Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEORI MODEL KEPERAWATAN KELUARGA DAN

ROLE PLAY MENURUT CALISTA ROY

“untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan keluarga”

Dosen Mata Kuliah: Ns.Suci Nurjanah S.Kep.,M.Kep

Kelas: D3kp2b

Di Susun Oleh Kelompok 4

CITRA (2006034)

DELA AGUSTIANI (2006037)

IYUS NIA (2006042)

YOANES SHEVIA (2006058)

ZUHRATUN NISA (2006059)

Program Studi DIII Keperawatan

Politeknik Negeri Indramayu

Jl.Lohbener lama no.08, Legok, Kec.Lohbener, Jawa Barat 45252


TELEPON: (0234)5746464

2021/2022
KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul yaitu “MAKALAH TEORI MODEL KEPERAWATAN
KELUARGA DAN ROLE PLAY MENURUT CALISTA ROY”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan,
kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Indramayu, ........................

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

MAKALAH TEORI MODEL KEPERAWATAN KELUARGA DAN ROLE PLAY


MENURUT CALISTA ROY............................................................................................1
KATA PENGHANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
A. Biografi Calista Roy...............................................................................................3
B. Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister calista roy......................................3
C. Pola Pengembangan Model Konseptual Calista Roy.............................................5
D. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy............................................6
E. Teori Adaptasi Calista Roy....................................................................................7
BAB III............................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MENURUT TEORI CALISTA ROY.........11
Tahap I : Pengkajian Keperawatan..............................................................................11
Tahap II :Diagnosa Keperawatan................................................................................12
Tahap III :Perencanaan Keperawatan..........................................................................13
Tahap IV :Implementasi Keperawatan........................................................................14
Tahap V: Evaluasi.......................................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................16

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dasar suatu profesi merupakan berkembangnya batang tubuh keilmuwan yang


sering diwujudkan dalam suatu bentuk teori dan model. Keperawatan dijadikan sebagai
suatu disiplin ilmu oleh karenanya keperawatan membutuhkan adanya suatu ilmu
pengetahuan yang dibangun berdasarkan teori dan model keperawatan (Mertajaya &
Dkk, 2019). Teori dan model keperawatan keluarga perlu dikembangkan secara terus
menerus berdasarkan kondisi keluarga yang ada di Indonesia sehingga praktek
keperawatan keluarga dapat teraplikasikan dengan baik.

Praktek keperawatan yang berdasarkan teori sangat penting dalam praktik


keperawatan keluarga, karena akan menuntun perawat untuk berpikir secara interaktif
berkenaan dengan fenomena dan masalah keluarga. Permasalahan keperawatan didalam
keluarga sangatlah kompleks sehingga perawat memrlukan suatu kerangka teoritis
dalam menjelaskan, mengidentifikasi, menganalisis, dan menyimpilkan permasalahan
keperawatan dalam keluarga tersebut.

Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi suatu keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana
Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi
terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini
dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia (Rakhman, 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister


Callista Roy ?
2. Bagaimana pengembangkan model keperawatan keluarga sesuai dengan teori
Sister Callista Roy ?
3. Apa hubungan antara keperawatan keluarga dengan teori Sister Callista Roy ?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan model keperawatan yang sesuai dengan


teori Sister Callista Roy
2. Untuk mengetahui pengembangan model keperawatan keluarga sesuai
dengan teori Sister Callista Roy
3. Untuk mengetahui hubungan antara keperawatan keluarga dengan teori
Sister Callista Roy

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi Calista Roy

Suster Callista Roy adalah anggota Suster Santo Yosef dari Carondelet. Dia
menerima gelar BS dalam keperawatan dari Mount Saint Mary's College di Los
Angeles, California, MS dalam keperawatan dari UCLA, dan gelar master dan doktor
dalam sosiologi dari UCLA (Phillips dalam (McEwen & Wills, 2011)). Roy pertama
kali mengusulkan RAM saat belajar untuk gelar masternya di UCLA. Dia telah
menerima banyak penghargaan. Saat ini sebagai Ahli Teori Perawat Fakultas
Pascasarjana di Boston College School of Nursing (Roy, 2009 dalam (McEwen &
Wills, 2011)).

B. Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister calista roy

Asal mula dari model adaptasi Roy untuk keperawatan mengutip karya Harry
Helson. Dalam teori adaptasi Helson, respon- respon adaptif adalah suatu fungsi dari
stimulus yang datang dan tingkat adaptif yang dimiliki seseorang. Stimulus adalah
beberapa faktor yang dapat menimbulkan respon. Stimulus dapat timbul dari luar
maupun dalam lingkungan. Tingkat adaptasi dibentuk dari efek yang disatukan dari tiga
kelas stimulus sebagai stimulus fokal,stimulus kontekstual,stimulus residual.

Teori keperawatan adalah kumpulan konsep, definisi, hubungan, dan asumsi


atau preposisi dari model keperawatan atau dari disiplin lain serta hal lain yang sesuai,
dengan melihat secara sistematis berbagai fenomena dengan desain spesifik
yangberhubungan satu dengan yang lain, yang bertujuan memberikan gambaran,
penjelasan, dan prediksi fenomena keperawatan.Dan model konseptual adalah struktur
konsep dan teori yang secara bersama memberikan gambaran dalam mengembangkan
suatu keilmuan. Model konsptual merupakan cara berfikir tentang individu dan
lingkungannya yang dapat bermanfaat berbagai situasi yang membantu dalam
memprioritaskan pelayanan dan memberikan tantangan kepada perawat untuk mampu
merubah kondisi pasien dari sikap yang hanya bertahan menjadi mandiri(Mertajaya &
Dkk, 2019).

Teori Roy dikenal dengan ”Model Adaptasi Roy”. Menurut Roy, adaptasi
merupakan suatu proses dari seseorang dalam berperilaku pengeluaran hasil pemikiran
dan merasakan sebagai individu atau kelompok guna menciptakan lingkungan yang

3
terintegrasi. Adaptasi ini ada karena adanya suatu stimulus. Stimulus umum yang
mempengaruhi adaptasi antara lain:

a) Kultur – Status sosial ekonomi, etnis, sistem keyakinan


b) Keluarga- Struktur dan tugas- tugas
c) Tahap Perkembangan – Faktor usia, jenis, tugas, keturunan, dan genetic
d) Integritas Modes Adaptif – Fisiologis (mencakup patologi penyakit),
konsep diri, fungsi peran, interdependensi
e) Efektivitas Cognator – Persepsi, pengetahuan, ketrampilan; dan
f) Pertimbangan Lingkungan – Perubahan lingkungan internal atau
eksternal, pengelolaan medis, menggunakan obat-obat, alkohol,
tembakau.

Terdapat 3 tingkatan adaptasi pada manusia, diantaranya; stimuli fokal, stimuli


kontekstual, dan stimuli residual (Marriner-Tomey, 2006).

 Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan


seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang
individu.
 Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subyektif.
 Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang
ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dialakukan observasi.

Tiga proses adaptasi yang dikemukakan Roy adalah mekanisme koping,


pengaturan subsistem, dan cognator subsistem.Pada sistem ini terdapat dua mecanisme
yaitu pertama mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia
tersebut, yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses
yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mecanisme koping yang didapat dimana coping
tersebut di peroleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya.
Pengaturan subsistem merupakan proses coping yang menyertakan subsistem tubuh
yaitu saraf, proses kimiawi dan sistem endokrin. Cognator subsistem proses coping
seseorang yang menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi
dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi diantaranya;

1. Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi,


nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin

4
2. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain
3. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain
4. Interdependent; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih
sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individu maupun kelompok.

Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:

1. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai


tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia
2. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari
terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai
tujuan yang akan di raih

C. Pola Pengembangan Model Konseptual Calista Roy

Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahun
1964. Model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam
keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai
satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manusia selalu di hadapkan
berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi persoalan tersebut Roy
mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri,
berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri
keadaan lingkungan sekitarnya dalam suatu rentang kontinu sehat – sakit. Sumber-
sumber yang mendukung perkembangan teori ini didasari dari teori adaptasi Helson,
yang mengatakan bahwa respon adaptive adalah fungsi yang muncul ketika ada
stimulus dan level adaptasi.. Stimulus adalah setiap factor yang mengakibatkan sebuah
respon. Stimulus dapat muncul dari lingkungan internal maupun eksternal. Setelah
mengembangkan teorinya, Roy mempresentasikan teori tersebut pada praktek
keperawatan, riset dan pendidikan keperawatan.

Selain itu pengembangan model konseptual C.Roy di kontribusi oleh Lebih dari
1500 mahasiswa di fakultas di mana C.Roy bekerja. Pemerintah Amerika saat itupun
sangat mendukung perkembangan teori ini, diantaranya dengan menyediakkan 100. 000
perawat di USA disiapkan untuk praktek menggunakan teori ini

5
D. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.

1) Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic
Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan
antara konsep sistem dan konsep adaptasi
a) Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang
dalam sistem kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya, dimana diantara keduanya akan terjadi pertukaran
informasi, “matter” dan energi. Adapun karakteristik sistem
menurut Roy adalah input, output, control dan feed back
b) Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku
individu yang dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif
maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat menjadi umpan balik
bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan
output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu
sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung untuk
pencapaian tujuan perawatan individu.Roy menggunakan istilah
mekanisme koping untuk menggambarkan proses kontrol
individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang
bersifat genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai benteng
pertahanan tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa
koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti :
menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka
2) Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah “ Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok
“(Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy

6
menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan
adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu
terhadap adanya perubahan.
3) Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan
respon adaptifnya.
4) Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut
Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual
yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.

E. Teori Adaptasi Calista Roy

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan


informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon,
dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.

1) Input

Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari

 Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan


seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
 Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang
baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif
pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
 Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,
sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini
memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri

7
pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. Level adaptasi
dapat menjadi data masukan yang akan mempengaruhi respon adaptasi
seseorang.
 Proses Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk
mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas
regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
2) Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat
eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat
menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian
dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses
pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih
sayang.
Dalam memelihara integritas, kognator dan regulator saling bekerjasama
dan menguatkan. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang
sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 model
adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1) Model Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy


mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

 Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,


pertukaran gas dan transpor gas.

8
 Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
 Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
 Aktivitas dan istira hat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
 Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai
fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
 The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
 Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
 Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan
proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
 Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme.

2) Model Konsep Diri

Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan


spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
-The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
-The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

3) Model Fungsi Peran

9
Model fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya

4) Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan


oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat
dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

3). Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan Sedangkan respon yang
mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan


individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme
koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan
rentang stimulus agar dapat berespon secara positif

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MENURUT TEORI


CALISTA ROY
Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bahwa pasien
harus di pandang sebagai manusia yang utuh (pandangan menyeluruh) baik dari aspek
biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pasien pun harus di pandang sebagai
suatu system yang dapat hidup melalui interaksi yang konstan dengan lingkungannya.
Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau melaksanakan
proses keperawatan melalui elemen –elemen Roy meliputi :

Tahap I : Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat


mengambil informasi dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan keluarga yang dibinanya. Metode
yang dapat digunakan perawat dalam melakukan pengkajian keluarga diantaranya
wawancara, observasi fasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota
keluarga, measurement dari data sekunder (kartu keluarga, hasil lab, papsmear, dan
sebagainya).

Pengkajian perilaku Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan


mengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam
model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan, misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran
untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini
perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial maladaptif.

Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh Pada tahap ini termasuk pengkajian
stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,
kontekstual dan residual.

a. Identifikasi stimuli focal

Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat


dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaitu:
keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.

b. Identifikasi stimuli kontekstual

11
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat
diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus
kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit
dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi
oleh perawat melalui observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Martinez,
1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah
genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi,
interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi,
dan lingkungan fisik.

c. Identifikasi stimuli residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam
menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual
yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.

Tahap II :Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga


atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis
cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab melaksanakannya (Shoemaker, 1984). Diagnosa
keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam
tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan
keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber
daya keluarga.

Diagnosa keperawatan keluarga diangkat setelah stresor mengenai garis


pertahanan dalam keluarga baik garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, dan
garis pertahanan resisten. Stresor-stresor tersebut akan mempengaruhi tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga
dan koping keluarga setiap garis pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosa
keperawatan dapat bersifat aktual, risiko maupun sejahtera tergantung dari garis
pertahanan dalam keluarga yang terdapat stresor baik sehat maupun sakit. Diagnosa
keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses
pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa

12
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) ada metode dalam membuat diagnosa keperawatan:

 Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode


adaptif, misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh kasus
untuk diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+), turgor
tidak elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien tersebut
dapat disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy
adalah defisit volume cairan.
 Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu
adalah mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi. Contoh kasus ;
klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun
2 Kg dari normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan
kebutuhan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis).
Karena klien kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus,
hal ini membuat klien mengalami gangguan Body Image (Mode Konsep
diri), kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari (Mode Interdependensi)

Tahap III :Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan


oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehigga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yg telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Kulaitas
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan
adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah
perilaku inefektif menjadi adaptif.

 Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan Menetapkan prioritas


masalah /diagnosa keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan Skala
menyusun prioritas
 Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh,
reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya
tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap
stimulus focal, konteksual dan residual.
-Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan
(penyelesaian satu diagnosaatau masalah) dan biasanya berorientasi pada

13
perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya:
Keluarga mampu merawat anggotanya (Tn. X) yang mengalami TBC Paru.
-Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir
kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Misalnya: Setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga
mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/indikator yang mengukur
pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat
penampilan (performance) sesuai tolak ukur yg ada. Misalnya:
a) Berat badan anak akan naik minimal 1 kg setiap bulan
b) Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
minimal 4 kali selama kehamilannya
c) Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB Paru, minimal
3 tanda TB paru, minimal 2 penyebab TB paru

 Menyusun rencana Tindakan Keperawatan keluarga

Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam menyusun


alternatif-alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga
(kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan)
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Dalam setiap rencana
keperawatan perawat keluarga menetapkan aktifitas untuk setiap tujuan keperawatan.
Perawat keluarga merencanakan apa kegiatan yang akan dilakukan, kapan, bagaimana
melakukan, siapa yang melakukan, dan berapa banyak yang akan dilakukan.

Tahap IV :Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan


kerawatan yang telah disusun perawat bersama keluarga. Inti pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan keluarga adalah perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah
untuk memberi perhatian, maka tidak mungkin perawat dapat melibatkan diri bekerja
dengan keluarga. Perawat pada tahap ini menghadapi kenyataan dimana keluarga
mencoba segala daya cipta dalam mengadakan perubahan versus frustasi sehigga tidak
dapat berbuat apa-apa. Perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama
melaksanakan tindakan keperawatan.Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan ,
mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga
difokuskanpada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai
dengan kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya
mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

14
Tahap V: Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan yang
dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai berupa respon keluarga terhadap
tindakan yang dilakukan dengan indikator yang ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan
dapat diukur melalui: (1) Keadaan fisik, (2) Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau
kelakukan belajar, dan (4) Perilaku kesehatan(Pardede, 2018).

Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah dapat
dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang diinginkan, atau masih
perlu tindak lanjut. Bila kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan
perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat: (1) Apakah tujuan
realistis, (2) Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah
laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

15
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi
yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial.
Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar,
di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi
lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa
eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri
untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model “adaptasi”
dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat
beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan
adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Aplikasi proses keperawatan
menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali
perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah
sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.

B. Saran

Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami
dalam tahap belajar,maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa
memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini
menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami
mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang
terbatas. 

16
DAFTAR PUSTAKA

Mertajaya, I. M., & Dkk. (2019). Perkuliahaan Keperawatan Keluarga Konsep


Keperawatan Keluarga. Kesehatan, 1(2), 1–110.
http://repository.uki.ac.id/1678/1/BUKU BMP KEPERAWATAN KELUARGA
Oke Word-dikonversi.pdf
Pardede, J. A. (2018). Teori Dan Model Adaptasi Sister Calista Roy : Pendekatan
Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 96–105.
Rakhman, S. (2014). Teori Keperawatan Menurut Calista Roy. Paper.
https://www.scribd.com/doc/214117927/Teori-Keperawatan-Menurut-Sister-
Calista-Roy-Fon3

17

Anda mungkin juga menyukai