Hak Asasi Manusia Demokrasi Dan Korupsi Dalam Perspektif Islam
Hak Asasi Manusia Demokrasi Dan Korupsi Dalam Perspektif Islam
DISUSUN OLEH
Nikita Annada Putri Masaling (181401074)
M. Haekal Fajri Artianda S. (181401068)
Ayu Afreza Siregar (181401014)
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hak
Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi dalam Perspektif Islam”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Sumatera Utara.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................1
Bab II Pembahasan...........................................................................................2
2.1 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam...........................2
2.2 Demokrasi Dalam Pandangan Islam.............................................3
2.3 Korupsi Dalam Pandangan Islam..................................................6
BAB III Penutup...................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................8
3.2 Saran.................................................................................................8
DAFTAR PUSAKA............................................................................................................9
ii
BAB I
Pendahuluan
1
Bab II
Penjelasan
2
Islam mengajarkan bahwa manusia semuanya sama, tidak ada kelebihan
seseorang disebabkan ras, jenis kelamin, kekayaan, dan status sosial, dan
sebagainya, termasuk agama. Karena itu, tidak ada alasan bagi seseorang untuk
merampas hak atau kesempatan orang lain. Sejalan dengan itu, Islam mengajarkan
bahwa keadilan dalam segala bentuknya merupakan keharusan dan kunci
kelangsungan.
Dalam Islam terdapat beberapa prinsip-prinsip masyarakat Islam,
diantaranya:
1. Persamaan yang merata di antara segenap manusia, baik di antara per
orangan maupun kumpulan, baik diantara jenis bangsa maupun warna
kulit, ataupun antara yang mememrintah dengan yang diperintah.
2. Keadilan yang mutlak disegala lapangan: politik, ekonomi dan sosial.
3. Kemerdekaan dalam seluas-luas arti kata, baik mengenai spiritual maupun
mengenai kepentingan material.
4. Persaudaraan yang mendalam karena dorongan semangat keagamaan
yang suci.
5. Persatuan yang bulat, berdasarkan persaudaraan.
6. Saling membantu dan membela dari segala gangguan.
7. Memelihara kesopanan dan kehormatan, baik mengenai masyarakat
umum maupun mengenai kekeluargaan ataupun perseorangan.
8. Menjunjung akhlak yang mulia dan sifat-sifat utama.
9. Memiliki bersama (istikhlaf) segala benda ciptaan Tuhan di darat, lautan,
dan udara, ataupun di angkasa raya.
10. Meratakan kekayaan di antara segala manusia, baik secara pribadi (harta
warisan, pembayaran zakat, dan sedehak-sedekah yang lainnya), maupun
dengan campur tangan pemerintah.
11. Mengasihani sesama makhluk dan berbuat kebajikan (sosial).
12. Memegang teguh prinsip “musyawarah”.
Hak asasi manusia tidak terlepas dari persoalan etika dan ke yakinan.
Keyakinan (cara pandang) sebagai fondasinya, sementara etika berkaitan dengan
“prosedur pelaksanaannya”. Keyakinan yang menjadi fondasinya adalah martabat
manusia dan kesamaan manusia. Konsep HAM, etika, dan keyakinan yang
menjadi fondasinya seharusnya sejalan. Pelaksanaan HAM tanpa memperhatikan
etika yang melekat padanya akan meruntuhkan fondasinya sendiri.
3
Cita-cita politik islam adalah untuk menciptakan tata sosial yang anggun
dan hidup di muka bumi yang adil didasarkan pada etika. Hal ini menunjukan
bahwa ide tauhid dan kemaunusiaan yang begitu sentral dalam islam telah
memberikan ontologi bagi bangunan sebuah masyarakat dan peradaban yang
hendak dibangun. Di atas landasan ontologi yang kuat, masyarakat yang hendak
dibangun itu haruslah terbuka, demokratik, toleran dan damai. Empat ciri-ciri
tersebut hendaklah menjadi acuan bagi semua gerakan pembangunan moral dan
masyarakat di dunia ini.
Dalam sistem demokrasi yang diinginkan islam, nilai-nilai intelektual dan
nilai-nilai spiritual haruslah saling melengkapi. Demokrasi harus mempunyai
orientasi moral. Dibawah demokrasi spiritual, masalah keadilan tidak lagi menjadi
isu politik karena lawannya berupa ketidakadilan dinilai masyarakat sebagai
budaya yang amat rendah dan tak patut dilakukan oleh manusi beradab.
Politik demokratis memerlukan toleransi, tanpa toleransi sosial, manusia
tidak akan bisa hidup dengan damai. Dalam demokrasi semua harus
bersatu,menghargai perbedaan dan tidak membiarkan perbedaan masing-masing
membedakan mereka sebagai masyarakat dan sebagai manusia.
Terdapat 3 prinsip umum ketatanegaraan dalam pandangan islam:
1. Prinsip Musyawarah (shura)
[42:38] Asy-Syura: Ayat 38 - الشورى
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.
Ayat pertama menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang
menyangkut masyarakat atau kepentingan umum Nabi selalu mengambil
keputusan setelah me-lakukan mesyawarah dengan para sahabat-nya. Ayat
4
kedua menekankan perlunya diadakan musyawarah, atau lebih tegasnya umat
Islam wajib bermusyawarah dalam memecahkan setiap masalah kenegaraan.
Kewajiban ini terutama dibebankan kepada setiap penyelenggara kekuasaan
negara dalam melaksanakan kekuasaannya.
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat tersebut di atas sekurang-kurangnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Orang-orang yang beriman wajib me-negakkan keadilan.
b. Setiap mukmin apabila ia menjadi saksi ia diwajibkan menjadi saksi
karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil..
c. Manusia dilarang mengikuti hawa nafsu.
d. Manusia dilarang menyelewengkan ke-benaran.
5
Kewajiban menerapkan kekuasaan negara yang adil, jujur, dan bijaksana
Kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman yang seadil-adilnya
Kewajiban penyelenggara negara untuk mewujudkan suatu tujuan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di bawah keridhaan Allah.
Kewajiban penyelenggara negara untuk mewujudkan suatu tujuan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di bawah keridhaan Allah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
6
Istilah dari penggunaan mempunyai pengartian yang luas seperti
menyantap, mengeluarkan untuk keperluan ibadah, keperluan sosial dan lain
sebagainya. Menggunakan harta kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama
saja dengan hasil rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram lainnya.
Dengan cara meraihnya yang sama, maka hukum menggunakan hasilnya juga
tentunya sama. Ulama fikih dalam urusan ini juga sepakat jika menggunakan harta
yang didapat dengan cara terlarang maka hukumnya adalah haram karena prinsip
harta tersebut bukan menjadi milik yang sah namun milik orang lain yang didapat
dengan cara terlarang.
Para ulama juga menggunakan kaidah fikih yang memperlihatkan
keharaman dalam memakai harta korupsi yakni “apa yang diharamkan
mengambilnya, maka haram juga untuk memberikan atau memanfaatkannya.”
Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk menggunakannya, maka
selama itu juga pelaku akan diharuskan untuk mengembalikan pada pemilik harta
yang sah. Apabila ulama fikih sepakat untuk mengharamkan menggunakan harta
kekayaan yang didapat dengan cara korupsi, maka mereka berbeda pendapat
mengenai akibat hukum dari menggunakan hasil korupsi itu.
7
Bab III
Penutupan
3.1 Kesimpulan
1. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia
sangat dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam bersifat
teosentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat
dipentingkan.
2. Demokrasi Dalam Islam menjunjung tinggi Keadilan Atas hak-hak
masyarakat sebagai manusia agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan
damai.
3. Pada dasarnya korupsi adalah mengambil hak milik orang lain yang
dimana itu tetap tidak dibenarkan dalam islam
3.2 Saran
8
Daftar Pustaka
1. Zakiah, 2018. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Medan:
Perdana Publishing
2. Andi Herawati. 2016. Konsep Ketatanegaraan Dalam Islam. Makalah. Dikutip
dari
http://jurnaldiktum.blogspot.com/2015/01/800x600-normal-0-false-false-false-in-
x.html
3. Zuliaden Jayus. 2014. Korupsi Menurut Islam. Makalah. Dikutip dari
http://zuliaden-jayus.blogspot.com/2014/08/makalah-korupsi-menurut-islam.html
4. Muhammad Salim. 2013. Hukum, Ham, dan Demokrasi Dalam Islam. Makalah.
Dikutip dari http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/hukum-ham-dan-
demokrasi-dalam-islam_6683.html