Anda di halaman 1dari 13

1.

PERBEDAAN PENCATATAN SISTEM DANA KAS KECIL

Sistem Dana Tetap (Sistem Impres) Sistem Dana Tidak Tetap (Sistem Fluktuasi)

1.Pembentukan dana kas kecil 1. Pembentukan dana kas kecil


Kas Kecil xx Kas Kecil xx
kas xx Kas xx

2. Penggunaan Dana Kas Kecil 2. Penggunaan Dana Kas Kecil


tidak ada jurnal Biaya xx
(sesuai jenis pengeluaran)
Kas Kecil xx

3. Pengisian kembali Dana kas kecil : 3. Pengisian kembali Dana kas kecil
Macam2 biaya xx Kas kecil xx
(sesuai pengeluaran) Kas xx
Kas xx

4. Penyesuaian akhir tahun 4. Penyesuaian akhir tahun :


Macam2 biaya xx TIDAK ADA, karena jumlah kas kecil sudah
(sesuai pengeluaran) menunjukkan jumlah real. KECUALI ada
Kas kecil xx selisih kas ketika cash opname
Kemudian dibalik dijurnal pembalik di awal
tahun berikutnya

2. PERBEDAAN PENCATATAN PENGHAPUSAN PIUTANG

KETERANGAN METODE LANGSUNG METODE CADANGAN

1.Pembentukan Cadangan Tidak dijurnal Beban Kerugian Piutang


Cad. KerugianPiutang

2.Penghapusan piutang Beban Kerugian Piutang Cad. Kerugian Piutang


Piutang Dagang Piutang Dagang

3.Konfirmasi Piutang Dagang Piutang Dagang


penerimaan Beban Kerugian Piutang Cad. Kerugian Piutang
kembali piutang

4.Penerimaan piutang Kas Kas


telah dihapuskan Piutang Dagang Piutang Dagang
(periode sama)

5.Peneriman piutang Kas Kas


telah dihapuskan Beban Kerugian Piutang Cad. Kerugian Piutang
tanpa konfirmasi
(periode sama)

6. Peneriman piutang Kas Kas


telah dihapuskan Saldo Laba Cad. Kerugian Piutang
tanpa konfirmasi
(periode berbeda)

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 1


3. PERBEDAAN PENCATATAN JURNAL PADA SISTEM PERIODIK & PERPETUAL

TRANSAKSI PERIODIK PERPETUAL


Pembelian Pembelian Persediaan BD
Kas/ Hutang dagang Kas/ Hutang Dagang
Retur Pembelian Kas/ Hutang Dagang Kas/ Hutang Dagang
Retur Pembelian Persediaan
Penjualan Kas/ Piutang Dagang Kas/ Piutang
Penjualan Penjualan
Beban Pokok Penjualan
Persediaan BD
Retur Penjualan Retur Penjualan Retur Penjualan
Kas/ Piutang Dagang Kas/ Piutang Dagang
Persediaan BD
Beban Pokok Penjualan
Potongan Hutang Dagang Hutang Dagang
Pembelian Potongan Pembelian Beban Pokok Penjualan
Kas Kas
Potongan Kas Kas
Penjualan Potongan Penjualan Potongan Penjualan
Piutang Dagang Piutang Dagang

4. RUMUS PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK PPH

PEMOTONG DIPOTONG

Pihak yang membayarkan Pihak yang menerima


penghasilan penghasilan

Wajib Membuat Bukpot Menerima Bukpot (Bukti


(Bukti Potong) Potong)

JURNAL: Dicatatat sebagai


JURNAL:
PPH FINAL Beban PPh
PPH FINAL Dicatatat sebagai (Income Tax Expense)
PPH TDK FINAL Hutang PPh
(Income Tax Payable)
JURNAL: Dicatatat sebagai
PPH Uang Muka PPh
TIDAK (Prepaid Income Tax)
FINAL
Catatan :
1. PPh Final → Pajak yang tidak dapat dikreditkan di Akhir Tahun, Contoh PPh Pasal 4
Ayat 2
2. PPh Tidak Final → Pajak yang dapat dikreditkan di Akhir Tahun, Contoh : PPh Ps.
21, Ps. 22, Ps. 23, Ps. 25
3. Dikreditkan → Artinya dapat menjadi pengurang Beban PPh di akhir tahun

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 2


5. PPN (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI)
PPN MASUKAN PPN KELUARAN

PEROLEHAN PENYERAHAN BARANG/JASA


BARANG/JASA KENA PAJAK KENA PAJAK
(PEMBELIAN) (PENJUALAN)

KREDIT
DEBET

KELOMPOK ASET KELOMPOK


KEWAJIBAN

❖ PPN MASUKAN > PPN KELUARAN = PPN LEBIH BAYAR → Restitusi/Kompensasi


❖ PPN MASUKAN < PPN KELUARAN = PPN KURANG BAYAR

6. PPH ATAS SEWA

Sewa

Tanah & Bangunan Selain Tanah &


Bangunan

Objek PPh Pasal 4


Ayat 2 → 10% → Objek PPh Pasal 23 →
FINAL 2% → TIDAK FINAL

7. PPH ATAS JASA

JASA

DIBERIKAN OLEH DIBERIKAN OLEH


OP/PERORANGAN BADAN

Dikenakan PPh Dikenakan PPh


Pasal 21 Pasal 23
[Tidak Final] [Tidak Final]

Tarif 2% x Bruto

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 3


8. PPH PASAL 21
OBJEK/PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21 :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan yang
Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu
2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
d. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
e. Imbalan kepada Bukan Pegawai,antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang
dilakukan;
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan
imbalan sejenis dengan nama apapun;
g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai PegawaiTetap pada perusahaan yang sarna;
h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau
i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan

PERHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP :


A. SKEMA PERHITUNGAN PPH 21 PEGAWAI TETAP
Penghasilan Bruto
Gaji Pokok XXX
Tunjangan – Tunjangan XXX
Premi Asuransi yang ditanggung pemberi kerja XXX
Penghasilan tidak teratur (bonus/THR/Gratifikasi) XXX
Total Penghasilan Bruto XXX
Pengurang Penghasilan Bruto
Biaya Jabatan XXX
Iuran pensiun yang dibayar oleh wajib pajak XXX
Iuran JHT/THT yang dibayar oleh wajib pajak XXX
Total Pengurang Penghasilan Bruto (XXX)
Penghasilan Neto 1 Bulan XXX
Penghasilan Neto Setahun/Disetahunkan XXX
Penghasilan Tidak Kena Pajak (Pasal 7 UU PPh) (XXX)
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) XXX
PPh Terutang (Pasal 17 UU PPh) XXX

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 4


B. BIAYA JABATAN
Adalah fasilitas yang diberikan Negara sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang
bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
Besarnya adalah 5% dari Penghasilan Bruto dengan nilai maksimalnya adalah sebesar Rp.
500.000,- perbulan atau Rp. 6.000.000 pertahun

C. PROGRAM-PROGRAM BPJS

IURAN PENSIUN VS PREMI ASURANSI

Iuran Pensiun/JHT Premi asuransi (JKK, JK,JPK)

Dibayar Sendiri Pengurang Bukan Pengurang

Dibayar Pemberi Kerja Bukan Objek PPh Objek PPh

BPJS KETENAGAKERJAAN

1.Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 2. Jaminan Kematian (JK)


Dihitung persentase tertentu sesuai
dengan pengelompokkan risiko
Kecelakan Kerja

Bagi Pemberi Kerja Bagi Karyawan

PENGHASILAN
DIAKUI BEBAN
(Objek PPh 21)

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 5


BPJS KETENAGAKERJAAN

3.Jaminan Hari Tua (JHT) 4.Jaminan Pensiun

5,7% 3%
(Dari Gaji/Upah (Dari Gaji/Upah
Sebulan) Sebulan)

3,7 % 2% 2% 1%
ditanggung ditanggung ditanggung ditanggung
Pemberi Kerja Karyawan Pemberi Kerja Karyawan

Beban Bukan Penghasilan Bukan Penghasilan


Beban
(Bukan Objek PPh (Bukan Objek PPh
21/Potong Gaji) 21/Potong Gaji)

BPJS KESEHATAN

5%
(Dari Gaji/Upah
Sebulan)

4% 1%
ditanggung ditanggung
Pemberi Kerja Karyawan

Beban Bukan Pengurang


Penghasilan Penghasilan Pegawai
(Objek PPh 21) dalam perhitungan
PPh Ps. 21

D. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Berlaku Tahun 2015 Berlaku tahun 2016-Sekarang
Untuk diri Wajib Pajak Rp. 36.000.000 Rp 54.000.000
Status Menikah Rp. 3.000.000 Rp 4.500.000
Tanggungan maks 3 Rp. 3.000.000 Rp 4.500.000
Istri Bekerja Rp. 36.000.000 Rp 54.000.000

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 6


E. TARIF PAJAK PENGHASILAN UNTUK ORANG PRIBADI (PASAL 17 UU PPH)
PER 1 JANUARI 2022
• Penghasilan 0 – 60.000.000 5%
• Penghasilan 60.000.001 – 250.000.000 15%
• Penghasilan 250.000.001 – 500.000.000 25%
• Penghasilan > 500.000.000 – 5 Miliar 30%
• Penghasilan > 5 Miliar 35%

F. IMBALAN KEPADA TENAGA AHLI (PAK PANDA)


• PPh Ps. 21= Penghasilan Bruto X 50% X Tarif Pasal 17 Orang Pribadi
• Termasuk Katagori tenaga ahli adalah :
 Pengacara  Arsitek  Konsultan  Penilai
 Akuntan  Dokter  Notaris  Aktuaris
Contoh:
Konsultan Pajak AMANDA menerima fee pembayaran dari PT. Sejahtera Bersama sebesar
Rp 5.000,000.
Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar :
5% X 50% X Rp 5.000.000 = Rp 125.000

G. IMBALAN KEPADA TENAGA TIDAK TETAP (PEGAWAI LEPAS)


• Upah 1 hari ≤ 450.000/hari dan 1 bulan ≤ 4.500.000---> Tidak terutang PPh 21
• Upah 1 hari > 450.000/hari dan 1 bulan ≤ 4.500.000-->Terutang PPh 21 dengan
PTKP 450.000/ hari
• Upah 1 hari ≤ 450.000/hari dan 1 bulan > 4.500.000-->Terutang PPh 21 dengan
PTKP sebenarnya
• Upah 1 hari > 450.000/hari dan 1 bulan >4.500.000-->Terutang PPh 21 dengan
PTKP sebenarnya
Contoh:
Bruno bekerja selama 2 hari di tahun 2019 dengan upah harian sebesar Rp 900.000/hari.
Upah 1 hari Rp 900.000
PTKP Harian Rp 450.000
PhKP Rp 450.000
PPh Pasal 21 Rp 22.500
PPh Pasal 21 2 hari Rp 45.000

H. IMBALAN KEPADA BUKAN PEGAWAI


• Yang termasuk bukan pegawai adalah :
 Pemain music, pembawa acara,  Pengarang Peneliti dan penterjemah
penyanyi, pelawak,dll  Agen Iklan
 Olahragawan  Pengawas dan Pengelola Proyek
 Penasihat, pengajar, pelatih,  Petugas penjaja barang dagangan
penceramah, moderator  petugas dinas luar asuransi
 distributor perusahaan multilevel  pembawa pesanan atau perantara
marketing

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 7


• Penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan
harus memenuhi syarat sbb :
- Memiliki NPWP
- Menerima Penghasilan lebih dari 1x dalam satu tahun
- Memperoleh Penghasilan hanya dari 1 pemberi kerja
maka dihitung berdasarkan tarif PPh pasal 17 orang pribadi dan bersifat kumulatif
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
NB :
Apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, maka dikenakan tetap berkesinambungan
namun tidak ada pengurangan PTKP
{ Rumus =(50% x Ph. Bruto – PTKP) x Tarif PPh Pasal 17 }

• Penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang tidak bersifat


berkesinambungan maka dihitung berdasarkan tarif PPh pasal 17 orang pribadi dan
bersifat tidak kumulatif dalam tahun pajak yang bersangkutan.
{ Rumus = 50% x Tarif PPh Pasal 17 x Ph. Bruto }
Contoh:
Ino Indrawan adalah seorang agen iklan memperoleh komisi dari jasa iklannya pada
bulan Juni sebesar Rp 1.500.000.
Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar :
5% X 50% X Rp 1.500.000 = Rp 37.500

9. METODE PENYUSUTAN ASET TETAP (Pasal 11 UU PPh)


1. Terhadap aset yang temasuk Kelompok I s.d. Kelompok IV, wajib pajak
diperkenankan untuk memilih antara metode garis lurus (straight line method) atau
metode saldo menurun (decline balance method). Dalam hal ini akuntansi boleh boleh
saja memakai metode apapun untuk menghitung penyusutan aset tetapnya, namun
ketika perusahaan mengitung PPh di akhir tahun, metode yang diperbolehkan oleh
pihak fiscus/pajak hanyalah metode Garis Lurus & Saldo Menurun, jika terdapat
perbedaan diantara keduanya, maka harus dilakukan koreksi fiskal terlebih dahulu
sebelum mengitung PPh terutang.
2. Terhadap aset kelompok bangunan, wajib pajak harus menerapkan metode garis
lurus.
3. Penggunaan metode penyusutan tersebut harus dilakukan secara taat azas.
4. Masa manfaat dan tarif penyusutan aset untuk masing-masing kelompok telah
ditetapkan sebagai berikut :

Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan


Berwujud Manfaat Metode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I. Kelompok I 4 Tahun 25% 50%
Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

II. Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak Permanen 10 Tahun 10%

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 8


10. OBJEK PPH PASAL 23 (TIDAK FINAL)
1. Dikenakan PPh 23 Sebesar 15% dari Jumlah Bruto (tidak final):
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
hutang sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) huruf f UU No. 17 tahun 2000 (dalam
hal ini yang dimaksud adalah bunga pinjaman atau selain bunga yang dieroleh dari
lembaga keuangan seperti Bank)
• Royalti
• Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh Ps.21 dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri atau
Bentuk Usaha Tetap.

2. Dikenakan PPh 23 Sebesar 2% dari Jumlah Bruto (tidak final):


• Penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali
sebagaimana dimaksud pada pasal 4(2) UU PPh
• Penghasilan berupa jasa yang diperoleh oleh WP. Badan antara lain
- Jasa tehnik
- Jasa konsultan kecuali konsultan konstruksi
- Jasa Manajemen
- Jasa Lain ( Peraturan Mentri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 )

11. SUBJEK PAJAK


a. Orang Pribadi – Dimulai sejak orang pribadi tersebut dilahirkan, diakhiri ketika orang
pribadi tersebut meninggal dunia.
b. Badan – Dimulai sejak didirikan dan diakhiri ketika badan usaha tersebut dibubarkan atau
dilikuidasi
c. Warisan yang belum terbagi – Dimulai sejak warisan tersebut ada hingga pada akhirnya
warisan tersebut dibagikan
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) – Dimulai sejak beroperasi di Indonesia dan diakhiri sejak ia
memindahkan lokasi usahanya ke Negara lain atau dilikuidasi.

12. KOREKSI FISKAL & PERHITUNGAN PPH AKHIR TAHUN


Merupakan rekonsiliasi atas laba komersial (laba sesuai akuntansi) agar menjadi laba fiskal
(laba sesuai aturan perpajakan). Tujuannya adalah untuk menentukan Laba Fiskal yang akan
digunakan untuk menghitung Pajak terutang Akhir Tahun.

Koreksi Positif Koreksi Negatif

Mengakibatkan Mengakibatkan
Bertambahnya Berkurangnya Laba
Laba Fiskal Fiskal

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 9


Fiskal membagi penghasilan menjadi :

Pasal 4 ayat 1 Penghasilan yang Merupakan


UU PPh Objek Pajak

Pasal 4 ayat 2 Penghasilan yang Dikenakan PPh


UU PPh Final

Pasal 4 ayat 3 Penghasilan yang Bukan


UU PPh Merupakan Objek Pajak

Penghasilan
(Income/Revenue)

Objek PPh Pasal Objek PPh Final Bukan Objek Pajak


4 Ayat 1 Pasal 4 Ayat 2 PPh Pasal 4 Ayat 3

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

Over Under

Koreksi Koreksi
Koreksi Koreksi
Negatif Positif
Negatif Negatif

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 10


Beban menurut peraturan perpajakan

Beban
(Cost/Expense)

Dapat Dikurangkan Tidak Dapat Dikurangkan


PPh Pasal 6 Ayat 1 PPh Pasal 9 Ayat 1

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

Over Under

Koreksi Koreksi
Koreksi
Positif Negatif
Positif

PERHITUNGAN PPH AKHIR TAHUN


Merupakan perhitungan pajak penghasilan yang dilakukan setelah tahun pajak berakhir.

• Sebelum membahas cara menghitung PPh dalam satu tahun mari kita mengingat kembali
bagaimana proses penghitungan dan pembayaran PPh dalam satu tahun pajak.
Dipotong Pihak Lain
Contoh: PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh
24, PPh 4 ayat (2).

Di tahun berjalan
Dibayar sendiri
Contoh: PPh 25, PPh TB, Fiskal Luar Negeri
Penghitungan &
Pembayaran PPh PPh 29
Di akhir tahun
PPh 28 a
Selanjutnya untuk pengitungan dan pembayaran pajak di akhir tahun bisa di lihat dalam
skema sebagai berikut:
Non Norma & Non Pembukuan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto


Wajib Pajak OP
Pengusaha tertentu → Final
Penghitungan
PPh di Akhir Pembukuan
Tahun

WP Tertentu → Norma Penghitungan Khusus

Wajib Pajak Badan → Pembukuan

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 11


PERHITUNGAN PPH AKHIR TAHUN WP BADAN

Wajib Pajak Badan

OMSET

DIBAWAH DIATAS 50
4,8 MILYAR MILYAR

ANTARA 4,8
MILYAR S/D
PP 23 Tahun 11% x Laba 50 MILYAR Tarif PPh Badan 22%
2018 sebesar Fiskal x Laba Fiskal
0,5% x [Ps. 31 E UU [Pasal 17 UU PPh dan
OMZET/BLN PPh] Sesuai UU HPP]
[FINAL] PEMBUKUAN Tarif Proporsional
[Sesuai Pasal 31 E
UU PPh]

PERHITUNGAN PPH AKHIR TAHUN WP ORANG PRIBADI

Wajib Pajak Orang Pribadi

OMSET

DIBAWAH DIBAWAH DIATAS 4,8


500 JT 4,8 MILYAR MILYAR

TIDAK NORMA PEMBUKUAN PEMBUKUAN


DIKENAI PPH

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 12


13. ANGSURAN PPH PASAL 25
Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berjalan untuk setiap
bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
UU PPh.

CARA PERHITUNGAN PPH PASAL 25


• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan sama dengan PPh yang
terutang berdasarkan Laba fiscal tahun sebelumnya,
• kemudian dikurangi kerugian yang masih bisa dikompensasikan (jika ada),
• kemudian diperhitungkan dengan penghasilan dan beban tidak teratur yang terjadi
pada tahun berjalan,
• Dari penghasilan kena pajak setelahnya maka dapat dihitung berapa PPh terutang
sebagai dasar perhitungan PPh 25,
• lalu dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23) dan PPh yang terutang di Luar Negeri yang boleh
dikreditkan (PPh Pasal 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.

PT. CIPTA SARANA CENDEKIA Professional Education Development Partner 13

Anda mungkin juga menyukai