Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

EFISIENSI KOMBINASI TANAH KOMPOS SEBAGAI


MEDIA TANAM CABAI DAN PENGGUNAAN POLYBAG
SEBAGAI ELEMEN MEDIA TANAMNYA

Dosen Pengampu: Eva Nuraini, S.p

Disusun Oleh:

Wahyu andika putra (2103401051002)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal
penelitian yang berjudul “ EFISIENSI KOMBINASI TANAH KOMPOS
SEBAGAI MEDIA TANAM CABAI DAN PENGGUNAAN POLYBAG
SEBAGAI ELEMEN MEDIA TANAMNYA ” tepat waktu. Pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Tuhan yang Maha Esa
2. Dosen Mata Kuliah Praktikum Biologi Ibu Eva Nuraini, S.P
3. Kepada kedua orang tua, dan.
4. Teman teman yang telah memberikan bantuan moral

Kami menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
Ahir kata kami berharap semoga proposal penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan di
Indonesia. Saat ini, sudah banyak dikembangkan pupuk organik yang
berkualitas dari hasil inovasi teknologi dengan memanfaatkan limbah yang
mencemari lingkungan menjadi pupuk organik lengkap dengan unsur makro
dan mikro yang langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa bahan/pupuk organik merupakan penyangga biologi
yang mempunyai fungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang.
Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan
penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan
kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien.
Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja
akan merusak kesuburan fisik tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak.
Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi
tanah. Namun pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral,
apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja.
Maka dari itu kandungan mikroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk
mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga
(Syamsuddin. 2003).Selain itu, seiring kemajuan zaman dan makin
berkurangnya lahan pertanian, penggunaan polybag sangat tepat
digunakan sebagai elemen media tanam. Polybag ini sendiri adalah salah satu
jenis media tanam yang sudah dikenal luas sebagai media tanam yang sangat
tepat untuk bercocok tanam di lahan sempit.
Dalam praktikum ini, penulis tidak mengetahui ke efektifItasan
tanaman cabai dengan media tanam tanah dengan kompos dan bagimana
pengaruh penggunaan polybag sebagai elemen media tanam cabai. Oleh
karena itu, penulis tertarik mengambil judul “Efisiensi Kombinasi Tanah
Dan Kompos Sebagai Media Tanam Cabai Dan Penggunaan Polybag
1
Sebagai Elemen Media Tanamnya”.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Efisiensi Kombinasi Tanah Dan Kompos Sebagai Media Tanam
Cabai Dan Penggunaan Polybag Sebagai Elemen Media Tanamnya?”

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Efisiensi Kombinasi Tanah dengan Kompos Sebagai
Media Tanaman Cabai.
2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan polybag sebagai elemen media
tanam cabai

1.4 Manfaat
Memberi pengetahuan tentang bagaimana Efisiensi Kombinasi Tanah Dan
Kompos Sebagai Media Tanam Cabai Dan Penggunaan Polybag Sebagai
Elemen Media Tanamnya

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tanah Dan Kompos


2.1.1 Desifini Kompos
Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang
terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air
bila terlalu kering. Untuk mempercepat perombakan dapat ditambah kapur,
sehingga terbentuk kompos dengan C/N rasio rendah yang siap untuk digunakan.
(Ida Syamsu Roidah, 2013).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompos merupakan pupuk
campuran yang terdiri atas bahan organik, seperti daun dan jerami yang
membusuk. Pembusukan bahan-bahan organik ini disebut dekomposisi. Proses
pelapukan secara alami pada umumnya terjadi pada jangka waktu 100 hari.
Namun saat ini banyak cara untuk mempercepat proses pelapukan bahan-bahan
organik ini menjadi 2 bulan bahkan 3 minggu saja tergantung pada bahan dan
teknik pengomposan yang dilakukan. (Khalimatu Nisa dkk, 2016).
Pengomposan sering didefinisikan sebagai suatu proses biologis yang
memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah material organik seperti kotoran
ternak, sampah, daun, kertas dan sisa makanan menjadi kompos. Selain itu,
pengomposan juga bisa diartikan dengan proses penguraian senyawa yang
terkandung dalam sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya
adalah agar lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Umumnya, proses
pengomposan juga merombak daun dan bahan organik lainnya yang terdapat
dialam. ( Willyan Djaja, 2008).

2.1.2 Definisi Tanah


Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relative lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan
antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau
oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-
partikel dapat berisi air, udara, ataupun keduanya. Proses pelapukan batuan atau
proses geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi membentuk tanah
3
(Hardiyatmo, 1995). Sedangkan Menurut (Soil Survey staff, 1999) Tanah
merupakan tubuh alami yang terdiri atas bahan-bahan padatan (berupa mineral
dan bahan organik), cairan dan gas yang terbentuk dipermukaan bumi, menempati
ruang dan ditandai oleh salah satu atau kedua hal berikut: Terdapat horizon atau
lapisan yang bebeda dari bahan asalnya sebagai hasil dari proses penambahan,
kehilangan, translokasi dan transformasi energi dan bahan atau merupakan
tumbuh alami yang berkemampuan untuk mendukung tanaman berakar disuatu
lingkungan alami.

2.2 Konsep Tanaman Cabai


2.2.1 Definisi Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya di
daerah Peru dan menyebar ke Negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia
termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam dan tipe pertumbuhan
dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup
di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis
saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika. (Siti Nur Aidah
dkk, 2020)
Tanaman cabe rawit (Capsicum frustescent L) merupakan salah satu
tanaman hortikultura yang penting. Keunggulan tanaman cabe rawit dibandingkan
tanaman cabe besar, diantaranya tanaman cabe rawit tergolong tahan terhadap
penyakit layu bakteri disebabkan Cendawan Pseudomonas solanacearum; busuk
buah Xantomonas vesicatoria, dan bercak daun yang disebabkan Cercospora spp.
Selain itu buah tanaman cabe rawit memiliki daya simpan lebih lama dan harga
dipasaran cabe rawit relatif lebih stabil. Cabe rawit dapat digunakan sebagai
bahan baku industri makanan, minuman dan industri farmasi. Cabe rawit dengan
kandungan vitamin A yang tinggi bermanfaat untuk kesehatan mata. Selain itu
cabe rawit dapat digunakan sebagai obat sakit tenggorokan, sakit perut, bisul,
iritasi kulit dan perangsang nafsu makan. (Maruli, Ernita dan Hercules Gultom,
2012)

4
2.2.2 Sejarah Tanaman Cabai
Tanaman cabai berasal dari Benua Amerika, tepatnya di daerah tengah dan
selatan. Kira-kira sejak tahun 7000 SM, cabai sudah di manfaatkan oleh suku
Indian (penduduk asli Amerika) untuk keperluan bumbu masak. Menginjak tahun
5200-3400 SM, barulah mereka membudidayakannya. Dari hasil budidaya ini,
cabai disebarluaskan ke berbagai daerah di Benua Amerika. Pada tahun 1502
seorang penjelajah bernama Christophorus Columbus memperkenalkan tanaman
cabai yang dia temui di benua Amerika ke benua lain. (Setiadi, 2006)

2.2.3 Karakteristik Tanaman Cabai


Tanaman cabai termasuk tanaman sayuran yang mudah tumbuh dimana
saja. Buktinya, tanaman cabai telah berhasil dibudidayakan serta dikembangkan
secara luas di India, Sri Lanka, Malaysia, Amerika selatan, Afrika Utara, serta
Hawai. Umumnya jenis cabai yang paling banyak ditanam, yaitu cabai besar,
cabai keriting, cabai rawit, dan paprika. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan,
seperti cuaca, iklim, intensitas cahaya matahari dan ketersediaan air sesuai dengan
persyaratan tummbuh tanaman cabai. Khusus untuk paprika, tidak bisa di tanam
di sembarang tempat dan relatif lebih rumit pemeliharaannya. Paprika biasa
dibudidayakan di dataran tinggi dengan teknik khusus, seperti menggunakan
green house atau secara hidroponik. Tanaman cabai (cabai besar, cabai keriting,
cabai rawit) dapat tumbuh di lahan basah dan kering atau di daerah dataran rendah
hinggapegunungan (sampai ketinggian 1300 mdpl). Tanaman cabai umumnya
tumbuh optimum di dataran rendah hingga menengah pada ketinggian 0 – 800
mdpl dengan suhu sekitar 20 – 25°C. pada ketinggian 1300mdpl, cabai tumbuh
sangat lambat dan pembetukan buahnya juga terhambat. Bunga tanaman cabai
terbentuk pada umur 23-31 HST. Pembetukan buah dimulai pada umur 29-40
HST dan buah matang dalam waktu 34-40 hari setelah pembuahan. Adapun suhu
yang di butuhkan selama pembuahan berkisar 21-28°C. Tanaman cabai dapat
tumbuh dan beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir
hingga tanah liat. Umumnya tanah yang baik untuk tanaman cabai adalah tanah
lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan
unsur hara. Pertumbuhan cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH
6-7. Penanaman cabai pada musim hujan mengandung resiko. Penyebabnya
5
adalah tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terus-menerus.
Genangan air pada daerah penanaman bisa mengakibatkan kerontokan daun dan
terserang penyakit akar. Pukulan air hujan juga bisa menyebabkan bunga dan
bakal buar berguguran. Penanaman cabai pada awal musim kemarau dapat
tumbuh baik jika penyiramannya cukup. Hal ini disebabkan tanaman cabai
membutuhkan banyak air pada awal pertumbuhannya. Curah hujan pada awal
pertumbuhan yang baik berkisar 600-1200 mm/tahun. (Asep Harpenas & R.
Dermawan, 2009)

2.2.4 Morfologi Tanaman Cabai


Tanaman cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan cabang berjumlah banyak. Ketinggiannya bisa sampai 120 cm
dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau
muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang
oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Bentuk umumnya bulat telur,
lonjong, dan oval dengan ujung runcing, tergantung pada jenis dan varietasnya.
Bunga cabai berbentuk seperti terompet, bunga cabai merupakan bunga lengkap
yang terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Bunga
cabai juga merupakan bunga berkelamin dua karena benang sari dan putik
terdapat dalam satu tangkai. Buah cabai mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda: cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran
sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tetapi pedas, cabai paprika yang
mempunyai bentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang
beragam. Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama
dan akar leteral. Akar leteral mengeluarkan serabut, mampu menembus
kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm (Bernardinus T.
Wahyu Wiryanta, 2008)

2.2.5 Jenis-Jenis Cabai


Tanaman cabai diperkirakan ada 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di
tempat asalnya, Amerika. Di antaranya yang sudah akrab di kehidupan manusia
baru beberapa spesies saja yaitu cabai besar (C. annuum), cabai kecil (C.
frustescens), C. baccatum, C. pubescens, dan C. chinense. (Setiadi, 2006)

6
1. Cabai besar (C.annuum)
Cabai besar memiliki banyak varietas. Di Indonesia dikenal beberapa varietas
antara lain adalah cabai merah (C. annuum var. longum), cabai bulat (C. annuum
var. grossum), cabai hijau (C. annum var. annuum) (Setiadi, 2006)

a. Cabai merah
Disebut cabai merah (C. annuum var. longum) karena buahnya besar
berwarna merah. Cabai merah terdiri dari beberapa jeins, diantaranya
sebagai berkut:
1) Cabai keriting
Cabai keriting berukuran lebih kecil dari cabai merah biasanya,
tetapi rasanya lebih pedas da aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya
memang berkelok-kelok dengan permukaan buah tidak rata sehingga
memberi kesan keriting. Buah mudanya ada yang berwarna merah ada
yang berwarna ungu. Berdasarkan pengamatan lapangan cabai keriting
lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan cabai lainnya.
2) Cabai tit atau tit super
Tit super dikenal sebagai cabai lokal. Tinggi tanaman antara 30-
70cm. tanaman ini mampu menumbuhkan 8-10 cabang yang berarti
mampu membentuk banyak kuncup. Dalam satu musim jenis cabai ini
hanya dapat di panen 6 kali saja. Buahnya berwarna merah tua menyala
dengan ukuran besar, panjang, dan mulus serta ujungnya mengecil
runcing dan bengkok. Panjang buah 10-15cm dengan bobot 10g per
buah. Malahan panjang buah pada cabang pertama dapat mencapai 18cm
dengan bobot 20g per buah. Produksi buahnya bisa mencapai 16 ton
perhektar.
3) Cabai hot beauty
Dikalangan petani umumnya cabai ini disebut cabai Taiwan. Cabai
ini merupakan cabai hibrida yang diintroduksi dari Taiwan. Ukuran
buahnya besar, panjang, dan lurus. Daging buahnya tipis dengan rasa
kurang pedas di bandingkan dengan cabai keriting. Warna buahnya

7
menggiurkan dan kesegarannya dapat bertahan lama. Produksi buah
perhektar bisa mencapai 30 ton.
4) Cabai merah lainnya
Selain cabai merah yang sudah di sebutkan diatas, ada beberapa
jenis cabai merah lain yang ada di Indonesia. Beberapa diantaranya
adalah cabai semarang, cabai paris, cabai jati laba dan cabai long chilli
(Setiadi, 2006)
b. Cabai hijau (C. annum var. annuum)
Cabai hijau merupakan cabai yang bentuk fisiknya seperti cabai
merah, tetapi kulitnya lebih tebal dan lebih lunak. Rasa cabai ini tidak
pedas seperti cabai merah. Kegunaanya bukan lagi sebagai bahan pembuat
sambal, tetapi untuk campuran sayur. Biasanya cabai ini di petik saat
buahnya masih muda dan masih berwarna hijau. Bila di biarkan
sampaituadi poho warnanya akan menjadi merah walaupun tidak merah
seperti cabai merah. (Setiadi, 2006)
c. Cabai dieng atau cabai gondola
Jenis cabai ini termasuk cabai merah dan merupakan sejenis cabai
bulat karena bentk buahnya bulat. Disebut cabai dieng karena cabai ini
dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Perbedaan
cabai dieng dari cabai bulat antara lain rasa buah lebih pedas serta bentuk
buah bulat, pendek, benjol-benjol, dan tidak menarik. Bentuk buah cabai
bulat seperti cabai dieng tetapi tidak benjol-benjol. Tentang cabai bulat
yang rasanya tidak pedas, tetapi memiliki nama ilmiah sendiri, sampai saat
ini belum jelas apakah merupakan jenis paprika atau bukan. (Setiadi,
2006)
d. Paprika
Paprika masih tergolong ke dalam jenis cabai eropa (sweet pepper)
yang memiliki banyak nama seperti cabai banteng atau cabai hidung
banteng. Disebut caba hidug banteng karena bentuk buahnya mirip dengan
hidung banteng. Garis tengah buah paprika dapat mencapai 3 inci (sekitar
7,5cm) dan panjang 6 inci (sekitar 15cm). Jadi paprika memang berukuran
sangat besar bila dibandingkan dengn cabai merah biasa yang rata-rata
8
garis tengahnya hanya 1 inci (sekitar 2,5cm) da rata-rata panjangnya hanya
4-5 inci (sekitar 8-10cm). (Setiadi, 2006)
2. Cabai kecil atau cabai rawit (C. frutescens)
Seperti cabai besar, jenis cabai ini memiliki banyak varietas. Ada yang
berukuran mini, ada yang dikatan cabai putih, da nada yang berwarna hijau.
Cabai mini memang ukuran buahnya setengah dari cabai kecil yang biasanya
kita lihat. Tinggi tanaman cabai kecil pada umumnya data mencapai 150 cm.
Tangkai daunnya setengah panjang tangkai daun cabai besar. Daunnya pun
lebih pendek dan lebih sempit. Posisi bunganya tegak dengan panjang tangkai
bunganya hamper sepanjang cabai besar. Mahkota bunganya berwarna kuning
kehijauan dengan jumlah cuping sama dengan pada cabai besar. Namun,
panjang cuping hanya 0,6-0,8cm dan lebar hanya 0,3-0,4cm. Warna tangkai
putik mirip warna mahkota bunganya dengan panjang kurang dari 0,5cm.
Kepala putik berwarna kehijauan, tangkai sari berwarna keunguan, dan kepala
sari berwarna hijau kebiruan. Bentuk buahnya kecil memanjang dengan
warna biji umumnya kuning kecokelatan. (Setiadi, 2006)
3. Capsicum baccatum
Memang sulit menamai cabai ini karena informasinya masih sangat
kurang. Informasi yang ada hanya menyebutkan asal usul cabai ini, yaitu di
Amerika Selatan. Di daerah asalnya cabai ini masih tergolong liar. Daerah
pertumbuhannya dari dataran rendah sampai dataran berketinggian 1500 m
diatas permukaan laut. Varietas cabai ini yag sudah dikenal ialah C.
pendulum. Ciri umum varietas ini antara lain batangnya lebih pendek, tetapi
lebih tegak lurus dari tanaman cabai lain. Mahkota bunganya kecil,
panjangnya hana sekitar 1 cm. Buahnya berbentuk telur dengan bagian
tengahnya gembung dan garis tengahnya sekitar 0,6cm. (Setiadi, 2006)
4. Capsicum pusbencens
Tanaman ini memiliki batang yang tingginya sekitar 1 m dengan bunga
dan buah muda berwarna ungu. Ada yang mengatakan bentuk buahnya bulat
telur dengan posisi menggantung, tetapi ada juga yang mengatakan bentuk
buahnya ini sama dengan cabai merah, biji buahnya berwarna kehitaman
(gelap). Buah yang sudah masak berwarna merah orange. (Setiadi, 2006)
9
5. Capsicum chinense
Cabai ini memiliki ketinggian batang sekitar 75 cm, buah yang masak
berwarna merah orange dan tumbuh menggerombol. Dalam satu gerombol
terdapat 3-5 buah. Tangkai buah agak besar dan melengkung dengan bagian
antara tangkai buah dan kelompok buah tanpak mengkerut. Pada cabai kecil,
tangkai buahnya tampak langsing, tegak, dan tidak tampak adanya kerutan.
Bentuk buahnya kecil memanjang dengan permukaan tidak beraturan.
(Setiadi, 2006)
2.2.6 Kandungan dan Manfaat Tanaman Cabai
Kandungan gizi cabai cukup lengkap, mulai dari karbohidrat, lemak, protein
serta aneka ragam vitamin dan mineral. Sedangkan Menurut Rahman (2010),
komposisi nilai gizi cabe rawit segar dengan biji setiap 100 g yaitu
mengandung air: 83%, Lemak: 0,6%, Protein: 3%, Karbohidrat: 3%, Serat: 7%,
Kalori: 32 kal, Kalsium: 15 mg, Fospor: 30mg, Besi (Fe): 0,5 mg, Vitamin A
= 15,00 IU, Thiamin (Vit. B1) 50 μg, Riboflavin: (vit. B2): 40 μg dan Vitamin
C: 360 mg.

Manfaat cabai bagi kesehatan cukup banyak, diantaranya: menghangatkan


badan, memenuhi kebutuhan protein, menghasilkan energi, aktioksidan,
menurunkan kolesterol dan mencegah penyakit jantung coroner, mengatur proses
fisiologis tubuh dan mencegah osteoporosis (Warisno, S.PKP & Kres Dahana
S.P,2018).

Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai dapat membantu


menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi. Cabai juga
dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Selain itu, cabai
dapat digunakan sebagai obat oles kulit untuk meringankan rasa pegal dan dingin
akibat rematikdan encok karena bersifat analgesic. (Bernardinus T.Wahyu
Wiryanta, 2008).

10
2.3 Penggunaan Polybag Sebagai Elemen Media Tanam
2.3.1 Polybag Dalam Dunia Pertanian
Dunia pertanian dan perkebunan sangat sering mendengar dengan istilah
Polybag terutama dalam pembibitan serta bertanam dalam Polybag untuk
menghemat lahan pertanian. Polybag dalam pertnian dan perkebunan adalah
plastik yang biasanya mempunyai warna hitam, mempunyai lubang kecil untuk
sirkulasi air (Pasir dan Hakim, 2014:160).

2.3.2 Manfaat Polybag Sebagai Elemen Media Tanam


Dalam pertanian polybag sering digunakan untuk menghemat lahan pertanian.
Polybag merupakan plastik berwarna hitam (ada juga warna lain misal putih, biru,
dll), ada beberapa lubang kecil untuk sirkulasi air, biasanya digunakan untuk
bertanam sebagai pengganti pot, atau lebih sering digunakan untuk tempat
pembenihan tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, jati, jabon, akasia, dll).
Manfaat pembibitan atau budidaya tanaman dalam polybag adalah mudah dalam
merawat tanaman, mudah menyeleksi antara bibit yang subur dan bibit yang
kerdil atau kurang subur, tidak banyak membutuhkan lahan, mudah di pindahkan
ke lahan pertanian (Pasir, 2014).

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penanaman cabai dilakukan di Green House Universitas Islam Jember pada hari
Rabu, tanggal 03 November-

3.2 Alat Dan Bahan


a. Alat:
1. Arit
2. Cangkul
3. Selang

11
4. Timba
5. Penggaris
6. Buku dan Alat tulis lainnya.
b. Bahan :
1. Benih cabai
2. Tanah kompos
3. Air
4. Polybag
5. Pupuk Fertila

3.3 Langkah Kerja

12
DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Willyan. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak &
Sampah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Surabaya:


Penebar Swadaya.

Maruli, Ernita, dan Hercules Gultom. (2012) Pengaruh Pemberian NPK Grower
dan Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabe Rawit
(Capsicum frutescent L). Dinamika Pertanian, Volume 27, Nomor 3,

Nisa, Khalimatu dkk. 2016. Memproduksi Kompos & Mikro Organisme Lokal
(MOL). Jakarta Timur: Bibit Publisher

Nugroho, Untoro. (2008) Stabilitas Tanah Gambut Rawapening dengan


Menggunakan Campuran POrtland Cement dan Gypsum
Sintesi(CaSo42H2o) Ditinjau dari Nilai California Bearing Ratio (CBR).
Jurnal Teknil Sipil & Perencanaan, Volume 10, Nomor 2,

Rayes, Mochtar Lutfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press

Roidah, Ida Syamsu. (2013) Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk


Kesuburan Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOWORO,
Volume 1, Nomor 1

Rohman, Abdur dkk. (2020) Ensiklopedi Cabai Peluang Bisnisnya. Jogjakarta:


Penerbit Karya Bakti Makmur (KBM) Indonesia

Setiadi. 2006. Bertanam Cabai (edisi revisi). Jakarta: Penebar Swadaya

13
Setyadi, I Made Dedik, I Nengah Artha, Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya. (2017)
Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). E-Jurnal Agroteknologi Tropika,
Volume 6, Nomor 1,

Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah . Edisi Kedua Bahasa Indonesia,

1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan


Pengenbangan Pertanian

Wiryanta, Bernardinus T. Wahyu. 2008. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.


Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka

Warisno & Kres Dahana. 2018. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

14

Anda mungkin juga menyukai