Anda di halaman 1dari 32

TEORI PORTOFOLIO

MATA KULIAH : Manajemen Keuangan

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
S1 AKUNTANSI/A
SEMESTER 3

ADE IRMA (181660SA)

IVAN LUTHFIANSYAH (181644SA)


IDA BAGUS KEDIRI W.P (18655SA)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM


JALAN PENDIDIKAN N0.1 MATARAM
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada

kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Tugas

Manajemen Keuangan yang berjudul “TEORI PORTOFOLIO”.

Kami menyadari tentunya dalam penyusunan atau pembuatan makalah ini

masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bentuk. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk

menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Kami ucapkan banyak

terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah

ini. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan

motivasi dan semangat yang tinggi.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Portofolio ....................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Teori Portofolio ................................................... 4
2.1.2 Pemilihan Portofolio .............................................................. 6
2.1.3 Pembentukan Portofolio ........................................................ 8
2.1.4 Penilaian Kinerja Portofolio .................................................. 8
2.2 Pengertian Investasi ........................................................................ 11
2.3 Surat Berharga ............................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Saham ................................................................. 15
2.3.2 Manfaat Investasi Saham ...................................................... 16
2.3.3 Resiko Investasi Saham ........................................................ 18

BAB III STUDI KASUS


3.1 Contoh Kasus ................................................................................... 20
3.2 Analisis Kasus .................................................................................. 23

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen dan aset

investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Portofolio juga

dapat diartikan sebagai bagaimana cara seorang investor menghasilkan

keuntungan yang optimal dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada

berbagai jenis investasi yang berada di pasar modal.

Properti, saham, instrumen pendapatan tetap seperti obligasi, sampai uang

tunai atau setara kas merupakan isi dari portofolio. Namun saat ini, portofolio

lebih diutamakan pada aset investasi yang likuid seperti: saham, instrumen

pendapatan tetap dan kas atau setara kas.

Dalam dunia pasar modal, para investor memiliki preferensi dan karakter

yang berbeda-beda dalam menghadapi risiko. Ada Investor yang menyukai risiko

(risk seeker) yaitu Investor tipe ini berani mengambil risiko tinggi dengan harapan

mendapat imbal hasil yang tinggi pula. Investor dengan karakter tersebut

cenderung agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. Ada juga

Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) yaitu Investor tipe ini

meminta kenaikan imbal hasil yang sama untuk setiap kenaikan tingkat risiko.

Investor dengan karakter ini cenderung hati-hati dan fleksibel dalam mengambil

keputusan investasi. Tetapi ttidak menutup kemungkinan ada pula Investor yang
tidak menyukai risiko (risk averter) yaitu Investor tipe ini hanya berani

mengambil risiko tingkat rendah dengan imbal hasil yang rendal pula.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk memperoleh

kejelasan masalah yang akan dibahas, maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan portofolio dan teori portofolio?

2. Apa yang dimaksud dengan portofolio investasi?

3. Apa yang dimaksud dengan saham ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang portofolio dan teori portofolionya,

2. Untuk mengetahui tentang portofolio investasi.

3. Untuk mengetahui lebih banyak tentang saham.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Portofolio

Arti harfiah dari portofolio adalah sekumpulan investasi (Suad

Husnan,2005;49). Sedangkan secara umum, portofolio adalah suatu kombinasi

dari investasi sejumlah asset dengan tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda-

beda dalam jangka waktu tertentu. Pembentukan portofolio merupakan salah satu

alternatif yang umum dipilih dalam rangka menerapkan gagasan utility

maximization.

Sedangkan menurut Sentanoe Kertonegoro (1995;215), portofolio adalah

suatu kumpulan investasi yang digabungkan untuk memenuhi tujuan investasi.

Hampir serupa dengan pendapat Agus Sartono (2001;143), bahwa portofolio

adalah sekumpulan investasi baik berupa asset riil (real assets) maupun asset

keuangan (financial assets). Kesempatan investasi pada financial assets dapat

berupa saham biasa, saham preferen, obligasi perusahaan, dan surat berharga yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Sedangkan kesempatan investasi pada real assets

dapat berupa gedung, tanah, kendaraan, dan aktiva berwujud lainnya.

Portofolio juga merupakan kombinasi atau sekumpulan aset yang dimiliki

oleh investor. Abdul Halim menjelaskan bahwa portofolio adalah gabungan atas

sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh

investor.
Menurut Harold dalam jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, portofolio

diartikan sebagai bagaimana cara seorang investor menghasilkan keuntungan yang

optimal dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada berbagai jenis

investasi.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa portofolio

adalah kombinasi dari sekumpulan aset baik aset riil maupun aset finansial yang

dimiliki oleh investor dan dapat menghasilkan keuntungan dimasa yang akan

mendatang untuk pemiliknya.

2.1.1 Pengertian Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai

pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang

dapat diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio yang

optimal. Teori portofolio ini saling berkaitan dengan teori pasar modal yang

berdasar pada pengaruh keputusan investor terhadap harga sekuritas serta

menunjukkan hubungan yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan

risiko sekuritas jika investor membentuk portofolio yang sesuai dengan teori

portofolio. Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan

pengembalian keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia

kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio.

Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa

tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian

menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Makin besar


risiko atas investasi atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang

diinginkan untuk menutup risiko tersebut.

Tujuan dibentuknya portofolio adalah untuk memperkecil risiko tanpa

mengorbankan pengembalian yang dihasilkan melalui cara diversifikasi.

Diversifikasi portofolio adalah menyebar risiko ke beberapa sekuritas yang

dipilih. Diversifikasi atau penyebaran portofolio dilakukan dengan

memasukkan berbagai aktiva dari seluruh kelompok aktiva yang ada. Seperti

saham, obligasi, deposito, aset riil dan sebagainya. Diversifikasi portofolio

juga bisa dilakukan dengan mengkhususkan diri dalam satu kelompok aktiva

saja, misalnya saham. Akan tetapi, investor akan menemukan masalah dalam

membentuk suatu portofolio karena banyaknya sekuritas yang ada.

Banyaknya kombinasi sekuritas meyebabkan banyaknya portofolio.

Untuk mengatasi masalah itu, investor yang rasional akan membentuk

portofolio yang optimal. Investor rasional diasumsikan sebagai orang yang

memilih lebih banyak daripada memilih yang sedikit. Misalnya, dalam

kondisi kerja yang sama, orang yang rasional akan memilih mendapat gaji

Rp. 5 juta daripada gaji Rp. 3 juta.

Portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan imbal hasil

harapan maksimal dengan tingkat risiko yang sama atau portofolio yang

mengandung tingkat risiko minimal dengan imbal hasil harapan yang sama.

Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sejumlah

portofolio efisien sesuai dengan karakter investor. Portofolio optimal

didasarkan pada asumsi semua investor adalah risk averse. Yaitu


mengusahakan tambahan tingkat return yang semakin besar untuk tambahan

satu unit risiko yang sama. Portofolio efisien merupakan portofolio yang baik,

tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio terbaik, yaitu portofolio

optimal. Portofolio optimal adalah portofolio efisien. Sedangkan portofolio

efisien belum tentu portofolio optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan

dengan menggunakan aktiva bebas risiko. Aktiva bebas risiko adalah aktiva

yang mempunyai return ekspektasi tertentu tanpa adanya risiko. Aktiva bebas

risiko atau risk free rate dalam penghitungan indeks tunggal biasanya

menggunakan BI rate atau suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk

saham konvensional.

Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah return

yang yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan

sifatnya belum terjadi. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) tersebut,

berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum

diketahui persis nilainya. Return ekspektasi dan tingkat risiko mempunyai

hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar

return yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.

2.1.2 Pemilihan Portofolio

Di dalam membentuk suatu portofolio, terdapat permasalahan yakni

terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari

kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi ini dapat

mencapai jumlah yang tidak terbatas. Belum lagi kombinasi ini juga
memasukkan aktiva bebas risiko di dalm pembentukan portofolio. Jika

terdapat kemungkinan portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan

timbul pertanyaan mana yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah

rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio

optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau model

indeks tunggal. Untuk menentukan portofolio yang optimal dengan model-

model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan portofolio yang

efisien. Untuk model-model ini, semua portofolio yang optimal adalah

portofolio yang efisien. Karena tiap-tiap investor memiliki kurva berbeda,

portofolio akan berbeda untuk masing-masing investor. Investor yang lebih

menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan

membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang

kurang menyukai risiko. Jika aktiva tidak berisiko, seperti SBI,

dipertimbangkan, maka aktiva ini dapat merubah portofolio optimal yang

mungkin sudah dipilih oleh investor.

Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang

memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau

memberikan risiko terkecil dengan return ekspektasi yang sudah tertentu.

Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return

ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan

tingkat risiko yang tertentu kemudian memaksimumkan return ekspektasinya.

Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien ini karena
merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua

dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio.

2.1.3 Pembentukan Portofolio

Portofolio adalah kombinasi atas sekuritas yang dimiliki oleh investor.

Tujuan dibentuknya portofolio untuk memperkecil risiko yang ditanggung

melalui diversifikasi, yaitu menyebar risiko ke beberapa sekuritas yang

dipilih.

Untuk membentuk portofolio sebaiknya pemodal mempunyai dana

yang cukup dalam melakukan diversifikasi, pengetahuan tentang analisis atas

sekuritas yang dipilih dan waktu yang akan digunakan untuk mengamati

kegiatan investasinya tersebut. Dalam kenyataannya tidak banyak pemodal

yang mempunyai kemampuan seperti diatas sehingga pemodal tersebut

menyerahkan pengelolaan dananya pada manajer investasi atau dengan

membeli instrumen investasi reksadana berupa unit penyertaan dana

(Wibowo, 2005:14)

2.1.4 Penilaian kinerja portofolio

Penilaian terhadap kinerja portofolio diperlukan untuk mengetahui

aspek tingkat return yang diperoleh dan risiko yang ditanggung. Portofolio

yang memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi belum tentu lebih baik
dari portofolio yang lain jika faktor risiko tidak diperhatikan. Standar

metodean diperlukan dalam melakukan penilaian kinerja portofolio.

Menurut Suad Husnan (2005;449-451), evaluasi kinerja portofolio

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Melakukan perbandingan langsung. Salah satu cara membandingkan

kinerja suatu portofolio adalah dengan membandingkannya dengan

portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu

portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum

tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi.

2. Menggunakan ukuran kinerja tertentu,Ukuran kinerja tertentu (one-

parameter performance measures) perlu dikaitkan dengan risiko.

Penggunaan ukuran tertentu dilakukan dengan menggunakan parameter-

parameter seperti (1) excess return to standard deviation, (2) differential

return apabila risiko diukur dengan deviasi standar, (3) excess return to

beta, dan (4) differential return apabila risiko diukur dengan beta.

Jika menggunakan parameter tertentu maka terdapat tiga indeks yang

biasanya digunakan yaitu

a) Indeks Sharpe

Halim (2005 : 68) mengatakan bahwa pengukuran dengan metode

sharpe berdasarkan atas risiko antara excess return terhadap standar

deviasi. Rasio yang dihitung adalah merupakan kemiringan garsi yang

menghubungkan portofolio yang beresiko dengan kesempatan investasi


bebas risiko (Rf). Kemiringan garis inilah yang digunakan sebagai

Sharpe Measure, dirumuskan sebgai berikut:

b) Indeks Treynor

Wiksuaksana dan Purnawati (2008 : 174) mengatakan bahwa Indeks

Treynor mengukur kinerja potofio dengan cara menghubungkan tingkat

return portofolio dengan besarnya resiko pada portofolio tersebut.

Asumsi yang digunakan adalah portofolio sudah terdiversifikasi dengan

baik sehingga, resiko yang diangap relevan adalah resiko sitematis.


c) Indeks Jensen

Husnan (2001) mengatakan ahwa Indeks Jensen merupakan

pengembangan dari metode CAPM. Indeks ini mengukur perbedaan

antara tingkat return aktual dengan tingkat return yang diharapakn dari

suatu portofolio dengan patokan garis security market line. Dalam

keadaan ekulibrium, semua portofolio akan berada pada garis Security

Market Line sehingga, jika suatu portofolio memiliki tingkat return

yang berbeda maka, akan terdapat differential return. Nilai inilah yang

kemudian diukur menggunakan persamaan :


2.2 Pengertian Investasi

Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk

memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut

(Ahmad Kamaruddin, 2003;1-3).

Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian, investasi adalah salah satu

keputusan yang diambil oleh seorang manajer keuangan yaitu keputusan

tentang bagaimana sebaiknya komposisi dari masing-masing asset tersebut

Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan pengorbanan

sejumlah dana tertentu untuk mendapatkan pengembalian dimasa yang akan

mendatang dengan hasil yang tentunya lebih besar dari jumlah yang

dikorbankan.

2.3 Surat Berharga

Jenis-jenis surat berharga diantaranya:


1. Wesel

Wesel merupakan suatu perintah pembayaran yang diberikan oleh penarik

kepada yang kena tarik yang harus melakukan pembayaran itu kepada

pemegangnya.

2. Cek

Menurut ketentuan undang-undang, cek adalah surat berharga yang

mempunyai sifat sebagai alat pembayar.

3. Bilyet Giro

Surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro

nasabah tersebut untuk memindah bukukan sejumlah uang dari rekening yang

bersangkutan kepada pihak penerima yang disebut namanya.

4. Surat Sanggup

Suatu kontrak yang berisikan janji secara terinci dari suatu pihak untuk

membayar sejumlah uang kepada pihak lainya.

5. Promes

Berbeda dengan surat wesel yang mengandung perintah, promes atau aksep

menyebutkan janji atau kesanggupan untuk membayar.

6. Commercial Paper

Sekuritas dalam pasar uang yang diterbitkan oleh bank berkapitalisasi besar

serta perusahaan.

7. Konosemen

Sesuai dengan bunyi undang-undang Pasal 504 KUHD maka konosemen

adalah surat dimana pengangkut (kapten kapal) menerangkan bahwa ia telah


menerima sejumlah barang untuk mengangkutnya ke suatu tempat dan

menyerahkannya di sana kepada seseorang atau kepada wakil (kuasa order) nya,

segala sesuatu dengan syarat-syarat serta ongkos-ongkos terterntu. Dari definisi

dapat dikatakan bahwa konosemen mempunyai fungsi sebagai tanda penerimaan

(sejumlah barang tertentu) dan sebagai surat perjanjian pengangkutan.

8. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara

pemberipinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten).

Jadi surat obligasi adalah selembar kertas kertas yang menyatakan bahwa pemilik

kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan surat

obligasi. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan adalah Corporate Bond,

sementara obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Government Bond..

9. Reksadana

Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa

pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadan (disebut manajer

investasi ) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar

modal.

10. Waran

Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik waran mepunyai

pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik

waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut

diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode

perdagangan.
11. Sertifikat Bank Indonesia

Surat berharga ini disebut juga sertifikat deposito, pada hakekatnya sama

dengan surat tanda bukti menyimpan uang di bank dalam jangka waktu tertentu.

Bunganya dibayar di muka dalam arti dipotong dari harga nominalnya.

12. Kuitansi pada Pembawa

Surat ini mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk membayarkan

sejumlah uang tertentu yang tertulis pada kuitansi tersebut.

13. Celen

Celen adalah surat-surat yang dikeluarkan oleh tempat tempat penyimpanan

barang sebagai bukti adanya penyimpanan.

14. Traveller’s cheque (cek perjalanan)

Orang bepergian jauh tidak perlu membawa uang tunai karena bisa membeli

cek perjalanan dari bank devisa. Cek ini bisa diuangkan pada bank-bank tempat

yang didatangi. Oleh bank yang menjualnya tentu diberi keterangan, pada bank-

bank mana cek perjalanan itu bisa diuangkan. Sekembali dari perjalanan, cek

perjalanan yang tidak dipergunakan lagi dapat dikembalikan kepada bank

penjualnya dengan penerimaan kembali uangnya.

15. Surat Andil

Surat andil adalah surat tanda bukti turut serta memasukkan modal dalam

perseroan terbatas.

2.3.1 Pengertian Saham


Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang

melakukan penawaran umum dalam nominal dan persentase tertentu. (Indah

yuliana:2010)

Menurut darmaji dan fakhrudin, saham adalah tanda penyertaan atau

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

kepemilikan atas perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan

dibursa efek. Dan dapat pula diartikan sebagai bukti penyertaan modal

disuatu perseroan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.

(Richard burton:2007)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda penyertaan atau

kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas atas saham suatu perusahaan yang didaftarkan dibursa efek dengan

berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha, membayar utang

atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi

dari pendapatan perusahaan.

2.3.2 Manfaat Investasi Saham

Manfaat yang akan dirasakan oleh investor yang berinvestasi di saham

yaitu investor akan mendapatkan:

1) Dividen
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada

pemegang saham. Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan

penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut

(Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham

ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang

ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan

sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan. Umumnya dividen

adalah daya tarik perusahaan sehingga investor berniat menahan

kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka panjang). Dividen

yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai

artinya pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam

jumlah rupiah tertentu untuk stiap lembar saham yang dimiliki. Dividen

saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga

jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan

adanya pembagian dividen saham.

Jenis Dividen:

a) Dividen Tunai, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang

saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki.

b) Dividen Saham, jika emiten membagikan dividen kepada para

pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahan tersebut, yang

pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki

pemegang saham.

2) Capital Gain
Investor dapat menikmati capital gain, jika harga jual melebihi harga beli

saham tersebut. Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor

atas suatu saham perusahaan dengan harga jual saham dilantai bursa.

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham

dipasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek

mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain.

Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian menjualnya

lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.

3) Saham Bonus

Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para

pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih

harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan

melakukan penawaran umum di pasar perdana.

2.3.3 Resiko Investasi Saham

Selain mendapatkan manfaat, berinvestasi saham juga menimbulkan

beberapa risiko, diantaranya :

1. Tidak ada pembagian dividen

Saat investor ingin mendapatkan deviden maka setidaknya investor

memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran

dividen dilakukan. Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan

sehingga investor berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan

orientasi jangka panjang).


2. Capital Loss

Risiko yang dapat dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya,

adalah seperti capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor

tidak selalu mendapatkan keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada

kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih

rendah dari harga beli.

3. Risiko Likuidasi

Di samping risiko capital loss, seorang pemegang saham juga masih

dihadapkan dengan potensi risiko seperti perusahaan bangkrut atau

dilikuidasi. Bila perusahaan tersebut bangkrut, maka otomatis berdampak

langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan

pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, maka jika suatu perusahaan

bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan

tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.

4. Saham delisting dari Bursa

Suatu saham yang didelist dari Bursa umunya memiliki kinerja yang

buruk, misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,

mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara

berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai

dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia.

5. Diberhentikan penjualan saham suspend

Adanya risiko berupa di suspend alias dihentikannya perdagangan saham

tertentu oleh otoritas Bursa juga merupakan ancaman lain bagi para
investor. Bila saham tersebut telah di suspend, maka para investor tidak

dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya

berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua

sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu

beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika

misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu

perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau berbagai kondisi lain yang

mengharuskan. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas dari

perusahaan tersebut, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut

oleh bursa atau saham tersebut dapat diperdagangkan lagi seperti semula.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Contoh Kasus

Negosiasi antara pemerintah dan PT Freeport Indonesia menghadapi jalan

buntu. Meskipun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah memberi

izin ekspor konsentrat sebanyak 1,1 juta wet metrik ton dalam periode satu tahun,

perusahaan tambang yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat, tersebut menolak

karena tak setuju mengubah statusnya dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin

Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Penolakan dari Freeport itu membuat

kondisi semakin pelik. Apalagi, perusahaan mengklaim telah menghentikan

operasi tambangnya dan secara otomatis mengancam para karyawan di sana.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Chappy Hakim pun mundur dari

jabatannya.

Kisruh antara Freeport dan pemerintah sudah terjadi sejak 2015 saat kasus

yang dikenal “Papa Minta Saham”. Berawal dari pertemuan antara Presiden

Direktur PT Freeport Indonesia saat itu, Maroef Sjamsoeddin, Ketua DPR Setya

Novanto, dan saudagar minyak M Riza Chalid, di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta,


pada 8 Juni 2015. Maroef merekam pembicaraan yang membahas perpanjangan

kontrak Freeport di Indonesia. Kasus itu kemudian bergulir ke MKD karena

Novanto diduga melanggar kode etik. Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said,

membeberkan rekaman pembicaraan yang juga diduga mencatut nama Presiden

Joko Widodo. Novanto pun mundur sebagai Ketua DPR.

Namun belakangan, MKD memulihkan nama baik Novanto dalam kasus

“Papa Minta Saham”. Keputusan itu berdasarkan permintaan Novanto atas

putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan alat bukti rekaman dianggap

tidak sah dan tidak mengikat secara hukum. Novanto pun kembali menjadi Ketua

DPR. Adapun Sudirman Said terdepak dari kabinet kerja.

Berikut catatan kumparan terkait rentetan kisruh kontrak Freeport:

1. Desember 2015 "Papa Minta Saham"

Bergulir sidang MKD soal dugaan pelanggaran kode etik Setya Novanto

soal pembicaraan kontrak PTFI.

2. Januari 2016, Divestasi Saham Freeport Mulai Mencuat

Pemerintah mengevaluasi tawaran harga saham dari PTFI. Perusahaan

menawarkan 10,64 persen saham dengan nilai 1,7 miliar dolar AS.

3. Januari 2016, Maroef Mundur dari Presiden Direktur Freeport

Pada 18 Januari 2016 Maroef Sjamsoeddin menolak tawaran perpanjangan

jabatan dari Freeport McMoran Inc. Maroef mundur di tengah polemik

penawaran harga saham Freeport kepada pemerintah.

4. Januari 2016 BPK Audit Investigasi Freeport


BPK menyatakan akan audit investigasi Freeport soal penerimaan negara

dan kewajiban divestasi saham.

5. April 2016, Pemerintah Tolak Tawaran Harga Saham Freeport

Pemerintah tak setuju dengan tawaran 10,64 persen saham PTFI senilai 1,7

milar dolar AS. Dalam hitungan tim penyelesaian divestasi yang dibentuk

pemerintah, harga saham tersebut seharusnya 630 juta dolar AS.

6. November 2016, Chappy Hakim Jadi Presiden Direktur Freeport

19 November 2016 Chappy Hakim resmi ditunjuk menjadi Presiden

Direktur PTFI

7. Januari 2017, Freeport Dilarang Ekspor

PT Freeport Indonesia dilarang melakukan aktivitas ekspor mineral

konsentrat mulai Jumat (12/1). Sebabnya, perusahaan belum membangun

pabrik pemurnian atau smelter. Pemerintah menerbitkan PP Nomor 1

Tahun 2017. Beleid itu mengatur perusahaan tambang termasuk Freeport

harus mengubah status dari KK menjadi IUPK dan melepas 51 persen

sahamnya kepada pemerintah.

Selain itu, diterbitkan juga Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun

2017. Dalam aturan itu, perusahaan bisa melakukan ekspor jika

berkomitmen mau membangun smelter dalam jangka lima tahun.

8. Februari 2017, Perubahan Status menjadi IUPK Masih Alot

Di tengah alotnya negosiasi perubahan status Freeport menjadi IUPK,

Rabu (1/2) Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan


mewacanakan memberi IUPK sementara. Usulan itu menuai perdebatan

karena pemerintah dianggap melunak.

9. Februari 2017, Insiden Presdir Freeport dan Anggota DPR

Presiden Direktur PTFI Chappy Hakim membentak anggota Komisi VII

DPR dari Fraksi Partai Hanura, Mukhtar Tompo, setelah dia menanyakan

konsistensi perusahaan soal pembangunan smelter. Insiden terjadi setelah

rapat antara Freeport dan DPR selesai.

10. Februari 2017, Terbit Status IUPK untuk Freeport

Pemerintah menetapkan status IUPK untuk Freeport pada Jumat (10/2).

Namun perusahaan menolak status tersebut. Malah, PTFI mengklaim telah

menghentikan operasi tambangnya.

11. Februari 2017, Chappy Hakim Mundur

Secara tiba-tiba Presiden Chappy Hakim mundur dari jabatannya sebagai

Presiden Direktur PTFI, Jumat (17/2). Keputusan itu bersamaan dengan

terbitnya izin ekspor untuk Freeport.

Secara ilmu bisnis, hal tersebut bisa jadi merupakan ide gemilang, namun dalam

konteks kekayaan negara, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai kriminal.

Apalagi sampai membawa nama Presiden sebagai alat tekan perundingan.

3.2 Analisis Kasus


PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-

McMoran Copper & Gold Inc. PT.Freeport Indonesia menambang, memproses

dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan

perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi Tembagapura, Kabuapaten Mimika

Provinsi Papua Indonesia. Freeport memasarkan konsentrat yang mengandung

tembaga, emas, dan perak ke selauruh penjuru dunia.

Perkembangan PT. Freeport Indonesia terus meningkat jika dilihat dari

perpanjangan kontrak, PT. Freeport merupakan mitra jangka panjang Indonesia

yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan

komunitas lokal. PT. Freeport Indonesia telah berinvestasi sebesar US$ 7,7 miliar

dalam insfrastruktur selama 45 tahun di Indonesia.

Pemegang saham PT. Freeport Indonesia yaitu sebagai berikut :

1. Freeport McMoran Copper & Gold In (AS) – 81,28%

2. Pemerintah Indonesia – 9,36%

3. PT. Indocopper Investama – 9,36%

Dalam hal ini menjadi peluang untuk investor menanam modal pada PT.

Freeport Indonesia dengan skala investasi jangka panjang dikarenakan jika

investor berinvestasi pada saham PT. Freeport Indonesia maka akan mendapatkan

manfaat dari sahamnya yaitu sebagai berikut:

a. Termasuk saham yang aman dan tidak terlalu berfluktuasi walaupun harga

saham nya cukup tinggi. Saham yang aman akan mempunyai volatilitas tinggi

sebagai pencerminan kekhawatiran dan ketidakpastian di masa depan.


b. Saham yang undervalued atau memberikan earnings yang konsisten dan

growing earning yang cepat. Nilai saham yang lebih tinggi dari harganya

maka harga disebut undervalued dan saham ini adalah kandidat yang dipilih.

Saham yang undervalued akan memberikan kesempatan sebagai winner dan

menghindari dari risiko bila dibandingkan dengan harga saham yang

overvalued.

c. Walaupun harga sahamnya cukup tinggi tapi timbal balik atau deviden yang

ia dapatkan juga tinggi, dan pembagian deviden oleh PT. Freeport Indonesia

kepada para pemegang saham yaitu berupa deviden tunai. Tidak diragukan

lagi saat seseorang mempunyai 1% saja saham dari PT.Freeport dan

memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen

dilakukan maka deviden yang akan dimilikinya akan sebanding atau lebih

dari modal yang pertama kali ditanamnya.

Carl Icahn merupakan pemegang saham terbesar PT. Freeport McMoran, ia

dilaporkan memiliki 88 juta saham dari perusahaan penambang ini. Meskipun

namanya kurang begitu terkenal jika dibandingkan dengan Bill Gates dan Warren

Buffet atau lainnya tapi beliau termasuk salah satu orang terkaya di dunia karena

beliau pemegang saham terbesar yang menangkap peluang dari PT. Freeport. PT.

Freeport merupakan sasaran yang tepat untuk berinvestasi karena pemerintah

indonesia sendiri berivestasi pada PT. Freeport Indonesia sebesar 9,36%,

pemerintah Indonesia juga mendapatkan deviden dan sebagaian besar deviden itu

dibagikan kepada pemerintah provinsi papua untuk dikelola masyarakat agar

kehadiran PT. Freeport Indonesia bisa dirasakaan manfaatnya oleh masyarakat


dan dana kelolaan itu diarahkan untuk sektor produktif seperti pengembangan,

pendidikan, pertanian dan peternakan.

Akan tetapi selain mendapatkan manfaat pemegang saham juga mendapatkan

resiko investasi dari saham PT.Freeport yaitu: Tidak mendapatkan pembagian

deviden, ini terbukti pada tahun 2014 bahwasanya pemegang saham termasuk

pemerintah Indonesia tidak mendapatkan pembagian deviden lantaran Freeport

fokus menyelesaikan proyek underground, proyek tersebut membutuhkan

investasi besar senilai US$ 15 miliar. Meskipun tidak memberikan deividen,

Freeport mengklaim tetap memberikan kontribusi yang positif kepada pemerintah

Indonesia yaitu berupa pembayaran royalty emas, tembaga, dan perak sebesar

US$ 118 juta serta pembayaran pajak dan non pajak senilai US$421 juta.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Portofolio adalah kombinasi dari sekumpulan aset baik aset riil maupun aset

finansial yang dimiliki oleh investor dan dapat menghasilkan keuntungan dimasa

yang akan mendatang untuk pemiliknya. Sedangkan Teori portofolio merupakan

teori yang berhubungan mengenai pengembalian portofolio yang diharapkan dan

tingkat risiko portofolio yang dapat diterima, serta menunjukkan cara

pembentukan portofolio yang optimal. Teori portofolio ini saling berkaitan

dengan teori pasar modal yang berdasar pada pengaruh keputusan investor

terhadap harga sekuritas serta menunjukkan hubungan yang seharusnya terjadi

antara pengembalian dan risiko sekuritas jika investor membentuk portofolio yang

sesuai dengan teori portofolio.

Proses portofolio mempunyai empat tahap yaitu tahap tujuan investasi, tahap

ekspektasi pasar, tahap membangun portofolio, dan tahap evaluasi

kinerja. Dengan menginvestasikan dananya pada surat berharga (surat berharga

ialah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap

derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain dan atau kewajiban dari

penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar

uang) khususnya investasi dalam saham investor akan mendapatkan banyak

keuntungan diantaranya deviden, capital gain dan saham bonus.

DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta:Salemba Empat.

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


BPEF-YOGYAKARTA.

Ahmad, Kamarudin. 2003. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Donald E. Fischer, Ronald J. Jordan. Security analysis and portfolio management.

Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
keempat. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Kertonegoro, Sentanoe. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya


Press.

Frank J. Fabozzi.1999. Manajemen Investasi, Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

Darmaji dan Fakhrudin. 2011. Pasar Modal Indonesia, Edisi tiga. Jakarta:
Salemba Empat.

Andy P. Tambunan. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).


Jakarta: PT Elex Media.

http://www.wikipedia.com

http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai