Anda di halaman 1dari 15

NOVRIDA WATI / IDOT

NOVRIDAWATI / IDHOT adalah sebuah blog untuk berbagi secuil informasi tentang pendidikan maupun
hal yang lain . . . Selamat Bergabung Heheheheheheh , , , , , , ,,

Kamis, 14 Mei 2015

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam membantu
perkembangan agama dan moral peserta didik di MI. Hal ini disebabkan, akidah akhlak berisi muatan
materi yang mengandung nilai ketauhidan dan nilai akhlak. Sehingga seorang guru akidah akhlak
dituntut mampu mengkondisikan kegiatan belajar mengajar yang bertujuan membantu peserta didik
memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di materi ajar.

Salah satu langkah awal yang bisa dilaksanakan guru akidah akhlak untuk mencapai tujuan di atas adalah
menerapkan pendekatan yang tepat untuk setiap materi ajar yang disampaikan kepada peserta didik.
Hal ini karena, pendekatan merupakan penentuan strategi dan metode yang akan digunakan oleh guru.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis menjelaskan beberapa macam pendekatan yang bisa
diterapkan ketika menyampaikan materi ajar dalam mata pelajaran akidah akhlak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendekatan dalam pembelajaran akidah akhlak?

2. Apa saja pendekatan dalam pembelajaran Akidah Akhlak?

3. Bagaimana pendekatan yang sesuai dengan materi pembelajaran akidah akhlak?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar para mahasiswa PGMI mengetahui konsep pendekatan dan macam-
macam pendekatan yang sesuai dengan materi ajar akidah akhlak di MI.

BAB II

PEMBAHASAN

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH

A. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran Akidah

Pendekatan (approach) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran.[1]

Jadi pendekatan dalam pembelajaran akidah akhlak adalah sudut pandang tentang proses pembelajaran
mengenai perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar akidah akhlak.

B. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Akidah Akhlak

Pendekatan dalam pembelajaran akidah terbagi atas dua, yaitu: (1) Pendekatan tematik untuk kelas 1
sampai 3; dan (2) pendekatan mata pelajaran untuk kelas 4 sampai 6.

1. Pendekatan Tematik

Pendekatan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman kepada siswa.

Sementara itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik,
yaitu sebagai berikut:

1) Waktu belajar di kelas tidak dibatasi oleh jam mata pelajaran.

2) Dalam satu tema dan kegiatan, anak belajar beberapa mata pelajaran yang saling terkait.

3) Dalam satu kegiatan ke kegiatan lainnya mengalir begitu saja sesuai dengan tema yang dibahas.

4) Pendekatan pembelajaran kepada anak lebih pada hal-hal yang menyenangkan.

Cara belajar yang dilakukan di dalam pendekatan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) konkret dan konstektual;

2) integratif;

3) Hierarkis.[2]

Pendekatan tematik ini dipilih di kelas rendah karena peserta didik karena pemikiran anak pada usia ini
belum mampu memilah-milah keilmuan.[3]

2. Pendekatan Mata Pelajaran

Pendekatan mata pelajaran mengarah pada pembelajaran lepas antarmata pelajaran. Artinya, mata
pelajaran satu dengan yang lainnya terpisah dan tidak terikat oleh tema.

Pada pendekatan ini, siswa diharapkan mampu menguasai konsep dengan melakukan secara lansung
(kontekstual). Selain itu siswa mampu menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang utuh. Hal ini untuk memotivasi siswa dalam belajar dan mampu memaksimalkan
memori jangka panjang. inilah yang bermakna di dalam proses pembelajaran.

kebermaknaan pembelajaran banyak ditentukan oleh pengalaman belajar anak.[4]

Melalui pembelajaran konstektual, materi pembelajaran akan lebih berarti/ tambah berarti jika siswa
mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti
dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan lebih diminati dan menyenangkan.[5]

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pendekatan tematik dan pendekatan mata pelajaran
menuntut adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sehingga materi yang diajarkan akan lebih
bermakna.

Sementara itu, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang
terpadu melalui pendekatan, sebagai berikut:

1. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan
tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.

2. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempratekkan dan merasakan hasil-hasil


pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang
sesuai dengan ajaran islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist serta dicontohkan oleh para
ulama.

4. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Akidah dan Akhlak dengan
pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah
dipahami dengan penalaran.
5. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati akidah dan akhlak
mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

6. Fungsional, menyajikan materi akidah dan akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

7. keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen
Madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang memiliki keimanan teguh dan
berakhlak mulia.[6]

C. Materi Ajar Akidah Akhlak di MI Dan Pendekatan Yang Sesuai

Materi

Pendekatan

Alasan

1. Mengenal rukun iman, syahadat tauhid dan syahadat rasul.

Al-Asma’ al-Husna (al-Ahad dan al-Khaliq)

Keimanan

Karena rukun iman merupakan materi yang berkaitan dengan sesuatu yang abstrak. Sehingga guru harus
benar-benar menanamkan pemahaman kepada siswa. Selain itu materi Al-Asma’ al-Husna juga bisa
melalui pendekatan keimanan. Melalui pendekatan tersebut guru bisa memberikan pemahaman kepada
siswa.

2. Membiasakan akhlak terpuji

(Hidup bersih, kasih sayang, dan rukun)

(Adab mandi dan berpakaian)

Rasional

Materi ini disajikan dengan pendekatan rasional. Artinya memfugsikan rasio peserta didik untuk meneliti
manfaat dari hidup bersih, kasih, sayang dan rukun serta adab mandi dan berpakaian.

3. Menghindari akhlak tercela

(Hidup kotor, bohong/dusta, dan berbicara kotor)

Rasional
Dengan melihat manfaat menghindari akhlak tercela yang disajikan dengan memfungsikan rasio siswa,
maka siswa akan lebih termotivasi menghindari akhlak tercela.

4. Memahami kalimat thayyibah (basmallah)

Al-Asma’al-Husna (ar-Rahmaan, ar-Rahiim, dan as-Sami’)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan kalimat Basmallah. Siswa
dibiasakan mengucapkan Basmallah ketika hendak mengerjakan sesuatu yang baik.

5. Membiasakan akhlak terpuji

(Adab belajar, bermain, makan dan minum)

Fungsional

Dengan memperlihatkan manfaat nyata kepada peserta didik mengenai akhlak terpuji maka siswa akan
termotivasi untuk melakukan akhlak terpuji tersebut.

6. Menghindari akhlak tercela

(Menghindari berbicara jorok/kotor dan bohong)

Fungsional

Dengan memperlihatkan manfaat nyata kepada peserta didik mengenai menghindari akhlak tercela
maka siswa akan termotivasi untuk menghindari akhlak tercela tersebut.

1. Memahami kalimat thayyibah (hamdallah)

Al-Asma’ al-Husna (ar- Razaaq, al-Mughniy, al-Hamiid, dan asy-Syakuur)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan kalimat Hamdallah. Siswa
dibiasakan mengucapkan Hamdallah ketika mendapatkan nikmat.

2. Membiasakan akhlak terpuji


(Syukur nikmat, hidup sederhana, dan rendah hati)

(Berakhlak baik ketika berpakaian, makan-minum dan bersin)

Emosional

Mengugah emosi siswa bisa dilaksanakan dengan kisah yang inspiratif guru bisa memotivasi siswa untuk
melakukan akhlak terpuji.

3. Menghindari akhlak tercela

(Menghindari sifat sombong)

Emosioal

Mengugah emosi siswa bisa dilaksanakan dengan kisah yang inspiratif guru bisa memotivasi siswa untuk
menghindari akhlak tercela.

4. Memahami kalimat thayyibah (tasbih)

al-Asma’ al-Husna (al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, dan al-Badii’)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan kalimat tasbih. Siswa dibiasakan
mengucapkan tasbih ketika melihat sesuatu yang indah.

5. Membiasakan akhlak terpuji

(Bersifat jujur, rajin, dan percaya diri)

(Berakhlak baik ketika belajar, mengaji, dan bermain)

Pembiasaan

Membiasakan akhlak terpuji dengan pendekatan pembiasaan akan membantu siswa menjadikan akhlak
tersebut sebagai karakter mereka.

6. Menghindari akhlak tercela

(Menghindari sifat malas)

Pembiasaan

Menghindari akhlak tercela dengan pendekatan pembiasaan akan membantu siswa menghindari akhlak
tercela tersebut sebagai karakter mereka.
1. Memahami kalimat thayyibah (Subhanallah, Maasyaallah)

Al-asma’al-husna (al-Mushawwir, al-Haliim, dan al-kariim)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan kalimat tasbih. Siswa dibiasakan
mengucapkan tasbih ketika melihat sesuatu yang indah.

2. Beriman kepada malaikat-malaikat Allah

Keimanan

Karena beriman kepada malaikat Allah merupakan materi yang berkaitan dengan sesuatu yang abstrak.
Sehingga guru harus benar-benar menanamkan pemahaman kepada siswa.

3. Membiasakan akhlak terpuji

(Sifat rendah hati, santun, ikhlas, dan dermawan)

Keteladanan

Melalui keteladan terhadap seorang guru, maka siswa akan termotivasi melakukan akhlak terpuji.

4. Menghindari akhlak tercela

(Menghindari sikap bodoh, pemarah, kikir, dan boros)

Rasional

Dengan melihat manfaat menghindari akhlak tercela yang disajikan dengan memfungsikan rasio siswa,
maka siswa akan lebih termotivasi menghindari akhlak tercela.

5. Memahami kalimat thayyibah (ta’awuz)

al-Asma’al-Husna (al-Baathin, al-Waliy, al-Mujib, dan al-Wahhaab)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

6. Beriman kepada makhluk ghaib selain malaikat

(jin, iblis, dan setan)

Keimanan

Karena beriman kepada makhluk ghaib selain malaikat merupakan materi yang berkaitan dengan
sesuatu yang abstrak. Sehingga guru harus benar-benar menanamkan pemahaman kepada siswa.
7. Membiasakan akhlak terpuji

(Sikap rukun dan tolong-menolong)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan akhlak terpuji.

8. Menghindari akhlak tercela

(sifat khianat, iri, dan dengki)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan menghindari akhlak tercela.

1. Memahami kalimat thayyibah (innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun)

al-Asma’al Husna (al-Mu’min, al-‘Azhiim, al-Haadly, al-‘Adlu, dan al-Hakam)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

2. Beriman kepada kitab-kitab Allah

Emosional

Mengugah emosi siswa bisa dilaksanakan dengan kisah yang inspiratif guru bisa menambah keimanan
siswa tentang kitab-kitab Allah.

3. Membiasakan akhlak terpuji

(sikap hormat, patuh, tabah, dan sabar)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan akhlak terpuji. Siswa dibiasakan
berprilaku terpuji dalam setiap pembelajaran maupun keseharian.

4. menghindari akhlak tercela

(Menghindari sikap kufur nikmat)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah menghindari akhlak tercela. Siswa dibiasakan
menghindari akhlak tercela dalam setiap pembelajaran maupun keseharian.

5. Memahami kalimat thayyibah (assalamu’alaikum)


al-Asma’al-Husna (as-Salaam, al-Mu’min, dan al-Lathiif)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

6. Beriman kepada Rasul-rasul Allah

Emosional

Mengugah emosi siswa bisa dilaksanakan dengan kisah yang inspiratif guru bisa menambah keimanan
siswa.

7. Membiasakan akhlak terpuji

(sifat siddiq, amanah, tablig, dan fatanah)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah mengamalkan akhlak terpuji. Siswa dibiasakan
mengamalkan akhlak terpuji dalam setiap pembelajaran maupun keseharian.

8. Menghindari akhlak tercela

(sifat munafik)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudah menghindari akhlak tercela. Siswa dibiasakan
menghindari akhlak dalam setiap pembelajaran maupun keseharian.

1. Memahami kalimat thayyibah (Alhamdulillah dan Allahu Akbar) dan al-Asma’ al-Husna (al-
Wahhaab, ar-Razzaaq, al-Fattaah, asy-Syakuur, al-Mughniy)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

2. Beriman kepada hari akhir (kiamat)

Keimanan

Karena beriman kepada hari akhir merupakan materi yang berkaitan dengan sesuatu yang abstrak.
Sehingga guru harus benar-benar menanamkan pemahaman kepada siswa.

3. Membiasakan akhlak terpuji

(sikap optimtis, qanaah dan tawakkal)


(Akhlak baik di tempat ibadah dan tempat umum)

Fungsional

Dengan memperlihatkan manfaat nyata kepada peserta didik mengenai akhlak terpuji maka siswa akan
termotivasi untuk melakukan akhlak terpuji tersebut.

4. Menghindari akhlak tercela

(Sifat pesimis, bergantung, serakah, dan putus asa)

Fungsional

Dengan memperlihatkan manfaat nyata kepada peserta didik mengenai menghindari akhlak maka siswa
akan termotivasi untuk menghindari akhlak tercela tersebut.

5. Memahami kalimat thayyibah (tarji’)

al-Asma’al-Husna (al-Muhyil, al-Mumiit, dan al-Baaqiy)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

6. Membiasakan akhlak terpuji

(Teguh pendirian dan dermawan)

( Hidup bertetangga dan bermasyarakat)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudh mengamalkan akhlak terpuji. Siswa dibiasakan
mengamalkan akhlak terpuji dalam setiap pembelajaran maupun keseharian.

7. Menghindari akhlak tercela

(sifat kikir dan serakah)

Pembiasaan

Menghindari akhlak tercela dengan pendekatan pembiasaan akan membantu siswa menghindari akhlak
tercela tersebut sebagai karakter mereka.

1. Memahami kalimat thayyibah (astaghfirullaahal’azhiim)

al-Asma’al-Husna (al-Qawiy, al-Hakiim, al-Musshawir, dan al-Qaadir)

Pengamalan
Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

2. Beriman kepada takdir Allah

Emosional

Dengan mengugah emosi siswa mengenai ketentuan Allah akan membantu siswa menjadi pribadi yang
ikhlas.

3. Membiasakan akhlak terpuji

(Sifat tanggung jawab, adil, dan bijaksana)

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudh mengamalkan akhlak terpuji. Siswa dibiasakan
mengamalkan akhlak terpuji dalam setiap pembelajaran maupun keseharian

4. Menghindari akhlak tercela

(Sikap marah, fasik, dan murtad)

Pembiasaan

Menghindari akhlak tercela dengan pendekatan pembiasaan akan membantu siswa menghindari akhlak
tercela tersebut sebagai karakter mereka.

5. Memahami kalimat thayyibah (taubat)

(al-Asma’al-Husna (al-Ghafuur, ash-Shabuur dan al-Haliim)

Pengamalan

Melalui praktek secara langsung siswa akan mudah memahami dan mengamalkan kalimat thayyibah.

6. Membiasakan akhlak terpuji (sifat sabar dan taubat) dan

(Berakhlak baik terhadap binatang dan tumbuhan) [7]

Pembiasaan

Melalui pendekatan pembiasaan siswa akan lebih mudh mengamalkan akhlak terpuji. Siswa dibiasakan
mengamalkan akhlak terpuji dalam setiap pembelajaran maupun keseharian
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam mengajarkan materi akidah akhlak di MI
(mengenal rukun iman, memahami kalimat thayyibah, membiasakan akhlak terpuji dan menghindari
akhlak tercela) harus menggunakan pendekatan yang tepat. Beberapa pendekatan tersebut antara
lain,sebagai berikut:

1) Pendekatan tematik;

2) Pendekatan mata pelajaran;

3) Pendekatan keimanan

4) Pendekatan pengamalan

5) Pendekatan pembiasaan
6) Pendekatan rasional

7) Pendekatan fungsional

8) Pendekatan emosional

9) Pendekatan keteladanan

B. Saran

Sebagai seorang calon guru MI, para pembaca diharapkan bisa terus meningkatkan pengetahuan
mengenai pendekatan dalam pembelajaran akidah akhlak.

KEPUSTAKAAN

Junaidi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: lapis-PGMI

Sulhan, Najib., dkk. 2012. Panduan Mengajar Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta: Zikrul Hakim

Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid. 2005. Tadzkirah Pembelajaran Agama Islam (PAI) berdasarkan
pendekatan konstektual. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

http://kalidanastiti-space.blogspot. com/2014/model-pembelajaran-tematik/pada-kelas-rendah/,
diakses pada hari kamis tanggal 06 november 2014.
http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/03/pendekatan- pembelajaran- akidah akhlaq. html?m=1

[1] Junaidi, dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: lapis-PGMI, 2008), hlm. 3-8.

[2] ibid., hlm. 13-14.

[3] http://kalidanastiti-space.blogspot. com/2014/model-pembelajaran-tematik/pada-kelas-rendah/,


diakses pada hari kamis tanggal 06 november 2014.

[4] Najib Sulhan, dkk., op.cit., hlm. 14-15.

[5] Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Agama Islam (PAI) berdasarkan pendekatan
konstektual, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 13.

[6] http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/03/pendekatan- pembelajaran- akidah akhlaq. html?m=1

[7] Najib Sulhan, dkk., Panduan Mengajar Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2012), hlm 5-8.

Unknown di 06.49

Berbagi

2 komentar:

Anonim19 Februari 2022 08.46

Introduction To Baccarat Site

Baccarat is 카지노 사이트 추천 one advanceplasmatechnology.com of the most 온라인 카지노 불법


popular variants of the game. 에볼루션 카지노 이용 방법 The 온라인 카지노 사이트 game involves
several rules, namely, it uses a “straight bet”.

Balas
saciliaobenhaus26 Februari 2022 08.45

Best Casinos to Play in South Africa

It is a 온라인 카지노 커뮤니티 popular 카지노 사이트 onlinecasino79 destination for casino games,
sports betting, and poker. We have compiled a list of top online 벳 이스트 casinos to cater to South
Africans.Top 벳 365 주소 10 Casinos in South Africa: M mgm 공식 사이트

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai