Anda di halaman 1dari 397

A.

Kejang demam
1 sederhana
• Anak, 2 tahun
• Kejang, pertama kali
• Kelojotan, seluruh tubuh (tidak parsial)
• 10 menit
• Langsung sadar
• Tidak ada defisit neurologis pasca-kejang
Kejang Demam
• Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal > 380C) tanpa infeksi, gangguan
elektrolit, atau gangguan metabolik lain
• Kejang demam kompleks, 1 dari kriteria berikut
• Lebih dari 15 menit
• Fokal (tidak generalisata, misalnya meliputi satu
ekstremitas saja)
• Berulang dalam 24 jam
• Kejang demam sederhana, tidak boleh memenuhi
satupun kriteria diatas
Evaluasi
• Pemeriksaan
• Sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis : darah
rutin, gula darah, elektrolit, urinalisis, feses, dll
• Pemeriksan CSF menyingkirkan meningitis terutrama
bayi < 12 bulan (sangat dianjurkan) dan 12 -18 bulan
(dianjurkan)
• CT scan dan MRI bila ada indikasi
• Tatalaksana
• Antipiretik: PCT 10-15 mg/kgBB/kali 4-5 kali perhari
• Anti kejang
• Pengobatan rumatan selam 1 tahun bebas kejang
• Asam valproat atau fenobarbital
Jawaban Lainnya
• B. Kejang demam kompleks → tidak memenuhi
kriteria kejang demam kompleks (lihat
pembahasan)
• C. Status epileptikus → terjadi bangkitan lebih dari
30 menit tanpa henti ATAU adanya dua episode
bangkitan kejang yang di antaranya tidak ada
pemulihan kesadaran
• D. Epilepsi yang diinduksi demam → tidak diketahui
riwayat epilepsi sebelumnya
• E. Belum dapat didiagnosis → saat ini ada diagnosis
presumptif yang dapat ditegakkan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Kejang demam
1 sederhana
D. Stroke iskemik e.c
2 sumbatan arteri serebri media

• Laki-laki, 60 tahun
• Kelemahan tubuh sisi kanan
• Ekstremitas atas > ekstremitas bawah
• Sulit berbicara
• PF: pasien SADAR (CM), TTV 160/100
Stroke
• Kelainan neurologis fokal maupun global, bertahan
lebih dari 24 jam karena masalah serebrovaskular
Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik
• Etiologi: trombus/emboli • Etiologi: perdarahan intraserebral
• Klinis: • Klinis:
• defisit neurologis akut – defisit neurologis akut
• kesadaran umumnya tidak – penurunan kesadaran
menurun – nyeri kepala
• tanda lesi UMN (hiperrefleks,
ada refleks patologis) – muntah proyektil
– tanda lesi UMN, hipertensi,
hiperthermi
• CT Scan :area hipodens Penunjang (CT Scan): area
serebrum hiperdens di serebrum

Updates AHA/ASA Stroke Recommendations


Area Perfusi Serebral
Jawaban Lainnya
• Stroke hemoragik → disertai dengan penurunan
kesadaran

• Lokasi stroke iskemik yang lain → tidak sesuai


dengan lesi yang muncul pada pasien ini. Lihat
pembahasan di slide sebelumnya.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

2 D. Stroke iskemik e.c


sumbatan arteri serebri media
3 D. Trigeminal neuralgia

• Perempuan, 39 tahun
• Rahang bawah kiri nyeri (kualitas: ditusuk)
• Dipicu dengan makanan / mengunyah

• Riwayat cacar disangkal → mencoba


menyingkirkan post-herpetik neuralgia
Neuralgia trigeminal (tic douloureux)
• Sindrom nyeri pada wajah yang
rekuren dan kronik
• Gejala dan tanda: nyeri wajah
unilateral, biasanya sisi wajah kanan,
seperti tertusuk, mengikuti distribusi
nervus trigeminus (N.V)→ biasanya
menjalar ke area maksila atau
mandibula
Frekuensi serangan bervariasi dari <1x/hari
sampai >10 kali/jam → ratusan kali/hari
Pemicu:
Mengunyah, berbicara, tersenyum
Minum minuman dingin/panas
Sikat gigi, bercukur
Terpajan udara dingin
Manajemen
• Pemberian antikonvulsan
• Karbamazepin: tatalaksana lini pertama untuk kasus
trigeminal neuralgia.
• Dosis: inisial dengan 200 mg/hari terbagi dalam 1-2 dosis, dosis
pemeliharaan umumnya 400-1200 mg/hari terbagi dalam 2
dosis
• Alternatif: okskarbamazepin, topiramat, lamotrigin

• Tidak responsif dengan farmakologi: dekompresi


mikrovaskular (bedah saraf) dan terapi ablatif
Neuralgia post herpetik
• Virus Varicella Zoster Virus→
Menimbulkan nyeri
neruopatik→ post-herpetik
neuralgia

• Tatalaksana:
• Anti-konvulsan
(gabapentin), pregabalin
• Anti depresan trisiklik
(amitriptilin)
• Analgesik (capsaicin topikal) mddk.com
• Kortikosteroid (prednison,
dexamethason)
• Antiviral
http://image.slidesharecdn.com/postherpeticneuralgia-131009111633-phpapp01/95/postherpetic-neuralgia-3-638.jpg?cb=1381317429
Cluster headache
• “Histamin” headache→ nyeri kepala
neurovaskular primer
• Terjadi selama beberapa periode (beberapa
minggu)
• Kriteria diagnosis:
• Nyeri unilateral, orbita/periorbita/temporal,
intensitas berat-sangat berat, durasi 15-180 menit,
frekuensi serangan bervariasi
• Gejala tambahan (ipsilateral): injeksi konjungtiva,
lakrimasi, kongesti nasal, rinore, berkeringat
pada dahi dan wajah, miosis, ptosis, edema
palpebra
Diagnosis banding nyeri kepala primer
Jawaban Lainnya
• A. Cluster headache: nyeri unilateral dengan gejala
otonom (lakrimasi, rinorea)
• B. Migraine: nyeri unilateral dengan kualitas
berdenyut (pulsatile)
• C. Tension type headache: nyeri dengan kualitas
seperti diikat (tegang)
• E. Post-herpetic neuralgia: nyeri neuropatik, yang
timbul setelah lesi herpes (zoster) menyembuh
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

3 D. Trigeminal neuralgia
C. Nalokson 0,4 mg IV
4 bolus
• Laki-laki, 17 tahun
• Ditemukan needle track → kecurigaan
penyalahgunaan obat
• Pemeriksaan: bradipneu, pin-point pupil,
dengan bising usus menurun

• → Kecurigaan pada keracunan opioid (e.g:


morfin)
Diagnosis banding zat yang dapat
membuat pupil miosis maupun
midriasis?
Manajemen intoksikasi opioid
• Suportif: berupa menjaga ventilasi sampai adekuat
(ingat, opioid cenderung membuat depresi napas)
• Pemberian nalokson (antidotum spesifik) → me-
reverse efek depresi napas
• Naloxon IV 0,2 – 0,4 mg (alternatif: IM, SC)
• Ulangi pemberian nalokson sebanyak 1 – 2 mg jika
dalam 5-7 menit tidak ada perbaikan
Jawaban Lainnya
• Asetilsistein: untuk keracunan parasetamol
(asetaminofen)
• Bikarbonat: untuk keracunan jengkol (asam
jengkolat)
• Natrium tiosulfat: untuk keracunan sianida
• Epinefrin: untuk kasus henti jantung, syok
anafilaktik, syok yang tidak merespons dengan
obat-obatan biasa
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

4
C. Nalokson 0,4 mg IV
bolus
5 B. Haloperidol 5 mg IM

• Laki-laki, 24 tahun
• Mengamuk, mendengar suara
• Terdapat gejala positif:
• Waham (“merasa televisi telah dipasangi kamera
pengintai”)
• Halusinasi (”mendengar suara-suara”)
• Onset >1 bulan (kasus ini: 2 bulan)

• Mengarah ke skizofrenia paranoid


Skizofrenia
• Skizofrenia herbefrenik → perilaku aneh, tertawa sendiri
• Skizofrenia paranoid → halusinasi mengancam, memberi
perintah. Waham kejar
• Skizofrenia katatonik → stupor fleksibilitas cerea,
negativisme, command automatism
• Skizofrenia residual → gejala negatif (afek tumpul,
keterlambatan psikomotor, miskin isi pembicaraan) setelah
episode psikotik di masa lampau (setidaknya 1 tahun)
• Skizofrenia simpleks → adanya gejala negatif (afek tumpul,
keterlambatan psikomotor, miskin isi pembicaraan) TANPA
episode psikotik di masa lampau

Sumber: PPDGJ
Dx banding: Gangguan psikotik akut
Kriteria diagnostik:
• adanya gejala psikotik yang lebih dari 1 hari, kurang
dari 1 bulan, terjadi tiba-tiba
Manajemen Skizofrenia

Antipstikotik (= neuroleptik mayor)


Terapi Biologik Skizofrenia
• Terbagi menjadi tiga fase: fase akut, fase stabilisasi,
dan fase stabil/rumatan
• Antipsikotik generasi I (APG-I): haloperidol,
fenotiazin (klorpromazin) – banyak menimulkan
efek samping seperti akatisia, distonia akut,
parkinsonisme, sindroma neuroleptik maligna
(SNM)
• Antipsikotik generasi II (APG-II): pada dosis yang
efektif, umumnya tidak menimbulkan efek samping
ekstrapiramidal. Contoh: risperidon, aripirazol,
quetiapin
• Umumnya
haloperidol
dapat menjadi
pilihan dalam
kondisi agitasi
akut,
mengingat
ketersediaan
yang luas dan
efek sedasi
yang memadai
Medscape Education
Medscape Education
Jawaban Lainnya
• A. Klopromazin: juga merupakan antipsikotik,
namun tidak menjadi pilihan dalam agitasi akut
mengingat terdapat pilihan lain yang lebih tepat
• C. Litium karbonat: mood stabilizer, untuk kasus
gangguan bipolar
• D. Amitriptilin: antidepresan trisiklik, efek samping
antimuskarinik dan pemanjangan interval QT
• E. Donepezil: obat anti-demensia
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

5
B. Haloperidol 5 mg IM
6 A. Gangguan bipolar tipe I

• Perempuan, 26 tahun
• Tidak tidur 5 hari terakhir → apa yang
terjadi?
• Merasa akan membuat proyek besar yang akan
mengubah dunia → mania
• Mengarah ke gejala mania
• Perlu digali lebih lanjut ke pasien gejala mania
selain daripada ‘tidak tidur sejak 5 hari yang
lalu’
• Meskipun kriteria mania perlu mencapai 7 hari,
option yang lain tidak mengarahkan ke diagnosis
tersebut
Sumber: PPDGJ + Medscape
Gangguan Bipolar dan Siklotimia
• Bipolar I
– Minimal satu episode manik, baik dengan maupun tanpa
episode depresi mayor
– Tata laksana: lithium
• Bipolar II
– Minimal satu episode hipomania dan minimal satu
episode depresi mayor, tidak boleh ada episode mania
– Tata laksana: lithium + antidepresan
• Siklotimia
– Beberapa episode hipomania dan beberapa episode
depresi minor dalam 2 tahun terakhir
• Beda depresi mayor dan minor?
– Pada depresi mayor, aktivitas dan fungsi sehari-hari sangat
terganggu, ada suicidal idea
Sumber: PPDGJ + Medscape
Tatalaksana Bipolar
• Episode manik: lithium
• Episode campuran: asam valproat
• Episode depresi: lithium + lamotrigine/antidepresan.

Jadi, jangan beri antidepresan saja.

Sumber: PPDGJ + Medscape


Jawaban Lainnya
• B. Gangguan bipolar tipe II: tidak boleh ada gejala
mania
• C. Hipotimia: gejala sedih yang tidak memenuhi
kriteria depresi, bertahan minimal selama dua
tahun
• D. Skizofrenia paranoid: pada pasien ini, tidak ada
ciri-ciri ke arah skizofrenia
• E. Skizofrenia hebefrenik: skizofrenia dengan
predominan pola pikir kacau
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Gangguan bipolar tipe
6 I
7 C. Glaukoma akut

• Perempuan, 48 tahun
• Mata kiri:
• Mendadak merah, nyeri, berdenyut
• AVOS 3/60, edema kornea, pupil mid-dilatasi
yang tidak bereaksi terhadap cahaya
Glaukoma akut
• Kegawatan → terapi awal : asetazolamid, timolol,
pilokarpin untuk mengurangi tekanan intraokular.
Selanjutnya, rujuk ke spesialis mata untuk terapi
definitif.
• Glaukoma akut terjadi akibat obstruksi kanal schlem
sehingga aliran cairan mata terganggu dan
menimbulkan kenaikan tekanan intraokular.
• Bedakan dengan glaukoma kronik.
Glaukoma kronik → mata tenang, visus turun
perlahan. Funduskopi : hilangnya cup/ disk ratio
pada retina ( = “menggaung”)
ASETAZOLAMID IV atau oral (DOC) bersama
dengan obat topikal (miotikum: pilokarpin 2-4%
6gtt/hari, @1gtt). Dapat pula diganti dengan
latanoprost, apraklonidin, timolol 0.25-0.5%)
• Pilokarpin → kontraksi siliar dan pupil → miosis →
cegah iskemia iris dan buka sudut COA. Sudah jarang
dipakai dan banyak digantikan oleh latanoprost.
• Timolol dan apraklonidin → mengurangi produksi
aqueous humour.
• Steroid topikal → mengurangi inflamasi intraokuler
sekunder.
• Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) → mengurangi
volume vitreous.
Kontraindikasi pada glaukoma akut sudut tertutup:
midriatikum-siklopegik

• Midriatikum: obat yg digunakan untuk memperbesar pupil mata


• Siklopegia untuk melemahkan otot siliaria sehingga memungkinkan
mata untuk fokus pada objek yang dekat.
• Contoh: tropicamide, atropin, homatropine
• Midriatikum → sudut COA semakin tertutup → memperberat
glaukoma.
Jawaban Lainnya
• A. Sakit kepala tipe cluster: meskipun bersifat
unilateral, tidak terjadi penurunan visus
• B. Edema otak: gejala berupa peningkatan tekanan
intrakranial hingga penurunan kesadaran
• D. Glaukoma kronik: umumnya merupakan
glaukoma sudut terbuka, tanpa disertai dengan
tanda akut seperti mata merah dan penurunan
visus. Gejala berupa penyempitan lapangan
padang.
• E. Retinopati hipertensi: mata tenang visus turun
perlahan, riwayat hipertensi harus ada pada pasien
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

7 C. Glaukoma akut
8 B. Glaukoma fakomorfik

• Laki-laki, 62 tahun
• Pandangan buram sejak 2 tahun
• → Kronik, tidak merah (mata tenang visus turun
perlahan)
• Shadow test positif → katarak, tepatnya katarak
imatur

• Komplikasi dari katarak imatur → glaukoma


fakomorfik
Glaukoma fakomorfik
• Merupakan suatu glaukoma, sudut tertutup,
sekunder (sekunder karena ada penyakit penyerta
→ yakni katarak, stadium intumesen yang
merupaakn kelanjutan dari fase katarak imatur)
• Setelah katarak imatur, umumnya diikuti dengan
terjadinya intumesensi (‘pembengkakan’) lensa,
sehingga mendorong COA ke depan dan dapat
mengakibatkan tertutupnya sudut bilik mata depan
Medscape
Manajemen
• Definitif dengan ekstraksi katarak
• Saat akut perlu penurunan tekanan intraokular
• Asetazolamid IV merupakan pilihan pertama
• Jika tidak tersedia, dapat digunakan asetazolamid oral
sebagai pengganti
Jawaban Lainnya
• A. Glaukoma neovaskular: pada pasien diabetik
(komplikasi neovaskular di jaringan uvea, dapat
mengakibatkan glaukoma)
• C. Glaukoma fakoanafilaktik: uveitis anterior yang
diinduksi oleh lensa (umumnya akibat ekstraksi
katarak maupun akibat trauma oculi)
• D. Glaukoma fakolitik: pada fase katarak hipermatur
(Morgagni)
• E. Glaukoma karena partikel lensa: komplikasi yang
terjadi setelah ekstraksi katarak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

8 B. Glaukoma fakomorfik
9 C. Konjungtivitis viral

• Perempuan, 20 tahun
• Mata merah, 3 hari yang lalu
• Visus baik
• Folikel pada konjungtiva palpebra
• Pembesaran KGB pre-aurikular
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Patologi Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana
Bakteri Staphylococci Mata merah, terasa berpasir, Antibiotik topikal
streptococci, sensasi terbakar, biasanya bilateral, Air mata buatan
Gonocci kelopak mata susah membuka,
Corynebacteri injeksi konjungtiva difus, discharge
um strains mukopurulen, papil (+)
Virus Adenovirus, Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
Herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis Air mata buatan: mencegah
zoster virus folikular, pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral → herpes simplex
virus atau varicella-zoster
virus
Patologi Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Jamur Candida sp., Jarang, pasien imunokompromais, Antijamur topikal
Blastomyces pasien yang mendapat terapi
dermatitidis, antibiotic
Sporothrix schenckii

Vernal Alergi Peradangan konjungtiva kronis, Hindari alergen


riwayat keluarga atopik, gatal, Antihistamin topikal, mast
fotofobia, sensasi benda asing, cell stabilizer, simptomatik
blefarospasme, cobblestone
pappilae, horner trantas dot
Inklusi Chlamydia Mata merah dan nyeri selama Doxycycline 100 mg bid
trachomatis beberapa minggu/bulan, sekret for 21 hari atau
mukopurulen, lengket, sensasi benda Erythromycin 250 mg PO
asing, mata berair, kelopak mata qid 21 days
bengkak,kemosis,Folikel Antibiotik topikal
Jawaban Lainnya
• A dan B: keratitis viral dan bakterial – keduanya
melibatkan penurunan visus
• D. Konjungtivitis bakterial: dominan sekret yang
purulen
• E. Konjungtivitis alergi: non-infeksi, gejala klinis
dominan yakni mata yang gatal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

9 C. Konjungtivitis viral
B. Pemberian antibiotik
10 oral
• Anak, 7 tahun
• Telinga kanan sakit
• Didahului batuk pilek
• Tidak ada sekret
• PF: febris, dengan status lokalis: MT hiperemis,
tidak ada perforasi
Otitis media
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT TATALAKSANA

Dekongestan (misal: efedrin hcl


OKLUSI: Retraksi membran timpani
0.5%)
HIPEREMIS: membran timpani Antibiotik + dekongestan +
hiperemis + edema antipiretik
SUPURASI: BULGING + SANGAT
Antibiotik + miringotomi
NYERI
PERFORASI: membran timpani
Antibiotik + cuci dengan H2O2
RUPTUR, pasien merasa ‘sembuh’
3% (3-5 hari)
karena nyeri berkurang
RESOLUSI: membran timpani
Antibiotik jika masih ada
menutup. Resolusi gagal jadi otitis
indikasi, sambil memantau
media supuratif kronik (OMSK) > 6
perjalanan penyakit
minggu
Jawaban Lainnya
• A. Pemberian dekongestan oral: dapat
dipertimbangkan, namun antibiotik oral menjadi
lebih penting
• C. Timpanosentesis: untuk kasus OMA stadium
supurasi, mengeluarkan pus yang terkumpul di
telinga tengah
• D. Pemasangan pipa Grommet: untuk kasus OME
(otitis media efusi) yang tidak respons dengan
penatalaksanaan konservatif
• E. Timpanoplasti: untuk kasus OMSK
Jadi, tatalaksana terbaik pasien ini
adalah…
10
B. Pemberian antibiotik
oral
11 E. Dix-hallpike
• Laki-laki, 55 tahun
• Pusing berputar, setiap bangun tidur
• Kualitas: ke arah vertigo
• Durasi: 3-5 menit/episode
• Berulang, namun lebih ringan jika sering
diinduksi
• Gangguan pendengaran dan lainnya
disangkal
• → Diagnosis mengarah ke benign
paroxysmal positional vertigo (BPPV) /
Vertigo paroksismal posisional jinak (VPPJ)
Maneuver Dix-Hallpike

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/images/bp/en-gb/73-6-iline_default.gif
Maneuver Epley

http://cursoenarm.net/
Jawaban Lainnya
• A. Fresnel: bukan nama diagnosis, melainkan
kacamata untuk menilai nistagmus
• B. Semont: manuver lini kedua untuk kasus BPPV
• C. Brandt-Daroff: manuver latihan di rumah untuk
kasus BPPV yang tidak respons dengan Epley
• D. Epley: manuver tatalaksana kasus BPPV (yang
merupakan kelanjutan dari langkah yang dilakukan
pada pemeriksaan Dix-Hallpike)
SEMONT BRANDT DAROFF

• Dapat mendislokasi partikel • Latihan habituasi pasien,


di kanalis, sehingga dapat tidak menatalaksana
menatalaksana penyakit penyakit
Jadi, manuver diagnosis untuk pasien
ini adalah…
11
E. Dix-hallpike
B. Tuli konduktif telinga
12 kiri
• Pemeriksaan R, W, S
• Rinne telinga kiri NEGATIF
• Schwabach telinga kiri MEMANJANG
• Weber LATERALISASI KE TELINGA KIRI

• TELINGA KANAN: Pemeriksaan penala dalam


batas normal

• Dapat disimpulkan → kelainan pada telinga kiri,


yakni tuli konduktif.
TES RINNE (+) KEMUNGKINAN:
TELINGA KANAN • KANAN: NORMAL/TULI SENSORINEURAL
• KIRI → RINNE (-): TULI KONDUKTIF
KEMUNGKINAN:
TES WEBER • KANAN: NORMAL/TULI SENSORINEURAL
LATERALISASI KIRI (LATERALISASI KE SISI SEHAT)
• KIRI → TULI KONDUKTIF (LATERALISASI KE SISI
SAKIT)

TES SCHWABACH KANAN KEMUNGKINAN:


MEMENDEK • KANAN → TULI SENSORINEURAL (MEMENDEK)
KIRI MEMANJANG • KIRI → TULI KONDUKTIF (MEMANJANG)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke telinga kiri
ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga → normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri → tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif bilateral)
atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan → tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif bilateral)
atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Scwabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
•Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
•Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
•Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa → tidak terdengar lagi → normal atau tuli konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa → masih terdengar → tuli sensorineural (BC memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien → tidak terdengar lagi → normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien → masih terdengar → tuli konduktif (BC memanjang)
Pada pasien…
• Lihat hasil pemeriksaan telinga kanan: semua
normal → sejauh ini singkirkan dulu kelainan pada
telinga kanan
• Lihat hasil pemeriksaan telinga kiri: rinne negatif →
tuli konduktif!
• Untuk konfirmasi, lihat hasil Weber. Ternyata benar,
bahwa Weber lateralisasi ke telinga yang tuli konduktif,
alias telinga kiri.

• Dengan demikian pemeriksaan penala ini semuanya


konsisten dan dapat menegakkan bahwa pada pasien
terdapat tuli konduktif telinga kiri.
Jawaban Lainnya
• Tuli lain: hasil penala tidak sesuai

• Tuli campuran: terdapat gejala tuli sensorineural


dan tuli konduktif pada satu telinga. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan penala, namun lebih baik
dengan audiometri yang dapat menentukan
threshold (ambang dengar) AC (konduksi udara)
maupun BC (konduksi tulang)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Tuli konduktif telinga
12 kiri
13 E. Pneumonia

• Laki-laki, 35 tahun
• Batuk dan sesak napas, onset 4 hari
• Dahak banyak
• PF: takikardia, febris, suara napas
bronkovesikular dengan ronki
Pneumonia
• Definisi : suatu peradangan pada parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis, yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
• Etiologi :
• Pneumonia komuniti → gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
• Pneumonia nosokomial → gram negatif : klebsiella
pneumonia, haemophilus influenza, pseudomonas
auruginosa
• Pneumonia atipikal → chlamydia, legionella, mycoplasma

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Klasifikasi
• Berdasar klinis dan epidemiologis
• CAP
• Pneumonia nosokomial
• Pneumonia aspirasi
• Pneumonia pada imunokompromais
• Berdasar bakteri penyebab
• Pneumonia bakterial / tipikal
• Pneumonia atipikal
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur
• Berdasar predileksi infeksi
• Pneumonia lobaris
• Bronkopneumonia
• Pneumonia interstisial
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
• Foto toraks → infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala di bawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial
dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
Pada pasien hanya ada RR 30 x/menit → low risk (consider
home treatment)
Faktor Modifikasi
Jawaban Lainnya
• A. Asma bronkial: wheezing (mengi)
• B. Bronkiektasis terinfeksi: keyword pada soal
seharusnya mencantumkan sputum tiga lapis maupun
radiologi berupa gambaran honeycomb
• C. PPOK eksaserbasi akut: pneumonia dapat
menginduksi terjadinya eksaserbasi pada pasien PPOK.
Namun demikian tidak jelas riwayat PPOK pada pasien
(usia masih muda, tidak ada keterangan merokok
maupun sesak napas kronik sehari-hari)
• D. Bronkiolitis akut: wheezing (mengi), pada anak
umumnya <2 tahun akibat infeksi RSV
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

13 E. Pneumonia
B. Kontak dengan BTA
14 positif
• Skor TB anak
• Mana yang paling meningkatkan kemungkinan
anak terdiagnosis TB?

• Cari skor yang paling tinggi (3)


• Ada dua poin yang memiliki skor 3:
• Kontak dengan BTA positif
• Tes mantoux (tuberkulin) positif, yakni >= 10 mm
(imunokompeten) dan >= 5 mm (imunokompromais)
Diagosis TB pada Anak
• Relatif “sulit” – mengapa?
• Diagnosis dapat sering over maupun under

• BTA biasa negatif (paucibaciler / kuman sedikit)


• Sulit ekspektorasi sputum → belum kooperatif dalam hal teknik
ekspektorasi sputum
• Gejala tidak khas (batuk bukan gejala utama TB anak)

• Untuk simplifikasi, diagnosis TB anak dengan skoring TB


anak (rekomendasi IDAI)
http://www.ichrc.org/481-tuberkulosis-diagnosis
TB ANAK DaB
• T Tuberkulin (3)
• B BTA Kontak (3)
• A Ada Gizbur (2)
• N Nodul/pembekakan tulang ato Sendi (1)
• A Ada Infiltrat Ro Thoraks (1)
• K KGB membesar (1)
• Da Demam 2 minggu (1)
• B Batuk 3 minggu (1)
TB Anak – Klasifikasi (ATS/CDC)
KELAS Kontak Infeksi Penyakit Manajemen

0 - - - -

I + - - Profilaksis primer

II + + - Profilaksis
sekunder
III + + + Terapi OAT

• Kontak dinilai dengan adanya kontak dengan pasien TB di


sekitar lingkungan
• Infeksi dinilai dengan uji Mantoux (tuberkulin)
• Penyakit dinilai dengan TB scoring menurut WHO
• Prinsip: skor 6, dengan klinis mendukung: Regimen
OAT: 2RHZ/4RH
• Etambutol tidak diberikan pada anak
• Berbeda dengan dewasa, fase lanjutan (4RH) diberikan
setiap hari (pada dewasa 3x/minggu)

• Profilaksis dapat diberkan jika skor 6 tidak ditunjang


klinis, atau skor kurang dari 6; dengan pertimbangan:
• Ada kontak TB → kemoprofilaksis primer (INH 6 bulan)
• Ada bukti infeksi (mantoux (+) → kemoprofilaksis sekunder
(INH 6-9 bulan)
• Hal yang perlu dilakukan: bila anak skor TB kurang dari 6,
tex mantoux untuk cari tahu bukti infeksi. Bila negatif dan
belum di BCG, vaksin BCG selama umurnya belum sampe 5
tahun. Kalau positif kasih kemoprofilaksis sekunder
INH Profilaksis: 10 mg/kgBB (7 – 15 mg/kgBB) setiap hari
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Kontak dengan BTA
14 positif
15 E. Dekompresi jarum

• Laki-laki, 40 tahun
• Tusukan pisau dada kanan, mengakibatkan:
• Sesak napas berat
• Pergeseran trakea ke kiri
• Toraks kanan: suara napas bekurang, hipersonor
(ada udara, >>), suara jantung normal
(menyingkirkan kelainan perikardium/jantung?)
• Tanda vital tidak stabil!

• >> Pneumotoraks tension


Pneumotoraks
• Sering disebut kolaps paru
• Akibat penimbunan udara dalam kavum pleura (kavum pleura
seharusnya tidak terisi udara sehingga paru dapat mengembang
dengan baik)
• Closed pneumotoraks: pleura • Open pneumotoraks: dinding dada
dan pleura parietal robek →
visceral robek → udara inspirasi terdapat hubungan antara kavum
masuk ke kavum pleura pleura dengan udara luar
– Apabila lubang >2/3 diameter
– Bila terbentuk suatu klep → trakea, udara cenderung lewat
udara masuk tidak bisa keluar lubang dibanding traktus
→ udara menumpuk dalam respiratorius yang seharusnya
– Inspirasi: tekanan rongga dada
rongga pleura → mendorong turun, udara masuk kavum
ke kontralateral → tension pleura lewat lubang → kolaps
pneumotoraks paru ipsilateral
– Ekspirasi: tekanan rongga
dada meningkat, udara dari
kavum pleura keluar lewat
lubang
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
• Primer: pasien tidak punya penyakit paru. Misal bleb
atau bulla yang pecah (sering pada pria berpostur tinggi
kurus usia 20-40 tahun)
• Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal PPOK, asma,
TB, dll

• Pneumotoraks traumatik
• Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan tumpul)
atau akibat tindakan medis
Pneumotoraks tension
• Tanda vital tidak stabil
• Jangan lakukan foto toraks, karena diagnosis
harus dapat ditegakkan dari klinis pasien!
• Tindakan paling utama adalah needle
decompression
• Gunakan jarum infus, misalnya, dan tusukkan di sela iga
kedua linea midclavicularis pada sisi paru yang dicurigai
tension pneumotoraks
• Jika benar, akan terdengar udara yang keluar dari jarum
• Jangan lupa untuk pasang WSD setelah tindakan awal
ini
Trakea dapat terdorong ke satu sisi akibat paru yang kolaps
http://learning.bmj.com/classobjects/images/en-gb/ARRAY_HP_FS11DcmprssnTnsnPnmthrx_default.jpg
Jawaban Lainnya
• A. Pemberian oksigen sungkup: tidak disarankan, dapat
memperburuk terjadinya pneumotoraks tension jika
masalah utama tidak tertangani
• B. Perikardiosentesis: untuk kasus tamponade jantung
(trias Beck: JVP naik, hipotensi, muffled heart
sound/suara jantung mengecil-menjauh)
• C. Foto rontgen toraks: tension merupakan kondisi
emergensi – tidak ada waktu untuk foto toraks saat
awal. Setelah dekompresi, boleh pertimbangkan foto
toraks.
• D. Pemasangan pipa grommet: untuk kasus otitis media
efusi
Jadi, tatalaksana awal pasien ini
adalah…
15
E. Dekompresi jarum
16 A. Nikardipin IV

• Laki-laki, 65 tahun
• Penurunan kesadaran
• TD 220/160
• CT scan perdarahan intraserebral
• → mengonfirmasi terjadinya hipertensi
emergensi
• Krisis hipertensi: Keadaan hipertensi yang
membutuhkan penurunan TD segera. TD sistolik >180
mmHg atau diastolik >120 mmHg. Terbagi menjadi:

• Hipertensi emergensi
• Adanya kerusakan organ target akut atau progresif (AKI, TIA,
stroke, angina pektoris, dll.) → turunkan dengan obat
parenteral segera
• Hipertensi urgensi
• Peningkatan TD bermakna tanpa gejala berat atau kerusakan
organ target progresif → turunkan TD dalam beberapa jam
dengan obat oral
Target Penurunan TD
• Hipertensi emergensi
• Target awal adalah berkurangnya MAP sebanyak 25%
dalam 2 jam
• Setelah itu penurunan dilanjutkan dalam 12-16 jam
hingga mendekati normal
• MAP = (2 x TD diastolik+ TD sistolik) : 3
• Hipertensi urgensi
• Penurunan bertahap dalam 24 jam
Pilihan Antihipertensi Parenteral
• Nitroprussid, namun jarang di Indonesia
• Nkardipin, sering digunakan, dapat dititrasi dengan
baik
• Klonidin, alternatif (lini kedua, terutama jika
nikardipin tidak tersedia), hati-hati efek samping
rebound jika dihentikan dengan segera
Jawaban Lainnya
• B. Klonidin IV → bukan first choice, karena efek
rebound setelah obat dihentikan
• C. Propanolol PO → punya efek antihipertensi,
namun tidak selektif dan diberikan secara oral,
yang tidak tepat untuk kasus hipertensi emergensi
• D. Tiazid PO → diuretik, efek anti-hipertensi terlalu
lemah untuk kasus ini
• E. Simvastatin PO → HMG-CoA reductase, tidak
berkaitan dengan tekanan darah, melainkan obat
kolesterol
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

16 A. Nikardipin IV
B. Angina pektoris tidak
17 stabil
• Laki-laki, 50 tahun
• Nyeri hebat dada kiri, onset dua jam
• Dulu pernah nyeri, namun tidak seperti ini →
artinya ada hal yang baru / akut dari kasus yang
saat ini dialami
• EKG kesan normal → tidak ada ST elevasi (lihat
slide berikutnya), enzim jantung normal (setelah
pemeriksaan serial, tetap normal)
EKG kasus nomor 17

• Perhatikan dengan saksama bahwa ini adalah EKG ST depresi


Penegakkan diagnosis Sindroma
Koroner Akut
• Anamnesis • Nyeri dada atipikal
• Nyeri dada tipikal (rasa (indigestion, sesak
tertekan/berat napas tidak dapat
retrosternal, menjalar diterangkan, rasa lemah
lengan kiri, leher, menadak yang sulit
rahang, interskapular, diuraikan), terutama
bahu, atau pada usia muda, lanjut,
epigastirum), intermiten wanita, dan penderita
atau persisten (>20 diabtes.
menit), sering disertai
gejala diaforesis

Pedoman Tatalaksana Sindroma Koroner Akut, PERKI 2015


Penegakkan diagnosis Sindroma
Koroner Akut
• Pemeriksaan fisik: tidak • EKG 12 lead sesegera
khas, dapat mungkin perlu
mengindentifikasi dikerjakan
regurgitasi katup mitral, • V3R-V4R, V7-V9
S3, ronki basah sebaiknya dilakukan jika
mengarah ke iskemia
dinding inferior
• Pemeriksaan • V7-V9 dikerjakan pada
pasien angina yang Ekg
marka/enzim jantung: awalnya tidak
• CKMB/Troponin diagnostik
I/Troponin T
Diagnosis Sindroma Koroner Akut
• Kemungkinan SKA • Definitif SKA, jika
• Nyeri dada angina memenuhi:
ekivalen / tidak tipikal • Angina tipikal
• EKG normal/non- • EKG dengan gambaran
diagnostik diagnostik STEMI,
• Marka/enzim jantug depresi ST / inversi T
normal yang diagnostik untuk
keadaan iskemia
miokard, atau LBBB
baru/dugaan baru
• Peningkatan
marka/enzim jantung
Evolusi EKG
UAP NSTEMI STEMI
Trombus parsial / Trombus parsial, Trombus total,
intermiten mulai ekstensif mengoklusi lumen

EKG tidak spesifik EKG umumnya ST ST elevasi


depresi, LBBB baru atau
dengan/tanpa T LBBB yang dicurigai
inversi, namun baru
dapat saja normal
Enzim jantung Enzim jantung Enzim jantung
normal meningkat Meningkat
Jawaban Lainnya
• A. Angina pektoris stabil: pasien saat ini dalam
kondisi sindroma koroner akut
• B. Angina pektoris tidak stabil: tidak ada kelainan
enzim jantung
• C. NSTEMI: EKG ST depresi / T inverted atau EKG
tidak diagnostik lain + peningkatan enzim jantung
• D. STEMI: ada ST elevasi / LBBB baru
• E. Angina prinzmetal: angina vasospame, sering
terjadi pada usia muda
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Angina pektoris tidak
17 stabil
18 B.

• Irama yang paling mungkin menunjukkan


kelainan berupa CARDIAC ARREST?

• Ada 4:
• VT tanpa nadi
• VF

• Asistol
• PEA
Dasar Teori
• Henti jantung (cardiac arrest)→ sirkulasi darah
berhenti karena tidak ada aktivitas jantung /
aktivitas jantung yang inadekuat sehingga tidak
menimbulkan kontraksi yang bermanifestasi
sebagai nadi yang teraba

• Irama yang terkait dengan kasus henti jantung:


• VF (ventrikular fibrilasi)
• VT (ventrikular takikardia) yang pulseless (tanpa
nadi)
• PEA (pulseless electrical activity)
• Asistol
Pulseless Electric Activity (PEA)
VT

ASISTOL Ventricular fibrilation


Algoritma ACLS
Algoritma ACLS, 2010
• PEA (Pulseless Electrical Activity) → terdapat output
EKG TANPA teraba nadi
• EKG menunjukkan PEA → lakukan CPR atau lanjutkan
CPR.
• DC Shock (defibrilasi) → tidak dilakukan pada pasien
asistol, PEA, VT dengan nadi.
• Pemberian epinefrin dilakukan seiring dengan CPR

• Keyword: DO LIFE SAVING FIRST


Jawaban Lainnya
• Walaupun secara definisi, EKG yang bukan VT, bukan
VF, dan bukan asistol namun pasien henti jantung
adalah PEA, namun sangat jarang irama AF, SVT,
AFlutter menunjukkan henti jantung. Singkirkan
jawaban ini terlebih dahulu, terutama jika terdapat VT,
VF, maupun asistol
• C. merupakan gambaran ventrikular ekstrasistol ->
hampir tidak mungkin henti jantung

• Dengan demikian, option A, C, D, dan E dapat


disingkirkan pada kasus ini
Gambaran EKG yang tepat adalah

18 B.
B. Pemberian oralit setiap BAB +
19 lanjutkan ASI + zinc 10 mg/hari
10-14 hari
• Bayi, 5 bulan
• Diare 4 hari
• Tanda dehidrasi tidak ada (sadar, minum biasa,
ubun datar, turgor kembali cepat)
Lintas Diare:
Lima Langkah Tuntaskan Diare
• Kategori Penatalaksanaan Diare Akut Anak:
• Kat. A untuk diare tanpa dehidrasi
• Kat. B untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang
(tanda dehidrasi > 2)
• Kat. C untuk diare dengan dehidrasi berat
• Dosis Zinc menurut usia:
• Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
selama 10 hari
• 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari
• Pemberian Makan
• ASI tetap diberikan
• Meskipun nafsu makan anak belum membaik,
pemberian makan tetap diupayakan pada anak
berumur 6 bulan atau lebih
Jawaban Lainnya
• Pemberian terapi B untuk kasus diare akut
dehidrasi ringan sedang
• Pemberian terapi C untuk kasus diare akut
dehidrasi berat

• Zinc diberikan 10-14 hari

• Tidak ada indikasi untuk menghentikan ASI!


Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

19 B. Pemberian oralit setiap BAB +


lanjutkan ASI + zinc 10 mg/hari
10-14 hari
D. Udara bebas sub-
20 diafragma
• Laki-laki, 38 tahun
• Nyeri perut sangat hebat, onset 6 jam terakhir
• Ada riwayat konsumsi pengurang rasa nyeri
(tanpa resep dokter), jangka panjang
• Ada keluhan ‘maag’ yang tidak diobati lebih
lanjut

• Kecurigaan: ulkus peptikum dengan komplikasi


berupa perforasi gaster
• Gambaran radiologi yang mungkin ditemukan?
Kasus abdomen akut
• Harus dipikirkan kasus abdomen akut → terutama
bila dipikirkan adanya nyeri hebat

• Pemeriksaan radiologi sederhana berupa foto polos


abdomen 3 posisi dapat menjadi pilihan paling awal
untuk menentukan diagnosis, dan menentukan
tatalaksana berikutnya
Jawaban lain
• Double bubble sign pada atresia duodenum
• Single buble sign pada stenosis pilorus hipertrofi
• Dilatasi lumen usus pada kondisi ileus (terutama
ileus paralitik)
• Apple core appearance merupakan gambaran yang
ditemukan pada keganasan kolorektal (AdenoCa
kolorektal)
Jadi, gambaran yang dapat ditemukan
di pasien ini adalah…
20 D. Udara bebas sub-
diafragma
21 B. Hepatitis B akut

• Perempuan, 35 tahun
• 1 minggu mual-muntah, sklera ikterik
• Hepatomegali
• HBsAg (+)
• IgM anti-HBc (+)

• Interpretasi serologi pasien ini?


Anti-
Kondisi HBsAg Anti-HBc HBeAg Anti-HBe DNA HBV
HBs
Hepatitis akut + - IgM + - +
Window period / zona Dapat positif
ekivalensi - - (IgM) +/- +/- -

Penyembuhan - + IgG - +/- -


Divaksinasi - + - - - -

Hepatitis kronik
replikatif + - IgG + - +

Hepatitis kronik non-


replikatif + - IgG - + -
Jawaban Lainnya
• A. Hepatitis B kronis: HBsAg (+) dengan IgG anti-HBc
positif. HBeAg dapat menunjukkan tingkat replikasi
virus.
• C. Hepatitis B di masa lalu, saat ini sembuh: imunitas
ditunjukkan dengan anti-HBs. Karena pernah terinfeksi,
IgG anti-HBc positif.
• D. Pasien pernah divaksinasi hepatitis B: mirip dengan
option (C), kecuali tidak ada anti-HBc yang terdeteksi
• E. Pasien baru divaksin hepatitis B: pada kasus sangat
jarang, HBsAg dapat terdeteksi sangat sedikit, namun
tentunya pasein tidak punya gejala klinis sakit hepatitis!
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

21 B. Hepatitis B akut
22 A. Hipoglikemia

• Efek samping pengobatan dengan anti-


diabetik oral maupun insulin

• Glibenklamid (sulfonilurea)?
Hipoglikemia
Tanda dan Gejala Hipoglikemia
• Whipple’s triad:
• Gejala yang menandakan • Manifestasi neuroglikopenia:
hipoglikemia • Perubahan perilaku
• Konsentrasi gula darah yang • Kebingungan, lemah
rendah (diukur secara presisi)
• Gejala tersebut hilang setelah • Kejang, penurunan kesadaran
kadar gula darah meningkat
• Manifestasi otonom = gejala adrenergic
• Tiga penyebab hipoglikemia dan kolinergik
paling sering:
• Obat antidiabetes: insulin • Palpitasi, tremor, ansietas (adrenergic)
dan sulfonylurea • Berkeringat, rasa lapar, dan kesemutan
• Alkohol (kolinergik)
• Penyakit kritis: gagal hepar, • Keringat dingin
ginjal, jantung; sepsis
• Pucat
Sumber: Harrison’s 19th ed
Tatalaksana Hipoglikemia

Hipoglikemia ringan Hipoglikemia berat:


• Konsumsi makanan tinggi gula • Parenteral: dextrose 20% 50 cc
(KH sederhana) (atau 40% 25 cc), diikuti infus D5
• Gula murn pilihan utama dan D10
• Glukosa 15-20 g (2-3 sdm) • Periksa GD 15 menit setelah
dilarutan dengan air pemberian IV, jika belum
• Periksa GD 15 menit mencapai sasaran berikan
setelahnya, jika masih dextrose 20%
hipoglikemia, silakan diulangi • Monitoring 1-2 jam, jika berulang
• Jika sudah normal, diminta D20 dapat diulang
makan/konsumsi snack • Evaluasi pemicu hipoglikemia
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
Jawaban Lainnya
• B. Asidosis laktat: metformin, terutama pada pasien
dengan gangguan ginjal. Oleh karena itu, metformin
sangat dikontraindikasikan pada pasien gangguan
ginjal.
• C. Penurunan BB: beberapa obat DM dapat
menurunkan BB, seperti metformin
• D. Retensi cairan: tiazolidninedion (TZD, pioglitazon,
rosiglitazon). Hati-hati gagal jantung dan edema perifer.
• E. Infeksi saluran kemih: efek samping penggunaan
SGLT-2 inhibitor (dapagliflozin, canagliflozin → obat DM
golongan baru)
Jadi, efek samping terutama
glibenklamid untuk pasien ini
22 adalah…
A. Hipoglikemia
23 A. TSH turun, fT4 naik

• Peremuan, 30 tahun
• Berdebar-debar
• Sering berkeringat
• Penuruann BB 3 kg dalam sebulan
• Mata tampak menonjol

• →Mengarahkan ke gejala klinis hipertiroid


e.c Graves disease
Penyakit Tiroid: Klasifikasi
• Pembesaran tiroid (goiter) • Klinis Hipertiroidisme
• Defisiensi yodium (struma difusa • Penyakit Graves
nontoksik/goiter endemik) • Struma nodular nontoksik
• Bisa berkembang menjadi struma yang menjadi toksik
nodular nontoksik
• Adenoma toksik
• Goiter sporadik (jarang)
• Lain-lain (mis. tiroiditis
destruktif, hormon tiroid
ekstratiroidal, tumor
• Klinis hipotiroidisme hipofisis)
• Defisiensi yodium yang lebih berat
• Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis
subakut (awal hipertiroid namun
berkembang menjadi hipotiroid
• Neoplasma
• Iatrogenik • Pada pemeriksaan dapat
ditemukan massa terfiksir,
• Lain-lain (mis. obat, kongenital, cepat membesar
hipopituitarisme, kelainan
hipotalamus) * Tiroiditis subakut (pada tipe Subacute granulomatous
thyroiditis ) : dapat ditemukan keluhan demam, nyeri
pada kelenjar
• Pada Graves Disease
terdapat antibodi
terhadap reseptor TSH →
Memacu produksi fT4 di
tiroid →Kadar fT4
tinggi→ Negative
Feedback ke Piutari→
TSH turun

• Jadi fT4
meningkat, TSH
rendah
Jawaban Lainnya
• B. TSH naik, fT4 naik: pada hipertiroid sekunder dan
tersier (misal: akibat kelainan pada hipotalamus
dan hipofisis)

• C, D, dan E dapat disingkirkan karena fT4 semuanya


turun/normal. Padahal, pasien ini sangat
menunjukkan gejala hieprtiroid (fT4 naik)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

23 A. TSH turun, fT4 naik


C. Lakukan ventilasi
24 tekanan positif
• Bayi, lahir usia gestasi 32 minggu
• Lahir tidak menangis
• Sudah distimulasi, 30 detik
• Bayi tetap gasping, FN 80x/menit

• Apa yang akan Anda lakukan?


Algoritma
Resusitasi
Neonatus
Jawaban Lainnya
• A. Kompresi dada dan VTP: hanya dilakukan jika setelah
langkah ini, pasien tetap tidak bugar DAN FN
<60x/menit
• B. Pasangan kateter umbilikal, NaCl 0,9% diberikan jika
pasien tidak respons terhadap kompresi dada. Kateter
umbilikal sebagai akses obat dan cairan pada neonatus
• D. Epinefrin 1 mg IV: epinefrin untuk pasien yang tidak
respons dengan kompresi dada. Dosis tidak tepat,
harusnya 0,01 mg/kgBB dalam epinefrin 1:10.000
• E. Observasi 30 detik: time is life! Observasi 30 detik
tidak bermanfaat pada kasus ini karena perlu
penanganan segera!
Jadi, tatalaksana untuk neonatus ini
adalah…
24 C. Lakukan ventilasi
tekanan positif
25 C. Gizi buruk kwashiorkor

• Anak, 4 tahun
• Wajah sembab
• Rambut kemerahan, mudah dicabut
• Ascites
• Pitting edema
Gizi buruk?
• Diagnosis dengan klinis dan/atau antropometris

• Terlihat sangat kurus dan/atau edema; dan/atau

• BB/TB atau BB/PB <-3 SD

• Terdapat 3 klasifikasi anak gizi buruk


• Kwashiorkor
• Marasmus
• Marasmik-Kwashiorkor
Kwashiorkor
• Edema, minimal pada kedua punggung kaki
(pitting)
• Wajah sembab, membulat
• Padangan mata sayu
• Rambut tipis dan kemerahan seperti jagung, mudah
dicabut tanpa sakit
• Organomegali (hepatomegali)
• Kelainan kulit: crazy pavement dermatosis
Marasmus
• Tampak sangat kurus, seperti tulang terbungkus
kulit
• Wajah seperti orang tua
• Kulit keriput, lemak subkutis sangat sedikit (baggy pants)
• Perut cekung
• Iga gambang
Alur Tatalaksana Gizi Buruk
Jawaban Lainnya
• A. Gizi kurang: tidak menimbulkan gejala seperti
pada pasien
• B. Gizi buruk marasmus: tidak ada gejala marasmus
• C. Gizi buruk campuran (marasmus –kwashiorkor):
tidak ada gejala maramus
• E. Gizi sangat buruk: tidak ada istilah ini
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

25 C. Gizi buruk kwashiorkor


26 C. Anemia defisiensi besi

• Laki, 40 tahun
• Badan lemas 2 minggu
• Terkait dengan nyeri ulu hati → pikirkan
perdarahan saluran cerna kronis?
• Riwayat konsumsi jamu pegal linu → pikiran
mengandung NSAID yang dapat mengiritasi
lambung

• Hb 6 g/dl, trombosit dan leukosit normal →


murni anemia saja
Anemia
• Pendekatan awal dalam hal pucat/anemia adalah
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium yang cukup bermanfaat
adalah nilai morfologi eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC) serta hitung retikulosit
• Hal-hal lain yang biasanya diperhatikan dalam
pemeriksaan eritrosit:
• Ukuran: normositik, mikrositik, makrositik
• Derajat hemoglobinisasi (berdasarkan warna): normokrom,
hipokrom
• Bentuk

• Indikatornya:
• MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter → μm3)
• MCH: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit (pikogram)
• MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel darah merah dengan
volume tertentu (g/dl)
• RDW: koefisien variasi volume sel darah merah.
Ukuran
• Anemia mikrositik : defisiensi Fe, thalassemia,
penyakit kronik (gangguan utilisasi Fe), anemia
hemolitik.
• Anemia normositik : perdarahan akut, anemia
penyakit kronik, anemia aplastik, gagal ginjal
• Anemia makrositik : defisiensi folat, defisiensi B12
Beberapa kelainan morfologi
eritrosit
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic stipping
dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia defisiensi besi: sel pensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
Berdasarkan Penyakit
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum
Iron ↓, Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis(bentuk sel bermacam-macam karena lisis),
Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena thalassemia.
Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit meningkat
namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone
Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia penyakit kronis (infeksi kronis) : Karena gangguan utilisasi besi.
Anemia mikrositik hipokrom
• Anemia karena penyakit ginjal kronis (CKD): anemia normositik
normokrom karena gangguan produksi eritropoietin
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op gastrointestinal),
asam folat, liver disease
Perkiraan angka MCV, MCH, dan MCHC dari
Parameter Hematologi Lain
Jawaban Lainnya
• A. Anemia hemolitik autoimun dan B. Anemia
hemolitik non-imun → terkait dengan ikterus
• D. Anemia megaloblastik: kekurangan asam folat
dan/atau B12 → tidak langsung terkait dengan
konsumsi ”jamu NSAID”
• E. Anemia karena inflamasi kronik → diagnosis
banding utama anemia defisiensi besi. Perlu
diperhatikan, pasien ini didiagnosis anemia karena
perdarahan kronis (bukan inflamasi kronis), yang
pada akhirnya akan mengakibatkan anemia
defisiensi besi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

26 C. Anemia defisiensi besi


D. Elektroforesis
27 hemoglobin
• Bayi, 5 bulan
• Rewel, malas menetek → gejala umum
• Kesan hepato-splenomegali
• Disertai dengan anemia (Hb 8,2)
• Mikrositik (hipokrom) dengan MCV 65
• Gambaran darah tepi mengonfirmasi mikrositik-
hipokrom

• Pikirkan ke arah talasemia → pemeriksaan yang


Anda kerjakan selanjutnya?
Thalassemia
• Gejala klinis:
• Pucat kronis
• Hepato-splenomegali
• Ikterik
• Short stature
• Facies Cooley
• Hiperpigmentasi
• Riwayat keluarga (+) Apusan darah tepi:
Mikrositik, hipokrom,
anisopoikilositosis, sel target
(+), eritrosit muda (+)
PP untuk menegakkan
diagnosis: Elektroforesis Hb
• Gejala Thalassemia mayor muncul di antara bulan
ke 6 -12 saat produksi rantai gamma berkurang dan
normalnya diganti rantai globin beta untuk
membentuk HbA (a2b2)
• Penderita thalassemia tidak bisa membentuk rantai
beta, mengalami anemia kronik, hemolisis
Thalassemia
• Tatalaksana: transfusi • Agen kelasi besi diberikan
• Hb pre-transfusi: 8 g/dl; target jika:
Hb: 12-13 g/dl • Ferritin serum>1.000 ng/ml
• Komplikasi dari tatalaksana: • Saturasi transferin>55%
• Hemokromatosis akibat • 10-20 kali transfusi PRC
transfusi berulang
• Menerima transfusi darah
• Komplikasi ini muncul di akhir sebanyak 1 liter
dekade 1 atau awal dekade 2
• Jenis-jenis agen kelasi besi:
• Iron overload terjadi di
• Subkutan = Deferoksamin
jantung, liver, organ endokrin,
dan tulang • Oral = Deferipron dan
Deferasirox
• Dewasa normal:
• HbA (A2Β2) 95%
• HbA2 (α2 δ2) 2-3.5%
• HbF (α2 γ2) < 2%
• Gen pengatur produksi globin:
• Kromosom 16 (alpha globin: "α")
• Kromosom 11 (beta: "β", gamma: "γ", and
delta: "δ" genes)
• Thalasemia:
• Mutasi / delesi gen pengatur produksi globin
→ penurunan produksi rantai globin dan
rasio Hb abnormal (α:non-α). → penurunan
sintesis Hb
http://www.aafp.org/afp/2009/081
5/p339.html
Jawaban Lainnya
• A. Rapid tes malaria: pada kecurigaan anemia karena
malaria. Riwayat demam, endemisitas malaria perlu
diceritakan di soal
• B. Analisis genetik: pada kondisi talasemia, talasemia
alfa ditegakkan dengan analisis genetik. Namun bukan
pemeriksaan penunjang awal yang diperlukan pada
pasien ini. Dapat dipertimbangkan bila diagnosis
presumptif ke arah talasemia namun elektroforesis Hb
menunjukkan hasil normal
• C. Biopsi sumsum tulang: terpilih pada kondisi
pansitopenia (anemia, leukopenia, trombositopenia)
• E. Pewarnaan Giemsa: pewarnaan mikrobiologi
Jadi, pemeriksaan untuk pasien ini
adalah…
27 D. Elektroforesis
hemoglobin
28 B. Antigen NS1

• Anak, 12 tahun
• Demam sejak dua hari
• Disertai nyeri otot dan nyeri sendi
• Dipikirkan ke arah infeksi virus dengue

• Apa pemeriksaan yang Anda mintakan


selanjutnya?
Panduan WHO
Demam Dengue
• Demam tinggi mendadak
• Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
• Nyeri kepala
• Nyeri retro orbita
• Nyeri otot dan tulang
• Ruam kulit
• Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
• Leukopenia
• Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif

• Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi,


efusi pleura, asites, hipoproteinemia)
Catatan terkait diagnosis DBD

Manifestasi perdarahan: Perembesan plasma


• Uji bendung positif (>10 • Hemokonsentrasi
petekie/inci persegi)
(>20%)
• Mudah lebam dan
berdarah pada daerah • Efusi pleura
tusukan jarum
• Petekie • Ascites
• Perdarahan saluran • Hipoproteinemia
gastrointestinal
• Epistaksis
• Perdarahan gusi
Jawaban Lainnya
• A. Tubex dan C. Widal dilakukan untuk kecurigaan
demam tifoid
• D. IgM dan E. IgG anti-dengue diperiksakan di hari
ke-4 (lihat slide sebelumnya)
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

28
B. Antigen NS 1
E. Siprofloksasin PO
29 2x500 mg
• Laki-laki, 38 tahun
• Demam dan sakit kepala
• Pola demam: makin meningkat, suhu maksimal
di sore hari
• Disertai perubahan pola BAB (gejala
gastrointestinal)

• Kecurigaan ke arah demam tifoid


Demam Tifoid
• Gejala khas pada typhoid
• Stepwise fever pattern → pola demam dimana suhu akan turun
di pagi dan makin tinggi dari hari ke hari.
• Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeriperut, konstipasi),
batuk, sakit kepala.
• Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C),
muncul rose spot (salmon-colored, blanching, truncal,
maculopapules)
• Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan
splenomegali. Bradikardirelatif, dicrotic pulse (double beat, the
second beat weaker than the first)
• Minggu ketiga: takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea
soup diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion,
psychosis), dapat terjadi perforasi usus dan peritonitis
• Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan
membaik
Guideliens for the Management of Tyhpoid Fever, WHO 2011
Pemilihan Antibiotik untuk
Demam Tifoid
• Saat ini, kuinolon merupakan pilihan utama kasus
demam tifoid tanpa komplikasi, untuk pasien yang
tidak kontraindikasi terhadap kuinolon
• Pasien yang kontraindikasi di antaranya ibu hamil dan
anak-anak

• Efektivitas kuinolon sebanding dengan obat yang dulu


menjadi pilihan utama (kloramfenikol), dengan berbagai
kelebihan yakni efek samping relatif minimal dan dosage
yang lebih mudah
• Pada anak: kloramfenikol tetap menjadi pilihan
utama (hati-hati pada kasus agranulositosis)
• Pada ibu hamil: golongan penisilin (seperti
amoksisilin) menjadi pilihan utama
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama dapat
dilakukan pemeriksaan tubex atau kultur darah
dengan media empedu

• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia


sehingga dapat diperiksa menggunakan tes widal
• Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau Anti-O
1/320 atau anti-H 1/640
Jawaban Lainnya
• A. Gentamisin: bukan pilihan untuk kasus demam
tifoid
• B. Kloramfenikol: terpilih untuk kasus demam tifoid
pada anak-anak, karena fluorokuinolon tidak boleh
diberikan pada anak
• C. Kotrimoksazol: dapat dipilih, bukan first line
• D. Amoksisilin: dapat dipilih, lebih terpilih untuk
kasus demam tifoid pada kehamilan (lihat kasus
lain)
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

29 E. Siprofloksasin PO 2 x
500 mg
30 B. Rubeola

• Anak, 4 tahun
• Ruam kemerahan, muncul 2 hari
• Demam sejak 4 hari
• Disertai dengan corzya, conjungtivitis, dan
cough (batuk)

• PF: febris, ruam makulopapular, tidak ada


pembesaran KGB
Morbili / Campak / Rubeola
• Perjalanan Penyakit
• Fase prodromal • Fase eksantema
• Gejala awal: demam dan • Hari ke-4 dan 5
letargi • Gejala sebelum: puncak.
• Batuk, rhinorrhea, bersin, • Pertama kali: Wajah dan/atau
konjungtivitis batang tubuh → ekstremitas.
• Memburuk dlm 4 hari • Fase konvalesens
pertama • Hari ke-7 s.d. 9: demam mulai
• Bercak Koplik: reda
patognomik • Ruam: lesi hiperpigmentasi yg
menetap hingga 2 minggu.
Morbili / Campak / Rubeola
• Anak-anak yang belum menerima vaksin campak sama sekali atau
melengkapi dosis vaksinasi booster pada usia 5 – 6 tahun = rentan
terinfeksi campak.
• Airborne spread dan sangat infeksius.
• Paling sering penularan pada setting sekolah, rumah sakit, tempat
praktik dokter.
• Terapi suportif
• Analgesik
• Vit A 50.000 IU (< 6 bln); 100.000 IU (6 – 11 bln); 200.000 IU (1 – 5
thn)
Jawaban Lainnya
• A. Rubella (campak Jerman): pembesaran KGB
merupakan hal yang sangat menandakan rubella
• C. Varicella: erupsi berupa vesikel, yang cepat
berubah menjadi krusta, papul, pustul sehingga
ruam menjadi multiformis
• D. Eksantema subitum (roseola infantum): ruam
muncul ketika suhu tubuh turun
• E. Staphylococcal scalded skin syndrome: erupsi
yang menimbulkan epidermolisis terkait dengan
infeksi Staphylococcus sp., terutama pada usia
neonatus
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

30 B. Rubeola
31 C. HIV Stadium 3
• Laki-laki, 30 tahun
• Demam, diare 2 minggu
• BB turun drastis: 70 kg jadi 55 kg → turun BB
lebih dari 10%
• Dengan demam/diare 2 minggu → belum
memenuhi kriteria minimal 4 minggu (1 bulan)
• Tidak ada informasi AIDS-defining illness yang
lain (seperti TB paru, TB ekstraparu) → tidak
ada tambahan informas

• Dengan demikian: HIV stadium 3


Stadium Klinis berdasarkan WHO
• Stadium 1: asimtomatik, limfadenopati generalisata
persisten
• Stadium 2: BB turun <10%, herpes zoster, ulkus oral
berulang, dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku
• Stadium 3: BB turun >10% ATAU diare kronik >1 bulan
ATAU demam >1 bulan (tidak memenuhi kriteria HIV
wasting syndrome), kandidiasis oral, TB paru
• Stadium 4: HIV wasting syndrome
• BB turun >10% DAN
• Minimal salah satu dari diare kronik >1 bulan ATAU demam
>1 bulan
• Kondisi lain yang mengarahkan ke stadium 4: PCP, TB ekstra
paru
Jawaban Lainnya
• HIV stadium lain harus memenuhi kriteria seperti
yang telah disampaikan di slide sebelumnya.
• HIV stadium 1: asimptomatik ATAU penyakit lain
yang sesuai dengan stadium 1
• HIV stadium 2: turun BB namun < 10% ATAU
penyakit lain yang sesuai dengan stadium 2
• HIV stadium 3: pada pasien ini (ATAU penyakit lain
yang sesuai dengan stadium 3)
• HIV stadium 4: HIV wasting syndrome (ATAU
penyakit lain yang sesuai dengan stadium 4)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

31 C. HIV Stadium 3
32 D. 27%
• Luka bakar (kulit melepuh, kemerahan)
• Lokasi: seluruh lengan kanan DAN toraks

• Disclaimer: istilah toraks bukan istilah yang baku


untuk menggambarkan “luas permukaan luka
bakar”, lebih aman menggunakan istilah “dada
depan”, “punggung atas”.

• Beberapa literatur menyebutkan secara anatomi


permukaan, toraks termasuk depan dan
belakang.
emedicinehealth.com
Luas luka bakar pada pasien ini
adalah…
32 D. 27%
A. Pembesaran prostat
33 jinak
• Laki-laki, 66 tahun
• Sulit BAK (6 bulan)
• 1 hari terakhir dicurigai retensi urin
• PF: buli kesan penuh, RT: prostat membesar,
kenyal, permukaan rata
BPH
• Gejala pada BPH adalah Gejala LUTS :
– Gejala obstruksi (hesitansi, pancaran miksi lemah,
intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi, atau
retensi urin total),
– Gejala iritasi (frekuensi, nokturi, urgensi, disuri).
• PF : Rectal touche
• Pemeriksaan penunjang : USG
• Tatalaksana : alfa-bloker (tamsulosine), 5-alfa-reduktase
inhibitor (finasteride), tindakan bedah (TURP, TUIP,
prostatektomi)
Blokade reseptor Alfa-1 pada
BPH
• Reseptor yang spesifik hanya ada di prostat: alfa-1
• Alpha-1–Receptor Blockade in BPH
– Komponen signifikan LUTS akibat BPH diakibatkan oleh
adanya tegangan pada otot halus di stroma prostat,
uretra, dan leher vesica.
– Tegangan tersebut dimediasi alpha-1-adrenergic
receptor.
– Maka, alpha-adrenergic receptor–blocking agent dapat
menurunkan tegangan di leher vesica, prostat, dan uretra
dengan cara merelaksasi otot halus dan memperlancar
aliran urine.
• Kelompok penghambat alfa berdasarkan subtipe
selektifitas reseptor dan durasi half-life:
– Nonselective alpha-blockers - phenoxybenzamine
– Selective short-acting alpha-1 blockers - prazosin, alfuzosin,
indoramin
– Selective long-acting alpha-1 blockers - terazosin,
doxazosin, slow-release (SR) alfuzosin.
– Partially subtype (alpha-1a)–selective agents – tamsulosin
(Harnal®), silodosin
Jawaban Lainnya
• B. Adenokarsinoma prostat: prostat berdungkul-
dungkul (benjol)
• C. Prostatitis bakterial akut: prostat teraba nyeri
saat penekanan (saat RT), demam
• D. Uretritis: infeksi (menular seksual) pada uretra
• E. Adenkarsinoma buli: painless gross hematouria,
faktor risiko utama: merokok
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Pembesaran prostat
33 jinak
B. Glomerulonefritis post-
34 streptokokal
• Anak 8 tahun
• Bengkak kelopak mata, kencing kemerahan
• Riwayat infeksi kulit sebelumnya → infeksi
bakteri Staph, Strep?
• PF: hipertensi, edema kedua kelopak dan
tungkai
• Lab: leukositosis ringan
• Sindrom nefritik akut:
• Azotemia, hipertensi, edema, hematuria
• Sindrom nefrotik:
• Proteinuria, hipoalbuminemia, edema
Glomerulonefritis akut pasca-
streptokokus
• GNAPS merupakan salah satu sindrom nefritik yang
ditandai oleh timbulnya hematuria, edema, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal
• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (reaksi
hipersensitivitas tipe 3) pada GBM dan atau mesangium
sehingga terjadi reaksi inflamasi → gangguan fungsi ginjal
→ komplikasi: ensefalopati hipertensif, gagal jantung,
edema paru, dan gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi SBGA nefritogenik (tipe 4, 12, 16,
25, dan 49) di saluran napas atas, maupun infeksi kulit
• Reaksi Ag-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas dan infeksi
kulit selesai
Tatalaksana
• Fokus:
• Eradikasi kuman
• Dengan antibiotik, seperti penisilin fase akut.
• Tidak lagi dianjurkan pemberian profilaksis.
• Suportif terhadap gagal ginjal akut dan komplikasi
lainnya
• Tirah baring
• Diuretik jika sembab
• Antihipertensi
• Restriksi cairan, pengaturan nutrisi rendah natium dan kalium,
rendah protein (sementara)
Jawaban Lainnya
• A. Sindroma nefrotik: proteinuria merupakan hal
yang terutama
• C. Glomerulosklerosis: patologi pada ginjal yang
umumnya diakibatkan penyakit sistemik, seperti
hipertensi, diabetes, dan autoimun (SLE)
• D. Nekrosis tubular akut: dapat diinduksi oleh obat-
obatan nefrotoksik maupun iskemia pada ginjal
• E. Nefritis herediter: sindroma Alport
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Glomerulonefritis post-
34 streptokokal
35 D. Sirkumsisi cito

• Anak 6 tahun
• Ujung penis membengkak, preputium
melingkar di glans penis
• Tidak dapat dikembalikan
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit
dan nyeri saat berkemih, perlu mengedan dan
sebelum berkemih ada gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis,
saat diretraksi tidak dapat dikembalikan lagi,
merupakan keadaan emergency dalam urologi

• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak


berada di ujung glans penis, tetapi di bagian
bawah (ventral), keluhan pasien: kencing
menetes
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis
Jawaban Lainnya
• A. Injeksi kortikosteroid: tidak ada indikasi
• B. Bedah detorsio: pada kondisi torsio testis
• C. USG doppler: pemeriksaan yang diperlukan
untuk membedakan torsio testis dengan kondisi
acute scrotum lain (seperti epididimo-orkitis)
• E: Sirkumsisi elektif untuk kasus non-cito, seperti
fimosis
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

35 D. Sirkumsisi cito
D. Menyudahi jumlah anak,
36 anjurkan dengan tubektomi pada
pasien
• Perempuan, 40 tahun
• Punya 3 anak hidup
• Pemilihan KB yang paling tepat?
Kontrasepsi mantap
Ada indikasi yang perlu dicapai sebelum
dipertimbangkan, yakni…

• Sukarela: siap dan sadar secara penuh dalam menentukan


pilihannya berkontrasepsi mantap (MOW maupun MOP)
• Bahagia: usia istri paling muda 25 tahun, 2 orang anak sehat
secara jasmani dan rohani (umumnya anak terkecil berusia 5
tahun), yakin telah memiliki keluarga yang diinginkan
• Sehat: tidak ada kontraindikasi dalam prosedur MOW/MOP,
atau ibu yang justru ketika kehamilan memiliki risiko
mortalitas yang tinggi

http://posyandu.org/mow-dan-mop.html
Jawaban Lainnya
• A dan B tidak disarankan untuk hamil lagi,
mengingat usia dan jumlah anak hidup (sehat)
• C. Menyudahi jumlah anak, dengan vasektomi:
vasektomi dipilih untuk pria
• E. Menyudahi jumlah anak, dengan AKDR (Cu):
menyudahi jumlah anak dilakukan dengan
kontrasepsi mantap berupa MOW (metode operasi
wanita, tubektomi) maupun untuk pasangan MOP
(metode operasi pria, vasektomi)
Jadi, saran Anda untuk pasien ini
adalah…
36 D. Menyudahi jumlah anak,
anjurkan dengan tubektomi pada
pasien ini
D. Superimposed pre-
37 eclampsia
• Perempuan, gravida (G3P2A0)
• TD 180/110, proteinuria (+3)
• Terdapat riwayat HT sebelumnya (sebelum
hamil, atau <20 minggu hamil)
Diagnosis banding jika ada
hipertensi kurang dari 20 mg
20
minggu

Hipertensi Kronik

Proteinuria (-)

Superimposed preeclampsia

Proteinuria (+)
SPEKTRUM HIPERTENSI – HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN –
PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA
DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA DAN GEJALA LAIN
HIPERTENSI GESTASIONAL TD ≥ 140/90 mmHg Kehamilan Proteinuria (-)
> 20 minggu

PREEKLAMPSIA RINGAN TD ≥ 140/90 mmHg Proteinuria 1+


Kehamilan > 20 minggu
PREEKLAMPSIA BERAT TD > 160/ 110 mmHg Proteinuria 2+ atau lebih
Kehamilan > 20 minggu

EKLAMPSIA Hipertensi Kejang


Kehamilan > 20 minggu
HIPERTENSI KRONIK Hipertensi <20 minggu Pasien dapat
mengetahui/menyangkal
riwayat HT sebelumnya
Proteinuria (-)
SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA Hipertensi <20 minggu Muncul proteinuria di usia
(hipertensi kronik) kehamilan >20 minggu
Jawaban Lainnya
• A. Pre-eklampsia ringan dan B. Pre-eklampsia berat:
tidak boleh ada riwayat hipertensi sebelumnya
• C. Hipertensi gestasional: tidak disertai dengan
proteinuria
• E. Eklampsia: kejang
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Superimpsoed pre-
37 eclampsia
38 B. Atonia uteri

• Perempuan, 30 tahun P3A0


• Baru melahirkan plasenta → perdarahan
tidak berhenti
• Uterus lembek (pikirkan masalah tonus)
• Tidak terlihat massa dari jalan lahir
Perdarahan post partum
4T
DIAGNOSIS/MASALAH GEJALA & TANDA TATALAKSANA

TONE (ATONIA UTERI) UTERUS LEMBEK, SYOK MASASE FUNDUS,RANGSANG


PUTTING, OKSITOSIN DAN
METERGIN

TEAR (ROBEKAN JALAN LAHIR) KONTRAKSI BAIK, PLASENTA HENTIKAN SUMBER PERDARAHAN
LENGKAP

TISSUE (SISA JARINGAN) PLASENTA TIDAK LENGKAP, KELUARKAN SISA JARINGAN


TERDAPAT JARINGAN PADA OUE

TROMBOSIT (GANGGUAN SINDROM HELLP → KOMPLIKASI KOMPRESI BIMANUAL, LIGASI


KOAGULASI) PREEKLAMSIA-EKLAMSIA ARTERI HIPOGASTRIK SAMPAI
HISTEREKTOMI
Algoritma lanjutan
penatalaksanaan Atonia Uteri
• Lakukan pemijatan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap
• 20-40 U oksitosin dalam 1 L NaCl 0,9%/RL, kecepatan
60 tpm + 10 U IM
• Alternatif: ergometrin 0,2 mg IM/IV lambat
• Jika berlanjut: 1 g asam traneksamat IV (bolus 1 menit,
dapat diulang 30 menit)
• Kompresi bimanual internal 5 menit
• Siapkan tindakan operatif
• B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligasi arteri uterina, hingga
histerektomi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu


Jawaban Lainnya
• A. Robekan porsio: setelah masalah atonia uteri
disingkirkan
• C. Ruptur perineum: terlihat dari pemeriksaan luar
• D. Sisa jaringan plasenta: onset tidak secepat atonia
uteri
• E. Inversio uteri: akibat ”tarikan” saat melakukan
peregangan tali pusat terkendali, disertai dengan
nyeri hebat dan terlihatnya uterus dari introitus
vagina
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

38 B. Atonia uteri
39 B. Baby blues syndrome

• Perempuan, 31 tahun, post-partum


• Gejala psikiatrik: menangis sendiri,
melamun
• Onset 1 minggu post-partum
• Masih mampu dan mau melakukan perawatan
kepada anaknya
Baby blues syndrome (minor
mood disorder, postnatal blues)
• Penurunan mood, yang biasanya terjadi perbaikan
dalam maksimal dua minggu setelah bersalin
• Terjadi mood swing, rasa cemas, rasa sedih
• Dapat menjadi iritabel
• Menangis, berkurang konsentrasi
• Sulit tidur
• Umumnya masih dapat melakukan perawatan terhadap
anak, tidak ada ide bunuh diri

• Tidak seberat depresi post-partum, yang mana gejala


disertai dengan keinginan bunuh diri, ketidakmampuan
merawat anak
Jawaban Lainnya
• A. Psikosis post-partum: gejala psikosis (waham dan
halusinasi, merasa anaknya jelmaan setan, ingin
membunuh anaknya)
• C. Depresi post-partum: umumnya bertahan lebih
dari 2 minggu, gejala lebih berat (tidak mau
merawat anaknya, ada ide bunuh diri)
• D. Pregnancy-induced skizofrenia: tidak ada
• E. Gangguan cemas menyeluruh: perasaan cemas
terhadap banyak hal yang sebetulnya tidak perlu
dicemaskan (generalized anxiety disorder)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

39 B. Baby blues syndrome


40 A. KOH 10%

• Perempuan, 45 tahun
• Gatal daerah kemaluan
• Vulva/vagina kemerahan; edema, erosi
• Tampak duh tubuh putih keju, kental
• Riwayat diabetes melitus
Kandidiasis vulvovaginal
Gejala klinis?
• Duh tubuh pada vulva/vagina
• Disertai dengan rasa gatal/iritasi yang umumnya hebat
• Duh tubuh putih keju, umumnya sedikit
• Vulva umumnya merah, edema dengan fisura, erosi,
maupun ulserasi (sekunder akibat garukan)

• Duh tubuh dapat menumpuk menjadi gumpalan keju


(“cottage cheese”).
Panduan Penatalaksanaan IMS, 2015
Jawaban Lainnya
• B. Tes Whiff: kecurigaan bakterial vaginosis (dengan
KOH 10% diteteskan, tercium bau amis/fishy odor)
• C. Sediaan basah: untuk kecurigaan infeksi
Trichomonas vaginalis
• D. SerologI: pemeriksaan ke arah infeksi menular
seksual lain, seperti sifilis
• E. Giemsa: pewarnaan bakteriologi (Chlamydia),
parasit, malaria
Jadi, penunjang untuk pasien ini
adalah…
40
A. KOH 10%
C. Sefiksim 400 mg PO +
41 Azitromisin 1 g PO, dosis tunggal

• Laki-laki, 28 tahun
• Duh tubuh uretra, 3 hari
• Panas saat BAK
• Riwayat berganti pasangan seksual

• Pemeriksaan: leukosit >>, diplokokus gram


negatif ditemukan → infeksi Gonokokus
Pendekatan
berbasis
sindroma:

Jika ditemukan
duh tubuh uretra
dan tidak
dilakukan
pemeriksaan
gram, lakukan tx
untuk gonore dan
klamidiosis.

Panduan Penatalaksanaan IMS, 2015


Bagaimana jika
dilakukan
pemeriksaan gram
sederhana?

Jika ditemukan
diplokokus gram
negatif → obati
sebagi DUA DUA-
nya.

Jika tidak
ditemukan, obati
sebagai
klamidiosis.

Panduan Penatalaksanaan IMS, 2015


Jawaban Lainnya
• A. Sefiksim 400 mg PO dosis tunggal → tidak
dianjurkan monoterapi
• B. Azitromisin 1 g PO dosis tunggal → bila ada
gejala duh tubuh tanpa ditemukan kuman gonokok
• D. Siprofloksasin → bukan lini pertama kasus
uretritis gonokokal
• E. Doksisiklin → bukan lini pertama kasus uretritis
non-gonokokal
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

41
C. Sefiksim 400 mg PO +
Azitromisin 1 g PO, dosis tunggal
A. Hifa sejati panjang
42 bersekat
• Laki-laki, 21 tahun
• Bercak gatal, selangkangan kiri
• Sejak 3 minggu
• Disertai gatal
• Tepi lebih aktif

• KOH?
Pemeriksaan KOH dilakukan pada
organ…
Hifa sejati, panjang, bersekat
(branching, septate hyphae) pada
infeksi Tinea
Spagetti and Meatball
Appearance = P. versicolor
Pseudohifa + blastospora =
Candidiasis
Jawaban Lainnya
• B. Hifa pendek, bersekat: tidak diagnostik
• C. Blastospora dengan pseudohifa: Candida sp.
• D. Hifa pendek tidak bersekat dengan gerombolan
spora: Sphagetti and meatball appearance →
Malazessia furfur (Pitiriasis versicolor)
• E. Spora multipel: tidak diagnostik
Temuan yang Anda harapkan adalah…

42 A. Hifa sejati, panjang


bersekat
43 E. Selulitis

• Laki-laki, 21 tahun
• Kaki dan tungkai bawah merah
• Riwayat bermain sepakbola (luka)
• Edema, eritema cerah, batas tidak tegas
• Disertai tanda radang akut lain
Selulitis
• Inflamasi non-nekrotik dari kulit dan jaringan subkutan akibat
infeksi akut.
• Etiologi: Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus (jarang)
• Manifestasi klinis:
• 4 tanda cardinal infeksi lokal: Eritema, nyeri, edema, hangat pada
perabaan
• Batasan lesi tidak jelas; tidak terangkat → membedakan dengan
erisipelas yang mana lesinya lebih sirkumskripta/batas tegas
• Predileksi: ekstremitas
• Infeksi berat ditandai dengan adanya:
• Demam, menggigil, malaise berat
• Penyebaran saluran limfe → garis merah menjauhi area infeksi
• Selulitis sirkumferensial
• Nyeri tidak proporsional dengan hasil PF

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Medscape
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Medscape

• Tatalaksana:
• Gejala lokal ringan, tanpa keterlibatan sistemik → rawat jalan
• 90% kasus: antibiotik; 10% butuh tindakan (selulitis dengan
abses)
• Selulitis tanpa abses maupun fistel → antibiotik beta lactam
1. Dicloxacilin, amoxicillin, cephalexin
2. Clindamycin atau makrolida → alternatif jika pasien alergi
penisilin
3. Levofloksasin → biasanya utk bakteri gram negative yg sudah
terbukti sensitif
- Elevasi tungkai
- Kompres antiseptik
- Diuretik (bila edema)
Erisipelas: batas lebih tegas,
lokasi lebih superfisial
Jawaban Lainnya
• A. Impetigo bulosa: cacar monyet
• B. Impetigo krustosa: banyak ditemukan krusta
mengering
• C. Ektima: ulkus superifisial akibat infeksi
Streptococcus sp.
• D. Erisipelas: dd/ utama selulitis, dengan batas
tegas (lokasi lebih superfisial dibanding dengan
selulitis yang lebih profunda)
Impetigo non-bulosa =
impetigo krustosa

Impetigo bulosa
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

43 E. Selulitis
44 D. Permetrin 5%

• Anak, 2 tahun
• Ditemukan lesi pada kulit:
• Papul, vesikel, krusta
• Gatal (anak menjadi rewel dan menangis)
• Lokasi: sela jari tangan dan jari kaki

• Mengarah ke infestasi Sarcoptes scabiei.


• Tatalaksana yang Anda berikan?
Skabies
• Gudik, budukan, gatal agogo
• Infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
• Gejala klinis → 2 dari 4 tanda kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang kelompok
• Ditemukan terowongan
• Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
• Congkel papul di ujung terowongan → taruh di kaca objek
→ lihat dengan mikroskop
• Menyikat kulit → tamping di kertas putih → lihat dengan
kaca pembesar
• Biopsi irisan → lihat dengan mikroskop Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI
• Biopsi eksisional → periksa dengan pewarnaan HE
Tatalaksana Skabies
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam;
tidak efektif untuk stadium telur sehingga
harus digunakan >3 hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk
semua stadium, diberikan malam hari selama
3 hari; sulit ditemukan
• Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium,
dihindari untuk anak <6 tahun dan wanita
hamil, efek neurotoksik dan teratogenik
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh
stadium tungau), dioleskan ditempat lesi
lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih.
Bila belum sembuh, diulang 1 minggu
kemudian. Kontraindikasi: anak kurang dr 2
bulan Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FKUI
Jawaban Lainnya
• A. Bedak salisil 2%: tidak menatalaksana secara
etiologis, tidak ada indikasi utama
• B. Gameksan 1%: untuk kasus Pediculosis sp.
• C. Belerang endap: terpilih jika usia anak <2 BULAN
• E. Asam triklorasetat 25%: untuk kasus veruka /
kondiloma akuminata
Jadi, tatalaksan pasien ini adalah…

44 D. Permetrin 5%
B. Dermatitis kontak
45 alergi
• Perempuan, 18 tahun
• Bercak dan papul kemerahan sebesar jarum
pentul di bekas pemasangan anting
Dermatitis Kontak Alergi
Contoh kasus DKA
• Gatal kulit akibat reaksi alergi • Alergi nikel yang
terhadap suatu substansi yang dijadikan rantai jam
berkontak dengan kulit. tangan
• Reaksi kulit dapat terjadi • Alergi terhadap bahan
beberapa jam, hari, hingga tahun plaster luka (rosin)
setelah kontak pertama • Dermatitis tangan pada
• Beratnya reaksi kulit tidak pekerja pabrik karet
berbanding lurus dengan jumlah • Dermatitis fotokontak
allergen yg terpapar → alergi terhadap
sunscreen atau sabun
• Karakteristik umum lesi DKA: antibakteri yang timbul
setelah paparan
• Sebagian besar: lesi hanya terhadap sinyal
mencakup area kulit tempat matahari
kontak dengan allergen terjadi • Lainnya: DKA thdp
• Dapat merah, bengak, dan parfum, cat rambut, http://www.dermnetnz.or
melepuh atau kering dan kasar obat topikal g/dermatitis/contact-
allergy.html
PPK PERDOSKI 2011
dd/: Dermatitis Kontak Iritan

• Salah satu bentuk dermatitis kontak


• Terjadi karena kulit rusak akibat friksi, faktor lingkungan (suhu
dingin), paparan berlebihan terhadap air, ataupun bahan kimia
seperti cairan asam, alkali, detergen, maupun pelarut
• Tingkat keparahan dermatitis bergantung pada:
• Jumlah dan kekuatan zat iritan
• Durasi (seberapa lama) dan frekuensi (seberapa sering) paparan
terhadap iritan
• Kerentanan kulit masing-masing individual → dipengaruhi oleh
tebal/tipisnya kulit di suatu lokasi, produksi minyak pelembab, dan
adanya kecenderungan atopi
• Faktor lingkungan: suhu dan kelembaban

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
• Patogenesis
• Kerusakan kulit akibat iritan > kemampuan kulit
utk beregenerasi
• Iritan ↓jumlah minyak dan pelembab alami pada
kulit → ↑penetrasi iritan ke bagian kulit lebih
dalam → menginisiasi inflamasi
• Klasifikasi
DKI akut
• Terpapar dengan iritan kuat (cairan asam atau basa
kuat), biasanya tidak sengaja/kecelakaan →
bengkak, lepuh, nyeri, merah.
DKI kronis kumulatif
• Terpapar iritan lemah seperti air, sabun, atau
detergen dalam waktu cukup lama (beberapa
minggu) → kering, gatal, dan kulit retak
• Disintegrasi kulit → luka dg krusta dan keropeng
http://www.dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
Patch Test (Uji
Tempel) • Metode
Baru dapat dikerjakan 6 minggu setelah
penyakit dinyatakan sembuh
• Indikasi 1. Larangan utk pasien
• Pasien dengan diagnosis kerja • Punggung tmpt ditempelkan zat
dermatitis kontak, terutama alergenik tidak boleh kena air
pada kelompok pasien dengan • Tdk boleh berkeringat keterlaluan
penyakit kulit dasar berupa • Tidak boleh terpapar radiasi UV
dermatitis atopi, seboroik,
stasis, numularis; psoriasis; 2. Perangkat tes ditempel di punggung
dishidrosis bagian atas: hindari area berambut
• Dermatitis kronis tanpa 3. 48 jam setelahnya → tempelan
penyebab yang jelas dicabut → dibaca hasilnya (1)
• Dermatitis kontak akibat 4. 72 – 96 jam setelah penempelan →
pekerjaan baca hasil (2)

An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.


Patch Test (Uji
Tempel) • Relevansi patch test:
Hasil patch test yang positif v.s.
probabilitas kontak bahan tsb
thdp kulit yang mengalami
defek
Terdapat 3:
• Possible: hasil patch test sesuai
dengan substansi yg dicurigai
menyebabkan dermatitis kontak
• Probable: hasil patch test positif
utk substansi DAN material utuh
yg dipakai pasien (yg
mengandung substansi ybs)
• Kuat: paparan ulang thdp
material yg mengandung
substansi alergenik → rekurensi
dermatitis kontak

An Bras Dermatol. 2013;88(6):879-88.


Tatalaksana
• Mencegah paparan dengan iritan/alergen potensial
• Jika paparan pada kulit telapak tangan: gunakan sarung
tangan
• Akibat iritan kuat yg menyebabkan luka bakar kimiawi:
irigasi + antidote topical spesifik
• Simptomatik: antihistamin oral utk ↓ gatal
• Prinsip umum:
• Penggunaan krim pelembab
• Steroid topical untuk ↓ inflamasi: secara umum → potensi sedang
(flucinolone acetonide)
• Antibiotik apabila ada infeksi sekunder
http://www.dermnetnz.org/derm
atitis/contact-allergy.html
http://www.dermnetnz.org/derm
atitis/contact-irritant.html
PPK PERDOSKI 2011
Jawaban Lainnya
• A. Dermatitis seboroik: lokasi yang banyak
mengandung glandula sebasea (e.g: wajah)
• C. Dermatitis kontak iritan: terhadap bahan-bahan
yang iritatif (seperti sabun cuci)
• D. Dermatitis numularis: bentuk seperti koin
• E. Dermatitis venenata: akibat alergi terhadap
serangga/cairan tubuh serangga yang berjalan di
atas permukaan kulit
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Dermatitis kontak
45 alergi
B. Melakukan proteksi servikal
46 dan patensi jalan napas

• Laki-laki, 39 tahun
• Post-KLL
• Letargis
• TD 80/50, akral dingin, takikardia, takipneu
• Abdomen kesan jejas di daerah kiri atas
• Femur tampak membengkak

• Tatalaksana awal? Ingat A-B-C-D-E


Algoritma ATLS
• Untuk primary survey: dilakukan segera setelah
pasien tiba
• Airway and C-spine control
• Breathing and ventilation
• Circulation and hemorrhage control
• Disability
• Exposure

• Walaupun pada kenyataanya ABC terutama


dikerjakan secara simultan, pada saat menjawab
soal, urutan ABC perlu diutamakan.
Jawaban Lainnya
• A. Menghentikan perdarahan, menggantikan
volume darah: prioritas A-B-C
• C. Melakukan balut tekan dengan pemasangan
bidain: prioritas A-B-C
• D. Melakukan diagnostic peritoneal lavage: pada
kecurigaan trauma abdomen perlu dipikirkan,
namun selalu prioritas A-B-C
• E. Melakukan alloanamnesis: dilakukan nanti,
sambil melakukan stabilisasi pasien menggunakan
A-B-C
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

46
B. Melakukan proteksi servikal
dan patensi jalan napas
B. Osteofit dan penyempitan
47 celah sendi pada radiologi

• Perempuan, 55 tahun
• Nyeri kedua lutut, 3 bulan
• Di sore hari >>
• Pasien obese
• Status lokalis: edema, krepitasi
Osteoarthritis
• Krepitus
• Penurunan ROM
• Pembengkakan dari osteofit
• Pembengkakan DIP (haberden) PIP (bouchard)
• OA lebih sering DIP dan PIP, RA PIP dan MCP
Gambaran radiologi yang khas
adalah..
• Penyempitan
celah sendi
dan erosi
sendi
• Sklerosis
• Osteofitosis
• Kista
subkondral
Grading (K-L system)
Manajemen
• NSAID, terapi fisik, perubahan gaya hidup
• Acetaminofen
• Injeksi steroid intraarticular: temporary
• Severe symptom: penggantian sendi
Jawaban Lainnya
• A. Peningkatan RF terjadi pada kasus reumatoid
artritis (atau penyakit autoimun lain)
• C. Peningkatan LED dan CRP juga ditemukan pada
kasus artritis terkait penyakit sistemik (autoimun)
• D. Deformitas boutonierre dan swan neck: pada
kondisi reumatoid artritis
• E. Ditemukan kristal pada analisis cairan sendi
kasus artitis gout (maupun pseudogout)
Temuan yang Anda harapkan adalah…

47 B. Osteofit dan penyempitan


jalan napas pada radiologi
48 A. Livor mortis

• Lebam mayat?
Jawaban lain
• Rigor mortis • Algor mortis

Psych and Crime


Jawaban Lain
• Cadaveric Spasm • Dekomposisi
• Pembusukan
• Yang terjadi >24 jam
post-mortem
• Awal mulanya ditandai
dengan daerah
kehijauan di sekum
(abdomen, kanan
bawah)
Temuan kebiruan pada mayat
adalah…
48
A. Livor mortis
49 A. Beneficence

• Dokter, melakukan perawatan pada pasien


• Tanda vital stabil

• Pasien dalam kondisi stabil, tidak memerlukan


tindakan kegawatdaruratan
• Dokter memilihkan terapi yang paling baik untuk
pasien → benefit terbaik untuk pasien
Jawaban Lainnya
• B. Non-maleficence: kasus gawat darurat, at first
DO NO HARM
• C. Autonomy: mengutamakan pendapat pasien,
menjaga rahasia medis, melakukan tindakan
dengan informed consent
• D. Justice: mementingkan kepentingan orang
banyak, menjaga ketertiban/sesuai dengan kaidah
yang berlaku
• E. Veracity: turunan kaidah dasar bioetik
Kaidah dasar bioetik yang ditunjukkan
oleh dr. Sandi adalah…
49
A. Beneficence
50 B. Specific protection

• Dokter menyarankan penggunaan earmuffs


dan earplugs
• Kepada para pekerja pabrik yang rentan
terpapar dengan bising
• Pasien masih sehat
http://bjp.rcpsych.org/content/bjprcpsych/201/3/175/F1.lar
ge.jpg
Jawaban Lainnya
• A. Health promotion: meningkatkan derajat kesehatan
secara umum, tidak spesifik
• C. Early diagnosis: melakukan pemeriksaan/diagnosis
dini pada pasien yang asimptomatik/simpatomatik
ringan
• D. Prompt treatment: dilakukan bersamaan dengan
early diagnosis jika ditemukan penyakit
• E. Rehabilitation: tahap akhir, pada pasien yang sudah
mengalami penyakit dan bahkan kecacatan, untuk
mengembalikan ke fungsinya sebagai manusia (akibat
penyakitnya pasien kehilangan fungsi-fungsi tertentu)
Tindakan tersebut tergolong sebagai…

50
B. Specific protection
51 E. 150 (/100.000 bayi lahir hidup)

• 30 kematian ibu terkait kehamilan, partus,


dan nifas
• 20.000 bayi lahir hidup
SKDI (2012) MMR Indonesia
359/100.000 kelahiran hidup!
Angka kematian ibu melalui
perhitungan tesrebut adalah..
51
150 (/ 100.000 bayi lahir hidup)
52 E. Snowball sampling

• Penyakit ALS (amyotropic lateral sclerosis)


→ dipikirkan sebagai penyakit yang jarang
• Sulit mencari sampel jika dilakukan secara
randomisasi
Teknik sampling?
• Randomisasi
• Simple random sampling
• Systematic random sampling
• Stratified random sampling
• Cluster random sampling

• Non-Randomisasi
• Consecutive sampling
• Convenient sampling
• Snowball sampling
Snowball sampling: satu subyek merekrut
subyek yang lain… dan seterusnya hingga
sampel terpenuhi
Jawaban Lainnya
• A. Systematic random sampling: memilih secara acak
berdasarkan sistematika untuk ruang sampel yang
sudah ditetapkan
• B.Simple random sampling: memilih secara acak tanpa
sistematika untuk ruang sampel yang sudah ditetapkan
• C. Cluster random sampling: ruang sampel terbagi
menjadi cluster-cluster, yang kemudian dipilih beberapa
cluster untuk menjadi bagian dari penelitian
• D. Consecutive sampling: siapa yang memenuhi kriteria,
diambil. Bukan merupakan sampling secara
randomisasi
Teknik sampling tersebut adalah…

52 E. Snowball sampling
53 D. PPV = 80% Dihitung dari data yang
sudah tersedia
Diketahui di soal “Dari yang positif malaria, 200 di
antaranya positif dengan rapid test”

Positif Negatif
Malaria Malaria
Positif Rapid 200 50 250
Test
Negatif Rapid 50 200 250
Test
250 250 500
Diketahui di soal “… 250 di
antaranya positif malaria”
Diketahui di soal “Dari 500
sampel…”
Warna hitam: data sudah tersedia di soal
Warna abu-abu: dihitung dari data yang sudah tersedia di soal
Nilai PPV (nilai duga positif) adalah…

53 D. 80%
54 D. T-paired

• Menilai efektivitas pemberian materi


terhadap pengetahuan
• Variabel bebas: pre-test dan post-test
(penjelasan diberikan di PAMER PADI)
• Variablel tergantung: pengetahuan (bentuk:
numerik, dinyatakan di soal)
• Berpasangan/tidak: berpasangan

• Merujuk ke tabel uji hipotesis → uji T


berpasangan (T paired)
Riset >> Tabel Uji Hipotesis
Komparatif
Variabel tergantung

jenis variabel tidak berpasangan Berpasangan


Jumlah variabel bebas (contoh: pre vs post-
tergantung (contoh: kota vs desa)
intervensi)

numerik T tidak
T berpasangan (T
(contoh: kadar GDS berpasangan (T
pair)
dalam mg/dL) unpair)

kategorik ordinal
(contoh: status DM
2 kelompok dalam tidak terkontrol – Mann Whitney Wilcoxon
terkontrol sebagian –
(contoh: kota vs desa)
terkontrol baik)

kateogrik nominal Chi Square McNemar


(contoh: status DM
Fisher Cochran
dalam DM dan TIDAK
DM) ( B x K) (P x K)
Variabel bebas:
berjenis kategorik numerik
dalam DM dan TIDAK
DM) ( B x K) (P x K)
Variabel bebas:
berjenis kategorik numerik
(contoh: kadar GDS One Way ANOVA Repeated ANOVA
dalam mg/dL)

kategorik ordinal
(contoh: status DM
>2 kelompok dalam tidak terkontrol – Kruskal-Wallis Friedman
(contoh: kota vs desa vs terkontrol sebagian –
pegunungan) terkontrol baik)

kateogrik nominal Chi Square McNemar


(contoh: status DM
Fisher Cochran
dalam DM dan TIDAK
DM) ( B x K) (P x K)
Uji hipotesis yang tepat digunakan?

54 D. T paired
55 C. Intradermal (intrakutan)

• Cara pemberian vaksin BCG?


Cara pemberian vaksin

http://vaccine-safety-training.org/tl_files/vs/images2/02-routes-of-
administration.gif
Jawaban Lainnya
• A. Subkutan: vaksinasi campak
• B. Intramuskular: vaksinasi DPT, HepB, polio injeksi
(IPV)
• D. Intravena: tidak ada vaksin yang diberikan secara
intravena
• E. Intraoral: pemberian vaksin seperti polio oral
(OPV), Rotavirus
Jadi, rekomendasi pemberian BCG
adalah…
55
C. Intradermal
56 A. Breastfeed jaundice

• Bayi, 4 hari
• Terlihat kuning
• Sklera ikterik
• Minum ASI, namun jumlah masih sedikit
• Bilirubin dominan: indirek (bukan direk) →
bukan kolestasis

• Kemungkinan diagnosis?
Ikterus neonatorum
• Ikterus fisiologis :
• Timbul setelah 24 jam, berlangsung kurang dari 7-14
hari,
• Terutama terdiri dari bilirubin indirek,
• Kadar tertinggi bilirubin total kurang dari 15 mg%
• Bilirubin direk kurang dari 2mg%,
• dan tidak ada keadaan patologis lain.
• Ikterik pada 24 jam pertama
• Dapat disebabkan erythroblastosis fetalis, perdarahan
tersembunyi, sepsis, atau infeksi intrauterine, termasuk
sifilis, rubella, sitomegalo, rubella, dan toxoplasmosis
kongenital
• Ikterik yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3
• Umumnya fisiologis, Crigler-Najjar syndrome dan breast
feeding ikterik, sepsis bakteri atau infeksi saluran kemih,
maupun infeksi lainnya seperti sifilis, toksoplasmosis,
sitomegalovirus, atau enterovirus.
• Ikterik yang muncul sesudah satu minggu
• breast milk ikterik, septicemia, atresia congenital,
hepatitis, galaktosemi, hipotiroidisme, anemia hemolitik
kongenital (spherocytosis), anemia hemolitik akibat
obat.
• Ikterik yang persisten selama satu bulan
• kondisi hyperalimentation-associated cholestasis,
hepatitis, cytomegalic inclusion disease, syphilis,
toxoplasmosis, familial nonhemolytic icterus, atresia
bilier, atau galaktosemia. Ikterik fisiologis dapat
berlangsung beberapa minggu pada kondisi hipotiroid
atau stenosis pilori
Masih fisiologis? Pikiran
breastfeed vs breastmil jaundice
Jawaban Lainnya
• B. Breastmilk jaundice: terkait dengan kandungan pada
ASI yang meningkatkan sirkulasi enterohepatik,
sehingga membuat bilirubin meningkat
• C. Atresia bilier: kolestasis (peningkatan bilirubin direk
>>), disertai dengan tinja dempul
• D. Penyakit membran hialin: HMD/RDS: terkait
ketidakmatangan paru pada bayi-bayi prematur
• E. Sepsis neonatorum: semua bayi dengan kuning perlu
dicurigai sepsis, namun tentunya sepsis memiliki
manifestasi yang lain (misal: demam/hipotermia,
leukositosis/leukopenia, anamnesis yang mengarahkan
ke sepsis seperti ibu yang ketuban pecah dini)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

56 A. Breastfeed jaundice
57 D. Adhesive tape test

• Anak, 4 tahun
• Menggaruk anus setiap malam hari

• Pemeriksaan yang Anda sarankan?


Enterobius vermicularis = Oxyuris
vermicularis
(Cacing Kremi = Pinworm)
Adhesive (Scotch Tape Test)
Jawaban Lainnya
• A. Tinda India untuk infeksi oportunistik Cryptococcus
neoformans. Pewarnaan dilakukan pada cairan
serebrospinal
• B. Sediaan basah pada tinja: untuk kasus-kasus infestasi
protozoa (seperti Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica) dapat terlihat pada sediaan basah
• C. Kultur Harada Mori: pada kasus cacing tambang,
dapat membedakan larva cacing tambang Ancylostoma
sp. dan Necator sp.
• E. Pewarnaan gram pada tinja: tidak rutin dikerjakan
untuk menegakkan diagnosis infestasi parasit
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

57 D. Adhesive tape test


A. Infeksi Entamoeba
58 histolytica
• Laki-laki, 38 tahun
• Nyeri perut, BAB berdarah dan berlendir
• Gejala 7 hari
• Kista: 1 inti, trofozoit: eritrofagositosis
(patognomonik)
Entamoeba histolytica
Kista dan/atau trofozoit dapat
dikeluarkan melalui tinja.
*kista umumnya ditemukan pada
tinja padat, trofozoit ditemukan
pada tinja yang lembik/cair/diare

Stadium infeksi: kista matang


yang ditemukan di
makanan/air/tangan yang
terkontaminasi

Ekskistasi terjadi di usus halus dan


trofozoit dilepaskan, dewasa di
usus besar

Manifestasi klinis: asimptomatik,


amebiasis intestinal, amebiasis
ekstraintestinal (terkenal: abses
hati amoeba)

Tx: metonidazol 3 x 500 mg PO


Ertirofagositosis =
“Makan sel darah
merah”

Patognomonoik dalam
kasus ini
Jawaban Lainnya
• B. Infeksi Acantamoeba: dapat mengenai mata
(penyebab keratitis Amoeba)
• C. Infeksi Balantidium coli:
• D. Infeksi Giardia lamblia: diare, berlemak, tinja
sulit di-flush jika tinja menempel di jamban, dan
berbau
• E. Infeksi Trichomonas vaginalis tidak menimbulkan
manifestasi pada saluran cerna
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Infeksi Entamoeba
58 histolytica
59 A. AP – lateral

• Laki-laki, 18 tahun
• Terjatuh
• Bengkak daerah punggung
• Pemeriksaan radiologis yang Anda mintakan?
Dalam radiologi, dikenal istilah
rule of two
Posisi AP dan Lateral

http://www.wikiradiography.net/page/Thoracic+Spine+radiographic+A
natomy
Jawaban Lainnya
• Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan minimal
dua proyeksi untuk memastikan diagnosis

• Jawaban yang lain merupakan jawaban satu


proyeksi, sehingga kurang tepat untuk kasus ini
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

59 A. AP – lateral
60 E. Jaw thrust

• Laki-laki, 20 tahun
• KLL, dengan GCS 10
• Pengamanan jalan napas perlu dilakukan

• Tindakan apa yang Anda pilih untuk


pengamanan jalan napas?
https://ambulance.qld.gov.au
Manajemen kasus trauma
• Airway (jalan napas) + proteksi C-spine
• Pada kasus trauma, apalagi pada pasien dengan
penurunan kesadaran, selalu curigai terdapat gangguan
spinal. Dengan demikian, manuver jalan napas yang
diperlukan adalah jaw thrust.
• Breathing dan ventilasi
• Circulation (sirkulasi) dan kontrol perdarahan
• Disability (nilai motorik, GCS, refleks)
• Exposure (pemeriksaan lainnya)
Jawaban Lainnya
• A. Maneuver Sellick: melakukan tekanan pada
krikoid untuk mempermudah visualisasi saat
tindakan intubasi endotrakeal
• B. Trakeostomi: tindakan penyelamatan jalan napas
apabila tidak dapat dilakukan intubasi endotrakeal
(misal: edema laring hebat, cedera wajah ekstensif)
• C. Chin lift dan D. Head tilt tidak dilakukan pada
kecurigaan cedera vertebra mengingat dapat
mengakibatkan fraktur vertebra dan menimbulkan
defisit neurologis permanen iatrogenik
Tindakan yang Anda kerjakan
adalah…
60
E. Jaw thrust

Anda mungkin juga menyukai