Abstrak: Program wajib belajar sembilan tahun pendidikan di Indonesia mulai dicanangkan pada
tahun 1994 dan ditargetkan penuntasannya pada tahun 2008. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
masih menemui banyak kendala, antara lain adalah faktor biaya, sarana persekolahan, dan keadaan
yang mengharuskan anak didik bekerja, sehingga target penuntasan wajib belajar sembilan tahun
secara keseluruhan belum tercapai. Khusus Provinsi DKI Jakarta program wajib belajar 9 tahun telah
berhasil dituntaskan. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2004 telah mencapai 102,86%, sedangkan untuk Sekolah Menengah mencapai 81,41%.
Berdasarkan fakta ini, seharusnya provinsi DKI Jakarta mulai meningkatkan kualitas pendidikan
warganya dengan program wajib belajar 12 tahun. Hal ini sesuai dengan perkembangan kota Jakarta
sebagai kota jasa yang sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Asia, yang membutuhkan sumber
daya manusia yang unggul dan tangguh dalam bidang industri jasa. Dalam rangka menuntaskan wajib
belajar 12 tahun, masih dibutuhkan tambahan anggaran baik dari APBN, APBD maupun partisipasi
masyarakat dan dunia usaha. Pembiayaan program wajib belajar 12 tahun, harus diarahkan pada
pengelolaan dan pengawasan sumber daya pembiayaan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Kata kunci: penuntasan wajib belajar sembilan tahun, APK dan APM, kualitas lulusan, perencanaan
pembiayaan, manajemen strategis.
Abstract: Program nine years of compulsory education in Indonesia started launched in 1994 and
finished in the year targeted 2008. However, in practice still have a lot of obstacles, among others, is
the cost factor, the means of schooling, and the circumstances that require students to work, so that
the target of completing the nine-year compulsory education as a whole have not been met. Special
Province of DKI Jakarta program compulsory education of 9-year, has been successfully completed.
Gross Enrollment Rate (GER) Junior High School for DKI Jakarta province in 2004 has reached
102.86%, while for senior high school by 81.41%. Based on these facts, it should provincial DKI
Jakarta began improving education quality by improving citizens 12 years of mandatory programs.
This is in accordance with the development of Jakarta as a city service that is parallel to the major
cities the other in Asia, which requires human resources and strong excel in the service industry. In
order for completing compulsory education reached 12 years, still required additional budget from the
state budget, budget and community participation and the business world. Financing programs
compulsory education to 12-year, should be directed to the management and supervision of financial
resources and improving the quality of education.
Key words: completion of nine-year compulsory education, GER and NER, the quality of graduates,
financial planning, strategic management.
92
Muhamad Husin, Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
93
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
Program wajib belajar sembilan tahun juga manajemen strategi yang diterapkan untuk
menghadapi masalah kualitas pembelajaran. menjaga mutu pembel ajaran dalam rangka
Kualitas pembelajaran ditunjukkan oleh mutu penuntasan wajib belajar 12 tahun di provinsi DKI
proses pembelajaran dan hasil pembelajaran Jakarta.
yang dilaksanakan. Hasil penelitian Ghozali
menunjukkan bahwa mutu proses pembelajaran
Kajian Literatur dan Pembahasan
pada pendidikan dasar dan menengah tergolong
Program Wajib Belajar
rendah. Sedangkan mutu hasil belajar siswa
secara keseluruhan belum mencapai nilai rata-rata Pro gram wajib b elajar merupakan amanat
yang baik, karena masih di bawah nilai tujuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yang
(Ghozali, 2005). Selain itu, masalah lainnya dalam menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
kualitas pembelajaran adalah mutu guru. Saat ini memperoleh pendidikan, setiap warga negara
hanya sekitar 50% guru pada pendidikan dasar wajib memperol eh pendidikan dasa r da n
yang memenuhi kualifikasi pendidikan strata satu pemerintah wajib menyediakan dananya. Hal ini
(Harian Kompas, 29 November 2005). Dengan diperkuat dengan Undang-Undang No. 20 Tahun
demikian secara nasional masih diperlukan banyak 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
pembenahan dalam pelaksanaan program wajib pada pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap
belajar sembilan tahun. Kenyataan ini membuat warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
pemerintah memundurkan target penuntasan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
program wajib belajar sembilan tahun dari tahun dasar. Selanjutnya pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan
2004 menjadi tahun 2008. bahwa yang dimaksud dengan pendidikan dasar
adal ah berbent uk s ekolah d asar (SD ) da n
Akan tetapi kenyataan tersebut berbeda
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
dengan yang terjadi Di Provinsi DKI Jakarta. Angka
sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP)
partisipasi kasar (APK) SMP untuk provinsi DKI
dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
Jakarta pada tahun 2004 telah mencapai 102,86%
yang sederajat.
(Harian Kompas, 29 November 2005), sedangkan
untuk SLTA sebesar 81,41%. APK SLTA kemudian Se lain a manat Undang-undang, pada
meningkat menjadi 81,65% pada tahun 2006 dasarnya program wajib belajar merupakan
(www.dikmentidki .go.id). De ng an ke adaan tuntutan perubahan karena didasari konsep
seperti itu, pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah “pendidikan dasar untuk semua”(universal basic
menuntaskan program wajib belajar 9 tahun. Oleh educ atio n), yang pada hakekat nya bera rt i
sebab itu perlu ditingkatkan menjadi program penyediaan akses yang sama untuk semua anak
penuntasan wajib belajar 12 tahun. Dari uraian (Daliyo, 1998). Dengan penyediaan akses yang
di atas maka diperlukan kajian yang meneliti sama bagi semua anak, maka setiap anak akan
penuntasan wajib belajar dua belas tahun di memperoleh peningkatan kemampuan bersaing
Provinsi DKI Jakarta, terutama yang terkait dengan dalam iklim gobal, sebab peningkatan mutu SDM
pembiayaan dan mutu pembelajaran. pada tingkat penguasaan pendidikan dasar
merupakan persyaratan minimum bagi setiap
Masalah dalam kajian ini dirumuskan sebagai
warga negara Indonesia untuk mengenal
berikut: 1) Bagaimanakah perencanaan pem-
peralatan elektronik, prinsip kerja mesin-mesin
biayaan yang dilaksanakan dalam penuntasan
produksi dan pertanian, alat-alat rumah tangga
wajib belajar 12 tahun di provinsi DKI Jakarta? 2)
yang diperlukan untuk membangun kehidupan
Bagaimanaka h ma najemen strategi yang
modern dengan menggunakan teknologi dasar.
diterapkan untuk menjaga mutu pembelajaran Dengan demikian program wajib belajar bertujuan
dalam rangka penuntasan wajib belajar 12 tahun untuk memberikan bekal kemampuan dasar
di provinsi DKI Jakarta. kepada peserta didik untuk mengembangkan
Tujuan kajian ini adalah dapat diperoleh data kehidupannya sebagai pribadi, anggota ma-
dan informasi tentang: 1) perencanaan pem- syarakat, warga negara dan anggota umat
biayaan yang dilaksanakan dalam penuntasan manusia serta mempersiapkan peserta didik
wajib belajar 12 tahun di provinsi DKI Jakarta, 2) untuk mengikuti pendidikan menengah.
94
Muhamad Husin, Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
Hal ini sejalan dengan komitmen Negara- sekolah pada jenjang tertentu. APK dihitung
negara PBB untuk Education for All (EFA) di Jomtien dengan rumus:
tahun 1991 dan Dakar tahun 2000 berisikan enam (Jumlah siswa seluruhnya)
tujuan utama, yaitu: (1) memperluas pendidikan
APK = ________________________ X 100%
untuk anak usia dini, (2) menuntaskan wajib
(Jumlah penduduk usia 7-15)
belajar untuk semua pada tahun 2015, (3) me-
ngembangkan proses pembelajaran/keahlian
untuk orang muda dan dewasa, (4) meningkatnya Angka Parti sipasi Mur ni (APM) a da lah
50% orang dewasa yang melek huruf pada tahun persentase jumlah siswa usia sekolah terhadap
2015, khususnya perempuan, (5) menghapuskan jumlah penduduk usia sekolah pada suatu jenjang
kesenjangan gender, dan (6) meningkatkan mutu sekolah, usia sekolah pendidikan dasar adalah 7-
pendidikan (Muchtar, 2004). Komitmen ini tentunya 15 Tahun. Besarnya APM dihitung dengan rumus:
juga mengikat Indonesia sebagai negara anggota
PBB. (Jumlah siswa usia 7-15)
Program wajib belajar sembilan tahun di APM = _________________________ X 100%
Indonesia di mulai pencanangannya pada tahun
(Jumlah penduduk usia 7-15)
1994 dan ditargetkan penuntasannya pada tahun
2008 (Harian Kompas, 29 November 2005). Ada
(sumber:www.depdiknas.go.id/ditjen
lima alasan bagi pemerintah untuk memulai
manajemendikdasmen)
program wajib belajar sembilan tahun: (1) lebih
dari 80 perse n angkat an kerja hanya ber-
pendidikan SD atau kurang, atau SMP tidak tamat; Berdasarkan laporan Bank Dunia tahun 2004
(2) program wajib belajar sembilan tahun akan Indones ia masih belum mampu memenuhi
meningkatkan kualitas SDM dan dapat memberi program wajib belajar sembilan tahun bagi semua
nilai tambah pada pertumbuhan ekonomi; (3) anak, karena masih terdapat sekitar 20 persen
anak usia sekolah menengah pertama yang masih
semakin tinggi pendidikan akan semakin besar
belum bersekolah (Bank Dunia, 2004). Krisis
partisipasi dan kontribusinya di sektor-sektor
ekonomi yang melanda Indonesia berpengaruh
yang produktif; (4) dengan peningkatan program
terhadap APK dan APM pendidikan dasar. Pada
wajib belajar dari enam ke sembilan tahun, akan
tahun 1998 meskipun APK dan APM SD+MI secara
meningkatkan kematangan dan ketrampilan
nasio nal tela h tuntas yait u masing-masing
siswa; (5) peningkatan wajib belajar menjadi
sebesar 113,74% dan 93,74%, namun untuk
sembilan tahun akan meningkatkan umur kerja
SLTP+MTs masih jauh dari tuntas, yaitu sebesar
minimum dari 10 ke 15 tahun (Daliyo, 1998). Jadi
71,92% dan 55,05% ( www.depdiknas.go.id/
suksesnya pelaksanaan wajib belajar sembilan
ditjenmanajemendikdasmen).
tahun akan meningkatkan produktivitas kerja
Keadaan menjadi sangat ironis b ila
manusia Indonesia secara keseluruhan.
dibandingkan dengan kondisi negara pesaing
Akan tetapi pencapaian program wajib belajar
Indonesia di Asia Tenggara, seperti Thailand dan
sembilan tahun oleh pemerintah belum mencapai
Malaysia. Tahun 2003, Thailand telah memperluas
hasil maksimal sehingga target pencapaian
wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun dan mulai
penuntasan wajib belajar sembilan tahun pada
mempersiapkan kebijakan wajib belajar 15 tahun
tahun 2008 masih merupakan pekerjaan yang
secara gratis, sementara Malaysia mentargetkan
berat bagi pemerintahan di orde reformasi ini.
angka partisipasi di universitas mencapai 40%
Indikator- pencapaian program wajib belajar
pada tahun 2010 (www.economist.com). Rencana
sembilan tahun adalah kinerja pencapaian Angka
ini tentu akan meninggalkan Indonesia jauh di
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
belakang dalam rata-rata lama sekolah para
(APM) untuk jenjang pendidikan SD sampai SMP
tenaga kerjanya.
se be sar 90% (Bank Duni a, 200 4). Angka
Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah De ngan merujuk indikat or penca pa ian
siswa seluruhnya terhadap jumlah penduduk usia program wajib belajar sembilan tahun, secara
95
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
96
Muhamad Husin, Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
pene litian Gho za li rat a-rata b iaya s atuan Manajemen Strategi Mutu Wajib Belajar 12
pendidikan persiswa pertahun untuk SD mencapai Tahun
Rp. 1.864.000 dan SMP mencapai Rp. 2.771.000 Program wajib belajar dua belas tahun adalah
(www.kompas.co.id). Bila melihat nilai sebesar itu, bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan.
pendidikan dasar di Indonesia masih terasa mahal Selain pencapaian target penuntasan APK dan
jika dibandingkan penghasilan orang miskin yang APM, pendidikan dasar dan menengah masih
perharinya hanya kurang lebih Rp. 20.000, memiliki banyak masalah yang terkait dengan mutu
sementara bantuan biaya dari pemerintah sebagai proses dan hasil pembelajaran. Proses dan hasil
akibat kenaikan harga BBM baru mencapai Rp. pembelajaran dinilai dari kinerja pelayanan yang
235.000 untuk tingkat SD dan Rp. 324.000 untuk diberikan oleh satuan pendidikan kepada peserta
tingkat SMP (Harian Kompas, 27 Juni 2005). didik. Tola dan Furqon (2003) menyatakan bahwa
Demikian halnya pendidikan pada tingkat mutu pembelajaran dan hasi l belajar ya ng
sekolah menengah (SM). Menurut Ghozali (2005) memuaskan merupakan produk akumulatif dari
biaya pendidikan perorang pertahun di SMA seluruh layanan yang dilakukan sekolah dan
sebesar Rp. Rp. 3.612.000 dan SMK Rp. 4.737.000. pengaruh dari suasana/iklim yang kondusif yang
Sementara untuk jenjang pendidikan SM tidak ada diciptakan di sekolah. Selanjutnya Levine (1994)
bantuan operasional sekolah (BOS) seperti pada menyatakan bahwa s ekolah yang efekti f
SD dan SMP, padahal jumlah orang miskin di menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan
Indonesia sudah mencapai 40 juta orang. dalam menyelenggarakan proses belajarnya,
Besarnya biaya pendidikan, terutama pada dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu
tingkat satuan pendidikan menurut Supriadi pada pe serta didik se suai dengan tugas
(2003), berhubungan dengan berbagai indikator pokoknya. Esensi pernyataan tersebut adalah
mutu pendidikan, seperti angka partisipasi, angka menunjukkan bahwa sekolah berfungsi sebagai
putus sekolah, dan prestasi belajar siswa. Oleh tempat belajar yang memiliki kewajiban untuk
sebab itu, dalam konteks perencanaan pem- menyelenggarakan pengalaman pembelajaran
biayaan pendidikan, pemahaman terhadap yang bermutu bagi peserta didiknya.
berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangat Sekolah sebagai sistem harus menekankan
penting. Pemahaman tersebut dari hal-hal yang proses belajar mengajar sebagai “pemberdayaan”
sifatnya mikro pada satuan pendidikan hingga pelajar, yang dilakukan melalui interaksi perilaku
yang makro secara nasional, antara lain meliputi pengajar dan perilaku pelajar, baik di ruang
sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem maupun diluar kelas. Karena proses belajar
dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan mengajar merupakan pemberdayaan pelajar,
efsiensi dalam penggunaannya, dan akuntabilitas maka penekanannya bukan sekadar mengajarkan
hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan sesuatu kepada pelajar, melainkan proses belajar
kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada semua mengajar yang mampu menumbuhkan daya
tataran, khususnya di tingkat sekolah. kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan
Dengan demikian pembiayaan program wajib eksperimentasi untuk membuka dan menemukan
bel ajar dua bel as tahun diarahkan pada kemungkinan-kemungkinan baru, menumbuhkan
pengelo laan dan penga wasan sumber daya demo krasi, memberikan keme rdekaan, dan
pembiayaan pendidikan yang diperlukan untuk memberikan toleransi terhadap kekeliruan-
penuntasan program wajib belajar sembilan tahun kekeliruan akibat kreativitas berfikir (Bakrie, 1999).
dan peningkatan mutu pendidikan. Pengelolaan Proses belajar mengajar dapat digambarkan
menyangkut distribusi, efektivitas dan efisiensi sebagai berikut:
sumber dana dan pengawasan adal ah ber-
jalannya fungsi-fungsi kontrol baik secara internal
maupun eksternal dalam pembiayaan pendidikan
dasar dan menengah di provinsi DKI Jakarta.
97
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
mengajar adalah tujuan pembelajaran, alat pendidikan saat ini lebih berorientasi pada
evaluasi, materi, pengajar, siswa, metode, media, sekolah. Strategi ini berbeda dengan konsep
waktu, dan lingkunga n. Hal yang sejala n mengenai pengelolaan sekolah selama ini. Dalam
dinyatakan oleh Sudjana (1995) yang me- sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi
nyebutkan bahwa komponen pengajaran sebagai proses pengambilan atau pembuatan keputusan
dimensi penilaia n pros es belajar-mengaja r pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat
mencakup tujuan pengajaran (kurikulum), bahan makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang
pengajaran, siswa, guru, alat dan sumber belajar, bersifat mikro; Sementara sekolah cenderung
merupakan komponen kinerja pelayanan pada te rs ebut yang belum tent u sesuai denga n
tingkat sat ua n pendidikan, akan t etapi kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan
pengelolaan satuan pendidikan adalah tanggung harapan orang tua. Pengalaman menunjukkan
jawab di nas pendidikan di daerah maupun bahwa sistem lama seringkali menimbulkan
pemerintah pusat. Oleh sebab itu agar proses kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal, se ko lah dengan kebijakan yang harus di-
maka faktor-faktor tersebut menjadi titik fokus laksanakan di dalam proses peningkatan mutu
dalam pengelolaan pendidikan baik di tingkat pendidikan. Hal inilah yang kemudian mendorong
satuan pendidikan, dinas pendidikan daerah munculnya pemikiran untuk beralih kepada konsep
belajar berupa sarana sekolah, masih terdapat sc ho ol yang le bi h memfo kuskan diri pada
10 5.00 0 kela s yang rus ak, banyak ke las perbaikan proses pendidikan. Beberapa indikator
kekurangan buku, dan masih banyak guru yang yang menunjukkan karakter dari konse p
memiliki pendidikan tidak memadai (mismatch) manajemen ini menurut Umaedi (1999) antara lain
(Harian Kompas, 29 November 2005). Di provinsi sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman
DKI Jakarta pada tahun ajaran 2006/2007 untuk dan tertib, (ii) sekolah memiliki misi dan target mutu
SMA menunjukkan rasio ruang belajar/murid 1:33, yang ingi n di capai, (ii i) sekol ah memiliki
untuk SMK 1:37. Rasio guru murid SMA 1:11 dan kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan
SMK 1:12 (www.dikmentidki.go.id/datapokok yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah,
pendidikan2006/2007). Fakta ini ini membuktikan guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk
98
Muhamad Husin, Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
99
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
kebijakan ini perlu diperluas sampai SM, namun (school mapping) hendaknya menjadi perhatian
dengan perlakuan yang berbeda. Untuk sekolah utama serta tetap memberi pe rhatia n da n
favorit dan kaya, tidak diperlakukan sama dengan bantuan kepada sekolah-sekolah swasta yang
sekolah miskin. Pada sekolah mampu/mandiri, membutuhkan. Ketiga, melanjutkan program
siswa diberikan subsidi biaya pendidikan yang jaring pengaman sosial di bidang pendidikan
sama dengan siswa dari sekolah tidak mampu, melalui program pemberian beasiswa bagi siswa
tetapi kebutuhan fasilitas lainnya hanya diberikan yang kurang mampu, serta pemberian dana
pemerintah ke pa da s ekol ah tidak mampu. bantuan operasional (DBO) bagi sekolah-sekolah
Deskripsinya adalah sebagai berikut: misalkan yang berada di kantong-kantong masyarakat
biaya iuran pendidikan siswa SMA perorang miskin. Masih terjadi siswa putus sekolah bukan
pertahun adalah sebesar Rp. 3.000.000, jika suatu karena biaya sekolah, tetapi masalah ekonomi
sekolah memiliki 500 orang siswa, maka besarnya keluarganya at au ketiadaan sarana untuk
subsidi dari pemerintah adalah Rp. 3.000.000 x transportasi ke sekolah. Keempat, member-
500 = Rp. 1.500.000.000. Subsidi ini di luar gaji dayakan dan meningkatkan mutu SLTP/SLTA
guru dan biaya rutin sekolah (mis: Telepon, Listrik, Terbuka yang telah dikembangkan pada tahun-
dan Air). Hal ini berlaku untuk semua sekolah, akan tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan melalui
tetapi bagi sekolah mampu masih diperbolehkan ko nsol idasi dan pe rbaikan manaje me n ke-
meminta bantuan komite sekolah/orang tua siswa lembagaan, peningkatan kualitas guru bina dan
untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolahnya. pamong, perbaikan mutu buku modul, perbaikan
Sementara unt uk s ekol ah tid ak mampu, pro ses belaja r mengaj ar, dan pe ningkata n
kebutuhan fasilitas masih dipenuhi lagi oleh dukungan dan kerjasama dengan masyarakat.
pemerintah hingga mencapai standar sekolah Kelima, melanjutkan pengadaan buku mata
yang maju. Orangtua atau masyarakat berperan pelajaran yang berkualitas sehingga rasio buku
membantu pengembangan sekolah mencapai dan murid mencapai 1:1 untuk setiap mata
standar pelayanan pendidikan yang bermutu. pelajaran. Oleh karena itu, berbagai kegiatan
Kategori kemampuan sekolah antara lain dapat pokok perlu diperhatikan antara lain perbaikan/
dilihat dari prosentase pencapaian sumbangan revisi buku teks, pengadaan buku berdasarkan
dari komite/orang tua dalam memenuhi anggaran analisis kebutuhan atau permintaan sekolah, dan
dan pe ndapat an sekol ah (APBS). Kedua, pemberian grant untuk pembelian buku sehingga
melanjutkan pembangunan unit sekolah baru sekolah mendapatkannya secara tepat jumlah
(USB) dan ruang ke las baru (RKB). Dal am dan tepat waktu.
pemb angunan USB/RKB, pemetaan seko lah
Pustaka Acuan
Bakrie, Aburizal. 1999. Mengefektifkan Sistem Pendidikan Ganda. Makalah Disampaikan pada Rapat
Kerja Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, Tanggal 29 Maret 1999 di Jakarta.
Becker, Gary S. 1994. Human Capital. Chicago: The University of Chicago Press.
Daliyo et. al. 1998. Pekerja Anak dan Perencanaan Pendidikan di Nusa Tenggara Barat dan Timur, Policy
Paper No. 7. Jakarta: AisAID.
Ghozali, Abbas. 2005. Analisis Biaya Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Laporan Penelitian.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Levine, M (Ed.). 1994. Professional Practices Schools. New York: Teachers College Press.
Muchtar, Yanti. 2004. Capaian MDGs untuk Goal Pendidikan? Jakarta: Yayasan Kapal Perempuan.
Slamet PH. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh. www:depdiknas.go.id/balitbang/publikasi
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T. Remadja Rosdakarya.
Supriadi, Dedi. 2003. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
100
Muhamad Husin, Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
Tola, Burhanuddin dan Furqon. 2003. Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif.
www:depdiknas.go.id/publikasi/jurnal pendidikan.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. www.depdiknas.go.id/publikasi.
Batu Ujian bagi Pemerintahan SBY-JK. Kompas, 29 November 2005.
Dana Kompensasi BBM Disepakati Biaya Pendidikan Dasar Dijamin Gratis. www.kompas.co.id . 2005
Biaya Pendidikan Lebih Banyak Ditanggung Orang tua Siswa. www.kompas.co.id. 2004.
Glosari Pendidikan. www.depdiknas.go.id./Ditjen Manajemen Dikdasmen.2003.
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. www.depdiknas.go.id/ditjen dikdasmen. 2003.
Negara Pesaing Indonesia telah Melangkah Lebih Jauh. www.economist.com. 2003.
Peningkatan Kualitas Pendidikan. www:cbe.org.id/Bank Dunia. 2004.
Indonesia Human Development Report. www.bappenas.go.id/UNDP. 2004.
www.depdiknas.go.id/statistik pendidikan
www.dikmentidki.go.id/data pokok pendidikan.
101