Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEORI FORTOFOLIO

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. RATNA NPM. 101901126
2. RENDI PURNOMO AJI NPM. 101901086
3. HAIRINA HAMID NPM. 101901096
4. FARDIN NPM. 101901078
5. AULIA AMRIN NPM. 101901032
6. ROSMITHA SYALIMBONA NPM. 101901095
7. WA ODE CITRALA SAPUTRI NPM. 101901030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada

kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Tugas Mata

Kuliah Teori Investasi dan Analisis Fortofolio yang berjudul “TEORI

PORTOFOLIO”.

Kami menyadari tentunya dalam penyusunan atau pembuatan makalah ini

masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bentuk. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk

menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Kami ucapkan banyak

terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah

ini. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan

motivasi dan semangat yang tinggi.

Baubau, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1  Latar Belakang.................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................2
1.3  Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
2.1 Pengertian Portofolio........................................................................4
2.2 Pengertian Teori Portofolio..............................................................5
2.3 Pemilihan Portofolio.......................................................................11
2.4 Pembentukan Portofolio..................................................................12
2.5 Penilaian Kinerja Portofolio............................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen dan aset

investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Portofolio juga

dapat diartikan sebagai bagaimana cara seorang investor menghasilkan

keuntungan yang optimal dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada

berbagai jenis investasi yang berada di pasar modal.

Properti, saham, instrumen pendapatan tetap seperti obligasi, sampai uang

tunai atau setara kas merupakan isi dari portofolio. Namun saat ini, portofolio

lebih diutamakan pada aset investasi yang likuid seperti: saham, instrumen

pendapatan tetap dan kas atau setara kas.

Dalam dunia pasar modal, para investor memiliki preferensi dan karakter

yang berbeda-beda dalam menghadapi risiko. Ada Investor yang menyukai risiko

(risk seeker) yaitu Investor tipe ini berani mengambil risiko tinggi dengan harapan

mendapat imbal hasil yang tinggi pula. Investor dengan karakter tersebut

cenderung agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. Ada juga

Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) yaitu Investor tipe ini

meminta kenaikan imbal hasil yang sama untuk setiap kenaikan tingkat risiko.

Investor dengan karakter ini cenderung hati-hati dan fleksibel dalam mengambil

keputusan investasi. Tetapi ttidak menutup kemungkinan ada pula Investor yang

tidak menyukai risiko (risk averter) yaitu Investor tipe ini hanya berani

mengambil risiko tingkat rendah dengan imbal hasil yang rendal pula. Tipikal

1
investor tidak suka mencari risiko dan cenderung memikirkan secara matang

sebelum mengambil keputusan investasi.

Meskipun investasi dipasar modal menjanjikan tingkat pengembalian yang

lebih tinggi, namun jika semakin besar pengembalian maka semakin besar pula

resiko yang dihadapi. Oleh karena itu maka investor dituntut untuk berfikir secara

rasional dan juga memperhatikan bagaimana cara pengembalian yang optimal

pada tingkat resiko yang minimal. Agar tujuan untuk mendapatkan keuntungan

dari penyertaan modalnya bisa membuat investor mendapatkan hasil yang

optimal. Pihak investor harus melakukan analisis terhadap saham-saham yang

dibelinya. Kegagalan bisa saja terjadi jika investor mendapatkan informasi yang

terlalu banyak (overload information) yang menyebbkan investor tidak bisa

mengambil informasi yang relevan dan paling dibutuhkan dalam menganalisis

portofolio.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk memperoleh

kejelasan masalah yang akan dibahas, maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan portofolio

2. Apa itu teori portofolio?

3. Apa itu pemilihan fortofolio?

4. Bagaimana pembentukan fortofolio?

5. Bagaimana penilaian fortofolio?

2
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang portofolio dan teori portofolionya,

2. Untuk mengeetahui teori fortofolio

3. Untuk mengetahui pemilihan fortofolio

4. Untuk mengetahui pembentukan fortofolio

5. Untuk mengetahui penilaian fortofolio

3
.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Portofolio

Arti harfiah dari portofolio adalah sekumpulan investasi (Suad

Husnan,2005;49). Sedangkan secara umum, portofolio adalah suatu

kombinasi dari investasi sejumlah asset dengan tingkat keuntungan dan risiko

yang berbeda-beda dalam jangka waktu tertentu. Pembentukan portofolio

merupakan salah satu alternatif yang umum dipilih dalam rangka menerapkan

gagasan utility maximization.

Sedangkan menurut Sentanoe Kertonegoro (1995;215), portofolio

adalah suatu kumpulan investasi yang digabungkan untuk memenuhi tujuan

investasi. Hampir serupa dengan pendapat Agus Sartono (2001;143), bahwa

portofolio adalah sekumpulan investasi baik berupa asset riil (real assets)

maupun asset keuangan (financial assets). Kesempatan investasi pada

financial assets dapat berupa saham biasa, saham preferen, obligasi

perusahaan, dan surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan

kesempatan investasi pada real assets dapat berupa gedung, tanah, kendaraan,

dan aktiva berwujud lainnya.

Portofolio juga merupakan kombinasi atau sekumpulan aset yang

dimiliki oleh investor. Abdul Halim menjelaskan bahwa portofolio adalah

gabungan atas sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset finansial

yang dimiliki oleh investor.

4
Menurut Harold dalam jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,

portofolio diartikan sebagai bagaimana cara seorang investor menghasilkan

keuntungan yang optimal dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu

pada berbagai jenis investasi.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

portofolio adalah kombinasi dari sekumpulan aset baik aset riil maupun aset

finansial yang dimiliki oleh investor dan dapat menghasilkan keuntungan

dimasa yang akan mendatang untuk pemiliknya.

2.2 Pengertian Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai

pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang

dapat diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio yang

optimal. Teori portofolio ini saling berkaitan dengan teori pasar modal yang

berdasar pada pengaruh keputusan investor terhadap harga sekuritas serta

menunjukkan hubungan yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan

risiko sekuritas jika investor membentuk portofolio yang sesuai dengan teori

portofolio. Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan

pengembalian keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia

kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio.

Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa

tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian

menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Makin besar risiko

5
atas investasi atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang

diinginkan untuk menutup risiko tersebut.

Tujuan dibentuknya portofolio adalah untuk memperkecil risiko tanpa

mengorbankan pengembalian yang dihasilkan melalui cara diversifikasi.

Diversifikasi portofolio adalah menyebar risiko ke beberapa sekuritas yang

dipilih. Diversifikasi atau penyebaran portofolio dilakukan dengan

memasukkan berbagai aktiva dari seluruh kelompok aktiva yang ada. Seperti

saham, obligasi, deposito, aset riil dan sebagainya. Diversifikasi portofolio

juga bisa dilakukan dengan mengkhususkan diri dalam satu kelompok aktiva

saja, misalnya saham. Akan tetapi, investor akan menemukan masalah dalam

membentuk suatu portofolio karena banyaknya sekuritas yang ada.

Banyaknya kombinasi sekuritas meyebabkan banyaknya portofolio.

Untuk mengatasi masalah itu, investor yang rasional akan membentuk

portofolio yang optimal. Investor rasional diasumsikan sebagai orang yang

memilih lebih banyak daripada memilih yang sedikit. Misalnya, dalam

kondisi kerja yang sama, orang yang rasional akan memilih mendapat gaji

Rp. 5 juta daripada gaji Rp. 3 juta.

Portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan imbal hasil

harapan maksimal dengan tingkat risiko yang sama atau portofolio yang

mengandung tingkat risiko minimal dengan imbal hasil harapan yang sama.

Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sejumlah

portofolio efisien sesuai dengan karakter investor. Portofolio optimal

didasarkan pada asumsi semua investor adalah risk averse. Yaitu

6
mengusahakan tambahan tingkat return yang semakin besar untuk tambahan

satu unit risiko yang sama. Portofolio efisien merupakan portofolio yang baik,

tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio terbaik, yaitu portofolio

optimal. Portofolio optimal adalah portofolio efisien. Sedangkan portofolio

efisien belum tentu portofolio optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan

dengan menggunakan aktiva bebas risiko. Aktiva bebas risiko adalah aktiva

yang mempunyai return ekspektasi tertentu tanpa adanya risiko. Aktiva bebas

risiko atau risk free rate dalam penghitungan indeks tunggal biasanya

menggunakan BI rate atau suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk

saham konvensional.

Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah return

yang yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan

sifatnya belum terjadi. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) tersebut,

berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum

diketahui persis nilainya. Return ekspektasi dan tingkat risiko mempunyai

hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar

return yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.

Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang

merupakan kuadrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran

ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari

rata-ratanya. Risiko portofolio juga dapat diukur dengan besarnya deviasi

standar atau varian dari nilai return-return sekuritas tunggal di dalamnya.

7
Dengan demikian, varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio

dapat dituliskan sebagai berikut :

Jika return portofolio (Rp) yang ada di atas dan return porotfolio

ekspektasi disubstitusikan, maka menjadi persamaan :

Var(Rp) = E[(a. Ra + b. Rb) – E(a. Ra + b. Rb)]2

= E[a. Ra + b. Rb – E(a. Ra) – E(b. Rb)]2

= E[a. Ra – a. E(Ra)) + (b. Rb – b. E(Rb))]2

= E[(a. (Ra – E(Ra)) + (b. (Rb – E(Rb))]2

= E[(a2. (Ra – E(Ra))2 + (b2. (Rb - E(Rb))2 + 2.a.b. (Ra – E(Ra)).

(Rb -E(Rb))]

= a2. E[Ra – E(Ra))]2 + b2. E[Rb – E(Rb)2 + 2.a.b. E(Ra – E(Ra)).

(Rb – E(Rb))]

maka,

Var(Rp) = σp2 = a2. Var(Ra) + b2. Var(Rb) + 2.a.b. (Cov(Ra,Rb)

Kovarian antara return saham A dan B yang ditulis sebagai Cov(Ra, Rb)

atau σRa,Rb, menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return

sekuritas A dan B. Nilai kovarian positif menunjukkan nilai-nilai dari dua

variabel bergerak kearah yang sama, yaitu jika satu meningkat, yang lainnya

juga meningkat atau jika satu menurun, yang lainnya juga menurun.

8
Nilai kovarian yang negatif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel

bergerak kearah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat, maka yang

lainnya menurun, dan sebaliknya. Kovarian yang didasarkan pada return-

return ekspektasi dari sekuritas A dan B dapat dihitung dengan rumus :

Cov(Ra,Rb) = σRa,Rb =

dimana :

Cov(Ra,Rb) = kovarian return saham antara saham A dan saham B

Rai = return masa depan antara saham A kondisi ke-i

Rbi = return masa depan saham B kondisi

E(Ra) = return ekspektasi saham A

E(Rb) = return ekspektasi saham B

ρi = probabilitas terjadinya masa depan untuk kondisi ke-i

n = jumlah dari kondisi masa depan (i = 1,2,…n)

Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi.

Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua

variabel relative terhadap masing-masing deviasinya. Dengan demikian, nilai

koefisien korelasi antara variabel A dan variabel B (rab = ρab) dapat dihitung

dengan membagi nilai kovarian dengan deviasi variabel-variabelnya.

9
Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio

adalah return untuk masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif

dan sempurna. Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -

1. Nilai koefisien korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai

koefisien korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien

korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna.

Jika dua buah aktiva memiliki return dengan koefisien korelasi +1

(positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat didiversifikasi atau

risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan risiko aktiva individualnya.

Jika dua buah aktiva memiliki return dengan koefisien korelasi -1 (negative

sempurna), maka semua risikonya dapat didiversifikasi atau risiko portofolio

akan sama dengan nol. Jika koefisiennya di antara +1 dan -1, maka akan

terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua

risikonya.

Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk

portofolio yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat

didiversifikasikan (diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk)

atau risiko spesifik (specific risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko

yang tidak sistematik (unsystematic risk). Karena risiko ini unik untuk suatu

perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi

dengan hal baik yang terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat

didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh dari risiko ini adalah pemogokan

bruh, tuntutan pihak lain, dan sebagainya.

10
Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan oleh portofolio

disebut dengan non-diversifiable risk atau risiko pasar (marke risk) atu risiko

umum (general risk) atau risiko sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi

karena kejadian-kejadian di luar kegiatn perusahaan, seperti inflasi, resesi,

dan lain sebagainya.

2.3 Pemilihan Portofolio

Di dalam membentuk suatu portofolio, terdapat permasalahan yakni

terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari

kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi ini dapat

mencapai jumlah yang tidak terbatas. Belum lagi kombinasi ini juga

memasukkan aktiva bebas risiko di dalm pembentukan portofolio. Jika

terdapat kemungkinan portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan

timbul pertanyaan mana yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah

rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio

optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau model

indeks tunggal. Untuk menentukan portofolio yang optimal dengan model-

model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan portofolio yang

efisien. Untuk model-model ini, semua portofolio yang optimal adalah

portofolio yang efisien. Karena tiap-tiap investor memiliki kurva berbeda,

portofolio akan berbeda untuk masing-masing investor. Investor yang lebih

menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan

membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang

kurang menyukai risiko. Jika aktiva tidak berisiko, seperti SBI,

11
dipertimbangkan, maka aktiva ini dapat merubah portofolio optimal yang

mungkin sudah dipilih oleh investor.

Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang

memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau

memberikan risiko terkecil dengan return ekspektasi yang sudah tertentu.

Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return

ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan

tingkat risiko yang tertentu kemudian memaksimumkan return ekspektasinya.

Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien ini karena

merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua

dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio.

2.4 Pembentukan Portofolio

Portofolio adalah kombinasi atas sekuritas yang dimiliki oleh investor.

Tujuan dibentuknya portofolio untuk memperkecil risiko yang ditanggung

melalui diversifikasi, yaitu menyebar risiko ke beberapa sekuritas yang

dipilih.

Untuk membentuk portofolio sebaiknya pemodal mempunyai dana

yang cukup dalam melakukan diversifikasi, pengetahuan tentang analisis atas

sekuritas yang dipilih dan waktu yang akan digunakan untuk mengamati

kegiatan investasinya tersebut. Dalam kenyataannya tidak banyak pemodal

yang mempunyai kemampuan seperti diatas sehingga pemodal tersebut

menyerahkan pengelolaan dananya pada manajer investasi atau dengan

12
membeli instrumen investasi reksadana berupa unit penyertaan dana

(Wibowo, 2005:14)

2.5 Penilaian kinerja portofolio

Penilaian terhadap kinerja portofolio diperlukan untuk mengetahui

aspek tingkat return yang diperoleh dan risiko yang ditanggung. Portofolio

yang memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi belum tentu lebih baik

dari portofolio yang lain jika faktor risiko tidak diperhatikan. Standar

metodean diperlukan dalam melakukan penilaian kinerja portofolio.

Menurut Suad Husnan (2005;449-451), evaluasi kinerja portofolio

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Melakukan perbandingan langsung. Salah satu cara membandingkan

kinerja suatu portofolio adalah dengan membandingkannya dengan

portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu

portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum

tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi.

2. Menggunakan ukuran kinerja tertentu,Ukuran kinerja tertentu (one-

parameter performance measures) perlu dikaitkan dengan risiko.

Penggunaan ukuran tertentu dilakukan dengan menggunakan parameter-

parameter seperti (1) excess return to standard deviation, (2) differential

return apabila risiko diukur dengan deviasi standar, (3) excess return to

beta, dan (4) differential return apabila risiko diukur dengan beta.

13
Jika menggunakan parameter tertentu maka terdapat tiga indeks

yang biasanya digunakan yaitu

a) Indeks Sharpe

Halim (2005 : 68) mengatakan bahwa pengukuran dengan metode

sharpe berdasarkan atas risiko antara excess return terhadap standar

deviasi. Rasio yang dihitung adalah merupakan kemiringan garsi

yang menghubungkan portofolio yang beresiko dengan kesempatan

investasi bebas risiko (Rf). Kemiringan garis inilah yang digunakan

sebagai Sharpe Measure, dirumuskan sebgai berikut:

Contoh soal :
Hitunglah kinerja portofolio A, B,C, serta portofolio pasar menggunakan
Indeks Sharpe :
Jawaban:
Diketahui: RpA = 17,1 ; RpB = 14,5 ; RpC = 13,1 ; Rm = 11,0
SDA = 28,1 ; SDB = 19,78 ; SDC = 22,8 ; SDm = 52,5 ; Rf = 8,6
Jawab :
Spi = (Rpi – Rf) : SDi
SpA = (17,1 – 8,6) : 28,10 = 0,302
SpB = (14,5 – 8,6) : 19,78 = 0,299

14
SpC = (13,1 – 8,6) : 22,8 = 0,197
Spm = (11,0 – 8,6) : 52,5 = 0,045
Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio manajer berdasarkan tingkat

imbal hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan

risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada

denominatornya). Oleh karena itu, indeks Sharpe lebih sesuai untuk

portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat

memperhitungkan risiko portofolio. Pengukuran kinerja portofolio

menggunakan indeks Sharpe sering disebut dengan reward to variability

ratio

b) Indeks Treynor

Wiksuaksana dan Purnawati (2008 : 174) mengatakan bahwa

Indeks Treynor mengukur kinerja potofio dengan cara menghubungkan

tingkat return portofolio dengan besarnya resiko pada portofolio

tersebut. Asumsi yang digunakan adalah portofolio sudah

terdiversifikasi dengan baik sehingga, resiko yang diangap relevan

adalah resiko sitematis.

15
Contoh soal :
Hitunglah kinerja portofolio A, B,C, serta portofolio pasar menggunakan
Indeks Treynor :
Jawaban:
Diketahui: RpA = 17,1 ; RpB = 14,5 ; RpC = 13,1 ; Rm = 11,0
βpA = 1,2 ; βpB = 0,92 ; βpC = 1,04 ; βpm = 1 ; Rf = 8,6
Jawab :
Tpi = (Rpi – Rf) : βpi
TpA = (17,1 – 8,6):1,20 = 7,08
TpB = (14,5 – 8,6):0,92 = 6,41
TpC = (13,1 – 8,6):1,04 = 4,23
Tpm = (11,0 – 8,6):1,00 = 2,40
Karena pengukuran menggunakan indeks Treynor ini hanya

memperhitungkan risiko sistematik (yang dapat diukur menggunakan

beta), maka diasumsikan bahwa investor sudah mempunyai portofolio

yang terdiversifikasi. Oleh karena itu, risiko tidak sistematik (atau risiko

yang dapat didiversifikasi) tidaklah dipertimbangkan. Akibatnya,

pengukuran kinerja ini sebaiknya hanya digunakan oleh investor yang

memiliki portofolio yang telah terdiversifikasi.

16
c) Indeks Jensen

Husnan (2001) mengatakan ahwa Indeks Jensen merupakan

pengembangan dari metode CAPM. Indeks ini mengukur perbedaan

antara tingkat return aktual dengan tingkat return yang diharapakn dari

suatu portofolio dengan patokan garis security market line. Dalam

keadaan ekulibrium, semua portofolio akan berada pada garis Security

Market Line sehingga, jika suatu portofolio memiliki tingkat return

yang berbeda maka, akan terdapat differential return. Nilai inilah yang

kemudian diukur menggunakan persamaan :

Contoh soal :
Hitunglah kinerja portofolio A, B,C, serta portofolio pasar menggunakan
Indeks Jensen :
Jawaban:
Diketahui: RpA = 17,1 ; RpB = 14,5 ; RpC = 13,1 ; Rm = 11,0
βpA = 1,2 ; βpB = 0,92 ; βpC = 1,04 ; βpm = 1 ; Rf = 8,6
Jawab :
Jpi = ( Rpi – Rf) – ( Rm – Rf) x βpi

17
JpA = ( 17,1 – 8,6 ) – ( 11,0 – 8,6 ) x 1,20 = 7,32
JpB = ( 14,5 – 8,6 ) – ( 11,0 – 8,6 ) x 0,92 = 3,22
JpC = ( 13,1 – 8,6 ) – ( 11,0 – 8,6 ) x 1,04 = 2,18
Jpm = ( 11,0 – 8,6 ) – ( 11,0 – 8,6 ) x 1 = 0

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Portofolio adalah kombinasi dari sekumpulan aset baik aset riil maupun

aset finansial yang dimiliki oleh investor dan dapat menghasilkan keuntungan

dimasa yang akan mendatang untuk pemiliknya. Sedangkan Teori portofolio

merupakan teori yang berhubungan mengenai pengembalian portofolio yang

diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang dapat diterima, serta

menunjukkan cara pembentukan portofolio yang optimal. Teori portofolio ini

saling berkaitan dengan teori pasar modal yang berdasar pada pengaruh

keputusan investor terhadap harga sekuritas serta menunjukkan hubungan

yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan risiko sekuritas jika investor

membentuk portofolio yang sesuai dengan teori portofolio.

Proses portofolio mempunyai empat tahap yaitu tahap tujuan investasi,

tahap ekspektasi pasar, tahap membangun portofolio, dan tahap evaluasi

kinerja

3.2 Saran

Penyusun mencoba memberi saran kepada para investor baru agar

lebih berani dalam mencoba berbisnis didalam pasar modal tetapi juga

investor diharuskan untuk lebih teliti, cermat dalam memilih perusahaan yang

akan ditanami modalnya dengan memilih saham yang aman, bisa

memberikan keuntungan dan manfaat yang diharapkan investor dimasa yang

akan datang.

19
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah in. Kami menyadari tentunya masih banyak

kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam makalah ini baik itu

dikerenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki maupun yang lainya

sehingga saran sangat kami perlukan guna mendapatkan pemahaman dan

pembuatan makalah lain yang lebih baik lagi

20
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta:Salemba Empat.

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

BPEF-YOGYAKARTA.

Andy P. Tambunan. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).

Jakarta: PT Elex Media.

Donald E. Fischer, Ronald J. Jordan. Security analysis and portfolio management.

Frank J. Fabozzi.1999. Manajemen Investasi, Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba

Empat.

Harorld , Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi

Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi

keempat. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Harorld , Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi

http://www.wikipedia.com

http://www.google.com

https://abdulrofiqsulaimanblog.wordpress.com/.

Kertonegoro, Sentanoe. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya

Press.

Richard Burton, Simatupang. 2007. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka

Cipta.

Uu No.7 tahun 1992

Uu No.10 tahun 1998

21

Anda mungkin juga menyukai