Anda di halaman 1dari 16

Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 265

BETUTU BALI : MENUJU KULINER


DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA
BETUTU OF BALI:
TOWARDS INDONESIAN CULINARY DIPLOMACY
I Made Purna dan Kadek Dwikayana
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali
Jl. Raya Dalung No.107, Dalung, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80351
e-mail: purna.bpsntbali@gmail.com, dwikadecka@gmail.com
Naskah Diterima:20 Desember 2018 Naskah Direvisi:30 Januari 2019 Naskah Disetujui: 28 Juni 2019

DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.478

Abstrak
Etnis Bali yang beragama Hindu, telah memiliki sumber daya budaya berupa kuliner
tradisional betutu dari bahan ayam dan bebek. Kuliner betutu dimasak dengan bumbu “jangkep”
(lengkap). Kuliner ini pada awalnya difungsikan sebagai makanan persembahan terhadap Ida
Hyang Widhi Wasa/Tuhan Hyang Maha Esa, dan hasil persembahannya disantap bersama-sama.
Namun, perkembangan selanjutnya difungsikan sebagai hidangan kaum raja-raja dan
keluarganya, dan kebutuhan sosial. Dalam menghadapi politik global dan pariwisata, maka
Betutu difungsikan sebagai kebutuhan biologis anggota masyarakat secara umum, pariwisata dan
diplomasi. Tujuan dari penulisan artikel ini (1) melestarikan kuliner Betutu Bali (2)
mempopulerkan kuliner Betutu sebagai media identitas, toleransi (kerukunan, keharmonisan)
antar umat beragama, etnis dan bangsa. Artikel ini menggunakan konsep kuliner, gastro
diplomasi dan teori fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling dan
snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan kuliner Betutu dapat diterima oleh semua
kalangan dengan terbukti dapat ditemukan atau disajikan di hotel-hotel berbintang, restauran,
dijual di warung-warung makanan dengan omset yang selalu meningkat.
Kata kunci:betutu, kuliner, diplomasi, toleransi.
Abstract
Hindus Balinese ethnic has cultural resources in the form of betutu, a traditional culinary
from chicken and duck. Betutu is cooked with "jangkep" (complete) spices. This food was
originally functioned as a food offering to Ida Hyang Widhi Wasa (Hyang the One God), and the
results of her offerings were eaten together. However, further developments functioned as a dish
for the kings and their families, and social needs. In the face of global politics and tourism, Betutu
functioned as the biological needs of community members in general, tourism and diplomacy. The
purpose of writing this are (1) preserving Betutu Bali culinary (2) popularizing Betutu culinary as
a medium of identity, tolerance (harmony) between religious and ethnic groups. This article uses
concepts such as culinary, gastro diplomacy and functional theory. This study uses descriptive
qualitative methods with sampling techniques like purposive sampling and snowball sampling. The
results of this study show that Betutu culinary can be accepted by all people, proven to be found or
served in starred hotels, restaurants, sold in food stalls with an ever-increasing turnover.
Keywords: betutu, culinary, diplomacy, tolerant.
A. PENDAHULUAN sekadar objek dari suatu simbol yang
Makanan adalah objek yang selalu diartikan untuk mempertahankan hidup.
ada dalam masyarakat. Makanan Bahkan makanan hanya untuk
merupakan benda umum yang komunal menghilangkan rasa lapar atau untuk
sepanjang sejarah. Dahulu kala, makanan memenuhi hasrat perut besar (gaster) yang
266 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

kosong, sehingga ada dua kata yang kekuatan nasional atau suatu negara dalam
berhungan dengan makanan sebelum dan nilai-nilai global yang menggunakan outlet
sesudah makan yaitu kata “lapar” dan yang dipilih untuk mencapai tujuannya.
“kenyang”. Tidak ada yang melihat dari Penggunaan makanan sebagai brand atau
segi komposisi gizi, jumlah karbohidrat, trademark suatu bangsa adalah salah satu
maupun kandungan vitamin, protein, alat alat khusus dari segi pemerintah, yang
politik dan lain-lain. Bagi orang yang digunakan secara luas dan lebih kuat
terbatas penyediaan sumber makanan dibandingkan penggunaan diplomasi
sering menyampaikan ungkapan “makan budaya dalam arti seni tari maupun musik.
apa hari ini agar bisa bekerja (hidup)”. Untuk memposisikan ide tersebut di
Perkembangan selanjutnya, makanan telah atas maka lahirlah ”Gastronomi
memiliki arti lebih, yaitu berfungsi sosial – Diplomasi”, yaitu diplomasi melalui
religius dan menunjukkan identitas makanan atau dalam bahasa antarbangsa
budaya. Maka, kata makanan mengalami “Gastronomi Diplomacy”. Dewasa
perkembangan istilah, yaitu menjadi sekarang Gastro-Diplomasi dipandang oleh
“kuliner” yang artinya “the art of good Paul Rockower (dalam Indra Keteran,
cooking”, yakni seni persiapan, hasil indraket@gmail.com, diakses tanggal
olahan dan presentasi penyajian masakan 27/11/2016), sebagai tindakan
yang dilakukan oleh chef profesional atau memenangkan hati dan pikiran melalui
ahli masak otodidak (“pemasak” atau perut. Di samping memang makanan
“koki” atau”juru masak”). Hal ini dianggap sebagai tindakan pengenalan
menjadikan kuliner mampu menciptakan lintas budaya dengan harapan mewujudkan
sebuah karakter sosio-antropologis dan interaksi dan kerjasama pada level
spiritual bagi masyarakat pendukungnya. pemerintah ke pemerintah yang lebih
Karena kuliner merupakan suatu hasil tinggi.
kebudayaan dan merupakan identitas Pada etnis Bali yang mayoritas
budaya lokal (Yudha, 2015 : 334). beragama Hindu dan juga minoritas
Oleh karena makanan sudah beragama selain hindu seperti Kristen,
mengalami perkembangan cara pandang, Islam, Budha. Mempunyai kebiasaan
maka semenjak tahun 1900, makanan sebagai adat kulinernya masakan ayam
mulai dikaji para akademisi yang betutu, tadinya termasuk jenis makanan
kontribusinya sangat signifikan, terutama yang didominasi oleh etnis Bali beragama
bagi disiplin ilmu politik yang mulai Hindu saja karena masuk dalam sesajian
memperkenalkan isu makanan sebagai dalam upacara agama Hindu, tetapi
basis ilmu politik untuk kelangsungan dan sekarang sudah menyebar pada semua latar
proliferasi dari sebuah negara dan bangsa belakang agama selain hindu. Betutu sudah
yang modern. Bahkan tidak jarang prestise mendapat penetapan sebagai Warisan
kekuatan suatu negara para politikus yang Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia.
sedang berkuasa menggunakan makanan Karena itu, kuliner betutu perlu
sebagai kekuatan diplomasi sebagai ditingkatkan fungsinya sebagai sarana
tindakan berstrategi, taktik, dan siasat diplomasi. Sebagai sarana diplomasi dapat
untuk mencapai tujuannya, di samping dimaklumi karena kuliner ini dianggap
keramahtamahan budaya yang dimiliki. sebagai kuliner yang paling netral dan
Apalagi dalam materi pertemuan diplomasi halal (bukan haram bagi kelompok agama
ada kesenjangan cara pandang, maka perlu tertentu), untuk mewujudkan persaudaraan,
langkah pengorganisasian, lobi dan kerukunan antarumat beragama. Asal usul
negosiasi dalam menyelesaikan perbedaan kata betutu yaitu, be artinya daging, atau
atau menyamakan (memperkuat) ikan. Sedangkan kata tutu dari kata tunu,
persamaan posisi lawan bicara. Diplomasi yang artinya dibakar atau dipanggang.
adalah soft power yang menandakan Seperti juga kata tunon dari kata tunu
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 267

khusus untuk pembakaran mayat pada dagingnya hanya ayam kampung (Suarsana
upacara ngaben. Tempat pembakaran dkk., 2016). Oleh karena betutu sudah
mayat (setra) di Bali, juga disebut tunon. mengalami perkembangan dan
Betutu dimasak memakai bumbu lengkap pengenalannya sudah masuk dalam barisan
(genep/jangkep) yang terdiri atas, bawang masakan Nusantara. Karena itu, tidak
merah, bawang putih, cabe merah, cabe mengherankan, Indra Keteran, sebagai
rawit, kemiri, kencur, lengkuas, jahe, seorang ahli gastronomi Indonesia, kuliner
kunyit, daun jeruk purut, ketumbar, pala, betutu dipandang sebagai kuliner titik
merica, gula aren, garam, terasi ditumis pembatas antara jenis masakan Indonesia
dan dihaluskan, dan base wange, serta bagian barat dan Indonesia bagian timur
minyak kelapa. Teknik pembuatan (https://groups.google.com/d/msgid/gastro
betutuadalah langsung ditunu (dibakar) di nomi-indonesia, diakses 11/01/2016).
atas atau dipendam dalam api sekam dan Dari uraian tersebut di atas, maka
ada pula dibeberapa tempat di Bali terlebih dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dahulu dimasak dengan air yang dikaji sebagai berikut: 1) Apa fungsi
dilengkapi dengan bumbu jangkep, diplomasi betutu terhadap masyarakat Bali;
kemudian ditunu (dibakar) di atas bara api. 2) Dapatkah betutu Bali dijadikan kuliner
Daging yang dipakai bahan yaitu daging diplomasi antara pemeluk agama, etnis
ayam, baik ayam kampung maupun ayam dan bangsa. Sedangkan tujuan dari
petelur (ras) dan boiler serta bebek. penulisan artikel ini antara lain : 1)
Melestarikan kuliner betutu Bali. 2)
Mempopulerkan kuliner betutuBali sebagai
kuliner media toleransi, dan diplomasi
(kerukunan, keharmoinisan) antarumat
beragama, etnis dan bangsa.
Sebelum membahas kuliner betutu
sebagai diplomasi hubungan ke dalam, dan
diplomasi keluar, terlebih dahulu akan
dideskripsikan mengenai garis pemetaan
atau garis pembatas sebagai sumber
kekuatan yang dimiliki makanan tradisonal
betutu. Betutu secara geografis Nusantara
Gambar 1. Membumbui daging ayam dengan
bumbu jangkep yang sudah dihaluskan.
sebetulnya dijadikan “Garis Seni
Sumber: Purna, 2016. Masakan”, yang menandakan perubahan
makanan dari kepulauan-kepulauan yang
Pada awalnya jenis kuliner betutu ada di Indonesia. Menurut Ensiklopedi
dikenal di daerah Gianyar. Namun saat ini Suku Bangsa di Indonesia, bahwa di setiap
semua etnis Bali yang beragama Hindu daerah masing-masing suku bangsa yang
mengenalnya. Bahkan sekarang hampir jumlahnya 714 suku bangsa (Melalatoa,
semua etnis, agama maupun bangsa yang 1995), telah memililki ciri khas makanan
tinggal di Bali sudah mengenal dan tradisionalnya, baik itu makanan berat,
merasakan betutu. Betutu sekarang maupun ringan, atau sekadar minuman.
merupakan kuliner andalan di seluruh Bali. Untuk Indonesia bagian barat (Sumatra),
Pada tahun 1976 betutu ayam dan bebek masakan Melayu memegang peranan
dibuat oleh MenTempeh atau Ni Wayan penting. Karena kentalnya percampuran
Tempeh yang berasal dari Abianbase, budaya Melayu, India, dan Timur Tengah,
Gianyar. Jenis betutu yang dibuat makanya cenderung pedas, berlemak, dan
dikomersialkan. Sedangkan betutu yang kuat dalam penggunaan rempah-rempah.
dipakai sarana upacara di Bali sudah Ciri khas utamanya adalah makanan
dikenal cukup lama. Namun bahan berkuah berbasis santan yang disebut gulai.
268 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

Dari Sumatra, pengaruhnya masih terasa Islam di Pulau Jawa. Oleh karena itu,
sampai di Kepulauan Sunda dan Jawa. tidak mengherankan kalau betutu yang
Namun di Pulau Jawa rasanya tidak dijadikan sampel kajian untuk memperkuat
mengandalkan lemak kelapa, tetapi keberadaan inventarisasi Warisan Budaya
tarikannya lebih cenderung manis. Orang Takbenda dari Pulau Bali yang berlokasi di
Jawa rupanya lebih suka tarikan rasa manis Desa Peliatan, Gianyar. Di tempat ini
daripada Sumatra, sehingga banyak teknik ditemui asal-usul skil yang dimiliki oleh
masakan dan bahan seperti kecap yang keluarga Bapak Neka, anggota keluarga
membawa citarasa makanan menjadi maupun para pendukungnya berasal dari
manis. Orang Sunda di Jawa Barat Puri Peliatan. Demikian kompleks dan
makanannya lebih cenderung natural saja, panjang sejarahnya betutu yang ada di
seperti lalapan, tempe, tahu, dan sambal. Bali.
Makin ke timur Pulau Jawa seperti Pendekatan yang digunakan untuk
di Solo, Jogya, makin kentara rasa manis. menganalisis keberadaan betutu yang ada
Sampai-sampai kalau pesan minuman di Bali dengan menggunakan pendekatan
pasti disajikan manis. Mereka menganggap fungsional yang dikemukakan oleh
tidak masuk akal minum yang tidak Malinowski, yang memahami masyarakat
manis. Apabila bergerak ke timur pulau melalui kebudayaan. Pendekatan ini
Jawa, terlihat di Jawa Timur punya rasa muncul didasari oleh pemikiran dan
yang lain. Di sini rasanya sudah mulai tindakan orang sekitarnya, sehingga
tajam, misalnya dengan kehadiran petis. manusia tidak pernah mampu sepenuhnya
Dibandingkan di Jawa Tengah, rasa manis menetukan pilihan tindakan, sikap, atau
sudah berkurang, diganti dengan rasa perilaku tanpa mempertimbangkan orang
pedas dan tarikan sedikit asam. Ini lain. Lebih jauh Malinowski mengemukan
menunjukkan pengaruh Melayu sudah bahwa semua unsur kebudayaan
mulai berkurang, diganti pengaruh Timur. merupakan bagian terpenting dalam
Lompat dari Pulau Jawa ke Pulau masyarakat. Karena itu, setiap pola adat
Bali, ada sebuah lonjakan besar dalam cita kebiasaan, termasuk makanan tradisi
rasa. Oleh karena itu, diantara Kepulauan merupakan bagian dari fungsi dasar dalam
Jawa dan Bali inilah “Garis Seni Masakan” kebudayaan. Masyarakat dapat dikatakan
yang ada di Nusantara. Pada titik inilah sebagai sistem sosial yang di dalamnya
batas tarikan rasa Indonesia bagian barat terdiri atas bagian-bagian yang saling
dan timur yang punya celah secara berhubungan dalam rangka pemenuhan
antropologis hubungan kuat antara seni kebutuhan dasarnya, seperti makanan,
masakan orang Bali dan Jawa. Makanan istirahat, perlindungan, kepuasan seksual,
Bali menjadi berbeda dengan makanan serta kebutuhan sekunder, seperti
Jawa. Satu tandanya, bahwa masakan Bali komunikasi, koperasi, pengawasan,
berbeda dengan Jawa dapat dilihat dari penyelesaian konflik, dan sebagainya.
betutu. Pada masakan betutu lebih Kepuasan kebutuhan sekunder akan
mencerminkan dari bumbu masakan Jawa mengembangkan bahasa, norma, aturan
Kuno. Cirinya pada bumbu yang mirip dan menguatkan setiap bagian yang pada
dengan jamu. Unsur santannya sudah gilirannya akan meningkatkan koordinasi,
nyaris tidak ada. Kalaupun ada santan pengaturan,dan pengintegrasian lembaga-
namun fungsinya tidak sebagai kuah, lembaga (Sulasman dan Gumilar, 2013).
namun sebagai bumbu. Untuk rasanya, Dalam tulisan Edi Sedyawati (2014:
bumbu-bumbu yang digunakan lebih tajam 309-311), tentang makanan dan
aromanya. Jenis metode ini dibawa oleh kebudayaan, mengemukakan bahwa,
penduduk dan bangsawan Majapahit yang dalam setiap kebudayaan makanan/boga
berpindah ke Bali dahulu pada saat sering kali diberi beberapa makna yang
terdesaknya agama Hindu oleh agama khusus, terkait dengan berbagai fungsi
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 269

dalam kehidupan manusia. Pemaknaan merupakan teknik atau cara atau proses
makanan dapat terkait dengan struktur baku dalam pengelolaan makanan
sosial, sistem religi, dan tentu juga terkait tradisional dalam kebudayaan suku bangsa
dengan sistem ekonomi maupun dunia di Indonesia, selain dijemur.
pariwisata dan konsep keperawatan diri
dalam masing-masing satuan sosial
pendukung suatu kebudayaan. Dengan
demikian, dalam konteks suatu
kebudayaan suku bangsa, pada umumnya
makanan tidak pernah semata-mata hanya
sebagai pasokan gizi dan nutrisi untuk
pertahanan kehidupan jasmaniah.
Melainkan ada juga nilai-nilai budaya yang
terkait dengannya. Bahkan dalam
hubungan dengan dunia luar makanan bisa
dijadikan sarana diplomasi antar bangsa,
Gambar 2. Memasukkan betutu mentah ke
antar negara dan antarpemeluk agama, dan dalam bara api sekam.
etnis yang berbeda. Apakah nilai budaya Sumber: Purna, 2016.
yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan Maha Pencipta, hubungan Kemampuan beradaptasi tersebut
antarmanusia dengan manusia, dan di atas sesuai dengan batasan teori
hubungan manusia dengan lingkungan fungsional yang mengatakan, bahwa
alam. Namun yang lebih penting lagi, pengalaman beradaptasi terhadap
bahwa makanan tradisional dapat lingkungan hidup manusia secara aktif itu
digunakan sebagai sarana untuk mencapai diabstraksikan sebagai perangkat nilai
ketahanan pangan, diversifikasi makan. yang kemudian menjadi kerangka acuan
Karenanya makanan juga merupakan satu yang mendominasi sikap dan pola adaptasi
di antara jenis-jenis kearifan lokal dari manusia. Bukan hanya peralatan dan
suku bangsa yang bersangkutan (Sunjata, teknologi yang dikembangkan manusia
2014). dalam beradaptasi terhadap lingkungan
Betutu merupakan satu di antara hidupnya, melainkan juga sikap dan pola
makanan pokok kebutuhan dasar suku tingkah laku adaptif. Kebudayaan yang
bangsa (etnis) Bali, dalam rangka semula merupakan himpunan abstraksi
pelestariannya tergantung pada pengalaman itu kemudian mendominasi
kemampuan orang Bali untuk membina masyarakat pendukungnya. Penilaian
hubungan timbal balik (adaptation) dengan manusia terhadap lingkungan dan
lingkungan hidupnya. Etnis Bali pada saat penataannya, apa yang baik dan buruk, apa
ini membina hubungan dengan betutu yang berharga dan tidak berharga dan apa
secara aktif dan dinamis, terutama yang yang layak dan tidak layak, tidak bebas
berkaitan dengan aspek ekonomi dan dari pengaruh kebudayaan yang
pariwisata. Oleh sebab itu tidak membesarkan mereka. Demikian pula apa
mengherankan ada jenis-jenis penamaan, yang baik untuk dimakan, bagaimana
dan teknik atau cara maupun proses mengolah, menyajikan, pengetahuan
pengolahan betutu yang dikenal di Bali. tentang kandungan yang dibutuhkan
Ada namanya Betutu Rama, Betutu manusia, semuanya itu tidak bebas dari
Gilimanuk, Betutu Men Tempeh, Betutu dominasi kebudayaan masyarakat yang
Liku, Ayam Betutu Kedewatan, dan lain- bersangkutan. Lebih-lebih hubungan alam
lain. Sedangkan teknik atau cara atau dan religi. Pengetahuan tentang alam ini
proses pengolahan ada yang dibakar (tunu) seringkali menjadi bagian dari sistem
dan ada yang direbus. Kedua cara ini religi, bilamana pengetahuan tersebut
270 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

berhubungan dengan asal mula alam, Keanekaragaman makanan


penciptaan alam, asal mula gejala alam, tradisonal itu mencerminkan kemampuan
asal mula gerhana, dan sebagainya. adaptasi aktif penduduk dalam upaya
Pengetahuan ini seringkali dianggapnya memenuhi kebutuhan pangan dengan
sebagai mite-mite yaitu cerita rakyat yang memanfaatkan sebesar-besarnya sumber
dianggap suci, sehingga diyakini menjadi daya alam yang tersedia tanpa
nilai mengatur pola perilaku mereka dalam mengabaikan perangkat nilai dan norma
memanfaatkan alam sekitarnya. Kasus sosial yang berlaku. Keanekaragaman
mengaplikasikan teori fungsional ini dapat makanan tradisional itu tidak sekadar
pula dilihat pada contoh terhadap WBTB menjadi kebanggaan yang mencerminkan
Indonesia yang namanya rendang di kekayaan budaya bangsa, melainkan juga
Sumatra Barat (Ensiklopedi Makanan sangat penting artinya bagi pelestarian
Tradisional Indonesia, 2004: 252-261). keseimbangan lingkungan
Pola-pola kegiatan yang terkait (ecologicalequilibrium) serta ketahanan
dengan pangan itu melembaga sebagai nasional, khususnya di bidang pangan.
tradisi yang mencerminkan kemampuan Tidak banyak orang menyadari akan arti
masyarakat beradaptasi terhadap pentingnya makanan tradisional dan
lingkungan hidupnya. Sebagai perwujudan berusaha menyisihkannya dengan makanan
adaptasi aktif, makanan tradisional yang nasional yang dianggap lebih unggul.
dikembangkan itu bukan sekadar untuk Sesungguhnya berbagai jenis makanan
memenuhi akan sumber pembangkit energi tradisional, baik sebagai makanan pokok
dalam tubuh manusia, melainkan ia maupun penganan, baik makanan sehari-
mencerminkan dinamika masyarakat hari maupun perjamuan sosial, ekonomi
pendukungnya dalam menyikapi kondisi serta religius itu dikembangkan memenuhi
lingkungan hidupnya dalam arti luas. fungsi sosial serta makna simbolik
Manusia mengembangkan pangan, bukan (budaya).
semata mengandalkan pada ketersediaan
sumber makanan yang tersedia, melainkan B. METODE PENELITIAN
juga memperhatikan fungsi religius, fungsi Metode penelitian ini menggunakan
social, fungsi ekonomi, dan fungsi metode kualitatif yang bertumpu pada
pendidikan. Bahkan dalam menghadapi paradigma deskriptif interpretatif dan
dunia global dan politik makanan- kuliner paradigma teori sosial kritis (Ritzer, 2012).
dapat dijadikan media diplomasi. Data primer yang diperoleh di lokasi
Demikian pula mengenai makna yang penelitian di Desa Peliatan, Gianyar, Bali
dimuat dalam makanan tersebut. Apakah diperoleh melalui daftar pertanyaan yang
mengandung makna religius, sosial, berstruktur sesuai dengan jenis fungsi dan
ekonomi dan pendidikan atau makna sosial makna yang ingin diperoleh. Dalam
budaya daripada pangan yang penelitian ini teknik sampling yang
dikembangkan. Karena itu, makanan digunakan adalah purposive sampling dan
tradisonal seperti betutu yang amat snowball sampling. Purposive sampling
beragam namanya dan model adalag pengambilan sampel diambil
penyajiannya, serta pengolahannya dapat berdasarkan kebutuhan penelitian,
dicermati dalam wujud, fungsi sosial- sedangkan snowball sampling adalah
budaya dan makna sosial-budaya yang teknik pengambilan sampel sumber data
melekat. Karena itu tidaklah mudah untuk yangpada awalnya jumlahnya sedikit
mengubah makanan dan pola makan tersebut belum mampu memberikan data
penduduk tanpa memperhatikan yanglengkap, maka harus mencari orang
kebudayaan yang mendominasinya, seperti lain yang dapat digunakan sebagai sumber
perjalanan bumbu-bumbu masakan yang di data (Sugiyono, 2008: 300). Sehingga
Bali saat ini sumber dari zaman Majapahit. daftar pertanyaan ditujukan kepada
informan yang memiliki pengetahuan
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 271

tentang betutu dan pengetahuan tentang kalau manusia dan masyarakat ingin
kebudayaan Bali serta agama Hindu. kehidupannya berjalan dengan baik dan
Pengungkapan tentang fungsi dan makna selamat (Bustanudin, 2006: 1). Makanan
ini tidak saja secara emik lewat wawancara tradisional/khas Bali yang secara harafiah
mendalam terhadap 10 orang informan sudah berkembang sejak masuknya agama
seperti tukang banten, juru masak, Hindu di Bali, telah menjadi makanan asli
pemangku, sulinggih, agamawan, dan lain- Bali, bukan saja untuk masyarakatnya,
lain tetapi disertai pula dengan observasi tetapi juga secara religius diperuntukkan
terhadap beberapa industri rumah tangga bagi para Dewa-Dewi sesuai kepercayaan
yang menjual betutu maupun rumah mereka. Makanan khas semacam ini
makan. Selain itu, dilakukan studi digolongkan dalam lontar “Indik Maligia”,
dokumentasi terutama hasil penelitian yang sangat berbeda dengan makanan yang
kuliner yang ada di perpustakaan Balai diperuntukkan bagi manusia Bali, yang
Pelestarian Nilai Budaya Bali. dikelompokkan dalam lontar “Dharma
Caruban” (Marsiti, 2017: 517.)
C. HASIL DAN BAHASAN Dalam sistem religi pada berbagai
Lokasi penelitian merupakan sebuah etnis sering dijumpai kenyataan bahwa
desa yang terletak di Kecamatan Ubud, sajian makanan tertentu digunakan sebagai
Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Desa ini “persembahan” dari alam manusia kepada
memiliki wilayah seluas 4, 93 km persegi. alam kedewataan/ke tuhanan. Itu tergolong
Desa ini berbatasan langsung dengan Desa sebagai apa yang disebut “sajen”, yang
Ubud sehingga pengaruh Ubud sangat akan dihirup sarinya oleh penguasa alam
besar terhadap desa ini, dan juga menjadi gaib yang dituju. “Sajen” itu dapat berupa
salah satu potensi wisata di wilayah makanan olahan seperti betutu, dari bahan
Kabupaten Gianyar. Selain relatif subur mentah misalnya buah-buahan, yang bisa
letak Desa Peliatan yang berada di wilayah disertai pulabenda-benda khusus seperti
perbukitan, menyebabkan suasana udara kemenyan, dupa, canang, tirta, dan lain-
yang relatif sejuk, sehingga wisatawan lain. Sudah tentu setelah upacara selesai
relatif banyak dan betah tinggal di daerah komponen boga dalam sesajen itu boleh
ini. Di desa inilah banyak sekali dimakan oleh khalayak.
bermunculan kuliner khas Bali termasuk Hal tersebut di atas sejalan dengan
salah satunya adalah Betutu yang selalu satu diantara tiga kerangka agama Hindu
dikonsumsi sehari-hari maupun pada acara dan wajib harus dijalankan bagi seluruh
acara tertentu. umat Hindu yang ada di Bali, yaitu
Betutu sebagai fungsi Diplomasi menyelenggarakan sarana upakara
kedalam antara lain : (yadnya). Sarana sebenarnya merupakan
alat untuk membantu mempercepat
1. Fungsi Religius
konsentrasi pikiran manusia dalam
Kehidupan religius pada dasarnya
mendekatkan dirinya dengan Tuhan. Pada
merupakan kepercayaan atau keyakinan
umumnya umat Hindu yang menganut
terhadap adanya gejala-gejala alam,
aliran Siwa-Sidanta dalam
kekuatan gaib luar biasa atau supernatural
persembahyangan paling dominan
yang berpengaruh terhadap kehidupan
mempergunakan cara arcana, yaitu
individu dan masyarakat. Kepercayaan itu
menimbulkan perilaku tertentu seperti mempersembahkan sajen (banten) yang
penuh simbolisme. Selanjutnya seluruh
berdoa, memuja dan lainnya, serta
upacara diserahkan sepenuhnya kepada
menimbulkan sikap mental tertentu seperti
para Pinandita (sebutan lumrah
rasa takut, rasa optimis, pastrah dan yang
Pemangku), atau kelompok Sulinggih,
lainnya dari individu dan masyarakat yang
seperti, Ida Pedanda, Rsi, Sri Empu,
mempercayainya. Karenanya petunjuk dan
Dukuh, Sri Begawan dan sebutan lain
ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi
272 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

sesuai dengan konsep Sarwa Sadaka, itulah, maka umat Hindu di Bali tidak
bukan sebatas Tri Sedaka (Ida Pedanda henti-hentinya beryadnya, selalu ingat
Siwa, Ida Pedanda Buda dan Ida Bujangga dengan amanat sastra agama Hindu, agar
Wesnawa) saja yang diperkenankan untuk bisa hidup tentram dan damai. Terbukti
“muput”, mendoakan (ngastawang) dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu
sesajen. di Bali setiap hari Kliwon
Umat hanya berpartisipasi pada mempersembahkan kepada Bhuta Kala,
waktu menghaturkan sembah bakti, dalam bentuk yang paling sederhana
dengan cakupan tangan. Sementara itu, berupa segehan panca warna, yakni: putih,
mantra dan doa diucapkan oleh pandita dan merah, kuning, hitam kemudian brumbun
pinandita. Dalam penyelenggaraan upacara (lima warna) yang diletakkan di lebuh
ada beberapa upacara yang harus (pintu masuk pekarangan rumah).
dilengkapi sesajennya dengan betutu, baik Fungsi binatang ayam maupun
betutu bebek maupun betutu ayam, seperti bebek diawali dari caru maupun tawur.
pada saat penyelenggaraan otonan Karena itu dari semua jenis binatang
(tergolong upacara manusa yadnya), banyu ayam maupun bebek menjadi amat
pinaruh, tumpek uduh, tumpek landep, penting, seperti: (1) pada Caru Eka Sata
upacara ngasti dan jika ada yang berkaul menggunakan sarana ayam panca warna
(mesaudan), pada sesajen genah bawa, atau brumbun dan cukup hanya satu ekor
pada sesajen prananya. Jenis betutu yang ayam, disertai banten panca sanak, disebut
dipersembahkan betutu bebek. Caru Pangruwak. Satu ekor ayam warna
Memposisikan maupun pemilihan putih tulus namanya Caru Dengen, satu
betutu bebek dalam perlengkapan upacara ekor ayam warna merah namanya Caru
agama tersebut di atas dapat dumaklumi. Preta, satu ekor ayam warna putih, paruh
Karena binatang bebek sebagai simbol kuning dan kakainya kuning (putih
binatang yang disucikan. Binatang suci siungan) namanya Ananta Suksma, satu
yang dimaknai sebagai binatang yang ekor ayam warna hitam namanya Caru
mampu membedakan antara yang baik dan Becaruk. (2) Caru Panca Sata, dengan
buruk, antara yang berharga dan tidak menggunakan sarana lima ekor ayam,
berharga, antara yang layak dengan tidak warna putih tulus, warna merah, warna
layak, dan pantas dan tidak pantas. Dalam putih suing, hitam dan brumbun yang
kenyataan sehari-hari pada saat makan, beradaptasi dengan arah timur, selatan,
binatang bebek tidak pernah saling berebut barat, utara dan di tengah, disertai banten
makanan. Apalagi saling patuk. Binatang panca sanak dalam wujud jejahitan dari
bebek bisa memilih dan memilah mana daun janur tua (slepan). Menggunakan
makanan yang pantas dimakan, sehingga lima ekor ayamsebagai wujud Panca Maha
binatang bebek sering juga dimaknai Bhuta dan dipersembahkan kepada Panca
sebagai binatang simbol kebijakan. Durga Dewi, amanca desa tempatnya
Hidangan makanan orang suci (brahmana) sesuai arah, timur, selatan, barat, utara, dan
pada saat penyelenggaraan upacara agama ditengah serta warnanya putih, merah,
umumnya betutu bebek. Bukan betutu kuning, hitam, dan brumbun. (3) Caru
ayam. Panca Mabaya, kalau bebek welang
Dalam sastra agama mengingatkan kalungsebagai tambahan lima ekor ayam
didalam upacara caru atau tawur bahwa itu rerentannya sama dengan caru asu,
sang kala bersemayam di bhuana alit yang dipersembahkan kepada panca maha
(sarira) setiap orang dalam artian bhuta-bhuti. (4) Caru Panca Durga,
karakteristik yang selalu menggoda pikiran memakai lima ekor ayam disertai bebek
setiap orang. Karenanya pikiran itu ibarat berbulu sikep saja dan dasarnya caru
air di daun talas. Artinya tidak tetap semuanya, sorohan bebangkit. (5) Caru
pendirian. Untuk mengantisipasi keadaan Panca Kelud, dasarnya Caru Panca Sata
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 273

ditambah dengan bebek berbulu sikep mengenyangkan perut tetapi untuk


(bulu elang), dan asu bang bungkem. (6) membentuk hubungan antara orang- orang
Caru Rsi Gana, memakai lima ekor ayam dengan lingkungan sekitarnya serta dengan
ditambah dengan bebek berbulu warna kepercayaan mereka. Maka dari itu,
putih dan ditambah asu bang bungkem, makanan merupakan hal yang penting
gelar sanga yang diperagakan dalam untuk kehidupan sosial. Bagi masyarakat
bentuk sesajen nasi dengan sembilan Bali, makanan yaitu betutu kerap kali dan
warna. (7) Caru Panca Sanak, sangat lazim digunakan untuk menjalin
sebagaimana upakaranya Panca Kelud, hubungan kekerabatan, pertemanan dan
kalau ditambah kambing, angsa, dan bebek persaudaraan. Hampir pada setiap kegiatan
welang kalung sebagai inti pokok caru hajatan, menu betutu selalu disuguhkan
tersebut. (8) Caru Balik Sumpah, untuk tamu undangan, para saudara atau
sebagaimana tersebut di atas dan ditambah teman-teman yang telah membantu dan
dengan seekor babi butuhan. (9) Caru bergotong royong menyiapkan kegiatan
Tawur Gentuh, bila ditambah dengan upacara atau hajatan tersebut, dan
seeokr sapi, yang menjadi utamaning wong menyantap hidangan betutu dengan makan
sudra. Bagi wong menakcaru ini tergolong bersama.
madya. (10) Tawur Agung, sebagaimana di Pada saat penyelenggaraan upacara
atas ditambah dengan seekor kerbau, agama baik upacara dewa yadnya, pitra
pasapuh-sapuh kamenaniya, nistaning yadnya, manusa yadnya, bhuta yadnya,
sang ratu caru itu. (11) Pambaligya Bhumi dan rsi yadnya selalu ada acara makan
Masapuh, Caru Panca Sanak ditambah bersama atau resepsi atau jot-jotan kepada
dengan tiga ekor kerbau, sebagai anggota masyarakat krama desa maupun
madyaning bhumi caru. (12) Panca Bali banjar. Kehadiran orang pada saat
Krama, bila menggunakan lima ekor penyelenggaraan upacara agama
kerbau sebagai inti pokok. Namun tetap dimaksudkan sebagai doa dan salah satu
didasari Caru Panca Sanak. (13) Tawur dari tiga saksi (tri upa saksi) dalam
Eka Dasa Ludra, dengan menggunakan upacara. Ketiga saksi itu yaitu dewa saksi,
dua puluh enam ekor kerbau sebagai inti manusa saksi dan bhuta saksi.
pokok caru, namun tetap didasari dengan Menghadirkan manusia dalam upacara
Caru Panca Sanak. (14) Pambaligya Resu pada umumnya pasti dijamu dengan
Bhumi, dengan memakai empat puluh ekor makanan. Salah satu pelengkap menu
kerbau sebagai utamaning utama pangaci- makanan yaitu betutu. Betutu ayam
aciangumi, namun tetap didasari dengan dianggap paling tepat untuk melengkapi
Caru Panca Sanak. hidangan, karena dianggap paling netral
untuk mewujudkan kerukunan,
2. Fungsi Sosial persaudaraan antarbeda agama, dan etnis.
Makanan merupakan media penting (Jika mengundang dari berbagai pemeluk
dalam upaya manusia berhubungan satu agama yang diundang). Jika ada tetangga
sama lain. Di dalam rumah yang menyelenggarakan upacara, tidak
tanggakehangatan hubungan antar sedikit dari tetangganya ngejot
anggotanya terjadi pada waktumakan (mengantarkan) betutu kepada yang
bersama. Begitupun di antara rumah menyelenggarakan upacara sebagai wujud
tangga diupayakan pertemuan secara hubungan ketetanggaan yang baik, atau
berkala dengan makan untukmemelihara wujud kerukunan dengan tetangga. Bahkan
dan mempererat hubungan silaturahmi. dalam hubungan antarmanusia untuk
Antara tetangga, sering dilakukan tukar penggalian dana, betutu juga dipergunakan
menukar makanan (Mapandin, 2006: 20). untuk bukti undangan dalam saat
Sehingga pasti dipahami bahwa penyelenggaraan tajen (sabung ayam).
suatu makanan memiliki banyak arti.
Makanan tidak hanya untuk
274 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

Binatang bebek dan ayam bagi dapat mengembangkan wisata boga,


masyarakat (etnis) Bali mempunyai dimana makanan khas Bali digunakan
kedudukan penting dalam setiap sebagai objek dan aset pariwisata yang
upacara.Kedudukan penting yang mampu menggugah minat wisatawan
dimaksud diawali dari penggunaan bebek untuk menikmati masakan tradisional Bali
dan ayam dalam upacara caru atau tawur. (Suardani, 2013:151).
Caru atau tawur yang tujuannya Sehingga dalam perkembangan
memelihara keseimbangan (ekuilibrium) betutu tidak saja difungsikan sebagai
alam semesta agar senantiasa lestari. pelengkap upacara Panca Yadnya,
Dengan memberi jotanbetutu hubungan hidangan kepada para tamu yang hadir
tetangga juga memiliki makna kerukunan pada saat penyelelengaraan upacara
persaudaraan. keagamaan, dan adat. Namun semenjak
Jika diamati lebih jauh, bahwa kata kehadiran pariwisata di Bali betutu
caru dalam bahasa Bali mirip dengan kata- semakin dikenal. Betutu sudah mulai dijual
kata “carem” dan “carob”, yang untuk konsumsi masyarakat umum. Betutu
mengandung arti tunggal, yang intinya lebih dikenal dan diminati dibandingkan be
persatuan dan kesatuan mulai dari tingkat guling dari bahan babi oleh para tamu. Hal
keluarga inti, sampai ke tingkat yang lebih ini dapat dimaklumi, karena faktor
luas, yaitu masyarakat. Karena itu tidak pantangan terhadap makanan tertentu,
mengherankan kalau bahan betutu dari halal dan tidak halal, haram dan tidak
binatang bebek dan ayam selalu dijadikan haram bagi agama tertentu. Saat ini di
menu untuk jamuan makan yang Kota Denpasar maupun kotalainnya di
dihidangkan kepada para tamu yang dalam Bali, banyak ditemukan warung makan
upacara, baik dalam upacara Dewa yang menjual betutu. Bahkan tidak sedikit
Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, yang menjual betutu di rumah-rumah
Bhuta Yadnya, dan Rsi Yadnya. Kedua penduduk tanpa promosi memakai papan
jenis binatang ini tidak susah nama atau label pengenal lainnya. Dikenal
memeliharanya. Untuk berkembang biak oleh masyarakat karena promosi dari mulut
sangat mudah. Jika kedua jenis binatang ke mulut.Terutama yang dijual betutu
ini sudah banyak, maka perlu dibuat ayam baik ayam kampung maupun ayam
kebijakan untuk keseimbangan dengan petelor (ayam merah) dan ayam potong
mengolah dalam bentuk makanan. Apakah (boiler).
makanan akan dipersembahkan untuk Usaha betutu memiliki potensi untuk
kegiatan yadnya (upacara), sosial, mendatangkan keuntungan dan peluang
makanan sehari-hari yang bisa dinikmati ekonomi yang sangat menggiurkan.
oleh semua anggota keluarga maupun Peluang dalam usaha betutu juga sangat
untuk kebutuhan ekonomi yang bagus dan masih terbuka lebar bagi siapa
diperjualbelikan. saja yang ingin menerjuni usaha tersebut.
Betutu sebagai fungsi diplomasi keluar Peminat ayam betutu kini semakin besar
dapat dilihat dari : sehingga potensi usaha ayam betutu
semakin sangat potensial. Usaha ayam
a. Fungsi Ekonomi dan Pariwisata
betutu merupakan salah satu usaha kuliner
Seni kuliner Bali termasuk di
berbahan ayam menguntungkan yang dapat
dalamnya adalah olahan betutu, merupakan
dipilih sebagai usaha yang menjanjikan
salah satu daya tarik wisata Bali
keuntungan bagi para pelakunya. Banyak
diharapkan mampu bersaing dengan
orang yang menggemari olahan ayam
kuliner asing. Makanan khas Bali ini dapat
betutu, sehingga kedatangan betutu ini kini
dipromosikan sebagai hidangan,
banyak dicari. Pangsa pasar olahan betutu
diharapkan nantinya dapat dinikmati tidak
menjadikan peluang untuk usaha ayam
hanya oleh tamu lokal tetapi juga tamu
betutu kini semakin berpotensi lebih
asing. Oleh karena itu Bali diharapkan
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 275

menjanjikan. Meski usaha ayam bakar pemasok, peternak ayam tidak saja yang
betutu ini mulai banyak bermunculan di ada di Bali, juga luar Bali. Karena ayam
masyarakat namun penggemar ayam bakar dan bebek yang ada di Bali juga dipasok
betutu kini tak pula surut bahkan terus dari luar Bali seperti dari Jawa.
bertambah. Tingginya penggemar ayam Dunia pariwisata mempunyai kaitan
betutu, membuat usaha ayam betutu ini erat dengan kuliner. Dunia pariwisata dan
berkembang pesat hingga sekarang.Usaha kuliner sangat berkaitan dengan lapangan
ayam betutu kini menjadi salah satu tren kerja. Pariwisata, kuliner dan tenaga kerja
bisnis yang menguntungkan. Banyak orang sangat berkaitan dengan peningkatan
yang tertarik untuk menggeluti usaha ayam ekonomi. Untuk membangkitkan
betutu. Usaha ayam betutu terbilang laku pariwisata, kuliner dan tenaga kerja, tentu
keras di pasaran sehingga hal wajar jika masyarakat harus mampu memanfaatkan
usaha betutu kini tengah diincar dan diburu kearifan lokal (local genius). Betutu
masyarakat. Usaha ayam betutu menjadi merupakan salah satu kearifan lokal yang
salah satu usaha kuliner masakan yang sudah teruji keberadaannya sampai
menjanjikan dengan laba yang patut untuk sekarang. Jenis kuliner yang terbuat dari
diperhitungkan. Kondisi ini membuka ayam maupun bebek, yang sementara ini
peluang untuk pemerataan, dan tidak hanya ada di Bali. Tidak bisa
peningkatan perekonomian masyarakat, dipungkiri lagi bahwa betutu sudah dikenal
bukan sebatas identitas budaya dan menjadi makanan khas Nusantara.
(Pembangunan Kebudayaan tahun 2013 - Oleh karena itu, tidak mengerankan
2025). Masyarakat memperoleh apabila setiap tamu yang datang ke Bali
keuntungan secara ekonomi dari hasil pasti mencari dan menikmati makanan
penjualan masakan betutu. betutu. Bahkan tidak sedikit memesan
Tidak sedikit para penjual ayam betutu dijadikan oleh-oleh. Banyak
kampung, ayam petelor (merah) dan ayam warung, rumah makan, restoran berkelas,
potong ikut mendapat keuntungan karena restoran yang berada di hotel-hotel yang
memasok bahan baku ayam betutu. Secara menyajikan makanan khas Bali ini.
langsung mendapat keuntungan finansial Menurut informasi di tempat pembuatan
dan omset penjualan ayam sebagai bahan betutu Bapak Presiden Suharto beberapa
betutu semakin meningkat. Demikian pula kali memesan betutu ala Pliatan ini. Pada
yang mempunyai keahlian memasak saat turis banyak datang ke Bali, betutu
betutu, dan para pramusaji, tukang parkir Pliatan ini sampai menghabiskan 75 ekor
yang berada di sekitar warung akan ikut per hari.
menikmati dampak kuliner betutu. Ada Dewasa ini masakan khas Bali
pula profesi sebagai pengepul ayam, betutu ini sudah merambah beberapa kota
tukang potong ayam, tukang di Indonesia, seperti kota Mataram,
membersihkan ayam, petani, dan lain-lain. Jakarta, Surabaya, dan lain-lain. Karena
Mereka mendapat upah dari kegiatan yang rasanya yang unik, baunya harum, dan
dilakukan. lezat dan unsur kenetralannya terhadap
Masyarakat yang memperoleh semua agama dan etnik menjadikan
peningkatan ekonomi dari kuliner betutu, masakan ini sebagai peluang bisnis untuk
bukan semata-mata masyarakat di pusat mendirikan rumah makan dengan menjual
pembuatan dan penjualan betutu, namun menu betutu di beberapa kota di Indonesia.
juga masyarakat lain, seperti juru jual Untuk daya tarik selera betutu juga
sekam sebagai alat pembakar, atau penjual dilengkapi dengan kehadiran sambal
kayu api bagi penjual betutu yang matah. Sambal yang serupa-bening, tidak
menggunakan kayu api maupun arang berwarna, rasanya cenderung pedas asam
kayu, pencari kelopak daun pohon pinang dan menyegarkan, sementara dapat
sebagai alat pembukus pembakaran, ditemukan di Bali, Flores, Sumba, sampai
276 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

ke Manado.Sambal sejenis ini nyaris tidak dan air sumur. Aspek sanitasi bahan-bahan
dikenal di Jawa. Tentu ini menandakan dan peralatan yang digunakan dalam
pergeseran selera makan dari merah, proses pengolahan umumnya cukup bagus,
panas, pedas ke bening, asam, pedas. kandungan coliform 0,28 x 10, kadar air,
Sambalnya lebih “menyegarkan” daripada abu protein, kadar lemak, dan karbohidrat
memeras keringat, dan pedasnya lebih masing-masing 60,87; 1,84; 14,69; 1,27;
tajam. Sementara di Jawa pedasnya lebih 21,33( Yusa, Ni Made, dkk., 2014).
ke “panas”. Namun patut diketahui, Dalam perkembangan selanjutnya
menikmati masakan betutu yang berlokasi makanan tidak hanya memiliki fungsi
di Bali jauh lebih nikmat, indah, puas jika kebutuhan maupun kelangsungan hidup,
dibandingkan menikmatinya masakan sebagai wujud rasa syukur untuk
betutu yang berada di luar Bali. Hal ini melengkapi upacara, penghormatan kepada
disebabkan taksu, yaitu suatu kekuatan raja (penguasa), penghormatan antarbeda
spiritual yang sifatnya niskala (tidak nyata, agama dan etnis, kepentingan ekonomi
tidak material). Kehadiran taksu sangat dan pariwisata. Sampai ada penyebutan
tergantung dari kemurahan Hyang Widhi wisata kuliner. Wisata kuliner yang selalu
Wasa dan roh-roh suci lainnya dan dikaitkan dengan hasil pengolahan dan
keadaannya membawa dampak luar biasa proses memasak, hasil masakan, dan
terhadap kualitas aktivitas sosial dan makanan khas yang menjadi salah satu
budaya manusia (Dibia, Wayan, 2012). identitas daerah. Namun yang tidak kalah
Walaupun bahan ayam, bebek, bumbu, dan pentingnya dewasa sekarang, yaitu apakah
teknis pembuatanya sama. Contoh taksu makanan yang dimakan sudah
yang dapat dibuktikan di sejumlah tempat mengandung unsur sehat dan tidak sehat
di Kabupaten Gianyar yang berkaitan yang berkaitan dengan gizi dan kembali ke
dengan dagang makanan tradisional yaitu alam (back to nature), sehingga tidak
dagang nasi babi guling di kota Gianyar, mengherankan, jika betutu akan semakin
dan dagang nasi ayam Warung Jero popular seiring dengan perkembangan
Mangku Kedewatan, Warung Teges di pariwisata. Fungsi di bidang ekonomi
Peliatan. semakin meningkat. Lebih-lebih orang
Perkembangan kuliner betutu akhir- Bali sendiri dan kehadiran para wisatawan
akhir ini selalu meningkat, terbukti jumlah menginginkan dengan gaya hidup yang
warung, rumah makan, restoran dengan kembali ke alam (back to nature) dan sikap
berbagai merek atau bermaca-macam glokalisasi (menghargai kebudayaan lokal
nama betutu. Perkembangan sejalan dan mengkemas produksi lokal dalam
dengan kehadiran wisatawan yang datang sentuhan global). Gaya hidup modern dan
ke Bali. Para wisatawan ingin menikmati kehidupan masyarakat global dianggap
betutu terutama betutu yang ada di Pliatan telah mencapai titik jenuh sehingga
dapat dimaklumi. Pasalnya, betutu yang pemikiran kembali ke alam dan mencintai
beralamat di Pliatan tidak memakai produk dan budaya lokal semakin
penyedap. Rasa lezat hanya mengandalkan meningkat dalam pandangan hidup
dari bumbu lengkap (jangkep). Untuk masyarakat (Sudarma, dkk., 2014: 7-11).
meyakinkan minat dan selera masyarakat, Dalam fenomena seperti tidak
dari aspek kesehatan betutu telah diteliti menutup kemungkinan dalam diversifikasi
oleh tim Pusat Penelitian Makanan usaha kuliner akan meningkat. Orang luar
Tradisional (PPMT) Lembaga Penelitian Bali akan tertarik untuk mempelajari skil
dan Pengabdian Kepada Masyarakat pembuatan, dan mengkomersialkanbetutu
(LPPM) Universitas Udayana, bahwa cara tersebut, sekaligus akan mengajarkan
memproduksi mulai dari pembersihan kecintaan terhadap alam sekitar. Terutama
betutu sudah menggunakan air bersih baik yang berkaitan dengan bahan-bahan yang
yang berasal dari PDAM, air dari gunung dipergunkan bersumber dari alam. Oleh
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 277

karena betutu ini bisa dipelajari proses Indra Keteran), bahwa kekuatan dan
pembuatannya dan bisa dikomersialkan. prestise suatu negara maupun bangsa yang
Bahkan dijadikan media diplomasi antara diperjuangkan oleh para elit politiknya
etnik, bangsa dan antarpemeluk agama dapat dilihat pada kejelian menggunakan
yang ada di dunia. potensi negaranya. Satu diantara potensi
negara yaitu dari lensa makanan betutu.
b. Betutu Bali sebagai Kuliner Karena sementara ini yang dipakai rujukan
Diplomasi saat berdiplomasi hanya seni-budaya Bali
Konsep diplomasi kuliner atau saja.Penulis yakin, bahwa kekuatan dari
gastro diplomacy dapat digunakan oleh makanan–kuliner betutu bisa mengubah
negara untuk menciptakan pengertian perilaku aktor/elite politik. Karena
lintas budaya dengan harapan dapat makanan ini juga merupakan simbolisme
meningkatkan interaksi dengan publik atau dan budaya Bali. Makanan ini juga dapat
masyarakat yang menjadi target. (Jiun, dijadikan instrumen senjata kewibawaan
2018: 3). baik pada saat melobi maupun saat
Peluang diplomasi budaya Indonesia negosiasi. Melalui makanan ini juga dapat
melalui media kuliner (makanan) adalah memperlihatkan sifat keramahtamahan,
sangat besar. Meskipun terkesan wibawa, kekuatan dan kelembutan,
sederhana, ternyata makanan pun bisa sejarah, keragaman potensi etnis dan
menjadi salah satu altematif penunjang agama (kebhinneka-tunggalikaan
dalam implementasi pengenalan soft Indonesia dalam masakan) Indonesia.
diplomacy Indonesia. Bahkan Karena betutu merupakan kuliner halal,
kenyataannya makanan merupakan media bergizi, sehat, dan telah memiliki sejarah
yang paling efektif untuk membangun panjang. Oleh karena itu tidak
hubungan kedekatan secara emosional. mengherankan betutu dapat diberi nama
(Gabriella, 2013:91). kulineryang “beradab” yang dimiliki
Diplomasi ini memanfaatkan bangsa Indonesia umumnya dan etnis Bali
makanan dan masakan untuk menciptakan khususnya. Masyarakat Balitelah memberi
pemahaman lintas budaya dengan harapan apresiasi terhadap betutuyaitu sebagai
bisa meningkatkan interaksi antara kedua kuliner yang mampu memenuhi
pihak. Indonesia yang dianugerahi kebutuhan hidup rukun dan toleran dalam
beragam kuliner tentu saja dengan mudah dunia sekala (dunia nyata) sampai niskala
melakukan gastrodiplomacy ini (dunia gaib), atau dari dunia profan sampai
(https://tirto.id/kekuatan-diplomasi- dunia sakral. Untuk memperkuat
kuliner-bwhl). pernyataan tersebut di atas, status dan
Megibung pada masyarakat Bali kedudukan betutu Bali sudah mendapatkan
telah dikenal, dan merupakan budaya penetapan sebagai Warisan Budaya
makan bersama sejak zaman dulu. Hal Takbenda (WBTB) Indonesia dari
tersebut menunjukkan bahwa makan Kemendikbud, sehingga karya budaya ini
bersama dapat menjadi wadah silaturahmi bukan milik etnis Bali saja, tetapi juga
hingga penyelesaian masalah. Lewat menjadi milik bangsa Indonesia.
makanan, para pemimpin dapat
menggunakan kekuatan tersebut untuk
berdiplomasi lewat sajian dan makan
bersama. Dari diplomasi makan bersama,
perasaan berjarak yang biasanya dimiliki
pemimpin langsung cair dengan
sendirinya.
Merujuk dari dasar pemikiran yang
dikemukakan oleh Morgenthau (dalam
278 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

lapar, namun sudah mengarah ke


pengertian kuliner yakni, seni
persiapan, hasil olahan dan presentasi
penyajian masakan yang dilakukan
oleh juru masak etnis Bali sendiri.
Kuliner betutu pun mengalami
berbagai nama, betutu Pliatan, betutu
Men Tempeh, betutu Gilimanuk,
betutu Liku, betutuayam Kedewatan,
Gambar 3. Betutu Siap Disantap dan lain-lain.
Sumber: Purna, 2016. 4) Dalam rangka menghadapi dunia
politik global, betutu pun sudah
D. PENUTUP berhubungan dengan pemahaman
Dari uraian pembahasan karya konsep “diplomasi”, yakni suatu
budaya Betutu Bali: Kuliner Diplomasi strategi, taktik dan siasat untuk
Budaya Indonesia dapat disimpulkan dan melakukan pengorganisasian lobi dan
disarankan bahwa: negosiasi dalam menyelesaikan
1) Keberadaan kuliner betutu Bali, perbedaan dalam perundingan. Betutu
sudah mengalami perjalanan sejarah sudah disajikan di hotel-hotel
yang sangat panjang,baik teknik berbintang dan rumah makan bertaraf
proses pengolahannya maupun international. Betutu dapat
fungsinya. Keberadaan dewasa digolongkan sebagai jenis kuliner
sekarang sudah mengalami yang halal (bukan haram), mampu
perkembangan pengayaan sesuai menjembatani lintas budaya dan
dengan kondisi zaman. toleran terhadap semua kelompok
2) Pada awalnya betutu difungsikan agama, maupun etnis dan bangsa.
sebagai diplomasi kedalam, yakni 5) Betutu Bali mampu membangun
sebagai sarana persembahan terhadap kekuatan prestise para diplomatik dan
Ida Hyang Widhi Wasa melalui pemerintah Indonesia.
upacara Dewa Yadnya. Namun Atas kondisi tersebut alangkah baiknya
selanjutnya dipersembahkan juga apabila:
untuk kelengkapan Yadnya yang lain 1) Pemerintah Kabupaten/Kota dan
seperti Pitra Yadnya, Buta Yadnya, Propvinsi serta masyarakat budaya
Rsi Yadnya, dan Manusa Yadnya, segera mencatat Karya Budaya
sehinggatidak mngherankan betutu Takbenda yang dimiliki. Selanjutnya
memiliki fungsi religius,dan sosial. mengusulkan Karya Budaya
3) Karena etnis Bali yang beragama Takbenda (intangible) umumnya dan
Hindu selalu aktif dalam menghadapi jenis kuliner khususnya melalui
lingkungan sosial, budaya, alam yang Dinas Kebudayaan Provinsi ke
ditempati dan dunia global, maka Direktorat Warisan dan Diplomasi
betutu tidak saja dijadikan menu Budaya, Direktorat Jenderal
makanan para raja, dan kaum elite, Kebudayaan, Kemendikbud.
namun juga sebagai menu tradisional 2) Oleh karena, beberapa jenis karya
yang disantap sehari-hari oleh orang budaya kuliner yang dimiliki etnis di
kebanyakan. Bahkan dewasa sekarang Indonesia sudah mendapat
dikomersialkan sebagai konsumsi pengakuan dan penetapan sebagai
wisatawan domestik maupun manca Warisan Budaya Takbenda Indonesia
negara. Cara pandang terhadap betutu seperti, rendang (Sumatra Barat), se’i
bukan sekadar makanan untuk (Nusa Tenggara Timur), ayam
memenuhi selera dan mengisi perut Taliwang (Nusa Tenggara Barat),
Betutu Bali…(I Made Purna dan Kadek Dwikayana) 279

dan karya budaya betutu Bali (dalam Semarang: Program Pascasarjana


proses pembahasan untuk Universitas Diponegoro.
mendapatkan pengakuan dan Marsiti, Cokorda Istri Raka; Ni Made Suriani;
penetapan), lain-lain, maka Ni Wayan Sukerti. “Strategi
sebaiknya pemerintah daerah dan Pengembangan Makanan Tradisional
pusat meluncurkan Program Berbasis Teknologi Informasi Sebagai
“Prakarsa Diplomasi Kemitraan Upaya Pelestarian Seni Kuliner Bali”,
Makanan Warisan Tradisonal Makalah dalam Seminar Nasional Riset
(Diplomecy Initiative Partnership Inovatif, 2017.
Heritage Traditional Food), sehingga Suardani, Made. “Analisis Keputusan
jenis kuliner yang sudah mendapat Pengunjung Membeli Ayam Betutu
pengakuan dan penetapan serta yang Pada Rumah Makan Ayam Betutu Khas
akan diusulkan akan cepat popular. Gilimanuk di Tuban Bali” dalam
3) Dengan adanya program seperti SOSHUM JURNAL Sosial dan
tersebut di atas dampaknya tidak saja Humaniora, Vol. 3, No. 2, Juli 2013.
memperlihatkan langkah pelestarian Yudha, I Putu Putra Kesuma. “Sate dan
kekayaan keragaman kuliner suku Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa
bangsa (etnis), juga akan Adat Blayu” pada Jurnal Penelitian
memperkuat program meragamkan Sejarah dan Nilai Tradisional BPNB
(diversifikasi) makanan dan menu Bali Vol 22 No 2. 2015.
wisatawan, namun juga ikut
menyelesaikan masalah isu-isu 2. Buku
bilateral, multilateral dan lokal di Bustanudin, Agus. 2006.
meja makan dengan mitra kerja Agama Dalam Kehidupan Manusia,
Pemerintah Indonesia baik itu Pengantar Antropologi Agama. Jakarta:
diselenggarakan di dalam negeri PT Raja Grafindo Persada.
maupun di berbagai acara Dibia, I Wayan. 2012.
internasional maupun di berbagai Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali.
perwakilan Indonesia di luar negeri. Denpasar:Balimangsi.
Kementrian Pendidikan Kebudayaan. 2004.
DAFTAR SUMBER Ensiklopedia Makanan Tradisional
1. Jurnal, Makalah, Skripsi dan Tesis Indonesia(Sumatra).Jakarta:Proyek
Gabriella, Clarisa. 2013. Pengembangan Tradisi dan
Peran Diplomasi Kebudayaan Indonesia Kepercayaan Ditjenbud.
Dalam Pencapaian Kepentingan
Melalatoa, Yunus. 1995.
Nasionalnya.Skripsi. Makassar: Jurusan
Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia.
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Jakarta: Depdikbud.
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin. Ritzer. 2012.
Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik
Jiun, Sarah Minotti. “Diplomasi Kebudayaan
sampai Perkembangan Terakhir
Indonesia Terhadap Amerika Serikat
Postmodern. Terjemahan Sahut
Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy)
Pasaribu. Jakarta: Pustaka Pelajar.
tahun 2010-2016” dalam JOM FISIP
Vol. 5 Edisi I. Januari – Juni 2018. Sedyawati, Edi. 2014.
Kebudayaan di Nusantara dari Keris,
Mapandin, Wahida Y. 2006.
Tortor sampai Industri Budaya. Jakarta:
Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya
Komunitas Bambu.
Dengan Konsumsi Makanan Pokok
Rumah Tangga Pada Masyarakat Di Suarsana, I Made; I Made Purna; I Made
Kecamatan Wamena, Kabupaten Dharma Suteja; I Wayan Suca Sumadi;
Jayawijaya Tahun 2005. Tesis. Raj. Riana Dyah P. 2016. Inventarisasi
dan Perlindungan Karya Budaya Betutu
280 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2019: 265 - 280

di Banjar Teruna, Desa Peliatan


Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali.
Penerbit Kepel Press.
Sudarma, Wayan, I Gusti Ayu Armini, I Gusti
Ayu Agung Sumarheni. 2014.
Inventarisasi Perlindungan Karya
Budaya Kuliner Taliwang. Denpasar:
BPNB Bali, NTB, NTT.
Sugiyono, 2008.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sulasman, H. dan Setia Gumilar. 2013. Teori-
teori Kebudayaan. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Sunjata, Wahyudi Pontjo. 2014.
Kuliner Jawa dalam Serat Centhini.
Yogyakarta:BPNB DIY, Jateng dan
Jatim.
Yusa, Ni Made. 2014.
PanganTradisional Khas Gianyar.
Denpasar: Udayana Iniversity Press.

3. Website
https://groups.google.com/d/msgid/gastronmi_i
ndonesia diakses pada
tanggal11/01/2016
indraket@gmail.com diakses pada tanggal
27/11/2016.

Anda mungkin juga menyukai