Di Indonesia*
adalah agar dapat dipakai sebagai pedoman serta memudahkan berbagai pihak yang
tertarik akan sistem terbuka ini dan ikut berperanserta membesarkan, sehingga menjadi
program berkelanjutan yang tak terkendala dana maupun pihak tertentu serta bermanfaat
bagi masyarakat yang mau menerima dan berbagi.
sosial untuk masyarakat yang sampai hari ini masih berjalan semakin baik, dalam bakti
sosial ini memang ada satu unsur penting yaitu ilmu kedokteran tepat guna yang sesuai
diterapkan di Indonesia, yaitu pencegahan kanker serviks dengan metode IVA dan terapi
IVA Positif / prakanker serviks dengan metode koagulasi.
Tetapi paparan yang utama bukan ilmu kedokteran, melainkan lebih menitik beratkan pada
manajemen sistem terbuka yang bisa bergulir terus, dari masyarakat untuk masyarakat,
tanpa terkendala dana, misalnya Matching Grants maupun organisasi tertentu. Sistem ini
tercipta dari hasil kerja tim**, yang melihat kenyataan bahwa banyak ilmu kedokteran dan
hasil penelitian yang baik belum bisa bermanfaat bagi masyarakat secara merata dan
maksimal, karena adanya kendala dana dan informasi. Semoga penemuan ini bisa sedikit
*) Disajikan pada pertemuan ilmiah tahunan I Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia. Hotel Kusuma Agrowisata – Batu,
Malang, 2 – 6 April 2008.
**) dr. Tonny S. Moerdijat,Sp.OG. ; Anton Soeparno ; Ivan Bahtera,MBA.,MA.Min.; RCC Utami;RC.Purwokerto
1
PENDAHULUAN
Wright, Jr, TC. Dkk. menjelaskan di beberapa negara berkembang skrining
pencegahan kanker serviks masih dilakukan secara sporadis, tahun 1986, WHO
memperkirakan 40% 50% wanita di negara maju pernah melaksanakan skrining sekitar 5
tahun lalu. Namun ada fakta yang sangat kontras yaitu hanya 5% wanita di negara
pemeriksaan berusia dibawah 35 tahun. Kebanyakan aktivitas pemeriksaan pada wanita di
negara berkembang hanya terbatas pada wanita yang memiliki fasilitas kesehatan yang baik,
sebelum melahirkan dan pada Puskesmas di daerah perkotaan. Dan tidak ada dorongan yang
secara terorganisir untuk wanita yang berisiko tinggi. 1
Pencegahan dan pengobatan prakanker serviks masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di antara perempuan dewasa di Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker
nomor dua tersering diderita oleh perempuan dan penyebab kematian akibat kanker yang
paling utama.
Menurut ketua umum YKI diperkirakan 15.000 penderita baru per tahun, dan 8.000
penderita meninggal tiap tahun. Karena itu deteksi dini dan pengobatan prakanker serviks
perlu menjadi perioritas. 2
Beberapa usaha sudah pernah dilakukan oleh dinas kesehatan maupun beberapa
organisasi masyarakat juga fakultas kedokter pada beberapa perguruan tinggi terkenal di
dalam negeri secara mandiri maupun bekerjasama dengan WHO dan organisasi yang peduli
terkendala pada dana, saat dana ada, program bisa berjalan dengan baik, tetapi saat dana
habis, program juga tersendat, semua ini terbukti dari pernyataan ketua umum YKI. 2
2
Berkenaan dengan hal tersebut Rotary Club Purwokerto dan Rotary Club yang ada
disekitar Jawa Tengah melakukan bakti sosial yang terus – menerus secara rutin dengan
tujuan yang kecil, yaitu mengurangi jumlah perempuan yang terkena kanker serviks, namun
pada perkembangannya ternyata diluar dugaan, semangat bakti sosial di masyarakat sangat
tinggi dan di tunjang kesadaran tentang kesehatan ibu yang semakin baik, sehingga jumlah
peserta IVA semakin meningkat.
maka dibentuk tim terdiri beberapa orang dan dari beberapa disiplin ilmu serta koordinasi
dengan berbagai pihak, sehingga tercipta satu sistem terbuka yang sudah bisa bergulir
dengan baik.
Dasar Pemilihan Metode IVA
daerah yang masih kekurangan laboratorium sitologi dan sumber daya patologi anatomik dan skriner
sitologi lebih tepat jika menggunakan metode Inspeksi Visual Asam asetat ( IVA ).
1
Tabel 1 : Comparison of Visual Inspection with Acetic Acid and Cervical Cytology
VIA Cervical Cytology
3
Penapisan kanker serviks secara sitologi
Di negaranegara maju deteksi dini kanker serviks dengan tes Pap sudah terorganisasi dengan
baik dan setiap perempuan diperiksa secara teratur, insiden kanker serviks dapat diturunkan secara
dramatis. Namun dalam perkembangannya menerapkan metode tes Pap ini di Indonesia ternyata sulit
dilakukan di sebabkan berbagai kendala antara lain luasnya wilayah nusantara, kurang tersedianya
sarana laboratorium sitologi dan sumber daya spesialis patologi anatomik dan skriner sitologi sebagai
Pap masih terbatas, bahkan belum semua ibu kota provinsi mampu melakukannya. Saat ini hanya
tersedia dokter spesialis patologi anatomik sebanyak 277 orang ( data tahun 2005 ), skriner sitologi
yang belum mancapai 100 orang ( data tahun 2000 ), untuk melayani 212 juta populasi Indonesia
pada tahun 2002. Sebagai perbandingan di Amerika serikat untuk melayani 288 juta penduduk
didukung oleh 15.000 ahli patologi.
Pemeriksaan IVA pertamakali diperkenalkan oleh Hinselman ( 1925 ) dengan cara mengusap
serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3%. Adanya tampilan ” bercak
putih ” setelah pulasan asam asetat kemungkinan diakibatkan lesi prakanker serviks. Cara ini
kemudian dikembangkan oleh WHO sejak tahun 1990 di India, Thailand dan Zimbabwe.
Metode skrining dengan teknik IVA relatif mudah dan dapat dilakukan oleh bidan
yang telah dilatih. Hal ini juga untuk memudahkan pendekatan pada kelompok perempuan yang
diperiksa. Jumlah profesi bidan di Indonesia yang potensial dapat dilatih adalah 84.000 orang ( data
tahun 2005 ) kelompok ini merupakan tenaga pemeriksa yang dapat diandalkan dalam upaya
penanggulangan kanker serviks di Indonesia yang selama ini belum dioptimalkan. Keuntungan
skrining IVA dibandingkan tes Pap adalah tidak memerlukan dukungan laboratorium beserta
SDMnya, hasilnya dapat segera disampaikan setelah diperiksa, biaya sangat ringan.
Data terkini menunjukan bahwa pemeriksaan IVA paling tidak sama efektifnya dengan tes
Pap. Dalam laporan evaluasi ” See & Treat ” proyek di Bali, Tasikmalaya dan Jakarta dari bulan
Oktober 2004 sampai Maret 2006 didapatkan sensitifitas dan nilai prediksi 94% dan 81%. 3
4
IVA juga diperkenalkan oleh Female Cancer Program ( FCP) yang merupakan kerja sama
sejumlah fakultas kedokteran di Indonesia, persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia ( POGI ) dengan
universitas Leiden Belanda, FCP sudah berjalan sejak 2003. Kalau dulu yang terlibat FCP adalah
YKI DKI dan Bali, sekarang sudah secara nasional. Pemeriksaan papsmear memang lebih teliti untuk
melihat kelainan jaringan, tetapi memerlukan peralatan khusus dan ahli patologi anatomi. Biaya
pemeriksaan termurah 35 – 40 ribu rupiah. sering tidak terjangkau masyarakat sehingga baru
asam cuka.
Berikut Informasi dari Laila Nuranna, IVA sebagai Metode Skrining Alternatif
yang sesuai untuk Indonesia. Berikut adalah hasil perbandingan kualitas beberapa metode
skrining serviks :
Tabel 2 : Perbandingan kualitas metode skrining alternatif di Jakarta 4
Tes Pap + ± ± ±
IVA + + + +
IVA B ± + ±
Kolposkopi + ± ±
Servikografi ±
Pap Net ± ±
Tes HPV ±
yang baik, terpercaya dan sangat sesuai diterapkan di Indonesia.
5
Menggulirkan Sistem Terbuka
Pada awal menggulirkan sistem terbuka di Purwokerto, keterlibatan Rotary Club,
PMI, dinas kesehatan, pemerintah daerah, media masa, LSM, PKK dan masyarakat serta
peran aktif dokter dan Bidan sangat diperlukan dalam program pencegahan kanker serviks,
dengan metode Inspeksi Visual dengan aplikasi Asam Asetat ( IVA ) dan terapi IVA positif
/ prakanker leher rahim dengan koagulasi.
SISTEM TERBUKA
SOSIALISASI ke MASYARAKAT,
MEDIA MASA
TATA PELAKSANAAN
MATERI + FORMULIR
AWAL bersama “SPONSOR”
SPANDUK, BANNER
DIALOG ke PKK, DESA,SPONSOR,
MEDIA MASA
PENDAFTARAN MASA
MOTIVASI ke DOKTER & BIDAN
PELATIHAN DOKTER & BIDAN
SERTIFIKAT
PELAYANAN+PRAKTEK
PENGHARGAAN OLEH
MEDIA MASA &
MASYARAKAT
SPONSOR BERHASIL JADI
PENYELENGGARA
6
1. Sosialisasi Menggulirkan Sistem Terbuka, Bekerjasama Dengan Media Masa.
Dengan adanya informasi dan motivasi yang rutin di sampaikan, hasil kerjasama
dengan berbagai media masa, serta leaflet yang di tujukan kepada masyarakat, berbagai
lembaga, LSM, pamong desa,dll. Maka dengan cepat membuat masyarakat dan organisasi
sosial tertarik untuk bekerjasama dan sebagian mau masuk kedalam sistem.
1.1. Informasi Yang Disampaikan
Informasi yang disampaikan adalah banyaknya kasus kanker serviks yang menyerang
perempuan, suami dan analanak juga sangat menderita, melihat istri, ibu yang sangat di
membuahkan hasil yang merata, sehingga banyak sekali perempuan yang menderita bahkan
meninggal dunia di sebabkan kanker serviks. Tata cara kerjasama yang mudah dan rinci,
tidak butuh dana besar, bisa dilaksanakan dengan gotong royong.
masalah sosial dan kesehatan masyarakat, antara lain takut akan Allah, adalah permulaan
pengetahuan, bila anda ingin hidup kecukupan, bahagia, sehat, panjang umur, damai,
mencintai dan di cintai, di sayang Allah dan sesama, maka solusinya adalah mengutamakan
pimpinan Allah dalam mengambil keputusan dan tujuan hidup, sebagai contoh : bila
mendapat kesempatan sangat besar dan sepertinya sangat aman untuk korupsi, maka harus
diuji apakah melanggar ajaran Allah atau tidak, bila itu melanggar, maka harus dengan tegas
ditolak tanpa kompromi, itu artinya takut akan Allah. Motivasi berikut adalah jadilah garam
dan terang dunia artinya kita selalu bersemangat menolong sesama, sedikit memikirkan
kepentingan pribadi lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, maka sistem kerja
tubuh dan pikiran kita bisa berjalan dengan baik, normal, sehat, jauh dari penyakit, sesuai
dengan pola pikir Allah pencipta umat manusia, bumi dan seluruh isinya.
7
Sebagai penutup motivasi ada contoh sebagai berikut : Semua orang pasti ” tutup
buku ” ( meninggal dunia ), gajah mati meninggalkan gading, orang ” tutup buku ”
melahirkan spirit, inspirasi mulia, teladan hidup benar, jadi penemu yang bermanfaat bagi
umat manusia, punya keteladanan yang bisa jadi kenangan abadi. Jika manusia hidup hanya
memikirkan untuk diri sendiri, memuaskan ego dan kesombongan sendiri, maka tidak
ubahnya seperti orang mati, walau masih hidup.
Dalam melaksanakan bakti sosial, perlu melayani dengan hati yang tulus, agar bisa
mempunyai hati yang tulus, butuh latihan, bakti sosial butuh latihan, tanpa berlatih sulit bisa
melaksanakan bakti sosial dengan baik dan tulus. Seperti halnya bila kita ingin punya tubuh
atletis dengan otototot yang menonjol indah dan kekar, ternyata tidak cukup hanya dengan
membaca buku yang hebathebat dan melihat orang lain berlatih.
Pada awal memberi motivasi, memang masih sering dikatakan ” Sok Suci ”
seperti ” Nguyahi segoro ” ”tak perlu melawan arus”, dll. Namun setelah bertekun
melakukan bakti sosial secara rutin, ternyata sudah banyak masyarakat yang takut akan
Tuhan dan rindu menjadi garam dan terang dunia.
Yang dimaksud sebagai ” Sponsor ” adalah pihak yang tertarik bekerjasama, bisa
ahli, alat koagulasi dan bidan terlatih.
3. Tata Cara Pelaksanaan
Bagi Sponsor
a. Ada organisasi atau panitia yang bertanggung jawab
b. Melibatkan Puskesmas dan paramedis setempat
8
Bagi Penyelenggara
b. Bidan yang sudah terlatih dalam jumlah cukup
d. Siap melatih para dokter dan bidan
4. Formulir Pendaftaran, Data Pasien, Data Setelah Pemeriksaan, Pengobatan
5. Pertemuan / Dialog dengan PKK, Pamong Desa, Sponsor, Media Masa
Dalam pertemuan dan dialog dengan pengurus maupun para wakil di suatu desa yang
akan kita layani, kita membuka diri dengan memberi kebebasan kepada peserta untuk
bertanya berbagai aspek kesehatan, pada tim penyelenggara juga ada berbagai profesional
yg berbeda disiplin ilmunya serta mampu memberi solusi, antara lain bagi masyarakat yang
belum punya pekerjaan, ada kelompok dari tim kami yang bisa memberi pelatihan
ketrampilan gratis dan memberi pekerjaan bagi yang telah lulus. Ternyata dialog semacam
salah satu kekuatan informasi.
Dalam undangundang No. 23 tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yaitu :
Fisik, mental ( jiwa ), sosial, ekonomi, hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya
diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam
arti punya pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Kesehatan fisik terwujud
bila tidak ada keluhan sakit secara klinik, semua organ tubuh berfungsi normal. Kesehatan
mental, ada 3 komponen, pikiran, emosional dan spiritual. Pikiran sehat tercermin bila bisa
berpikir logis, emosional tercermin dari kemampuan mengekspresikan emosi, misalnya takut,
gembira, kuatir dan sebagainya. Spiritual tercermin cara orang mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan, keagungan kepada pencipta. Kesehatan sosial terwujud bila
mampu berhubungan atau berkomuikasi, interaksi dengan orang lain secara baik.
9
6. Motivasi dan Pelatihan Untuk Dokter dan Bidan
Motivasi dan pelatihan teori untuk dokter dan bidan biasa dilaksanakan pada hari
Sabtu pagi sampai dengan siang hari, dalam motivasi di jelaskan bahwa dengan sering
melakukan bakti sosial para dokter dan bidan bukan diciutkan porsi lahannya, tetapi justru
semakin dibesarkan porsi lahannya, karena antara lain para dokter dan bidan lebih dikenal
masyarakat secara luas, termasuk kepedulian sosial yang pasti mendapat penghormatan
dihati masyarakat. Pada hari minggu dilanjutkan dengan praktek pelayanan yang didampingi
dokter dan bidan yang sudah menguasai metode IVA disamping penguasaan metode IVA
sikap profesional dan melayani dengan hati yang penuh kasih perlu mendapat perhatian
khusus para bidan yang sedang praktek.
Secara rutin dan terus menerus penyelenggara memotivasi dan memberi dukungan
bidan terlatih di kota atau desa tertentu. Dan bebas menambah, mengembangkan agar sistem
semakin baik, juga bebas bekerjasama dengan pihak lain sehingga bisa melahirkan
penyelenggarapenyelenggara penerus berikutnya..
Prakanker Serviks
Hasil evaluasi dan pengembangan di sosialisasikan di radio dan media masa yang
lain, bersama dengan hal tersebut juga diadakan pengumuman lomba kualitas dan kuantitas
pelayanan antar sponsor yang sudah berhasil jadi penyelenggara. Pemberian penghargaan di
lingkar wicara radio, maupun di media masa yang lain. Ada perkembangan yang hidup dan
bebas pada sistem terbuka ini, antara lain :
a. Dokter dan bidan bekerjasama menjadi penyelenggara ( tanpa sponsor )
b. Dokter dan bidan melakukan pelayanan IVA gratis ( atau ada biaya ringan ) setiap
hari praktek dalam jumlah terbatas, pada praktek swastanya. 10
9. Data Hasil Pelayanan Sementara
10. Data Hasil Pelatihan IVA dan Koagulasi, Bagi Dokter dan Bidan ( Februari 2008 )
11. Contoh pengeluaran biaya dari sponsor untuk pelayanan 500 peserta / dalam kota
No Keterangan kebutuhan Satuan Rp. Jumlah Rp.
1 Formulir pendaftaran dan data peserta 600 100, 60.000,
2 Pinjam Ginbed dan Lampu sorot 5 25.000, 125.000,
3 Asam asetat, kapas, kain hass dan lainnya 600 150, 90.000,
4 Tanda kasih bagi bidan 10 75.000, 750.000,
5 Makan siang bagi dokter, bidan dan panitia 25 10.000, 250.000,
6 Air minum Aqua gelas bagi peserta 600 200, 120.000,
7 Makan siang bagi bagian pendaftaran 20 10.000, 200.000,
8 Benner 2 200.000, 400.000,
9 Leaflet 100 500, 50.000,
10 Kebersihan Puskesmas / gedung 3 10.000, 30.000,
11 Total 2.075.000,
12 Biaya ratarata perpeserta 4.150,
data Februari 2008
11
Simpulan
1. Dengan adanya manajemen sistem terbuka pencegahan dan terapi IVA positif /
prakanker serviks di Indonesia ini yang sudah bisa bergulir ( self sustaining ) dan
teruji dengan baik di Jawa tengah dan target selanjutnya bisa merata keseluruh
banyak pihak yang mau terlibat serta punya dorongan besar menyempurnakan secara
bersama, tanpa terkendala dana dan organisasi tertentu, maka kiranya sistem terbuka
ini bisa dipraktekan di lain daerah di Indonesia.
2. Kekuatan dari manajemen sistem terbuka ini adalah informasi, motivasi dan
pelayanan yang bisa bermanfaat dan memuaskan hampir semua pihak, karena adanya
tujuan takut akan Tuhan dan rindu menjadi garam dan terang dunia, sehingga akan
bagai organisme hidup yang tumbuh dan berkembang bebas pada semua komponen /
elemen yang terlibat di dalamnya.
Informasi dan motivasi yang di sampaikan dan di terima calon peserta / pasien, adalah
untuk hidup sehat dan berbagi informasi ke keluarga, saudara, teman dan tetangga.
Informasi dan motivasi yang di terima calon sponsor telah membangkitkan rasa ingin
menolong, ingin berbagi kasih, agar hidup lebih berarti dihadapan Tuhan dan sesama, tata
bisa menjadi media hubungan masyarakat yang efektif, semua itu memperkuat dan
menimbulkan kebutuhan untuk masuk ke dalam sistem.
12
Informasi dan motivasi yang di terima dokter dan bidan semakin menambah kepedulian
untuk membaktikan diri kepada sesama demi kesehatan bersama, selain itu, bagi yang
melakukan pelayanan IVA gratis pada praktek swastanya, telah menambah hormat dan
kecintaan masyarakat / calon pasien kepada dokter dan bidan bersangkutan, dan pada
akhirnya justru menambah pasien yang suka dan mempercayakan semua kebutuhan
kesehatan kepada dokter dan bidan tersebut.
Informasi dan motivasi yang di terima LSM, pemda, gereja, yayasan, masjid,
emas untuk mengadakan pelayanan agar lebih di kenal masyarakat, bahwa keberadaan
mereka ternyata sangat berarti, sehingga masyarakat hampir selalu mendukung dan membela
keberadaan mereka. Seandainya tidak melakukan atau tidak masuk ke dalam sistem terbuka
yang sangat baik ini, mereka kemungkinan besar akan merasa rugi, karena keberadaan
mereka sepertinya belum terlihat atau dirasakan punya manfaat bagi masyarakat di
sekitarnya.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kepada para penemu dan peneliti metode IVA, penemu metode
pengobatan koagulasi. Terima kasih juga kepada Rotary Club di Purwokerto, Purbalingga,
Cilacap, Banjarnegara, Jogyakarta, Surakarta dan para dokter, bidan, PMI, dinas kesehatan
dan pemda setempat. Terima kasih kepada Prof. Ariawan Soejoenoes, dr., SpOG yang telah
membimbing dalam pelayanan dan penulisan makalah ini dengan sabar dan tulus. Terima
kasih kepada RCC Utami yang sejak tahun 2003 sudah melayani dengan sepenuh hati dan
sukacita. Terima kasih kepada Rotary International district 3400 Indonesia atas dukungan
yang luar biasa dalam program IVA. Terima kasih kepada para ”sponsor” yang sudah mau
13
Rujukan
Obstetrics, 2003, Volume 1, Chap 33, 1015
3. Moegni EM, Pencegahan Kanker Serviks Terpadu di Indonesia ( sudut pandang
Indonesia, Jakarta, 2007, hal. 89
4. Nuranna L., Skrining Kanker Serviks. Upaya Down Staging dan metode skrining
14