Panduan Pengisian Basis Data Peta Rencana Tata Ruang
Panduan Pengisian Basis Data Peta Rencana Tata Ruang
`
“Without data you're
just another person
with an opinion”
Penanggung Jawab : Dr. Hardian, S.H., M.M; Ir. Dwi Hariyawan S., M.A;
Ir. Sufrijadi, MA; Reny Windyawati, S.T., M.Sc;
Dr. Eko Budi Kurniawan, ST, M.Sc
– Cet. 1 –
Penyusunan basis data peta rencana tata ruang merupakan amanah Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pembinaan Penataan Ruang pasal 13 ayat
(2) huruf g, dimana disebutkan “Pembinaan Penataan Ruang dilaksanakan
melalui penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat.”
Buku Panduan Pengisian Basis Data Peta Rencana Tata Ruang disusun sebagai
instrumen pendamping Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2020 yang diperuntukkan bagi tim
penyusun dan evaluator peta rencana tata ruang.
Akhir kata, saya berharap buku panduan ini dapat mendukung kegiatan
penyusunan rencana tata ruang demi mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.
Penyusunan basis data peta rencana tata ruang melalui sebuah proses yang
panjang. Buku Panduan Pengisian Basis Data Peta Rencana Tata Ruang dibuat
sebagai panduan yang bersifat detail dan teknis untuk pengisian basis data peta
rencana tata ruang di tingkat pusat maupun daerah.
Mendukung revolusi industri 4.0, basis data peta rencana tata ruang berperan
sebagai benang emas untuk menghubungkan dan mengintegrasikan data antar
sektor. Penggunaan basis data diperlukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring pembangunan nasional agar menghasilkan informasi geospasial
yang tepat, akurat, dan terstandar menggunakan satu sistem referensi sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Buku Panduan Pengisian Basis Data Peta Rencana Tata Ruang diawali dengan
pendahuluan serta konsep dasar basis data peta rencana tata ruang agar terbentuk
pemahaman yang sama di kalangan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat
sebagai penyusun rencana tata ruang. Selanjutnya terdapat bagian mengenai
teknik pengisian basis data peta rencana tata ruang dengan muatan: (1) format dan
teknik pengisian informasi ke dalam basis data peta rencana tata ruang; (2) konsep
relasi spasial dan aturan khusus simbol titik pada Pola Ruang; (3) aturan
pengecekan dan perbaikan topologi; dan (4) daftar geoportal Kementerian/
Lembaga.
Buku panduan ini diharapkan dapat mempermudah tim penyusun rencana tata
ruang dalam pengimplementasian Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2020 guna
mewujudkan operasional penyusunan rencana tata ruang yang terpadu, mudah
diakses, dan terintegrasi.
1. Kedudukan Basis Data dalam Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang ....... 7
BAB III TEKNIK PENGISIAN BASIS DATA PETA RENCANA TATA RUANG............ 23
Gambar I-1 Perbedaan Manajemen Data Spasial dalam Tabel Atribut dan
Nomenklatur ...................................................................................... 2
Gambar I-2 Ketidaksinkronan Informasi yang Ditemukan ..................................... 3
Gambar I-3 Peranan dan Fungsi Basis Data di Era Digitalisasi ............................. 4
Gambar II-1 Pembagian Kewenangan Standar Peta Rencana Tata Ruang.............. 7
Gambar II-2 Alur Pemanfaatan Data Rencana Tata Ruang dalam Era Digital ........ 8
Gambar II-3 Proses Penyusunan Peta Rencana Tata Ruang .................................. 9
Gambar II-4 Konsep Basis Data RTRW dan RDTR ............................................... 10
Gambar II-5 Contoh Kolom Atribut Basis Data Pola Ruang RTRW Provinsi,
Kabupaten/Kota dan RDTR ............................................................. 14
Gambar II-6 Contoh Konsep Relasi Spasial Peta Rencana Tata Ruang ................ 22
Gambar III-1 Pilihan Kelas Fitur dan Data Loader ............................................... 25
Gambar III-2 Pilihan Kelas Fitur dan Load Data .................................................. 25
Gambar III-3 Load All Data or Query .................................................................... 26
Gambar III-4 Opsi Joins and Relates ................................................................... 27
Gambar III-5 Menu Join ....................................................................................... 27
Gambar III-6 Tampilan Join Berhasil ................................................................... 28
Gambar III-7 Field Calculator ............................................................................... 28
Gambar III-8 Open Attribute Table ....................................................................... 29
Gambar III-9 Select Data ..................................................................................... 29
Gambar III-10 Memindah Data Tabular ke dalam Field ....................................... 30
Gambar III-11 Ilustrasi Slivers dan Blok yang Tidak Satu Hamparan .................. 52
Gambar III-12 Teknik Pengaturan Zonasi ............................................................ 59
Gambar III-13 Contoh Pengisian Basis Data Holding Zone ................................... 60
Gambar III-14 Contoh Simbologi Peruntukkan Holding Zone pada Legenda Peta
Rencana Pola Ruang .................................................................... 61
Gambar III-15 Membuat Topologi ........................................................................ 83
Gambar III-16 Memilih Kelas Fitur yang akan Ditopologi .................................... 84
Gambar III-17 Memasukkan Aturan Topologi ...................................................... 84
Gambar III-18 Kotak Dialog Setelah Aturan Topologi Dimasukkan ...................... 85
Gambar III-19 Kotak Dialog Validasi Topologi...................................................... 85
Gambar III-20 Tampilan Properties File Topologi ................................................. 86
Gambar III-21 Ringkasan Error Topologi .............................................................. 86
Gambar III-22 Perbaikan Kesalahan Overlap pada Poligon .................................. 87
Tabel II-1 Penjelasan Terkait Konsep Basis Data Peta RTRW dan RDTR .............. 11
Tabel II-2 Aturan Pengisian Basis Data Peta RTR ................................................ 15
Tabel II-3 Perbandingan Muatan Rencana Tata Ruang ........................................ 16
Tabel II-4 Tingkat Resolusi Satelit ....................................................................... 21
Tabel III-1 Contoh Turunan Unsur ...................................................................... 31
Tabel III-2 Kodefikasi Nomenklatur Pola Ruang RTRW dan RDTR ....................... 32
Tabel III-3 Kodefikasi Nomenklatur Struktur Ruang RTRW dan RDTR ................ 37
Tabel III-4 Pengisian Sparasi Wilayah Perencanaan dan Wilayah Administrasi .... 51
Tabel III-5 Pengisian Ketentuan Khusus .............................................................. 53
Tabel III-6 Contoh Pengisian Atribut pada Kelas Fitur Tambahan Titik di dalam
Dataset Pola Ruang ............................................................................ 62
Tabel III-7 Aturan Relasi Spasial yang Harus Berdampingan ............................... 63
Tabel III-8 Relasi Spasial yang Harus Berdampingan .......................................... 64
Tabel III-9 Aturan Relasi Spasial yang Tidak Boleh Berdampingan ...................... 80
Tabel III-10 Relasi Spasial yang Tidak Boleh Berdampingan................................ 81
Tabel III-11 Tabel Tipologi Jaringan yang Diperbolehkan Bertampalan ............... 94
Tabel III-12 Daftar Geoportal Kementerian/Lembaga .......................................... 95
Dasar Hukum
Buku panduan pengisian basis data peta rencana tata ruang ini didasarkan
pada peraturan sebagai berikut:
Gambar I-1 Perbedaan Manajemen Data Spasial dalam Tabel Atribut dan Nomenklatur
Gambar II-2 Alur Pemanfaatan Data Rencana Tata Ruang dalam Era Digital
Kedudukan basis data dalam penyusunan peta RTR adalah sebagai media
penyimpanan data spasial. Di dalam basis data peta rencana tata ruang, termuat
data Pola Ruang, Struktur Ruang dan Kawasan Strategis untuk tingkat RTRW
Provinsi, Kabupaten dan Kota, sedangkan untuk tingkat RDTR memuat peta Pola
Ruang, Struktur Ruang dan Sub-BWP prioritas. Pembuatan album peta untuk
lampiran peraturan perundang-undangan harus bersumber dari data yang
terdapat dari basis data peta RTR. Hal ini diterapkan sebagai salah satu kontrol
kualitas untuk meminimalkan perbedaan data antara album peta dengan basis
data peta RTR dan batang tubuh yang termuat dalam peraturan perundang-
undangan.
Basis data peta RTR memuat RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta
RDTR yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. Basis data
peta RTR pada tingkat RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota terdiri atas lima
komponen informasi penting dalam penyusunan peta RTR yang meliputi nama
objek, klasifikasi turunan unsur, wilayah administrasi, ketentuan khusus, dan
keterangan tambahan. Basis data peta RTR pada tingkat RDTR terdiri atas tujuh
komponen informasi penting yang meliputi nama objek, klasifikasi turunan unsur,
separasi wilayah perencanaan, wilayah administrasi, ketentuan khusus, teknik
pengaturan zonasi, dan keterangan tambahan.
Komponen
No Keterangan
Informasi
1 Nama objek - Digunakan sebagai acuan untuk informasi utama pada
konsistensi antara basis data peta RTR, album peta
RTR dan batang tubuh pada peraturan perundang-
undangan;
- Pada basis data rencana Pola Ruang dan Struktur
Ruang RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota, pengisian
nama objek sesuai dengan klasifikasi turunan unsur
pada orde terakhir, sementara untuk basis data
Kawasan Strategis sesuai dengan pengisian pada sudut
kepentingan;
- Pada basis data rencana Pola Ruang RDTR, pengisian
nama objek diisi sesuai dengan nama subzona,
sementara untuk basis data Kawasan Strategis sesuai
dengan pengisian pada tema penanganan prioritas;
- Pada basis data rencana Struktur Ruang RDTR,
pengisian nama objek sesuai dengan klasifikasi
turunan unsur pada orde terakhir;
- Pada peta RTR, nama objek merupakan informasi
nomenklatur yang akan ditampilkan pada legenda peta
RTR.
2 Klasifikasi - Merupakan unsur RTR yang terdiri atas orde yang
turunan berjenjang dan jenis klasifikasi RTR;
unsur - Pada jenis klasifikasi RTR untuk Pola Ruang RTRW
Provinsi, Kabupaten dan Kota serta RDTR menjelaskan
jenis rencana pengelompokkan pada kawasan
peruntukan lindung atau budidaya;
- Pada jenis klasifikasi RTR untuk Struktur Ruang
menjelaskan status jaringan yang terdiri atas eksisting
atau rencana atau pengembangan eksisting;
- Pada orde yang berjenjang dari tingkat perencanaan
umum ke detail terdapat perbedaan jumlah orde;
- Jumlah orde pada basis data Pola Ruang RTRW
Provinsi hanya satu orde, sedangkan pada basis data
Struktur Ruang RTRW Provinsi terdapat tiga orde;
- Jumlah orde pada basis data pola dan Struktur Ruang
RTRW Kabupaten dan Kota terdapat empat orde;
Konsep utama basis data peta RTR memiliki pendetailan informasi yang
telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. Adapun informasi
detail yang tercantum pada kolom atribut dalam basis data Pola Ruang RTRW
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan RDTR dapat dilihat pada Gambar II-5.
Gambar II-5 Contoh Kolom Atribut Basis Data Pola Ruang RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota dan RDTR
Tipe Panjang
No Aturan Pengisian
Data Karakter
1 Text 250 a) Mengisi dengan memilih domain yang telah
disediakan; atau
b) Mengisi manual dengan mengetik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; atau
c) Mengisi dengan kode unik yang tersedia.
2 Long - a) Mengisi dengan memilih domain yang telah
Integer disediakan; atau
b) Mengisi dengan kode unik yang tersedia.
3 Double - Meskipun data luasan sudah dapat terisi secara
otomatis, namun perlu dilakukan perhitungan
kembali dengan calculate geometry menggunakan
proyeksi mercator.
Gambar II-6 Contoh Konsep Relasi Spasial Peta Rencana Tata Ruang
Pengisian basis data dapat dilakukan melalui aplikasi pengolahan basis data
spasial, tabular ataupun dokumen selama dapat diintegrasikan kedalam basis data
peta RTR. Pada bab ini akan dijelaskan cara mendapatkan basis data peta,
memindahkan dan menambahkan data kedalam basis data, pemilihan domain,
kode unik, tata peraturan pengisian domain, aturan data titik, rules dan topology
data, rumus penulisan label, hingga daftar geoportal yang dapat digunakan dalam
membantu memilih klasifikasi domain yang ada.
Format basis data peta RTR yang disediakan merupakan standar minimal
yang sudah ditetapkan demi memenuhi kebutuhan perencanaan ruang. Hal ini
juga dilaksanakan dalam rangka memudahkan integrasi dan sinkronisasi data
rencana tata ruang dengan sistem aplikasi digital lainnya. Berdasarkan hal
A. Load Data
1) Buka basis data spasial yang sudah diunduh, kemudian pilih kelas fitur
yang akan dimasukkan datanya ke dalam basis data tersebut. Kelas fitur
yang dapat dipilih berupa Pola Ruang, Struktur Ruang, Kawasan Strategis,
atau Sub BWP Prioritas.
2) Setelah itu klik kanan pada kelas fitur dan pilih load, kemudian pilih load
data lihat Gambar III-1.
3) Setelah muncul jendela baru, pilih next, kemudian klik simbol …. untuk
mencari data yang akan dimasukkan kedalam basis data. Klik add,
kemudian klik next.
4) Pada tahap berikutnya pilih “I do not want to load all feature into a subytpe.”
Khusus untuk load data pada Pola Ruang RDTR dapat dipilih “I want to load
4 5
7) Klik finish dan coba panggil data yang sudah kelas fitur yang sudah
dimasukkan data sebelumnya. Jika data terpanggil, maka pekerjaan load
data sudah selesai, namun jika data yang dipanggil tidak terlihat atau hanya
muncul atribut spasialnya saja dan tidak terlihat bentuk spasialnya, maka
ada kemungkinan data yang dimasukkan berbeda atau belum memiliki
proyeksi. Hal lain yang mungkin terjadi juga jika terdapat error geometry
ataupun field yang digunakan memiliki perbedaan spesifikasi seperti
panjang karakter pada tipe field teks.
4) Tahap berikutnya cukup klik kanan pada field yang ingin diisi, kemudian
pilih field calculator.
5) Pilih field yang sudah di-join pada tahap sebelumnya, kemudian klik OK.
4 5
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan “Join and Relate” adalah tipe
file tabular yang digunakan. Penggunaan file tabular yang tidak memiliki
kompabilitas dengan software yang digunakan dapat berujung pada tidak
Nama Objek diisi dengan klasifikasi turunan unsur (orde) terakhir atau Sub-
Zona. Hal ini dilakukan dengan melakukan edit data atau mengisi manual pada
tiap barisnya. Jika data sudah memiliki klasifikasi turunan unsur yang lengkap
dan hanya perlu memindahkannya ke dalam field Nama Objek, maka cara yang
dilakukan dalam software ArcGIS dapat berupa:
1) Klik kanan pada data, kemudian
pilih “Open Attribute Table”
2) Pilih seluruh data yang ada, bisa
dengan menekan tombol di keyboard
“Ctrl + A”, kemudian klik kanan
pada bagian pojok kiri data, pilih
“Copy Selected” Gambar III-8 Open Attribute Table
Kodefikasi : 101010000
Geometri : Titik
Klasifikasi : Turunan 1
1 01 01 00 0 0
Nama
Geometri Turunan 1 Turunan 2 Turunan 3 Turunan 4
Sub-Unsur
Hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran poligon yang muncul akibat
terpotongnya data oleh informasi separasi wilayah perencanaan dan wilayah
administrasi. Diharapkan poligon yang terpotong masih sesuai dengan
ketelitian informasi yang dapat tergambar pada skala pemetaan tersebut (tidak
menimbulkan slivers). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bentuk dari
agregasi data sub-blok hingga menjadi sebuah BWP merupakan satu hamparan
yang tidak terpisah dapat dilihat pada Gambar III-11. Apabila dalam wilayah
perencanaan informasi yang digunakan tidak sampai pada kedetailan sub-blok,
maka informasi sub-blok boleh untuk tidak diisi (dibiarkan null).
Blok 1,
Blok 1, Desa A Blok 2, Desa B
Desa A
Gambar III-11 Ilustrasi Slivers dan Blok yang Tidak Satu Hamparan
KETENTUAN
PENGATURAN BENTUK ISIAN
KHUSUS
Ketentuan khusus KKOP harus diisi Isian Tetap:
“Ada” apabila dalam wilayah • Angka 1 untuk Tidak
perencanaannya memiliki bandar Ada
udara. Pengisian ini juga harus • Angka 2 untuk Ada
dilakukan apabila terdapat bandar
udara pada daerah yang bersebelahan
dengan wilayah perencanaan dan
masih mengalami dampak dari bandar
udara tersebut.
KKOP
Ketentuan khusus KKOP diisi dengan
memperhatikan area jangkauan titik
bandar udara dan arah jalur lepas
landas pesawat. Ketentuan khusus
KKOP digunakan dalam pengendalian
tinggi bangunan dan bentuk kegiatan
yang dapat menghalangi atau
mengganggu rute penerbangan.
RESAIR
Ketentuan khusus ini digunakan
umumnya untuk membatasi KDB atau
kegiatan yang diijinkan pada suatu
daerah perencanaan. Ketentuan ini
juga bisa digunakan untuk
meningkatkan KDH pada suatu daerah
perencanaan.
1. Klik kanan pada data yang akan disimbologi pada panel “Table of Content,”
kemudian klik “Properties”.
2. Pada layer properties, pilih tab symbologi kemudian pilih Categories. Pada
bagian tersebut, pilih “Unique Values”.
3. Setelah itu tentukan field yang akan digunakan pada bagian “Value Field”.
4. Jika sudah klik “Add All Value” untuk memasukkan seluruh nilai domain
tetap, sementara untuk memasukkan nilai domain bebas, klik “Add Value,”
isi secara manual nomenklatur yang sesuai dengan atribut isian bebas yang
akan dimunculkan, kemudian klik “Add to List,” kemudian klik Ok.
Keterangan tambahan untuk field “Sumber Data” dapat diisi dengan nama
instansi, serta tahun akuisisi data tersebut. Apabila data tersebut dihasilkan
dari hasil analisa, maka dapat diisi dengan menyebutkan hasil analisis
dokumen perencanaan yang kemudian disertai tahun contohnya: Hasil Analisis,
2020.
Ketentuan basis data peta RTR terkait holding zone untuk kawasan hutan
atau kawasan pertanian yang belum disepakati pada saat penetapan peraturan
perundang-undangan menggunakan kode kawasan hutan atau kawasan
pertanian garis miring (/) kawasan budi daya yang direncanakan. Mekanisme
penetapan holding zone mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kriteria Holding Zone yang bisa dimunculkan pada peta RTR
diharapkan yang sudah diajukan ke Menteri yang membidangi urusan
Kehutanan dan Lingkungan, bukan yang sedang dalam proses pengajuan.
Contoh pengisian basis data holding zone dapat dilihat pada Gambar III-13.
diisi kode
diketik dengan kawasan diisi sesuai dengan nama subzona hutan/
hutan/perencanaan zona, kode zona dan sub-zona kode sub-zona
Simbologi Holding Zone pada peta RTR yang ditetapkan melalui Perka BIG
dengan ketentuan:
NAMOBJ REMARK
Lokasi Pertahanan dan pos militer, mercusuar, pos batas, pos lintas,
Keamanan dll
Keterangan:
1. Aturan berisi ketentuan relasi spasial antara geometri pada nomenklatur
1 dengan geometri pada nomenklatur 2, dan tidak berlaku sebaliknya;
2. Penjelasan berisi maksud dari aturan;
3. Ilustrasi berisi gambaran yang mencerminkan aturan, dimana geometri
pada nomenklatur 1 berwarna hitam, sedangkan geometri pada
nomenklatur 2 berwarna orange. Peruntukan ketentuan khusus
digambarkan dengan arsiran.
POLA RUANG
Aturan Relasi Nomenklatur 2
Nomenklatur 1
Spasial RTRW Provinsi RTRW Kabupaten RTRW Kota RDTR
Badan Jalan Poligon-Garis Jaringan Jalan Jaringan Jalan Jaringan Jalan
SISTEM PERKOTAAN
Aturan Relasi Nomenklatur 2
Nomenklatur 1
Spasial RTRW Provinsi RTRW Kabupaten RTRW Kota RDTR
Sistem Perkotaan Titik-Garis Jaringan Jalan Jaringan Jalan Jaringan Jalan Jaringan Jalan
Sistem Perkotaan Titik-Poligon Kawasan Budi Daya Kawasan Budi Daya Kawasan Budi Daya Zona Budi Daya
Keterangan:
1. Aturan berisi ketentuan relasi spasial antara geometri pada
nomenklatur 1 dengan geometri pada nomenklatur 2, dan tidak
berlaku sebaliknya;
2. Penjelasan berisi maksud dari aturan;
3. Ilustrasi berisi gambaran yang mencerminkan aturan, dimana
geometri pada nomenklatur 1 berwarna hitam, sedangkan geometri
pada nomenklatur 2 berwarna orange.
2) Pilih kelas fitur yang akan ditopologi, contohnya untuk membuat topologi
rencana Pola Ruang RTRW Provinsi pilih dataset
“_0000_250PR_PR_NAMADAERAH_TAHUN”, klik Next. Beri nama topologi
yang akan dibuat, “_0000_250PR_PR_NAMADAERAH_TAHUN_Topology”,
biarkan nilai cluster tolerance sesuai dengan default. Klik Next > Next >
kemudian pilih kelas fitur yang akan ditopologi > Next. Lihat Gambar
III-16.
5) Pilih tombol Yes untuk melakukan validasi terhadap topologi yang telah
dibuat. Lihat Gambar III-19.
6) Ulangi langkah 1-5 untuk membuat topologi pada kelas fitur lainnya
untuk geometri garis.
Gambar III-23 Perbaikan Kesalahan Gap yang dapat Di-Mark as Exception pada Poligon
undershoot overshoot
h) Pilih salah satu garis yang dianggap salah pada tabel atribut,
kemudian klik kanan, pilih Delete Highlighted
i) Lakukan validasi kembali setelah semua kesalahan telah diperbaiki,
dengan memilih tombol Validate Topology yang berada di toolbar
topology.
Geometri garis pada satu kelas fitur (sistem jaringan) yang sama jika
terdeteksi error overlap saat dilakukan pengecekkan topologi, maka bisa
dilakukan proses mark as exception apabila jaringan tersebut menempati
ruang yang sama dengan ketinggian yang berbeda. Adapun sistem jaringan
yang dapat di-mark as exception dapat dilihat pada Tabel III-11.
http://space
Lembaga Penerbangan dan
2 Citra Satelit, Foto Udara map.lapan.go
Antariksa Nasional (LAPAN)
.id/
Peta Pertanahan
Peta Pertanahan (HGU,
HGB, Hak Pengelolaan, Kementerian Agraria dan
https://bhu
Izin Lokasi, Hak Tata Ruang/Badan
16 mi.atrbpn.go.
Komunal), Peta Pertanahan Nasional
id/
Penggunaan Tanah, Peta (ATR/BPN)
Lahan Sawah
Peta Curah Hujan
https://gis.b
Badan Meteorologi,
mkg.go.id/ar
17 Peta Klimatologi Klimatologi, dan Geofisika
cgis/home/in
(BMKG)
dex.html
Peta Kebencanaan
Badan Nasional
http://inaris
18 Peta Risiko Bencana Penanggulangan Bencana
k.bnpb.go.id/
(BNPB)
Peta KRB (Gunungapi, Kementerian Energi dan
https://geop
19 Gempa Bumi, Kerentanan Sumber Daya Mineral
ortal.esdm.go
Gerakan Tanah, Tsunami) (ESDM)
Umum
1. Apakah konsekuensi jika tidak menggunakan standar basis data peta RTR?
Data yang belum atau tidak menggunakan standar basis data peta RTR
memungkinkan data tersebut tidak dapat masuk ke dalam “Basis Data
Pengarsipan” maupun diberbagipakaikan melalui aplikasi tata ruang.
2. Apakah boleh menambahkan field baru pada standar basis data peta RTR?
Diperbolehkan, karena sifat dari standar basis data peta RTR adalah standar
minimal sehingga diperbolehkan jika perlu adanya penambahan field pada data
tersebut selama tidak redundant dengan field yang sudah ada, namun field
tersebut tidak akan diberbagipakaikan melalui aplikasi tata ruang.
Untuk mengetahui definisi dan kriteria dalam permen basis data dapat melihat ke
dalam peraturan sektor terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dapat dilihat pada penjelasan di Bab 2 Halaman 15.
Untuk nomenklatur yang sudah tidak diatur pada Permen ATR/KBPN No. 14
Tahun 2020 dapat dilihat pada penjelasan di Bab 2 halaman 15, terkait perubahan
nomenklatur dapat dilihat pada halaman 16 sampai halaman 20.
6. Apakah nomenklatur dalam basis data dapat ditambahkan sendiri apabila belum
terdapat pada lampiran Permen ATR/BPN No. 14 Tahun 2020?
Penambahan nomenklatur baru hingga saat ini tidak diperbolehkan dalam basis
data peta RTR. Apabila nomenklatur tidak dapat disesuaikan dengan nomenklatur
yang diatur Permen ATR/KBPN No. 14 Tahun 2020 dapat dilihat pada penjelasan
di Bab 2 halaman 15.
7. Apakah semua nomenklatur yang tertuang dalam basis data harus diatur dalam
batang tubuh Ranperda/Raperkada?
Ya, semua nomenklatur yang tertuang dalam basis data harus diatur dalam
batang tubuh peraturan.
8. Apakah diperbolehkan membuat rencana tata ruang pada skala yang lebih detail
dari yang sudah ditetapkan?
Tidak diperbolehkan
Tidak diperbolehkan
10. Apakah peta ketentuan khusus harus dibuat peta tersendiri atau digabung
dengan peta Pola Ruang?
Boleh dibuat tersendiri ataupun digabung dengan Peta Pola Ruang. Jika dibuat
dalam peta terpisah tetap harus memunculkan pola ruang yang beririsan dengan
ketentuan khusus tersebut.
Tidak digambarkan dalam peta pola ruang, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan sektor yang membidangi kehutanan.
Tidak digambarkan dalam peta pola ruang, cukup diatur dalam APZ/KUPZ/PZ-
nya saja.
14. Apa yang harus dilakukan jika muncul error saat dilakukan load data?
Pastikan dan sesuaikan tipe field dan panjang karakter yang digunakan memiliki
spesifikasi yang sama, penjelasan dapat dilihat pada tahap ke-5 halaman 25.
Pola ruang
Pola ruang yang sesuai untuk pelabuhan perikanan adalah Kawasan Perikanan
Tangkap untuk tingkat RTRW Kabupaten/Kota dan Perikanan Tangkap untuk
tingkat RDTR
Kawasan Transportasi untuk tingkat RTRW Kota atau Zona Transportasi untuk
tingkat RDTR.
Masuk dalam klasifikasi badan air sesuai dengan lampiran Permen ATR/KBPN
14/2020 pada halaman 93.
5. Apakah perbedaan antara kawasan sumber daya air dan badan air?
Secara fungsi Kawasan Sumber Daya Air dan Badan Air sebenarnya sama, hanya
saja pada tingkat RTRW Kota diperbolehkan menggunakan nomenklatur Kawasan
Sumber Daya Air untuk kawasan yang pemanfaatannya memiliki fungsi
penggunaan air baku atau air bersih untuk kebutuhan air minum perkotaan.
Badan Jalan masuk dalam jenis rencana pola ruang kawasan peruntukan budi
daya, sedangkan badan air masuk dalam jenis rencana pola ruang kawasan
peruntukan lindung.
7. Apa saja objek yang termasuk ke dalam klasifikasi badan jalan pada basis data
Pola Ruang?
RUMAJA, RUMIJA, RUWASJA, rel kereta api, sempadan rel kereta api, sempadan
jalan tol.
Ruang Terbuka Hijau, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai, atau Sempadan Mata
Air dan Sekitar Danau atau Waduk. Namun, untuk perhitungan RTH yang
dihasilkan dari luasan perlindungan setempat, perlu diatur pembuatan tanggul
dalam indikasi program.
9. Apa nomenklatur yang sesuai untuk peruntukan industri skala kecil atau
rumahan?
Struktur ruang
Jalur sepeda dan jalur pejalan kaki pada RDTR dapat digambar terpisah apabila
tidak berada pada jalan umum atau jalan khusus.
Untuk terminal khusus sudah diakomodir dalam basis data peta RTR, sedangkan
terminal untuk kepentingan sendiri masuk ke dalam bagian dari pelabuhan,
sehingga tidak perlu digambarkan dalam Struktur Ruang.
• Cagar Budaya (solid): Ketika fungsi utama yang akan ditonjolkan atau
dipertahankan adalah ketentuan pengaturan murni untuk cagar budaya,
contoh: Candi Prambanan.
• Cagar Budaya (overlay): Ketika suatu peruntukkan memiliki fungsi utama
selain cagar budaya, namun juga memiliki fungsi tambahan yang perlu
dilestarikan sesuai dengan nilai-nilai budaya pada daerah tersebut. Overlay
cagar budaya dapat berupa bentuk ketentuan khusus ataupun TPZ.
Ketentuan khusus penyangga dapat di-overlay dengan kawasan budi daya, RTH,
maupun sempadan dengan pengaturan ketentuan yang melekat sesuai penjelasan
pada halaman 57.
Penjelasan mengenai isian dan kriteria ketentuan khusus TOD dapat dilihat pada
halaman 56.
LP2B hanya dapat ditetapkan pada kawasan pertanian pangan dan hortikultura,
namun di dalam kawasan sempadan diperbolehkan bersyarat adanya kegiatan
pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penjelasan mengenai
isian dan kriteria ketentuan khusus LP2B dilihat pada halaman 54.
6. Apa saja kegiatan yang dapat diklasifikasikan dalam ketentuan khusus pusat
penelitian?
1. Bagaimana penamaan file .mxd, feature dataset hingga feature class dalam basis
data?
Penamaan file layout (.mxd) tidak diatur, sedangkan untuk basis data termasuk
feature dataset dan feature class diatur dalam Permen ATR/BPN No. 14 Tahun
2020.
2. Bagaimana penyelesaian topologi must not have gaps yang terus menerus muncul?
Penyelesaian topologi must not have gaps yang terus menerus dapat dilakukan
dengan cara membuat poligon baru yang menutupi seluruh wilayah perencanaan,
kemudian lakukan proses “Erase” poligon baru dengan wilayah perencanaan.
Gabungkan poligon hasil proses “Erase” dengan wilayah perencanaan. Setelah itu
merge setiap poligon hasil proses “Erase” yang sudah digabungkan dengan poligon
wilayah perencanaan. Jika terasa poligonnya yang perlu di merge terlalu banyak,
maka dapat menggunakan proses “Eliminate” untuk melakukan merge secara
otomatis.
Aturan Dasar
1. Bagaimana pengaturan kegiatan (ITBX) untuk satu sub-zona yang memiliki dua
atau lebih pengaturan yang berbeda dalam satu BWP yang sama?
Dipisah menggunakan SBWP, blok atau sub-blok, jika masih terdapat aturan yang
perlu dibuat berbeda lagi dalam satu sub-blok yang sama, maka dapat diatur lebih
lanjut dalam TPZ dan/atau ketentuan khusus.
Tata ruang saat ini hanya mengatur fungsi rencana bukan kewenangan, jika
kewenangan jalan perlu diatur dalam batang tubuh, maka informasi terkait status
jalan dapat diisi di dalam field remark atau ditambahkan field sendiri di dalam
basis data.