Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PERLAWANAN RAKYAT PAPUA PADA MASA


PENDUDUKAN JEPANG

Kelompok 5 :
De Jacki Dwi Rezeki
Falah Hawari
Nisa Nuraeni
Rahma Zuleika
Vebrijio Sihaloho
Viqri Vahreza

SMA MEKAR ARUM


TAHUN AJARAN
2021 / 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Perlawanan Rakyat Papua.....................................................................................
1. Gerakan Koreri (Biak).........................................................................................
- L. Rumkorem.....................................................................................................
2. Perlawanan Yapen Selatan.................................................................................
- Silas Parepe.......................................................................................................
3. Perlawanan Sarmi...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
A. Latar Belakang
Tentara Jepang Mendarat di Papua dalam Gerakan Nanshin Rod (gerakan menuju ke
Daerah Selatan), 19 April 1942. Bala tentara Jepang mendarat di Kawasan Teluk Humboldt,
Vim dan Abepantai yang keseluruhan terdapat di wilayah Kota Jayapura. Tentara Jepang
lantas membangun lapangan terbang, basis-basis logistik, serta suatu jaringan jalan sekeliling
Teluk Humboldt. Untuk menyiapkan lapangan terbang dan sarana militernya, Jepang
mengerahkan tenaga penduduk setempat.
Saat itu, perlakuan tentara Jepang sangat keji terhadap penduduk setempat. Tentara
Jepang melakukan teror untuk menakut-nakuti penduduk setempat untuk tidak melakukan
perlawanan kepada tentara Jepang. Penduduk Papua dipaksa bekerja dengan cara disiplin
tentara. Tanah-tanah dan hak-hak adat harus diserahkan kepada tentara untuk dibuka jalan
raya, dan kota tanpa ganti rugi.Masyarakat dipaksa mengumpulkan sagu dan hasil-hasil bumi
lainnya untuk selanjutnya diserahkan kepada tentara Jepang untuk kepentingan perang.
Masyarakat tidak bebas bergerak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya,
penduduk setempat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

B. Perlawanan Rakyat Papua


Penderitaan rakyat Papua yang terjadi akibat kesewenangan Jepang menyebabkan
rakyat Papua melakukan perlawanan. Perlawanan rakyat Papua diawali oleh Gerakan Koreri
yang muncul di Biak kemudian meluas ke wilayah lainnya.

1. Gerakan Koreri (Biak)


Perlawanan rakyat Biak terhadap pendudukan Jepang dilakukan melalui Gerakan
Koreri pada tahun 1938 - 1943. Gerakan Koreri merupakan gerakan perlawanan rakyat
Papua, khususnya di Biak kepada agama baru yang dibawa oleh orang Kulit Putih (agama
Kristen). Suatu gerakan keagamaan yang berdasarkan pada kepercayaan atau mitologi
tradisional masyarakat Biak. Koreri berasal dari dua kata dalam bahasa tradisional Biak.
Yaitu “Ko” yang berarti “Kita” dan “Reri” yang berarti "Ganti Kulit”. Dengan demikian,
Koreri dapat diartikan sebagai Kita Berganti Kulit. Gerakan Koreri adalah gerakan yang
menjadi wujud kekecewaan masyarakat Papua atas ketidakadilan yang dilakukan oleh
kolonialis di Papua.

- L. Rumkorem
Memimpin rakyat Biak, L. Rumokem mengubah gerakan Koreri yang ada
sebelumnya menjadi gerakan perlawanan bersenjata pada tahun 1943. Faktanya perlawanan
rakyat Biak hanya dipersenjatai oleh senjata yang kalah modern dibandingkan dengan
persenjataan tentara Jepang. Namun rakyat Biak dengan semangat pantang meryerah berani
melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Meialui komando L. Rumkorem,
rakyat Biak memberikan perlawanan sengit di berbagai tempat dengan menggunakan strategi
perang gerilya. Hasilnya, Jepang menjadi kewalahan daiam menghadapi perlawanan rakyat
Biak.

2. Perlawanan Yapen Selatan


Setelah munculnya perlawanan di Biak perlawanan di Papua meluas sampai ke
wilayah Yapen Selatan. Berbeda dengan di daerah Biak, Rakyat Yapen Selatan tidak
berjuang sendiri melainkan mendapat bantuan dari Sekutu. Dengan dibantunya Rakyat
Yanpen selatan mulai dari persenjataan membuat perlawanan terhadap Jepang semakin
sengit.

- Silas Parepe
Masyarakat Yapen Selatan dipimpin oleh Silas Parepe salah satu pejuang dari Papua
yang sangat disegani. Silas Parepe merupakan seorang mata-mata rekrutan Amerika Serikat
pada saat itu. Dia juga ikut andil dalam perang di Pantai Biak walaupun saat itu banyak
korban dari pihak warga dia dan yang lainnya tetap menggangu usaha-usaha yang dilakukan
oleh Jepang.

3. Perlawanan Sarmi
Akibat penduduk tidak tahan lagi dengan kekejaman Jepang terhadap mereka , yang
selama ini mereka rasakan, dan bila ada kesempatan mereka membalas kekejaman itu.
Sehingga pada waktu Jepang diserang oleh sekutu, penduduk lokal ikut membantu sekutu
untuk melawan Jepang. Diperkirakan sekitar tanggal 30, 31 Maret 1944 dan 16 April 1944,
terjadi serangan bom yang dilakukan oleh sekutu terhadap Jepang yang cukup besar,
sehingga mematahkan semangat dan pertahanan Jepang.
Akhirnya sekitar 22 April 1944 sekutu dapat mendarat di Hollandia. Dengan
kedatangan sekutu yang dipimpin oleh Jenderal Mac Arthur, maka mulailah penyerangan-
penyerangan terhadap Jepang, dan mengakibatkan Jepang menyerah kepada sekutu sekitar
tahun 1944, dimana lebih dahulu satu tahun dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ana M. F. Parera, D. P. (2013). Saksi Sejarah Perang Dunia II di Kabupaten Tambrauw
Provinsi Papua Barat. Yogyakarta: Amara Books.
Ivan, K. (2021). Pembrontakan Rakyat Biak terhadap Pendudukan Jepang. Diambil kembali
dari roboguru.ruangguru.com: https://roboguru.ruangguru.com/question/perlawanan-
dan-pemberontakan-rakyat-biak-terhadap-praktik-pendudukan-jepang-yang-
dikomandoi-oleh_hoYGUwraSCg
Janur, K. (2020, Februari 24). Hikayat Perang Dunia II di Ppua dari Temuan Kerangka
Tentara Jepang. Diambil kembali dari Liputan6.com :
https://www.liputan6.com/regional/read/4185866/hikayat-perang-dunia-ii-di-papua-
dari-temuan-kerangka-tentara-jepang
Ririn Daniri, W. D. (2016). Buku Siswa Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI. Klaten: Cempaka
Putih.
Saberia. (2017). Peninggalan Jepang di Sarmi Papua. Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua,
210.

Anda mungkin juga menyukai