Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA DINI

DALAM PENGEMBANGAN ASPEK SOSIAL EMOSIONAL

MELALUI METODE BERCERITA DIKELOMPOK A TK ASRI

DI KOTA KUALA KAPUAS

PROPOSAL PENELITIAN

NURLIANI

NIM 1910126220014

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI

BANJARMASIN

2021
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA DINI

DALAM PENGEMBAGAN ASPEK SOSIAL EMOSIONAL

MELALUI METODE BERCERITA DIKELOMPOK A TK ASRI

DI KOTA KUALA KAPUAS

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas ujian tengah semester

Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat

Oleh

NURLIANI

NIM 1910126220014

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI

BANJARMASIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar
dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan
manusia. Pada masa ini ditandai oleh periode penting yang pundamen
dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode ahir perkembangan.
Salah satu periode yang menjadi ciri masa usia dini adalah The Golden Age
atau periode keemasan (depdiknas 2007:1) banyak konsep dan fakta yang
ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini
dimana potensi anak berkembang dengan cepat. Anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya.
Masa kanak-kanak juga masa usia yang sangat penting bagi sepanjang
hidupnya sebab masa anak masa pembentukan pondasi dan dasar
kepribadian yang akan menetukan pengalaman anak di kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa
yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasan masing-
masing. Untuk mengoptimalkan potensi anak, orang dewasa dan
lingkungan di sekitar anak harus memberikan stimulus yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Anak harus
diberikan kesempatan untuk berkreasi dan berimajinasi, agar anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Stimulus dan dukungan yang
diberikan orang tua maupun guru mampu mengembangkan semua aspek
perkembangan anak. Anak usia dini perlu diberikan rangsangan yang
mempengaruhi keseluruhan aspek kepribadiannya, Aspek perkembangan
anak meliputi aspek perkembangan kognitif, bahasa, prikomotorik,
emosional, sosial supaya anak dapat berkembang dengan optimal.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas aspek sosial yang dibutuhkan
anak dalam berhubungan dengan orang lain. Agar anak mampu
berhubungan dengan orang lain, anak perlu memiliki rasa percaya diri yang
baik dan tinggi. Menurut Yoder dan Proctor (2013:69) anak yang memiliki
1
rasa percaya diri yang baik dan tinggi adalah anak yang tidak mudah
terpengaruh dengan orang lain, mudah bergaul, berfikir positif, penuh
tanggung jawab, energik dan tidak mudah putus asa, dapat bekerja sama,
serta mempunyai jiwa pemimpin.
Menumbuh kembangkan kepercayaan diri haruslah dimulai sejak
masa- masa awal kehidupan seorang anak sejak lahir. Pada masa inilah
kemampuan anak untuk percaya diri harus dikembangkan, karena
kepercayaan diri terus-menerus tumbuh dan berkembang sejak masa bayi,
masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Erikson (dalam Apriyanti
2013:66) pada masa ini anak masuk tahap psikososial pertama yang dialami
dalam kehidupannya, dan kepercayaan diri yang dimiliki melibatkan rasa
nyaman secara fisik dan tidak ada rasa takut atau kecemasan akan masa
depan. Anak sangat perlu memiliki kepercayaan diri karena dengan percaya
diri anak tidak akan selalu bergantung kepada orang lain. Anak yang
mempunyai kepercayaan diri akan bertindak dan berbuat dengan tanggung
jawab. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan
perkembangan, salah satunya perkembangan sosial emosional keterampilan
bahasa juga penting dalam rangka pembentukan kepercayaan diri, konsep,
informasi dan pemecahan masalah. Jadi dengan bahasa manusia dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain baik itu secara lisan,
tulisan, simbol, bahasa tubuh, dan sebagainya.
Percaya diri pada anak usia dini menurut Aprianti (2013:63) adalah
dimana anak berani melakukan sesuatu hal yang baik pada dirinya sesuai
dengan pengetahuan dan kemampuan diri. Selain itu anak pun mampu
melakukannya tanpa ragu serta selalu berpikir positif. Pendapat lain yang
menyatakan hal serupa tentang percaya diri adalah Angelis dalam Aprianti
(2013:63) bahwa kepercayaan diri merupakan hal yang dengannya anak
mampu menyalurkan segala sesuatu yang diketahui dan kerjakannya.
Kepercayaan diri juga dapat diartikan sebagai sikap positif sesorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif terhadap diri sendiri mampu terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya.

2
Maka percaya diri adalah sikap yakin terhadap dirinya sendiri dalam
setiap sisi pribadinya. Percaya diri pada anak usia dini dapat ditingkatkan
melalui berbagai metode pengajaran salah satunya metode bercerita.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik
(Dhieni, 2005:65). Kepercayaan diri adalah perasaan mampu untuk
menampilkan dan menyesaikan suatu karya dengan sukses dihadapan orang
lain. Reeta dan Jasmin menyatakan bahwa sasaran kegiatan bercerita adalah
perkembangan berbahasa pada anak, yaitu meningkatkan kosa kata pada
anak, belajar menggabungkan kata dengan tindakan, mengingatkan urutan
ide dan kejadian, mengembangkan minat baca serta menumbuhkan
kepercayaan diri anak.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kepercayaan
diri anak baik dilakukan di sekolah maupun di rumah. Kepercayaan diri
dalam keluarga dapat ditumbuhkan dengan cara orang tua menghargai anak
dengan segala bentuk keunikannya dan berusaha mendukung anak untuk
mendapatkan berbagai kesempatan yang bisa meningkatkan harga dirinya .
Di sekolah guru dapat memberi dukungan dan memberikan dorongan
melalui tindakan yang dilakukan anak dengan tujuan agar anak mampu
menghadapi berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi baik dalam
dirinya maupun lingkungannya dan menggali potensi yang di miliki anak
sehingga anak mendapatkan pengalaman baru bagi dirinya.
Timbulnya ketidakpercayaan diri pada anak akan berdampak negatif
terhadap tumbuh kembang anak. Anak merasa bahwa dirinya memiliki
kekurangan dibandingkan dengan teman-temannya, sehingga anak tidak
berani untuk mengemukakan pendapatnya, tidak berani tampil di depan
kelas, takut untuk mengajukan pertanyaan, memperlihatkan yang ada pada
dirinya dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Seharusnya anak usia 5-
6 tahun diharapkan sudah bisa mengerjakan tugasnya secara mandiri, berani
mengemukakan pendapatnya, berani bertanya dan menjawab pertanyaan
dan tidak lagi malu-malu tampil didepan kelas. Misalnya saat guru
menyuruh anak untuk tampil kedepan kelas anak masih malu-malu, hanya 4

3
orang anak yang berani tampil di depan kelas, saat anak ditanya oleh guru
tentang materi yang disampaikan banyak anak yang hanya diam saja dan
beberapa anak yang mau mengajukan pertanyaan.
Memandang bahwa kenyataan tersebut perlu diatasi salah satunya
dengan menggunakan metode bercerita. Metode bercerita merupakan salah
satu bentuk penyajian kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Memperkirakan atau menduga penggunaan metode ini dapat
mengembangkan kepercayaan diri secara optimal. Misalnya guru mulai
bercerita menggunakan boneka tangan setelah kegiatan tersebut, kemudian
mengajak anak untuk ikut serta dalam kegiatan bercerita dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk bercerita didepan teman-
temannya. Setelah kegiatan guru dan anak melakukan tanya jawab dengan
kegiatan yang dilakukan. Kemudian mengambil kesimpulan dari cerita
yang telah disampaikan guru dan anak. Saat guru memberikan pertanyaan
dari cerita yang telah disampaikan setiap anak mempunyai keinginan untuk
menjawab pertanyaan dan menunjuk tangannya untuk bertanya dan
menjawab. Penerapan metode bercerita diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan kepercayaan diri anak usia dini.
Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat
dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasikan. Karena
kegiatan bercerita itu memberikan pengalaman belajar yang unik dan
menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat,
dan menimbulkan keasikan tersendiri, maka kegiatan bercerita
memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak. Dalam hal ini guru
dapat memberikan berbagai macam kegiatan belajar yang akan merangsang
diri anak untuk lebih percaya diri.
Guru atau pendidik di TK harus pandai memilih dan menentukan
metode yang akan digunakan untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak
usia dini. Dalam pemilihan metode yang akan dipakai dalam menumbuhkan
rasa percaya diri dan berbahasa yang bagus yaitu dengan metode bercerita.
Melalui metode bercerita orang tua ataupun guru juga bisa mengasah

4
kepercayaan diri anak. Anak dapat meniru yang baik, apa yang mereka
dengar, dilihat, dan menarik baginga akan cepat diingat.

B. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian
adalah "Bagaimana meningkatkan kepercayaan diri anak usia dini dalam
pengembangan aspek sosial emosional melalui metode bercerita kelompok
A di TK Asri".
Fokus penelitian kemudian dirumuskan dalam subfokus penelitian
dalam hal berikut: "Timbulnya ketidakpercayaan diri pada anak akan
berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak".

C. Batasan Penelitian
Batasan masalah yaitu telah diuraikan maka dalam penelitian ini
menerapkan kepercayaan diri anak usia dini perlu dilatih dengan pemberian
pengalaman secara langsung kepada anak usia dini melalui metode
bercerita. Penelitian ini adalah menerapkan metode bercerita sebagai salah
satu cara untuk mengembangakan diri untuk kelompok A usia 4-5 tahun.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode
bercerita dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak usia dini di TK
Asri.

E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara
lain sebagau berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan memperkaya pemahaman akan
perkembangan awal pada anak-anak dan dapat menambah pengetahuan
tentang metode yang dapat dilakukan untuk mengajar pada anak usia dini
yang memilki rasa percaya diri yang rendah, serta untuk mengetahui ada

5
tidaknya pengaruh metode bercerita terhadap pengembangan kepercayaan
diri anak.
2. Secara Praktis
a. Bagi pendidik: Memberikan masukan kepada guru atau pendidik cara
meningkatkan kepercayaan diri anak usia dini melalui kegiatan
bercerita
b. Bagi orang tua: Sebagai acuan dalam pengembangan kepercayaan
diri anak.
c. Bagi anak: Dengan adanya penerapan metode bercerita diharapkan
kepercayaan diri anak dapat meningkat.
d. Bagi peneliti: Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
mengenai pengaruh metode bercerita terhadap pengembangan
kepercayaan diri anak usia 4-5 tahun.

6
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual Variabel Penelitian

1. Kepercayaan diri
a. Pengertian Kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan satu aspek kepribadian yang paling
penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling
berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, dikarenakan
dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala
potensi dirinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk
dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperlukan oleh siapa saja baik
seorang anak maupun orangtua, dan secara individual maupun kelompok.
Membangun rasa percaya diri termasuk bagian dari kecerdasan
intrapersonal, yang mana memiliki kemauan kuat, fokus bekerja dan belajar
dengan baik seorang diri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta
banyak terlibat dalam suatu kegiatan. Pada perkembangan emosi misalnya
bekerja dengan kreatif dan mandiri, berhasil membuat suatu perubahan
menurut sudut pandang anak merupakan percaya diri dan konsep diri yang
positif. Rasa percaya diri mampu menstimulasi anak untuk berani
berpendapat, sopan, fokus dalam pekerjaan.
Anak yang rasa percaya dirinya rendah menurut Anggreni (2009:54)
akan kesulitan melewati perubahan dan butuh banyak bantuan dari orang
tua atau guru, untuk membangun rasa percaya diri pada anak memerlukan
dorongan dan dukungan terus menerus. Beberapa saran untuk membangun
rasa percaya diri anak menurut Leman (2000) yaitu: Saat kita merasa
senang atau bangga pada anak kita katakanlah pada mereka, beri pujian
pada anak, jangan segan-segan memuji anak, bahkan di depan anggota
keluarga, teman-teman sekolahnya, dan ajari anak untuk membuat perasaan
yang positif tentang dirinya.

7
b. Ciri-ciri Kepercayaan diri
Menurut Santrock (2003:338) indikator perilaku rasa percaya diri,
seperti:
1. Mengarahkan/memerintah orang lain
2. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi
3. Mengekspresikan pendapat
4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial
5. Bekerja secara koperatif dalam kelompok
6. Memandang lawan bicara ketika mengajak/diajak bicara
7. Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung
8. Memulai kontak yang ramah dengan orang lain
9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain
10. berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan diri
Ada proses tertentu di dalam diri seseorang sehingga terjadilah
pembentukan kepercayaan diri. Secara garis besar, menurut Hakim (2002:
6) terbentuknya kepercayaan diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai
berikut:
1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses
perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala
sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan- kelebihannya.
3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terha dap kelemahan-
kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa sulit
menyesuaikan diri.
4. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan
menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
d. Karakteristik Kepercayaan Diri Anak
Dalam kesehariannya, anak selalu menemukan sesuatu baru yang sulit
dipahami. Anak terkadang mengalami hambatan aktivitas karena
ketidaksiapan dalam menghadapi kejadian atau situasi tersebut. Berbagai

8
masalah yang dihadapi anak erat kaitannya dengan berlangsungnya proses
penyesuaian sosial yang berkelanjutan. Anak pun perlu di latih dalam
mengembangkan sikap, mengenali dan mengatasi berbagai masalah, serta
diberi pengertian bahwa sebagian masalah itu dapat dipecahkan guna
kepentingan hidupnya yang terbaik.
Kepercayaan diri anak usia TK dapat diamati dalam berbagai kegiatan
anak di TK, baik secra individual maupun kelompok atau klasikal.
Misalnya, dalam penyelesaian tugas-tugas, kegiatan bercerita, kerjasama
dalam kelompok, pelaksanaan intruksi maupun tanggapan terhadap
berbagai rangsangan dari guru. Pelatihan kepercayaan diri pada anak dapat
dilakukan dengan pemberian pengalaman secara langsung serta melibatkan
anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adanya kepercayaan diri
pada anak dapat dilihat dari berkurangnya ketergantungan anak pada orang
lain, jika anak diberikan instruksi oleh guru, anak dapat melakukannya
dengan baik tanpa meminta bantuan dari orang lain. Salah satu cara untuk
menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak adalah dengan dilakukan
kegiatan bercerita. Kegiatan ini membantu anak untuk dapat berani
berbicara di depan orang banyak tanpa perasaan malu dan takut dikritik.

2. Sosial Emosional
a. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional
Hurlock (1978:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi
dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan
dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika
anak sudah mampu mengenal lingkungannya.
Syamsu (2014: 122) menyatakan bahwa perkembangan sosial dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma atau aturan-aturan kelompok, moral, atau adat istiadat,

9
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi serta
bekerja sama. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak akan mampu
hidup sendiri, mereka membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya
karena interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh
manusia.
b. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
L, Crow & A, Crow (Djaali, 2007:37) mengatakan bahwa emosi
adalah pengalaman yang afektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara
menyeluruh, di mana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam kondisi
yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas.
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka, sehingga emosi dapat mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian
diri anak dengan lingkungan sosialnya. Santrock (2012: 205) emosi adalah
perasaan yang terjadi ketika seseorang berada dalam suatu kondisi atau
sedang terlibat dalam interaksi yang sangat penting baginya. Reaksi yang
muncul terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan,
ketertarikan, dan minat individu. Perilaku emosional ini tampak sebagai
akibat dari emosi seseorang dan terlihat dari reaksi fisiologis, perasaan,
serta perubahan perilaku yang tampak. Syamsu (2014: 122) menyatakan
bahwa perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma atau aturan-aturan
kelompok, moral, atau adat istiadat, meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerja sama. Manusia sebagai
makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka
membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya karena interaksi sosial
merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

3. Metode Bercerita
a. Pengertian Metode Bercerita
Metode merupakan cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta
atau konsep-konsep secara sistematis. Pengertian metode adalah cara
penyajian bahan pengorganisasian kegiatan belajar mengajar. Pengertian lain

10
dari metode adalah cara penyampaian suatu bahan
pengembangan/kemampuan tertentu. (Depdikbud, 1998, Kurikulum 11, hal
14).
Sedangkan cerita adalah pelajaran penuh makna yang memegang peran
penting dalam sosialisasi nilai-nilai baru pada anak. Menurut Piaget (Aprianti
Yofita Rahayu, 2011: hal 85) “Sejak lahir hingga dewasa pikiran anak
berkembang melalui jenjang-jenjang priode sesuai dengan tingkatan
kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksi-interaksi di
lingkungannya.
Metode bercerita merupakan metode untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa anak, sedangkan fungsi bercerita adalah membantu
perkembangan kemampuan bahasa anak dengan menambah perbendaharaan
kosakata, mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat yang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Metode bercerita dipilih penulis karena
metode bercerita memiliki keutamaan antara lain mengkomunikasikan nilai-
nilai budaya, mengkomunikasikan nilai-nilai sosial, mengkomunikasikan
nilai-nilai agama, membantu mengembangkan fantasi anak, membantu
mengembangkan kognitif anak dan membantu mengembangkan bahasa anak.
b. Manfaat Metode Bercerita Bagi Anak
Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak TK diantaranya adalah:
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia
dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide
pokok dalam cerita secara keseluruhan.
2. Melatih daya pikir anak TK, untuk melatih memahami proses cerita
mempelajari hubungan bagian-bagian cerita.
3. Mengembangkan daya imajinasi anak.
4. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan
suasana hubungan yang akrab sesuai tahap perkembangannya.
c. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Bercerita
Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah
terpadu antara bidang pengembangan satu dengan yang lainnya, termasuk
bidang pengembangan bahasa. Dan setip metode pembelajaran pasti

11
memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran
terpadu maka pengembangan metode bervariasi dapat membantu
pencapaian tujuan tiap materi pembelajaran. Demikian pula metode cerita
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya , antara lain :
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.
2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah
5. Secara relatif tidak memerlukan biaya.
Kekurangannya, antara lain :
1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya
tidak menarik.
d. Alat-alat Media Metode Becerita
Tentunya kegiatan bercerita di kelas menyenangkan bagi anak, salah
satu yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah
adanya media pendidikan. Menurut media pendidikan dalam pengertian
yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan
sengaja diusahakan atau diadakan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam rangka mencapai tujuan.
Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai
tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peraga
atau alat bermain.
Alat atau media yang digunakan untuk bercerita adalah ada alat
peraga langsung memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan
bagi guru, maupun untuk anak saat mempergunakan. Untuk media tiruan
gambar atau benda harus memiliki nilai seni gambar untuk anak usia TK

12
sederhana, jelas dan memiliki warna yang menari. (Aprianti Yofita
Rahaya, 2011: hal 90).
e. Peranan Metode bercerita Untuk Menumbuhkan Kepercayaan diri
Anak Usia Dini
Metode bercerita mempunyai untuk dapat menumbuhkan
kepercayaan diri pada anak usia dini dengan berbagai manfaat, berikut
menurut para ahli:
Yudha dalam buku Apriyanti Yovita Rahayu, mengemukakan
manfaat dari kegiatan bercerita antara lain, cerita mampu melatih daya
konsentrasi anak, melatih anak-anak berasosiasi, menumbuhkan
kepercayaan dalam diri anak, melatih berfikir kritis dan sistematis,
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, dan melatih
kemampuan bahasa. Reeta dan Jasmine dalam buku Apriayanti Yovita
Rahayu, menyatakan bahwa sasaran kegiatan bercerita adalah
perkembangan sosial emosional anak dan bahasa pada anak, yaitu
meningkatkan kosakata, belajar menghubungkan kata dengan tindakan,
meningatkan urutan idea atau kejadian, mengembangkan minat baca serta
menumbuhkan kepercayaan diri anak. Moeslichatoen mengemukakan
manfaat kegiatan bercerita adalah mengomunikasikan nilai-nilai, budaya,
sosial, keagamaan, menanamkan etos kerja, waktu, alam,
mengembangkan fantasi anak, dimensi kognisi anak dan dimensi bahasa
anak. Musfiroh menyatakan bahwa manfaat kegiatan bercerita adalah
mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek
sosial, aspek moral, kedasaran beragama, aspek emosi, semangat
berprestasi dan nelatih konsentrasi anak.
Dari pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode bercerita dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada
anak usia dini.

4. Dampak Negatif Tidak Pecaya diri

13
Ketika dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari orang yang kepercayaan
dirinya rendah atau hilang kepercayaan, cenderung merasa atau bersikap
sebagai berikut:
1. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan
secara sungguh-sungguh.
2. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang).
3. Mudah frustasi atau give up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
4. Kurang termotivasi untuk maju, malas malasan atau setengah-setengah.
5. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas atau tanggung jawab (tidak
optimal).
6. Canggung menghadapi orang.
7. Sering memiliki harapan yang tidak realistis.
8. Telalu sensitif.

5. Pengertian Tumbuh Kembang Anak


Pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada
istilah tumbuh kembang. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan
merupakan bagian dari perkembangan. Namun sebenarnya pertumbuhan dan
perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan
ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan,
bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala dan perubahan tubuh yang
lainnya yang biasa disebut pertumbuhan fisik. Pertumbuhan dapat dengan
mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pegukuran tinggi badan.
Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara
bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku,dan
sebagainya. Proses perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan
terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak
dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk atau
berdiri.

14
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang
cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (izin
dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan
lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disama
ratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak (Diktentis Diklusepa, 2003).
Dalam psikologi perkembangan dipelajari perkembangan manusia dari
lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan berarti juga perubahan
yang sistematis dalam diri seseorang mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur
dengan sperma) sampai kematian. Sedangkan psikologi perkembangan anak
hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir sampai dengan usia
delapan tahun (Diktentis Diklusepa,2003).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
1. Penelitia oleh Yulita (2014) berjudul “Upaya Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Papan Flanel Pada
Anak Kelompok A Di TK Tunas Harapan Bangsa Jemowo Musuk
Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013”. Persamaan penelitian betujuan
meningkatkan hasil belajar siswa menunjukan bahwa metode bercerita
dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri dengan metode
bercerita, perbedaan penelitian diatas dengan penulis yaitu penggunaan
metode belajar yang menggunakan papan flanel untuk meningkatkan
kepercayaan diri anak sedangkan penulis menggunakan peningkatan
kepercayaan diri anak melalui metode bercerita dengan menjelaskan
cara-cara dan alat media untuk metode becerita yang dapat
menumbuhkan kepercayaan diri anak.
2. Penelitian oleh Devi Nurkhasanah (2017) berjudul “Penerapan Metode
Bercerita Untuk Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Di TK
Satya Dharma Sudjana Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah”.
Perasamaan penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

15
menunjukan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan keberanian dan
kepercayaan diri dengan metode bercerita. Perbedaan penelitian diatas
yaitu penerapan langkah-langkah metode bercerita yang benar untuk
dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak sedangkan penulis
menggunakan peningkatan kepercayaan diri anak untuk melalui metode
bercerita dengan menjelaskan cara-cara bercerita, alat media metode
bercerita yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak.

C. Kerangka Berpikir

16

Anda mungkin juga menyukai