Anda di halaman 1dari 20

 

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN PNEUMOTHORAKS DI RUANG ICU RS H. KOESNADI
BONDOWOSO

Oleh

Renata Oktavian Haris

NIM 162310101084

KEMENTERIAN RISET , TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
 

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh :

 Nama : Renata Oktavian Haris

 NIM : 162310101084

Judul : LAPORAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN PNEUMOTHORAKS
PNEUMOTHORAKS DI RUANG ICU RS H.
KOESNADI BONDOWOSO

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal : 

Jember, 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

 NIP...................................
 NIP................................... NIP....................................
NIP....................................

i
 

DAFTAR ISI 

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................


.....................................................................
..............................
....... i

DAFTAR ISI..........................................................
.................................................................................
............................................
.....................ii

BAB I. KONSEP PENYAKIT .......................................................


.........................................................................
.................. 1

1.1 Anatomi Fisiologi............................................
..................................................................
........................................
..................1
1.2 Definisi ...........................................
.................................................................
............................................
....................................
.............. 3
1.3 Epidemologi .........................................
...............................................................
............................................
.............................
....... 3
1.4 Etiologi...........................................
.................................................................
............................................
....................................
.............. 4
1.5 Patofisiologi ..........................................
................................................................
............................................
.............................
....... 5

1.6 Manifestasi Klinis ...........................................


.................................................................
........................................
.................. 6
1.7 Komplikasi ...........................................
.................................................................
............................................
.............................
....... 6
1.8 Pemeriksaan Penunjang ...........................................
..................................................................
.............................
...... 7
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis ............................................
...................................................................
.............................
...... 7
1.10 Pathway ..........................................
.................................................................
.............................................
................................
.......... 9

BAB II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ....................


...........................................
....................... 10

2.1 Proses Keperawatan


Keperawatan Berdasarkan Teori ...........................................
........................................... 10

2.2 Diagnosa Keperawatan


Keperawatan ............................................................
........................................................................
............ 12

2.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan............................................
...................................................................
...........................
.... 13
BAB III. PENUTUP .......................................
.............................................................
............................................
...........................
..... 21

3.1 Kesimpulan ..........................................


................................................................
............................................
...........................
..... 21

3.2 Saran.....................................................
...........................................................................
.............................................
...........................
.... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................


..............................................................................
..............................
........ 22

ii
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri


dari gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90
m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam
darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
 paru-paru ini kurang lebih 700.000.000
700.000.000 buah (kiri dan k
kanan).
anan).

Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus
 pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus
tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama
segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang
 banyak disebut duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
d iameternya
0,2-0,3 mm.

Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah


rongga dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk
 paru atau hilus. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura,
terbagi dua, pleura viseral dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa
udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis.

Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi


dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
 bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus.

1
 

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat


membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen
 berkurang akan menimbulkan kacau
kacau pikiran, anoksia serebialis.

Guna pernapasan :

1.  Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel – 
(sel  –  selnya)
 selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2.  Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3.  Menghangatkan dan melembabkan udara.

2
 

1.2 Definisi

Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial


antara pleural visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )

Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura,


akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan
cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ).
(Tambayong, 2000 : 108 )

Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang


memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru
tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis,
emfisema. ( Hinchllift, 1999 : 343 )

Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang


terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi
 paru. ( Corwin, 2009
2009 : 550 )

Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi


spontan atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 )

Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas


dalam rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah


 pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas
yang dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.

1.3 Epidemologi

Kekerapan angka kejadian Pneumothoraks berkisar antara 2,4 – 


2,4  –  17,8%
 17,8% per
100.000 penduduku per tahun. Menurut Barrie dkk, rasio antara perempuan
dan laki  –   laki yaitu 5 : 1. Pneumothoraks lebih sering ditemukan pada

3
 

hemitoraks kanan daripada hemithoraks kiri. Pneumothoraks bilateral kira  –  


kira 2% dari seluruh pneumothoraks spontan. Laki – 
Laki  –  laki
  laki lebih sering terkena
daripada wanita (5:1) dan paling sering terjadi pada usia 20  –   30 tahun.
Pneumothoraks spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun lebih
sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan emfisema. Lebih sering
 pada orang  –   orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus)
terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothoraks
kanan lebih sering terjadi dari pada kiri.

1.4 Etiologi

Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding


dada, atau meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui
diafragma, hal ini akibat tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis

 pneumothorax yang dikelompokan berdasarkan penyebabnya :

a.  Pneumothoraks Spontan


Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer
terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru.
Pneumothoraks ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi
udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak
spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik,
tuberkulosis, batuk rejan).
 b.  Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan).
Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk,
sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura
 perietalnya juga mengalami kerusakan (robek).

c.  Ketegangan Pneumothoraks

4
 

Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan


intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus
 pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan
merusak vena kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga
 pleura tetapi tidak dapat keluar.
d.  Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi
mekanik dan resusitasi cardiopulmonari.

1.5 Patofisiologi

Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan


kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan
klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap hingga
tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,
kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
 pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F
nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan
serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada
menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan
kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan
dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior
dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac
output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks
spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung pada

5
 

 permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum


 pleura.

1.6 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dari Pneumothoraks sangat bervariasi, tergantung kepada

 jumlah udara yang masuk ke dalam


dalam rongga pleura dan luasnya paru
paru – 
 –  paru
 paru
yang mengalami kolaps. Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi antara
lain :
   Nyeri dada berat yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika
 penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
  Sesak nafas
  Dada terasa sempit
  Mudah lelah
  Denyut jantung cepat

  Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen


  Hidung tampak kemerahan
  Cemas, stress, tegang
  Tekanan darah rendah (hipotensi)

1.7 Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.

6
 

Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian


menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
 pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.

1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.  Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop yang menunjukkan
adanay suara tambahan pada rongga dada.
2.  Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
3.  Pemeriksaan EKG
4.  Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
5.  Torasensisyang menyatakan darah / cairan serosanguinosa
6.  Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
7.  Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
8.  Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

1.9 Penatalaks
Penatalaksanaan
anaan Medis
1.  Chest Wound/ sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
 balutan tekan dibuat kedap udara dengan
dengan petroleum jelly atau
 plastik bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik,
namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga
digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya
dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat
dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension
 pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup
katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.

7
 

2.  Blast injury or tention


Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
 jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan
tusukan jarum
halus dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali
3.  Penatalaksanaan WSD (Water Sealed Drainage)
4.  Perawatan Per – 
Per –  hospital
 hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis
untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi
dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk.
Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera
dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
5.  Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral
dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb,
 bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura
melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

8
 

1.10  Pathway

Pecahnya blebs Trauma / cedera Luka tembus dada IntervensiMedis


 

Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik

Udara masuk ke dalam Sucking chest wound Pergeseran Mediastinum


kavum pleura

hipoksia
Penyumbatan aliran vena
Meningkatkan tekanan
kava superior dan inferior
intra pleura
Kehilangan kesadaran

Mengurangi Cardiac Preload


Kemampuan dilatasi
alveoli menurun koma

Menurunkan cardiac output


atelektasis Intoleransi aktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik


Sesak napas
kematian

Pola Napas tidak efektif

Nafsu makan Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas menurun

Gangguan pola tidur


Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

9
 

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1  Proses Keperawatan Berdasarkan Teori


1.  Identitas
Identitas klien yang terdiri dari nama , umur, suku/bangsa, status
 perkawinan, agama, pendidikan, alamt, nomor
nomor registrasi.
2.  Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat pengkajian , alasan utama
masuk rumah sakit.
3.  Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan dan keluhan pasien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi
timbulnya serangan, tindakan yang telah dilakukan untuk mnegurangi
gejala.
4.  Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang
 berkaitan dengan penyakit saat ini.
5.  Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang pernah diderita berhubungan dengan
 penyakit pasien saat ini.
6.  Riwayat psikososial
a.  Mengkaji dampak penyakit pasien saat ini terhadap keadaan
 psikologis pasien dan kehidupan sosialnya.
sosialnya.
 b.  Aktivitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
c.  Sirkulasi
Tanda : takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung
gallop. Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi.
d.  Makanan / cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan
e.  Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah, bingung, ansietas.

10
 

f.   Nyeri / kenyamanan


Gejala : nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk,
tiba – 
tiba  –  tiba
 tiba gejala sementara batuk atau regangan.
Tanda : Berhati  –   hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengerutkan wajah..
g.  Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas, lapar napas, batuk, riwayat bedag
dada/trauma, inflamasi/infeksi paru, penumothoraks spontan
sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak, peningkatan
kerja napas, fremitus menurun, Hippersonan (udara), bunyi pekak
(cairan), gerakan dada tidak sama .
h.  Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat faktor resiko keluarga : TBC, Kanker,bukti
kegagalan membaik.
7.  Kesan umum
Kaji kondisi pasien secara umum . Secara tidak langsung menentukan
tingkat ketergantungan pasien.
8.  Tanda
Tanda – 
 –  tanda
 tanda vital
a.  Tekanan darah
 b.  Denyut nadi
c.  Pernapasan
d.  Suhu
e.  Tinggi badan
f.  Berat badan
9.  Pemeriksaan fisik
a.  Kepala dan leher
Wajah : mungkin didapatkan pucat, grimace yang menandakan
 psien dalam ketakutan/kecemasan
 b.  Pemeriksaan intergumen / kulit dan kuku
Kulit : kaji tanda adanya sianosis
Kuku : kaji keadekuatan perfusi dengan crt

11
 

c.  Pemeriksaan payudara dan ketiak (bila diperlukan)


d.  Pemeriksaan thorax / dada
Inspeksi bentuk thorax dan pernpasan
e.  Pemeriksaan abdomen
Auscultasi : bising usus
f.  Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan)
g.  Pemeriksaan muskuloskeletal
h.  Pemeriksaan neurologi
Kesadaran , GCS
i.  Pemeriksaan status mental
2.2  Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
Domain 04, Ketidakefektifan
Ketidakefe pernapasan  b.d ekspansi paru
ktifan pola pernapasan
kelas 4 , 00032 yang tidak maksdimal karena trauma.
Domain 4, kelas Intoleransii Aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan
Intolerans penurunan
4 , 00092 akan ketahanan nyeri .
Domain 5, kelas Defisien Pengetahuan b.d Keterbatsan pengetahuan
4 , 00126  penyakitnya, tindakan yang
yang dilakukan, obat – 
obat –  oabtan
 oabtan
yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan
 perubahan gaya hidup

12
 

2.3  Intervensi Keperawatan


 No Hari / Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Paraf
Tanggal /
Jam
1. Senin , 07 Domain 04 : Setelah dilakukan asuhan 1.  Berikan posisi yang 1.  Agar pasien
Januari
2019
Aktivitas/Istirahat keperawatan selama 1 x
24 jam , klien dapat :
nyaman,
dengan
biasanya
oeninggian
merasa lebih
nyaman
Ϣ 
Kelas 4 . Respon 1.  Memperlihatkan kepala tempat tidur. 2.  Untuk
kardiovaskular/ frekuensi nafas Balik ke sisi yang mengetahui
pulmonal yang efektif sakit. Dorong klien fungsi
2.  Mengalami untuk duduk  pernapasan
00032  –    perbaikan sebanyak mungkin. klien
Ketidekefektifan pola  pertukaran gas 2.  Observasi fungsi 3.  Agar pasien
napas  pada paru – 
paru –  paru
 paru  pernapasan, catat memahami
3.  Adaptif mengatasi frekuensi tentang penyakit
Definisi : faktor – 
faktor –  faktor
 faktor  pernapasan, dispnea yang dialami
Inspirasi dan atau  penyebab. atau perubahan tanda 4.  Untuk menjaga
ekspirasi yang tidak  –  tanda
 tanda vital . klien agar tetap
memebri ventilasi 3.  Jelaskan padaa klien tenang dan

13

adekuat. bahwa tindakan dapat megikuti


tersebut dilakukan  pengobatan
untuk menjamin dengan
keamanan. maksimal
4.  Jelaskan pada klien 5.  Untuk
klien tentang etiologi mengetahui alat
/ faktor pencetus  bekerja dengan
adanya sesak atau  baik.
kolaps paru – 
paru –  paru
 paru 6.  Untuk
5.  Pertahankan perilaku mempercepat
tenang, bantu pasien  pengurangan
untuk kontrol diri nyeri yang di
dengan rasakan oleh

menggunakan klien .
 pernapasan lebih
lambat dan dalam.
6.  Perhatikan alat
 bullow drainase
 berfungsi baik, cek

14
 

setiap 1 – 
1 –  2
 2 jam.
7.  Kolaborasi dengan
tim kesehatan
lainnya. Dengan
dokter, radiologi dan
fisioterapi dalam
 pemberian
antibiotika,
analgetika,
fisioterapi dada,
konsul foto thoraks.

2. Senin , 07 Domain 4 : Aktivitas / Setelah dilakukan asuhan 1.  Catat frekuensi 1.  Untuk
Januari
2019 
Istirahat keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan
 jantung , irama , dan
 perubahan tekanan
mengetahui
kualitas
Ϣ  

Kelas 4. Respon Pengetahuan bertambah darah selama dan  perubahan


kardiovaskular / dengan Kriteria Hasil : sesudah aktivitas tekanan darah
pulmonal 1.  Pasien mampu 2.  Tingkatkan istirahat klien.
melakukan di tempat tidur 2.  Untuk

15

 
aktivitas sehari  –   3. Batasi aktivitas pada meminimalkan
00092  –   Intoleransi hari (ADLs) dasar nyeri dan energi yang
aktivitas secara mandiri  berikan aktifitas digunakan
2.  Tanda  –   tanda sensori yang tidak klien sehingga
Definisi : vital berada  berat dapat
Ketidakcukupan energi salam batas 4.  Jelaskan pola mengurangi
 psikologis atau normal  peningkatan keletihan pada
fisiologis untuk  bertahap dari tingkat klien.
mempertahankan atau aktifitas, seperti 3.  Untuk
menyelesaikan  bangun dari kursi mempercepat
aktivitas kehidupan  bila tidak nyeri,  proses
sehari  –   hari yang ambulasi dan  penyembuhan
harus atau yang ingin istirahat selama 1 klien.

dilakukan.  jam setelah makan 4.  Agar klien


5.  Kaji ulang tanda dapat
gangguan yang mengetahui
menunjukkan tidak tentang
toleran terhadap kegiatan-
aktivitas atau kegiatan yang

16
 

memerlukan  boleh
 pelaporan . dilakukan .
5.  Untuk
mengetahui
keadaan klien
setelah
dilakukan
treatment.
3. Senin , 07 Domain 5 : Persepsi / Setelah dilakukan asuhan 1.  Berikan penilaian 1.  Untuk
Januari
2019 
Kognisi keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan
tentang tingkat
 pengetahuan pasien
mengetahui
seberapa
Ϣ  

Kelas 4. Kognisi Pengetahuan bertambah tentang proses  jauh


dengan Kriteria Hasil :  penyakit yang  pemahaman
00126  –   Defisien 3.  Pasien dan spesifik. klien
Pengetahuan keluarga 2.  Jelaskan tentang
menyatakan  patofisiologi dari  penyait
Definisi :  pemahaman  penyakit dan yang
Ketiadaan atau defisien tentang penyakit,  bagaimana hal ini dialami.
informasi kognitif yang kondisi,  berhubungan dengan 2.  Agar klien

17

 berkaitan dengan topik  prognosis dan anfis dengan cara memamham


tertentu, atau  program yang tepat . i tentang
kemahiran .  pengobatan. 3.  Gambarkan tanda  bagaimana
4.  Pasien dan dan gejala yang  penyakit
keluarga mampu  biasa muncul pada tersebut
melaksanakan  penyakit, dengan dapat
 prosedur yang cara yang tepat muncul atau
dijelaskan secara 4.  Gambarkan proses dialami
 benar  penyakit, dengan oleh klien.
5.  Pasien dan cara yang tepat 3.  Agar klien
keluarga mampu 5.  Identifikasi mengetahui
menjelaskan kemungkinan tanda
kembali apa yang  penyebab, dengan ataupun

dijelaskan cara yang tepat gejala yang


 perawat / petugas 6.  Sediakan informasi dapat
kesehatan lainnya  pada pasien tentang dialami
. kondisi, dengan cara klien .
yang tepat 4.  Supaya
7.  Hindari harapan klien

18
 

yang kosong mengerti


8.  Sediakan bagi apa saja
keluarga informasi kemungkina
tentang kemajuan n penyebab
 pasien dengan cara  penyakit
yang tepat tersebut
9.  Kebiasaan yang dapat
mungkin diperlukan dialami
untuk mencegah oleh klien.
komplikasi di masa 5.  Aagr
yang akan datang keluarga
dan atau proses klien dapat
 pengontrolan memahami
 penyakit . tentang
10. Diskusikan pilihan  penyakit
terapi atau yang
 penanganan dialami
11. Dukung pasien oleh klien.
untuk 6.  Agar klien

19

mengeksplorasi atau mengetahui


mendapatkan second dan
opinion dengan cara memahami
yang tepat atau di terapi apa
indikasikan yang dapat
12. Eksplorasi dilakukan
kemungkinan sehingga
sumber atau klien dapat
dukungan, dengan meakukan
cara yang tepat terapi
13. Instruksikan pasien dengan baik
mengenai tanda dan dan paham
gejala untuk tentang

melaporkan pada terapi apa


 pemberi perawatan yang
kesehatan, dengan dilakukan.
cara yang tepat .

20
 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang


memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru
tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis,
emfisema. Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura,
akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan
cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ).
Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas dalam
rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan
rongga dada.

3.2 Saran

Bagi mahasiswa ataupun pembaca , khususnya mahasiswa


Keperawatan lebih meningkatkan pemahaman mengenai penyakit
Pneumothoraks beserta dengan konsep asuhan keperawatan yang tepat .

21

Anda mungkin juga menyukai