Modul Kuliah-Dbt Rev Asr - Naz 200217 Ok
Modul Kuliah-Dbt Rev Asr - Naz 200217 Ok
PENDAHULUAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari Dasar Budidaya Tanaman sebagai dasar dalam
produksi sebagian atau keseluruhan bagian tanaman yang
diperlukan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia
2. Menerapkan dengan tepat, benar dan terampil teknik Dasar
Budidaya Tanaman
3. Menerapkan sikap dan tata nilai akademis dalam melakukan
Budidaya Tanaman
2. RINGKASAN MATERI
2.1 Bobot Perkuliahan
Mata Kuliah Dasar Budidaya Tanaman dengan kode mata kuliah
PTB 102002, adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa PS
Agroekoteknologi dan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya (FP-UB). Mata kuliah ini berbobot 4 SKS, terdiri atas 2
SKS perkuliahan, 1 SKS praktikum dan 1 SKS Tutorial. Satu SKS
perkuliahan bermakna 50 menit tatap muka di kelas ditambah 1 – 2
jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap minggu.
Satu SKS praktikum bermakna 2 jam praktikum di lapang ditambah
1 – 2 jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap
minggu.
Mata kuliah Dasar Budidaya Tanaman adalah mata kuliah
Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Ekologi, Jurusan Budidaya
Pertanian FP-UB dan diberikan pada setiap semester 2 atau semester
genap.
9. Dr.Ir.Nurul Aini, MS
10. Dr.Ir.Setyono Yudo Tyasmoro, MS
11. Dr.Ir.Titin Sumarni, MS
12. Dr.Ir.Sitawati, MS
13. Karuniawan Puji Wicaksono, SP, MP, Ph.D
14. Medha Baskara, SP, MT
15. Nur Azizah, SP, MP
16. Wiwin Sumiya Dwi Yamika, SP, MP
17. Adi Setiawan, SP., MP
18. Kartika Yurlisa, SP., M.Sc
19. Paramyta Nila Permanasari, SP., MP
4. TUGAS
Setiap mahasiswa memilih satu jenis komoditas pertanian,
kemudian buatlah makalah tentang komoditas tersebut yang meliputi:
1. Deskripsi tanaman
2. Syarat tumbuh tanaman
3. Teknik budidaya
4. Prospek dan kendala pengembangan komoditas tersebut
5. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2005. Horticulture. Principles and Practices (Third
Edition). Pearson Education, Inc., New Jersey
Anonymous. 2006. Budidaya tanaman kopi. Kanisius. Yogyakarta.
pp 23-134
BPS (Statistic Centre Bureau). 2005. Harvest Area, Production and
Yield of Rice, Corn, Potatoes and Palm Oil in Indonesia, 2001 -
2004. www.bps.go.id (required)
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Ubi Jalar Menurut Provinsi Tahun 2009 dan Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi, 2008.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek
Beets, Willem C. Multiple Cropping and Tropical Farming Systems.
Westview Press, Inc. Colorado. 155 p.
Lovatt, J. 1997. Potato Information Kit. The Agrilink Series. The State
of Queensland, Department of Primary Industries.
Queensland. 60 p
Moenandir, Jody. 2010. Pengantar Ilmu Dan Pengendalian Gulma.
FP-UB. Malang
Nasir, Abunyamin A dan Yon Sugiarto. 2000. Pengajaran Klimatologi.
Makalah Pelatihan Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA – IPB dan Bagpro Peningkatan SDM Ditjen
Dikti. 20 h.
Nelson, Paul. V. 1998. Greenhouse Operation and Management. 5 th
ed. Prentice-Hall Inc. Upper Sadlle River. New Jersey. 623 p.
Opeke, Lawrence K. 1982. Tropical Tree Crops Reddy, K.R. and H.F.
Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity
Physiological Basis of Crop Growth and Development. 1984. M.B.
Tesar (ed). Seed development 13 – 52, Seed germination and
crop production 53 – 92,Seedling Growth 93 - 129
Prastowo, B. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan
Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah
Tangga. Prespektif. 1 (6) : 10 – 18
Resh, Howard M. 1997. Hydroponic Food Production. Woodbridge
Press Publs. Co. Santa Barbara California. 527 p.
Willem, C. Beets. 1982. Multiple Cropping & Tropical Farming Systems
(required)
Susetyo, Hendry Puguh. 2012. Shading Net. Sarana Pengendali
Preventif OPT pada Tanaman Cabai Tabloid Sinar Tani. Edisi 14
– 20.
Subardja, D. Hikmatullah dan E. Suparna. 2004. Tanah Yang
Diamati. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian
Tanah. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Balitbang
Departemen Pertanian. h. 4 - 7.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. 127 h
Suriadikarta, R.D.M dan Simanungkalit, D.A dalam Simanungkalit,
R.D.M Suriadikarta, D.A, Saraswati, R., Setyorini, D., dan
Hartatik, W. 2006. Pupuk organik dan Pupuk hayati. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor
Toogood, A. 1999. DK Publishing. Plant Propagation. London
Tropical Tree Crops 1982. Lawrence K. Opeke. The nursery 9 – 25,
Methods of propagation 25 – 42, Planting in the field 49 – 62
Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Science. IRRI. Los Banos.
Philippines.
KOMODITAS PERTANIAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami berbagai macam komoditas pertanian dan
pengelompokannya
2. Mempelajari kegunaan dan kebutuhan masing-masing komoditas
bagi kehidupan manusia
3. Mempelajari dan menganalisa potensi dan peluang komoditas
pertanian di Indonesia maupun dunia
2. RINGKASAN MATERI
Komoditas pertanian secara garis besar dikelompokkan menjadi
4 kelompok, yaitu: tanaman pangan (Food crops), tanaman
Hortikultura (Horticulture crops), tanaman Industri (Industrial crops)
dan tanaman penghasil energy (Biofuel crops), seperti yang tertera
pada Gambar 2.1.
Tanaman serealea
Tanaman pangan
(Food crops) Tanaman umbi
Tanaman Kacang-kacangan
Tanaman buah
Sawit Kelapa
Tanaman penghasil Bunga matahari Kedelai
energi (Biofuel crops) Canola Jarak
3. Landasan Teori
Pertanian secara luas meliputi kegiatan budidaya tanaman yang
menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
dalam hal pangan, sandang dan papan yang pada perkembangannya
juga memiliki nilai ekonomis. Budidaya pertanian secara ekonomis
dapat menghasilkan komoditas baik pangan maupun non pangan.
Tabel 2.1 Produksi komoditas padi, jagung dan kedelai tahun 2010-2014
Tabel 2.2 Luas panen padi, jagung dan kedelai tahun 2010-2014
(a) (b)
(c) (d)
oil merupakan minyak nabati murni atau dapat disebut minyak murni,
tanpa adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga pure plant oil
atau straight plant oil, baik yang belum maupun sudah dimurnikan
atau disaring.
(a) (b)
Gambar 2.5 Tanaman penghasil bahan bakar nabati: (a) Kelapa sawit
dan (b) Jarak pagar
4. EVALUASI
4.1 Evaluasi pembelajaran tentang Komoditas Pertanian dilakukan
dengan presentasi kelompok yang masing-masing kelompok
membawakan topik berbeda sesuai pokok bahasan pada setiap
perkuliahan
4.2 Evaluasi Komoditas Pertanian untuk semua mahasiswa peserta
perkuliahan dilakukan dengan Quiz atau tugas tambahan yang
dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, misal : Uraikan
pendapat saudara tentang semakin maraknya komoditas pertanian
impor yang membanjiri pasar domestik dan upaya apa yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu komoditas
pertanian lokal.
5. TUGAS
Setiap mahasiswa mencari komoditas utama di daerah asalnya,
kemudian analisa apakah komoditas tersebut cocok dikembangkan di
daerah saudara berdasarkan kondisi:
a. Iklim
b. Ketinggian tempat
c. Kondisi lahan
d. Kesesuaian lahan
e. Pasar
6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2005. Horticulture. Principles and Practices (Third Edition).
Pearson Education, Inc., New Jersey
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Ubi
Jalar Menurut Provinsi Tahun 2009 dan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi, 2008.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek
Chandrasekaran, B., Annadurai, K. and Somasundaram, E. 2010. A Text
book of Agronomy. New Age International Publisher. New Delhi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Program. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dasar pemilihan suatu komoditas dalam budidaya
tanaman di Indonesia berdasarkan iklim, kondisi dan kesesuaian
lahan serta pengaruh pasar
2. Memahami aspek iklim, lahan dan tren pasar sebagai faktor
penentu keberhasilan budidaya tanaman
3. Menerapkan dengan tepat dan benar dalam pemilihan suatu
komoditas berdasar faktor iklim, lahan dan tren pasar
2. RINGKASAN MATERI
Dalam melakukan budidaya tanaman di Indonesia terdapat
beberapa faktor dominan yang menentukan yaitu : iklim, kondisi
lahan, kesesuaian lahan dan pasar. Budidaya tanaman harus
mengacu pada iklim suatu tempat agar diperoleh pertumbuhan dan
produksi tanaman yang optimal. Iklim adalah keadaan atmosfer
selama periode tertentu, adapun cuaca merupakan keadaan sesaat
dari atmosfer ( 1 jam, 1 hari atau 1minggu). Dalam budidaya
tanaman harus diperhatikan kondisi lahan. Lahan merupakan bagian
dari lanskap (landscape) yang mencakup lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami (natural
vegetation) yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya
(FAO, 1976).
Kondisi lahan menjelaskan tentang keadaan lahan apakah
dalam keadaan tergenang dan dijjenuhi air atau lahan dalam keadaan
kering sepanjang tahun. Kesesuaian lahan merupakan
kesesuaian suatu lahan untuk penggunaan budidaya tanaman
tertentu. Kesesuaian lahan ialah keadaan tingkat kecocokan suatu
bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian
lahan suatu kawasan, dapat berbeda-beda, tergantung pada
penggunaan lahan yang dikehendaki.
Pasar adalah tempat melakukan transaksi. Dalam budidaya
tanaman pasar adalah suatu keadaan yang secara ekonomis
mempengaruhi pola tanam karena ada permintaan terhadap suatu
ketersediaan komoditas yang diikuti dengan harga penawaran.
Penawaran yang tinggi terhadap permintaan suatu komoditas akan
menyebabkan peningkatan budidaya tanaman tanaman tersebut.
Pada sisi lain kebutuhan pasar yang tetap akan suatu komoditas juga
menyebabkan suatu komoditas selalu dibudidayakan.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Iklim
Iklim adalah keadaan atmosfer selama periode tertentu. Iklim
sangat mempengaruhi budidaya tanaman di suatu tempat. Iklim
berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Unsur iklim
adalah radiasi surya, suhu, kelembaban, curah hujan dan angin.
Disamping unsur iklim tersebut terdapat pengendali lain dari iklim
yaitu ketingian tempat (altitude) yang sangat penting dalam budidaya
tanaman (Nasir dan Yon, 2000). Iklim adalah kombinasi faktor
lingkungan diatas tanah yakni suhu, kelembaban, intensitas radiasi
matahari dan udara dengan karakteristik suatu tempat (Acquaah,
2005). Iklim suatu tempat atau daerah sangat menentukan tanaman
apa yang dapat dibudidayakan di suatu tempat tersebut. Beberapa
unsur iklim antara lain :
a. Radiasi surya sebagai salah satu unsur iklim adalah factor utama
dalam budidaya tanaman karena radiasi matahari berperan dalam
fotosintesis tanaman. Dalam hubungannya dengan tanaman,
radiasi matahari digolongkan menjadi tiga, yakni intensitas,
kualitas dan fotoperiodisitas. Dari ketiganya, aspek intensitas yang
banyak berperan dalam konversi energi matahari dibandingkan
dengan dua aspek radiasi matahari lainnya (Sugito, 1999). Di
Indonesia yang beriklim tropis, radiasi matahari tersedia
sepanjang hari selama 12 jam, oleh karena itu unsure iklim ini
tidak menjadi hambatan dalam budidaya suatu tanaman.
b. Unsur iklim yang penting dalam budidaya tanaman di Indonesia
adalah curah hujan. Terdapat beberapa pembagian daerah
dengan curah hujan yang berbeda sehingga menyebabkan
perbedaan budidaya tanaman yang dilakukan di daerah tersebut.
Sebagai contoh, Oldeman membagi wilayah hujan di pulau Jawa
menjadi wilayah iklim basah dan wilayah iklim kering.(Tabel 3.1).
Keadaan basah di suatu tempat menjadi dasar buddaya tanaman
sesuai dengan karakteristik tanaman tersebut, misal tanaman
kelapa sawit menghendaki distribusi curah hujan minimal selama 6
bulan berturut-turut dengan intensitas hujan sebesar 2.500
mm/tahun.
c. Ketinggian Tempat di Indonesia menentukan suhu suatu tempat.
Setiap kenaikan suhu 100m suhu akan turun 0,6 – 1C. Bila suhu
pada 0 m dpl dianggap 30C maka pada suatu tempat dengan
tinggi tempat 1000 m dpl (meter dari permukaan laut) mempunyai
suhu 20 – 24 1C. Hal ini akan mempengaruhi jenis tanaman
yang dibudidayakan pada tempat tersebut.
3.4. Pasar
Produk yang dihasilkan oleh suatu budidaya tanaman lazim
dijual di pasar lokal, namun beberapa produk juga dijual ke luar
daerah, misal ke kabupaten atau antar provinsi (regional). Dalam hal
ini pengusaha budidaya tanaman dituntut mampu menghasilkan
produk yang disukai konsumen dan mampu memasarkan produk
tersebut. Beberapa produk budidaya tanaman bahkan dipasarkan ke
luar negeri (pasar global).
Permintaan pasar (demand) terhadap suatu produk secara
kontinyu dan harga yang secara ekonomis menguntung akan menarik
bagi suatu usaha budidaya tanaman. Dalam budidaya tanaman,
kebutuhan pasar yang tetap merupakan keutaamaan mengupayakan
suatu komoditas. Apabila pada suatu saat terjadi permintaan yang
tinggi terhadap suatu komoditas sedangkan ketersediaan komoditas
tersebut terbatas maka menyebabkan harga penawaran terhadap
suatu komoditas meningkat.
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi pembelajaran tentang Dasar Pemilihan Komoditas Dalam
Budidaya Tanaman dilakukan dengan presentasi kelompok yang
masing-masing kelompok membawakan topik berbeda sesuai
pokok bahasan pada setiap perkuliahan
4.2. Evaluasi Dasar Pemilihan Komoditas Dalam Budidaya Tanaman
untuk semua mahasiswa peserta perkuliahan dilakukan dengan
Quiz atau tugas tambahan yang dilakukan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, misal : diantara 4 unsur dasar pemilihan suatu
budidaya tanaman unsur mana yang menurut saudara sangat
dominan dalam penentuan suatu budidaya tanaman.
5. TUGAS
5.1. Bahas dan cermati dari komoditas yang telah saudara kerjakan,
dan lengkapi tugas saudara tentang budidaya komoditas tersebut
berdasar atas unsur apa?
5.2. Bagaimana aspek pemasaran komoditas tersebut? Lebih dominan
di pasar lokal, regional, nasional atau global? Mengapa demikian,
berilah penjelasan singkat.
5.3. Tugas minggu depan (minggu ke 4) menyiapkan presentasi topic
bahasan ke 4 tentang Media Tanam oleh kelompok/grup yang telah
ditetapkan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices. 3nd.ed.
Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821 p
FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32.
Soil Resources Management and Conservation Service Land
and Water Development Division. Rome, Italy: FAO
Hidayat, A dan A. Mulyani. 2005. Lahan Kering Untuk Pekarangan.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Puslitbang Tanah dan
Agroklimat. Balitbang Departemen Pertanian. h. 7 - 38.
Nasir, Abunyamin A dan Yon Sugiarto. 2000. Pengajaran Klimatologi.
Makalah Pelatihan Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA – IPB dan Bagpro Peningkatan SDM Ditjen
Dikti. 20 h.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang. 127 h.
7. KUNCI JAWABAN
7.1. Komoditas dalam tugas disesuaikan dengan landasan teori apakah
masuk dalam katagori dibudidayakan karena kesesuaian iklim,
kondisi lahan, kesesuaian lahan atau karena permintaab pasar
7.2. Jawaban quiz : dominasi unsur dalam pemilihan suatu budidaya
tanaman sangat berkaitan dengan kondisi dan lingkungan suatu
tempat dan budaya masyarakat setempat.
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dasar penggunaan suatu media tanam dalam
budidaya tanaman di Indonesia sehingga menjadi dasar dalam
budidaya tanaman yang sustainable dan secara ekonomis
menguntungkan
2. Menerapkan pengolahan media tanam tanah dengan tepat, benar
dan sustainable serta efisien dalam mempersiapkan budidaya
suatu tanaman
2. RINGKASAN MATERI
Media tanam adalah tempat suatu tanaman ditumbuhkan atau
tempat suatu tanaman dibudidayakan. Media tanam dapat berupa
tanah atau bukan tanah. Dalam mempersiapkan media tanam tanah
untuk budidaya suatu tanaman perlu dilakukan pengolahan tanah,
yaitu kegiatan manipulasi teknik terhadap tanah dengan tujuan
menyediakan suatu keadaan yang ideal bagi pertumbuhan awal suatu
tanaman, dalam hal ini perakaran tanaman.
Media tanam tanah menyediakan 4 kebutuhan dasar tanaman,
yaitu menyediakan air, menyediakan hara atau nutrisi tanaman,
menyediakan udara dan sebagai tempat bertumpu tanaman atau
akar tanaman.
Media tanam bukan tanah dikenal dengan budidaya tanaman
secara Hidroponik. Media tanam bukan tanah dalam budidaya
tanaman dapat dilakukan dengan menanam pada media air, batu
bata, arang, arang sekam, rockwool dan berbagai media lain.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Media TanamTanah
Tanah adalah bahan lepas yang tersusun dari batuan yang
telah melapuk dan mineral lain dan juga bahan organik yang telah
melapuk yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi. Tanah
juga didefinisikan sebagai benda alam yang tersusun dari padatan
(bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati
permukaan daratan dan dicirikan oleh horizon atau lapisan yang
dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari proses
B.
C.
a. Cangkul
Cangkul merupakan alat pengolah tanah sederhana yang sampai
sekarang masih digunakan.
b. Bajak singkal dengan pengerak ternak
Bajak singkal mampu membalik tanah hingga kedalaman 30 cm
dan relatif tidak menyebabkan pemadatan pada lapisan bawah.
Bajak singkal berfungsi membalik tanah dan sekaligus
memendam gulma. Bajak singkal bisa ditarik oleh hewan ternak
atau traktor tangan.
c. Bajak singkal dengan penggerak traktor tangan 2 roda
d. Bajak rotary dengan penggerak traktor tangan 2 roda
Rotary adalah alat pengolah tanah yang langsung
menghancurkan bonkahan tanah sehingga tanah menjadi butiran
yang lebih kecil. Rotary digerakkan dengan traktor tangan atau
traktor 4 roda.
e. Disc harrow dengan penggerak traktor 4 roda
(a) (b)
Gambar 4.2 Sistem hidroponik Deep Water Culture: (a) DWC
menggunakan air stone untuk sirkulasi udara;(b) DWC sederhana
5. Drip System
Drip system atau sistem tetes ini adalah cara menanam
hidroponik yang paling umum dan banyak digunakan karena cara
kerjanya sederhana. Cara kerjanya sederhana, yaitu dengan
menggunakan timer untuk mengontrol pompa. Ketika pompa hidup,
maka nutrisi akan diteteskan ke masing-masing tanaman.
6. Aeroponik
Aeroponik merupakan teknik hidroponik yang paling rumit
dibandingkan dengan teknik yang lain. Pada sistem ini, akar
tanaman dibuat menggantung, kemudian dengan menggunakan
pompa bertekanan tinggi, larutan nutrisi disemprotkan melalui nozel
sehingga menghasilkan aerasi (pengkabutan) secara sempurna di
sekitar perakaran tanaman.
(d) (e)
Gambar 4.9 Beberapa jenis media tanam organik: (a). arang;
(b).sekam; (c). arang sekam; (d). batang pakis dan (e). Sabut
kelapa
2. Media anorganik
Media anorganik ialah media tanam yang berasal dari bahan
dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses
pelapukan batuan induk di dalam bumi. Beberapa kelebihan media
anorganik ialah:
1) Bersifat permanen, sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu
yang lama
2) Porous, aerasi optimal
3) Cepat mengatuskan air, sehingga media tidak lembab
4) Sterilisasinya lebih terjamin
5) Jarang digunakan sebagai inang jamur, bakteri dan virus
Adapun kelemahan media anorganik ialah:
1) Bukan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme
bermanfaat
2) Media lebih berat (Contoh: batu, kerikil)
b. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Pasir banyak digunakan sebagai
media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan
sistem aerasi serta drainase media tanam. Kekurangannya ialah
memiliki porositas besar (pori-pori makro), mudah basah dan
cepat kering oleh proses penguapan sehingga apabila digunakan
sebagai media tanam memerlukan pengairan dan pemupukan
intenssif. Oleh karena itu, pasir jarang digunakan sebagai media
tanam tunggal sehingga banyak dikombinasikan dengan media
tanam yang lain baik organik maupun anorganik.
c. Kerikil
Kerikil pada dasarnya sama dengan pasir sebagai media, yaitu
memiliki pori-pori yang besar. Media ini akan membantu
peredaran larutan hara dan udara lebih baik karena kerikil
mempunyai pori-pori makro lebih banyak. Kerikil mempunyai
kemampuan mengikat air rendah, mudah basah dan kering,
sehingga penyiraman harus rutin.
d. Clay (Hidroton)
Hidroton ialah tanah liat yang dipanaskan sehingga tercipta
rongga-rongga kecil di dalamnya. Seperti halnya pasir dan
kerikil, hidroton memiliki porositas tinggi sehingga kemampuan
mengikat air sangat rendah. Media tanam ini relatif mahal,
(c)
(a)
(d)
(e)
(b)
(f)
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi pembelajaran tentang Media Tanam Dalam Budidaya
Tanaman dilakukan dengan presentasi kelompok, yang masing-
masing kelompok membawakan topik berbeda sesuai pokok
bahasan pada setiap perkuliahan
4.2. Evaluasi Dasar Pemilihan Komoditas Dalam Budidaya Tanaman
untuk semua mahasiswa peserta perkuliahan dilakukan dengan
Quiz atau tugas tambahan yang dilakukan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu, misal : mana yang lebih menguntungkan budidaya
tanaman menggunakan tanah atau tanpa tanah pada suatu area
yang padat penduduk sepert pulau Jawa?.
5. TUGAS
5.1. Bahas dan cermati dari komoditas yang telah saudara kerjakan, dan
lengkapi tugas saudara tentang kemungkinan budidaya tanaman
tersebut secara hidroponik
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
7.1. Budidaya tanaman dapat dilakukan dengan media tanah atau tanpa
tanah dengan melihat kondisi dan modal serta tren pasar akan
suatu komoditas
7.2. Jawaban quiz : pada lokasi padat penduduk seperti pulau Jawa
perlu dipikirkan budidaya yang lebih hemat menggunakan lahan.
Penggunaan buddaya sistem hidroponik merupakan pilihan
terutama bagi lahan yang sangat padat misal lahan di perkotaan
agar luas lahan yang tersedia menjadi lebih efisien dalam produksi
komoditasspertanian.
BAHAN TANAM
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari berbagai macam bahan tanam yang dapat digunakan
dalam kegiatan budidaya tanaman
2. Mendiskripsikan dan memilih jenis bahan tanam yang tepat untuk
budidaya suatu komoditas tanaman
2. RINGKASAN MATERI
Bahan Tanam ialah bagian tanaman yang digunakan untuk
memulai/ mengawali budidaya tanaman. Semua organ tanaman
dapat digunakan sebagai bahan tanam namun harus efisien, tersedia
dan berpotensi produksi tinggi. Bahan Tanam sangat menentukan
produktifitas tanaman (+ > 50 %) baik kuantitas/kualitas, sehingga
bahan tanam harus jelas sifat genetisnya dan memiliki daya tumbuh
yang baik.
Secara agronomis, bahan tanam dibedakan menjadi dua jenis
yaitu benih dan bibit. Benih adalah bahan tanam yang berupa biji,
yang merupakan hasil reproduksi secara seksual (peleburan antara
sel kelamin jantan dan sel kelamin betina), sedangkan bibit
merupakan bahan tanam yang berasal dari bagian vegetatif tanaman.
2.1 Benih
- Benih banyak digunakan sebagai bahan tanam karena mudah
diperoleh dan digunakan serta harganya relatif murah
- Benih sering digunakan sebagai bahan tanam terutama untuk
tanaman serealia (padi, gandum, jagung, kacang2-an), beberapa
tanaman sayuran (kubis, cabai, terung, sawi dll) dan tanaman
tahunan /perenial (kopi, sawit, kelapa)
- Keuntungan menggunakan bahan tanam dari benih antara lain
mudah dalam distribusi/pengangkutan
- Benih berasal dari hasil perbanyakan seksual, sehingga dapat
dilakukan perbaikan sifat-sifat tanaman secara genetis
2.2 Bibit
- Bahan tanam bibit mudah diperoleh dan digunakan
- Keuntungan menggunakan bahan tanam dari bibit adalah
tanaman baru yang berasal dari bibit memiliki sifat sama dengan
induknya & cepat berproduksi, namun kekurangannya adalah
tanaman tidak mempunyai akar tunggang sehingga perakaran
tanaman kurang kuat dan mudah roboh.
- Contoh bahan tanam bibit adalah: Stek batang, contoh: tebu, ubi
jalar dan ubi kayu); cangkok batang, contoh : tanaman buah-2 an
; umbi batang, contoh: kentang ; akar batang, contoh: sukun dan
rhizome , contoh: rumput
3. LANDASAN TEORI
3.1 Benih
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum
pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya
disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam
kegiatan budidaya, benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman
yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004). Benih
juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman
muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui
penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu
menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul
masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan
makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih
berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang,
setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan
menjadi tanaman dewasa.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi
sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Beberapa
keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a)
menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap
pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c)
produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi; d) mutu hasil
akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik; e) memiliki daya
tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya
jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan.
Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani
maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih
tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas
benih yang digunakannya, maka anjuran menggunakan benih
bersertifikat sangat penting. Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas
benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutu, sebagai berikut:
Benih Penjenis (BS)
Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan
Pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan harus
merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
Benih Dasar (BD)
Merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis (BS) atau
Benih Dasar yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif
dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi
dapat dipelihara. Benih Dasar diproduksi oleh instansi atau Badan
3.2 Bibit
Pengertian bibit yang dimaksud ialah tanaman kecil (belum
dewasa) yang berasal dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif,
kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan lainnya. Selain itu, bibit
juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan tersebut.
Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya
tanaman, karena kegiatan budidaya tanaman dimulai sejak pemilihan
bibit tanaman yang baik, sehingga bibit merupakan obyek utama
yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya. Selain
itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang
menentukan sifat tanaman setelah berproduksi. Oleh karena itu
untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu dapat
diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki
sifat tersebut.
Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua yaitu :
1. Bibit generatif
Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin
(sexual). Bibit generatif lebih dikenal konsumen dengan bibit dari
biji sebab bibit ini dikembangkan dari biji, meskipun ada pula bibit
dari biji yang tidak diperoleh dari hasil perkawinan (biji
apomiktik).
2. Bibit Vegetatif
Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin
(asexual). Alasan yang utama sehingga banyak bibit yang
diperbanyak secara vegetatif ialah untuk mendapatkan bibit yang
memiliki sifat yang serupa dengan induk. Pada perkembangan
lanjut, sistem pembiakan vegetatif memungkinkan penggabungan
dua atau lebih induk yang masing-masing memiliki sifat tertentu.
Sebagai contoh pada bibit sambung atau okulasi, bibit yang
dihasilkan dapat memiiki sifat yang baik dari batang atas misal
kualitas buah baik dan sifat yang baik dari batang bawah misal
perakaran yang dalam.
Berdasarkan jenis perbanyakan, bibit dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
a. Bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif alami
Bibit ini diperoleh dari hasil perbanyakan alami tanaman yang
berasal dari atau menggunakan organ vegetatif tanaman antara
lain:
Daun, contoh: tunas adventif pada daun
Batang, contoh: umbi batang, stolon (geragih), corm dan
rhizome (rimpang)
Akar, contoh: umbi akar
(b) (d)
(a)
(c)
Gambar 5.3 Bibit yang berasal dari perbanyakan artificial : (a). grafting;
(b). stek daun; (c). kultur jaringan; (d). cangkok
4. EVALUASI
5. TUGAS
Tugas untuk minggu depan, diskusi dan presentasi kelompok tentang:
I. Tanam dan strategi keberhasilan tanam
II. Pola Tanam secara umum
III. Pola Tanam Monokultur
IV. Pola Tanam Tumpangsari
6. DAFTAR PUSTAKA
Cardwell. Vernon B. 1984. Seed Germination and Crop Production. In
Physiological Basis of Crop Growth and Development. M.B.
Tesar (ed). Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 53 – 92
Nelson, C.J and K.L. Larson. 1984. Seedling Growth. Physiological
Basis of Crop Growth and Development. M.B. Tesar (ed).
Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 93 - 129
Smith, L.M. 1984. Seed Development, Metabolism and Composition.
Physiological Basis of Crop Growth and Development. M.B.
Tesar (ed). Am.Soc. of Agron. Madison. Wisconsin. p. 13 – 52.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Toogood, A. 1999.. Plant Propagation. DK Publishing. London
Opeke, Lawrence K . 1982. Tropical Tree Crops. John Wiley and
Sons. Binghamton. N.Y.
7. KUNCI JAWABAN
7.1 Keuntungan benih: mudah dan murah dalam pengadaan dan
distribusi, memiliki perakaran yang kuat (untuk tanaman tahunan)
dan dapat untuk perbaikan sifat genetik tanaman. Kerugian: sifat
bisa tidak sama dengan induk dan khusus tanaman buah
dibutuhkan waktu yang lama untuk berbuah.
7.2 Keuntungan bibit : mudah diperoleh dan digunakan, sifat sama
dengan induknya dan cepat berproduksi. Kerugian: perakaran
kurang kokoh (stek dan cangkok), membutuhkan banyak tempat
sehingga sulit dalam pengangkutan dan distribusi.
TANAM
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. RINGKASAN MATERI
Tanam adalah kegiatan awal dari suatu budidaya tanaman.
Dalam penanaman suatu tanaman, perlu diatur dengan jarak tanam
agar tanaman mendapatkan lingkungan pertumbuhan yang baik,
memudahkan pemeliharaan tanaman dan populasi per hektar
optimal sehingga produktifitas tanaman sesuai dengan potensi hasil.
Agar tanam bisa dilakukan dengan efisien, diperlukan alat bantu
tanam yang bermanfaat untuk menghemat waktu dan tenaga kerja.
Tanam juga harus memperhatikan waktu tanam agar tanaman
dapat tumbuh dan panen pada saat yang tepat sesuai dengan
iklim dan persyaratan tumbuh tanaman.
Pengaturan waktu tanam yang tepat juga meminimalkan
serangan hama dan penyakit serta bermanfaat dalam pengaturan
panen dan penjualan produk. Pengaturan waktu tanam telah
dilakukan sejak dahulu kala oleh suku Jawa dengan menggunakan
kalender tanam atau Pranata Mangsa (Jawa). Penanaman suatu
tanaman dalam suatu hamparan bisa dilakukan dengan pola tanam
monokultur atau tumpangsari (intercropping). Penanaman pada
lahan yang luas cenderung menggunakan pola tanam monokultur
namun bila lahan yang digunakan terbatas lazim digunakan pola
tanam tumpangsari yakni penanaman dua atau lebih tanaman
secara bersamaan pada lahan yang sama dalam satu periode
tanam.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Tanam
Tanam adalah kegiatan menempatkan bahan tanam berupa
benih atau bibit pada media tanam, baik media tanah maupun
media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam sebagai awal
dari budidaya tanaman. Agar benih atau bibit tanaman dapat
tumbuh dengan baik setelah ditanam maka media tanam tanah
harus diolah terlebih dahulu menjadi media yang gembur (tidak
padat) sehingga radicle dan hypocotyl bisa tumbuh dengan mudah.
Pada lahan basah yang disiapkan untuk budidaya padi
sawah, media tanam diolah dengan alat bajak sehingga menjadi
berlumpur. Media lumpur ini memudahkan tanam atau
penempatan bibit padi yang masih muda kedalam tanah.
Untuk tanaman pohon (perennial), penanaman tanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran
tanaman. Lubang tanam lazim dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60
cm atau 1 x 1 x 1 m. Didalam lubang tanam dimasukkan campuran
pupuk kandang dan tanah yang subur (kaya bahan organik) untuk
menyediakan media tanam awal yang gembur dan kaya nutrisi.
Keberhasilan tanam pada media tanah sangat dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain : daya tumbuh benih/bibit, kelembaban tanah,
kedalaman tanam, kekerasan tanah dan waktu tanam (Cardwell,
1984).
A B C
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
x x
x x x x x x x x x x
A. B B.
4. EVALUASI
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
2. RINGKASAN MATERI
A. B.
Gambar 7.2. A. Mulsa sisa tanaman jerami untuk tanaman bawang merah. B.
Mulsa daun pertanaman pada pertanaman brokoli (Brassica
oleraceae) Kebun Percobaan Cangar FP-UB
A. B.
A. B.
A. B.
B. D.
4. EVALUASI
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
2. RINGKASAN MATERI
3. LANDASAN TEORI
3.1. Pola Pertumbuhan Tanaman
Pola pertumbuhan tanaman diekspresikan dengan pola
akumulasi berat kering. Pada awal pertumbuhan ketika tanaman
masih kecil, peningkatan berat kering tanaman per hari juga kecil.
Saat ini laju pertumbuhan tanaman berjalan lambat. Sejalan dengan
pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan tanaman semakin tingi
dan peningkatan berat kering juga semakin meningkat. Saat ini
disebut juga fase linier pertumbuhan cepat (fast linier). Akumulasi
berat kering akan berjalan lambat ketika tanaman memasuki fase
generatif dan akumulasi berat kering akan stagnan ketika tanaman
4. EVALUASI
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
821 p.
7. KUNCI JAWABAN
7.1. Pada lahan sawah, lahan diolah dengan bajak singkal yang ditarik
kerbau atau juga bisa menggunakan hand traktor Pada beberapa
tempat
7.2.Pola pertumbuhan tanaman merupakan ekspresi dari akumulasi
berat kering. Pemeliharaan tanaman akan berhasil bila dilakukan
pada saat yang tepat, yakni saat fase vegetati atau pada fase linier
cepat (dast lineary)
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. RINGKASAN MATERI
3. LANDASAN TEORI
WR = T + E + WP + WL +WSP
3.3. Irigasi
Irigasi ialah pemberian air yang ditujukan untuk memberikan
kelembaban dalam tanah agar dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman. Tanaman diairi dari air irigasi yang berasal dari sungai,
bendungan dan juga sumur. Pengelolaan irigasi adalah proses yang
kompleks dari seni dan ilmu yang melibatkan aplikasi air dari sumber
air untuk tanaman. Diperlukan perhitungan dalam praktek irigasi
berdasar jenis tanah, parameter iklim, jenis tanaman, varietas,
tahap pertumbuhan tanaman, musim, kualitas air, pola penyerapan
air oleh tanaman, metode aplikasi dan sebagainya.
Pengelolaan irigasi sangat diperlukan untuk menyimpan dan
mendayagunakan air ketika musim kemarau. Penggunaan air secara
berlebihan dalam irigasi sepeti penyiraman dengan penggenangan
perlu dihindari agar tidak terjadi pemborosan air. Kelebihan air
irigasi akan menyebabkan pemborosan sejumlah besar air,
pencucian hara tanaman, penghancuran mikroba bermanfaat,
peningkatan beban pada drainase, akumulasi garam yang
menyebabkan salinitas dan alkalinitas. Penggenangan air yang
berlebihan juga dapat menyebabkan stres fisiologispada tanaman
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman air pada tanaman dan sistem irigasi
dalam budidaya tanaman dilakukan pada kelompok tugas
presentasi dan mahasiswa.
4.2. Buat penjelasan tentang kebutuhan air bagi tanaman
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
7.1. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan oleh tanaman dalam periode waktu tertentu ada
kondisi lapang
7.2. Kebutuhan air bagi tanaman merupakan kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman pada fase pertumbuhan vegetatif dan
generatif terutama dalam menghasilkan bagian tanaman yang
dipanen, seperti buah dan biji.
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. RINGKASAN MATERI
3. LANDASAN TEORI
4. EVALUASI
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
Dalam kegiatan budidaya, pupuk yang digunakan ada 2 jenis yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organic berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup, contoh: kompos, pupuk kandang dan pupuk
hijau. Pupuk anorganik merupakan pupuk dari senyawa anorganik
yang dibuat di pabrik secara kimia. Pupuk dapat diaplikasikan lewat
akar maupun lewat daun
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
2. RINGKASAN MATERI
Dalam budidaya tanaman, keberadaan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dapat berpotensi menurunkan dan bahkan
menggagalkan hasil suatu tanaman. Organisme Pengganggu
Tanaman meliputi hama yaitu binatang dan serangga hama, Penyakit
yaitu jamur, virus dan bakteri serta gulma.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan resiko yang
harus dihadapi dan diperhitungkan dalam budidaya tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.
Hama dan penyakit tanaman harus dikenali dan dikendalikan
dengan cara yang tepat agar tidak terjadi resistensi dan kematian
musuh alami yang justru akan menimbulkan ledakan hama dan
penyakit tanaman. Pada sisi lain, penggunaan pestisida dalam
pengendalian hama dan penyakit juga harus dilakukan dengan bijak
agar tidak mencemari lingkungan dan terdapat residu yang
berlebihan pada produk tanaman yang akan dikonsumsi.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Hama Tanaman
Hama tanaman adalah semua binatang dalam hal ini termasuk
serangga, burung, tikus, tupai, siput, tungau dan lain-lain, yang
dalam kehidupan binatang tersebut mendapatkan makanan dari
tanaman budidaya dan berakibat merusak atau menurunkan produksi
suatu tanaman, baik secara kuantitas maupun kualitas.
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman OPT dan pengendalian Hama dan
Penyakit tanaman dilakukan pada kelompok tugas presentasi dan
mahasiswa.
4.2. Apa yang disebut dengan OPT dan bagaimana cara pengendalian
OPT yang bijaksana.
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1990. Menghindari Kesalahan Penggunaan Pestisida.
Sandoz. Jakarta.
7. KUNCI JAWABAN
7.1. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.
7.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan resiko yang
harus dihadapi dan diperhitungkan dalam budidaya tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan.
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari macam spesies gulma dan pengaruh persaingannya
pada pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya
2. Mengetahui strategi pengendalian gulma secara efektif dan efisien
3. Mampu memahami dan menerapkan strategi pengendalian gulma
yang benar dan efisien sehingga menguntungkan secara ekonomi
dan ekologi.
2. RINGKASAN MATERI
Gulma ialah tumbuhan yang tidak dikehendaki dalam
budidaya tanaman. Secara umum gulma adalah sema jenis vegetasi
tumbuhan yang menimbulkan gangguan pada suatu lokasi sehingga
menimbulkan kerugian pada manusia.
Kerugian yang ditimbulkan gulma ialah mempunyai daya
kompetisi yang tinggi sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil panen tanaman budidaya. Lain daripada itu gulma juga bisa
menjadi inang bagi hama atau penyakit tanaman. Gulma juga
memberkan keuntungan pada tanah, antara lain mampu memompa
hara dari dalam tanah dan melindungi tanah dari erosi.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di tempat
dan waktu yang tidak dikehendaki. Kehadiran gulma dapat
menurunkan produksi tanaman yang dibudidayakan bahkan dapat
menyebabkan kegagalan panen. Tumbuhan ini bersaing dengan
tanaman budidaya dalam memperebutkan faktor tumbuh. Selain
itu, dapat menjadi inang alternatif dari hama dan penyakit
tanaman. Terdapat 30.000 spesies gulma di dunia, hampir 18.000
spesies menyebabkan kerusakan yang serius pada produksi
pertanian (Chandrasekaran et al., 2010).
Gulma merugikan karena gulma berkompetisi dengan tanaman
budidaya dalam tempat tumbuh, air, cahaya, kelembaban dan
unsur hara yang menyebabkan penurunan hasil produksi,
mempengaruhi kualitas produk pertanian, sebagai inang alternatif
dari hama dan penyakit, menyebabkan masalah kesehatan bagi
manusia, meningkatkan biaya budidaya dan mengurangi nilai jual
4. EVALUASI
5. TUGAS
6. DAFTAR PUSTAKA
7. KUNCI JAWABAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dan memahami pengertian pemangkasan dan
defoliasi serta dapat menjelaskan perbedaan diantara keduanya
2. Mengetahui fungsi dan manfaat pemangkasan dan defoliasi bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya
3. Mengetahui berbagai teknik dan cara pemangkasan dan defoliasi
pada beberapa tanaman budidaya
2. RINGKASAN MATERI
Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian
dari bagian tanaman dengan tujuan mengatur kanopi tanaman agar
pemeliharaan dan pemanenan hasil mudah dilakukan, produktifitas
tinggi, membentuk tanaman mempunyai single stem atau double
stem dan membentuk cabang produktif yaitu cabang lateral.
Defoliasi adalah pengambilan daun, biasanya pada daun
bawah dengan tujuan membuang organ tidak berguna, mengarahkan
translokasi fotosintat pada sink organ, untuk keamanan
pemeliharaan, sebagai tambahan pakan ternak , memacu fase
generatif dan meningkatkan CO2.
3. LANDASAN TEORI
3.1 Pemangkasan
Pemangkasan merupakan prosedur pengelolaan
pertumbuhan tanaman dengan memotong bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan tumbuh berlebihan, dengan tujuan sanitasi
tanaman, menambah nilai estetika tanaman, meningkatkan
produksi dan memperbaiki proses fisiologis tanaman (Acquaah,
2005).
Adapun pemangkasan pada tanaman ada 3 macam, yaitu:
1. Pemangkasan Batang
Pemangkasan bentuk dilakukan dengan tujuan agar tanaman dapat
membentuk tajuk pohon yang dikehendaki sehingga tanaman tidak
tumbuh terlalu tinggi. Pemangkasan pucuk (pemenggalan)
berguna untuk menghentikan pertumbuhan keatas dan memberi
kesempatan cabang-cabang primer (samping) bisa memanjang.
Dengan cara tersebut, akan didapatkan pertumbuhan yang luas
dan melebar (Gambar 13-1).
2. Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman seperti :
a. Pewiwilan
Wiwilan ialah tunas yang tumbuh setelah dilakukan pemotongan.
Tujuan pewiwilan ialah untuk menghindari pengaliran zat zat
makanan ke tunas air, karena umumnya tunas-tunas ini akan
tumbuh menjadi cabang yang tidak produktif.
b. Pemangkasan berat
Pemangkasan ini sering dilakukan pada pohon dikebun-kebun
yang terletak di daerah yang sangat lembab dan subur.
Pertumbuhan tanaman pada daerah tersebut sangat cepat
sehingga tanaman menjadi rimbun dan dapat menurunkan
produksi.
c. Pemangkasan untuk pemberantasan hama dan penyakit
Pemangkasan ini dilakukan pada tanaman yang terserang hama
dan penyakit, yaitu dengan memotong bagian yang terserang
sampai pada bagian yang sehat sebelum penyakit ini menjalar.
Semua pangkasan dan bagian yang lain yang terserang hama
dan penyakit dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dibakar
agar bibit penyakit atau hama itu tidak menular.
3.2 Defoliasi
Defoliasi mempunyai arti pemotongan daun, yang secara
luas dapat diartikan pemotongan bagian-bagian tanaman yang
berada di atas permukaan tanah (bagian aerial) baik dengan
sistem cut and carry atau dengan perenggutan oleh ternak yang
digembalakan (grazing).
Manfaat defoliasi antara lain:
1. Pada daun bawah tanaman tebu (C4), dapat meningkatkan
sirkulasi udara (CO2) dan pertumbuhan batang tanaman.
2. Pada daun dibawah tongkol tanaman jagung, dapat
meningkatkan translokasi fotosintat ke tongkol/meningkatkan
hasil
3. Pada tanaman apel, dapat memacu pembentukan kuncup
bunga batang tanaman
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman tentang perbedaan antara
pemangkasan dan defoliasi pad tanaman budidaya.
4.2. Pemahaman tentang manfaat dan tujuan pemangkasan dan
defoliasi bagi peningkatan produktifitas tanaman.
5. TUGAS
Setiap mahasiswa membahas fungsi dan teknik defoliasi pada
komoditas tanaman semusim dan pemangkasan pada tanaman
tahunan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821
p.
Anonymous. 2006. Budidaya tanaman kopi. Kanisius. Yogyakarta.
pp 23-134
7. KUNCI JAWABAN
g.1 Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian dari
bagian tanaman (memotong), sedangkan defoliasi adalah
pengambilan daun, biasanya pada daun bawah dengan tujuan
membuang organ tidak berguna.
g.2 Manfaat pemangkasan dan defoliasi: mengarahkan translokasi
fotosintat pada sink organ, untuk keamanan pemeliharaan, sebagai
tambahan pakan ternak , memacu fase generatif dan
meningkatkan CO2.
h. 777777777
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mempelajari dan memahami criteria panen, ciri-ciri tanaman yang
siap untuk dipanen hasilnya, cara dan waktu panen yang tepat
2. Mempelajari teknik penanganan panen, perlakuan pasca panen,
kemungkinan pengolahan menjadi produk lain.
2. RINGKASAN MATERI
Produk suatu komoditas pertanian antara lain berupa biji,
bunga, buah, batang, daun, umbi, dan lain-lain. Produk setiap
komoditas tersebut dipanen pada saat yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Tuntutan konsumen terhadap produk
pertanian meliputi kualitas, kuantitas dan kontinyuitas. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut, panen sebaiknya dilakukan pada saat
tanaman masuk pada fase pemasakan dan Sesuai dengan umur
kemasakan fisiologis yang ditandai dengan senescens untuk tanaman
semusim, perubahan warna pada buah untuk tanaman buah,
sedangkan untuk komoditas daun panen dilakukan pada fase
pertumbuhan lambat atau vegetatif cepat.
Selain panen, factor yang mempengaruhi mutu komoditas
pertanian adalah penanganan pasca panen. Penanganan pasca
panen ditujukan untuk menghasilkan produk yang baik mutu &
ukurannya, bersih dan higenis, melindungi produk saat
pengangkutan, memperbaiki penampilan produk, memperpanjang
masa tampilan produk dan meningkatkan nilai jual.
3. LANDASAN TEORI
3.1 Panen
Kualitas produk pertanian terutama komoditas hortikultura
setelah dipanen tidak bisa dinaikkan, namun hanya bisa
dipertahankan. Oleh karena itu pada saat dipanen kualitasnya
harus maksimal, dengan penanganan yang baik dan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Waktu panen yang tepat adalah pada saat masak fisiologis.
Indikator atau penanda yang dapat digunakan untuk penentuan
waktu panen yang tepat adalah kenampakan visual, indikator fisik,
analisis kimiawi, indikator fisiologis, komputasi.
1. Indikator visual
- Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah
maupun sayuran
- Dasarnya adalah perubahan warna, ukuran, dan lain-lain
- Kelemahan indikator ini adalah sangat subyektif,
keterbatasan dari indra penglihatan manusia dan sering
salah sehingga pemanenan terkadang dilakukan terlalu
muda/awal atau terlalu tua/sudah lewat panen
2. Indikator fisik
- Sering digunakan, khususnya pada beberapa komoditas
buah
- Indikatornya yang digunakan ialah mudah tidaknya buah
dilepaskan dari tangkai buah dan dengan uji ketegaran
buah (penetrometer). Uji ketegaran buah lebih obyektif,
karena dapat dikuantitatifkan. Prinsip uji ini adalah buah
ditusuk dengan suatu alat, besarnya tekanan yang
diperlukan untuk menusuk buah menunjukkan ketegaran
buah. Semakin besar tekanan yang diperlukan, buah
semakin tegar dan proses pengisian buah sudah
maksimal/masak fisiologis dan siap dipanen
3. Indikator kimiawi
- Terbatas pada perusahaan besar (relatif mahal), lebih
banyak dipergunakan pada komoditas buah
- Indikator pengamatan yang digunakan adalah kandungan
zat padat terlarut, kandungan asam, kandungan pati dan
kandungan gula
- Metode analisis kimia lebih obyektif dari pada visual, karena
terukur. Dasarnya adalah terjadinya perubahan biokimia
selama proses pemasakan buah. Perubahan yang sering
terjadi yaitu pati menjadi gula, menurunnya kadar asam
dan meningkatnya zat padat terlarut
4. Indikator fisiologis
- Indikator utama: laju respirasi
- Sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat
klimakterik
- Saat komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi), sehingga laju respirasi
suatu komoditas sudah mencapai klimakterik dan siap
dipanen
5. Komputasi
- Yang dihitung adalah jumlah dari suhu rata-rata harian
selama satu siklus hidup tanaman (derajad hari) mulai dari
penanaman sampai masak fisiologis
- Dasar yang digunakan adalah adanya korelasi positif antara
suhu lingkungan dengan pertumbuhan tanaman
- Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun
sayuran
4. EVALUASI
4.1. Evaluasi tentang pemahaman saat dan kriteria panen yang tepat.
4.2. Pemahaman tentang penanganan pasca panen yang tepat,
sehingga dapat mempertahankan kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas produksi komoditas pertanian.
5. TUGAS
Setiap mahasiswa membuat tulisan tentang metode panen dan pasca
panen pada komoditas pangan dan hortikultura.
6. DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices.
3nd.ed. Pearson Ed. Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 821
p
Chandrasekaran, B.,K. Annadurai and E. Somasundaram. 2010. A
Textbook Of Agronomy. New Age International. New Delhi
7. KUNCI JAWABAN
Saat panen yang tepat adalah ketika tanaman telah mencapai masak
fisiologis, dengan indikator antara lain, warna, ukuran dan kekerasan
buah. Tahap penanganan pasca panen antara lain:pendinginan awal,
pencucian, sortasi dan gradding.