Disusun Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia,
rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal
penelitian yang berjudul “ EFISIENSI KOMBINASI TANAH KOMPOS
SEBAGAI MEDIA TANAM CABAI DAN PENGGUNAAN POLYBAG
SEBAGAI ELEMEN MEDIA TANAMNYA ” tepat waktu. Pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Tuhan yang Maha Esa
2. Dosen Mata Kuliah Praktikum Biologi Ibu Eva Nuraini, S.P
3. Kepada kedua orang tua, dan.
4. Teman teman yang telah memberikan bantuan moral
Kami menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
Ahir kata kami berharap semoga proposal penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Efisiensi Kombinasi Tanah dengan Kompos Sebagai
Media Tanaman Cabai.
2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan polybag sebagai elemen media
tanam cabai
1.4 Manfaat
Memberi pengetahuan tentang bagaimana Efisiensi Kombinasi Tanah Dan
Kompos Sebagai Media Tanam Cabai Dan Penggunaan Polybag Sebagai
Elemen Media Tanamnya
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2.2 Sejarah Tanaman Cabai
Tanaman cabai berasal dari Benua Amerika, tepatnya di daerah tengah dan
selatan. Kira-kira sejak tahun 7000 SM, cabai sudah di manfaatkan oleh suku
Indian (penduduk asli Amerika) untuk keperluan bumbu masak. Menginjak tahun
5200-3400 SM, barulah mereka membudidayakannya. Dari hasil budidaya ini,
cabai disebarluaskan ke berbagai daerah di Benua Amerika. Pada tahun 1502
seorang penjelajah bernama Christophorus Columbus memperkenalkan tanaman
cabai yang dia temui di benua Amerika ke benua lain. (Setiadi, 2006)
6
1. Cabai besar (C.annuum)
Cabai besar memiliki banyak varietas. Di Indonesia dikenal beberapa varietas
antara lain adalah cabai merah (C. annuum var. longum), cabai bulat (C. annuum
var. grossum), cabai hijau (C. annum var. annuum) (Setiadi, 2006)
a. Cabai merah
Disebut cabai merah (C. annuum var. longum) karena buahnya besar
berwarna merah. Cabai merah terdiri dari beberapa jeins, diantaranya
sebagai berkut:
1) Cabai keriting
Cabai keriting berukuran lebih kecil dari cabai merah biasanya,
tetapi rasanya lebih pedas da aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya
memang berkelok-kelok dengan permukaan buah tidak rata sehingga
memberi kesan keriting. Buah mudanya ada yang berwarna merah ada
yang berwarna ungu. Berdasarkan pengamatan lapangan cabai keriting
lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan cabai lainnya.
2) Cabai tit atau tit super
Tit super dikenal sebagai cabai lokal. Tinggi tanaman antara 30-
70cm. tanaman ini mampu menumbuhkan 8-10 cabang yang berarti
mampu membentuk banyak kuncup. Dalam satu musim jenis cabai ini
hanya dapat di panen 6 kali saja. Buahnya berwarna merah tua menyala
dengan ukuran besar, panjang, dan mulus serta ujungnya mengecil
runcing dan bengkok. Panjang buah 10-15cm dengan bobot 10g per
buah. Malahan panjang buah pada cabang pertama dapat mencapai 18cm
dengan bobot 20g per buah. Produksi buahnya bisa mencapai 16 ton
perhektar.
3) Cabai hot beauty
Dikalangan petani umumnya cabai ini disebut cabai Taiwan. Cabai
ini merupakan cabai hibrida yang diintroduksi dari Taiwan. Ukuran
buahnya besar, panjang, dan lurus. Daging buahnya tipis dengan rasa
kurang pedas di bandingkan dengan cabai keriting. Warna buahnya
7
menggiurkan dan kesegarannya dapat bertahan lama. Produksi buah
perhektar bisa mencapai 30 ton.
4) Cabai merah lainnya
Selain cabai merah yang sudah di sebutkan diatas, ada beberapa
jenis cabai merah lain yang ada di Indonesia. Beberapa diantaranya
adalah cabai semarang, cabai paris, cabai jati laba dan cabai long chilli
(Setiadi, 2006)
b. Cabai hijau (C. annum var. annuum)
Cabai hijau merupakan cabai yang bentuk fisiknya seperti cabai
merah, tetapi kulitnya lebih tebal dan lebih lunak. Rasa cabai ini tidak
pedas seperti cabai merah. Kegunaanya bukan lagi sebagai bahan pembuat
sambal, tetapi untuk campuran sayur. Biasanya cabai ini di petik saat
buahnya masih muda dan masih berwarna hijau. Bila di biarkan
sampaituadi poho warnanya akan menjadi merah walaupun tidak merah
seperti cabai merah. (Setiadi, 2006)
c. Cabai dieng atau cabai gondola
Jenis cabai ini termasuk cabai merah dan merupakan sejenis cabai
bulat karena bentk buahnya bulat. Disebut cabai dieng karena cabai ini
dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Perbedaan
cabai dieng dari cabai bulat antara lain rasa buah lebih pedas serta bentuk
buah bulat, pendek, benjol-benjol, dan tidak menarik. Bentuk buah cabai
bulat seperti cabai dieng tetapi tidak benjol-benjol. Tentang cabai bulat
yang rasanya tidak pedas, tetapi memiliki nama ilmiah sendiri, sampai saat
ini belum jelas apakah merupakan jenis paprika atau bukan. (Setiadi,
2006)
d. Paprika
Paprika masih tergolong ke dalam jenis cabai eropa (sweet pepper)
yang memiliki banyak nama seperti cabai banteng atau cabai hidung
banteng. Disebut caba hidug banteng karena bentuk buahnya mirip dengan
hidung banteng. Garis tengah buah paprika dapat mencapai 3 inci (sekitar
7,5cm) dan panjang 6 inci (sekitar 15cm). Jadi paprika memang berukuran
sangat besar bila dibandingkan dengn cabai merah biasa yang rata-rata
8
garis tengahnya hanya 1 inci (sekitar 2,5cm) da rata-rata panjangnya hanya
4-5 inci (sekitar 8-10cm). (Setiadi, 2006)
2. Cabai kecil atau cabai rawit (C. frutescens)
Seperti cabai besar, jenis cabai ini memiliki banyak varietas. Ada yang
berukuran mini, ada yang dikatan cabai putih, da nada yang berwarna hijau.
Cabai mini memang ukuran buahnya setengah dari cabai kecil yang biasanya
kita lihat. Tinggi tanaman cabai kecil pada umumnya data mencapai 150 cm.
Tangkai daunnya setengah panjang tangkai daun cabai besar. Daunnya pun
lebih pendek dan lebih sempit. Posisi bunganya tegak dengan panjang tangkai
bunganya hamper sepanjang cabai besar. Mahkota bunganya berwarna kuning
kehijauan dengan jumlah cuping sama dengan pada cabai besar. Namun,
panjang cuping hanya 0,6-0,8cm dan lebar hanya 0,3-0,4cm. Warna tangkai
putik mirip warna mahkota bunganya dengan panjang kurang dari 0,5cm.
Kepala putik berwarna kehijauan, tangkai sari berwarna keunguan, dan kepala
sari berwarna hijau kebiruan. Bentuk buahnya kecil memanjang dengan
warna biji umumnya kuning kecokelatan. (Setiadi, 2006)
3. Capsicum baccatum
Memang sulit menamai cabai ini karena informasinya masih sangat
kurang. Informasi yang ada hanya menyebutkan asal usul cabai ini, yaitu di
Amerika Selatan. Di daerah asalnya cabai ini masih tergolong liar. Daerah
pertumbuhannya dari dataran rendah sampai dataran berketinggian 1500 m
diatas permukaan laut. Varietas cabai ini yag sudah dikenal ialah C.
pendulum. Ciri umum varietas ini antara lain batangnya lebih pendek, tetapi
lebih tegak lurus dari tanaman cabai lain. Mahkota bunganya kecil,
panjangnya hana sekitar 1 cm. Buahnya berbentuk telur dengan bagian
tengahnya gembung dan garis tengahnya sekitar 0,6cm. (Setiadi, 2006)
4. Capsicum pusbencens
Tanaman ini memiliki batang yang tingginya sekitar 1 m dengan bunga
dan buah muda berwarna ungu. Ada yang mengatakan bentuk buahnya bulat
telur dengan posisi menggantung, tetapi ada juga yang mengatakan bentuk
buahnya ini sama dengan cabai merah, biji buahnya berwarna kehitaman
(gelap). Buah yang sudah masak berwarna merah orange. (Setiadi, 2006)
9
5. Capsicum chinense
Cabai ini memiliki ketinggian batang sekitar 75 cm, buah yang masak
berwarna merah orange dan tumbuh menggerombol. Dalam satu gerombol
terdapat 3-5 buah. Tangkai buah agak besar dan melengkung dengan bagian
antara tangkai buah dan kelompok buah tanpak mengkerut. Pada cabai kecil,
tangkai buahnya tampak langsing, tegak, dan tidak tampak adanya kerutan.
Bentuk buahnya kecil memanjang dengan permukaan tidak beraturan.
(Setiadi, 2006)
2.2.6 Kandungan dan Manfaat Tanaman Cabai
Kandungan gizi cabai cukup lengkap, mulai dari karbohidrat, lemak, protein
serta aneka ragam vitamin dan mineral. Sedangkan Menurut Rahman (2010),
komposisi nilai gizi cabe rawit segar dengan biji setiap 100 g yaitu
mengandung air: 83%, Lemak: 0,6%, Protein: 3%, Karbohidrat: 3%, Serat: 7%,
Kalori: 32 kal, Kalsium: 15 mg, Fospor: 30mg, Besi (Fe): 0,5 mg, Vitamin A
= 15,00 IU, Thiamin (Vit. B1) 50 μg, Riboflavin: (vit. B2): 40 μg dan Vitamin
C: 360 mg.
10
2.3 Penggunaan Polybag Sebagai Elemen Media Tanam
2.3.1 Polybag Dalam Dunia Pertanian
Dunia pertanian dan perkebunan sangat sering mendengar dengan istilah
Polybag terutama dalam pembibitan serta bertanam dalam Polybag untuk
menghemat lahan pertanian. Polybag dalam pertnian dan perkebunan adalah
plastik yang biasanya mempunyai warna hitam, mempunyai lubang kecil untuk
sirkulasi air (Pasir dan Hakim, 2014:160).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penanaman cabai dilakukan di Green House Universitas Islam Jember pada hari
Rabu, tanggal 03 November-
11
4. Timba
5. Penggaris
6. Buku dan Alat tulis lainnya.
b. Bahan :
1. Benih cabai
2. Tanah kompos
3. Air
4. Polybag
5. Pupuk Fertila
12
DAFTAR PUSTAKA
Djaja, Willyan. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak &
Sampah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Maruli, Ernita, dan Hercules Gultom. (2012) Pengaruh Pemberian NPK Grower
dan Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabe Rawit
(Capsicum frutescent L). Dinamika Pertanian, Volume 27, Nomor 3,
Nisa, Khalimatu dkk. 2016. Memproduksi Kompos & Mikro Organisme Lokal
(MOL). Jakarta Timur: Bibit Publisher
Rayes, Mochtar Lutfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press
13
Setyadi, I Made Dedik, I Nengah Artha, Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya. (2017)
Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). E-Jurnal Agroteknologi Tropika,
Volume 6, Nomor 1,
Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah . Edisi Kedua Bahasa Indonesia,
Warisno & Kres Dahana. 2018. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: PT
14