kemampuan dalam menyimpan nutrisi dan oksigen, namun
karena bobotnya yang ringan perlit mudah terapung di air
sehingga tidak cocok untuk media tanam hidroponik sistem ebb
and flow
g. Vermikulit
Vermikulit dihasilkan dari pemanasan kepingan mika yang
mengandung K. Kelebihan vermikulit ialah dapat meningkatkan
volume, drainase dan aerasi media untuk perakaran, mempunyai
kemampuan KTK tinggi terutama dalam keadaan padat dan
basah, serta memiliki daya serap terhadap larutan tinggi. Selain
itu, vermikulit mengandung magnesium dan kalium dalam bentuk
mudah diserap oleh akar tanaman.
h. Gabus (Styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari
copolimerstyren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media
tanam. Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media
aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di
lahan, sekarang beberapa nursery menggunakan styrofoam
sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas
media tanam.
i. Rockwool
Rockwool terbuat dari campuran batuan kapur yang
dipanaskan pada suhu tinggi dan dicetak dengan ukuran tertentu.
Rockwool biasanya digunakan sebagai media pembibitan dalam
budidaya secara hidroponik. Adapun karakteristik rockwool ialah:
1. Bobot ringan, mudah penanganannya
2. Bahan kering tidak mengandung larutan nutrisi.
3. Bahan steril, bebas dari hama, serangga, dan penyakit..

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


12
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

4. Bahan sangat ringan tapi padat


5. Bahan memiliki porositas tinggi (97% dari total ukuran)
sehingga memiliki drainase yang baik.
6. Memfasilitasi dalam pembuangan sedimen garam melalui
penambahan air, sehingga terjadi pencucian sedimen garam
melalui leaching

(c)

(a)
(d)

(e)

(b)
(f)

Gambar 4.11 Beberapa jenis media tanam anorganik: (a). kerikil;


(b). Styrofoam; (c). vermikulit; (d). perlit; (e). hidroton dan (f).
rockwool

4. EVALUASI
4.1. Evaluasi pembelajaran tentang Media Tanam Dalam Budidaya
Tanaman dilakukan dengan presentasi kelompok, yang masing-
masing kelompok membawakan topik berbeda sesuai pokok
bahasan pada setiap perkuliahan
4.2. Evaluasi Dasar Pemilihan Komoditas Dalam Budidaya Tanaman
untuk semua mahasiswa peserta perkuliahan dilakukan dengan
Quiz atau tugas tambahan yang dilakukan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, misal : mana yang lebih menguntungkan budidaya
tanaman menggunakan tanah atau tanpa tanah pada suatu area
yang padat penduduk sepert pulau Jawa?.

5. TUGAS
5.1. Bahas dan cermati dari komoditas yang telah saudara kerjakan, dan
lengkapi tugas saudara tentang kemungkinan budidaya tanaman
tersebut secara hidroponik

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


13
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

5.2. Bagaimana prospek budidaya dengan media tanah di Indonesia?


Mengapa demikian, berilah penjelasan singkat.
5.3. Tugas minggu depan (minggu ke 5) menyiapkan presentasi topik
bahasan ke 5 tentang Bahan Tanam oleh kelompok/grup yang telah
ditetapkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Resh, Howard M. 1997. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press


Publs. Co. Santa Barbara California. 527 p.
Hidayat, A dan A. Mulyani. 2005. Lahan Kering Untuk Pekarangan.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Puslitbang Tanah dan
Agroklimat. Balitbang Departemen Pertanian. h. 7 - 38.
Subardja, D. Hikmatullah dan E. Suparna. 2004. Tanah yang Diamati.
Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah.
Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Balitbang Departemen
Pertanian. h. 4 - 7.

7. KUNCI JAWABAN
7.1. Budidaya tanaman dapat dilakukan dengan media tanah atau tanpa
tanah dengan melihat kondisi dan modal serta tren pasar akan
suatu komoditas
7.2. Jawaban quiz : pada lokasi padat penduduk seperti pulau Jawa
perlu dipikirkan budidaya yang lebih hemat menggunakan lahan.
Penggunaan buddaya sistem hidroponik merupakan pilihan
terutama bagi lahan yang sangat padat misal lahan di perkotaan
agar luas lahan yang tersedia menjadi lebih efisien dalam produksi
komoditasspertanian.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


14
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
5

BAHAN TANAM

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari berbagai macam bahan tanam yang dapat digunakan
dalam kegiatan budidaya tanaman
2. Mendiskripsikan dan memilih jenis bahan tanam yang tepat untuk
budidaya suatu komoditas tanaman

2. RINGKASAN MATERI
Bahan Tanam ialah bagian tanaman yang digunakan untuk
memulai/ mengawali budidaya tanaman. Semua organ tanaman
dapat digunakan sebagai bahan tanam namun harus efisien, tersedia
dan berpotensi produksi tinggi. Bahan Tanam sangat menentukan
produktifitas tanaman (+ > 50 %) baik kuantitas/kualitas, sehingga
bahan tanam harus jelas sifat genetisnya dan memiliki daya tumbuh
yang baik.
Secara agronomis, bahan tanam dibedakan menjadi dua jenis
yaitu benih dan bibit. Benih adalah bahan tanam yang berupa biji,
yang merupakan hasil reproduksi secara seksual (peleburan antara
sel kelamin jantan dan sel kelamin betina), sedangkan bibit
merupakan bahan tanam yang berasal dari bagian vegetatif tanaman.
2.1 Benih
- Benih banyak digunakan sebagai bahan tanam karena mudah
diperoleh dan digunakan serta harganya relatif murah
- Benih sering digunakan sebagai bahan tanam terutama untuk
tanaman serealia (padi, gandum, jagung, kacang2-an), beberapa
tanaman sayuran (kubis, cabai, terung, sawi dll) dan tanaman
tahunan /perenial (kopi, sawit, kelapa)
- Keuntungan menggunakan bahan tanam dari benih antara lain
mudah dalam distribusi/pengangkutan
- Benih berasal dari hasil perbanyakan seksual, sehingga dapat
dilakukan perbaikan sifat-sifat tanaman secara genetis
2.2 Bibit
- Bahan tanam bibit mudah diperoleh dan digunakan
- Keuntungan menggunakan bahan tanam dari bibit adalah
tanaman baru yang berasal dari bibit memiliki sifat sama dengan
induknya & cepat berproduksi, namun kekurangannya adalah
tanaman tidak mempunyai akar tunggang sehingga perakaran
tanaman kurang kuat dan mudah roboh.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

- Contoh bahan tanam bibit adalah: Stek batang, contoh: tebu, ubi
jalar dan ubi kayu); cangkok batang, contoh : tanaman buah-2 an
; umbi batang, contoh: kentang ; akar batang, contoh: sukun dan
rhizome , contoh: rumput

3. LANDASAN TEORI
3.1 Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum
pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya
disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam
kegiatan budidaya, benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman
yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004). Benih
juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman
muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui
penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu
menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul
masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan
makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih
berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang,
setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan
menjadi tanaman dewasa.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi
sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Beberapa
keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a)
menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap
pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c)
produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil
akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya
tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya
jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan.
Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani
maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih
tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas
benih yang digunakannya, maka anjuran menggunakan benih
bersertifikat sangat penting. Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas
benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutu, sebagai berikut:
 Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan
Pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus
merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
 Benih Dasar (BD)
Merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis (BS) atau
Benih Dasar yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif
dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi
dapat dipelihara. Benih Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

yang ditetapkan atau ditunjuk oleh Ketua Badan Benih Nasional,


dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih
BPSB.
 Benih Pokok (BP)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas
maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang
ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu BenihBPSB.
 Benih Sebar (BR)
Merupakan keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih
Pokok, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga
identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, dan
memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah
disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan
Mutu Benih BPSB

Gambar 5.1 Contoh label kelas-kelas benih bersertifikat

3.2 Bibit
Pengertian bibit yang dimaksud ialah tanaman kecil (belum
dewasa) yang berasal dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif,
kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan lainnya. Selain itu, bibit
juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan tersebut.
Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya
tanaman, karena kegiatan budidaya tanaman dimulai sejak pemilihan
bibit tanaman yang baik, sehingga bibit merupakan obyek utama
yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya. Selain
itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang
menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu
untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat
diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki
sifat tersebut.
Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua yaitu :
1. Bibit generatif
Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin
(sexual). Bibit generatif lebih dikenal konsumen dengan bibit dari
biji sebab bibit ini dikembangkan dari biji, meskipun ada pula bibit
dari biji yang tidak diperoleh dari hasil perkawinan (biji
apomiktik).

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

2. Bibit Vegetatif
Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin
(asexual). Alasan yang utama sehingga banyak bibit yang
diperbanyak secara vegetatif ialah untuk mendapatkan bibit yang
memiliki sifat yang serupa dengan induk. Pada perkembangan
lanjut, sistem pembiakan vegetatif memungkinkan penggabungan
dua atau lebih induk yang masing-masing memiliki sifat tertentu.
Sebagai contoh pada bibit sambung atau okulasi, bibit yang
dihasilkan dapat memiiki sifat yang baik dari batang atas misal
kualitas buah baik dan sifat yang baik dari batang bawah misal
perakaran yang dalam.
Berdasarkan jenis perbanyakan, bibit dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
a. Bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif alami
Bibit ini diperoleh dari hasil perbanyakan alami tanaman yang
berasal dari atau menggunakan organ vegetatif tanaman antara
lain:
 Daun, contoh: tunas adventif pada daun
 Batang, contoh: umbi batang, stolon (geragih), corm dan
rhizome (rimpang)
 Akar, contoh: umbi akar

(a) (b) (c)

Gambar 5.2 Benih dari perbanyakan vegetative alami: (a). tunas


adventif cocor bebek; (b). Rimpang temulawak; (c).
Umbi batang kentang

b. Bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif buatan (artificial)

 Bibit Stek (cuttage)

Bibit setek diperoleh dengan memisahkan atau memotong


beberapa bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan
tunas dengan maksud agar bagian tersebut membentuk akar.
Kelebihan dari cara perbanyakan ini ialah cara yang sederhana,
tidak memerlukan teknik yang rumit dan bibit yang diperoleh
mewarisi sifat yang dimiliki induk. Kelemahan bibit stek ialah
tidak banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan
cara ini sehingga penggunaan cara ini terbatas.
 Bibit cangkok (air layerage)

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah


yang memiliki cabang yang tidak dapat dilengkungan seperti
cara pembubunan yang umum. Kelebihan cara pembiakan
cangkok ialah lebih cepat berbuah dan dapat mewarisi sifat
baik dari tanaman induk. Kelemahan bibit cangkok ialah
perakaran kurang kuat dan dangkal, tidak dapat menyediakan
bibit yang relatif banyak dalam waktu yang cepat, lebih rumit
dan memerlukan ketelatenan. Jenis bibit ini dapat dikenali
dengan memperhatikan bentuk percabangan yang cenderung
horizontal dan tanaman lebih pendek.
 Bibit okulasi (budding)

Bibit ini diperoleh dengan menempel tunas pada batang bawah


yang telah disiapkan. Batang bawah lebih berfungsi sebagai
penopang tanaman dan menghasilkan perakaran yang baik.
Setelah tunas tempelan (entris) tumbuh dengan baik,
kelebihan batang bawah yang berada di atas tunas dipotong.
Untuk pertumbuhan selanjutnya, pertumbuhan tunas tempelan
lebih dominan dibandingkan dengan batang bawah. Kelebihan
dari pembibitan okulasi ialah dapat mewarisi sifat baik dari
induk entries (tempelan) karena induk dipilih memiliki sifat
baik, perakaran bibit cukup kuat karena batang bawah berasal
dari biji, dapat mewarisi sifat baik dari batang bawah karena
batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat baik, dan lebih
cepat berbuah dibandingkan bibit dari biji. Kelemahan dari
pembibitan ini terutama dalam masalah teknis karena
memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui
pengalaman dan latihan.
 Bibit sambung pucuk (grafting)

Bibit ini banyak dijumpai di pasaran, bibit ini sama dengan


bibit okulasi yaitu termasuk bibit vegetatif, walaupun
sebenarnya tidak murni vegetatif karena batang bawahnya
berasal dari perbanyakan biji. Prinsip pembuatan sama
dengan biji okulasi, yang membedakan ialah pada bibit okulasi
yang digabungkan adalah mata tunas sedang pada bibit
sambung pucuk yang digabungkan adalah kumpulan mata
tunas atau batang. Kelebihan dan kekurangan grafting hampir
sama dengan okulasi namun sambung grafting relative lebih
mudah dikerjakan dan mempunyai tingkat keberhasilan
sambungan yang lebih tinggi daripada okulasi.
 Bibit dari kultur jaringan
Bibit ini diperoleh dari hasil perbanyakan yang menggunakan
teknik kultur jaringan. Keuntungan adalah proses pembuatan
lebih praktis, tampilan bibit lebih seragam, proses pembuatan
lebih cepat dan dapat menghasilkan bibit jumlah besar dalam
waktu yang cepat.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


5
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

(b) (d)
(a)

(c)

Gambar 5.3 Bibit yang berasal dari perbanyakan artificial : (a). grafting;
(b). stek daun; (c). kultur jaringan; (d). cangkok

3.3 Sertifikasi Benih


Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 Bab 1 (Ketentuan
Umum) Pasal 1 adalah sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
kepada pelaku usaha, produk, proses, dan usaha hortikultura.
Akreditasi adalah proses pengakuan akan kompetensi suatu badan
atau lembaga untuk melakukan sertifikasi. Untuk memenuhi standar
kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melalui
sertifikasi kompetensi. Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga
yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi diatur dengan
Peraturan Menteri
Pasal 57 menyebutkan usaha perbenihan meliputi pemuliaan,
produksi benih, sertifikasi, peredaran benih, serta pengeluaran dan
pemasukan benih dari dan ke wilayah negara Republik Indonesia.
Usaha perbenihan hanya dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang
memiliki sertifikat kompetensi atau badan usaha yang bersertifikat
dalam bidang perbenihan dengan wajib menerapkan jaminan mutu
benih melalui penerapan sertifikasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai
produksi benih, sertifikasi, peredaran benih, serta pengeluaran dan
pemasukan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), introduksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sertifikasi kompetensi,
sertifikasi badan usaha dan jaminan mutu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), serta pengecualian kewajiban penerapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.

4. EVALUASI

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


6
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

4.1 Evaluasi pembelajaran tentang bahan tanam dalam Budidaya


Tanaman dilakukan dengan presentasi kelompok, yang masing-
masing kelompok membawakan topik berbeda sesuai pokok
bahasan pada setiap perkuliahan
4.2 Evaluasi Dasar Pemilihan Komoditas Dalam Budidaya Tanaman
untuk semua mahasiswa peserta perkuliahan dilakukan dengan Quiz
atau tugas tambahan yang dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu, misal : Apa keuntungan dan kerugian penggunaan bahan
benih daripada bibit ?

5. TUGAS
Tugas untuk minggu depan, diskusi dan presentasi kelompok tentang:
I. Tanam dan strategi keberhasilan tanam
II. Pola Tanam secara umum
III. Pola Tanam Monokultur
IV. Pola Tanam Tumpangsari

6. DAFTAR PUSTAKA
Cardwell. Vernon B. 1984. Seed Germination and Crop Production. In
Physiological Basis of Crop Growth and Development. M.B.
Tesar (ed). Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 53 – 92
Nelson, C.J and K.L. Larson. 1984. Seedling Growth. Physiological
Basis of Crop Growth and Development. M.B. Tesar (ed).
Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 93 - 129
Smith, L.M. 1984. Seed Development, Metabolism and Composition.
Physiological Basis of Crop Growth and Development. M.B.
Tesar (ed). Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 13 – 52.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Toogood, A. 1999.. Plant Propagation. DK Publishing. London
Opeke, Lawrence K . 1982. Tropical Tree Crops. John Wiley and
Sons. Binghamton. N.Y.

7. KUNCI JAWABAN
7.1 Keuntungan benih: mudah dan murah dalam pengadaan dan
distribusi, memiliki perakaran yang kuat (untuk tanaman tahunan)
dan dapat untuk perbaikan sifat genetik tanaman. Kerugian: sifat
bisa tidak sama dengan induk dan khusus tanaman buah
dibutuhkan waktu yang lama untuk berbuah.
7.2 Keuntungan bibit : mudah diperoleh dan digunakan, sifat sama
dengan induknya dan cepat berproduksi. Kerugian: perakaran
kurang kokoh (stek dan cangkok), membutuhkan banyak tempat
sehingga sulit dalam pengangkutan dan distribusi.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


7
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
6

TANAM

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mempelajari cara tanam, pengaturan jarak tanam, waktu tanam,


alat tanam dan pola tanam dalam budidaya tanaman annual dan
perenial
2. Mampu menerapkan strategi cara tanam, pengaturan jarak
tanam, waktu tanam, alat tanam dan pola tanam dalam
budidaya tanaman annual dan perennial untuk mendapatkan
produktifitas optimal dalam suatu usaha budidaya tanaman

2. RINGKASAN MATERI
Tanam adalah kegiatan awal dari suatu budidaya tanaman.
Dalam penanaman suatu tanaman, perlu diatur dengan jarak tanam
agar tanaman mendapatkan lingkungan pertumbuhan yang baik,
memudahkan pemeliharaan tanaman dan populasi per hektar
optimal sehingga produktifitas tanaman sesuai dengan potensi hasil.
Agar tanam bisa dilakukan dengan efisien, diperlukan alat bantu
tanam yang bermanfaat untuk menghemat waktu dan tenaga kerja.
Tanam juga harus memperhatikan waktu tanam agar tanaman
dapat tumbuh dan panen pada saat yang tepat sesuai dengan
iklim dan persyaratan tumbuh tanaman.
Pengaturan waktu tanam yang tepat juga meminimalkan
serangan hama dan penyakit serta bermanfaat dalam pengaturan
panen dan penjualan produk. Pengaturan waktu tanam telah
dilakukan sejak dahulu kala oleh suku Jawa dengan menggunakan
kalender tanam atau Pranata Mangsa (Jawa). Penanaman suatu
tanaman dalam suatu hamparan bisa dilakukan dengan pola tanam
monokultur atau tumpangsari (intercropping). Penanaman pada
lahan yang luas cenderung menggunakan pola tanam monokultur
namun bila lahan yang digunakan terbatas lazim digunakan pola
tanam tumpangsari yakni penanaman dua atau lebih tanaman
secara bersamaan pada lahan yang sama dalam satu periode
tanam.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


8
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3. LANDASAN TEORI
3.1. Tanam
Tanam adalah kegiatan menempatkan bahan tanam berupa
benih atau bibit pada media tanam, baik media tanah maupun
media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam sebagai awal
dari budidaya tanaman. Agar benih atau bibit tanaman dapat
tumbuh dengan baik setelah ditanam maka media tanam tanah
harus diolah terlebih dahulu menjadi media yang gembur (tidak
padat) sehingga radicle dan hypocotyl bisa tumbuh dengan mudah.
Pada lahan basah yang disiapkan untuk budidaya padi
sawah, media tanam diolah dengan alat bajak sehingga menjadi
berlumpur. Media lumpur ini memudahkan tanam atau
penempatan bibit padi yang masih muda kedalam tanah.
Untuk tanaman pohon (perennial), penanaman tanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran
tanaman. Lubang tanam lazim dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60
cm atau 1 x 1 x 1 m. Didalam lubang tanam dimasukkan campuran
pupuk kandang dan tanah yang subur (kaya bahan organik) untuk
menyediakan media tanam awal yang gembur dan kaya nutrisi.
Keberhasilan tanam pada media tanah sangat dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain : daya tumbuh benih/bibit, kelembaban tanah,
kedalaman tanam, kekerasan tanah dan waktu tanam (Cardwell,
1984).

3.2. Jarak Tanam


Penanaman tanaman budidaya pada suatu hamparan lahan
lazim memakai jarak tanam, yakni jarak antara satu tanaman
dengan tanaman yang lain. Tujuan penggunaan jarak tanam
diantara tanaman adalah agar kanopi (tajuk tanaman) tidak saling
menaungi. Oleh karena itu pedoman jarak tanam adalah diameter
kanopi suatu tanaman.
Penggunaan jarak tanam dalam budidaya tanaman akan
memberi ruang yang cukup bagi tanaman terhadap kebutuhan
lingkungan tanaman seperti udara, air, intensitas radiasi matahari
dan nutrisi tanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat akan
memungkinkan semua tanaman dalam satu hampatan
mendapatkan kebutuhan lingkungan tanaman secara optimal
sehingga dapat dicapai produksi per satuan luas secara optimal
pula.
Penempatan tanaman secara teratur dengan jarak tanam akan
memudahkan pemeliharaan tanaman seperti penyiangan,
pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit serta
mempermdah pula pemanenan hasil (Acquaah, 2005). Penggunaan
jarak tanam juga mempermudah menjaga keamanan tanaman.
Jarak tanam bisa diatur seperti bentuk bujur sangkar (tegel),
jajaran genjang (zig-zag) atau persegi panjang (Gambar 6.1). Pola
bujur sangkar banyak diterapkan pada budidaya padi yang
menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm dan pola jarak tanam

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


9
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

persegi panjang banyak digunakan dalam budidaya tanaman


jagung dengan jarak tanam 70 cm (jarak antar baris) x 30 cm
(jarak dalam baris).

A B C

x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x

Gambar 6.1. A. Jarak tanam seperti pola bujur sangkar (tegel), B.


Jarak tanam seperti pola jajaran genjang (zig-zag), C.
Jarak tanam seperti pola persegi panjang

3.3. Alat Bantu Tanam


Tanam lazim dilakukan oleh manusia dengan menempatkan
benih kedalam tanah. Kegiatan ini memerlukan banyak tenaga
kerja, biaya dan waktu. Alat bantu tanam berfungsi mempermudah
dan mempercepat penanaman dengan menanam pada jarak tanam
tertentu.

A. B B.

Gambar 6.2. A. Alat bantu pembuat jejak untuk bertanam padi


dengan jarak tanam 40 x 20 x 12,5 cm dalam sistem
jajar legowo. B. Alat tanam benih padi secara
langsung dalam sistem TABELA.

Di Indonesia, yang banyak digunakan pada saat ini adalah


alat bantu tanam untuk yang memberi tanda jarak tanam.Alat
bantu tanam ini banyak digunakan pada budidaya padi sawah
sehingga dihasilkan jejak (goresan) pada tanah lumpur yang padat

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


10
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

berupa jarak tanam tegel misal 20 x 20 cm atau jajar legowo 40 x


20 x 12,5 cm (Gambar 6.2a). Alat bantu tanam sederhana untuk
bertanam padi secara langsung dengan metode Tabela (Tanam
Benih Langsung) telah dicoba oleh Bayers dan memberikan hasil
tanaman yang cukup baik (Dwijowinoto, 2005) (Gambar 6.2b). Di
Negara maju seperti Jepang, bertanam padi sudah lazim
menggunakan Rice Transplanter yang digerakkan dengan traktor 4
roda atau 2 roda.

3.4. Waktu Tanam


Waktu tanam suatu tanaman tergantung pada faktor
agroklimat selama satu musim, periode pertumbuhan tanaman dan
daur hidup suatu tanaman (Beets, 1984). Waktu tanam dalam
budidaya tanaman di Indonesia sangat
penting karena berkaitan dengan ketersediaan air yang
melimpah pada musim hujan dan juga keterbatasan air pada
musim kemarau. Pada daerah yang beriklim monsoon, seperti P.
Jawa, Lampung, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, musim
hujan yang dimulai pada bulan Nopember – Desember merupakan
waktu yang tepat untuk menanam tanaman padi sawah maupun
padi gogo. Ketika musim hujan berakhir bulan Mei – Juni,
kebanyakan ditanam tanaman palawija seperti tanaman jagung,
kacang-2 an dan tanaman sayuran.
Pada budaya Jawa dan Bali dan Sulawesi Selatan, mayarakat
mengatur waktu tanam padi dengan Pranata Mangsa (Jawa), Kerta
Masa (Bali) dan Lontara (Sulawesi Selatan). Pranata mangsa
membagi siklus 365 hari menjadi 12 mangsa dengan periode yang
berbeda dengan perhitungan pergeseran rasi Bintang Waluku
mengitari matahari. Mangsa pertama kasa berlangsung dari 23
Juni hingga 2 Agustus, bertepatan dengan musim kemarau.
Mangsa ke 12 sadha berlangsung 13 Mei hingga 22 Juni (Kasryno,
Efendi dan Achmad, 2003).
Pada tanaman tahunan (perennial), awal musim hujan juga
waktu yang tepat untuk memulai penanaman bibit karena tanaman
akan mendapatkan air yang cukup saat musim hujan berlangsung
selama 6 bulan.
Pengaturan waktu tanam yang bersamaan akan menurunkan
potensi serangan hama dan penyakit namun disisi lain dengan
waktu tanam yang bersamaan tanaman akan panen serempak dan
berpotensi menurunkan harga jual produksi. Waktu tanam yang
baik juga memperhatikan kapan tanaman dapat dipanen sehingga
harga bisa diramalkan terlebih dahulu.

3.5. Pola Tanam


Pola Tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi
tanaman karena dengan pola tanam tersebut dapat memanfaatkan
dan memadukan berbagai komponen seperti iklim, tanah,

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


11
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

tanaman, dinamika hama dan penyakit dan aspek sosial ekonomi


dalam upaya mendapatkan produksi dan margin yang tinggi.
Pola tanam secara prinsip terbagi menjadi 2, yaitu pola tanam
monokultur dan tumpangsari (intercropping). Pola tanam
monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada suatu
bidang lahan, sedangkan pola tanam tumpangsari adalah
penanaman dua tanaman atau lebih pada suatu bidang lahan pada
waktu yang bersamaan (Beet, 1982).
Pola tanam monokultur diterapkan bila tersedia lahan yang
cukup luas namun seperti di pulau Jawa yang rata-rata
kempemilikan lahan hanya 0,2 Ha maka banyak budidaya tanaman
dilakukan secara tumpangsari. Prinsip tumpangsari adalah
tanaman pokok dalam keadaan populasi optimal dan tanaman yang
ditumpangsarikan mempunyai morfologi dan fisiologi yang berbeda
dengan tanaman pokok. Pola tanam tumpangsari juga diterapkan
pada tanaman hutan yang dikenal dengan sistem agroforestry.

4. EVALUASI

4.1. Dalam presentasi kelompok yang dilakukan oleh kelompok yang


bertugas, dilakukan quiz singkat sebelum atau setelah presentasi
yang bertujan mengetahui pemahaman mahasiswa tentang tanam,
jarak tanam, alat tanam, waktu tanam dan pola tanam dalam
budidaya tanaman.
4.2. Contoh Quiz singkat : Dalam kegiatan tanam apa saja yang harus
disiapkan aga tanam bisa berhasil baik? Apakah dalam kegiatan
tanam, baik tanaman perennial maupun annual harus
menggunakan jarak tanam? Mengapa alat tanam diperlukan dalam
penanaman? Waktu tanam tanaman padi dan palawija dilakukan
pada musim apa? Ada berapa macam pola tanam dalam budidaya
tanaman? Dalam pola tanam tumpangsari prinsip apa yang harus
diterapkan agar tanaman tumpangsari berhasil?

5. TUGAS

5.1. Dalam kegiatan yang berkelompok, lakukan pengamatan ke lahan


di sekitar kampus, cermati penerapan kegiatan tanam dalam
budidaya tanaman, khususnya tanaman semusim.
5.2. Siapkan tugas presentasi untuk minggu depan bagi kelompok yang
bertugas tentang shading net, green house dan mulch.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


12
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

6. DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.


3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.

Beets, Willem C. Multiple Cropping and Tropical Farming Systems.


Westview Press, Inc. Colorado. 155 p.

Cardwell, Vernon, B. 1984. Seed Germination and Crop Production.


In Physiological Basis of CropGrowth and Development. Ed.
MB. Tesar. Am. Soc. Of Agron. Crop Sci. Soc of Am.
Medison, Wisconsin. p. 93 – 129.

Kasryno, Faisal, Effendi Pasandaran dan Achmad M. Fagi. 2003.


Kearifan Lokal Subak dan Kerta Masa atau Pranata Mangsa
dalam Subak dan Krta Masa. Kearifan Lokal Mendukung
Pertanian Berkelanjutan. YAPADI – IRF. Jakarta. h. 17 –
24.

7. KUNCI JAWABAN

7.1. Dalam kegiatan tanam yang harus disiapkan adalah pengolahan


tanah yang baik sehingga media tanam tanah menjadi gembur,
khususnya tanah disektar benih atau bibit berkecambah tidak
terlalu padat atau keras. Hal ini akan memudahkan hipocotyl dan
radicle menembus tanah.
7.2. Dalam penanaman tanaman perennial maupun annual, penggunaan
jarak tanam akan memberi ruang yang cukup bagi tanaman
terhadap kebutuhan lingkungan tanaman seperti udara, air,
intensitas radiasi matahari dan nutrisi tanaman. Pengaturan jarak
tanam yang tepat akan memungkinkan semua tanaman dalam
satu hampatan mendapatkan kebutuhan lingkungan tanaman
secara optimal sehingga dapat dicapai produksi per satuan luas
secara optimal pula. Penempatan tanaman secara teratur dengan
jarak tanam akan memudahkan pemeliharaan tanaman seperti
penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
serta mempermdah pula pemanenan hasil.
7.3. Waktu tanam dalam budidaya tanaman di Indonesia, khusus untuk
tanaman padi dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan
Desember. Unuk tanaman palawija dilakukan pada akhir musim
hujan yaitu bulan Mei – Juni.
7.4. Pola tanam secara prinsip terbagi menjadi 2, yaitu pola tanam
monokultur dan tumpangsari (intercropping). Pola tanam
monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada suatu
bidang lahan, sedangkan pola tanam tumpangsari adalah
penanaman dua tanaman atau lebih pada suatu bidang lahan pada
waktu yang bersamaan

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


13
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 7

MULSA, SHADING NET DAN


GREENHOUSE
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari penggunaan teknologi mulsa (mulch), jaring penaung
(shading net) dan rumah kaca (greenhouse) dalam budidaya
tanaman
2. Mampu memahami dan menerapkan penggunaan teknologi mulsa
(mulch), jaring penaung (shading net) dan rumah kaca
(greenhouse) secara benar dan berdaya guna dalam upaya
peningkatan produksi dalam budidaya tanaman

2. RINGKASAN MATERI

Mulsa (mulch), adalah penutup permukaan tanah yang


bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah, mengatur suhu
tanah, menekan pertumbuhan gulma, membantu pengendalian hama
dan penyakit serta juga untuk menjaga mutu atau kebersihan
produk tanaman.
Mulsa dapat berupa mulsa an organik dan mulsa organik.
Mulsa an organik adalah mulsa yang terbuat lembaran plastik
polyethylene, dikenal dengan mulsa plastik hitam perak (MPHP),
sedangkan mulsa organik adalah mulsa dari tanaman (cover crop)
atau sisa tanaman.
Jaring penaung (shading net) biasa disebut juga paranet,
adalah bahan berupa jaring yang digunakan untuk memberikan
naungan buatan pada tanaman budidaya. Jaring penaung lazim
berwarna hitam dengan berbagai ukuran pengurangan intensitas
radiasi matahari, yakni 25 %, 50 % dan 75 %. Jaring penaung yang
berwarna putih, mempunyai fungsi sebagai pengurang intensitas
radiasi matahari dalam budidaya tembakau bawah naungan (TBN).
Rumah kaca (Greenhouse) adalah bangunan tempat menumbuhkan
tanaman budidaya yang beratap kaca atau plastik UV. Rumah kaca
di Eropa biasa disebut Glasshouse. Dinding bangunan bisa berupa
kaca, plastik UV atau kasa plastik. Budidaya tanaman yang
dilakukan didalam rumah kaca adalah tanaman komersial yang
bernilai ekonomis tinggi atau karena alasan lain. Budidaya tanaman
di dalam rumah kaca lazim menggunakan sistem hidroponik.
3. LANDASAN TEORI

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


14
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3.1. Mulsa (Mulch)


Mulsa (mulch) adalah bahan atau material penutup tanah
pada tanaman budidaya yang bermanfaat untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dan berproduksi
dengan baik (Lamont, 1993).
Fungsi mulsa antara lain untuk menekan pertumbuhan
gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan,
memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan
melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa organik dapat
membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah
sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Acquaah, 2005).
Mulsa menimbulkan berbagai keuntungan, baik dari aspek
fisik maupun kimia tanah. Secara fisik mulsa mampu menjaga suhu
tanah lebih stabil dan mampu mempertahankan kelembaban di
sekitar perakaran tanaman. Suhu tanah maksimum di bawah mulsa
jerami pada kedalaman 5 cm 10ºC lebih rendah dari pada tanpa
mulsa, sedangkan suhu minimum 1.9°C lebih tinggi.
Mulsa plastik dapat mengurangi perkolasi dan gerakan air
tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.
Mulsa plastic juga akan menghambat penguapan air tanah (Lamont,
1993). Penggunaan mulsa plastik hitam perak pada budidaya
tanaman ubi jalar dapat membantu pengendalian hama Boleng
(Cylas formicarius) dan pada tanaman cabe dapat membantu
pengendalian Kutu daun (Myzus persicae Sulz.) dan Thrips (Thrips
tabaci).
Mulsa dapat terbuat dari bahan an organik atau organik.
Mulsa an organik atau sintetis kebanyakan berupa lembaran plastik
polyethylene berwarna perak pada satu sisi lembar dan berwarna
hitam pada lembar dibalik warna perak tersebut. Bahan mulsa an
organik yang lain bisa berupa kertas, kertas koran dan batu. Batu
dengan nilai estetik biasa digunakan untuk menutup permukaan
tanah pada tanaman hias. Mulsa organik berupa tanaman dan sisa
tanaman. Mulsa organik tanaman (cover crop) lazim menggunakan
tanaman leguminose seperti tanaman Mucuna mucunoides, Mucuna
brachteata, Arachis fogelii dan tanaman legume yang lain (Gambar
7.1). Mulsa organik dari sisa tanaman antara lain jerami, daun
tanaman, serbuk gergaji, kulit kayu dan sisa tanaman yang lain
(Gambar 7.2).
Mulsa plastik mulai banyak di gunakan pada budidaya
tanaman sayuran dan buah-buahan di Indonesia pada akhir
dasawarsa ini karena mampu meningkatkan produktifitas tanaman
dan keuntungan ekonomis. Mulsa plastik hitam perak sudah lazim
digunakan dalam budidaya stroberi di Bedugul Bali, budidaya melon
dan semangka serta budidaya cabe dan tomat di Jawa Timur,
budidaya kentang di dataran tinggi Dieng, Wonosobo dan budidaya
kentang di Pengalengan, Jawa Barat (Gambar 7.3).
A. B.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


15
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Gambar 7.1. A. Mulsa tanaman (cover crop) Mucuna brachteata pada


pertanaman sawit di PT. Asean Agri, Asahan, Sumut. B.
Mulsa tanaman Arachis fogelii pada pertanaman jagung di
pertanian organik Agato, Cisarua, Jabar

A. B.

Gambar 7.2. A. Mulsa sisa tanaman jerami untuk tanaman bawang merah. B.
Mulsa daun pertanaman pada pertanaman brokoli (Brassica
oleraceae) Kebun Percobaan Cangar FP-UB

A. B.

Gambar 7.3. A. Mulsa. plastik hitam perak pada pertanaman kentang di


Dieng, Wonosobo. B. Mulsa plastik hitam perak pada
pertanaman stroberi di Bedugul, Bali.

3.2. Jaring Penaung (Shading net)

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


16
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Shading net adalah net atau jaring penaung yang berfungsi


untuk menaungi tanaman dari cahaya matahari dan curah hujan,
sebagai penahan angin dan penangkal hama pengganggu tanaman.
Shading Net biasa disebut juga Paranet terbuat dari rangkaian
bahan material anyaman rajut, yang memungkinkan cahaya
matahari, kelembaban dan udara masuk melalui celah jaring.
Paranet akan mengurangi intensitas radiasi matahari sesuai
dengan kerapatan rajut. Paranet terbuat dari bahan Polyethylene
dengan berbagai warna, antara lain warna hitam untuk mengurangi
intensitas radiasi matahari pada tanaman ornamental seperti
anggrek (Gambar 7.4a), sedangkan paranet yang berwarna biru
atau putih banyak digunakan pada pertanaman Yembakau Bawah
Naungan (TBN) cabai dan bawang merah.
Paranet berwarna hitam mempunyai berbagai jenis
kerapatan sehingga mampu mengurangi intensitas radiasi matahari
misal 25 %, 50 % dan 75 %. Pada tanaman cabai biasa digunakan
paranet warna putih transparan yang mempunyai tingkat
pencahayaan 76-81%, pencahayaan yang tembus 66-71%, angin
yang tembus 38-43%, lubang/cm2 : 73/cm2, Mesh (lubang pori) :
38, berat 125 -135 m2/gram, dengan bahan PE (Polyethylene)
Monifilamen yang mengandung Anti UV (Ultra Violet) dan Anti
Oksidan (Soesetyo, 2012). Paranet juga digunakan pada tanaman
padi sebagai pelindung hama burung (Gambar 7.4b)

A. B.

Gambar 7.4 A. Penggunaan paranet untuk mengurangi intensitas


radiasi matahari pada pertanaman anggrek. B.
Penggunaan net pada pertanaman padi untuk
mengendalikan hama burung.

Tanaman tembakau, bawang merah dan cabai merah yang


ditanam di bawah paranet menunjukkan peningkatan kualitas dan
kuantitas hasil dibanding dengan panen di lahan terbuka. Moekasan
dan Prabaningrum (2011 dalam Soesetyo, 2012) melaporkan usaha
tani cabai merah di dalam naungan yang dilakukan di daerah
Brebes (± 5 m dpl), Jawa Tengah dapat menekan penggunaan
pestisida lebih dari 95% dengan hasil panen lebih dari 9 kali lebih
tinggi dibanding cabai merah di lahan terbuka.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


17
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3.3. Rumah Kaca (Green House)


Rumah kaca (Green House) adalah bangunan yang
dirancang khusus untuk budidaya tanaman dibawah kondisi yang
terkendali Bangunan ini beratap material transparan yang tembus
cahaya seperti kaca, polyethylene plastic, fiberglass-reinforced
plastic (FRP), acrylic dan polycarbonate. Di Eropa, greenhouse
lazim disebut glasshouse (Acquaah, 2005).
Secara prinsip terdapat 3 bentuk dasar Greenhouse, yaitu
menempel (attached), berdiri bebas (dettached) dan terkoneksi
(connected). Dari ketiga bentuk dasar ini terdapat banyak varian
bentuk rumah kaca seperti : Even-span, Uneven-span, Quonset,
Curved eave dan lain-lain (Nelson, 1998).
Kerangka Greenhouse bisa berupa besi atau kayu, bahkan
pada beberapa tempat di Jawa Timur banyak digunakan bambu.
Demikian pula lantai rumah kaca, bisa diperkeras dengan semen
namun ada pula yang hanya berupa tanah diperkeras dan ditutup
dengan mulsa plastik hitam perak. Atap Greenhouse bisa
menggunakan kaca dan plastik UV transparan.

A. B.

B. D.

Gambar 7.5 a. Dettached even-span Greenhouse, B. Modifikasi


Quonset Greenhouse . C. Quonset Greenhouse di
kebun Percobaan Cangar FP-UB. D. Connected
Greenhouse.

Pada budidaya tanaman di Indonesia, Greenhouse banyak


digunakan untuk budidaya tanaman ornamental (tanaman hias),
tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi dan untuk

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


18
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

pembibitan tanaman. Beberapa bentuk Greenhouse disajikan pada


Gambar 7.5 a - c.

4. EVALUASI

4.1. Evaluasi tentang pemahaman teknologi mulsa (mulch), jaring


penaung (shading net) dan rumah kaca (greenhouse) dalam
budidaya tanaman dilakukan pada kelompok tugas presentasi dan
mahasiswa.
4.2. Evaluasi kelompok tugas presentasi dilakukan oleh dosen
sedangkan evaluasi mahasiswa yang tidak presentasi bisa dilakukan
dosen atau mahasiswa yang sedang tugas presentasi.
4.3. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan memberikan permasalahan
aktual, misal tentang prospek mulsa, paranet dan greenhouse bagi
pertanian di Indonesia

5. TUGAS

5.1. Amati penerapan teknologi mulsa (mulch), jaring penaung (shading


net) dan rumah kaca (greenhouse) pada budidaya tanaman di
sekitar kota Malang. Catat jenis tanaman budidaya apa dan
bagaimana teknologi tersebut digunakan dan apa alasan
penggunaan teknologi tersebut.
5.2. Siapkan tugas presentasi untuk 2 minggu kedepan (setelah UTS)
bagi kelompok yang bertugas tentang Pola Pertumbuhan Tanaman
bagi Strategi Pemeliharaan Tanaman.

6. DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.


3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.

Fahrurrozi, N. Setyowati, dan Sarjono. 2006. Efektifitas Penggunaan


Ulang Mulsa Plastik Hitam Perak dengan Pemberian Pupuk
Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai. Bionatura 8
: 17-23.
Lamont, E. J. 1993. Plastic Mulches For The Production Of Vegetable
Crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38.

Nelson, Paul. V. 1998. Greenhouse Operation and Management. 5 th


ed. Prentice-Hall Inc. Upper Sadlle River. New Jersey. 623 p.

Susetyo, Hendry Puguh. 2012. Shading Net. Sarana Pengendali


Preventif OPT pada Tanaman Cabai Tabloid Sinar Tani. Edisi 14
– 20.

7. KUNCI JAWABAN

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


19
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

7.1. Mulsa an organik dan organik mempunyai prospek yang cukup


bagus dalam budidaya tanaman mengingat fungsi dan manfaat
mulsa. Penerapan mulsa an organic atau organic dalam budidaya
tanaman harus mempertimbangkan jenis tanaman, lahan dan
modal kerja.
7.2. Greenhouse diperlukan dalam budidaya tanaman sayuran dan buah
yang bernilai ekonomis tinggi agar dapat dihasilkan produksi
tanaman yang berkualitas secara kontinyu. Mengingat biaya awal
yang cukup tinggi dalam pembuatan Greenhouse, maka budidaya
tanaman dalam Greenhouse harus disertai Analisa Usaha tani yang
cermat.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


20
DASAR
DASAR BUDIDAYABUDIDAYA
TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 8

POLA PERTUMBUHAN DAN STRATEGI


PEMELIHARAAN TANAMAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mempelajari strategi pemeliharaan tanaman didasarkan pada pola


pertumbuhan tanaman
2. Mampu memahami dan menerapkan strategi pemeliharaan
tanaman yang benar dan efisien berdasarkan pola pertumbuhan
tanaman dalam budidaya tanaman

2. RINGKASAN MATERI

Agar pemeliharaan tanaman dalam budidaya tanaman dapat


berdaya guna dan berhasil guna maka harus dipahami dengan benar
pola pertumbuhan suatu tanaman sejak tanaman mulai tumbuh,
memasuki fase pertumbuhan cepat pada fase vegetatif, fase
pembungaan dan translokasi fotosintat ke sink organ seperti biji dan
umbi pada fase generatif.
Pada setiap pertumbuhan tanaman terdapat fase
pertumbuhan vegetatif dan fase generatif tanaman. Fase vegetatif
ialah perkembangan bagian vegetatif tanaman, akar, batang dan
daun. Fase generatif ialah perkembangan bagian generatif seperti
bunga, buah dan biji .
Pemeliharaan tanaman adalah upaya menjaga dan memacu
pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif dengan
penyediaan nutrisi, air, cahaya, CO2 dan O2 secara maksimal dan
dengan meniadakan atau memperkecil gangguan hama dan penyakit
tanaman serta gulma.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Pola Pertumbuhan Tanaman
Pola pertumbuhan tanaman diekspresikan dengan pola
akumulasi berat kering. Pada awal pertumbuhan ketika tanaman
masih kecil, peningkatan berat kering tanaman per hari juga kecil.
Saat ini laju pertumbuhan tanaman berjalan lambat. Sejalan dengan
pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan tanaman semakin tingi
dan peningkatan berat kering juga semakin meningkat. Saat ini
disebut juga fase linier pertumbuhan cepat (fast linier). Akumulasi
berat kering akan berjalan lambat ketika tanaman memasuki fase
generatif dan akumulasi berat kering akan stagnan ketika tanaman

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

mengakhiri pemasakan di akhir fase generatif. (Brown, 1981,


Yoshida, 1981) Pola pertumbuhan tanaman dan bagian tanaman
digambarkan pada Gambar 8.1.

Gambar 8.1. Pola pertumbuhan tanaman dan bagian tanaman


berdasar akumulasi berat kering (Brown, 1981)

Fase pertumbuhan tanaman terdiri atas fase vegetatif dan


fase generatif. Fase pertumbuhan vegetatif terjadi saat awal
pertumbuhan hingga tanaman memasuki fase generative. Pada fase
vegetatif tanaman membentuk organ vegetatif tanaman yaitu
batang, daun dan akar. Indikasi pertumbuhan dapat dilihat pada
pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan luas
daun, jumlah dan panjang akar , jumlah anakan tanaman.
Fase pertumbuhan generative terjadi ketika tanaman mulai
masuk primordia pembungaan atau ketika tanaman mulai
mentranslokasi fotosintat ke organ penyimpan (sink organ) seperti
umbi atau biji dan fase generative berakhir ketika sink organ seperti
umbi atau biji mulai masak (Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991).
Dijelaskan pula, pola pertumbuhan tanaman atas dasar vegetatif dan
generatif dapat dibedakan menjadi 3 pola, yaitu :
1. Pertumbuhan vegetatif terjadi pada saat awal pertumbuhan
kemudian beralih ke pertumbuhan generatif, contoh tanaman
jagung, padi, kacang tanah, cauliflower, brokoli
2. Pertumbuhan vegetatif dominan sepanjang waktu pertumbuhan
atau fase vegetatif dominan atas fase generative, contoh : kubis,
bruselsprout, bawang merah.
3. Pertumbuhan vegetatif berjalan bersamaan dengan fase generatif,
contoh : tanaman tomat, cabe, kentang

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Pada tanaman kentang, pertumbuhan tanaman kentang


dibagi menjadi 4 fase, yakni pertumbuhan vegetatif, inisiasi,
pembesaran dan pemasakan umbi. Fase vegetatif dimulai sejak
muncul tunas sampai inisiasi umbi, biasanya memerlukan waktu 2
sampai 4 minggu tergantung varietas dan suhu udara. Pada suhu
diatas 20 oC tanaman akan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang
baik, namun pertumbuhan umbi akan terhambat. Sebelum fase
vegetatif dimulai, diperlukan waktu 2 - 5 minggu bagi tunas untuk
muncul dipermukaan tanah, tergantung kondisi umbi bibit, varietas,
dan suhu tanah. Fase inisiasi dan pembesaran umbi, berlangsung
selama 7 – 8 minggu, dimulai dengan pembentukan stolon dan
dilanjutkan dengan pembesarannya. Suhu yang ideal bagi
o
pembentukan umbi adalah 15 – 20 C, bila terjadi suhu rendah
dibawah 15 oC maka laju pertumbuhan daun dan stolon akan
terhambat Pada beberapa varietas, saat inisiasi umbi ditandai
dengan munculnya kuncup bunga. Fase pemasakan umbi
memerlukan waktu 2 – 3 minggu. Terlihat tiga perubahan penting
pada tanaman, yakni kulit umbi mulai terbentuk, berat kering umbi
mencapai maksimum serta bagian atas tanaman mulai berwarna
kekuningan dan mati. Kisaran waktu pertumbuhan tanaman sejak
tanam hingga panen, sekitar 13 – 20 minggu (Lovatt, 1997).

3.2. Strategi Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dimulai sejak tanam. Pemeliharaan tanaman


meliputi:
a. Penyediaan nutrisi, air, cahaya, CO2 & O2
b. Meniadakan/memperkecil gangguan hama & penyakit
c. Meniadakan/memperkecil kompetisi dengan gulma atau tanaman
lain

Kegiatan pemeliharaan tanaman antara lain :


Pemeliharaan tanaman meliputi :
a. Penyulaman
b. Pemupukan
c. Pembubunan
d. Pengairan
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
f. Pemberian mulsa, paranet dan green house
g. Pemangkasan dan defolisiasi

4. EVALUASI

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

4.1. Evaluasi tentang pemahaman pola pertumbuhan tanaman dan


strategi pemeliharaan suatu tanaman dalam suatu budidaya
pertanian.
4.2. Pemahaman tentang kaitan pola pertumbuhan tanaman dan cara
pemeliharaan tanaman sehingga dapat dilakukan suatu
pemeliharaan tanaman yang efisien.

5. TUGAS

5.1. Amati penerapan teknologi pemeliharaan tanaman di sekitar


kampus dan amati cara pengolahan lahan
5.2. Siapkan tugas presentasi untuk minggu depan bagi kelompok yang
bertugas tentang Irigasi.

6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.

Brown, R.H. 1991. Growth of The Green Plant. . In Physiological


Basis of CropGrowth and Development. Ed. MB. Tesar. Am.
Soc. Of Agron. Crop Sci. Soc of Am. Medison, Wisconsin.
p. 93 – 129.

Gardner, Pearce, dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. p. 427

Lovatt, J. 1997. Potato Information Kit. The Agrilink Series. The


State of Queensland, Department of Primary Industries.
Queensland. 60 p.

Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Science. IRRI. Los Banos.


Philippines.

7. KUNCI JAWABAN
7.1. Pada lahan sawah, lahan diolah dengan bajak singkal yang ditarik
kerbau atau juga bisa menggunakan hand traktor Pada beberapa
tempat
7.2.Pola pertumbuhan tanaman merupakan ekspresi dari akumulasi
berat kering. Pemeliharaan tanaman akan berhasil bila dilakukan
pada saat yang tepat, yakni saat fase vegetati atau pada fase linier
cepat (dast lineary)

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
9

AIR DAN PENGAIRAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mempelajari kebutuhan air bagi tanaman dan cara pemberian air


bagi tanaman dalam budidaya tanaman
2. Mampu memahami kebutuhan air bagi tanaman dan menerapkan
cara pemberian air bagi tanaman dalam budidaya tanaman secara
benar dan efisien

2. RINGKASAN MATERI

Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan tanaman karena 80 –


90 % bagian dari sel tanaman adalah air. Kebutuhan air tanaman
didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan oleh tanaman dalam
periode waktu tertentu ada kondisi lapangan.
Kebutuhan air bagi tanaman merupakan kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman pada fase pertumbuhan vegetative dan
generative terutama dalam menghasilkan bagian tanaman yang
dipanen, seperti buah dan biji.
Irigasi ialah pemberian air yang ditujukan untuk memberikan
kelembaban dalam tanah agar dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman. Curah hujan adalah sumber utama semua jenis air.
Sumber air dapat diperoleh dari sungai, sumur, embung dan
waduk. Ketersediaan, air dapat diklasifikasikan sebagai air
permukaan dan air bawah permukaan.

3. LANDASAN TEORI

3.1. Air dan Tanaman


Air adalah bahan dasar semua aktivitas metabolik tanaman.
Semua reaksi biokimia dalam sistem tanaman membutuhkan air,
antara lain air berperan penting dalam respirasi, transpirasi
tanaman dan fotosintesis tanaman. Air sangat dibutuhkan dalam
kehidupan tanaman karena 80 – 90 % bagian dari sel tanaman
adalah air.
Tanaman menyerap air yang berada dalam tanah melalui akar
tanaman. Air didalam tanah berfungsi sebagai pelarut nutrisi.
Didalam tanaman air berfungsi sebagai media transportasi larutan
nutrisi yang diperlukan dalam proses fotosintesis tanaman untuk
menghasilkan fotosintat.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Tanah adalah sumber utama air yang digunakan tanaman. Air


tanah mempengaruhi udara tanah dan suhu tanah yang selanjutnya
akan mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan tanaman
(Acquaah, 2005).

3.2. Kebutuhan Air Tanaman


Kebutuhan air didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan
oleh tanaman dalam periode waktu tertentu pada kondisi lapang.
Kebutuhan air tanaman ialah kebutuhan air yang diperlukan oleh
tanaman untuk bertahan hidup, untuk tumbuh dan berkembang
menghasilkan sink organ (Chadrasekaran, Annadurai, dan
Somasundaran, 2010).
Kebutuhan air tanaman merupakan semua kehilangan air dari
tanaman, antara lain karena:
a. Transpirasi air melalui daun (T)
b. Evaporasi (penguapan) air melalui permukaan tanah (E)
c. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman (WP) untuk kegiatan
metabolik, yang, diperkirakan kurang dari 1% dari penyerapan air
total.

Ketersediaan air tanah juga akan berkurang karena perkolasi


dan air limpasan permukaan (run-off) (WL). Air juga diperlukan
untuk tujuan khusus (WSP) seperti pelumpuran, membajak,
persiapan lahan, penyiangan dan untuk melarutkan pupuk.
Kebutuhan air dapat direpresentasikan sebagai :

WR = T + E + WP + WL +WSP

3.3. Irigasi
Irigasi ialah pemberian air yang ditujukan untuk memberikan
kelembaban dalam tanah agar dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman. Tanaman diairi dari air irigasi yang berasal dari sungai,
bendungan dan juga sumur. Pengelolaan irigasi adalah proses yang
kompleks dari seni dan ilmu yang melibatkan aplikasi air dari sumber
air untuk tanaman. Diperlukan perhitungan dalam praktek irigasi
berdasar jenis tanah, parameter iklim, jenis tanaman, varietas,
tahap pertumbuhan tanaman, musim, kualitas air, pola penyerapan
air oleh tanaman, metode aplikasi dan sebagainya.
Pengelolaan irigasi sangat diperlukan untuk menyimpan dan
mendayagunakan air ketika musim kemarau. Penggunaan air secara
berlebihan dalam irigasi sepeti penyiraman dengan penggenangan
perlu dihindari agar tidak terjadi pemborosan air. Kelebihan air
irigasi akan menyebabkan pemborosan sejumlah besar air,
pencucian hara tanaman, penghancuran mikroba bermanfaat,
peningkatan beban pada drainase, akumulasi garam yang
menyebabkan salinitas dan alkalinitas. Penggenangan air yang
berlebihan juga dapat menyebabkan stres fisiologispada tanaman

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

dan mendorong kehilangan hasil atau gagal panen (Chadrasekaran,


Annadurai, dan Somasundaran, 2010).
Sistem irigasi secara garis besar terbagi menjadi 3 cara
(Acquaah, 2005 , yaitu :
a. Irigasi Sprinkler (Sprinkler Irrigation), yakni metode pemberian
air seperti hujan dengan menyiramkan air dari atas
b. Irigasi Tetes (Drip Irrigation), yakni pemberian air pada tempat
yang diperlukan (spot) secara tetesan.
c. Irigasi permukaan (Surface Irrigation), yakni pemberian air
dengan cara penggenangan (flood irrigation) atau dengan cara
mengalirkan air diantara guludan/bedengan (furrow irrigation).
Bila pada poin a dan b diperlukan pompa untuk melakukan
penyiraman, pada sistem ini tidak diperlukan karena air mengalir
berdasar kemiringan tanah.

3.4. Sumber Air


Sumber air utama berasal dari curah hujan. Oleh karena itu
sangat penting untuk mengetahui pola dan jumlah curah hujan di
suatu tempat aga tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan
menghasilkan secara optimal. Berdasarkan sumber ketersediaan,
air dapat diklasifikasikan sebagai air permukaan dan air bawah
permukaan. Air permukaan meliputi curah hujan, air dari sungai,
kolam, danau dan bendungan. Air bawah permukaan meliputi air
bawah tanah dan air sumur (Chadrasekaran, Annadurai, dan
Somasundaran, 2010).

4. EVALUASI

4.1. Evaluasi tentang pemahaman air pada tanaman dan sistem irigasi
dalam budidaya tanaman dilakukan pada kelompok tugas
presentasi dan mahasiswa.
4.2. Buat penjelasan tentang kebutuhan air bagi tanaman

5. TUGAS

5.1. Amati penerapan cara pemberian air irigasi pada budidaya


tanaman di sekitar kota Malang. Catat jenis tanaman budidaya apa
dan bagaimana irigasi diberikan dan apa alasan penggunaan
teknologi tersebut.
5.2. Siapkan tugas presentasi untuk minggu depan bagi kelompok yang
bertugas tentang Pupuk dan Pemupukan Tanaman dalam Strategi
Pemeliharaan Tanaman.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

6. DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.


3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.

Chadrasekaran, B., Annadurai, K. and Somasundaran, E. 2010. A


Text Book of Agronomy. New Age Int. (P) Ltd. Publisher.
New Delhi. 829 p.

7. KUNCI JAWABAN
7.1. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan oleh tanaman dalam periode waktu tertentu ada
kondisi lapang
7.2. Kebutuhan air bagi tanaman merupakan kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman pada fase pertumbuhan vegetatif dan
generatif terutama dalam menghasilkan bagian tanaman yang
dipanen, seperti buah dan biji.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
10

PUPUK DAN PEMUPUKAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mempelajari dan memahami pemeliharaan tanaman dengan


pemupukan
2. Mengenal dan mempelajari berbagai jenis pupuk, kelebihan dan
kekurangannya, dosis, cara dan waktu aplikasi serta cara
perhitungan pemupukan

2. RINGKASAN MATERI

Hasil suatu tanaman tergantung pada jumlah nutrisi yang


tersedia bagi tanaman. Setiap tanaman memerlukan paling sedikit
16 unsur (yang disebut unsure hara esensial) agar pertumbuhannya
normal. Unsur-unsur tersebut secara garis besar terbagi atas unsur
hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, terdiri dari
Nitrogen (N), Phosphor (P) and Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), Sulphur (S), Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O),
sedangkan unsur mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit
yaitu Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau
Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum.
Dari 16 unsur tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen)
diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi tersedia oleh tanah
namun jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu untuk memenuhi
kekurangan hara dalam tanah tersebut, perlu ditambahkan pupuk.
Pupuk digolongkan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik (Gambar 10-1). Pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang melalui proses
pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contoh: guano,
pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk hijau. Pupuk organik
mengandung unsur hara yang lengkap, namun jumlah tiap unsur
hara rendah sedangkan persentase kandungan bahan organiknya
tinggi. Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang
dibuat oleh pabrik, tersusun dari berbagai bahan kimia sehingga
memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur
hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua
yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
mengandung satu jenis unsur hara, misalnya urea mengandung 46%
N. Pupuk majemuk mengandung lebih dari satu macam unsure hara,
contoh diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Gambar 10-1. Bagan pembagian jenis pupuk

Pemakaian pupuk baik anorganik maupun organik masing-


masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan
dan kerugian pupuk anorganik dan organic dapat dibandingkan pada
Tabel 10-1 di bawah ini.

Tabel 10-1. Keuntungan dan kerugian pupuk An Organik dan Organik


Pupuk An Organik Pupuk Organik
Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian
Mudah Harga mahal Perekat butiran Tidak ringkas,
diperoleh tanah volumemetrik
(bervolume besar)
Pengangkutan Ketergantungan Sumber utama Pengangkutan/distribusi
mudah tinggi unsur N, P dan S lebih sulit
Hasil cepat Mempengaruhi Sumber energi Hasil pemupukan tidak
tampak pH tanah bagi jasad cepat tampak
mikro
Kandungan Meningkatkan
hara jelas kemampuan
(kuantitatif) tanah menahan
Kebutuhan air dan hara
dapat dihitung

3. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pupuk


Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Pemupukan adalah penambahan
bahan berupa pupuk ke tanah agar tanah menjadi lebih subur.
Definisi lain menyebutkan pupuk merupakan bahan organik atau
anorganik yang berasal dari alam atau sintetis yang diberikan pada
tanah atau tanaman untuk memasok unsur esensial bagi

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Acquaah, 2005).


Berdasarkan Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman disebutkan bahwa Pupuk adalah bahan kimia
atau organisms yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi
keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.
Secara umum pupuk ada dua jenis, yaitu pupuk anorganik
dan pupuk organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan
pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara (Kasno,2009)
Menurut PP No. 8 Tahun 2001 pupuk anorganik adalah pupuk hasil
proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologis, dan
merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Adapun
Pupuk organic ialah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk
hidup. Pupuk organic merupakan nama kolektif untuk semua jenis
bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak
menjadi hara tersedia bagi tanaman (Suriadikarta dan
Simanungkalit, 2006). Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006
tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah, dikemukakan bahwa
pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau
hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

2.2 Macam-macam pupuk


2.2.1 Pupuk An Organik
Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari
senyawa anorganik yang dibuat di pabrik secara kimia. Hampir
semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. Pupuk ini
yang paling banyak digunakan untuk memberikan nutrisi
tambahan bagi tanaman. Pupuk anorganik dapat
dikelompokkan berdasarkan jumlah hara penyusunnya, yaitu:
1. Pupuk tunggal
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung
hanya satu unsur hara. Contoh pupuk tunggal antara lain:
a. Pupuk N : urea CO(NH2)2 46% N, Amonium Sulfat (ZA)
(NH4)2 SO4 21% N, Amonium Sulfat Nitrat
(ASN) 26% N dan Amonium Chlorida 25% N.
b. Pupuk P : DSP (Double super phosphate) 36% P2O5, TSP
(Triple Super Phosphate) 46% P2O5, FMP
(Fused Magnesium Phosphate) 19% P2O5 dan
Agrophos 25%P2O5.
c. Pupuk K : Kalium Sulfat 48% K2O, Kalium Chlorida 52%
K2O dan Kalium Magnesium Sulfat (Patent Kali)
21% K2O
Kelebihan pupuk tunggal adalah kadar hara tinggi, dosis
fleksibel, mudah aplikasi dan mudah tersedia. Sedangkan
kekurangannya antara lain hanya mengandung satu jenis

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

hara, biaya transpor dan simpan tinggi serta berpeluang


terjadi kelangkaan di pasaran.
2. Pupuk majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No. 08/Permentan/SR.140/2/2007, pupuk memenuhi syarat
sebagai pupuk majemuk NPK apabila total pupuk N,P2O5 dan
K2O minimal 30%. Contoh pupuk majemuk antara lain:
a. Pupuk NP : Ammo-phos
b. Pupuk NK : jarang digunakan
c. Pupuk PK : jarang digunakan
d. Pupuk NPK : Phonska 15-15-15, Pelangi 20-10-10, dan
Mutiara 16-16-16.
Kelebihan pupuk majemuk antara lain mengandung lebih
dari satu unsur hara, formula pupuk bervariasi, Hemat biaya
dan waktu aplikasi seta hemat biaya simpan, sedangkan
kekurangan ppuk ini adalah kandungan hara belum tentu
sesuai dengan kebutuhan, masih perlu tambahan pupuk
tunggal, harga per unit hara lebih tinggi dibanding pupuk
tunggal dan tidak semua jenis pupuk dapat dicampur.

2.2.2 Pupuk Organik


Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa
organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organic,
namun ada pula pupuk alam yang tidak termasuk pupuk
organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan
sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. Berdasarkan sumber bahan organic
yang digunakan, yang tergolong pupuk organik adalah:
1. Kompos
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman
dan hewan yang merupakan hasil perombakan oleh fungi,
aktinomiset, dan cacing tanah.
2. Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak
merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang,
darah, dan sebagainya.
3. Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun
hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul
akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan
sebagai pakan ternak. Beberapa contoh tanaman yang biasa
digunakan sebagai pupuk hijau adalah Crotalaria juncea,
Crotalaria anagyroide, Crotalaria usaramensis, Tephrosia
vogelii, thephrosia candida, Sesbania sesban, janti turen
(Jawa), Sesbania esculatta dan Glycine max.

2.2.3 Pupuk Hayati

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan


berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk
menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara
dalam tanah bagi tanaman. Pupuk hayati merupakan
mikroorganisme hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai
inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi atau
menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Oleh karena
itu, pupuk hayati sering juga disebut sebagai pupuk microbe.

2.3 Aplikasi pupuk


2.3.1 Waktu aplikasi
Berdasarkan sifat pupuk anorganik dan sifat hara dalam
tanah, pupuk N dan K diberikan setelah tanaman dapat
menyerap unsur hara dalam tanah. Pemupukan pertama
diberikan pada tanaman berumur 7-10 hari (< 14 hari). Pupuk
N dan K diberikan lebih dari satu kali, pada tanah berpasir
diberikan lebih dari 2 kali. Pupuk P yang mudah larut dalam air
(TSP, SP-36), Superphos dan DAP) seluruhnya diberikan pada
saat tanam. Pupuk P yang lambat tersedia (P-alam) diberikan
seminggu sebelum tanam. Pupuk Ca dan Mg (dolomit,kapur)
diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk Kieserite (Mg dan
S) diberikan pada saat tanam.

2.3.2 Cara aplikasi


Pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pemupukan lewat akar (tanah/media)
- Pupuk disebarkan atau ditempatkan pada lubang tugal.
Contoh tanaman padi sawah diberikan dengan cara disebar
merata di permukaan tanah, sedangkan tanaman palawija
pupuk diberikan pada lubang tugal.
- Pupuk organik diberikan sebelum tanam atau paling lambat
bersamaan taman; dengan mencampur rata pada media
tanam atau hanya pada lubang tanam
- Pupuk an organik diberikan dengan memasukkan kedalam
tanah dan kemudian ditutup agar pupuk kimia tidak mudah
menguap
- Pupuk ditempatkan pada daerah perakaran terluar, pada
proyeksi garis luar kanopi
- Cara ini relatif cepat dan dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan tanaman
2. Pemupukan lewat daun (foliar application)
- Pupuk an organik berbentuk cair
- Aplikasinya harus menggunakan alat untuk disemprotkan
menjadi butiran air yang halus
- Penyemprotan harus dilakukan pagi atau sore hari saat
intensitas matahari rendah agar larutan tidak mudah kering

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


5
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

- Lebih cepat masuk dalam jaringan tanaman, namun


kemampuan mulut daun terbatas sehingga harus dilakukan
berulang-ulang
- Bisa bersamaan dengan aplikasi pestisida

4. EVALUASI

4.1 Evaluasi tentang pemahaman macam pupuk yang biasa


digunakan untuk pemeliharaan tanaman budidaya.
4.2 Buat penjelasan tentang aplikasi pemupukan pada tanaman
budidaya

5. TUGAS

Diketahui tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 x 30


cm. Setiap lubang tanam berisi dua tanaman. Kebutuhan hara
tanaman : 150 kg N/Ha, 300 kg P2O5 dan 100 kg K2O
Hitung : a. Dosis pupuk yang dibutuhkan
b. Kebutuhan pupuk per lubang tanam

6. DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.


3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.
Kasno, A. 2009. Pupuk anorganik dan pengelolaannya. Balai
Penelitian Tanah. http://pustaka.litbang.deptan.go.id
Suriadikarta, R.D.M dan Simanungkalit, D.A dalam Simanungkalit,
R.D.M Suriadikarta, D.A, Saraswati, R., Setyorini, D., dan
Hartatik, W. 2006. Pupuk organik dan Pupuk hayati. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor

7. KUNCI JAWABAN
Dalam kegiatan budidaya, pupuk yang digunakan ada 2 jenis yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organic berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup, contoh: kompos, pupuk kandang dan pupuk
hijau. Pupuk anorganik merupakan pupuk dari senyawa anorganik
yang dibuat di pabrik secara kimia. Pupuk dapat diaplikasikan lewat
akar maupun lewat daun

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


6
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
DASAR BUDIDAYA MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
11

PENGENDALIAN OPT, GULMA, HAMA


DAN PENYAKIT TANAMAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengetahui cara pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman


dalam hal ini Hama dan Penyakit Tanaman dalam budidaya
tanaman
2. Mampu memahami strategi pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman yang benar dan efisien dalam budidaya tanaman

2. RINGKASAN MATERI
Dalam budidaya tanaman, keberadaan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dapat berpotensi menurunkan dan bahkan
menggagalkan hasil suatu tanaman. Organisme Pengganggu
Tanaman meliputi hama yaitu binatang dan serangga hama, Penyakit
yaitu jamur, virus dan bakteri serta gulma.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan resiko yang
harus dihadapi dan diperhitungkan dalam budidaya tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.
Hama dan penyakit tanaman harus dikenali dan dikendalikan
dengan cara yang tepat agar tidak terjadi resistensi dan kematian
musuh alami yang justru akan menimbulkan ledakan hama dan
penyakit tanaman. Pada sisi lain, penggunaan pestisida dalam
pengendalian hama dan penyakit juga harus dilakukan dengan bijak
agar tidak mencemari lingkungan dan terdapat residu yang
berlebihan pada produk tanaman yang akan dikonsumsi.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Hama Tanaman
Hama tanaman adalah semua binatang dalam hal ini termasuk
serangga, burung, tikus, tupai, siput, tungau dan lain-lain, yang
dalam kehidupan binatang tersebut mendapatkan makanan dari
tanaman budidaya dan berakibat merusak atau menurunkan produksi
suatu tanaman, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Contoh hama tanaman antara lain hama wereng (Nilaparvata


lugens) pada tanaman padi dan hama ulat plutela (Plutella xylostella)
pada tanaman kubis-kubisan.
Secara taksonomi terdapat 4 kelompok serangga penting
sebagai hama tanaman, yaitu : Lepidoptera, Coleoptera,
Hymenoptera dan Diptera (Acquaah, 2005).

3.2. Penyakit Tanaman


Penyakit tanaman menimbulkan gejala yang khas pada
tanaman. Gejala tanaman yang terkena penyakit dapat dibedakan
menjadi gejala luar seperti benjolan, layu, busuk, becak pada daun,
luka, perubahan warna daun dan sebagainya, sedangkan gejala
internal menunjukkan pembusukan jaringan, kerusakan jaringan,
kematian sel atau jaringan. Contoh penyakit tanaman antara lain
(Phytoptora infenstan) pada tanaman kentang dan penyakit bulai
(Schlerospora maydis) pada tanaman jagung.
Penyakit tanaman dapat ditempatkan dalam 4 kelompok,
yakni jamur, bakteri, virus dan mikoplasma (Acquaah, 2005).

3.3. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman


Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu
pendekatan pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan (Diperta Prop. Jatim, 2011).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman sebaiknya dilakukan
dengan cara budidaya, mekanis dan biologis (Himawan, Suryanto
dan Sitawati, 2005). Cara kimia harus dilakukan sebagai upaya
terakhir dan dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Beberapa cara
pengendalian tersebut antara lain :
a. Cara Budidaya
Pengendalian hama dan penyakit tanaman ini disebut juga
pengendalian secara preventif, dapat dilakukan dengan
pengaturan cara budidaya tanaman, antara lain dengan
pengaturan rotasi tanaman, pola tanam secara tumpangsari,
penggunaan varietas unggul tahan hama dan penyakit,
penggunaan tanaman repellent, dan sebagainya.
b. Pengendalian secara mekanis
Pengendalian hama secara mekanis dilakukan dengan menangkap
hama, misal pada hama tikus dilakukan dengan memburu tikus
pada pematang sawah, juga dengan menggunakan perangkap
hama, misal penggunaan yellow stiky trap dan penggunaan
lampu diatas wadah yang diisi air.
c. Pengendalian secara biologis
Pengendalian hama secara biologis dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami hama tersebut, yakni parasit,
predator dan patogen. Penggunaan parasit Diadegma
euceropphaga telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Plutella xylostella (Lepidoptera) pada tanaman kubis-kubisan.


Adapun contoh predator antara lain kumbang Rodolia cardinalis
(Coleoptera) sebagai predator dari kutu puti Icrya purchasi yang
menyerang daun jeruk, demikian pula katak sebagai predator dari
hama wereng Nilaparvata lugens pada tanaman padi.
d. Pengendalian secara kimia
Pengendalian hama secara kimia dilakukan dengan penyemprotan
bahan kimia (pestisida) yakni insektisida untuk serangga hama,
fungisida untuk jamur dan nematisida untuk cacing.
Pestisida adalah bahan kimia yang berbahaya karena bersifat
toksik. Oleh karena itu penggunaan pestisida harus sesuai
dengan kegunaannya dan pada waktu aplikasi gunakan sesuai
dengan dosis anjuran.
Agar penggunaan pestisida berhasil guna maka harus dipahami
perilakuk hama dan penyakit tanaman untuk menghidari
resistensi tanaman dan juga keracunan akibat residu yang
berlebihan. Aplikasi pestisida sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan pakaian yang aman, misal pakaian berlengan,
menggunakan masker dan selalu tanggap dengan arah angin.
Dalam pengunaan alat semprot dalam pengendalian secara kimia,
dikenal beberapa peralatan, antara lain : knapsack sprayer,
mistblower, alat pengabut (fog) dan tractor sprayer (Anonymous,
1990)

4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman OPT dan pengendalian Hama dan
Penyakit tanaman dilakukan pada kelompok tugas presentasi dan
mahasiswa.
4.2. Apa yang disebut dengan OPT dan bagaimana cara pengendalian
OPT yang bijaksana.

5. TUGAS

5.1. Amati penerapan teknologi pengendalian Hama dan Penyakit


tanaman pada tanaman budidaya di sekitar kebun percobaan.
Catat jenis tanaman budidaya apa dan bagaimana teknologi
tersebut digunakan dan apa alasan penggunaan teknologi tersebut.
5.2. Siapkan tugas presentasi untuk minggu depan bagi kelompok
yang bertugas tentang Gulma dan Cara pengendalian Gulma dalami
Strategi Pemeliharaan Tanaman.

6. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1990. Menghindari Kesalahan Penggunaan Pestisida.
Sandoz. Jakarta.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.


3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821
p.
Himawan, Suryanto dan Sitawati, 2005. Penerapan Sistem
Pertanian Organik Pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi Di
Kebun Percobaan Cangar. Temu Tahunan Dan Seminar
Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI),
Universitas Brawijaya, Malang 28 – 29 Nopember 2005

7. KUNCI JAWABAN
7.1. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.
7.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan resiko yang
harus dihadapi dan diperhitungkan dalam budidaya tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 12

GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari macam spesies gulma dan pengaruh persaingannya
pada pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya
2. Mengetahui strategi pengendalian gulma secara efektif dan efisien
3. Mampu memahami dan menerapkan strategi pengendalian gulma
yang benar dan efisien sehingga menguntungkan secara ekonomi
dan ekologi.

2. RINGKASAN MATERI
Gulma ialah tumbuhan yang tidak dikehendaki dalam
budidaya tanaman. Secara umum gulma adalah sema jenis vegetasi
tumbuhan yang menimbulkan gangguan pada suatu lokasi sehingga
menimbulkan kerugian pada manusia.
Kerugian yang ditimbulkan gulma ialah mempunyai daya
kompetisi yang tinggi sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil panen tanaman budidaya. Lain daripada itu gulma juga bisa
menjadi inang bagi hama atau penyakit tanaman. Gulma juga
memberkan keuntungan pada tanah, antara lain mampu memompa
hara dari dalam tanah dan melindungi tanah dari erosi.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di tempat
dan waktu yang tidak dikehendaki. Kehadiran gulma dapat
menurunkan produksi tanaman yang dibudidayakan bahkan dapat
menyebabkan kegagalan panen. Tumbuhan ini bersaing dengan
tanaman budidaya dalam memperebutkan faktor tumbuh. Selain
itu, dapat menjadi inang alternatif dari hama dan penyakit
tanaman. Terdapat 30.000 spesies gulma di dunia, hampir 18.000
spesies menyebabkan kerusakan yang serius pada produksi
pertanian (Chandrasekaran et al., 2010).
Gulma merugikan karena gulma berkompetisi dengan tanaman
budidaya dalam tempat tumbuh, air, cahaya, kelembaban dan
unsur hara yang menyebabkan penurunan hasil produksi,
mempengaruhi kualitas produk pertanian, sebagai inang alternatif
dari hama dan penyakit, menyebabkan masalah kesehatan bagi
manusia, meningkatkan biaya budidaya dan mengurangi nilai jual

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

lahan (Chandrasekaran et al., 2010). Persentase kehilangan hasil


karena gulma tergantung pada jenis gulma yang mendominasi
pertanaman, kerapatan gulma, tingkat kesuburan tanah, jenis dan
vigor tanaman budidaya. Pengendalian gulma (weed control)
dimaksudkan untuk membatasi populasi gulma sehingga
pertumbuhan tanaman tidak terganggu (Moenandir et al.,2010).

3.2. Klasifikasi Gulma


Gulma dapat dibedakan berdasar morfologi, batang, daur hidup dan
jumlah kotiledon (Chandrasekaran et al., 2010).
A. Berdasarkan Morfologi
Berdasarkan morfologi gulma dapat digolongkan menjadi 3
macam yaitu:
1. Grasses: Semua gulma yang berasal dari keluarga Poaceae
disebut grasses yang memiliki karakter daun yang panjang
sempit dan memutar. Contohnya: Echinocloa colonum,
Cynodon dactylon.
2. Sedges: Gulma yang berasal dari keluarga Cyperaceae.
Kebanyakan daunnya dari dasar memodifikasi menjadi
batang dengan atau tanpa bonggol. Contohnya: Cyperus
rotundus, Fimbrystylis miliaceae.
3. Broad leaved weeds:. Seluruh gulma dikotiledon adalah
gulma berdaun lebar. Contohnya: Flavaria australacica,
Digera arvensis, Abutilon indicum
B. Berdasarkan Batang
Berdasarkan batang gulma diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1. Berkayu (woody weeds), Contohnya Lantana camera,
Prosopis juliflora
2. Setengah kayu (semi-woody weeds) Contohnya: Croton
sparsiflorus
3. Herbaceous (herbaceous weeds.) Contohnya: Amaranthus
viridis.
C. Berdasarkan Daur Hidup,
Berdasarkan daur hidup, gulma diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1. Annual weeds, Gulma ini hanya hidup untuk satu musim atau
tahun dan menyelesaikan siklus hidupnya pada musim
itu.Contohnya: Commelina benghalensis, Boerhaavia erecta
2. Biennial weeds: Gulma ini menyelesaikan pertumbuhan
vegetative pada musim pertama, berbunga dan membentuk
biji kemudian mati. Contohnya Alternanthera echinata,
Daucus carota
3. Perennial weeds: Gulma ini hidup lebih dari dua tahun dan
mungkinhidup hampir tidak tentu.Contohnya: Sonchus
arvensis, Allium sp., Timothy sp., Sorghum halapense.
D. Berdasarkan Jumlah Kotiledon
Gulma ada yang memiliki satu kotiledon (monocot) misalnya
Panicum flavidum dan dua kotiledon (dicots) misalnya Crotalaria
verucosa

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3.3. Weed Control


A. Allelopati ialah suatu pengaruh berbahaya suatu tumbuhan
pada suatu tumbuhan lain melalui produksi racun atau senyawa
penghambat yang dilepas ke lingkungan sekitarnya. Faktor yang
mempengaruhi allelopati antara lain faktor tanaman, pengaruh
gulma terhadap tanaman,budidaya pengaruh dari tanaman
budidaya terhadap gulma serta pengaruh dari gulma terhadap
gulma.
B. Obyek terpenting dari sistem penanganan gulma adalah untuk
memelihara lingkungan yang mungkin merugikan gulma dengan
tindakan preventif dan curatif menggunakan cara mekanik,
biologi, pemeliharaan dan kimia atau dikombinasikan
(Chandrasekaran et al., 2010).
C. Herbisida ialah suatu senyawa kimia yang dipakai untuk
mengendalian gulma pada tanaman. Pemakaian herbisida
sebagai pengendali gulma lebih menguntungkan daripada
dengan penyiangan secara manual (Moenandir et al.,2010).
Namun, penggunaan herbisida juga mempunyai kelemahan
yaitu residu pestisida terhadap lingkungan.
D. Pengendalian gulma juga bisa dilakukan dengan melakukan
budidaya tanaman, antara lain dengan rotasi tanaman yang
berbeda, pengolahan lahan yang benar, tanam sesegera
mungkin setelah lahan diolah, penggunaan benih/bibit yang
mempunyai daya tumbuh baik, memacu pertumbuhan
vegetative tanaman dengan pemupukan yang tepat dosis dan
tepat waktu, serta penggunaan mulsa baik mulsa an organic
maupun mulsa organic.

4. EVALUASI

4.1. Evaluasi tentang pemahaman berbagai macam spesies gulma dan


strategi pengendalian gulma secara efektif dan efisien dalam suatu
budidaya pertanian.
4.2. Pemahaman tentang kaitan gulma terhadap pertumbuhan tanaman
dan cara pengendalian gulma yang benar tanaman sehingga
menguntungkan secara ekonomi dan ekologi

5. TUGAS

5.1. Amati penerapan teknologi pemeliharaan tanaman di sekitar


kampus. Amati jenis gulma yang ada dan cara pengendaliannya.
Siapkan tugas presentasi untuk minggu depan bagi kelompok yang
bertugas tentang Gulma dan Penyiangan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Chandrasekaran, B.,K. Annadurai and E. Somasundaram. 2010. A


Textbook Of Agronomy. New Age International. New Delhi

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

Moenandir, Jody. 2010. Pengantar Ilmu Dan Pengendalian Gulma.


FP-UB. Malang

7. KUNCI JAWABAN

Pengendalian gulma harus dilakukan seefisien mungkin dengan


mengenali habitat dan jenis gulma. Pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan manual, kimia dan pengaturan budidaya tanaman.
Pengendalian gulma dengan budidaya tanaman yang benar lebih
ramah lingkungan. Pengendalian gulma dapat diilakukan dengan
rotasi tanaman yang berbeda, pengolahan lahan yang benar, tanam
sesegera mungkin setelah lahan diolah, penggunaan benih/bibit yang
mempunyai daya tumbuh baik, memacu pertumbuhan vegetative
tanaman dengan pemupukan yang tepat dosis dan tepat waktu,
serta penggunaan mulsa baik mulsa an organic maupun mulsa
organik.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017 MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
13

PEMANGKASAN DAN DEFOLISIASI

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dan memahami pengertian pemangkasan dan
defoliasi serta dapat menjelaskan perbedaan diantara keduanya
2. Mengetahui fungsi dan manfaat pemangkasan dan defoliasi bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya
3. Mengetahui berbagai teknik dan cara pemangkasan dan defoliasi
pada beberapa tanaman budidaya

2. RINGKASAN MATERI
Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian
dari bagian tanaman dengan tujuan mengatur kanopi tanaman agar
pemeliharaan dan pemanenan hasil mudah dilakukan, produktifitas
tinggi, membentuk tanaman mempunyai single stem atau double
stem dan membentuk cabang produktif yaitu cabang lateral.
Defoliasi adalah pengambilan daun, biasanya pada daun
bawah dengan tujuan membuang organ tidak berguna, mengarahkan
translokasi fotosintat pada sink organ, untuk keamanan
pemeliharaan, sebagai tambahan pakan ternak , memacu fase
generatif dan meningkatkan CO2.

3. LANDASAN TEORI
3.1 Pemangkasan
Pemangkasan merupakan prosedur pengelolaan
pertumbuhan tanaman dengan memotong bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan tumbuh berlebihan, dengan tujuan sanitasi
tanaman, menambah nilai estetika tanaman, meningkatkan
produksi dan memperbaiki proses fisiologis tanaman (Acquaah,
2005).
Adapun pemangkasan pada tanaman ada 3 macam, yaitu:
1. Pemangkasan Batang
Pemangkasan bentuk dilakukan dengan tujuan agar tanaman dapat
membentuk tajuk pohon yang dikehendaki sehingga tanaman tidak
tumbuh terlalu tinggi. Pemangkasan pucuk (pemenggalan)
berguna untuk menghentikan pertumbuhan keatas dan memberi
kesempatan cabang-cabang primer (samping) bisa memanjang.
Dengan cara tersebut, akan didapatkan pertumbuhan yang luas
dan melebar (Gambar 13-1).

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

2. Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman seperti :
a. Pewiwilan
Wiwilan ialah tunas yang tumbuh setelah dilakukan pemotongan.
Tujuan pewiwilan ialah untuk menghindari pengaliran zat zat
makanan ke tunas air, karena umumnya tunas-tunas ini akan
tumbuh menjadi cabang yang tidak produktif.
b. Pemangkasan berat
Pemangkasan ini sering dilakukan pada pohon dikebun-kebun
yang terletak di daerah yang sangat lembab dan subur.
Pertumbuhan tanaman pada daerah tersebut sangat cepat
sehingga tanaman menjadi rimbun dan dapat menurunkan
produksi.
c. Pemangkasan untuk pemberantasan hama dan penyakit
Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman yang terserang hama
dan penyakit, yaitu dengan memotong bagian yang terserang
sampai pada bagian yang sehat sebelum penyakit ini menjalar.
Semua pangkasan dan bagian yang lain yang terserang hama
dan penyakit dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dibakar
agar bibit penyakit atau hama itu tidak menular.

Sumber:The Clemson University( http://www.clemson.edu/extension/hgic)

Gambar 13-1. Cara pemangkasan bentuk tajuk tanaman

3. Pemangkasan Produksi : dilakukan pada tanaman agar diperoleh


produksi yang baik dan berkualitas. Pada tanaman teh,
dilakukan pemangkasan pucuk agar diperoleh cabang yang
banyak yang akan menghasilkan pucuk teh yang berkualitas.
Pada tanaman durian, untuk memicu pembuahan dilakukan
pemangkasan batang pucuk (topping) degan tujuan memicu
pembungaan dan meningkatkan persentase bunga menjadi buah.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

4. Pemangkasan Peremajaan : dilakukan dengan memotong batang


pokok dekat dengan permukaan tanah. Metode ini biasa
dilakukan pada tanaman kopi yang sudah tua dan tidak produktif
lagi, yaitu dengan memotong batang utama kemudian ketika
nanti tumbuh tunas maka tunas tersebut disambung dengan
batang atas varietas kopi unggul.
Pemangkasan peremajaan (rejuvenasi) bertujuan untuk
mengganti tajuk yang lama dengan tajuk yang baru dengan
harapan mampu meningkatkan produksi. ( Anonymous 2006).

3.2 Defoliasi
Defoliasi mempunyai arti pemotongan daun, yang secara
luas dapat diartikan pemotongan bagian-bagian tanaman yang
berada di atas permukaan tanah (bagian aerial) baik dengan
sistem cut and carry atau dengan perenggutan oleh ternak yang
digembalakan (grazing).
Manfaat defoliasi antara lain:
1. Pada daun bawah tanaman tebu (C4), dapat meningkatkan
sirkulasi udara (CO2) dan pertumbuhan batang tanaman.
2. Pada daun dibawah tongkol tanaman jagung, dapat
meningkatkan translokasi fotosintat ke tongkol/meningkatkan
hasil
3. Pada tanaman apel, dapat memacu pembentukan kuncup
bunga batang tanaman

Gambar 13-2. Defoliasi pada tanaman tebu dapat meningkatkan


sirkulasi udara

4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman tentang perbedaan antara
pemangkasan dan defoliasi pad tanaman budidaya.
4.2. Pemahaman tentang manfaat dan tujuan pemangkasan dan
defoliasi bagi peningkatan produktifitas tanaman.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

5. TUGAS
Setiap mahasiswa membahas fungsi dan teknik defoliasi pada
komoditas tanaman semusim dan pemangkasan pada tanaman
tahunan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821
p.
Anonymous. 2006. Budidaya tanaman kopi. Kanisius. Yogyakarta.
pp 23-134

7. KUNCI JAWABAN
g.1 Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian dari
bagian tanaman (memotong), sedangkan defoliasi adalah
pengambilan daun, biasanya pada daun bawah dengan tujuan
membuang organ tidak berguna.
g.2 Manfaat pemangkasan dan defoliasi: mengarahkan translokasi
fotosintat pada sink organ, untuk keamanan pemeliharaan, sebagai
tambahan pakan ternak , memacu fase generatif dan
meningkatkan CO2.

h. 777777777

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


4
DASAR BUDIDAYA
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017
MODUL
TANAMAN
Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
14

PANEN DAN PASCA PANEN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dan memahami criteria panen, ciri-ciri tanaman yang
siap untuk dipanen hasilnya, cara dan waktu panen yang tepat
2. Mempelajari teknik penanganan panen, perlakuan pasca panen,
kemungkinan pengolahan menjadi produk lain.

2. RINGKASAN MATERI
Produk suatu komoditas pertanian antara lain berupa biji,
bunga, buah, batang, daun, umbi, dan lain-lain. Produk setiap
komoditas tersebut dipanen pada saat yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Tuntutan konsumen terhadap produk
pertanian meliputi kualitas, kuantitas dan kontinyuitas. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut, panen sebaiknya dilakukan pada saat
tanaman masuk pada fase pemasakan dan Sesuai dengan umur
kemasakan fisiologis yang ditandai dengan senescens untuk tanaman
semusim, perubahan warna pada buah untuk tanaman buah,
sedangkan untuk komoditas daun panen dilakukan pada fase
pertumbuhan lambat atau vegetatif cepat.
Selain panen, factor yang mempengaruhi mutu komoditas
pertanian adalah penanganan pasca panen. Penanganan pasca
panen ditujukan untuk menghasilkan produk yang baik mutu &
ukurannya, bersih dan higenis, melindungi produk saat
pengangkutan, memperbaiki penampilan produk, memperpanjang
masa tampilan produk dan meningkatkan nilai jual.

3. LANDASAN TEORI
3.1 Panen
Kualitas produk pertanian terutama komoditas hortikultura
setelah dipanen tidak bisa dinaikkan, namun hanya bisa
dipertahankan. Oleh karena itu pada saat dipanen kualitasnya
harus maksimal, dengan penanganan yang baik dan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Waktu panen yang tepat adalah pada saat masak fisiologis.
Indikator atau penanda yang dapat digunakan untuk penentuan
waktu panen yang tepat adalah kenampakan visual, indikator fisik,
analisis kimiawi, indikator fisiologis, komputasi.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


1
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

1. Indikator visual
- Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah
maupun sayuran
- Dasarnya adalah perubahan warna, ukuran, dan lain-lain
- Kelemahan indikator ini adalah sangat subyektif,
keterbatasan dari indra penglihatan manusia dan sering
salah sehingga pemanenan terkadang dilakukan terlalu
muda/awal atau terlalu tua/sudah lewat panen
2. Indikator fisik
- Sering digunakan, khususnya pada beberapa komoditas
buah
- Indikatornya yang digunakan ialah mudah tidaknya buah
dilepaskan dari tangkai buah dan dengan uji ketegaran
buah (penetrometer). Uji ketegaran buah lebih obyektif,
karena dapat dikuantitatifkan. Prinsip uji ini adalah buah
ditusuk dengan suatu alat, besarnya tekanan yang
diperlukan untuk menusuk buah menunjukkan ketegaran
buah. Semakin besar tekanan yang diperlukan, buah
semakin tegar dan proses pengisian buah sudah
maksimal/masak fisiologis dan siap dipanen
3. Indikator kimiawi
- Terbatas pada perusahaan besar (relatif mahal), lebih
banyak dipergunakan pada komoditas buah
- Indikator pengamatan yang digunakan adalah kandungan
zat padat terlarut, kandungan asam, kandungan pati dan
kandungan gula
- Metode analisis kimia lebih obyektif dari pada visual, karena
terukur. Dasarnya adalah terjadinya perubahan biokimia
selama proses pemasakan buah. Perubahan yang sering
terjadi yaitu pati menjadi gula, menurunnya kadar asam
dan meningkatnya zat padat terlarut
4. Indikator fisiologis
- Indikator utama: laju respirasi
- Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat
klimakterik
- Saat komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi), sehingga laju respirasi
suatu komoditas sudah mencapai klimakterik dan siap
dipanen
5. Komputasi
- Yang dihitung adalah jumlah dari suhu rata-rata harian
selama satu siklus hidup tanaman (derajad hari) mulai dari
penanaman sampai masak fisiologis
- Dasar yang digunakan adalah adanya korelasi positif antara
suhu lingkungan dengan pertumbuhan tanaman
- Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun
sayuran

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


2
DASAR BUDIDAYA TANAMAN- UB DistanceLearning 2017

3.2 Pasca panen


Setelah komoditas dipanen, perlu penanganan pasca panen
yang tepat supaya penurunan kualitas dapat dihambat. Hal yang
dapat dilakukan setelah pemanenan hanyalah mempertahankan
kualitas dalam waktu selama mungkin bukan meningkatkan
kualitas. Perlakuan utama dalam pasca panen bertujuan
menghambat laju transpirasi dan respirasi dari komoditas.
Tahap-tahap penanganan pasca panen:
1. Pendinginan pendahuluan, yaitu menurunkan suhu komoditas
menjadi lebih rendah dari suhu di lapangan, sehingga suhu
komoditas mendekati suhu ruang simpan
2. Pencucian, yaitu membersihkan komoditas dari kotoran yang
melekat, menghilankan bibit-bibit penyakit yang masih melekat
3. Pengeringan, yaitu menghilangkan air yang berlebihan pada
permukaan komoditas
4. Pelapisan dengan lilin, khususnya untuk komoditas buah,
tujuannya mengurangi suasana aerobik dalam buah, memberikan
perlindungan yang diperlukan terhadap organisme pembusuk
5. Sortasi mutu/grading menurut ukuran
6. Pengepakan/pengemasan

4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman saat dan kriteria panen yang tepat.
4.2. Pemahaman tentang penanganan pasca panen yang tepat,
sehingga dapat mempertahankan kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas produksi komoditas pertanian.

5. TUGAS
Setiap mahasiswa membuat tulisan tentang metode panen dan pasca
panen pada komoditas pangan dan hortikultura.

6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821
p
Chandrasekaran, B.,K. Annadurai and E. Somasundaram. 2010. A
Textbook Of Agronomy. New Age International. New Delhi

7. KUNCI JAWABAN
Saat panen yang tepat adalah ketika tanaman telah mencapai masak
fisiologis, dengan indikator antara lain, warna, ukuran dan kekerasan
buah. Tahap penanganan pasca panen antara lain:pendinginan awal,
pencucian, sortasi dan gradding.

Dr.Ir.Agus Suryanto, MS & Nur Azizah, SP.MP - FAKULTAS PERTANIAN


3

Anda mungkin juga menyukai