Qadocx Compress
Qadocx Compress
ENIS RACHMAWATI
20100350067
Terdapat beberapa model struktur organisasi yang ada di industri farmasi, namun
disini akan diurakan model struktur oragnisasi yang sesuai dengan CPOB 2006. Pada struktur
organisasi model ini, fungsi Pengawasan Mutu benar-benar terpisah dengan fungsi
Penjaminan Mutu. Manager Penjaminan Mutu berada langsung dibawah Direksi perusahaan
“sehingga perusahaan” dalam Urusan Mutu (Quality Managemen Respresentatif). Dengan
model oragnisasi seperti ini maka mutu akan benar-benar tertanam kedalam produk, karena
seluruh aspek dalam organisasi “diawasi” oleh bagian Penjaminan Mutu. Bagian Penjaminan
Mutu (Quality Assurance/QA) menjadi ”polisi” yang mandiri utnuk memantau keseluruhan
proses pembuatan obat mulai dari rencana design industri (R&D), pembelian bahan hingga
distribusi obat jadi. Departemen QA juga secara pro-aktif, dengan cara menilai data-data
mengenai proses, bahan dan pemasok serta memberikan petunjuk/rekomendasi perubahan
yang dapat memperbaiki efisisensi dan konsistensi. Secara organisasi, Departemen QA
bertanggung jawab langsung kepada Direksi Perusahaan dan merupakan wakil perusahaan
dalam urusan mutu (Quality Management Representatif) sehingga kedudukan QA adalah
sangat kuat. Sedangkan Departement QC merupakan bagian dari Divisi Manufacture (pabrik)
sehingga bertnggung jawab terhadap kepala pabrik (Plant Manager/Plant Director). Meskipun
demikian, antara QC dengan Bagian Produksi, tetap merupakan bagian yang terpisah dan
tidak boleh saling bertanggung jawab.
President Director
HRD Manager HH
Plant Manager Marketing Manager Finance Manager
Menurut WHO 2004 Quality Assurance didefinisikan sebagai “Semua aspek yang
secara individual mempengaruhi mutu produk, dari konsep design hingga produk tersebut
ditangan konsumen”. Quality Assurance sendiri adalah merupakan keseluruhan sistem yang
dibuat dengan tujuan agar seluruh produk industri farmasi yang dihasilkan memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Quality assurance tidak saja mencakup pelaksanaan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practice/GMP) melainkan juga cara
Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practices/GLP) dan Cara Uji Klinis yang Baik
(Good Distribution Practices/GDP). Dengan demikian CPOB/GMP merupakan bagian dari
sistem Penjaminan Mutu (Quality Assurance) industri farmasi, dalam rangka memenuhi
tuntutan konsumen atas jaminan terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk-produk
industri farmasi. Sedangakan QC sendiri merupakan bagian dari CPOB/GMP yang berkaitan
dengan prosedur sampling, spesifikasi & pengujian, memastikan dokumentasi & prosedure
rilis yang diperlukan & uji yang relevan, kemudian produk dilepaskan setelah memastikan
kualitas dari produk tersebut. Dengan kata lain tugas dan peran QA sendiri adalah tugas dan
mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi dalam perusahaan, sedangkan
mengawasi tugas dan peran QA adalah BPOM dan QMS.
Penetapan dan perumusan kebijakan mutu dan sistem manajemen mutu itu sendiri
memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan,
para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu
Unsur dasar dari manajemen mutu adalah:
a) suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya; dan
b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.
Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:
a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB;
b) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan;
c) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal dan
pengemas yang benar;
e) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain serta
dilakukan validasi;
f) Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk
distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen
pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang
telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
g) Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan
aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;
h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin,
produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar
mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi
efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
j) Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi
spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
k) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk;
m) Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
n) Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan
memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan CPOB maka setiap karyawan
yang bekerja pada industri farmasi wajib untuk diberikan pelatihan (training). Pelatihan pada
CPOB tersusun dalam beberapa tingkatan, mulai dari orientasi umum mengenai CPOB,
latihan ditempat kerja (on the job training), maupun pelatihan yang bersifat khusus, misalnya
untuk karyawan yang bekerja di daerah steril, β-laktam, sefalosporin, dan lain-lain. Pelatihan
biasanya diberikan oleh orang yang ahli dibidangnya atau atasan yang bersangkutan.
Pelatihan CPOB ini harus dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan pembaharuan CPOB
agar karyawan terbiasa dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing yang telah diatur
oleh CPOB. Pada setiap pelatihan yang diberikan masing-masing karyawan harus membuat
“Catatan Pelatihan” untuk nantinya dievaluasi.
Pengertian dari self inspection/inspeksi diri adalah pengkajian secara obyektif seluruh
tata kerja diri sendiri dari aspek yang mungkin berpengaruh pada jamianan mutu (Quality
Assurance). Tujuan program inspeksi diri adalah untuk mengtahui kekurangan, baik yang
berdampak besar maupun kecil untuk kemudian menetapkan cara yang efektif untuk
mencegah/memperbaikinya.
Hal-hal yang perlu di-inspek:
A. Karyawan
1. Catatan kesehatan
2. Catatan pelatihan
3. Sanitasi dan Higiene
B. Bangunan (Termasuk Sarana Penunjang)
1. Kualitas ruangan produksi (jumlah partikel, suhu, kebersihan, dll)
2. Kapasitas ruangan, cukup/tidak?
3. AHU, Air Untuk Produksi
C. Dokumentasi
1. Batch Record, protap,dll
2. Protokol dan laporan validasi/kualifikasi
3. Kartu stock, penandaan, dan catatan distribusi
D. Produksi
1. Pengisian catatan bets, penandaan alat/mesin utama, pelaksanaan proses produksi
2. Resiko Mix-up dna cross contamination
E. Pengawasan mutu
1. Validasi/verifikasi metoda analisa
2. Uji kesesuaian sistem (HLPC, Spektrofotometer UV-Vis, GC, dll)
3. Personalia (kompeten dan terlatih)
Program inspeksi diri dilaksanakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali oleh sebuah
team inspeksi diri yang diketuai oleh QA Manager. Setelah pelaksanaan inspeksi diri, disusun
laporan inspeksi diri serta dibuat Rencana Aksi pebaikan/CAP dan laporan tindak lanjutnya.
Untuk eksternal audit dilaksanakan oleh pihak ketiga yang berhubungan dengan industri
farmasi yang bersangkutan, antara lain pemasok (supplier), pembuat obat kontrak (contract
manufacture), dan pihak-pihak lain yang berhubungan (konsultan, BPOM, dll). Pelaksanaan
audit eksternal dilakukan secara berkala dan hasilnya diuraikan dalam bentuk laporan audit
yang akan dijadikan pedoman penyusun krieria pemasok dan daftar pemasok yang disetujui.
Salah satu tugas dan tanggung jawa manager QA adalah melakukan pengkajian dan
persetujuan terhadap protap di perusahaan. Contoh beberapa protap yang perlu dikaji dan
disetujui dari manager QA sendiri meliputi:
Telah dijelaskan sebelumnya tugas dan tanggung jawab QA/Pemastian Mutu, dari uraian
diatas dapat dinilai bahwa peran QA disini adalah sebagai pemimpin yang harus memastikan
semua hasil produksi terjamin kualitasnya. Didalam islam sendiri terdapat figur seperti Nabi
Muhammad SAW yang dapat menjadi contoh untuk menjadi pemimpin yang baik. Dalam
Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4
(empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni:
(4) Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan
mengimplementasikannya.
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj
[22]:41).
DAFTAR PUSTAKA
Priyambodo Bambang., 2007, Manajemen Farmasi Industri, 216-229, Global Pustaka Utama,
Yogyakarta
Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat Yang Baik, 2009, 2-28, 223, 224, 236, Dirjen
Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, 2012, 3-8, Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/