Anda di halaman 1dari 7

Apa Semua Obat Maag Perlu 

Dikunyah?

Beberapa orang  mungkin pernah mengonsumsi obat maag dan bertanya-tanya “Ini
obat maag perlu dikunyah kenapa sih? Ga bisa ya langsung ditelan aja?” Pertanyaan
sederhana, tapi menuntut penjelasan yang cukup serius juga, karena ini berhubungan
dengan efek obatnya sendiri.

Pertanyaan lain kemudian muncul lagi “Lho obat maagmu dikunyah? Kok waktu
kakakku dikasih obat maag sama dokter katanya malah harus ditelan langsung
jangan dikunyah.”

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu memang sering muncul di komunitas. Keduanya


tidak salah, memang ada obat maag yang perlu dikunyah dan ada juga yang dapat
langsung ditelan (khusus untuk obat sediaan tablet dan kapsul ya). Sebelumnya kita
perlu tahu dulu sedikit tentang maag dan tentunya obat-obatan apa saja yang
digunakan untuk gejala tersebut.

Maag merupakan istilah dari Bahasa Belanda yang artinya lambung. Sehingga nyeri
pada lambung selalu diindentikan dengan nama maag. Secara umum gejalanya adalah
sakit pada daerah ulu hatinya, dapat diikuti juga dengan mual bahkan muntah,
kembung, nafsu makan berkurang. Memang jika hanya diamati sekilas, sepertinya
gejala ini tidak berbahaya, namun bila tidak dilakukan pengobatan yang tepat gejala
ini akan bertambah parah.
Sebelum gejala ini diatasi dengan obat memang lebih baik pasien menjalani pola
hidup sehat seperti pengaturan pola makan yang teratur, tidak mengonsumsi makanan
pedas, asam, dan berkafein, serta menghindari rokok dan alkohol. Selain itu juga
menghindari stres dan melakukan olah raga rutin. Jika memang perlu dibantu dengan
obat maka ada beberapa pilihan terapi yang dapat dijalani pasien.

Seperti yang telah disebutkan di atas, obat maag sediaan tablet yang banyak
dikonsumsi bebas berupa tablet kunyah, obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter dan
merupakan pilihan pertama untuk menangani gejala maag. Golongan obatnya adalah
antasida, kandungannya umumnya berupa Al(OH) 3dan atau Mg(OH)2 maupun
kombinasi keduanya. Golongan obat ini dalam pengonsumsiannya memang harus
dikunyah terlebih dahulu, hal ini untuk meningkatkan kerja obat dalam
menurunkan asam lambung. Jika tidak nyaman dikunyah, maka ada antasida pilihan
lainnya, yaitu antasida suspensi. Selain itu antasida juga harus dikonsumsi saat perut
kosong, yaitu satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Yang perlu
diperhatikan juga dalam pengonsumsian obat ini adalah adanya interaksi dengan obat
lain, jadi jika sedang mengonsumsi obat lainnya sebaiknya waktu minum obat diberi
jarak.

Golongan obat maag lainnya antara lain golongan antihistamin H 2 (contohnya


Ranitidin, Simetidin, dan Famotidin), golongan inhibitor pompa proton (contohnya
Omeprazol, Lansoprazol). Kedua golongan obat ini hanya dapat dibeli dengan resep
dokter. Biasanya obat-obatan ini diresepkan dokter jika antasida tidak dapat mengatasi
maag. Antihistamin H2 yang banyak di pasaran adalah Ranitidin. Obat ini baik
dikonsumsi setelah makan karena penyerapannya meningkat dengan makanan.
Sedangkan Omeprazol dan Lansoprazol sebaiknya dikonsumsi setengah jam sebelum
makan. Kedua golongan obat dalam pengonsumsiannya tidak dikunyah terlebih
dahulu, berbeda dengan antasida. Inilah yang membedakan beberapa jenis obat maag.

Jadi, pasien tentunya tidak dapat memukul rata bahwa semua obat maag harus
dikunyah. Kenali gejala penyakit dan kenali juga obat yang dikonsumsi untuk
meredakan gejala tersebut. Jika perlu, hubungi apoteker untuk pelayanan informasi
obat.

1.
Yustika Novianti permalink

15/03/2011 8:55 pm

Kebetulan membaca artikel ini,menimbulkan pertanyaan bagi saya yang setiap


hari melakukan monitoring obat pasien rawat inap. Bagaimana dengan
penggunaan obat PPI bersamaan dengan Sucralfate yg juga merupakan obat
maag, apakah ada evidence base nya?karena saya mencari referensi sampai saat
ini belum ketemu. Kemudian bagaimana pemberian informasi kepada
perawat/pasien ketika kedua obat ini digunakan bersamaan? Makasih atas
informasinya.

Yustika Novianti

Reply

2.

moniqblueprint permalink*

16/03/2011 3:04 pm

Dari referensi memang tidak banyak dibahas mengenai interaksi PPI dan
sukralfat. Dilihat dari mekanisme kerja sukralfat dalam mengatasi gejala maag,
sukralfat bekerja sebagai barier (pelindung) lambung, sehingga dikhawatirkan
jika sukralfat dikonsumsi dengan obat lain akan mengurangi absorpsi obat
lainnya yang diabsorpsi di lambung. Dari pustaka ditemukan bahwa PPI
memang tidak diabsorpsi di lambung, melainkan di usus (berkaitan dengan sifat
basa lemah PPI), jadi sebenarnya pengaruh interaksi dalam absorpsinya tidak
terlalu signifikan.

Tapi untuk mencegah adanya interaksi yang (mungkin) ada, ketika Sukralfat
dikombinasikan dengan PPI, maka kedua obat tersebut sebaiknya dijarak dalam
pengonsumsiannya. Sukralfat dikonsumsi 1 jam sebelum makan dan tidak apa-
apa PPI jadi dikonsumsi 1-2 jam setelah makan.

Pemberian informasi pada pasien/perawat yang penting untuk diberitahu antara


lain:
-sukralfat dikonsumsi saat perut kosong, maka dari itu seperti disebutkan di
atas, sebaiknya dikonsumsi 1 jam sebelum makan.
- Bila ada obat lain yang menyertainya, maka dijeda setidaknya 2 jam (waktu
rata-rata pengosongan lambung), untuk pengonsumsian bersama PPI,
pengonsumsian PPI yang sebaiknya 1/2 jam sebelum makan dapat dipindah
menjadi 1-2 jam setelah makan.

semoga bisa membantu, kalau ada kawan-kawan lain yang punya informasi,
silahkan dishare..

Reply

3.

Donny Rahman permalink

19/03/2011 6:48 pm

IMO. Sampai saat ini belum ada bukti klinis bahwa penggunaan kedua obat ini
secara bersama dapat meningkatkan efektiftas terapi.
Secara mekanisme kerja, kedua obat ini berbeda dalam mengatasi Peptic ulcer.
Sulcraflate bekerja dengan membentuk barier pasta aluminium pada mukosa
lambung yang terluka, sedangkan PPI menghambat sekresi dari H+ dan pepsin.
Persyaratan dari sucraflate untuk dapat aktif dan berikatan dengan mukosa
lambung yang terluka adalah suasana asam (pH < 4) dan keberadaan pepsin.
Sehingga secara logika penggunaan sucraflate secara bersamaan dengan PPI,
antasid dan H-2 blocker dapat menurunkan efektifitas kerja dari sucraflate itu
sendiri.
Mungkin saran oleh saudari moniqblueprint sudah tepat untuk pemberian
informasi kepada pasien. CMIIW

Reply

Monika Oktora permalink*

20/03/2011 2:11 pm
sip, makasih informasinya mas donny. kalau ada informasi lainnya
tentang penggunaan obat bisa sharing2 ya mas. nuhun..

Reply

4.

obat maag permalink

30/12/2011 8:11 pm

makasi atas informasinya

Reply

Monika Oktora permalink*

31/12/2011 12:48 pm

yap, sama2 

Reply

5.

calon apoteker permalink

20/01/2012 3:46 pm

Dari yang dijelaskan tadi ada sedikit unek-unek. Mau tanya, biasanya obat
maag selain golongan antasida bisa diberikan pada gejala yang seperti apa ?
soalnya diartikel hanya membahas, diberikan jika antasida tidak mengatasi
maag. Hatur nuhun informasina ka Monika.
Reply

Monika Oktora permalink*

23/01/2012 8:48 am

Obat maag golongan selain antasida seperti antihistamin H2 (Ranitidin,


dll), dan inhibitor pompa proton/PPI (omeprazol dan lansoprazol) dalam
penggolongan obatnya termasuk obat golongan Keras, yang artinya
sebenarnya tidak boleh dibeli tanpa resep dokter. Tapi memang
kenyataannya terkadang obat ini bisa dibeli secara bebas. Berhubungan
dengan penggolongan obatnya, maka penggunaannya harus diperhatikan
lebih cermat, berbeda dengan antasida yang biasa dibeli di warung atau
OTC (over the counter).

Antihistamin H2 dan PPI biasanya diindikasikan untuk gejala maag yang


lebih parah (atau biasanya dikenal dengan isitilah tukak lambung), gejala
pasien biasanya sudah tidak mempan lagi diobati dengan antasida. Maka
dari itu dokter yang berhak meresepkan obat-obat ini. Omeprazol juga
bahkan digunakan untuk tukak lambung yang diikuti dengan infeksi
H.pylori.

Reply

6.

Fadel Muhammad permalink

26/10/2012 7:50 pm

Izin Share ya 

Reply
7.

ibnusina permalink

31/10/2012 8:43 pm

Tapi kenapa sih, kug ada obat yang perlu di kunyah, dan ada yang tidak?
tujuan pengunyahan itu kan untuk mempercepat kerjanya? kenapa hanya di
antasida??? apa yang lain tidak butuh cepat?

Reply

Monika Oktora permalink*

05/11/2012 10:18 am

iyap betul utk meningkatkan kerjanya dalam meredakan asam lambung.


kenapa hanya antasida? karena antasida ini yg bekerjanya lokal di
lambung. saat antasida mencapai lambung bisa langsung bekerja. obat
yang lain sperti ranitidin atau omeprazol mekanisme kerjanya berbeda
lagi, bekerjanya sistemik, efek obatnya akan dirasakan setelah obat
mengalami proses absorpsi-distribusi, dst 

Anda mungkin juga menyukai