Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN LAPORAN DIREKTORY KONFLIK TENURIL

KAWASAN HUTAN LINDUNG

JUDUL : KONFLIK TENURIAL PENGGARAP BUKIT LIMAU IZIN KOMASKO

NAMA PEMBUAT LAPORAN : SEPRIADI

TANGGAL : 17 Oktober 2021

1. PENGANTAR

Klaim penggarag dibukit Limau Dalam Izin Koprasi Masyarakat Adat Tujuh Koto (KOMASKO)
seluas 2000 Ha berdasrakan izin IUPHKm SK.Mentri LHK Nomor : 3394/MENLHK -
SKL/PKP/PS/PSL.0/6/2017 yang berlokasi di dalam wilyah dua desa, Desa Balai Rajo,Kecamatan
tujuh Koto ilir Dan Desa Dusun baru, Kecamatan tujuh koto. Kabupaten tebo.

Namun fakta lapangan meski di dua wilayah desa,Masyarakat penggaraf mayoritas


bersetatur adrimistrasi Kependudukna Desa Bali rajo kecamtan 7 koto ilir. Dengan menanam
komodity Sawit, karet, Memperoleh lahan dengan proses ganti rugi tumbang imas dan paroan.
Ganti rugi tumbang imas yang di maksud pengembalin seluruh biaya penumbangan lahan serta
pengimasan paska sebelum dan sesudah penumbangan, yang di lakukan pemilik lahan
sebelumnya (Klaim pertama) ke pihak yang akan mengambil alih hak kelola lahan berikutnya.
Yang tidak jauh halnya, dalam ganti rugi, hanya perbedaan akad saja.

Begitupun dalam Paroan. Yakni, Pemilik lahan memberikan hak kelola kepada Penerima
Paroan (menggaraf), Dengan tanggung jawab menyediakan semua kebutuhan bibit yang akan
ditanam dilahan tersebut. Dengan ketentuan dan pola bagi yang di sepakati, dengan pola bagi
setandar lima banding satu, dengan artian jika kebun berhasil dan sukses seluas lima hetar maka
penggaraf mendapatkan bagian 1 hetar.

Dalam hal Perizinan yang berpayung hukum Koprasi dengn legalitas Hutan kemasyarakatan,
namun tidak satupun masyarakat penggaraf yang berada di bukit limau yang menguasai fisik
(lahan). Tergabung sebgai anggota Koprasi sebgai pemegang izin, Sehingga koprasi tidak bisa
melakukan program kerja dan kemitraan mereka sesui dengan regulasi yang ada.

Sehingga permabah yang awalnya hanya dalam izin koprasi, saat ini kin meluas ke lokasi
kawsan hutan lindung bukit limau yang berada di luarnya seluar ± 3000 ha yang belum ada izin di
atasnya, serta mengncam zona konsevsi PT.Lestari Asri Jaya (LAJ) yang beada di blok salak.

GAMBARAN UMUM

Bentng alam yang menjadi lokasi perambah dalam izin koprasi adlah perbukitan dan di
bagian lerengnya terdapa dua sungai yakni sungai Salak dan sungai cempegan yang menjadi
sumber kehidupan masyarakat penggaraf yang ada di sana.

Dengan kondisi rute jalan tanah pengerasan dan bergelombang untuk mencapai titik lokasi
harus menggunkan motor semi trail dan mobil 4x4 karena selain menjadi sarana
penghubung antar desa jalan tanh juga menjadi lintasan truk pengangkut hasil tani komodity
Sawit dan karet yang sudah panen milik petani penggaraf.
Di mana fasilitas umum seperti masjid dan gerejapun sudah mulai dibangun dengan swadaya
dari masyarakat setempat bahkan secara kelompokpun mereka telah memiliki Rukun
Tetangga (RT) Dan Kepala Dusun yang tergabung dalam Desa Bali rajo, Kecamatan tujuh
koto Ilir yang di jabat Saudara Aflin. Yang juga merupakan Daftar Pilih (DAPIL) empat
Kabupaten tebo saat agenda pesta demokras.

Selain merawat kebun milik sendiri masyarkat setempat juga menjadi pekerja kebun milik
cukong dan Toke yang ada di sekitar Bukit limau, bahkan beberapa petani penggaraf yang
telah bermodal juga menjadi tengkulang hasil tadi komoditi sawit, Bahkan terkadang
memperluas kebun mereka yang ada dalam izin HKM Koprasi sampai-sampai ke areal di luas
izin Koprasi itu sendiri.

1.3.Objek Konflik
2.3.1 Indentifikasi aksebilitas objek sengketa
Objek lahan sengketa berada di kawasan bukit limau yang dalam izin
IUPHKm KOMASKO seluas ± 2000 Ha yang berada dalam admistrasi dua desa, Yakni
desa balai rajo dan desa Dusun Baru. Yang mana sebelah Utara langsung berbatas
dengan Provnsi riau dan selatan berbatas dan beririsan dengan Izin LAJ, barat
berbatasan dengan hutan lindung Bukit limau dan timur berbatas langsung dengan
Lanscape Bukit izin LAJ blok Langga.
Jarak tempuh lokasi dengan kantor Desa ± 10 Km,dengan melintas jlan tanah
pengerasan dan bergelombang. Semntara untuk sampai ke ibu kota kecamatan ±20
km dan ibu kota kabupaten ± 60 km. Dengan harus melalui penyebrangan sungai
batang hari memakai Poton dan motor bud dan ketek.

2.3.2 Identifikasi titik Kordinat (Sampling)

Lokaasi objek sengeketa terletak di koordinas 0’54’47.1” S, 102’05’07.9”E


dengan bentng lam perbukitan dan hamparan kebun sawit dan karet di sekitar
lembhan perbukitan yang ada, Serta beberapa perkebunan pinang dan kopi yang
berada dia eral datarn yang menjadi pemukiman warga sekitar.
Lahan yang dulunya merupakan lokasi klaim exs Ilegl loging beberapa
cukong kayu yang beririsan dengan areal izin LAJ Blok Salak, Saat dalam
penggarapan areal kebun karet milik perusahaan Barito Grof.
Setetalah potensi kayu habis, Yang di klaim para cukong sebagai arela dan lokasi
bidang kebun mereka yang di garaf dengan pola paroan dengan dan Ganti Rugi
Tumbang Imas.
Sekitar pada awal 2006, maka terjadi mobilisasi masyarakat penggaraf
melalui beberapa KK yang telah dhulu berd di lokasi sejak tahun 2005. Dan tidak
menutup kemungkinan terjadinya jual beli lahan dengan modus tumbang imas
terhadap masyarakat desa pemayungan dengan beberpa masyarakat salafi yang
datang dengan tujuan untuk melakukan perekebunan di lokasi tersebut.
Sehingga pada tahun 2015 di ajakan izin Restorasi block 2 oleh PT.ABT,
sebagai pemegang izin hingga saat ini menagment perusahaan tidak dapat
menjalankan semua programnya yang di karenakan tidak mendapat suport dari
masyarakat penggaraf yang secara ilegal menguasai fisik dan telah dahulu
berkegiatan di lahan yang menjadi sengketa tersebut.
2. PETA KONFLIK TENURIAL

3.1. Sejarah Konflik


Koonflik berawal sjak awal 2016 awal sejak dilakukannya pengajuan izin IUPHKm
oleh KOMASKO yang mengatas namakan Masyarakat tujuh koto dalam akta Notaris
Koprasi tersebut yang mana anggota pengajuan koprasi lebih dominan masyarakat
desa balai rajo saja, sehingga bberapa tokoh lembaga adat kecamtan tujuh koto
sendiri merasa keberatan atas pendirian KOMASKO yang mengklaim masyarakat
adat.
Pengajuan izin IUPHKm oleh KOMASKO sendiri tidak melibatkan masyarakat
penggaraf yang ada di lokasi izin KOMASKO sendiri yang jauh sebelum pendirian
Koprasi dan mendapatkan Izin IUPHKm dari kemetrian mereka talah ada di
melakukan perkebunan dengan dasar ganti rugi tumbang imas dan Paroan.
Sehingga meski Koprasi sebagai pemegang izin Seluas 2000 ha namun tidak
mempu melakukan pendataan terhadap seluruh patani yang ada di lokasi izin
tersebut, Yang berakibat program dan kewajiban Koprasi selaku pemegang izin tidak
bisa berjalan sebagaimana mestinya hingga kini terancam di bekukan izin tersebut.
Di tambahanya terjadiny penjulan lahan oleh bberapa oknum yang
mengatasnamakan Koprasi KOMASKO kepada masyarakat pendatang maupun lokal
terhadap kawasan hutan lindung di luas izin KOMASKO sendiri seluar ± 3500 Ha yang
belum ada izin di atasnya serta sering terjadinya praktek ilegal loging oleh bebrapa
oknum yang melakukan klaim kawasan hutan lindung bukit limau tersebut.
3.2. FAKTOR KONFLIK
3.1. Sejarah Konflik
Dengan terbitnya izin IUPHKm KOMASKO di kawasan Bukit limau
yang merupakan exs Ilegal loging sejak awal 2005, sehingga kondisinya
belukar yang kemudian mendapatkan izin IUPHKM pada tahun 2017 atas
pengajuan KOMASKO yang berbadan hukum koprasi Masyarakat Adat Tujuh
Koto, namun tidak melibatkan masyarakat penggaraf yang ada dalam izin
sebagai anggota koprasi.
Sehingga terjadinya ketidak singkronan antara pengurus koprasi
dengan masyarakat penggaraf atas regulasi yang ada, Sehingga koprasi
sendiri tidak memiliki bertland data. Terkait by name dan By andres
masyarakat yang pengarap lahan dalam izin koprasi itu sendiri. Yang
berujung terkendalanya laporan koprasi yang terancam izinya di bekukan
jikalau dalam dua tahun kedepan tidak mampu melakukan kegitan dan
Rencana Keja tahunan (RKT) koprasi itu sendiri.
3.2. FAKTOR KONFLIk
 Masyrakat penggaraf dalam izin IUPHKm merasa tidak di
libatkan dalam ke anggotan Koprasi KOMASKO, sehingga
mereka tidak respon dengan apapun yang menjadi program
oleh koprasi tersebut.
Yang berdampak terhadapk eksitensi Koprasi itu sendiri
tidak mampu melaporkan hasil dari RKT yang mereka
ajukan, yang berakibat terancamnya legalitas keberadaan
masyarakat penggaraf yang berada dalam zin IUPHKm. Tidak
terlaksananya program penghijauan kembali kawasan bukit
limau yang di anjurkan oleh kementrian. Pengurus koprasi
tidak dapat melakukan pengorganisiaran Petani yang ada
dalam izin merekea. Terjadinya mobilisasi penggarap
terhadap kawasan hutan lindung bukit limau yang di luas
izin IPUHKm KOMASKO selua ± 3500 Ha tersebut.
 Adnya klaim lahan exs Ilegal loging yang kemudian di pindah
tangankan melalui pola paroan dan Tumbang Imas kepada
masyarkat salafi melalui tokoh-tokohnya.

3.3. AKTOR KONFLIK

Aktor utama

Aktor Primer 1

Nama : Edian (KETUA KOPRASI KOMASKO)

Almat : PEMAYUNGAN

KONTAK : ...............................

DASAR PENGUASAAN : IUPHKm

LAMA PENGUASAAN : 2017 hingga saat sekarang


LAMA PENGUASAAN :-

SIAPA YANG BERHAK : SAMAN/KANTAN

Kepentingan Posisi Isu


Memperkuat klaimlahan
Ketua KOMASKO ( selaku Memgang izin IUPHKm
seluas 2000 Ha atas Izin
Aktor Primier) dalam klaim lahan exs ielgal
IUPHKm dalam mencari
loging sejak 2017 dan
keuntungan dalam program
kementrian dan para mendapatkan bantuan
donatur yang ada program dari kementrian
tanpa menjalankan
kewajiban dan melakukan
pembinaan langsung
terhadap petani yang
menguasai fidik lahan dalam
izin

Aktor Primer 2

Nama : Masyarkat Penggaraf

Almat : PEMAYUNGAN

KONTAK : ...............................

DASAR PENGUASAAN : IUPHKm

LAMA PENGUASAAN : 2017 hingga saat sekarang

LAMA PENGUASAAN :-

SIAPA YANG BERHAK : SAMAN

Kepentingan Posisi Isu

Aktor Primer 3

NAMA : Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi TEBO BARAT

ALAMAT : Muara tebo

KONTAK :

LAMA PENGUASAAN :-

SIAPA YANG MEWAKILI : Topan tindaon


Kepentingan Posisi Isu

Menjaga dan mengawasi Pengawasan dan sosilisasi Tidak memaksimalkan


semua kegiatan yang berada regulasi yang ada serta Sosialisasi maupun fasilitator
dalam kawasan hutan fasilitator konflik (aktor konflik, (terkesan tidak pro
produksi yang berizin Sekunder) atas kepentingan
maupun tak berizin masyarakat)

Aktor sekunder 1

Nama : Aflin (Kdes Balai rajo)

Almat : PEMAYUNGAN

KONTAK : ...............................

DASAR PENGUASAAN : IUPHKm

LAMA PENGUASAAN : 2017 hingga saat sekarang

LAMA PENGUASAAN :-

SIAPA YANG BERHAK : SAMAN

Dengan kepentingan untuk memberikan kenyamanan dalam menjalankan roda pemerintah


dan tidak di nilai masyarakat jika Pemdes memihak pada Perusahaan ABT

Kepentingan Posisi Isu

Aktor sekunder 2

Nama : Kades Desa Dusun Baru (firdaus)

Almat : Desa Dusun baru

KONTAK : ...............................

DASAR PENGUASAAN :

LAMA PENGUASAAN : -

LAMA PENGUASAAN :-

SIAPA YANG BERHAK : ISMAIL

Kepentingan Posisi Isu


Aktor sekunder 3

Anggota DPRD dapil IV

NAMA : AI

ALAMAT : Paseban

KONTAK : 0813 7796 0745

LAMA PENGUASAAN :

SIAPA YANG MEWAKILI : Afrinsyah

Kepentingan Posisi Isu

Sebagai basis lumbung suara Pengawasan dan fasilitator Melakukan advokasi


dalam dapil IV konflik dapil IV (aktor terhadap masyarakat
sekunder) penggaraf dalam konsesi
ABT

3. PROYEKSI RESOLUSI KONFLIK

4.1 SOSIAL BUDAYA

Perwakilan Tokoh Masyarakat,Pemuda,Adat dan nenek mamak serta lembaga pendamping


masyarakat penggaraf (K.tani,Kades dan Ormas ) yang di ajak diskusi dalam penjabaran regulasi pola
kemitraan untuk memberikan kejelasan dan legalitas melalui perhutanan Sosial.

4.2 PROYEKSI RESOLUSI KONFLIK

Semua pihak dan aktor yang ada resisten terhadap diskusi yang membahas tentang
kepentingan pemilik izin IUPHKm . Difaslitasi untuk menyelesaikan konflik dalm mengakomodir
masyarakat penggraf dalam izin KOMASKO agar bisa bersinergi dalam menjalankan program
kemitraan sesuai regulasi yang ada.

4.3 TAWARAN TERTINGGI DAN TAWARAN TERENDAH DALAM BERNEGOSIASI

- Mendatangi para pihak dan semua aktor untuk berdiskusi tentang kepentingan-
kepentingan mereka yang merasa tidak terakomodir dengan pola kemitraan serta melakukan
sekolah lapangan terhadap apa yang mereka lakukan untuk bertahan hidup dalam peningkatan
ekonomi mereka.

- Melakukan fasilitator di tingkat pemerintah desa atas semua pihak dan aktor untuk
mendapatkan dan mengkalaborasikan semua kepentingan semua pihak yang ada.

5.REKOMENDASI
Perhutanan Sosial
Dengan sekema kemitraan jangka benah sesui PP 23,24 dan perment LHK NO 8,9
tahun 2021 tentang perhutana sosial

Anda mungkin juga menyukai