Kelas: D3kp2b
CITRA (2006034)
2021/2022
KATA PENGHANTAR
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Indramayu, ........................
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi suatu keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana
Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi
terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini
dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia (Rakhman, 2014).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi Calista Roy
Suster Callista Roy adalah anggota Suster Santo Yosef dari Carondelet. Dia
menerima gelar BS dalam keperawatan dari Mount Saint Mary's College di Los
Angeles, California, MS dalam keperawatan dari UCLA, dan gelar master dan doktor
dalam sosiologi dari UCLA (Phillips dalam (McEwen & Wills, 2011)). Roy pertama
kali mengusulkan RAM saat belajar untuk gelar masternya di UCLA. Dia telah
menerima banyak penghargaan. Saat ini sebagai Ahli Teori Perawat Fakultas
Pascasarjana di Boston College School of Nursing (Roy, 2009 dalam (McEwen &
Wills, 2011)).
Asal mula dari model adaptasi Roy untuk keperawatan mengutip karya Harry
Helson. Dalam teori adaptasi Helson, respon- respon adaptif adalah suatu fungsi dari
stimulus yang datang dan tingkat adaptif yang dimiliki seseorang. Stimulus adalah
beberapa faktor yang dapat menimbulkan respon. Stimulus dapat timbul dari luar
maupun dalam lingkungan. Tingkat adaptasi dibentuk dari efek yang disatukan dari tiga
kelas stimulus sebagai stimulus fokal,stimulus kontekstual,stimulus residual.
Teori Roy dikenal dengan ”Model Adaptasi Roy”. Menurut Roy, adaptasi
merupakan suatu proses dari seseorang dalam berperilaku pengeluaran hasil pemikiran
dan merasakan sebagai individu atau kelompok guna menciptakan lingkungan yang
3
terintegrasi. Adaptasi ini ada karena adanya suatu stimulus. Stimulus umum yang
mempengaruhi adaptasi antara lain:
4
2. Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain
3. Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain
4. Interdependent; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih
sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individu maupun kelompok.
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahun
1964. Model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam
keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai
satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manusia selalu di hadapkan
berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi persoalan tersebut Roy
mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri,
berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri
keadaan lingkungan sekitarnya dalam suatu rentang kontinu sehat – sakit. Sumber-
sumber yang mendukung perkembangan teori ini didasari dari teori adaptasi Helson,
yang mengatakan bahwa respon adaptive adalah fungsi yang muncul ketika ada
stimulus dan level adaptasi.. Stimulus adalah setiap factor yang mengakibatkan sebuah
respon. Stimulus dapat muncul dari lingkungan internal maupun eksternal. Setelah
mengembangkan teorinya, Roy mempresentasikan teori tersebut pada praktek
keperawatan, riset dan pendidikan keperawatan.
Selain itu pengembangan model konseptual C.Roy di kontribusi oleh Lebih dari
1500 mahasiswa di fakultas di mana C.Roy bekerja. Pemerintah Amerika saat itupun
sangat mendukung perkembangan teori ini, diantaranya dengan menyediakkan 100. 000
perawat di USA disiapkan untuk praktek menggunakan teori ini
5
D. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.
1) Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic
Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan
antara konsep sistem dan konsep adaptasi
a) Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang
dalam sistem kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya, dimana diantara keduanya akan terjadi pertukaran
informasi, “matter” dan energi. Adapun karakteristik sistem
menurut Roy adalah input, output, control dan feed back
b) Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku
individu yang dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif
maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat menjadi umpan balik
bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan
output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu
sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung untuk
pencapaian tujuan perawatan individu.Roy menggunakan istilah
mekanisme koping untuk menggambarkan proses kontrol
individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang
bersifat genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai benteng
pertahanan tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa
koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti :
menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka
2) Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah “ Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok
“(Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy
6
menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan
adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu
terhadap adanya perubahan.
3) Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan
respon adaptifnya.
4) Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut
Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual
yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.
1) Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri dari
7
pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. Level adaptasi
dapat menjadi data masukan yang akan mempengaruhi respon adaptasi
seseorang.
Proses Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk
mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas
regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
2) Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat
eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat
menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian
dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses
pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih
sayang.
Dalam memelihara integritas, kognator dan regulator saling bekerjasama
dan menguatkan. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang
sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 model
adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1) Model Fungsi Fisiologi
8
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
Aktivitas dan istira hat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai
fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan
proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme.
9
Model fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya
4) Mode Interdependensi
3). Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan Sedangkan respon yang
mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
10
BAB III
Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh Pada tahap ini termasuk pengkajian
stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,
kontekstual dan residual.
11
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat
diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus
kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit
dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi
oleh perawat melalui observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Martinez,
1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah
genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi,
interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi,
dan lingkungan fisik.
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam
menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual
yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.
12
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) ada metode dalam membuat diagnosa keperawatan:
13
perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya:
Keluarga mampu merawat anggotanya (Tn. X) yang mengalami TBC Paru.
-Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir
kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Misalnya: Setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga
mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/indikator yang mengukur
pencapaian tujuan dan tolak ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat
penampilan (performance) sesuai tolak ukur yg ada. Misalnya:
a) Berat badan anak akan naik minimal 1 kg setiap bulan
b) Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
minimal 4 kali selama kehamilannya
c) Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB Paru, minimal
3 tanda TB paru, minimal 2 penyebab TB paru
14
Tahap V: Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan yang
dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai berupa respon keluarga terhadap
tindakan yang dilakukan dengan indikator yang ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan
dapat diukur melalui: (1) Keadaan fisik, (2) Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau
kelakukan belajar, dan (4) Perilaku kesehatan(Pardede, 2018).
Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah dapat
dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang diinginkan, atau masih
perlu tindak lanjut. Bila kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan
perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat: (1) Apakah tujuan
realistis, (2) Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah
laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi
yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial.
Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar,
di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi
lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa
eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri
untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model “adaptasi”
dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat
beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan
adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Aplikasi proses keperawatan
menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali
perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah
sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami
dalam tahap belajar,maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa
memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini
menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami
mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang
terbatas.
16
DAFTAR PUSTAKA
17