Anda di halaman 1dari 980

PEMBAHASAN

TO 1
MEI 2016

Satu Tujuan: LULUS!


1. B. Amnesia
Keywords
• Laki-laki usia 35 tahun
• Sering lupa setelah mengalami kecelakaan T
• Tidak bisa mengingat kejadian saat itu
• Sulit berkonsentrasi
• PF: normal

Diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini


adalah?
Amnesia
• Kehilangan memori  bersifat lebih progresif
atau akut
• Kehilangan kemampuan untuk mengingat
• Biasanya post traumatik event
• Klasifikasi
– Retrograde Amnesia
• Inability to remember events prior to injury (i.e., some sort of
damage to your brain)
• Can’t remember your past
– Anterograde Amnesia
• Inability to remember events after injury
• Can’t form new memories
Pilihan Jawaban Lain
• A. Agnosia  tidak bisa mengenali objek, bau,
suara (sensoris terganggu)
• C. Apraxia  kelainan tidak bisa melakukan
gerakan
• D. Demensia  pada usia lanjut, degenerasi
fungsi luhur
• E. Afasia  kemampuan berbicara
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Amnesia
2. B. Dix Hallpike
• Wanita, 40 tahun
• kepala berputar ketika menoleh &
mengangkat kepala
• Trauma (-)
• Demam (-)

Pemeriksaan neurologis apa yang paling tepat


untuk menegakkan diagnosis?
BPPV
• BPPV : vertigo yang • Diagnosis Banding
dicetuskan oleh – Neuritis vestibuler : gejala
perubahan posisi kepala, spt vertigo perifer, ada
ada nistagmus rotatory ke riwayat infeksi virus,
nistagmus horizontal ke
arah telinga yang sakit.
telinga yang sehat. Disertai
• PF yang menunjang nyeri
adalah maneuver Dix- – Labirinitis : Vertigo dan
Hallpike penurunan pendengaran,
tidak ada tinnitus.
Penyakitnya akut, tidak
kronik seperti Meniere’s.
Sumber : Buku Ajar THT FKUI
www.emedicine.medscape.com
www.vestibular.org
• Tatalaksana:
– Vestibulosupresan
– CRP (canalith repositioning procedure) dengan
maneuver Epley  kanalitiasis pada kanal anterior
& posterior, dilakukan setelah Dix-Hallpike
– Perasat Liberatory (Semont)  kupulolitiasis
– Latihan Brandt-Daroff  untuk gejala sisa ringan,
dapat dilakukan mandiri
https://www.youtube.com/watch?v=r
tS2muvjFbM
Pilihan Jawaban Lain
A. Manuver apley  tatalaksana BPPV
C. Romberg dipertajam  tidak spesifik vertigo
sentral/perifer
D. Refleks babinski  ada kelainan kontrol
motorik SSP
E. Tanda Rangsang Meningeal  meningitis
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Dix Hallspike
3. D. BPPV
• Wanita, 40 tahun
• kepala berputar ketika menoleh &
mengangkat kepala
• Trauma (-)
• Demam (-)

Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien


ini?
BPPV
• BPPV : vertigo yang • Diagnosis Banding
dicetuskan oleh – Neuritis vestibuler : gejala
perubahan posisi kepala, spt vertigo perifer, ada
ada nistagmus rotatory ke riwayat infeksi virus,
nistagmus horizontal ke
arah telinga yang sakit.
telinga yang sehat. Disertai
• PF yang menunjang nyeri
adalah maneuver Dix- – Labirinitis : Vertigo dan
Hallpike penurunan pendengaran,
tidak ada tinnitus.
Penyakitnya akut, tidak
kronik seperti Meniere’s.
Sumber : Buku Ajar THT FKUI
www.emedicine.medscape.com
www.vestibular.org
• Tatalaksana:
– Vestibulosupresan
– CRP (canalith repositioning procedure) dengan
maneuver Epley  kanalitiasis pada kanal anterior
& posterior, dilakukan setelah Dix-Hallpike
– Perasat Liberatory (Semont)  kupulolitiasis
– Latihan Brandt-Daroff  untuk gejala sisa ringan,
dapat dilakukan mandiri
https://www.youtube.com/watch?v=r
tS2muvjFbM
Pilihan Jawaban Lain
A. Meniere Disease  + gangguan pendengaran
B. Tension Type Headache  nyeri hebat kepala
belakang
C. Migrain dengan aura  nyeri kepala sebelah
E. Meningitis  demam, kaku kuduk (+)
Dengan demikian jawabannya adalah

D. BPPV
4. C. Stroke Hemoragik
• Laki-laki, 56 tahun
• tangan kanan mendadak lemah
• Muntah
• PF TD: 180/100 mmHg, N: 88x/m, S: 36,5 C, P:
22x/m.
• Kekuatan motorik: kelemahan ekstremitas kanan

Kemungkinan diagnosis pada pasien adalah…


Stroke iskemik Vs Hemoragik

• Ada tanda peningkatan TIK


• Penurunan kesadaran Pasien sadar, datang dengan defisit
• Muntah proyektil neurologis (bicara pelo, hemiparesis)
• Nyeri kepala
• TD amat tinggi

Untuk memastikan, perlu pemeriksaan penunjang: CT Scan, MRI


Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik
• Etiologi: trombus/emboli • Etiologi: perdarahan intraserebral
• Klinis: • Klinis:
– Anamnesis: defisit neurologis akut – Anamnesis: defisit neurologis akut
(seringnya hemiparesis) +penurunan kesadaran+nyeri
– PF: kesadaran umumnya tidak menurun kepala+muntah proyektil
– tanda lesi UMN (hiperrefleks, ada refleks – PF: tanda lesi UMN, hipertensi
patologis) – Penunjang (CT Scan): area
– Penunjang (CT Scan): area hipodens hiperdens di serebrum
serebrum • Tatalaksana:
• Tatalaksana: – Bedah, Medikamentosa
– Trombolitik (r-TPA) • Antihipertensi
 3-4,5 jam setelah onset • Agen diuretik osmotik
– Aspirin 325 mg (misal manitol)
– Clopidogrel 300 mg
– Aspirin 325 mg + dipyridamole 2x200 mg
Updates AHA/ASA Stroke Recommendations
TIA dan RIND
– Etiologi : iskemia otak yang tidak menyebabkan infark
– Tampilan klinis :
• TIA: Defisit neurologis akut yang kembali menjadi normal
dalam waktu 24 jam.
• RIND : Gejala lebih dari 24 jam, tapi membaik dalam 72 jam
– Tatalaksana : Aspirin atau clopidogrel
(untuk mencegah terjadinya stroke)
Pilihan Jawaban Lain
A. Stoke iskemik emboli  tanpa peningkatan
TIK
B. Stroke iskemik tromus  tanpa peningkatan
TIK
D. TIA  membaik dalam 24 jam
E. RIND  membaik dalam 72 jam
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Stroke Hemoragik
5. E. Classic Migrain
• Wanita, 22 tahun
• Nyeri kepala hebat di sisi sebelah kanan
• Sebelum silau (dengan aura)
• mual dan muntah.

Diagnosis pada pasien ini adalah…


WAJIB DIBEDAKAN
Tatalaksana nyeri kepala
• Tension headache
– Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin, dan parasetamol
– Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin atau nortriptilin)
• Migraine headache
– hindari pencetus
– terapi abortif:
• non spesifik: acetaminofen, NSAID
• spesifik: triptan, ergotamine, DHE
– Bila tidak respon  opioid dan analgetik yang mengandung
butalbital
– Terapi preventif : amitriptilin, propanolol, as valproat.
• Cluster headache
– Akut: triptan atau ergot dengan metoclopramide
– Preventif: Calcium channel blockers, amitriptilin
Pilihan Jawaban Lain
A. Cluster Headache  di daerah mata,
lakrimasi, mata merah, rinorea
B. Vertigo Vestibuler  pusing berputar
C. Stroke Hemoragic  mendadak, defisit
neurologis
D. Common Migrain  tanpa aura
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Classic Migrain
6. B. Kejang Demam Kompleks
• Anak usia 3 tahun
• Kejang selama 5 menit
• Saat kejang tidak sadarkan diri
• Setelah kejang anak menangis kencang
• Kejang sudah dua kali hari ini
• PF: S = 39,5° C.

Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien


ini?
Kejang Demam
Bangkitan kejang saat kenaikan suhu tubuh (rektal > 38oC),
disebabkan proses ekstrakranial

• Umumnya usia 6 bulan – 5 tahun  di luar usia


ini, pikirkan penyebab lain!
– infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.

• Sederhana: <15 menit; kejang umum tonik


dan/atau klonik; tanpa gerakan fokal; tidak
berulang dalam 24 jam.
– Kompleks jika ada kriteria sederhana tidak terpenuhi
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI
Penunjang pada Kejang Demam
• Pemeriksaan laboratorium:
– tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
– dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam,
– Darah perifer, elektrolit dan gula darah
• Pungsi lumbal:
– Menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
– Dianjurkan pada:
• Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
• Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
• Bayi > 18 bulan tidak rutin
– Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal.
Pilihan Jawaban Lain
A. Kejang Demam Sederhana  sesuai kriteria
kejang demam sederhana
C. Status epileptikus  pada pasien epilepsi
D. Epilepsy  kejang berulang, tidak harus
demam
E. Tetanus  riw. luka, fotofobia
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Kejang Demam
Kompleks
7. D. Memberikan Diazepam Rektal
• Anak usia 3 tahun
• Kejang selama 5 menit
• Saat kejang tidak sadarkan diri
• Setelah kejang anak menangis kencang
• PF: S = 39,5° C.

Apakah yang pertamakali harus dilakukan?


Tatalaksana
Kejang pada
Anak
(WHO)

Panduan Tatalaksana Anak WHO


Edukasi Kejang Demam
Hal yang harus dikerjakan jika
Informasi untuk orang tua berulang
• Meyakinkan bahwa kejang • Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama
demam umumnya mempunyai di sekitar leher
prognosis baik. • Bila tidak sadar, posisikan anak
terlentang dengan kepala miring.
• Memberitahukan cara Bersihkan muntahan atau lendir di
penanganan kejang mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan
• Memberikan informasi memasukkan sesuatu kedalam mulut.
mengenai kemungkinan kejang • Ukur suhu, observasi dan catat lama
kembali dan bentuk kejang.
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Pemberian obat untuk • Berikan diazepam rektal. Dan jangan
mencegah rekurensi memang diberikan bila kejang telah berhenti.
efektif tetapi harus diingat • Bawa kedokter atau rumah sakit bila
kejang berlangsung 5 menit atau lebih
adanya efek samping
Pilihan Jawaban Lain
A. Memasang akses intravena  tidak dilakukan
saat kejang
B. Memberikan parasetamol  bukan tx awal
C. Memasang kasa di mulut anak supaya lidah
tidak tergigit  tidak boleh dilakukan
E. Memberikan fenitoin rektal  tidak ada
fenitoin rektal
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Memberikan
Diazepam Rektal
8. B. Ensefalitis Viral
• An. Hendra usia 16 tahun
• Kejang, tidak sadar, tubuh kaku, kelojotan
• PF: S = 39° C
• kaku kuduk (-)
• Cairan cerebrospinal warna jernih, jumlah protein
& glukosa normal.

Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien


ini?
WAJIB DIBEDAKAN
• Meningitis :
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal (=
kaku kuduk) positif, bisa terjadi penurunan
kesadaran (kejang bersifat fokal).
Etiologi : bakteri, viral, TB
• Ensefalitis :
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang Meningeal
(=kaku kuduk) negatif, penurunan kesadaran
(kejang bersifat umum)
Etiologi : viral (paling sering Herpes SimpleksVirus).
Diagnosis Banding Infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.virus Ensefalopati
bakterial
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik

Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)

Kejang Umum/fok Umum Umum Umum Umum


al
Penurunan Somnolen Apatis Variasi, apatis - CM - Apatis Apatis - Somnolen
kesadaran - sopor sopor
Paresis +/- +/- ++/- - -

Perbaikan Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat


kesadaran
Etiologi Tidak dpt ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP
diidentifik
asi
Terapi Simpt/anti Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit
viral primer
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP
Bacterial Viral TBC Encephalitis Encephalopa
meningitis meningitis meningitis Viral thy

Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein ↑↑ Normal/↑ ↑ Normal Normal

Glukosa ↓↓ Normal ↓↓ Normal Normal

Gram /Rapid Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


T.

Sumber :
Pilihan Jawaban Lain
A. Ensefalitis bakteri  LCS keruh, protein naik,
glukosa turun
C. Ensefalitis tuberkulosis  xantokrom
D. Meningoensefalitis TB  kaku kuduk (+), TRM
(+)
E. Meningitis virus  kaku kuduk (+), TRM (+)
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Ensafalitis viral
9. C. Thoracal 10-11
• Laki-laki usia 25 tahun
• kesemutan di daerah pusar
• setelah mengalami kecelakaan 1 minggu yll
• Sensitifitas sensorik setinggi pusar menurun

Cidera tulang belakang yang paling mungkin


terjadi setinggi…
Pilihan Jawaban Lain
A. Thoracal 6-8
B. Thoracal 1-2
D. Lumbal 1-2
E. Lumbal 2-3
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Thoracal 10-11
10. E. Bell’s Palsy
• Wanita 27 tahun
• Wajah tidak simetris
• Mata kanan memerah
• PF: tersenyum  bibir tertarik ke kiri
• Ekstremitas normal

Diagnosis yang paling mungkin adalah…


Bell’s Palsy
Gejala:
– Dahi tidak bisa
digerakkan
– Lagoftalmus (tidak bisa
menutup mata)
– Tidak bisa
menggembungkan pipi
– Tidak bisa senyum atau
bersiul
– Mulut mencong ke sisi
sehat

Buku Neurologi Klinik Snell


arquivosdeorl.org.br
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Bell’s Palsy
Pilihan Jawaban Lain
A. Neuralgia Trigeminal  nyeri saat mengunyah
B. Stroke Iskemik  disertai kelemahan
ekstremitas mendadak
C. Migrain  nyeri kepala sebelah
D. Parkinson  TRAP
11. D. Nervus VII perifer dextra
• Wanita 27 tahun
• Wajah tidak simetris
• Mata kanan memerah
• PF: tersenyum  bibir tertarik ke kiri
• Ekstremitas normal

Gangguan terjadi pada pasien ini adalah…


Bell’s Palsy
Gejala:
– Dahi tidak bisa
digerakkan
– Lagoftalmus (tidak bisa
menutup mata)
– Tidak bisa
menggembungkan pipi
– Tidak bisa senyum atau
bersiul
– Mulut mencong ke sisi
sehat
Buku Neurologi Klinik Snell
arquivosdeorl.org.br
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Nervus VII perifer


dextra
12. C. Komosio
• Tn. X, korban kecelakaan
• tidak sadarkan diri
• PF: tidak ada lebam daerah kepala dan leher
• CT scan normal.

Cedera kepala yang paling mungkin terjadi


adalah… Commotio cerebri (= cerebral
concussion)
Jenis Perdarahan Pada CT Scan
Subarachnoid Hemorrhage Intraventricular Hemorrhage
Jenis Perdarahan Pada CT Scan
Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural
Pilihan Jawaban Lain
A. Kontusio  CT scan: hiperdensitas serebri
minimal, perdarahan kecil multipel dapat
ditemukan
B. Perdarahan Epidural  CT scan: hiperdens
bikonveks
D. Perdarahan Intraserebral  hiperdensitas
serebri yang banyak (lebih banyak dari kontusio)
E. Perdarahan Intraventrikular  CT scan:
hiperdensitas di ventrikel otak
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Komosio
13. B. Skizofrenia katatonik
• Anak 16 tahun
• tidak terawat
• menarik diri dari lingkungan
• sering melakukan gerakan tangan dan
mempertahankan posisi tersebut dalam
jangka waktu yang lama.

Diagnosis pasien tsb?


Skizofrenia
Diagnosis
• Minimal 2 dari gejala : waham, halusinasi, bicara tidak
teratur, perilaku tidak teratur atau katatonik, gejala negatif
(afek datar, kehilangan gairah)
• Atau satu gejala ini: waham bizarre, halusinasi auditorik
dimana suara mengkomentari perilaku pasien terus, atau
halusinasi auditorik dimana dua atau lebih suara berbicara
satu sama lain
• Gejala lebih dari satu bulan
• Fungsi sosial atau pekerjaan terganggu
Tatalaksana
• Antipsikotik gen. 1: chlorpromazine, haloperidol
• Antipsikotik gen. 2: aripiprazole, clozapine, olanzapine,
risperidone
Sumber: PPDGJ + Medscape
Klasifikasi Skizofrenia
– Paranoid: waham dan halusinasi
– Hebefrenik: perilaku dan bicara tidak teratur
– Katatonik: mengambil posisi tubuh yang aneh, reaksi
terhadap lingkungan berkurang (stupor), mutisme, menolak
untuk bergerak (negativisme)
– Tak terinci: tidak memenuhi paranoid, hebefrenik, ataupun
katatonik
– Residual: ada riwayat diagnosis skizofrenia di masa lalu, tapi
sekarang hanya tinggal gejala negatifnya saja.
– Simpleks: hanya berupa gejala negatif (penarikan diri dari
lingkungan), tidak ada riwayat skizofrenia di masa lalu

Sumber: PPDGJ + Medscape


Pilihan Jawaban Lain
A. Skizofrenia paranoid  waham kejar, waham
rujukan
C. Skizofrenia herbefrenik  tertawa patologis
(tanpa alasan jelas), proses pikir kacau
D. Skizoid  gangguan kepribadian suka
menyendiri, tidak ingin bergabung dg kelompok
lain
E. Skizoafektif  gejala psikotik lebih menonjol
dengan gangguan mood
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Skizofrenia
katatonik
14. E. Gangguan bipolar I episode
depresi
• Wanita 24 tahun
• Sedih sejak 2 minggu
• lesu, lemah, malas beraktifitas, dan berkeinginan
bunuh diri.
• Tidak mendengar suara-suara atau melihat orang
yang memintanya untuk bunuh diri  Waham (-)
• Satu bulan merasa bersemangat, berbicara
banyak, tidak tidur selama 3 hari.

Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah?


Gangguan Bipolar dan Siklotimia
• Bipolar I
– Minimal satu episode manik, baik dengan maupun tanpa
episode depresi mayor
– Tata laksana: lithium
• Bipolar II
– Minimal satu episode hipomania dan minimal satu
episode depresi mayor, tidak boleh ada episode mania
– Tata laksana: lithium + antidepresan
• Siklotimia
– Beberapa episode hipomania dan beberapa episode
depresi minor dalam 2 tahun terakhir
• Beda depresi mayor dan minor?
– Pada depresi mayor, aktivitas dan fungsi sehari-hari sangat
terganggu, ada suicidal idea
Sumber: PPDGJ + Medscape
Sumber: PPDGJ + Medscape
Tatalaksana Bipolar

–Episode manik: lithium


–Episode campuran: asam valproat
–Episode depresi: lithium + lamotrigine/antidepresan.
Jadi, jangan beri antidepresan saja.

Sumber: PPDGJ + Medscape


Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan bipolar II dengan episode depresi
 hipomanik (tidak menganggu fungsi hidup)
• B. Gangguan bipolar I dengan episode manik
 saat ini sedang depresi, 1 bulan yll episode
manik
• C. Gangguan penyesuaian  ada pemicu
• D. Depresi berat  tanpa episode
manik/hipomanik
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Gangguan bipolar I
episode depresi
15. D. Serangan Panik
• Wanita usia 22
• sesak napas tidak membaik dalam posisi apapun
• Riwayat asma (-), DM (-), HT (-), sakit jantung (-), sakit
ginjal (-)
• PF: TD 130/90; N: 100x/m; S: 36,5; P: 28x/m.
• Bunyi napas vesikuler. Ronkhi (-). Wheezing (-)
• Akral dingin dan berkeringat
• EKG normal

Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?


Pilihan Jawaban Lain
• A. PPOK  riw. merokok, bunyi paru ronkhi
• B. Acute Coronary Syndrome  nyeri dada
menjalar
• C. Ganguan somatisasi  datang dengan
berbagai gejala-gejala, tetapi PF semua
normal
• E. Gangguan Cemas Menyeluruh  ada
pemicu tetapi tidak khas. Menghawatirkan
banyak hal
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Serangan Panik
16. C. Gangguan Cemas Menyeluruh
• Wanita 50 tahun
• tidak bisa tidur 1 tahun
• menghawatirkan anak, cucu, pekerjaan suami
• menghawatirkan perekonomian Indonesia,
harga minyak dunia

Apa diagnosis yang mungkin pada pasien ini?


Gangguan cemas menyeluruh
– Gejala cemas
• berlangsung sepanjang waktu,
• disertai gejala somatis,
• tidak disertai penyebab yang jelas
– Kriteria diagnosis : kecemasan tentang masa depan,
ketegangan motorik, aktivitas motorik berlebih
– Mood cemas, gelisah
– Menetap > 6 bulan
– Tatalaksana : alprazolam atau diazepam, terapi relaksasi
atau kognitif perilaku

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan depresi mayor  M(ood turun)
L(elah terus) M(inat hilang)
• B. Gangguan panik  serangan akut dengan
peningkatan kerja saraf simpatis
• D. Gangguan psikofisiologis  gangguan
psikologis yang masih wajar setelah ada
kejadian buruk
• E. Gangguan somatoform  koleksi gejala
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Gangguan Cemas
Menyeluruh
17. A. Risperidon
• Laki-laki
• berpakaian serba hitam
• mengaku dimata-matai dan hendak dibunuh
• melihat di televisi dan mendengar di radio
kesaktiannya akan diambil

Tatalaksana apakah yang tepat diberikan?


Pilihan Jawaban Lain
• B. Fluoksetin  SSRI untuk depresi
• C. Amitriptilin
• D. Asam valproat  mood stabilizer
• E. Carbamazepine
Skizofrenia
Diagnosis
• Minimal 2 dari gejala : waham, halusinasi, bicara tidak
teratur, perilaku tidak teratur atau katatonik, gejala negatif
(afek datar, kehilangan gairah)
• Atau satu gejala ini: waham bizarre, halusinasi auditorik
dimana suara mengkomentari perilaku pasien terus, atau
halusinasi auditorik dimana dua atau lebih suara berbicara
satu sama lain
• Gejala lebih dari satu bulan
• Fungsi sosial atau pekerjaan terganggu
Tatalaksana
• Antipsikotik gen. 1: chlorpromazine, haloperidol
• Antipsikotik gen. 2: aripiprazole, clozapine, olanzapine,
risperidone
Sumber: PPDGJ + Medscape
Klasifikasi Skizofrenia
– Paranoid: waham dan halusinasi
– Hebefrenik: perilaku dan bicara tidak teratur
– Katatonik: mengambil posisi tubuh yang aneh, reaksi
terhadap lingkungan berkurang (stupor), mutisme, menolak
untuk bergerak (negativisme)
– Tak terinci: tidak memenuhi paranoid, hebefrenik, ataupun
katatonik
– Residual: ada riwayat diagnosis skizofrenia di masa lalu, tapi
sekarang hanya tinggal gejala negatifnya saja.
– Simpleks: hanya berupa gejala negatif (penarikan diri dari
lingkungan), tidak ada riwayat skizofrenia di masa lalu

Sumber: PPDGJ + Medscape


Dengan demikian jawabannya adalah

A. Risperidon
18. B. Demensia
• Laki-laki 70 tahun
• salah memanggil nama
• lupa sudah mandi dan makan
• tersesat lupa jalan rumahnya
• sejak 6 bulan yang lalu
• PF normal

Apakah diagnosis pasien ini?


Demensia
• Perburukan dari gangguan memori dan kognitif
lain secara progresif
• Pemeriksaan Kognitif dilakukan dengan MMSE
• Dibedakan menjadi:
– Vascular dementia akibat kelainan pembuluh darah
ataupun infark
– Pick Disease (Demensia Frontotemporal), umumnya
terjadi perubahan personality kemudian hilangnya
memori
– Demensia Alzheimer (sering atrofi temporoparietal)
umumnya hilang memori diikuti perubahan
personality
www.emedicine.medscape.com
Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi IV
Pilihan Jawaban Lain
• A. Delirium  penurunan kesadaran
• C. Amnesia  lupa ingatan
• D. Paramnesia  deja vu
• E. Mild cognitive impairment  tes IQ
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Demensia
19. A. Somatisasi
• Perempuan, 52 tahun
• Keluhan nyeri di dada dan perut
• Pegal-pegal di punggungnya
• Kulit emrah, gatal, sering sakit kepala
• Riwayat pengobatan ke dokter, tidak
ditemukan kelainan
• Masih ingin berobat untuk masalahnya
• Diagnosis paling mungkin?
Gangguan Somatoform
• Merupakan istilah umum yang merujuk ke
beberapa gangguan, di antaranya
– Somatisasi
• Banyak keluhan, doctor shopping
– Hipokondriasis
• Merasa punya SATU penyakit besar (misal: kanker, atau
jantung) dan concern utama terhadap SATU masalah
ini.
Pilihan Lain
• B. Hipokondriasis – keluhan harusnya SATU
saja, namun pasien bersikeras SATU penyakit
ini ada dalam tubuhnya, walaupun tidak ada
• C. Cemas menyeluruh – cemas terhadap
persoalan yang seharusnya tidak dicemaskan
• D. Depresi – tidak ada trias depresi, berupa
penurunan mood, lelah, dan minat
• E. Panik – tidak ada gejala eskalasi secara
cepat dan akut tanpa penyebab yang jelas
20. E. Intoksikasi opioid
• Laki-laki 23 tahun
• Penurunan kesadaran
• PF TD 70/46 mmHg; N: 44 x/m; S: 35,5 C; P: 8x/m
• Pinpoint pada pupil
• Bibir pucat
• BU menurun
• Kulit teraba kering.

Diagnosis yang mungkin pada pasien adalah?


Tanda Intoksikasi (Toxidromes)
Ukuran Bising
Tanda TD Nadi Napas Suhu Keringat
pupil usus
Antikolinergik ~ Naik ~ Naik Naik Turun Turn

Kolinergik ~ ~ ~ ~ Turun Turun Naik

Halusinogenik Naik Naik Naik ~ Naik Naik ~

Opioid Turun Turun Turun Turun Turun Turun Turun

Simpatomimetik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik

Sedatif-hipnotik Turun Turun Turun Turun ~ Turun Turun


Gejala Intoksikasi
• Antikolinergik
• Sedatif-hipnotik
– Contoh: antipsikotik, antidepresan,
antiparkinson – Contoh: antikonvulsan, barbiturat,
benzodiazepine, GABA, etanol
– Gejala: pandangan kabur, penurunan
kesadaran, halusinasi, flushing, – Gejala: penurunan kesadaran,
demam, kulit kering, ileus, retensi urin, pandangan kabur, ataxia,
takikardia parastesia, halusinasi, nistagmus
• Kolinergik • Opioid
– Contoh: organofosfat (obat nyamuk, – Trias penurunan kesadaran +
obat hama) miosis pupil + depresi napas
– Gejala: bronkorea, bronkospasme, – Contoh: heroin, kodein, morfin
salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, • Simpatomimetik
muntah – Contoh: amfetamin, kokain,
• Halusinogenik metamfetamin, efedrin,
– Contoh: amfetamin, kokain, fensiklidin fenilpropanolamin
– Gejala: disorientasi, halusinasi, bising – Gejala: cemas, waham,
usus meningkat, panik, kejang hiperrefleks, piloeereksi, kejang
Dengan demikian jawabannya adalah

E. Intoksikasi Opioid
21. B. Gangguan kepribadian histrionik
• Wanita 30 tahun
• banyak bicara dengan volume keras.
• pakaian yang mencolok dan berlebihan.
• sangat bersemangat
• senang banyak orang melihatnya
• melenggak-lenggokkan badannya berlebihan.

Apakah diagnosis pasien ini?


Gangguan Kepribadian
• Kluster A
– Skizoid : lebih senang menyendiri dan tidak suka
berhubungan dengan orang lain
– Paranoid : penuh rasa tidak percaya dan curiga
terhadap orang lain
– Skizotipal: memiliki pikiran, persepsi, dan perilaku
yang aneh

Sumber : Panduan pelayanan


4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Gangguan Kepribadian
• Kluster B
– Antisosial : tidak peduli hak orang lain dan senang
melanggar peraturan
– Ambang : impulsivitas serta hubungan
interpersonal dan mood yang intens tapi tidak
stabil
– Histrionik : mencari perhatian, suka menggoda
– Narsisistik : melebih-lebihkan diri, merendahkan
orang lain, mudah iri
Sumber : Panduan pelayanan
4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCMv
Gangguan Kepribadian
• Kluster C
– Cemas (menghindar) : sangat pemalu, merasa
tidak layak
– Dependen : merasa tidak mampu bertanggung
jawab atas diri sendiri, sehingga terlalu
bergantung pada orang lain, apapun
konsekuensinya
– Obsesif-kompulsif: preokupasi dengan
keteraturan, perfeksionisme yang berlebihan,
terlalu kaku dalam memandang suatu hal
Sumber : Panduan pelayanan
4/27/2018 medis Departemen Psikiatri
RSCM
Pilihan Jawaban Lain
• A. Gangguan kepribadian narsisitik 
membanggakan diri, BIASANYA juga
merendahkan orang lain
• C. Waham kebesaran  keyakinan bahwa
dirinya adalah orang jebat
• D. Emosi impulsif  letupan-letupan emosi
yang tidak stabil
• E. Gangguan kepirbadian obsesif kompulsif 
perfeksionis
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Gangguan
kepribadian histrionik
22. C. Tetanus
• Laki-laki 35 tahun
• kaku sejak tadi sore
• susah makan
• Gelisah, kesakitan, terutama ada cahaya
• buruh bangunan
• PF  TD: 140/90, N: 100x/m, S: 37 C, P: 24x/m
• Leher & punggung kaku
• Terdapat luka yang tidak terawat di telapak kaki
sebelah kanan.

Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah?


Tetanus – Patofisiologi
• Infeksi clostiridium tetani, dengan toksin tetanospasmin yang
bekerja menghambat pelepasan neurotransmitter GABA,
mengakibatkan hilangnya proses inhibisi.
• Tampilan klinis:
– Trismus, kaku leher, disfagia, kaku abdomen, opistotonus,
fleksi lengan, ekstensi tungkai, disfungsi otonom
– Bisa terjadi kejang, baik rangsang maupun spontan
– Pasien tetap sadar dan merasa kesakitan
– Jarang terjadi demam

Harrison Manual of Medicine


Tetanus – Pemeriksaan dan Tx
• Penunjang: tes spatula
• Tata laksana:
– Metronidazole (untuk membunuh bakteri)
– ATS atau TIG (untuk mengikat toksin bebas)
– TT (untuk menginduksi imunitas)
– Diazepam (meringankan gejala spasme)
Pilihan jawaban lain
• A. Epilepsi  kejang berulang
• B. Kejang Demam Kompleks  ada demam
pada anak-anak
• D. Rabies  sifat agresif, riwayat digigit hewan
mamalia
• E. Status Epileptikus  bangkitan kejang pada
pasien epilepsi
Dengan demikian jawabannya adalah

C. Tetanus
23. D. Stress Akut
• Wanita 35 tahun
• hidupnya tidak tenang selama 1 minggu terakhir
• dada berdebar-debar & gelisah ketika berada di
rumah sendirian
• sejak rumahnya dirampok
• Mimpi buruk disangkal

Diagnosis pada pasien ini adalah…


Reaksi Stress Akut
• Terjadi pasca trauma
• Terjadi sepanjang hari
• Sembuh dalam waktu < 1 bulan
• Wajar terjadi setelah mengalami kejadian yang
traumatis

Sumber: PPDGJ + Medscape


Bedakan dengan PTSD
• Terjadi pasca trauma
• Rasa takut yang berlebihan
• Kondisi menetap minimal selama 1 bulan
• Sering terjadi flashback dari kondisi yang
traumatis

Sumber: PPDGJ + Medscape


Pilihan Jawaban Lain
• A. PTSD  menetap 1 bulan, ada flashback
• B. Gangguan penyesuaian  biasanya
menganggu fungsi sosial
• C. Agoraphobia  takut sendirian di tempat
umum
• E. Cemas menyeluruh  cemas tanpa alasan
yang jelas
Dengan demikian jawabannya adalah

D. Reaksi Stress Akut


24. B. Retardasi Mental Berat
• An. Hendri usia 6
• tiga kali tidak naik kelas
• tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah
• kesulitan berbicara dan mengerti pembicaraan
• Bisa menanggapi pertanyaan sederhana
• Tes IQ menunjukkan nilai 29. Diagnosis pada
pasien ini adalah…
Retardasi Mental
• Suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, ditandai oleh hendaya ketrampilan
selama masa perkembangan, sehingga mempengaruhi
tingkat kecerdasan secara menyeluruh  dapat terjadi
dengan / tanpa gangguan jiwa/fisik lainnya
• Klasifikasi menurut IQ
– Ringan 50-69
– Sedang 35-49
– Berat 20-34
– Sangat berat < 20

Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III


Pilihan Jawaban Lain
• A. Retardasi Mental Sangat Berat
• C. Retardasi Mental Sedang
• D. Retardasi Mental Ringan
• E. Retardasi Mental Sangat Ringan
Dengan demikian jawabannya adalah

B. Retardasi Mental
Berat
25. A. Phalen’s Test
• Wanita, 32 tahun
• sakit dan kesemutan pergelangan tangan
• Awalnya muncul ketika ia sedang menjahit
• semakin memberat
• muncul ketika malam hari.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk


menegakkan diagnosis adalah…
Manifestasi Klinis Carpal tunnel syndrome

• Kumpulan tanda dan gejala akibat penekanan nervus


medianus dalam terowongan karpal (carpal tunnel)
• Gejala umum: kesemutan, kebas, nyeri pada lokasi yang
dipersarafi nervus medianus (terutama pada malam hari)

• Gejala lain: kadang pasien


menjatuhkan barang yang
digenggam tanpa terasa, gejala
intermiten.
• Gejala malam hari biasanya cukup
spesifik untuk CTS terutama bila
gejala berkurang jika menggerak-
gerakkan tangan.
• Pemeriksaan dapat dengan EMG
Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome
Tarsal Tunnel Syndrome & Lesi Nervus Perifer

• Tarsal tunnel syndrome


– Akibat kompresi nervus tibialis
– Nyeri yang menjalar dari
pergelangan kaki medial ke arah
distal
– Klinis:
– Tata laksana: injeksi steroid, bedah
kalau tidak mempan
• Lesi nervus…
– …radialis: wrist drop
– …medianus: tidak bisa oposisi,
MCP I-II tidak bisa fleksi, PIP dan
DIP I-II tidak bisa ekstensi
– ..ulnaris: MCP IV-V tidak bisa fleksi,
PIP dan DIP IV-V tidak bisa ekstensi
Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome
• Terapi:
– Penggunaan splint pada malam hari (3 minggu)
– Medikamentosa: NSAID, injeksi steroid
– Terapi lainnya: Yoga

Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome


Pilihan Jawaban Lain
• B. Pemeriksaan sensoris sesuai dermatom 
kelainan saraf tulang belakang
• C. Refleks bisep  refleks fisiologis
• D. Refleks trisep  refleks fisiologis
• E. Tes fukuda  Vertigo
Dengan demikian jawabannya adalah

A. Phalen’s Test
26. B. Keratitis Herpetik
• Keywords :
– Mata merah
– Sekret +
– Injeksi konjungtiva +. Tes floresens didapati lesi
dendritik

Apa diagnosanya?
Keratitis
• Mata Merah Visus turun
• Injeksi silier
• Edema kornea

Keratitis
Etiologi keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK / KATA TATALAKSANA
KUNCI DI SOAL
Keratitis bakterial Sekret purulen , pemakaian antibiotik topikal
lensa kontak
Keratitis herpes simpleks Lesi dendritik antiviral topikal
Keratitis fungal Riwayat trauma dengan antifungal topikal
tumbuhan
Lesi satelit
Keratitis amuba Riwayat berenang + Amebisida (tidak tersedia
diperberat jika memakai bebas), sebagai alternatif
lensa kontak dapat diberikan antibiotik
Terapi Keratitis

Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011
Pilihan lain
• A. Keratitis bakterial  khas sekret purulen
dan lengket
• B. Keratitis herpetik  khas lesi dendritik
• C. Keratitis fungal  khas dengan riwayat
trauma tumbuhan
• D. Keratitis acantamuba  khas pada
penggunaan lensa kontak
• E. Konjungtivitis bakterial  tidak ada lesi
kornea
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Keratitis Herpetik
27. C. Pterigium grade III
• Keywords :
– Keluhan pandangan terganggu
– Bekerja sebagai nelayan
– Selaput segitiga dengan puncak melewati pupil
– Tes sonde tidak dapat melewati selaput

Apa diagnosanya?
Ilmu Penyakit Mata Nana

Pterigium Wijana

• Membran segitiga dengan puncak di kornea


• Kebanyakan di bagian nasal
• Faktor risiko : iritasi debu, sinar matahari kronik
• Tes sonde : sonde TIDAK bisa lewat (bedakan
dengan pseudopterigium).
• Tatalaksana : suportif (artificial tear, kacamata
hitam), operatif (bila telah mencapai pupil).
Grade I : mencapai limbus
Grade II : mencapai tepi pupil
Grade III : melewati pupil

Eyeworld.org
• Pterigium dan
pseudopterigium
dibedakan dengan tes
sonde. Selaput pada
pterigium tidak dapat
dilewati oleh sonde.
Pinguekula
• Nodul kekuningan
• Iritasi kronik
• Penebalan konjungtiva disertai jaringan elastin
dan hialin.
• Tatalaksana : suportif (kaca mata gelap, air
mata buatan)
Pilihan lain
• A. Pterigium grade I  puncak segitiga antara
limbus s/d ½ limbus-pupil
• B. Pterigium grade II  puncak segitiga antara
½ limbus-pupil s/d pupil
• C. Pterigium grade III  puncak segitiga
melewati pupil
• D. Pinguekula  nodul pada konjungtiva
• E. Pseudopterigium  tes sonde dapat
melewati selaput
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

C. Pterigium grade III


28. A. Miopia Ringan
• Keywords :
– Sulit mengikuti pelajaran
– Visus ODS 6/24
– Koreksi pinhole 24/24
– Koreksi lensa spheris -2,50 D menjadi 24/24

Apa diagnosanya?
Jenis miopia ; perjalanan penyakit
• Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap
setelah dewasa.
• Miopia progresif, yaitu miopia yang
bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
• Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih
berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Buku Mata Sidarta Ilyas 2005
Jenis miopia ; penyebab
• Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks
bias media penglihatan, seperti pada katarak.
• Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu
bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.

Buku Mata Sidarta Ilyas 2005


Jenis miopia ; tingkat kebutuhan lensa
• Miopia ringan 1-3 dioptri
• Miopia sedang 3-6 dioptri
• Miopia berat > 6 dioptri

Buku Mata Sidarta Ilyas 2005


Pilihan lain
• A. Miopia ringan  < -3.00 D
• B. Miopia sedang  -3.00 D ~ -6.00 D
• C. Miopia berat  > -6.00 D
• D. Hipermetropia  rabun dekat
• E. Hiperopia  nama lain hipermetropia
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Miopia Ringan
29. E. Hordeolum Interna dan Eksterna
• Keywords :
– Kelopak mata bengkak dan nyeri
– Nodul eritema pada balik kelopak mata
– Pustul eritema pada sekitar bulu mata bagian luar.

Apa diagnosanya?
Hordeolum interna vs Hordeolum
eksterna
Blefaritis
Pilihan lain
• A. Blefaritis  radang pada kelopak mata,
tidak membentuk nodul
• B. Hordeolum eksterna  kurang tepat
• C. Hordeolum interna  kurang tepat
• D. Kalazion  tidak merah dan tidak nyeri
• E. Hordeolum interna dan eksterna
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Hordeolum Interna dan


Eksterna
30. A. S-1.00 D
• Keywords :
– Sulit melihat jauh
– PF oftalmologi dalam batas normal
– Visus ODS 3/6
– S-0.50 visus 5/6,
– S-1.00 visus 6/6,
– S-1.25 visus 6/6,
– S-1.5 visus 6/9,
– S-2 visus 6/9

Berapa kekuatan lensa yang sesuai?


Prinsip Kekuatan lensa
• Miopia  diambil kekuatan lensa sferis negatif
terlemah yang menghasilkan visus terbaik

• Hipermetropia  diambil kekuatan lensa sferis positif


terkuat yang menghasilkan visus terbaik

• Presbiopia  digunakan kekuatan lensa sferis positif


sesuai dengan usia

• Astigmatisme  digunakan lensa silindris positif atau


negatif disertai Axis yang sesuai
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. S-1.00 D
31. B. Compound astigmatisme
myopia
• Keywords :
– Sulit melihat dengan baik
– VOD S-1,50D C-0,50D A 90◦
– VOS S-1,50D C-0,75D A180◦

Apakah diagnosanya?
Patofisiologi atigmatisme
• Kelainan bentuk kornea/lensa/retina
• Cahaya jatuh di dua titik yang berbeda
• Bisa 1 titik (+), 1 titik (-)

medscape
ASTIGMATISMA
• Klasifikasi astigmatisma
1) MAS (Miopia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(-) as°
2) HAS (Hipermetropia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(+) as°
 Hanya ada komponen silindris

3) MAC (Miopia Astigmat Compositus) --> Lensa S(-), Lensa C(-) as°
4) HAC (Hipermetropia Astigmat Compositus) --> Lensa S(+), Lensa C(+) as°
 Ada komponen sferis dan silindris, tanda sama

5) MAM atau HAM


MAM (Miopia Astigmat Mixtus ) --> Lensa S(-), Lensa C(+) as°
HAM (Hipermetrop Astigmat Mixtus) --> Lensa S(+), Lensa C(-) as°
Ada komponen sferis dan silindris , tandanya beda

Buku Ajar Mata FKUI


Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Compound astigmatisme
myopia
32. E. +1.50 D
• Keywords :
– Usia 47 tahun
– Sulit membaca jarak dekat sejak 7 tahun
– Tidak ada riwayat pemakaian kacamata sebelum
usia 40 tahun
– Ingin membuat kacamata baca

Berapa perkiraan kekuatan lensa yang sesuai?


PRESBIOPI
Daya akomodasi mata melemah
Ditolong dengan lensa positif
PF dalam batas normal
Usia 40 – 44 Usia 45-49 Usia 50 – 54 Usia 55 – 59 Usia 60 tahun
tahun tahun tahun tahun

+1.00 +1.50 +2.00 +2.50 +3.00


Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. +1.50 D
33. E. S+1.75 D
• Keywords :
– Usia 35 tahun
– Sulit membaca jarak dekat
– S-0.50D 2/6,
– S+0.50D 4/6,
– S+1.00D 5/6,
– S+1.50D 6/6,
– S+1.75D 6/6,
– S+2.00D 4/6
Berapa kekuatan lensa yang sesuai?
Prinsip Kekuatan lensa
• Miopia  diambil kekuatan lensa sferis negatif terlemah
yang menghasilkan visus terbaik

• Hipermetropia  diambil kekuatan lensa sferis positif


terkuat yang menghasilkan visus terbaik

• Presbiopia  digunakan kekuatan lensa sferis positif sesuai


dengan usia

• Astigmatisme  digunakan lensa silindris positif atau


negatif disertai Axis yang sesuai

Buku Ajar Mata FKUI


Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. S+1.75 D
34. B. Xanthelasma
• Keywords :
– Riwayat hiperkolestrolemia +
– Pada pemeriksaan mata didapatkan plak
kekuningan yang terdapat sekitar rongga mata.
– Tidak dirasakan nyeri

Apa diagnosa kasus tersebut?


Xantelasma
• Plak subkutan kekuningan
• Biasanya di medial kelopak mata
• Bisa multipel maupun bilateral
• Masalah kosmetik  Tatalaksana : eksisi, peeling
Dacryoadenitis Vs. Dacryosistitis

Inflamasi dan/atau infeksi


Inflamasi pada kel. lakrimal saccus nasolakrimal
Dakrioadenitis VS dakriosistitis
Pilihan lain
• A. Dakrioadenitis  radang pada kelenjar air
mata
• B. Xanthelasma
• C. Hordeolum  nodul pada kelopak mata
dengan nyeri dan eritema
• D. Kalazion  nodul pada kelopak mata tanpa
nyeri dan tanpa eritema
• E. Dakriosistitis  radang pada saluran air
mata
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Xanthelasma
35. A. Staphylococcus aureus
• Keywords :
– Nyeri kelopak mata
– Terdapat benjolan nyeri dan eritem dibalik kelopak
mata
– Diagnosa Hordeolum interna

Apa etiologi tersering dari kasus tersebut?


Patofisiologi Hordeolum
• There is usually underlying meibomitis with
thickening and stasis of gland secretions with
resultant inspissation of the Zeis or meibomian
gland orifices.
• Stasis of the secretions leads to secondary
infection, usually by Staphylococcus aureus.

Medscape
• Etiologi tersering : Staphylococcus aureus
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Staphylococcus aureus
36. B. Hifema grade I
• Keywords :
– Trauma bola mata
– Edema palpebra, injeksi konjungtiva
– COA terisi darah kurang dari 1/3 bagiannya
– PF mata lain dalam batas normal

Apa diagnosa kasus tersebut?


Hifema
• Biasanya didahului oleh trauma tumpul (misal
jatuh/ terkena lemparan)
• Kerusakan pada pembuluh darah koroid 
darah mengalir mengisi COA
MEDSCAPE
Tatalaksana
• Suportif :
– Acetaminophen  kurangi nyeri
– Antifibrinolytic / As.tranexamat  mencegah
perdarahan sekunder
– Antiglaukoma topikal menurunkan TIO
– Antiglaukoma oral (Acetozolamid) 
direkomendasikan bila topikal gagal
– Tirah baring total
– Posisi tidur tegak dengan sudut minimal 45◦
MEDSCAPE
• Terapi surgical digunakan untuk hifema grade
>2
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Hifema grade I
37. A. Peningkatan kadar sorbitol
• Keywords :
– Usia 56 tahun
– Pandangan mata buram
– Riwayat DM tak terkontrol
– Visus untuk OD 30/60 dan OS 4/60
– Shadow test OS (-)

Diagnosa : Katarak diabetik


Bagaimana patofisiologi kasus tersebut?
Patofisiologi Katarak Diabetik

• Medscape
• Kadar glukosa tinggi dalam darah  aktivasi
enzim aldose reduktase  mengubah gula
menjadi sorbitol  sorbitol meningkatkan
gradien osmosis lensa  lensa membengkak
dan terbentuk opasifikasi  katarak
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Peningkatan kadar
sorbitol
38. B. Antihistamin
• Keywords :
– Usia 6 tahun
– Mata terasa gatal dan berair
– Visus 6/6
– Gambaran cobblestone pada palpebra superior

Diagnosa : Konjungtivitis vernal


Apa tatalaksana kasus tersebut?
Konjungtivitis Vernal
• Gejala dan tanda :
- Mata merah dan gatal
- Sekret berair
- Injeksi konjungtiva
- Giant papil = cobble stone

TATALAKSANA :
1. Menghindari alergen
Cobblestone Appearance
2. Mast cell stabilizer
3. Steroid
4. Antihistamin
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-treatment
Konjungtivitis
Inflamasi atau infeksi konjungtiva

Patologi Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana


Bakteri staphylococci Mata merah, terasa berpasir, Antibiotik topikal
streptococci, sensasi terbakar, biasanya bilateral, Air mata buatan
gonocci kelopak mata susah membuka,
Corynebacteri injeksi konjungtiva difus, discharge
um strains mukopurulen, papil (+)

Virus Adenovirus Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis folikular, Air mata buatan: mencegah
zoster virus pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral herpes simplex
virus atau varicella-zoster
virus

http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Patologi Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Jamur Candida spp. Jarang, biasanya pd pasien Antijamur topikal
can cause imunokompromais, pasien yg
conjunctivitis memakai kortikosteroid, pasien
Blastomyces yang mendapat terapi
dermatitidis antibiotik
Sporothrix
schenckii
Vernal Alergi Peradangan konjungtiva kronis, Hindari alergen
riwayat keluarga atopik, gatal, Antihistamin topikal,
fotofobia, sensasi benda asing, mast cell stabilizer
blefarospasme, cobblestone
pappilae.

Inklusi Chlamydia Mata merah dan nyeri selama Doxycycline 100 mg


trachomatis beberapa minggu/bulan, bid for 21 hari atau
sekret mukopurulen, lengket, Erythromycin 250 mg
sensasi benda asing, mata PO qid 21 days
berair, kelopak mata Antibiotik topikal
bengkak,kemosis,Folikel
Pilihan lain
• A. Antibiotik  untuk konj. bakterial
• B. Antihistamin
• C. Topikal artificial tear  sering digunakan
untuk dry eyes
• D. Irigasi selama 30 menit sehari  untuk
trauma kimia bola mata
• E. Antiviral  tidak terbukti efektif
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Antihistamin
39. D. Otitis Eksterna Difusa
• Keywords :
– Hobi berenang
– Telinga terasa penuh dan nyeri
– Liang telinga tampak eritema dan edema
– Nyeri tekan tragus +

Apa diagnosa kasus tersebut?


OE / Swimmer’s Ear

OE Diffusa OE Sirkumskripta
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar)
saat menekan perikondrium atau
membuka mulut, ggn pendengaran

OE AKUT
• DIFUS
– 2/3 dalam  kulit liang telinga
hiperemis dan edema tidak jelas
batasnya
KLASIFIKASI – ETIOLOGI: Pseudomonas
OTITIS EKSTERNA – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga
sempit, sekret bau

OE MALIGNA • Infeksi difus


• Terutama pada orang tua atau
TATALAKSANA UMUM
imunokompromise
• BERSIHKAN LIANG TELINGA
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih
• GEJALA: rasa gatal + nyeri,
efektif
pembekakan liang telinga, paralisis
• Topikal antibiotik neomisin facial jika iritasi n.VII
• Topikal antifungal polimiksin B
• Topikal steroid BUKU AJAR THT FK UI
OTITIS • Anamnesa14
– Telinga terasa penuh, terasa ada
MEDIA EFUSI cairan (grebeg-grebeg
– Pendengaran menurun
– Terdengar suara dalam telinga
• Peradangan non bakterial mukosa sewaktu menelan atau menguap
kavum timpani • Pemeriksaan fisik :
• Ditandai terkumpulnya cairan – imobilitas gendang telinga pada
yang tidak purulen (serous atau penilaian otoskop pneumatik.
mucus) tanpa tanda infeksi – MT terlihat lebih kusam dan keruh.
• Etiologi – Maleus tampak pendek, retraksi
– Kegagalan fungsi tuba eustachius dan berwarna putih kapur.
– Alergi – reflek cahaya berubah atau
menghilang
– Otitis media yang belum sembuh
sempurna – garpu tala : untuk membuktikan
adanya tuli konduksi10
– Infeksi virus
TATALAKSANA
:
DEKONGESTAN, ANTIBIOTIK,
MIRINGOTOMI, PIPA GROMET

BUKU AJAR THT FK UI


Pilihan lain…
• A. Otitis Media Akut  peradangan infeksi
pada telinga tengah
• B. Otitis Media Efusi  peradangan non-
bakterial pada telinga tengah
• C. Otitis Eksterna Sirkumskripta 
peradangan 1/3 luar telinga
• D. Otitis Eksterna Diffusa
• E. Otitis Eksterna Maligna  OE Eksterna +
tanda kerusakan nervus VII
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Otitis Eksterna Diffusa


40. C. Tetes Karbogliserin
• Keywords :
– Telinga terasa penuh
– Liang telinga penuh dengan debris
– Gagal dilakukan ekstraksi

Diagnosa : Serumen prop


Apa tatalaksana kasus tersebut?
Serumen Prop
IMPAKSI SERUMEN: ADANYA SUMBATAN LIANG TELINGA OLEH
SERUMEN (KASUS TERSERING)
• FAKTOR RISIKO: manipulasi mekanik liang telinga kronik
• GEJALA DAN TANDA: gangguan pendengaran tipe konduktif
• DIAGNOSIS: ditemukan serumen dengan otoskop
• TATALAKSANA:
• IRIGASI (EAR TOILET)
• Ekstrasksi manual
• Seruminolitik  untuk melunakan serumen (contoh
karbogliserin)

BUKU AJAR THT FK UI


Tatalaksana
• Menghindari membersihkan • Serumen yang lembek,
telinga secara berlebihan dibersihkan dengan kapas yang
• Menghindari memasukkan air dililitkan pada pelilit kapas
atau apapun ke dalam telinga • Serumen yang keras dikeluarkan
• Indikasi mengeluarkan serumen: dengan pengait atau kuret.
– sulit melakukan evaluasi membran – serumen dilunakkan lebih dahulu
timpani, dengan tetes karbogliserin 10%
selama 3 hari.
– otitis eksterna,
– Oklusi serumen • Serumen yang sudah terlalu jauh
– bagian dari terapi tuli konduktif. terdorong kedalam liang teling
dikeluarkan dengan mengalirkan
• Kontraindikasi: perforasi (irigasi) air hangat yang suhunya
membran timpani disesuaikan dengan suhu tubuh.

BUKU AJAR THT FK UI


Dengan Demikian Jawabannya Adalah

C. Tetes Karbogliserin
41. D. Otitis Media Supuratif Kronis
Benigna
• Keywords :
– Sering keluar cairan pada telinga kiri
– Sering batuk pilek selama 12 tahun
– Perforasi membran timpani pada sentral
– Kolesteatoma -

Apa diagnosa kasus tersebut?


Otitis Media Supuratif Kronis

• OMSK  OMA yang gagal resolusi (dicetuskan infeksi


pseudomonas)
• Tampilan klinis : Membran timpani perforasi, sekret
keluar terus sampai di atas 6 minggu.
– tipe benigna: kolesteatoma (-). Perforasi sentral
– tipe maligna: kolesteatoma (+). Perforasi marginal/atik
komplikasi ke jaringan sekitar defisit neurologis
• Penunjang : CT-Scan bila dicurigai ada komplikasi
• Tatalaksana :
– Benigna : Tetes telinga antibiotik, ear toilet (H2O2 3% selama 3-
5 hari), dan kauterisasi bila ada jaringan granulasi
– Maligna : Operasi eradikasi kolesteatoma
+timpanoplasti/miringoplasti
SEKILAS MATERI

STADIUM OTITIS MEDIA AKUT TATALAKSANA

OKLUSI: Retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis + Antibiotik + tetes hidung + analgetik +


edema miringotomi

SUPURASI: BULGING + SANGAT NYERI Antibiotik + miringotomi

PERFORASI: membran timpani RUPTUR, pasien


Antibiotik + cuci dengan H2O2 3% (3-5 hari)
merasa ‘sembuh’ karena nyeri berkurang

RESOLUSI: membran timpani menutup. Resolusi


gagal jadi otitis media supuratif kronik (OMSK) > 6 antibiotik
minggu
Pilihan lainnya
• A. Otitis Media Akut  peradangan infeksius
pada telinga tengah
• B. Otitis Media Efusi  peradangan non-
infeksius pada telinga tengah
• C. Otitis Eksterna  peradangan pada telinga
bagian luar
• D. Otitis Media Supuratif Kronis Benigna
• E. Otitis Media Supuratif Kronis Maligna 
terdapat kolesteatoma
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. OMSK Benigna
42. D. Abses Bezold
• Keywords :
– Didiagnosa congekan (OMSK)
– Tak berobat rutin
– Nyeri belakang telinga
– Muncul benjolan pada M. sternocleidomastoid
– Nyeri tekan dan fluktuasi +

Apa diagnosa kasus tersebut?


Komplikasi Mastoiditis
• Posterior extension to the sigmoid sinus (causing
thrombosis)
• Posterior extension to the occipital bone to create an
osteomyelitis of calvaria or a Citelli abscess
• Superior extension to the posterior cranial fossa,
subdural space, and meninges
• Anterior extension to the zygomatic root
• Lateral extension to form a subperiosteal abscess
• Inferior extension to form a Bezold abscess
• Medial extension to the petrous apex
• Intratemporal involvement of the facial nerve and/or
labyrinth
Medscape
Subperiosteal abses  abses dibelakang telinga,
daun telinga terdorong keluar

Abses citelli  Abses pada


oksipital
Pilihan lainnya
• A. Gradenigo syndrome  Otitis media, retro-
orbital pain, dan abducens palsy
• B. Abses subperiosteal  lokasi belakang
telinga
• C. Skrofuloderma  Komplikasi TB kelenjar
• D. Abses Bezold
• E. Abses Citelli  bagian oksipital
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Abses Bezold
43. E. Arteri faringeal posterior
• Keywords :
– Mimisan 5 menit yang lalu
– Perdarahan aktif dari hidung anterior
– Penekanan cuping hidung selama 15 menit dan
perdarahan berhenti

Diagnosa : Epistaksis anterior


Yang bukan merupakan sumber pleksus Kiesselbach?
Epistaksis Anterior vs Posterior
Pleksus Kiesselbach / Little’s Area
• Anastomosis dari
– A. Superior labial
– A. Anterior ethmoid
– A. Posterior ethmoid
– A. Sphenopalatina
– A. Palatina mayor
• Anterior nasal vs Posterior nasal pack

Posterior nasal pack


(Belloq)
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Arteri faringeal posterior


44. C. Rhinitis alergi persisten derajat
ringan
• Keywords :
– Gatal pada kedua hidung
– Sekret jernih, konka edema, mukosa livid
– Dirasakan setiap hari
– Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

Apa diagnosa kasus tersebut?


Rinitis Alergi
• Terkait atopi  reaksi • PF:
hipersensitivitas tipe I • Stigmata atopi: nasal
• Gejala crease, allergic shiner
• Bersin • Mukosa pucat/livid
• Hidung tersumbat • Pencetus: alergen
• Rhinorea + gatal • Tatalaksana
• Konjungtivitis • Avoidance
• PND • Dekongestan
• Antihistamin
• Steroid intranasal
Pilihan lain…
• A. Rhinitis alergi intermiten derajat ringan 
<4 hari/minggu, tak ganggu kualitas hidup
• B. Rhinitis alergi intermiten derajat sedang 
<4 hari/minggu, ganggu kualitas hidup
• C. Rhinitis alergi persisten derajat ringan
• D. Rhinitis alergi persisten derajat sedang 
>4 hari/ minggu, ganggu kualitas hidup
• E. Rhinitis vasomotor  khas : hidung
mampet berpindah-pindah
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

C. Rhinitis Alergi Persisten


Derajat Ringan
45. B. Allergic crease
• Keywords :
– Riwayat rhinits alergi +
– Terdapat garis horizontal pada setengah bagian
bawah hidung

Disebut apakah penamaan garis tersebut?


• Alergic shiner
• Alergic salute
• Alergic crease
• Konjungtivitis alergi
• Dermatitis atopi
Pilihan lain..
• A. Allergic shiner  warna kehitaman di
bawah mata
• B. Allergic crease
• C. Allergic salute  kebiasaan menggosok
hidung
• D. Allergic conjunctivitis  mata merah, gatal,
berair
• E. Allergic dermatitis  kelainan pada kulit
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. Allergic Crease
46. B. United Airway Disease
• Keywords :
– Sesak napas dan bersin-bersin
– Riwayat asma +
– Mukosa hidung livid, edema, sekret serosa
– Wheezing pada kedua paru, ekspirasi memanjang

Apa diagnosa penyakit tersebut?


Pilihan lainnya…
• A. Reactive Airway Disease  serangan wheezing
di bawah usia 5 tahun
• B. United Airway Disease
• C. Asma  minimal usia 5 tahun, ekspirasi
memanjang, wheezing, reversible airflow
obstruction at least 10% of FEV1
• D. Rhinitis Alergi  mukosa livid, edema konka,
sekret serosa
• E. Rhinitis Akut  mukosa hidung eritema, suatu
proses infeksi
http://emedicine.medscape.com/article/800119-overview
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

B. United Airway Disease


47. D. CT Scan
• Keywords :
– Batuk pilek, nyeri kepala
– Demam
– Nyeri pada wajah, nyeri tekan maksilla +
– Post nasal drip +
– Lubang pada seluruh gigi molar bagian atas

Diagnosa : sinusitis maksillaris


Apa gold standard (baku emas) pemeriksaan?
CT scan : Gold standard sinusitis
Berbagai Posisi X Ray
• Waters: menilai sinus maksila, frontal, etmoid,
sphenoid
• Caldwell: Menilai sinus frontal, etmoid, bola
orbita, dinding orbita medial, os zigoma, os
nasal, septum nasi, mandibula
• Lateral: menilai sinus sphenoid
• Schuller: menilai mastoid, kanalis akustikus
eksternus, TMJ
Pilihan Lain
• A. Foto Waters  menilai maksila, frontal
• B. Foto Caldwell  menilai frontal, ethmoid,
orbita, zigoma, nasal, mandibula
• C. Foto Schuller  menilai rongga mastoid
• D. CT Scan
• E. MRI Kepala  tidak dianjurkan untuk
sinusitis
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. CT Scan
48. D. Hidrops cairan endolimfe
• Keywords :
– Pusing berputar
– Tinitus
– PF telinga dalam batas normal
– Tuli sensorineural

Diagnosa : Meniere Disease


Bagaimana patofisiologinya?
Meniere Disease
• Disebabkan karena hidrops endolimfe
(kelebihan tekanan hidraulik dalam sistem
endolimfatik) di telinga dalam.
• Gejala :
(1) Penurunan pendengaran,
(2) Vertigo episodik, termasuk adanya nistagmus
(3) Tinnitus
(4) Rasa penuh pada telinga
Medscape
Pemeriksaan Penunjang
• Audiometry  menilai penurunan pendengaran
• Brainstem auditory evoked potentials  jarang
dilakukan
• Electrocochleography (ECOG)  menilai peningkatan
tekanan endolimfe
• Otoscopy  menyingkirkan DD lain
• Caloric testing/electronystagmography (ENG) 
menilai nistagmus

Medscape
Pengobatan
• Vestibulosuppresan (Dimenhidrinat,
Scopolamin, Metoclopramid)
• Steroid (Prednison)
• Diuretic ( HCT, Acetazolamid)

Medscape
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

D. Hidrops cairan endolimfe


49. E. Dekongestan + Analgesik
• Option E diganti jadi dekongestan + analgesik
• Keywords :
– Pilot dan penyelam
– Nyeri pada telinga dan terasa penuh
– Konka edema dan eritema
– Membran timpani tampak suram, cavum timpani terisi
darah

Diagnosa : Ear-Barotrauma
Bagaimana tatalaksananya?
Barotrauma
• Sering pada pilot atau penyelam
• Perbedaan tekanan secara cepat dalam telinga
tengah dan telinga luar
• Dicetuskan dengan gangguang tuba
• Dapat berupa :
– Sinus or middle ear effect
– Decompression sickness
– Arterial gas emboli

Medscape
• Pada awalnya hanya berupa timpani suram
• Cavum timpani dapat terisi dengan darah
• Pada kasus berat dapat terjadi perforasi
membran timpani
Tatalaksana Barotrauma
• Analgesik untuk mengatasi nyeri
• Decongestant (Pseudoefedrin)  perbaiki
fungsi tuba
• Steroid (Metilprednisolon)  mengurangi
inflamasi
• Oksigen therapy

Medscape
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

E. Dekongestan + Analgesik
50. A. Tonsilitis Lakunaris
• Keywords :
– Keluhan sulit menelan
– Nyeri tenggorokan dan demam
– Tonsil T4/T3, hiperemis
– Permukaan tonsil menyerupai alur-alur

Apa diagnosa kasus tersebut?


Tonsilitis lakunaris
• Gejala dan tanda klinis:
– Demam
– Disfagia
– Tonsil hiperemis
– Terdapat detritus yang mem-
bentuk alur-alur
Tonsilitis difteri
• Penyebab: Corynebacterium
diphteriae (gram positif)
• Gejala dan tanda klinis:
- demam
- nyeri menelan
- tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor.
-Membran akan berdarah
bila diangkat.
-Kelenjar limfa leher akan
membengkak  bull neck

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Abses Peritonsil (Quincy)
• Salah satu abses leher dalam
• Etiologi:Komplikasi tonsilitis akut, infeksi kelenjar Weber di
tonsil
• Anamnesis:
– Odinofagia hebat
– Otalgia pada sisi ipsilateral
– Muntah
– Mulut berbau
– Hipersalivasi
– Hot potato voice
– Trismus
– Uvula bergeser

BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI


Pilihan lainnya
• A. Tonsilitis lakunaris
• B. Tonsilitis difteri  tonsil dengan bercak
putih, berdarah bila bercak diangkat
• C. Tonsilitis folikularis  tonsil membengkak
dengan detritus yang berbintik-bintik
• D. Abses Peritonsil  sama E
• E. Abses Quincy  sama D
Dengan Demikian Jawabannya Adalah

A. Tonsilitis Lakunaris
51 B. Efusi pleura
• Keywords:
- Sesak yang memberat
- Batuk berdahak
- Dada asimetris, dada kanan tampak lebih
cembung dan tertinggal saat inspirasi.
- Foto toraks : meniscus sign (+).

Diagnosa yang tepat ? Efusi pleura


Efusi pleura
• Sudut kostofrenikus
menghilang.
• Meniskus sign (+).
• Efusi pleura sering
menyertai pneumonia
sehingga disebut efusi
parapneumonia.
Analisis cairan pleura
• Normal: • Purulen: empyema
– Jernih – Bau busuk: anaerobic
– pH 7.60-7.64 empyema
– Protein < 2% (1-2 g/dL) • Seperti susu, opalescent:
– WBC < 1000/mm3 chylothorax
– Glukosa sama dengan plasma • Darah (Grossly bloody
– LDH < 50% nilai plasma fluid): trauma, keganasan,
asbestosis
– Ht cairan pleura > 50% 
hematothorax
• Hitam: Aspergillus niger,
Rizopus oryzae, melanoma
maligna, Ca paru

Emedicine Pleural Effusion


Pilihan lain
• A. Pneumonia lobaris  batuk produktif,
ronki, gambaran air bronchogram, 1 lobus
• C. Pneumotoraks  sesak, hipersonor, suara
nafas melemah
• D. Atelektasis  sesak, suara nafas melemah,
redup, deviasi trakea ipsilateral, gambaran
segitiga opak
• E. Bronkitis  batuk produktif, ronki hilang
dengan batuk.
Jadi, Diagnosisnya adalah

B. Efusi pleura
52 D. Hentikan OAT sementara
• Keywords:
- Mual, muntah, mata terlihat kuning.
- Sklera ikterik (+), nyeri epigastrium (+),
hepatosplenomegali (-).
- Pasien sedang minum OAT minggu kedua.

• Bagaimana tatalaksana yang tepat untuk


pasien tersebut? Hentikan OAT sementara
Sumber: Rangkuman Guideline TB WHO 2010
Langkah Reintroduksi OAT sambil mencari
tahu OAT penyebab
• Bila tanda dan gejala sudah mereda maka
OAT diberikan kembali secara bertahap satu
persatu sambil mencari OAT penyebab:
– OAT dapat diberikan rifampisin, baru disusul
isoniazid
• Pirazinamid tidak boleh diberikan
• Bila salah satu rifampisin maupun isoniazid
tidak bisa ditoleransi, maka menggunakan
terapi OAT non-hepatotoksik yaitu
streptomisin, ethambutol, dan
fluorokuinolon dimulai atau dilanjutkan
hingga total 18-24 bulan
Sumber: Panduan PDPI
Jadi, tatalaksana yang tepat adalah

D. Hentikan OAT sementara


53 A. Streptococcus pneumoniae
• Keywords:
- Anak 13 bulan sesak sejak 1
hari.
- Demam, batuk, pilek
sebelumnya.
- Nafas cuping hidung, retraksi,
ronkhi (+).
- Gram : bakteri berwarna ungu
tersusun berderet.

• Bakteri penyebab?
Streptococcus pneumoniae
Sumber : PPM IDAI jilid 1
Diagnosis Pneumonia Ringan
• Diagnosis
– Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya
terdapat napas cepat saja.
– Tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat
• Tatalaksana
– Rawat jalan
– Antibiotik:
• Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3
hari
• Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
• Pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Diagnosis Pneumonia Berat
• Batuk dan atau kesulitan bernapas – Suara merintih (grunting) pada bayi
ditambah minimal salah satu: muda
– Kepala terangguk-angguk – Pada auskultasi terdengar:
• Crackles (ronki)
– Pernapasan cuping hidung
• Suara pernapasan menurun
– Tarikan dinding dada bagian bawah
• Suara pernapasan bronkial
ke dalam
– Foto dada menunjukkan gambaran
pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, • Dalam keadaan yang sangat berat
dll) dapat dijumpai:
– Tidak dapat menyusu atau
• Selain itu bisa didapatkan pula tanda minum/makan, atau memuntahkan
berikut ini: semuanya
– Napas cepat: – Kejang, letargis atau tidak sadar
• < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit – Sianosis
• 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit – Distres pernapasan berat.
• 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit, WHO
Terapi Pneumonia Berat
• Anak dirawat di rumah sakit • Terapi Oksigen
• Terapi Antibiotik – Beri oksigen pada semua anak
– Ampisilin/amoksisilin (25-50 dengan pneumonia berat
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam) – Pulse oximetry: panduan untuk
• Dilanjutkan amoksisilin oral (15 mg/
kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari terapi oksigen
berikutnya. • Saturasi oksigen < 90%
– Klinis berat: oksigen dan pengobatan
– Lanjutkan pemberian oksigen
kombinasi ampilisin-kloramfenikol
atau ampisilin-gentamisin.
sampai tanda hipoksia (seperti
tarikan dinding dada bagian
– Alternati: seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). bawah ke dalam yang berat atau
– Pneumonia stafilokokal
napas > 70/menit) tidak
• Gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali
ditemukan lagi.
sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB
IM atau IV setiap 6 jam) atau
klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali
pemberian).
Bronkiolitis vs Pneumonia
Jadi, penyebabnya adalah

A. Streptococcus
pneumoniae
54 A. Inhalasi Beta 2 Agonis
• Keywords:
- Keluhan utama sesak nafas.
- Riwayat asma
- Tampak gelisah dan lebih suka posisi duduk. Dari
- TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 110x/m, laju
napas 32 x/m, Suhu 37°C.
- Wheezing di seluruh lapang paru.

• Terapi awal ? Inhalasi Beta 2 Agonis


• Anamnesis Asma:
– Gejala episodik
– Reversibel, dengan atau tanpa pengobatan
– Timbul/memburuk pada malam/dini hari
– Respon terhadap bronkodilator
– Terdapat faktor risiko yang bersifat individu
al
• Pemeriksaan fisis:
– PF dapat normal
– Wheezing
– Ekspirasi memanjang
Pilihan Lain
• B. Inhalasi kortikosteroid  bukan terapi awal,
diberikan sebagai controller
• C. Injeksi kortikosteroid  bukan terapi awal,
diberikan pada serangan akut sedang-berat
• D. Injeksi Metilxhantin  bukan terapi awal,
diberikan pada serangan akut berat
• E. Oral bronkodilator  hindari sediaan oral
karena efek samping takikardi
Jadi, terapi awalnya adalah

A. Inhalasi Beta 2 Agonis


55 D. Empiema

• Keywords:
- Batuk berdahak yang berwarna kecoklatan.
- Hemitoraks kanan tertinggal, redup hemitoraks
kanan, trake deviasi kiri.
- Opasitas homogen seluruh paru kanan.
- Pungsi pleura : cairan dengan kesan pus.

• Apakah diagnosis yang tepat ? Empiema


Diagnosis empiema
Anamnesis PF
- Riwayat pneumonia -Febris
- Riwayat trauma -Takipneu
dada/trauma diafragma -Ronki
- Batuk produktif -Rales
-Penurunan suara nafas
- Demam
-Perkusi redup
- Sesak -Egofoni
- Anoreksia -Suara nafas tubular
- Penurunan BB Tatalaksana
- Keringat malam -Drainase  pungsi  WSD (bila
- Nyeri dada pleuritik banyak dan produksi terus menerus)
-Antibiotik  empirik dulu, setelahnya
Sumber : emedicine berdasarkan pewarnaan gram, biakan
dan uji sensitivitas
Pilihan Lain
• A. Pneumonia  batuk produktif, infiltrat,
gambaran air bronchogram
• B. Efusi pleura  nyeri pleuritik, redup,
meniscus sign
• C. Pneumotoraks  hipersonor, gambaran
paru lusen avaskuler dengan garis pleura
• E. Hematotoraks  riwayat trauma, redup
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Empiema
56 D. Bronkiektasis

• Keywords:
- Batuk sejak 1 bulan yang lalu.
- Sputum 3 warna.
- Lesi rongga-rongga bulat lusen berdinding
tipis multipel di lapangan bawah paru kiri.

• Diagnosis ? Bronkiektasis
Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah pelebaran Pemeriksaan Fisis
abnormal bronkus ukuran • Ronki basah, ronki kering,
medium disertai destruksi mengi
jaringan dinding bronkus, Pemeriksaan Penunjang
umumnya akibat infeksi lama.
• X-ray dan CT-scan:
honeycombing
DIAGNOSIS
Anamnesis TATA LAKSANA
• Batuk kronik produktif, • Antibiotik
dahak tiga lapis
• Hemoptisis • Terapi dada
• Sesak napas
• Malaise
Pilihan Lain
• A. Pneumonia
• B. TB Paru  batuk kronik, keringat malam,
penurunan berat badan, sputum BTA.
• C. Empiema  nanah di rongga toraks
• E. Abses paru  kavitas berdinding tebal,
gambaran air fluid level
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Bronkiektasis
57 E. Rivalta test

• Keywords:
- Batuk disertai sesak setiap kali batuk dan nyeri
pada dada kanan.
- Suara napas dada kanan menurun, dan perkusi
redup pada dada kanan 2/3 bagian bawah.
- Cairan pada pleura

• Tes untuk membedakan cairan pada paru ?


Rivalta test
Pilihan Lain
• A. Darah lengkap
• B. Sputum BTA  komponen diagnostik TB
dewasa
• C. Mantoux test  salah satu komponen
diagnostik TB anak
• D. Halo test  pada kecurigaan keluarnya
cairan serebrospinal
Jadi, nama pemeriksaanya adalah

E. Rivalta test
58 B. Foto thoraks
• Keywords:
- Sesak napas yang
memberat
- Batuk berdahak kental
kuning kehijauan tanpa
bercak darah.
- Suara nafas bronkial (+).

• Pemeriksaan penunjang
yang tepat? Foto thoraks
Pneumonia
• Definisi: peradangan pada parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis  menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
• Etiologi:
– ISNBA  mikroorganisme  bakteri
– Berbeda-beda letak berdasarkan negara, lokasi, dan
lainnya.
– CAP di Amerika  S. pneumoniae (60-70%)
– CAP di Indonesia  Klebsiella pneumoniae (45,18%),
S. pneumoniae (14,04%).

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Klasifikasi
• Berdasar klinis dan epidemiologis
– CAP
– Pneumonia nosokomial
– Pneumonia aspirasi
– Pneumonia pada imunokompromais
• Berdasar bakteri penyebab
– Pneumonia bakterial / tipikal
– Pneumonia atipikal
– Pneumonia virus
– Pneumonia jamur
• Berdasar predileksi infeksi
– Pneumonia lobaris
– Bronkopneumonia
– Pneumonia interstisial

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga

Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang

Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)

Radiologis “patchy” atau normal Konsolidasi lobar lebih tinggi

Laboratorium Leukosit normal kadang rendah Lebih tinggi

Gangguan fungsi hati sering Jarang

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Gambaran klinis
• Batuk berdahak (hijau kekuningan, batuk berdah)
• Demam
• Menggigil
• Sesak napas, ketika beraktivitas berat
• Kebingungan terutama pada org tua dan lansia
• Keringat yang berlebihan
• Nyeri kepala
• Nyeri dada tajam seperti ditusuk dan memburuk ketika
batuk
• Penurunan nafsu makan dan berujunga pada penurunan
berat badan

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Diagnosis Pneumonia Komunitas
Diagnosis pasti:
• foto toraks  infiltrat baru atau infiltrate
progresif + dengan 2 atau lebih gejala di
bawah:
- Batuk-batuk bertambah
- Perubahan karakteristik dahak/ purulen
- Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
- ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara
nafas bronkial dan ronki
- Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Penatalaksanaan pneumonia komuniti
a.Penderita rawat jalan
• Pengobatan suportif / simptomatik
• istirahat di tempat tidur
• minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
• bila panas tinggi perlu dikompres atau minum
obat penurun panas
• bila perlu dapat diberikan mukolitik dan
ekspektoran
• Pemberian antibiotik harus diberikan kurang
dari 8jam

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
• pengobatan supportif/ simptomatik
- pemberian terapi oksigen
- pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan
elektrolit
- pemberian obat simptomatik antara lain
antipiretik,mukolitik
• Pengobatan antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam.
c. Penderita rawat inap diruang rawat intensif
• pengobatan suportif/ simptomatik
- pemberian terapi oksigen
- pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan
elektrolit
- pemberian obat simptomatik antara lain
antipiretik,mukolitik
• pengobatan antibiotik,kurang dari 8jam
• bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
(respiratory distress )

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Petunjuk terapi empiris

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Alur Tatalaksana Penumonia Komuniti

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Pilihan Lain
• A. Spirometri  untuk membedakan penyakit
paru obstruktif dengan restriktif.
• C. Torakosentesis  untuk analisis cairan
pleura
• D. EKG
• E. Analisis Gas Darah  untuk menilai derajat
asidosis respiratorik
Jadi, penunjangnya adalah

B. Foto thoraks
59 B. Probable H5N1

• Keywords:
- Sesak napas yang memberat
- Demam, sakit tenggorokan, batuk dan pilek
sejak 1 minggu yang lalu.
- Pasien tiba – tiba meninggal,
- Di sekitar rumah pasien terdapat banyak
unggas yang mati.
• Keterangan yang tepat ? Probable H5N1
Suspek H5N1
• Kasus suspek adalah seseorang yang menderita infeksi saluran respiratorik
atas dengan gejala demam (suhu ≥ 380 C), batuk dan atau sakit
tenggorokan, sesak napas dengan salah satu keadaan di bawah ini dalam 7
hari sebelum timbul gejala klinis:
– Kontak erat dengan pasien suspek, probable, atau confirmed seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dalam jarak <1 meter.
– Mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB flu burung.
– Riwayat kontak dengan unggas, bangkai, kotoran unggas, atau produk mentah
lainnya di daerah yang satu bulan terakhir telah terjangkit flu burung pada
unggas, atau adanya kasus pada manusia yang confirmed.
– Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia
atau binatang yang dicurigai menderita flu burung dalam satu bulan terakhir.
– Memakan/mengkonsumsi produk unggas mentah atau kurang dimasak
matang di daerah diduga ada infeksi H5N1 pada hewan atau manusia dalam
satu bulan sebelumnya.
– Kontak erat dengan kasus confirmed H5N1 selain unggas (misal kucing, anjing).

WHO, Depkes
Probable H5N1
• Adalah kasus suspek disertai salah satu
keadaan:
– Hasil lab terbatas untuk H5 (bukan H5N1)
– Kenaikan titer antibodi H5 (bukan H5N1) masa
akut dan konvalesen, minimum 4 kali
– Meninggal karena suatu penyakit saluran napas
akut yang tidak dijelaskan penyebabnya
Confirmed H5N1
• Adalah kasus suspek atau kasus probable didukung salah
satu hasil pemeriksaan laboratorium di bawah ini:
– Isolasi/Biakan virus influenza A/H5N1 positif
– PCR influenza A H5 positif
– Peningkatan titer antibodi netralisasi sebesar 4 kali dari
spesimen serum konvalesen dibandingkan dengan spesimen
serum akut (diambil 7 hari setelah muncul gejala penyakit) dan
titer antibodi konvalesen harus 1/80
– Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke 14 atau lebih setelah muncul
gejala penyakit, disertai hasil positif uji serologi lain, misal titer
HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5
positif.
Singkatnya..
• Suspek: klinis + kontak
• Probable: suspek + tanda gawat napas /
kematian + serologi tidak spesifik (misal:
hanya H5 saja)
• Confirmed: terbukti serologi spesifik H5N1
Terapi Flu Burung
• Oseltamivir oral
– Dosis: 2x75mg selama 5 hari dalam 2 hari setelah
gejala ingluenza
– Profilaksis: diberikan pada kontak. 1x75mg
minimal 7 hari diberikan dalam 2 hari setelah
kontak
• Zanamivir inhalasi
– Dosis: 2x10mg (2 puff) selama 5 hari

Pharmaceutical care flu burung, Depkes 2007


• A. Suspek H5N1
• C. Definitif H5N1
• D. Confirmed H5N1
• E. MERS  corona virus, infeksi saluran nafas
di Arab
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Probable H5N1
60 B. Isoniazid

• Keywords:
- Pasien TB paru diberikan piridoksin.

• Tujuan dokter untuk meminimalisir efek


samping obat ? Isoniazid
Pedoman tatalaksana TB
Pilihan Lain
• A. Rifampisin  efek samping: kencing merah,
hepatotoksik
• C. Pirazinamid  efek samping: meningkatkan
serum asam urat, artralgia
• D. Etambutol  efek samping: gangguan
penglihatan, buta warna
• E. Streptomisin  efek samping : nefrotoksik,
embriotoksik, vestibulo-ototoksik
Jadi, piridoksin untuk meminimalisir
efek samping

B. Isoniazid
61 A. Bronkiolitis

• Keywords:
- Bayi 10 bulan demam, batuk, tampak seperti
kesulitan bernapas, dan tidak mau menyusu.
- Retraksi dada, wheezing +/+, rhonki -/-, dan
ekspirasi memanjang.
- Riwayat alergi pada kedua orangtuanya

• Diagnosis yang tepat ? bronkiolitis


Bronkiolitis
• Infeksi bronkioli pada bayi < 2 tahun oleh virus
paling sering RSV
• Gejala dan tanda :
– Demam, rinorea
– Poor feeding
– Batuk, takipneu, sesak napas
– Retraksi subcosta, interkosta
– Bentuk dada tampak hiperinflasi khas,
membedakan dengan pneumonia

Sumber : PPM IDAI


Bronkiolitis - Pathogenesis
• Invasi virus  inflamasi  akumulasi mukus,
debris dan edema  obstruksi bronkiolus
pada fase inspirasi dan ekspirasi  ada
mekanisme ‘klep’ yang menyebabkan air
trapping  overinflasi dada  ventilasi turun
dan hipoksemia  frekuensi napas naik; pada
keadaan berat dapat terjadi hiperkapnia,
obstruksi todal dapat menyebabkan
atelektasis
Bronkiolitis – Gejala Klinis, Diagnosis,
Tatalaksana
• Gejala Klinis • Diagnosis
– Diawali dengan demam – PF: demam, dyspnea
subfebris dan infeksi saluran (expiratory effort), ekspirasi
nafas atas akut memanjang, mengi,
– Kemudian terjadi batuk, hipersonor (air trapping)
sesak, dan mengi – PP: foto dada AP-lateral (air
– Jarang menjadi berat trapping), AGD: hiperkarbia,
asidosis
metabolik/respiratorik
• Tata laksana:
– Oksigen
– Bronkodilator (hanya kalau
menghasilkan perbaikan)
– Antibiotik (hanya kalau ada
bukti infeksi bakterial)
Pilihan lain
• B. Corpus alienum  aspirasi benda asing
cenderung menimbulkan stridor.
• C. Bronkopneumonia
• D. Asma bronkial
• E. Bronkitis akut
Jadi, diagnosisnya adalah

A. Bronkiolitis
62 D. Pneumotoraks
• Keywords:
- Sesak sejak 3 jam yg lalu
- Fremitus kanan menurun, perkusi kanan
hipersonor, suara paru berkurang.
- Pulmo kolaps ke arah hilus, pleura visceral
terlepas dari rongga dada, rongga pleura lusen
dan tidak ada corakan bronkovaskular.
• Diagnosis ? Pneumotoraks
Pneumotoraks
• Sering disebut kolaps paru
• Akibat penimbunan udara dalam kavum pleura (kavum pleura seharusnya
tidak terisi udara sehingga paru dapat mengembang dengan baik)

• Closed pneumotoraks: • Open pneumotoraks: dinding


dada dan pleura parietal robek 
pleura visceral robek  terdapat hubungan antara kavum
udara inspirasi masuk ke pleura dengan udara luar
– Apabila lubang >2/3 diameter
kavum pleura trakea, udara cenderung
– Bila terbentuk suatu klep lewat lubang dibanding
traktus respiratorius yang
 udara masuk tidak seharusnya
bisa keluar  udara – Inspirasi: tekanan rongga
dada turun, udara masuk
menumpuk dalam kavum pleura lewat lubang 
rongga pleura  kolaps paru ipsilateral
mendorong ke – Ekspirasi: tekanan rongga
dada meningkat, udara dari
kontralateral  tension kavum pleura keluar lewat
pneumotoraks lubang
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
– Primer: pasien tidak punya penyakit paru. Misal
bleb atau bulla yang pecah (sering pada pria
berpostur tinggi kurus usia 20-40 tahun)
– Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal PPOK,
asma, TB, dll

• Pneumotoraks traumatik
– Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan
tumpul) atau akibat tindakan medis
Pneumotoraks tension
• Tanda vital tidak stabil
• Jangan lakukan foto toraks, karena diagnosis harus
dapat ditegakkan dari klinis pasien!
• Tindakan paling utama adalah needle decompression
– Gunakan jarum infus, misalnya, dan tusukkan di sela iga
kedua linea midclavicularis pada sisi paru yang dicurigai
tension pneumotoraks
– Jika benar, akan terdengar udara yang keluar dari jarum
– Jangan lupa untuk pasang WSD setelah tindakan awal ini
Trakea dapat terdorong ke satu sisi akibat paru yang kolaps
http://learning.bmj.com/classobjects/images/en-
gb/ARRAY_HP_FS11DcmprssnTnsnPnmthrx_default.j
pg
Pilihan Lain
• A. Giant bula
• B. Emfisema
• C. Efusi pleura
• E. Karsinoma paru 
lesi koin
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Pneumotoraks
63 C. Hipertrofi Stenosis Pilorus

• Keywords:
- Bayi usia 3 minggu muntah-muntah.
- Muntah seperti menyemprot dan terkadang
ditemukan bercak seperti kopi.
- Teraba massa seperti buah zaitun di regio
epigastrium.
- Gambaran string sign dan single bubble sign.

• Diagnosis yang tepat ? Hipertrofi Stenosis Pilorus


Hipertrofi stenosis pilorus
• Terjadinya obstruksi akibat hipertrofi dari muscular
layer pilorus.
• Tanda dan gejala :
• Muntah tidak bercampur cairan empedu pada usia 4-8
minggu
• Muntah terjadi beberapa saat setelah menyusu
• Terkadang muncul sedikit hematemesis atau bright-red
flecks atau a coffee-ground appearance (bercak kopi)
• Pasien tidak tampak sakit, bayi akan tetap menyusu
kuat setelah muntah
Aschraft pediatric surgery,
emedicine
• Pemeriksaan penunjang : USG, Barium upper
GI study, endoscopy
• Tatalaksana : Operasi (setelah mengkoreksi
gangguan elektrolit maupun gangguan lainnya
yang terjadi pada pasien)
Ramstedt pyloromyotomy remains the
standard procedure of choice
Stenosis pilorus hipertrofi
• Bayi dengan keluhan muntah menyemprot dan
seperti ada bercak kopi  dapat terjadi
perlukaan karena gastritis akibat sering muntah
• Muntah biasanya muncul 30 menit setelah bayi
minum susu. Setelah muntah bayi menyusu lagi
dengan kuat.
• Pada PF teraba massa berbentuk buah zaitun di
epigastrium  ciri khas !!!
• Pada pemeriksaan radiologi didapatkan
gambaran string sign.
• Tatalaksana : pilorotomi
Gambaran string sign (panah)
Pilihan Lain
• A. Atresia duodenum  muntah hijau,
gambaran “double bubble”
• B. Akalasia  disfagia, gambaran “bird beak”
• D. Intususepsi  diare lendir darah, kolik
abdomen, gambaran “porsio like / target”
• E. Hernia diafragmatika  bising usus
parakardial.
Jadi, diagnosisnya adalah

C. Hipertrofi Stenosis
Pilorus
64 D. Pankreatitis akut

• Keywords:
- Nyeri ulu hati yang tembus hingga ke belakang
- Muntah hijau
- Nyeri perut kanan atas, tidak ada organomegali.
- Leukositosis dan amilase lipase yang meningkat.

• Kemungkinan diagnosis ? Pankreatitis akut


Pankreatitis Akut
• Peradanagn pankreas yang • Diagnosis (2 dari 3)
menyebabkan aktivasi enzim – Nyeri hebat daerah abdomen
pankreas – Peningkatan enzim pankreas (≥3
• Klasifikasi kali lipat normal)
– Interstitial oedematous – Gambaran pankreatitis akut pada
pancreatitis CT Scan dengan kontras
– Necrotizing pancreatitis • Tatalaksana
• Etiologi: – Rujuk ke dokter spesialis
– Obstruksi mekanik ampula – Pantau TTV, rehidrasi, koreksi
elektrolit, nutrisi
– Konsumsi alkohol
– Pencegahan komplikasi lokal dan
– Trauma sistemik
– Metabolik
– Toksin
– Obat-obatan
– Infeksi
– Kelainan kongenital Sumber : emedicine, buku ajar ipd
– Penyakit vaskular
– Mutasi genetik gen CFTR
Pilihan Lain
• A. Gastritis akut
• B. Hepatitis akut  demam, ikterik, kencing teh
• C. Kolesistitis akut : demam, ikterik, murphy sign
• E. Ulkus peptikum
 ulkus gaster : nyeri memberat dengan makan
 ulkus duodenum : nyeri menghilang dengan
makan
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Pankreatitis akut
65 D. Invaginasi ileocolica
• Keywords:
- BAB cair , lendir darah + nyeri perut
- Palpasi abdomen defans muscular (+), teraba
masa di perut kiri atas, sementara sebelah kanan
bawah teraba kosong.
- Hasil pemeriksaan colok dubur didapatkan
portio-like sign.

• Diagnosis ? Invaginasi ileocolica


• Diagnosis • Tatalaksana
– Paling sering umur 6 bulan-1 – Barium enema
tahun • Diagnosis: gambaran
– Gambaran klinis: meniskus.
• Awal: kolik yang sangat hebat • Tekanan cairan barium akan
disertai muntah. Anak mereduksi intususepsi.
menangis kesakitan. • Reduksi berhasil bila
• Lebih lanjut: kepucatan pada beberapa bagian usus halus
telapak tangan, perut telah terisi barium/udara.
kembung, tinja berlendir – Pasang NGT
bercampur darah (currant jelly – Resusitasi cairan.
stool) dan dehidrasi.
– Palpasi abdomen teraba – Antibiotik jika ada tanda
massa seperti sosis. infeksi (demam, peritonitis)
– Ultrasonografi: tampak tanda – Lakukan PEMERIKSAAN
donat/pseudo-kidney. ULANG SEGERA oleh dokter
bedah.
• Pembedahan jika reduksi
dengan enema gagal.
• Jika terdapat bagian usus yang
iskemi atau mati, reseksi perlu
dilakukan.

Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan


Anak di Rumah Sakit, WHO
Pilihan Lain
• A. Ileus paralitik  bising usus menghilang
• B. Peritonitis  nyeri tekan nyeri lepas, defans
muskular
• C. Refluk gastroesofagealis  heart burn,
mulut terasa pahit, faktor risikonya obesitas
• E. Tumor kolon  perubahan pola BAB,
penurunan berat badan, gambaran “apple
core”
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Invaginasi ileocolica
66 D. Kasus dapat berlanjut menjadi
hepatitis fulminan
• Keywords:
- Demam disertai tidak nafsu makan
- Buang air kecil seperti warna teh.
- Sklera ikterik (+).
- Peningkatan SGOT dan SGPT 10x lipat, bilirubin
direk 3,5 mg/dL.

• Pernyataan yang tepat adalah ? Kasus dapat


berlanjut menjadi hepatitis fulminan
Hepatitis A Akut
• Demam • Tatalaksana:
• Keluhan sistemik tidak 1. Suportif
khas (mual, muntah, nyeri - Antipiretik
perut). - Asupan kalori cukup
• Kencing seperti air teh.
• Faktor risiko fekal oral
• PF: ikterus, hepatomegali,
nyeri tekan perut kanan
atas.
• Lab : SGPT, SGOT, IgM anti
HAV.
• Fulminant hepatitis A is a rare but devastating complication
of HAV infection. [10] As many as 50% of individuals with
acute liver failure may die or require emergency liver
transplantation. [23] Elderly patients and patients with
chronic liver disease are at higher risk for fulminant
hepatitis A. [11, 23] In parallel with a declining incidence of
acute HAV infection in the general population, however, the
incidence of fulminant HAV appears to be decreasing. [23]
• The fulminant form of hepatitis occurs when this necrotic
process kills so many liver cells—upwards of three-quarters
of the liver’s total cell count—that the liver can no longer
perform its job. [10, 23] Aside from the loss of liver
function, fulminant hepatic failure can lead to
encephalopathy and cerebral edema.

http://www.about-
hepatitis.com/hepatitis_complications
Pilihan Lain
• A. Penyebaran melalui parenteral 
penularan hep A fekal oral
• B. Virus merupakan virus DNA  seharusnya
virus RNA
• C. Penatalaksanaan utama adalah interferon
 tatalaksananya suportif
• E. Gejala ekstraintestinal sering menyertai
Jadi, pernyataan yang tepat

D. Kasus dapat berlanjut


menjadi hepatitis fulminan
67 D. Kolesistitis

• Keywords:
- Nyeri perut kanan atas.
- Demam, ikterik, mual dan muntah.
- Murphy sign (+).
- Dinding kantung empedu 8 cm, terdapat
gambaran hiperechoic acoustic shadow.

• Diagnosis pada pasien ini? Kolesistitis


Batu 
Kolelitiasis
Inflamasi 
Kolesistitis

Batu 
Koledokolitiasis

Inflamasi 
Kolangitis
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis

Nyeri kolik + + +/- +/-


Nyeri - - + +
tekan/Murphy’s
sign

Demam - - + (low- + (high-


grade) grade)

Ikterus - + - +
kolesistitis
• Radang kandung empedu disertai keluhan
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
demam
• Penyebab timbulnya : iskemia dinding
empedu, stasis cairan empedu, infeksi kuman
• Penyebab utama : batu kandung empedu
(90%)  stasis
• Pemeriksaan penunjang  USG
USG Kolesistitis
Terdapat 5 kelainan patologis mayor yang dapat
ditemukan pada hasil USG kolesistitis akut
1. Batu empedu/sludge  hyperechoic acoustic shadow
2. Sonographic murphy sign  maksimal tenderness
teridentifikasi di right upper quadrant sementara
kandung empedu terlihat di monitor
3. Penebalan dinding kandung empedu > 4 mm
4. Cairan perikolesistik (pericholecystic fluid)
5. Pelebaran duktus biliaris komunis > 4 mm

Sumber : sonoguide.com; medscape


Pilihan Lain
• A. Perforasi gaster  hematemesis, nyeri ulu
hati, riwayat NSAID kronik, gambaran udara
bebas subdiafragma
• B. Apendisitis
• C. Hepatitis
• E. Kolelitiasis  faktor risiko (Fat, Forty,
Fertile, Female).
Jadi, diagnosisnya adalah

D. Kolesistitis
68 B. Atresia duodenum
• Keywords:
- Muntah berwarna kehijauan dan rewel.
- Gambaran double bubble sign.

• Diagnosis yang paling tepat ? Atresia


duodenum
Pilihan Lain
• A. Atresia ani  tidak ada lubang anus,
seluruh usus terisi udara namun terjadi
distensi abdomen
• C. Atresia esofagus  “drooling”, gambaran
single bubble, gambaran NGT coilling /
terpuntir.
• D. Atresia bilier  BAB dempul (akolik)
• E. Atresia pylorus  muntah bercak kopi,
gambaran string sign.
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Atresia
duodenum
69 B. Ileus obstruktif

• Keywords:
- Perut terasa sakit.
- Tidak bisa BAB dan tidak bisa flatus.
- Pemeriksaan fisik ditemukan darm contour,
darm stefung, dan metalik sound.

• Diagnosis adalah? Ileus obstruktif


Ileus obstruksi Ileus paralitik
Tidak bisa BAB, kembung, Tidak bisa BAB, kembung, nyeri
muntah, nyeri perut perut (-)
Bising usus meningkat, dapat Bising usus menghilang
menghilang jika sudah lama
Dilatasi usus proksimal saja, distal Dilatasi usus proksimal – distal
cenderung tidak ada udara
Gambaran foto khas: step ladder,
herring bone
Dekompresi dengan NGT, Atasi penyebabnya, misal
laparotomi imbalans elektrolit (hipokalemia)
Pilihan Lain
• A. Ileus paralisis  bising usus menghilang
• C. Peritonitis
• D. Perforasi usus
• E. Karsinoma kolon  perubahan pola BAB ,
penurunan berat badan, gambaran “apple
core”
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Ileus obstruktif
70 B. USG abdomen

• Keywords:
- Sakit perut kanan atas yang menjalar ke bahu
- Sakit dirasakan terutama setelah memakan
jeroan.
- TB:160 BB:57.

Pemeriksaan penunjang ? USG abdomen


Pemeriksaan penunjang Kolelitiasis
• USG adalah prosedur pilihan dalam
mengidentifikasi batu empedu, dapat
mengidentifikasi batu sekecil 2 mm dengan
sensitivitas 95%; non invasif, cepat, bedside,
tdk melibatkan radiasi ion
• CT  74-79%, bukan alat screening untuk
kolelitiasis uncomplicated

• Sumber : Medscape
Pilihan Lain
• A. BNO  menilai letak batu di salurah kemih
• C. Amylase lipase  komponen diagnostik
pankreatitis akut
• D. CT-scan abdomen
• E. MRI
Jadi, penunjangnya adalah

B. USG abdomen
71 A. Asam lambung mengiritasi
esoffagus
• Keywords:
- Nyeri dada timbul saat pasien berbaring pada
malam hari.
- Riwayat merokok dan alkohol
- Batuk tanpa dahak.
- Minum nitrat, tetapi keluhan bertambah.

• Apa patofisiologi keluhan diatas ? Asam lambung


mengiritasi esoffagus
Tatalaksana
• Sumber : konsensus GERD
Jadi, mekanismenya adalah

A. Asam lambung
mengiritasi esoffagus
72 B. Typhoid fever

• Keywords:
- Demam sejak 8 hari yang lalu, terutama pada
saat menjelang sore hari dan malam hari.
- Lidah kotor dengan tepi hiperemis

• Diagnosis ? Typhoid fever


Thypoid
• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern  pola demam dimana suhu akan turun
di pagidansuhusemakintinggidariharikehari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeriperut,
konstipasi), batuk, sakitkepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C),
muncul rose spot (salmon-colored, blanching, truncal,
maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan
splenomegali. Bradikardirelatif, dicrotic pulse (double beat, the
second beat weaker than the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diarehijau-kuning (pea
soup diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion,
psychosis), dapat terjadi perforasi ususdan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan
membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama
dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau
kultur darah dengan media empedu dimana
kuman tersekuestrasi di empedu

• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia


sehingga dapat diperiksa menggunakan widal
– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
Pilihan Lain
• A. Demam berdarah dengue  demam
dengue + bukti hemokonsentrasi
• C. Pancreatitis  nyeri ulu hati terasa tembus
hingga ke skapula, amilase lipase meningkat
• D. Gastritis
• E. Malaria  demam menggigil, berkeringat
dingin, sakit kepala, splenomegali
Jadi, diagnosisnya adalah

B. Typhoid fever
73 A. Peritonitis

• Keywords:
- Awalnya nyeri perut di daerah epigastrium
kemudian menjalar ke perut kanan bawah dan
akhirnya menjalar ke seluruh bagian perut.
- Nyeri tekan perut kanan bawah, mc burney +,
nyeri lepas +, rovsing sign +, psoas sign +,
obturator sign +.

• Diagnosis paling tepat? Peritonitis ec perforasi


apendiks
Peritonitis
• Inflamasi membran serosa pada rongga
abdomen
• Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi pada
peritoneal yang steril karena perforasi organ
atau iritan lain seperti benda asing, bilus,
asam lambung
• Klasifikasi infeksi peritoneum:
– Umum (peritonitis)
– Terlokalisasi (abses intraabdomen)
http://emedicine.medscape.com/article/180234
Peritonitis
• Primer: infeksi monomikrobial;
ekstraperitoneal yang menyebar secara
hematogen
– Contoh: sirosis hepatis dgn asites, sindrom
nefrotik, peritoneal dialisis
• Sekunder: infeksi intraabdomen akibat
perforasi organ berongga
• Tersier: kegagalan respon inflamasi;
superinfeksi

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34725/4/Chapter%20II.pdf
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda PF:
• Demam (80% pasien) • Peningkatan suhu
• Nyeri abdomen • Takikardia
• Ensefalopati • Hipovolemia
perburukan intravaskular karena
• Diare anoreksia, muntah
• Asites • Abdomen: defnas
• Perburukan gagal ginjal muskular
• Ileus • RT: peningkatan nyeri
abdomen
http://emedicine.medscape.com/article/180234
Tatalaksana
• Perbaikan proses yang mendasari
• Antibiotik sistemik  patologi yang
mendasari, beratnya infeksi, respon pasien
terhadap terapi
• Terapi suportif
• Operasi

http://emedicine.medscape.com/article/180234
Tanda apendisitis akut
ROVSING SIGN PALPASI LLQ  NYERI TIMBUL DI RLQ

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


OBTURATOR SIGN INTERNAL/EXTERNAL ROTATION PADA
PANGGUL POSISI FLEXI

NYERI RLQ TIMBUL SAAT:


PSOAS SIGN
EKSTENSI PANGGUL KANAN

DUNPHY SIGN NYERI RLQ TAJAM SAAT BATUK


Pilihan Lain
• B. Apendisitis  kurang spesifik
• C. Hernia inguinalis  benjolan di lipatan
abdominokruris
• D. Pankreatitis  nyeri epigastrium, amilase
lipase meningkat
• E. Kolesistitis  demam, murphy sign, ikterik
Jadi, diagnosis yang tepat adalah

A. Peritonitis
74 E. Oralit per oral 1.125 cc dalam 3
jam pertama
• Keywords:
- Anak 2 tahun diare.
- Tampak kehausan dan selalu ingin minum
serta bola mata cekung.
- Akral hangat, turgor lambat, BB 15 kg.

Berapakah kebutuhan cairan pasien? Oralit per


oral 1.125 cc dalam 3 jam pertama
Penilaian Derajat dehidrasi diare akut
anak menurut WHO
Lintas Diare:
Lima Langkah Tuntaskan Diare
• Kategori :
– Kat A untuk diare tanpa dehidrasi
– Kat B untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang
(tanda dehidrasi > 2)
– Kat C untuk diare dengan dehidrasi berat
• Dosis Zinc menurut usia:
– Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
selama 10 hari
– 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari selama
10 hari
• Pemberian Makan
– ASI tetap diberikan
– Meskipun nafsu makan anak belum membaik,
pemberian makan tetap diupayakan pada anak
berumur 6 bulan atau lebih
• BB pasien: 15kg
• 15 x 75 = 1125
cc oralit dalam
3 jam

Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan


Anak di Rumah Sakit, WHO
Jadi, terapinya adalah

E. Oralit per oral 1.125


cc dalam 3 jam pertama
75 A. Fe

• Keywords:
- Muntah darah >5x, masing-masing sekitar
setengah gelas.
- Riwayat hepatitis B (+).
- Konjungtiva anemis, sklera ikterik,
hepatomegali, dan shifting dullness (+).

• Mikronutrien yang dibatasi? Fe


Mikronutrien pada Hepatic Failure
Asupan besi berlebihan
dapat menyebabkan
iron induced
hepatotoxicity
akibat pembentukan
radikal bebas,
peningkatan peroksidasi
lipid yang menyebabkan
disfungsi organel,
lysosomal fragility,
NUTRITION ISSUES IN GASTROENTEROLOGY, disfungsi mitokondrial,
SERIES #6
kematian sel
Preventive care in CLD.
JGIM
Asupan besi pada Chronic Liver
Disease
• Pada kondisi sehat, asupan • Pasien hepatitis C kronik dan
besi berlebihan tidak diserap alcoholic liver disease rentan
dan diekskresikan lewat feses mengalami hemosiderosis
• Pada CLD  asupan besi sekunder
berlebihan akan terakumulasi • Iron overload  prediktor
di parenkim hepar pasien tidak respons terhadap
– Mekanisme masih belum jelas terapi interferon-α pada kasus
– Hipotesis: pelepasan dari hep C kronik
hepatosit patologis disertai • Studi di India: low-iron diet
uptake sel Kupffer, reaksi fase meningkatkan respons pasien
akut yang berkaitan dengan
inflamasi kronis, eritropoiesis terhadap terapi hep C
inefektif dengan redistribusi
dari tempat penggunaan ke
tempat penyimpanan

Preventive care in CLD.


JGIM
Preventive care in CLD.
JGIM
Jadi, mineral yang dibatasi

A. Fe
76. D. NSTEMI
Keywords:
• Tn Iko 45 tahun
• Nyeri dada sebelah kiri sejak 1 jam yang lalu, nyeri
seperti ditindih beban berat, menjalar ke punggung,
dengan durasi selama kurang lebih 15 menit
• EKG ditemukan ST depresi pada lead II,III,aVF
• Terdapat peningkatan enzim jantung

Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?


Penyakit Jantung Koroner
• Angina pektoris stabil  nyeri terjadi saat aktivitas, berkurang
bila diberi nitrat atau istirahat, nyeri berlangsung < 15 menit,
EKG normal bila istirahat  Stress test / Treadmill test
• Acute coronary syndrome  nyeri bisa terjadi mendadak dan
lama, tidak membaik dengan istirahat
– Unstable angina  ACS tanpa peningkatan enzim jantung,
EKG tidak spesifik
– NSTEMI  No ST elevasi, peningkatan enzim jantung
– STEMI  ST elevasi, peningkatan enzim jantung

Pathophysiology of Heart
Disease Lily
Nyeri dada tipikal

Angina pektoris Acute coronary


stabil syndrome

Unstable
STEMI NSTEMI
angina
Unstable
NSTEMI STEMI
Angina
Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombos total
parsial/intermiten kerusakkan jaringan
dan nekrosis minimal
miokard
ST elevasi atau
Nonspesifik EKG ST depresi +/- LBBB baru pada EKG
T inversi

Enzim Jantung Peningkatan enzim Peningkatan enzim


normal Jantung Jantung
No Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
yang mengalami
gangguan
1 Anteroseptal V1 – V3 LAD

2 Anterior V1 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6 proximal left
coronary artery
4 Anterolateral V5 dan V6; I dan aVL left circumflex
coronary artery
5 Inferior II, III, avF right coronary
artery
6 Posterior V7-V9 right coronary artery
Pilihan lainnya
A. Stable Angina Pectoris  nyeri terjadi saat
aktivitas, berkurang bila diberi nitrat atau istirahat,
nyeri berlangsung < 15 menit
B. UAP  ACS tanpa peningkatan enzim jantung,
EKG tidak spesifik
C. STEMI  ST elevasi, peningkatan enzim jantung
E. Kardiomiopati  Gangguan progresif yang
terjadi pada struktur dan fungsi dinding otot
jantung
Jadi jawabannya adalah
D. NSTEMI
77. C. Ventrikel fibrilasi
Keywords:
• Tn. Uwais 65 tahun
• Penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien
mengeluh keringat dingin, lalu tidak sadar
• EKG :

• Apa diagnosis yang tepat pada pasien ini?


Dasar Teori
• Henti jantung  sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung yg tidak efektif.
• Disebabkan:
– VF
– VT pulseless
– PEA
– Asistol
• Gambaran Klinis:
– Henti jantung
– Henti napas/gasping
– Tidak sadar
Ventrikular ekstrasistol /
Ventricular Supraventrikular takikardi premature ventricle
fibrillation contraction
Asistol vs PEA
Asistol Pulseless Electrical Activity (PEA)
• Tidak teraba nadi • Gambaran EKG apapun
• Gambaran EKG flat kecuali VT or VF
• Tidak teraba nadi
AHA
Pilihan lainnya
• A. Atrial fibrilasi
• B. Atrial flutter

• D. Ventrikel takikardi 
• E. SVT
Jadi jawabannya adalah
C. Ventrikel Fibrilasi
78. A. Furosemide
Keywords:
• Tn. Yayan berusia 55 tahun
• Sesak yang semakin lama semakin memberat, bengkak
dikedua kaki
• TD 160/90 mmHg, nadi 120 x/menit, nafas 30 x/menit,
suhu 36,7C, JVP meningkat, rongki basah halus basal
dikedua lapangan paru, kedua tungkai pitting udem.
• Foto rontgen toraks didapatkan batwing appereance

• Apakah yang sebaiknya segera diberikan pada pasien


ini?
Saat ini, pasien kemungkinan mengalami:

• Gagal jantung kongestif, dengan kemungkinan saat ini


dekompensasi (acute decompensated heart failure)
 suatu perburukan kasus gagal jantung yang tadinya
relatif stabil.
• Gejala dan tanda: DoE (dispnu of effort), PND
(paroxysmal nocturnal dypsneu), ortopneu (banyak
bantal untuk kepala)

• Dapat pula ditemukan: kardiomegali, gallop, murmur,


aritmia, ronki basah bilateral paru, wheezing, akral
dingin dan basah, saturasi O2 <90%, batswing
appearance dan Kerley line pd rontgen dada.
• Batwing
appearance
Manajemen: “LMNOP”
• L(asix) = furosemid
• M(orfin)
• Nitrat, terutama jika TD sistolik >100 mmHg
• Oksigen
• Posisi

Marik PE, Flemmer M. Narrative Review: The


Management of Acute Decompensated Heart
Failure. J Intensive Care Med. 2012 Nov-
Dec;27(6):343-53
• Keywords gagal jantung  DOE, PND, OP
• Pasien mengalami gagal jantung kongestif,
namun saat ini pasien sedang sesak nafas 
sedang dalam keadaan akut
• CHF dalam fase akut  ADHF (acute
decompensated heart failure)
• Dalam kasus ini, ADHF menyebabkan edema
paru akut
Pilihan lainnya
• B. Siprofloksasin  Antibiotik, bukan
tatalaksana yang tepat
• C. Metilprednisolon  Kortikosteroid, bukan
tatalaksana yang tepat
• D. Aminofilin  Bronkodilator, bukan
tatalaksana yang tepat
• E. Amiodaron  Antiaritmia, bukan
tatalaksana yang tepat
Jadi jawabannya adalah
A. Furosemide
79. B. Propanolol
Keywords:
• Tn. Ruhayan berusia 52 tahun
• Keluhan sesak napas berbunyi sejak 3 jam
• Tekanan darah 160/100 mmHg
• Riwayat asma (+)

• Apa obat hipertensi yang tidak boleh


diberikan pada pasien ini?
Hipertensi JNC 7
Algoritma Pengobatan Hipertensi

2014
guidelines
for
hypertensi
on JAMA
2014 guidelines for hypertension JAMA
Pilihan lainnya
• A. Candesartan  ARBs, sebagai pengganti ACE
Inhibitor
• C. Spironolakton  Antihipertensi hemat kalium,
diberikan pada hipokalemia dapat diberi
bersamaan dengan loop diuretic
• D. Furosemid  Loop diuretic, dapat
menyebabkan gangguan elektrolit (hipokalemia,
hipomagnesemia)
• E. HCT  Thiazide, efek samping menyebabkan
gout arthitis
Jadi jawabannya adalah
B. Propanolol
80. A. Kardioversi 120 J
Keywords:
• Tn. Lannister 43 tahun
• Nyeri dada 1 jam yang lalu seperti ditindih beban
berat di dada kiri menjalar ke lengan kiri 
ischemic chest discomfort (tidak stabil)
• PF  hipertensi, nadi 150 x/menit ireguler
• EKG  Atrial fibrilasi
• Kesimpulan: takikardi tidak stabil

• Apa tatalaksana yang tepat pada pasien ini?


Ventrikular ekstrasistol /
Ventricular Supraventrikular takikardi premature ventricle
fibrillation contraction
Asistol vs PEA
Asistol Pulseless Electrical Activity (PEA)
• Tidak teraba nadi • Gambaran EKG apapun
• Gambaran EKG flat kecuali VT or VF
• Tidak teraba nadi
Pilihan lainnya
• B. Defibrilasi 200 J  Pada cardiac arrest
(tanpa nadi)
• C. Vagal maneuver  Pada takikardi stabil
• D. Adenosine 6 mg iv bolus  Pada takikardi
stabil
• E. Sotalol iv 100 mg selama 5 menit  Pada
takikardi stabil
Jadi jawabannya adalah
A. Kardioversi 120 J
81. B. Dopamin
Keywords:
• Ny. Rina 49 tahun
• Penurunan kesadaran. Sebelumnya mengatakan
ke keluarga mengeluh nyeri dada sebelah kiri.
Riwayat hipertensi dan gagal jantung.
• Tekanan darah 70/40 mmHg, nadi sulit diraba,
RR: 22x/menit, akral teraba dingin  Syok

• Terapi apa yang tepat untuk pasien ini?


Kata kunci untuk jenis-jenis syok
• Syok kardiogenik  pump failure. Ada
gangguan pada jantung, misal: aritmia, infark
miokard.
• Syok hipovolemik  intravascular volume loss
• Syok anafilaktik  vasodilatasi karena respons
sistem imun
• Syok neurologik  vasodilatasi karena
gangguan rangsangan simpatis, biasanya
akibat cedera spinal
• Syok hipovolemik  kekurangan cairan absolut
(diare, muntah, perdarahan) atau ekstravasasi
(syok dengue)

• Syok kardiogenik  masalah pada: fungsi


sistolik, diastolik, preload (volume dan tekanan
yang dialami ventrikel pada fase akhir
pengisian), afterload (tahanan yg harus dilawan
ventrikel untuk pengosongan), atau irama
– Obstruksi aliran  emboli paru, tamponade,
stenosis katup
• Syok distributif  total cairan tubuh tetap
namun volume intravaskular relatif tidak
seimbang dengan kapasitas vaskular misalnya
pada anafilaksis, sepsis, dan neurogenik

• Syok hemoragik (perdarahan) adalah bagian


dari syok hipovolemik, tapi tidak semua syok
hipovolemik disebabkan oleh hemoragik
(perdarahan). Misalnya pada kasus ini.
Tatalaksana Utama
Jenis Syok Tatalaksana
Hipovolemik Resusitasi cairan
(termasuk Kristaloid (NaCl/RL) 20 ml/kgBB bolus
hemoragik) cepat
Septik Resusitasi cairan
Vasokonstriktor (norepinefrin)
Antibiotik spektrum luas
Kardiogenik Obat inotropik (seperti dopamin,
dobutamin)
Anafilaktik Resusitasi cairan
Epinefrin
Kortikosteroid
Pilihan lainnya
• A. Amiodaron  Antiaritmia
• C. Furosemid  Loop diuretic
• D. Nitrogliserin  Vasodilator
• E. Adenosin  Antiaritmia
Jadi jawabannya adalah
B. Dopamin
82. B. Thromboangiitis obliterans
Keywords:
• Tn. Aris 40 tahun
• Nyeri pada tungkai sejak 3 hari yang lalu, keluhan di
rasakan terutama saat jalan lebih dari 100m.
• Pasien memiliki riwayat perokok berat.
• Ekstremitas bawah tidak adanya pulsasi a. Dorsalis
pedis dan a. Tibialis anterior.

• Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?


Buerger disease
Disebut juga thromboangiitis obliterans
• Karakteristik:
– inflamasi progresif dan trombosis pada arteri dan
vena kecil dan sedang pada tangan dan kaki
– Asosiasi kuat dengan penggunaan rokok
– Gejala: rest pain, unremitting ischemic
ulcerations, dan gangrene pada jari kaki dan
tangan

Medscape
Pilihan lainnya
• A. Deep Vein Thrombosis  trombus di vena,
riwayat imobilisasi lama
• C. Raynaud’s phenomenon  vasospasme
ujung-ujung jari karena udara dingin
• D. Aterosklerosis artery  penumpukan lemak
atau perkapuran pembuluh arteri
• E. Diabetic neuropati  komplikasi DM,
rusaknya saraf sensori/motorik/otonom
Pilihan lainnya
Jadi jawabannya adalah
B. Thromboangiitis obliterans
83. C. Gagal Jantung Kongestif
Keywords:
• Ny. Ratu usia 60 tahun
• Sesak saat aktifitas, perlu 3-4 bantal untuk tidur,
dan sering terbangun malam hari karena sesak
• JVP meningkat, rongki basah halus basal dikedua
lapangan paru, kedua tungkai pitting udem

• Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?


Gagal jantung
“Sindrom klinis yang ditandai dengan kegagalan
jantung untuk menciptakan cardiac output yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum
metabolik jaringan tubuh”

• Systolic failure (Left Heart Failure)


• Diastolic failure (Right Heart Failure)

Pathophysiology of Heart Disease Lily


Left HF  kongesti vena paru, gagal sirkulasi  gejala dominan sesak
Right HF  kongesti vena sistemik (perifer)  gejala dominan edema
Diagnosis Gagal jantung ditegakkan
minimal ada 1 kriteria major dan 2
kriteria minor
Klasifikasi gagal jantung (NYHA dan
AHA)

Pathophysiology of
heart disease Lilly
Penatalaksanaan
• Diuretik
• ACEI/ARB
• Β-blocker
• Vasodilators (Hydralazine dan ISDN)
• Digitalis (Digoksin)
• Calcium channel antagonis
Jadi jawabannya adalah
C. Gagal Jantung
84. B. Endokarditis Infektif
Keywords:
• Tn. Sheldon usia 25 tahun seorang
• Pengguna narkoba jarum suntik datang dengan
• Lemas sejak 5 hari, demam.
• Auskulasi jantung ditemukan murmur regurgitasi
trkuspid.
• Pada echo didapat kesan vegetasi pada jantung

• Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah?


Endokarditis infektif
• Infeksi pada endokardial jantung
• Infeksi  katup jantung, namun dapat juga
terjadi pada lokasi defek septal, atau korda
tendinea atau endokardium mural
• Faktor risiko tersering:
– Riwayat cabut gigi  katup mitral
– Riwayat penggunaan jarum suntik  katup trikuspid
• Etiologi tersering:
– Pada riwayat cabut gigi dan subakut  Streptokokus
viridans
– Pada riwayat penggunaan jarum suntik 
Staphylococcus aureus
Sign and Symptoms
Akut vs Subakut
Akut Subakut
• Demam tinggi • Demam tidak tinggi atau
• Murmur bisa tidak normal
terdengar di 1/3 pasien • Murmur di 99% pasien
• Progresif, sudden onset • Gejala lebih ringan, mialgia,
gejala gagal jantung cepat lelah, tidak nafsu
• Etiologi tersering  makan
Staphylococcus aureus • Etiologi tersering 
Streptococcus viridans
Pilihan lainnya
• A. Penyakit jantung rematik  komplikasi
tersering demam rematik, diagnosis dengan
Jones Criteria
• C. Miokarditis  infeksi otot jantung,
gangguan kontraksi
• D. Perikarditis  peradangan perikardium,
pericardial friction rub
• E. ACS  Penyakit pembuluh darah jantung,
nyeri dada tipikal
Jadi jawabannya adalah
B. Endokarditis Infektif
85. B. VSD
• Keywords:
– Bayi 5 bulan
– Menyusu sebentar, cepat lelah, sering ISPA 
gejala khas PJB pada bayi
– Tidak sianosis
– Bising pansistolik grade 3/6 sela iga III-IV linea
sternalis sinistra-sepanjang garis sternal
• Diagnosis: VSD
PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Asianotik Sianotik

L-R Shunt R-L shunt


PDA
ASD TOF, TGA
VSD
VSD
• Left to right shunt
• LA, LV, dan PA
enlargement 
pulmonary vascular
obstructive disease 
pulmonary hypertension
(PH)  eisenmenger
syndrome
• PF: murmur pansistolik di
sela iga ke 3 dan ke 4 tepi
kiri sternum menjalar ke
sepanjang tepi kiri
sternum.
VSD
• VSD: salah satu PJB • Large VSDs
terbanyak – Gejala dan tanda seperti
• Small VSDs moderate VSD namun lebih
berat
– Mild or no symptoms.
• Eisenmenger syndrome
• Moderate VSDs
– Saat istirahat mungkin tidak
– Berkeringat e.c peningkatan bergejala
tonus simpatik
– Saat beraktivitas: dyspnea,
– Lelah saat menyusu sianosis, nyeri dada, syncope,
– Pertumbuhan lambat hemoptisis
– Infeksi saluran napas
berulang
– Gejala jelas setelah 2-3 bulan

Pathophysiology of Heart Disease Lily


Pilihan lainnya
ASD PDA
• Left to right shunt • Duktus arteriosus yang
• RA, RV, dan PA enlargement  menghubungkan aorta dan
pulmonary vascular arteri pulmonal tidak
obstructive disease 
pulmonary hypertension (PH) menutup saat lahir
 eisenmenger syndrome • Left to right shunt
• Tidak bergejala s/d 20-30 th • PF: continuous murmur
• PF: Fixed split S2, sistolik
ejection murmur (relative
pulmonal stenosis [PS]), mid
diastolic murmur (relative
tricuspid stenosis [TS])
Pilihan lainnya
TOF CoA
• VSD, pulmonary stenosis, • Penyempitan di aorta
overriding aorta and right
ventricular hypertrophy setelah melewati 3 cabang
• Cyanotic spell: biru  jadi besar aorta
tambah biru karena sistemik • PF: TD ekstremitas bawah
perifer resistance ↓ (nangis).
Dapat diperbaiki dengan cara lebih rendah dibanding
↑ resistensi perifer (jongkok) ekstremitas atas
• PF: single second heart sound
(PS)
• Foto thoraks: boot shape
Keywords utk PJB lainnya
• ASD  fixed split S2
• PDA  continuous murmur
• Stenosis Aorta  katup aorta, murmur sistolik
• ToF  biru, squatting (jongkok), gambaran
boot shape.
• Stenosis Pulmonal  katup pulmonal,
murmur sistolik
Jadi jawabannya adalah
B. VSD
86. A. Needle Pericardiocentesis
• Tn. Dono, 39 tahun,
• Kecelakaan mobil dan dadanya menghantam
kemudi
• Tekanan darah 70/50 mmHg, frekuensi nadi 130
kali/menit, pernapasan 24 kali/menit
• JVP meningkat, dan pada auskultasi jantung
terdengar suara jantung menjauh.

• Apa tatalaksana yang perlu segera dilakukan


pada pasien ini?
Tamponade jantung
• Kegawatdaruratan medik
• Cairan mengisi ruang perikardium  jantung
sulit mengembang  diastolic failure
• Trias beck  hipotensi, distensi JVP, suara
jantung menjauh (muffled heart sound)
• Tatalaksana utama  pericardiocentesis

ATLS
Jadi jawabannya adalah
A. Needle Pericardiocentesis
87. E. ST Elevasi
• Tn. Indro, 57 tahun
• Nyeri dada dirasakan terutama saat menarik
napas panjang, demam
• Edema minimal, ronki basah, murmur,
frictional rub, kesan kardiomegali

• Apa yang akan Anda dapatkan pada EKG


pasien ini?
Pericarditis
• Nyeri dada pleuritik  nyeri pada dada yang
timbul saat menarik napas atau saat batuk
• Demam
• Pericardial friction rub
• ST elevasi di semua lead

Medscape
EKG pada Pericarditis

Bedakan dengan PJK dari anamnesis nyeri dada tipikal dan enzim jantung
Pilihan lainnya
• B. Pathologic Q  Pada old myocardial infarct
• C. Tall T wave  Pada hipokalemia
• D. SVT  Pada aritmia takikardi
Jadi jawabannya adalah
E. ST elevasi
88. E. Troponin T
Keywords:
• Tn. Kadir usia 60 tahun
• Nyeri dada sebelah kiri seperti tertindih menjalar
keleher dan tembus sampai kepunggung
• Keluhan dirasakan sejak 1 jam yang lalu

Enzim jantung apa yang masih akan meningkat


saat 7 hari setelah onset?
Cardiac Marker

http://heart.bmj.com/content/90/1/99/F1.larg
e.jpgamp
https://ispub.com/IJANP/6/1/9057
Pilihan lainnya
• A. Mioglobin – pertama kali meningkat, namun
paling pertama menurun
• B. CPK  creatine phosphokinase, tidak spesifik
untuk jantung (dapat ditemukan di hati dan otak)
• C. CK-MB  mulai 3 jam, bertahan sampai 2-3
hari
• D. CK-BB  jenis yang banyak di otak
• E. Troponin T  mulai 3 jam, bertahan sampai 1-
2 minggu
Jadi jawabannya adalah
E. Troponin T
89. B. Ulkus Mole
• Tn. Doyok 30 tahun
• Luka pada kemaluannya yang timbul sejak 6 hari
yang lalu, nyeri dan membesar
• Berhubungan badan dengan PSK 2 minggu yang
lalu
• Ulkus multipel berukuran 2 cm dengan dasar
kotor, dan bergaung

• Apa kemungkinan diagnosis pasien?


Sifilis vs Ulkus mole

Sifilis (ulkus durum)


• Ulkus genitalis  tidak sakit
• Etiologi  Treponema pallidum
Ulkus mole
• Ulkus genitalis  sakit
• Etiologi  Hemophillus ducreyi

Pedoman IMS 2011


Depkes
Pilihan lainnya
• A. Ulkus Durum  Sifilis (Treponema pallidum),
ulkus bersih, tanpa nyeri, hilang dengan sendiri
nya
• C. Ulkus Herpetikum  Ulkus dendritik, khas
pada keratitis dendritik herpetik (keratitis herpes
simpleks
• D. Ulkus Diabetikum  Ulkus pada penderita DM
• E. Ulkus Dekubitus  Ulkus akibat penekanan
yang progresif (bedsores)
Jadi jawabannya adalah
B. Ulkus Mole
90. B. Bakteri gram negatif
• Ny. Omas, usia 37 tahun
• Demam tinggi dan menggigil, nyeri punggung
• Nyeri ketok CVA
• Pemeriksaan urin didapatkan leukosit
meningkat, sedimen urin 10-20/lpb, nitrit (+).

• Apa penyebab tersering dari keluhan


tersebut?
Infeksi Saluran Kemih
Definisi Manifestasi klinis
• ISK non-komplikata: sistitis • Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak frekuensi (gejala LUTS), urin
hamil imunokompeten keruh, NT suprapubik,
tanpa penyakit struktural demam (-)
atau neurologik yang • Uretritis: mirip sistitis, tapi
mendasari ada kencing nanah
• Prostatitis: demam, nyeri
• ISK komplikata: perineum, NT prostat pada
– ISK atas pada perempuan RT
– ISK apapun pada pria atau • Pielonefritis: demam tinggi,
perempuan hamil nyeri pinggang, mual
– ISK dengan kelainan muntah, nyeri ketok CVA
struktural atau imunosupresi

Kapita Selekta Kedokteran


Infeksi Saluran Kemih
Etiologi Tata laksana
• Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
• Komplikata: E. coli (tersering), cotrimoxazole PO selama 3
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2 minggu
• Uretritis: C. trachomatis, N. (komp)
gonorrhoeae • Uretritis: ceftriaxon 250 mg IM
1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO atau
Penunjang azithromycin 1 g PO 1x (untuk
• Urinalisis: pyuria, bakteriuria Chlamydia)
• Urinalisis penting pada wanita • Prostatitis: fluorokuinolon atau
hamil untuk mencari cotrimoxazole PO 2-4 minggu
bakteriuria asimptomatik • Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari

Kapita Selekta Kedokteran


Jadi jawabannya adalah
B. Bakteri gram negatif
91. B. Nyeri tekan suprapubik
• Ny. Inul 26 tahun
• Nyeri saat BAK, keluhan disertai sering ingin BAK
dan berwarna kuning keruh
• Demam disangkal.
• Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan
yang sama dalam 2 bulan terakhir

• Pemeriksaan yang paling mengarah untuk


menegakkan diagnosis adalah?
Sistitis
• Infeksi pada kandung kemih
• Manifestasi klinis: disuria, urgensi, frekuensi
(gejala LUTS), urin keruh, NT suprapubik,
demam (-)
• Pemeriksaan fisik: Nyeri tekan suprapubik
• Tatalaksana: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO selama 3 hari (non-komp)
atau 2 minggu (komp)

Medscape
Pilihan lainnya
• A. Nyeri ketok costovetebra  pemeriksaan
untuk pyelonefritis
• C. Nyeri tekan regio hipokondrium 
pemeriksaan untuk nyeri perut
• D. Nyeri tekan pelvis kanan  tidak khas,
mungkin mengarah ke appendisitis
• E. Nyeri tekan regio iliaca  pemeriksaan
untuk nyeri perut
Jadi jawabannya adalah
B. Nyeri tekan suprapubik
92. A. Fimosis
• An. Untung, usia 4 tahun
• Sulit BAK
• Riwayat demam disangkal
• Preputium terlihat menggembung dan sulit
untuk ditarik Preputium tidak dapat ditarik
sama sekali.

• Apakah diagnosis pada kasus tersebut?


Fimosis
• Ketidakmampuan kulit prepusium untuk
ditarik ke belakang
• Klasifikasi:
– Fisiologis  newborn
– Patologis  setelah pubertas atau setelah
sebelumya bisa ditarik
Fimosis vs Parafimosis
Fimosis Parafimosis
• Bukan emergensi • Emergensi
• Prepusium yang ditarik ke
• Prepusium tidak bisa ditarik belakang tidak bisa ditarik
ke belakang kembali  terjepit dan edema
• Gejala umum  kulit prepusium
• Gejala umum  ujung edema, terdapat cincin menjepit
penis menggembung penis  bisa iskemia
• Tatalaksana:
• Tatalaksana  sirkumsisi, – Manual reduksi
rujuk ke urologi – Cairan hipertonik kompres
– Pungsi
– Aspirasi
– Insisi vertikal
– Sirkumsisi  urologi
Pilihan lainnya
B. Parafimosis  prepusium tidak bisa ditarik ke
depan
C. Hipospadia  OUE di ventral penis
D. Epispadia  OUE di dorsal penis
E. ISK  disuria, bisa demam, anyang-anyangan
Jadi jawabannya adalah
A. Fimosis
93. B. Gagal ginjal akut
• Tn. Adam usia 55 tahun
• Bengkak pada kedua tungkai memberat sejak 3 hari.
• Mual muntah kencing sedikit
• Sebelumnya diare (hipovolemia), demam disangkal
• PF didapatkan TD 100/60, FN 90x/menit,
• Lab didapatkan Hb 13 g/dL, ureum 320 mg/dL dan
kreatinin 2,4 mg/dL.

• Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?


Gagal Ginjal Akut (AKI)
• Perburukan fungsi ginjal yang cepat dan tiba-
tiba, ditandai dengan oligouira/anuria serta
peningkatan kreatinin. Biasanya disebabkan
hipovolemik (karena nekrosis tubular akut).
• Penyebab dapat dibagi menjadi:
– Pre renal
– Intrinsic Renal
– Post renal
Buku ajar IPD
Medscape
Diagnosis
Manifestasi klinis

• Oligo/anuria
• Azotemia
• Mual dan
muntah
• Sesak Napas
• Edema
• Kelelahan
• Dehidrasi
• Pruritus
Pilihan lainnya
• A. Gagal jantung  Gagal nya kemampuan
jantung untuk mensirkulasikan darah
• C. Gagal ginjal kronik  Kerusakan ginjal yang
progresif, penurunan fungsi ginjal bertahan
selama 3 bulan. Biasanya Hb turun.
• D. Acute on chronic  perburukan pada kondisi
gagal ginjal kronik (biasanya Hb sudah turun)
• E. Gagal napas  ketidakmampuan paru untuk
mensuplai oksigen secukupnya ke seluruh tubuh
Jadi jawabannya adalah
B. Gagal ginjal akut
94. C. Terazosin
• Tn. Suseno 68 tahun
• Tidak lampias saat kencing sejak 3 bulan terakhir.
Pasien sering terbangun pada malam hari hingga
sebanyak 5 kali untuk kencing.
• RT: prostat teraba kenyal, pool atas prostat tidak
teraba.

• Apa tatalaksana farmakologi yang paling tepat


untuk pasien ini ?
BPH (benign prostat hyperplasia)
• Pembesaran prostat jinak • α-blocker (terazosin,
doxazosin, prazosin, tamsulosin,
• Keluhan sulit kencing alfulosin, silodosin)
• RT  lunak, pool atas menyebabkan relaksasi otot
tidak teraba polos prostat di leher buli,
kapsul prostat dan uretra pars
• 2 kelas obat yang dapat prostatika.
diberikan • 5α-reductase inhibitor
– α-blocker (finasteride, dutasteride)
– 5α-reductase inhibitor bekerja dengan mengurangi
ukuran kelenjar prostat.
• α-blocker bisa digunakan untuk
hipertensi, yang paling sering
digunakan  prazosin

EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011


IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
Gejala LUTS - BPH
Assessment
of Symptoms

IPSS and QOL

Mild : 0-7
Moderate : 8-19
Severe : 20-35
Watchfull Waiting
– IPSS < 7
– Education, reassurance, and periodic monitoring
• education about the patient’s condition
• reassurance that cancer is not a cause of the
urinary symptoms
• framework of periodic monitoring.
– Lifestyle advice
• Reduction of fluid intake at specific times
• Avoidance or moderation of caffeine and alcohol
• Reviewing a man’s medication or substituting
drugs for others that have fewer urinary effects

EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011


IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
α-blockers : tamsulosin, terasozin

Nerve ending Menghambat alfa 1a


Causes prostatic
relaxation & 1d pada otot polos
Norepinephrine
di uretra & prostat
(Blockade)
Harnal

α1A α1A α1A α1A


α1C α1B α1A
α1A
α1D prostate Relaksasi /
menurunkan tekanan
uretra d bagian
prostat
Nerve ending

Norepinephrine Memperbaiki
α1D α1C α1B α1B α1B α1B α1B Blood Vessel gangguan buang air
Blood Vessel
(causes vascular contraction) = α1B kecil yg disebabkan
oleh BPH
Gejala retensi urin
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH - Prostat teraba -
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Prostatitis + Prostat teraba -
kenyal, pool atas
teraba, nyeri tekan
(+)
Ca prostat - Prostat teraba +
keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Jadi jawabannya adalah
B. Terasozin
95. A. Uretritis
• Tn. Saipul, 25 tahun
• Nyeri saat berkemih dan keluar nanah saat
berkemih
• Pasien mengaku berhubungan dengan PSK 1
minggu yang lalu.
• Pada pemeriksaan didapatkan cairan putih pada
OUE

• Apa diagnosis yang paling mungkin pada pasien


ini?
Infeksi Saluran Kemih
Definisi Manifestasi klinis
• ISK non-komplikata: sistitis • Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak frekuensi (gejala LUTS), urin
hamil imunokompeten keruh, NT suprapubik,
tanpa penyakit struktural demam (-)
atau neurologik yang • Uretritis: mirip sistitis, tapi
mendasari ada kencing nanah
• ISK komplikata: • Prostatitis: demam, nyeri
– ISK atas pada perempuan perineum, NT prostat pada
– ISK apapun pada pria atau RT
perempuan hamil
– ISK dengan kelainan
• Pielonefritis: demam tinggi,
struktural atau imunosupresi nyeri pinggang, mual
muntah, nyeri ketok CVA
Infeksi Saluran Kemih
Etiologi Tata laksana
• Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
• Komplikata: E. coli, cotrimoxazole PO selama 3
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2 minggu
• Uretritis: C. trachomatis, N. (komp)
gonorrhoeae • Uretritis: ceftriaxon 250 mg
IM 1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO atau
Penunjang azithromycin 1 g PO 1x (untuk
• Urinalisis: pyuria, bakteriuria Chlamydia)
• Urinalisis penting pada wanita • Prostatitis: fluorokuinolon atau
hamil untuk mencari cotrimoxazole PO 2-4 minggu
bakteriuria asimptomatik • Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
Pilihan lainnya
• B. Pyelonefritis  Infeksi ginjal; demam
menggigil, nyeri ketok CVA
• C. Vesikolitiasis  Batu buli; BAK bergantung
posisi
• D. Sistitis  Radang buli; nyeri tekan
suprapubik
• E. Prostatitis  Radang prostat; demam, nyeri
tekan prostat saat RT
Jadi jawabannya adalah
A. Uretritis
96. C. Obstruksi ureter distal
• Tn. Jamil, 62 tahun
• Keluhan nyeri pinggang hebat tiba tiba
• Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan menjalar dari
pinggang kanan ke skrotum
• Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan
banyak eritrosit maupun leukosit

• Penyebab keluhan pasien tersebut adalah....


Nyeri kolik VS akut abdomen
Nyeri kolik Akut abdomen
• Pasien tampak gelisah • Cenderung tidak banyak
dan meringkuk sambil bergerak dan
berusaha menemukan abdomennya akan
posisi yang paling teraba keras seperti
nyaman papan

Buku ajar IPD


Pain Perception and Spinal Referral
Lokasi Keterangan
Renal pain - Distensi akut kapsul ginjal (inflamasi atau obstruksi)
- Gejala gastrointestinal
- Bedakan dengan radikulopati
Ureteral pain - Akibat distensi akut dan hiperperistaltik
- Lokasi obstruksi dapat diperkirakan dari penjalaran
nyeri sampai ke skrotum
Vesical pain Akibat overdistensi buli atau inflamasi
Prostatic - Akibat inflamasi
pain - Susah terlokalisasi dan berkaitan dengan keluhan
iritatif
Penile pain - Nyeri alih kelainan di buli-buli atau uretra
- Parafimosis, Peyronie’s disease, priapismus
Testicular - Primer: infeksi atau torsio testis
pain - Sekunder: nyeri alih kelainan pada ginjal,
retroperitoneum, hernia inguinal
Ukuran Batu :
< 5mm
- Conservative

5 - 10 mm
- ESWL
- Ureteroscopic lithotripsy

>10 mm
- Ureteroscopic lithotripsy
- Operasi terbuka

EAU Guidelines on the urologic treatment


Jadi jawabannya adalah
C. Obstruksi ureter distal
97. C. USG
• Tn. Miza, 20 tahun
• Keluhan nyeri pada buah zakar sebelah kiri
• Nyeri timbul tiba-tiba pada saat bangun tidur.
• Prehn sign (-), refleks kremaster (-)

• Apa pemeriksaan penunjang paling tepat


pada pasien ini?
Torsio Testis:
• Spermatic cord terpuntir
• Nyeri tiba-tiba
• Testis terlihat tidak simetris
• Phren sign (-)  nyeri tidak berkurang saat testis diangkat
• Reflex kremaster (-)
Jadi jawabannya adalah
C. USG
98. A. Sindrom Nefrotik
• An. Wayan, usia 5 tahun
• Bengkak seluruh tubuh sejak 1 minggu
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan edema pitting
(+) pada seluruh ekstremitas
• Saat BAK terlihat air kencing berwarna keruh
• Pada pemeriksaaan laboratorium didapatkan
kadar albumin 2 mg/dl dan protein urin +3.

• Apakah diagnosis pada pasien ini?


Sindrom nefrotik
• Gejala klasik sindrom nefrotik  proteinuria,
hipoalbuminemia, edema, hiperkolesterolemia
• Kriteria proteinuria pada sindrom nefrotik:
– Dewasa  >3.5 g/hari
– Anak-anak  >40 mg/m2/jam pada urin 24 jam
• Tatalaksana pada sindrom nefrotik anak  bila
tidak membutuhkan biopsi, steroid diberikan
sebagai terapi awal (prednison PO 2 mg/kg/hari)
selama 4-6 minggu
Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi • Hipoalbuminemia
• Biasanya post-streptoccal • Gejala yang sering dikeluhkan
 bengkak
Medscape
Pilihan lainnya
• B. GNAPS  Gangguan ginjal setelah
terinfeksi streptococcus
• C. Gagal ginjal kronik  Gangguan fungsi
ginjal lebih dari 3 bulan
• D. Gagal ginjal akut  Gangguan fungsi ginjal
onset cepat
• E. Sindroma nefritik  Dominan hematuria,
hipertensi, azotemia
Jadi jawabannya adalah
A. Sindrom Nefrotik
99. C. Ruptur Uretra Posterior
• Tn. Luhut usia 28 tahun
• Jatuh dalam posisi mengangkang. Didapatkan
hematoma pada perineum.
• Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan
prostat melayang.
• Pada perabaan area suprapubik juga didapatkan
vesika penuh.

• Apa diagnosis paling mungkin pada pasien?


Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Klasifikasi Goldman untuk ruptur
uretra
Tipe Kriteria
I Uretra intak namun tertarik sehingga ruptur ligamen puboprostatik 
prostat bergerak superior, kontras tidak ekstravasasi
II Kontras ekstravasasi ke rongga ekstraperitoneal namun tidak ada di
perineum, diafragma urogenital inak
III Diafragma urogenital robek, kontras ekstravasasi di rongga
ekstraperitoneal dan perineum
IV Robekan hingga ke leher kandung kemih. Kontras dapat dilihat ekstravasasi
di pelvis ekstraperitoneal dekat uretra proksimal  berpotensi cedera
spinchter uretra internal (inkontinensia urin)
V Klasifikasi ini khusus untuk cedera uretra anterior, distal dari diafragma
urogenital, biasanya terdapat pada straddle injury

Medscape
Tatalaksana ruptur uretra
• Simptomatik
• Atasi retensi urin  lebih baik dengan pungsi
suprapubik
• Bedah  terutama pada ruptur uretra
posterior yang disertai cedera pelvis (koreksi
uretra dilakukan setelah masalah pelvis
ditangani)
Pilihan lainnnya
• A. Ruptur uretra anterior butterfly
hematoma
• B. Ruptur vesika urinaria  Nyeri di
suprapubik, hematuria
• D. Ruptur ginjal  Nyeri di pinggang,
hematuria, didapatkan jejas
• E. Ruptur anus  Robekan perineum bisa
sampai ke rectum
Jadi jawabannya adalah
C. Ruptur uretra
100. D. Transluminasi
• An. Amir 5 tahun
• Kantung kemaluan kiri membesar
• Keluhan tidak disertai nyeri maupun demam.
• Pada perabaan kenyal, massa (-), nyeri tekan (-
)

• Pemeriksaan apa yang dibutuhkan untuk


menegakkan diagnosis kasus diatas?
Hidrokel vs Varikokel
Hidrokel Varikokel
• Biasanya asimptomatik, • Asimptomatik, namun
hanya teraba testis berhubungan dengan
membesar dan tidak infertilitas dan terkadang
simetris bisa nyeri skrotal
• Testis teraba • Teraba kantong cacing
• Tes transiluminasi (+) • Tes transiluminasi (-)
Hidrokel – Tes Transluminasi
Varikokel
Jadi jawabannya adalah
D. Tes Transluminasi
101. C. Menurunkan resistensi insulin
• Keywords:
- Laki-laki 45 tahun sering kesemutan
- Cepat lapar, cepat haus, sering BAK (3P) disangkal
- Pernah didiagnosis DM namun tidak rutin minum
obat
- GDP cek pertama 110 mg/dL, TTGO 220 mg/dL
- Kolesterol total 380 mg/dL

• Mekanisme kerja obat antidiabetik pilihan?


Sumber:
Konsensus Nasional DM 2011
PERKENI
Catatan: Pada PERKENI 2015
kriteria mengikuti American
Diabetic Association, yaitu:
- HbA1c >6.5
- GDP > 126 mg/dL dengan
atau tanpa gejala
- TTGO > 200 mg/dL
- GDS > 200 mg/dL pada
orang dengan gejala
hiperglikemia

Sumber:
Konsensus Nasional DM 2011
PERKENI
Sumber:
Konsensus Nasional DM 2011
PERKENI
First Line Therapy (American Diabetic Association)
Pilihan Lain
A. Meningkatkan glukoneogenesis  berlawanan
efek metformin
B. Meningkatkan sekresi insulin  sulfonilurea
bukan first line
C. Menurunkan resistensi insulin  first line dan
memiliki efek menurunkan kolesterol
D. Aktivasi PPAR-gamma  thiazolidinedione bukan
first line
E. Tidak perlu antidiabetik  perlu karena positif
DM
• Jadi jawabannya adalah:

C. Menurunkan resistensi insulin


102. B. Bolus dextrose 40% 50 mL
• Keywords:
- Perempuan 45 tahun
- Penurunan kesadaran
- Diagnosis DM sejak 1 tahun lalu
- Sebelum pingsan pasien minum obat DM

• Tatalaksana yang tepat?


Tatalaksana
Hipoglikemia
Pilihan Lain
• A. Berikan teh manis per oral  BILA SADAR
• B. Bolus dextrose 40% 50 mL
• C. Bolus dextrose 40% 100 mL  SALAH
• D. Drip dextrose 40%  SALAH
• E. Drip dextrose 10%  SALAH
• Jadi jawabannya adalah:

B. Bolus dextrose 40% 50 mL


103. A. DM dengan sepsis dan ulkus diabetikum plantar
pedis

• Keywords:
– Laki-laki 55 tahun luka di kaki sejak 2 minggu tidak
sembuh-sembuh
– Riwayat DM sejak 5 tahun lalu
– TD 120/80 mmHg, T 40°C, nadi 132 kali/menit, nafas 24
kali/menit. Terdapat luka di plantar pedis dengan ukuran
2 x 5 cm
– Hasil lab Hb 9,8 mg/dl, leukosit 19.000/uL, GDS 386
mg/dL, ureum 55, kreatinin 0,9, Na 132, kalium 3,2, keton
urin negative

• Diagnosis?
Kriteria SIRS dan Sepsis
• SIRS (≥2 kriteria berikut)
– Temperature >38.5ºC or <35ºC
– Heart rate >90 beats/min
– Respiratory rate >20 breaths/min or PaCO2 <32 mmHg
– WBC >12,000 cells/mm3, <4000 cells/mm3, or >10
percent immature (band) forms
• Sepsis: SIRS + bukti infeksi (kultur atau hasil lab)
• Syok sepsis: tanda syok + sepsis
KAD vs HONK

PERKENI 2011
Pilihan Lain
• B. DM dengan syok sepsis dan ulkus diabetikum
plantar pedis  tanda vital TD masih baik belum
ke arah syok
• C. Ketoasidosis diabetikum dan ulkus diabetikum
planrtar pedis  GDS pasien memang tidak >600,
tetapi keton urin negatif dan tidak ada nafas
Kussmaul sehingga unlikely KAD
• D. Hiperosmolar nonketotik dengan sepsis berat
dan ulkus DM  GDS tidak terlalu tinggi
• E. Hiperosmolar nonketotik dengan SIRS dan
ulkus DM  GDS tidak terlalu tinggi
• Jadi jawabannya adalah:

A. DM dengan sepsis dan ulkus


diabetikum plantar pedis
104. E. Amitriptilin
Keywords:
• Perempuan 45 tahun nyeri dan kesemutan di kedua
kaki
• 3P (+) pernah didiagnosis DM namun tidak rutin
minum obat
• BB = 75 kg, TB = 161 cm, gloves and stocking (+)
• Pemeriksaan penunjang didapatkan gula darah puasa
110 mg/dL. Satu minggu setelahnya pasien dicek
kembali gula darah puasa 140 mg/dL.

• Terapi nyeri?
Neuropati DM

Sumber: PERKENI 2015


Pilihan Lain
• Parasetamol  antipiretik
• NSAID  bukan untuk nyeri neuropatik
• Muscle relaxant  untuk muscle spasm
• Ergotamin  untuk migraine
• Jadi jawabannya adalah:

E. Amitriptilin
105. C. Menghambat enzim
tiroperoksidase
Keywords:
• Perempuan 43 tahun berdebar-debar sejak 2
bulan lalu
• Sering berkeringat dan berat badan turun
• Eksoftalmus (+)
• Pemeriksaan penunjang T4 dan T3 meningkat,
TSH turun
• Pasien diberikan obat karbimazol oleh dokter

Mekanisme kerja obat?


Pendekatan Klinis Hipertiroid

Sumber: AAFP
Sumber: Goodman & Gilman
• Jadi jawabannya adalah:

C. Menghambat ikatan iodin pada


tiroid
106. D. Turunkan kadar trigliserid
<150 mg/dL
• Ny. Lady, 65 tahun, riwayat DM 20 tahun.
Selain itu, pasien juga didiagnosis ada
sumbatan di arteri koroner. Kolesterol total,
LDL, trigliserid meningkat

• Terapi yang tepat?


Sumber: PERKENI 2015
Pilihan Lain
• A. Turunkan HDL <45 mg/dL  harusnya naikkan
>50
• B. Turunkan kadar kolesterol <200 mg/dL 
bukan parameter
• C. Turunkan kadar LDL <130 mg/dL  <100 untuk
penyandang DM biasa, <70 untuk DM + ACS
• D. Turunkan kadar trigliserid <150 mg/dL
• E. Turunkan kadar glukosa darah sewaktu <200
mg/dL  harusnya hingga <140
• Jadi jawabannya adalah:

D. Turunkan kadar trigliserid <150


mg/dL
107. E. Tirotoksikosis akibat kelainan
ekstratiroid
• Perempuan 26 tahun P1A0 dari jalan lahir keluar
darah dan jaringan seperti gelembung-
gelembung
• Sebelumnya, pasien merasa mudah berkeringat,
berdebar-debar, kulit kering, dan berat badan
turun.
• Pemeriksaan penunjang didapatkan T3 256, T4
213, TSH 0,002

Gangguan yang mendasari?


Approach Hipertiroid

Sumber: AAFP
• Pada pasien ini terdapat gejala hipertiroidisme /
tirotoksikosis
• Akan tetapi, sama sekali tidak ada gejala pembesaran
tiroid sehingga dicurigai ada sumber lain yang
memproduksi tiroid ektopik
• Jadi jawabannya adalah:

E. Tirotoksikosis akibat kelainan


ekstratiroid
Pilihan Lain
• A. Tiroid autoimun  Grave / Hashimoto,
biasanya kalau Grave ada eksftalmus dan
pembesaran difus tiroid
• B. Defisiensi iodium  simple goiter gejala
hipotiroid
• C. Keganasan tiroid  biasanya justru tanpa
gejala selain benjolan
• D. Tiroroksikosis akibat kelainan tiroid  tidak
ada pembesaran tiroid
108. B. Kadar iodium urin
• Perempuan 35 tahun, mual pagi hari, badan
mudah lelah, dan BB terus naik
• Sudah 8 minggu ini pasien tidak haid
• Benjolan pada leher yang bergerak ketika
menelan
• Pasien tinggal di pegunungan di mana
masyarakat sekitar juga menderita keluhan yang
sama

• Pemeriksaan penunjang? (ke arah simple goiter)


Hypothyroid Approach
• Third-generation thyroid-stimulating hormone (TSH) assays are
readily available and are generally the most sensitive screening
tool for primary hypothyroidism. The generally accepted
reference range for normal serum TSH is 0.40-4.2 mIU/L.
• In the third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III, 1988-1994), of 17,353 people evaluated, 80.8%
had a serum TSH below 2.5 mIU/L; TSH concentrations rose
with advancing age. Certain physiologic conditions, such as
illness, psychiatric disorders, and significant physical stress (eg,
running a marathon), exposure to extremes in temperature,
negative energy balance), can produce marked variations in
TSH levels.
• If TSH levels are above the reference range, the next step is
measure free thyroxine (T4).

Sumber: medscape
Urine Iodine
• The kidneys excrete approximately 90% of
ingested iodine. Therefore, the best
diagnostic test to identify iodine deficiency in
a population is a median 24-hour urine iodine
collection.
• If a 24-hour urine collection is not practical, a
random urinary iodine-to-creatinine ratio can
be used instead.
Sumber: medscape
Pilihan Lain
• A. Antibodi TPO  tiroiditis Hashimoto
• C. Kadar tiroksin  untuk skrining, tidak
spesifik etiologi
• D. Kadar tiroglobulin serum  tidak spesifik
• E. USG tiroid  tidak menjadi pilihan pertama
• Jadi jawabannya adalah:

B. Kadar iodium urin


109. E. Anemia Aplastik
Keywords:
• Perempuan 20 tahun
• Panas badan selama 1 bulan
• Batuk, lelah, dan memar di kulit
• Suhu 38.3 C, terdapat ulkus pada mulut, dan tidak
didapatkan pembesaran hepar dan lien
• Hb 6.5 g/dL, leukosit 2.000/uL, MCV 85 fL, MCH
29 pg, trombosit 49.000/uL
Diagnosis?
Anemia aplastik
• Aplastic anemia is a clinical syndrome manifested
as a deficiency of red cells, neutrophils,
monocytes, and platelets in the blood, and fatty
replacement of the marrow with a near absence
of hematopoietic precursor cells.
• The highest frequency of aplastic anemia occurs
in persons aged 15 to 25 years; a second peak
occurs at age 65 to 69 years (double peak)

• Sumber: Williams Hematology


Klasifikasi Anemia Aplastik
• Kriteria anemia aplastik berat jika terdapat 2 dari
3 tanda:
– Granulosit <500/uL
– Trombosit <20.000/uL
– Retikulosit <10%

– Anemia aplastik:
• Sumsum tulang hipoplastik
• Pansitopenia dengan satu dari tiga pemeriksaan darah seperti pada anemia aplastik
berat

• Sumber: Williams Hematology dan PPM IPD RSCM


Anemia Pernisiosa
• Anemia akibat defisiensi B12
• Makrositik
• In this condition, intrinsic factor secretion fails because
of gastric mucosal atrophy. PA (pernicious anemia) is an
autoimmune disease. The gastric atrophy of PA
probably results from immune destruction of the acid-
and pepsin-secreting portion of the gastric mucosa.
• Faktor risiko: herediter, infeksi H. pylori, gastric cancer,
riwayat gastrektomi

• Sumber: Williams Hematology


Anemia Hemolitik
• Normositik normokrom
• Penyebabnya bervariasi, misalnya autoimun,
herediter (Thalassemia), atau infeksi (malaria)
• Hasil lab bervariasi tergantung penyebab tetapi
biasanya haptoglobin dan LDH meningkat
• Selain itu retikulosit meningkat karena
peningkatan destruksi RBC dan fungsi bone
marrow masih baik

Sumber: medscape
Anemia Defisiensi Besi vs Penyakit
Kronik
Peran Hepcidin Pada Anemia
Penyakit Kronis
• Jadi jawabannya adalah:

E. Anemia Aplastik
110. A. Anemia Hemolitik
Keywords:
• An. Laki-laki 4 tahun pucat sejak 1 bulan yang lalu
• Kulitnya kekuningan dan perut bagian kiri agak
buncit
• Riwayat jatuh dan perdarahan disangkal
• Hb 6 gr/dL, leukosit 8.000/uL, trombosit 200.000,
MCH 22, MCHC 25, MCV 65. Pada hapusan darah
tepi diperoleh peningkatan eritrosit berinti.

Diagnosis?
Hemoglobinopati

• Dewasa normal:
• HbA (A2Β2) 95%
• HbA2 (α2 δ2) 2-3.5%
• HbF (α2 γ2) < 2%
• Gen pengatur produksi globin:
• Kromosom 16 (alpha globin: "α")
• Kromosom 11 (beta: "β", gamma: "γ", and delta: "δ" genes)
• Thalasemia:
• Mutasi / delesi gen pengatur produksi globin  penurunan produksi
rantai globin dan rasio Hb abnormal (α:non-α).  penurunan sintesis
Hb
Thalassemia Clinical Findings
• The skin may show pallor from anemia and jaundice from
hyperbilirubinemia, and the skull and other bones may be
deformed secondary to erythroid hyperplasia with
intramedullary expansion and cortical bone thinning.
• Heart examination may reveal findings of cardiac failure
and arrhythmia, related to either severe anemia or iron
overload.
• Hepatomegaly related to significant extramedullary
hematopoiesis typically is observed. Splenomegaly typically
is observed as part of the extramedullary hematopoiesis or
as a hypertrophic response related to the extravascular
hemolysis.
http://www.aafp.org/afp/2009/0815/p339.html
Beberapa Kelainan Morfologi Eritrosit
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic
stipping dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia defisiensi besi: sel pensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
Anemia lainnya
• Anemia karena penyakit ginjal kronis (CKD):
anemia normositik normokrom karena
gangguan produksi eritropoietin
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom
• Anemia sideroblastik: defek inkorporasi besi
pada molekul heme. Diagnosis ditegakkan jika
ditemukan ring sideroblast pada pemeriksaan
mikroskopis. Penyebab bisa herediter atau
akuisita (B6 defisiensi, keracunan timbal).
Biasanya mikrositik hipokrom.
Pilihan Lain
• B. Anemia penyakit kronis  tidak ada
hepatosplenomegali, sel berinti
• C. Anemia defisiensi besi  harusnya ada sel
pensil, keterangan riwayat makan atau untuk
pasien perempuan riwayat menorrhagia
• D. Anemia megaloblastik  makrositik
• E. Anemia sideroblastik  tidak ada temuan
spesifik ring sideroblast pada lab pasien
• Jadi jawabannya adalah:

A. Anemia Hemolitik
111. B. Hemofilia B
• Anak laki-laki usia 3 bulan perdarahan pada
bekas suntikan pascaimunisasi hepatitis B
• Perdarahan muncul setelah beberapa menit
suntikan diberikan setelah sebelumnya
sempat berhenti
• Trombosit 350.000, BT normal, CT meningkat,
PT normal, aPTT meningkat, kadar aktivitas
FVIII normal.
Hemostasis & Kaskade Koagulasi
• Hemostasis primer: dari perdarahan sampai
terbentuk thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan penyakit Von
Willebrand dengan perdarahan lama
(prolonged bleeding)
• Hemostasis sekunder: dari thrombocyte
primary plug hingga terbentuk cross-linking
fibrin. Defek pada proses ini menyebabkan
penyakit Hemofilia dengan perdarahan
tertunda (delayed bleeding).
Hemofilia
• Patogenesis: terjadi akibat defek pada secondary hemostasis akibat
defisiensi FVIII atau FIX
• Klasifikasi
– Hemofilia A: ↓ FVIII (1:10.000)
– Hemofilia B: ↓ FIX (1:30.000-50.000)

Aktifitas
Klinis Perdarahan
FVIII/FIX
Ringan 5-25% Trauma berat

Sedang 1-5% Trauma ringan

Berat <1% Spontan


FDP: Fibrin degradation
products
• Jadi jawabannya adalah:

B. Hemofilia B
112. C. Asam folat
• Ny. Jimin, 26 tahun, hamil 16 minggu datang
dengan keluhan badan terasa lemas dan lesu
sejak 2 minggu yang lalu.
• Hb 10 g/dL, MCV 110 fL, MCH 28 pg, ferritin
serum meningkat, B12 serum normal.

• Terapi?
Pilihan Lain
• A. Zat besi  harusnya mikrositik
• B. Eritropoietin  tidak ada gagal ginjal
• C. Asam folat  anemia megaloblastik
• D. Kobalamin  serum B12 normal pada pasien
• E. Vitamin K  gangguan pendarahan, bukan
anemia

Pada ibu hamil, anjuran asam folat 400 ug, kecuali


jika ada riwayat anak NTD maka dianjurkan 4 mg
• Jadi jawabannya adalah:

C. Asam Folat
113. B. Riwayat Reseksi Gaster
• Ny. Irene, 30 tahun, badan terasa lemas dan
lesu sejak 3 bulan lalu. Riwayat anemia
sebelumnya disangkal. Demam dan sering
memar disangkal.
• Hasil pemeriksaan konjungtiva pucat, Hb 10
g/dL, MCV 110 fL, MCH 28 pg.

• Riwayat yang perlu ditanyakan?


Penjelasan
• Anemia makrositik kemungkinan diagnosis antara defisiensi
asam folat dan B12. Dilihat dari pilihan tidak ada yang
mengarah ke defisiensi asam folat, maka dicari yang
mengarah pada defisiensi kobalamin.
• A. Konsumsi makanan tinggi zat besi  untuk anemia
defisiensi besi yang biasanya mikrositik
• B. Riwayat reseksi gaster  faktor intrinsik B12 dihasilkan
di lambung
• C. Kehamilan  anemia karena hemodilusi atau defisiensi
besi karena kebutuhan meningkat
• D. Menstruasi  bisa mengarah ke anemia defisiensi besi
akibat pendarahan berulang
• E. Batuk lama  anemia penyakit kronis
Anemia Pernisiosa
• Anemia akibat defisiensi B12
• Makrositik
• In this condition, intrinsic factor secretion fails because
of gastric mucosal atrophy. PA (pernicious anemia) is an
autoimmune disease. The gastric atrophy of PA
probably results from immune destruction of the acid-
and pepsin-secreting portion of the gastric mucosa.
• Faktor risiko: herediter, infeksi H. pylori, gastric cancer,
riwayat gastrektomi

• Sumber: Williams Hematology


• Jadi jawabannya adalah:

B. Riwayat reseksi gaster


114. E. Diagnosis pada pasien adalah
sistiserkosis
Keywords:
• Tn. Mark, 28 tahun, mual-muntah sejak 3 hari
lalu
• Diare dan rasa tidak enak di perut
• 1 minggu yang lalu baru kembali dari Papua
dan makan daging babi

Pernyataan yang salah?


Infeksi Cacing Pita

• Etiologi: Taenia saginata (sapi) atau Taenia solium (babi)


• Membedakan etiologi secara mikroskopis: T. solium memiliki hook pada bagian
skoleks
• Fase infektif: bisa telur (khusus T. solium) atau sistiserkus (T. solium dan T.
saginata)
• Penyakit yang ditimbulkan: Jika fase infektif sistiserkus, penyakit yang
ditimbulkan adalah taeniasis (infeksi GI). Jika fase infektif telur, maka di
usus telur akan pecah menjadi larva dan masuk ke dalam sirkulasi, kemudian
menjadi sistiserkus, disebut sebagai sistiserkosis.
• Terapi: Praziquantel atau niclosamide

• Sumber: buku Parasit FKUI


T. solium/ T. saginata

Telur dibungkus
embriofor dengan
dinding bergaris radial
heksakan embrio
• Jadi jawabannya adalah:

E. Diagnosis pada pasien adalah


sistiserkosis
115. D. Dietil Karbamazin
Keywords:
• Bengkak tungkai bawah sejak 1 minggu
• Demam disertai nyeri tungkai bawah
• Riwayat kencing seperti susu
• Pada pemeriksaan didapatkan bengkak pada
tungkai bawah. Nyeri pada perabaan mulai dari
inguinalis hingga kaki.

Terapi?
Filariasis
Limfatik
• Gejala dan tanda
– Demam
– Limfadenopati inguinal/ aksila
– Nyeri testis dan atau inguinal
– Eksfoliasi kulit
– Pembengkakan tungkai atau genital
– Kiluria (BAK susu)
Diagnosis

– Deteksi
mikrofilaria dari
darah tepi pukul
22.00-02.00
– USG  obstruksi
saluran limfatik
Terapi
• DEC sebenarnya lebih
digunakan untuk
mencegah penularan
filariasis ke pasien lain
– Terapi medikamentosa
bila sudah terjadi
pembesaran
kaki/skrotum
sebenarnya sudah tidak
efektif
• Jadi jawabannya adalah:

D. Dietil Karbamazin
116. B. Plasmodium Vivax
• Tn. Bambam, 20 tahun demam sejak 5 hari lalu dan
lemas
• Pasien memiliki riwayat bakti sosial di Lombok 10 hari
• Pada pemeriksaan darah tebal dengan pengecatan
Giemsa ditemukan plasmodium berukuran 1.5 kali sel
limfosit dengan sitoplasma biru bentuk tidak
beraturan, di dalamnya ada satu inti berwarna
kemerahan dikelilingi beberapa titik berwarna coklat
kehitaman, serta tidak ditemukan fimbriae

• Parasit penyebab?
• Jadi jawabannya adalah:

B. Plasmodium vivax
117. A. Cairan kristaloid 20 cc/kgBB
secepatnya
• Nn. Yuri, 21 tahun, tidak sadarkan diri
• 1 minggu sebelumnya pasien menderita demam tinggi
disertai mual, nyeri sendi, bahkan 2 hari yang lalu
sempat mimisan
• Hb 15,8, Ht 50, Trombosit 29.000
• Tekanan darah 90 mmHg per palpasi, denyut nadi 120
kali/menit cepat dan lemah, frekuensi nafas 28
kali/menit, T 37.1 C, akral dingin, dan kulit pucat 
DHF grade III (DSS)

Terapi?
Sumber: PPM IDAI
• Jadi jawabannya adalah:

A. Cairan kristaloid 20 cc/kgBB


secepatnya
118. D. Prolaps Rekti
Keywords:
• Ny. Ariana, 21 tahun, nyeri perut dan diare sejak
1 bulan lalu
• Mual dan muntah (+) dan pasien terlihat pucat
• Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal,
konjungtiva anemis +/+. Pemeriksaan penunjang
ditemukan telur berbentuk tempayan dengan
dua kutub yang jernih dan menonjol

Komplikasi?
Trichuriasis
Pada infeksi ringan dengan beberapa ekor cacing, tidak
tampak gejala atau keluhan penderita. Tetapi pada infeksi
yang berat, penderita akan mengalami gejala dan keluhan
berupa:
• 1. Anemia berat dengan hemoglobin yang dapat kurang
dari 3%
• 2. Diare berdarah
• 3. Nyeri perut
• 4. Mual dan muntah
• 5. Berat badan menuruun
• 6. Kadang-kadang terjadi prolaps rekti yang dengan
pemeriksaan proktoskopi dapat dilihat adanya cacing-
cacing dewasa pada kolon atau rektum penderita.
Pilihan Lain
• A. Neurosistiserkosis  komplikasi
sistiserkosis
• B. Ileus obstruktif  komplikasi ascariasis
• C. Malnutrisi  komplikasi ascariasis
• E. Abses hepar  komplikasi amoebiasis
• Jadi jawabannya adalah:

D. Prolaps rekti
119. A. Leukemia Limfoblastik Akut
• Nn. Jessabelle, 10 tahun, menstruasi tidak
mau berhenti
• Hepatosplenomegali (+)
• Pemeriksaan lab Hb 6,9 g/dL, leukosit 30.000,
trombosit 50.000, sel blast 81%, serta tidak
ditemukan materi granular azurofilik
berbentuk batang ungu (Auer rod)

Diagnosis?
http://www.medical-labs.net/aml-cml-all-cll-comparision-1887/
Multiple Myeloma
• MM is characterized by a proliferation of malignant plasma cells and a
subsequent overabundance of monoclonal protein (M protein)
• Presenting symptoms of MM include bone pain, pathologic fractures,
weakness, anemia, infection (often pneumococcal), hypercalcemia,
spinal cord compression, or renal failure
• Perform a complete blood count (CBC) to determine if the patient has
anemia, thrombocytopenia, or leukopenia. The CBC and differential
may show pancytopenia. The reticulocyte count is typically low.
• Serum protein electrophoresis (SPEP) is used to determine the type of
each protein (M protein). Urine protein electrophoresis (UPEP) is used
to identify the presence of the Bence Jones protein in urine.

Sumber: medscape
• Jadi jawabannya adalah:

A. Leukemia limfoblastik akut


120. E. Juvenile Rheumatoid Arthritis
• An. Jowy, 3 tahun, dibawa ke poli dengan
keluhan nyeri pada kedua tungkai bawah dan
terdapat ruam kemerahan mulai dari tungkai
bawah sampai ke bokong

• Diagnosis?
Juvenile Rheumatoid Arthritis

• Juvenile rheumatoid arthritis (JRA) is the most common chronic rheumatologic


disease in children
• The etiology is unknown, and the genetic component is complex

Sign and symptoms:


• Arthritis present for at least 6 weeks before diagnosis (mandatory for
diagnosis of JIA)
• Either insidious or abrupt disease onset, often with morning stiffness or gelling
phenomenon and arthralgia during the day
• Complaints of joint pain or abnormal joint use
• Spiking fevers occurring once or twice each day at about the same time of day
• Evanescent rash on the trunk and extremities
• Psoriasis or more subtle dermatologic manifestations
Lab Studies
• Inflammatory markers: Erythrocyte sedimentation rate
(ESR) or CRP level
• Complete blood count (CBC) and metabolic panel
• Liver function tests and assessment of renal function
with serum creatinine levels
• Antinuclear antibody (ANA) testing
• Rheumatoid factor (RF) and anti–cyclic citrullinated
peptide (CCP) antibody
• Additional studies: Total protein, albumin, fibrinogen,
ferritin, D-dimer, angiotensin-converting enzyme (ACE),
antistreptolysin 0 (AS0), anti-DNAse B, urinalysis
Pilihan Lain
• A. Systemic lupus erythematosus  jarang
pada anak balita, biasanya ada gejala seperti
butterfly rash, anemia, dsb
• B. Rheumatoid arthritis  biasanya pada
orang tua
• C. Henoch-Schonlein Purpura  nyeri
abdomen dan purpura (bukan rash) di tungkai
• D. Osteoarthritis  degeneratif, biasanya
pada orang tua
• Jadi jawabannya adalah:

E. Juvenile Rheumatoid Arthritis


121. B. Anti-double stranded DNA
Keywords:
• Ny. Tzuyu, 22 tahun, nyeri sendi sejak 3 bulan lalu
• Nyeri sendi berpindah-pindah namun paling sering di
pergelangan tangan dan lutut
• Pasien juga mengeluh lesu, lemah, berat badan turun
sebanyak 3 kg dalam 4 bulan terakhir dan lebih sensitif
terhadap cahaya, terutama cahaya matahari
• Ruam malar dan ruam diskoid pada wajah

Pemeriksaan penunjang paling spesifik?


SLE
BRAIN SOAP MD
• Blood disorder: anemia hemolitik, leukopenia,
trombositopenia
• Renal involvement: proteinuria (+), cellular cast
• Antinuclear : ANA (+)
• Immunologic phenomena : dsDNA (+)
• Neurologic disorder : kejang, psikosis
• Serositis : pleuritis, perikarditis
• Oral ulcer : ulkus oral yang tidak nyeri
• Arthritis : artritis non-erosif
• Photosensitivity : reaksi kulit apabila terkena cahaya
• Malar rash
• Discoid rash
Test Description
Screening test; sensitivity 95%; not diagnostic
ANA
without clinical features

Anti-dsDNA High specificity; sensitivity only 70%; level


is variable based on disease activity
Most specific antibody for SLE; only 30-40%
Anti-Sm
sensitivity
Present in 15% of patients with SLE and other
Anti-SSA (Ro) or Anti-SSB (La) connective-tissue diseases such as Sjögren
syndrome; associated with neonatal lupus
Uncommon antibodies that may correlate with
risk for CNS disease, including increased hazards
Anti-ribosomal P
of psychosis in a large inception cohort, although
the exact role in clinical diagnosis is debated[90]
Included with anti-Sm, SSA, and SSB in the ENA
profile; may indicate mixed connective-tissue
Anti-RNP
disease with overlap SLE, scleroderma, and
myositis
IgG/IgM variants measured with ELISA are among
the antiphospholipid antibodies used to screen
Anticardiolipin
for antiphospholipid antibody syndrome and
pertinent in SLE diagnosis
Multiple tests (eg, direct Russell viper venom
Lupus anticoagulant test) to screen for inhibitors in the clotting
cascade in antiphospholipid antibody syndrome
Coombs test–positive anemia to denote
Direct Coombs test
antibodies on RBCs
Drug-induced lupus ANA antibodies are often of
this type (eg, with procainamide or hydralazine;
Anti-histone
p-ANCA–positive in minocycline-induced drug-
induced lupus)
Pilihan Lain
• A. Anti-nuclear antibody  sensitif tapi
kurang spesifik, bagus untuk skrining
• B. Anti-double stranded DNA  paling
spesifik kedua setelah anti-Sm
• C. Rheumatoid factor  untuk RA
• D. Laju endap darah  tidak spesifik, segala
macam inflamasi dapat meningkat
• E. Analisis cairan sendi  untuk gout atau
artritis septik
• Jadi jawabannya adalah:

E. Anti-double stranded DNA


122. B. Asam format
• Tn. Riou, 26 tahun, dibawa ke UGD karena
buta mendadak sejak 2 jam lalu. Terdapat
riwayat minum bir oplosan sebelumnya
bersama teman-temannya.

• Zat yang secara langsung menyebabkan


kondisi pasien?
Sumber: medscape
Pilihan Lain
• A. Organofosfat  contoh klasik keracunan
baygon, pinpoint pupil, lakrimasi, diaphoresis,
hipersalivasi, antidot sulfas atropin
• C. Metanol  methanol sendiri tidak berbahaya,
tetapi metabolitnya asam format berbahaya
• D. Etanol  antidot dari intoksikasi methanol
karena inhibisi kompetitif dengan enzim
metabolisme methanol dan menghasilkan produk
metabolit yang tidak berbahaya
• E. Asetaldehid  metabolit etanol yang tidak
berbahaya
• Jadi jawabannya adalah:

B. Asam format
123. C. Epinefrin 1:1000 0.01 ml/kgBB
• An. Rory, 6 tahun, tidak sadarkan diri setelah
makan siang di sekolahnya 1 jam lalu
• Pasien diketahui memiliki alergi udang dan menu
makanan siang di sekolah saat itu adalah sup
udang
• Pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, TD 80/60,
nadi 140 kali/menit, RR 32 kali/menit, T 37 C.

Tatalaksana awal?
Catatan:
1. Difenhidramin dan steroid dapat diberikan tapi bukan tatalaksana awal yang
utama untuk mengatasi syok
2. Dosis epinefrin 0.3-0.5 cc adalah untuk pasien dewasa

Sumber: PPM alergi anak


• Jadi jawabannya adalah:

C. Epinefrin 1:1000 0.01 ml/kgBB


124. D. Bouchard dan Heberden’s
node
Keywords:
• Tn. Lee, 45 tahun, mengeluh nyeri di sendi-sendi
jari tangannya
• Keluhan dirasakan di beberapa jari tangan kiri
dan kanan, serta sebagian jari kaki
• Keluhan disertai kaku sendi di pagi hari sekitar 1
jam

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang ditemukan,


kecuali?
Rheumatoid Arthritis - PF
Rheumatoid Arthritis

Studies of anti-CCP antibodies suggest a sensitivity and specificity equal to or


better than those of RF, with an increased frequency of positive results in early
RA; the presence of both anti-CCP antibodies and RF is highly specific for RA.
Osteoarthritis
• Jadi jawabannya adalah:

D. Bouchard dan Heberden’s node


125. B. Polio, DPT, Hep B, Hib
• An. Minguk, 4 bulan, belum pernah imunisasi
sama sekali.

• Imunisasi yang dapat langsung diberikan?


Prinsipnya tidak apa-apa diberikan bersamaan
beberapa vaksin aktif sekalipun, tetapi jarak antar
dosis 1 ke dosis 2 minimal 4 minggu
• Jadi jawabannya adalah:

B. Polio, DPT, Hep B, Hib


126. A. Dermatitis kontak iritan
Keywords
• kemerahan pada tangan setelah menggunakan obat
pembersih lantai
• Terasa nyeri, gatal, merah
• Status dermatologi: makula eritem, vesikel dan erosi

• Diagnosis pada pasien ini adalah?


Dermatitis Kontak
Iritan Alergi
Dermatitis yang disebabkan Dermatitis yang disebabkan oleh
oleh bahan/substansi yang bahan/substansi yang menempel
menempel pada kulit, pada kulit, kemudian
kemudian menimbulkan menimbulkan reaksi

reaksi non-imunologik imunologik (melalui fase


sensitisasi)
(tanpa sensitisasi)
DKI Vs. DKA
DK Alergik DK Iritan
Penyebab Bahan-bahan sehari-hari Bahan-bahan iritan
Patofisiologi Reaksi hipersensitivitas tipe IV Iritasi langsung
Onset Setelah paparan kedua; akut Setelah terpapar kronik
Siapa yang terkena Penderita alergi Semua orang
Tampilan klinis Nyeri dan gatal; umumnya eritema, Gatal; umumnya likenifikasi
vesikel, dan bula dan fisura
Batas Tegas Tidak tegas
Uji tempel (patch test) Reaksi crescendo Reaksi decrescendo

Pembersih lantai merupakan bahan iritan

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Tatalaksana DKI
• Menghindari pajanan bahan iritan serta faktor faktor yang
memperberat
• Menggunakan alat pelindung diri yang adekuat
• Jika perlu, kortikosteroid topikal seperti hidrokortison.
Pilihan lain
B. Dermatitis kontak alergi: batas tegas, disebabkan bahan
alergen tertentu, setelah paparan kedua (fase sensitisasi).
C. Dermatitis numularis: merah, berbentuk koin, lesi basah
D. Dermatitis atopi: riwayat atopi keluarga, predileksi di lipat
siku, pipi, lipat lutut
E. Neurodermatitis: pencetusnya stres, lesi berupa likenifikasi,
predileksi di ekstensor
Dermatitis kontak alergi Dermatitis atopik

Dermatitis numularis
Neurodermatitis
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

A. Dermatitis kontak iritan


127. B. Varicella
Keywords
• Anak, 5 tahun, demam sejak 3 hari lalu
• muncul bintik kemerahan disertai vesikel di kulit daerah
badan, menyebar sentrifugal
• Pemeriksaan dasar vesikel: didapatkan sel datia berinti banyak

• Diagnosis pada pasien ini adalah?


Varicella
Varisela (cacar air, chicken pox)
• Demam diikuti papul, vesikel tear drops, eritematosa.
Penyebaran di badan kemudian menyebar ke muka dan
ekstremitas (sentrifugal). Terasa gatal.
• Dx: tes Tzanck  ditemukan sel datia berinti banyak
• Tx: simptomatik
Pilihan lain
A. Herpes zooster
– Vesikel berkelompok dengan dasar
kulit eritematosa dan edema
– Lokalisasi unilateral dan dermatomal
– Sangat nyeri.
– Dx: tes Tzanck  ditemukan sel datia berinti banyak
– Obat antiviral untuk herpes zoster oftalmikus dan pasien
imunodefisiensi: asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau
valasiklovir 3x1000 mg (7 hari)

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


C. Variola (cacar, small pox)
– Demam tinggi  makula dan papul, suhu turun  vesikel dan pustul,
suhu naik  krusta-krusta, suhu turun
– Keadaan umum pasien buruk, efloresensi bersifat monomorfik dan
terdapat di perifer
– Tx: karantina, antiviral
D. Herpes simpleks
– Vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa. Lokalisasi di
sekitar mulut dan hidung atau pada genitalia eksterna.
– Dx: tes Tzanck  sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear
– Tx: asiklovir 5x200 mg (5 hari)
E. Rubeola (campak) 3C (cough, coryza, conjuntivitis), bercak koplik

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

B. Varicella
128. E. Pitiriasis rosea
Keywords
• bercak merah di dada, perut, punggung dan lengan atas
disertai sedikit gatal
• Berawal dari sebuah lesi di perut  herald patch
• Status dermatologi: lesi eritematosa bentuk oval dengan
skuama halus kolaret tersebar dengan pola 'Inverted
Christmas Tree Appearance’

• Apa diagnosis yang paling tepat untuk kasus di atas?


Pitiriasis rosea
• Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch)
umumnya di badan, soliter, berbentuk oval, diameter kira-kira
3 cm. Ruam terdiri dari eritema dan skuama halus dipinggir.
• Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama. Susunan
sejajar dengan kosta hingga menyerupai pohon cemara
terbalik.
• Pengobatan bersifat simtomatik.

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Pitiriasis rosea
Pilihan lain
A. Eritroderma: eritema universalis, biasanya akibat alergi
obat/penyakit sistemik
B. Dermatitis seboroik: lesi kulit kekuningan, predileksi di area
yang berminyak
C. Psoriasis vulgaris: lesi kulit eritema berbatas tegas dengan
skuama kasar,berlapis-lapis dan transparan, hilang timbul,
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
D. Dermatitis atopik: lesi di lipat siku atau lipat lutut, dan pipi
(pada bayi), terdapat riwayat atopi (asma, rinitis alergi,
konjungtivitis alergi, dsb)
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

E. Pitiriasis rosea
129. C. Dermatitis numularis
Keywords
• gatal dan muncul merah-merah di kulit tungkai bawah
berbentuk seperti koin
• Status dermatologi: lesi di tungkai bawah bagian ekstensor,
multipel, diskret, diameter 1-2,5 cm, makula eritem, papul
eritem, ada bagian basah dan kering, sebagian erosi.

• Diagnosis klinis pada pasien adalah?


Dermatitis Numularis
• Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang (coin), berbatas
tegas dengan eflouresensi berupa papulovesikel, dan biasanya
lesi mudah pecah sehingga basah (oozing)
• Terapi :
– Bila kulit kering, beri emolien atau pelembab
– Lesi dapat diberikan anti inflamasi topikal
– Bila lesi basah/eksudatif sebaiknya di kompres terlebih
dahulu
– Untuk pruritus dapat diberikan obat anti histamin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Dermatitis Numularis
Pilihan lain
A. Tinea corporis: dermatofitosis pada kulit tubuh tidak
berambut, lesi kulit lebih aktif pada bagian tepi, penunjang
dengan KOH akan ditemukan hifa panjang bersekat

B. Neurodermatitis/Liken simpleks kronik: lesi kulit berupa


likenifikasi, dipengaruhi stres

D. Morbus hansen/kusta: lesi kulit hipoestesi, diperiksa dengan


BTA

E. Kandidiasis: lesi satelit, pemeriksaan KOH ditemukan hifa


semu dan blastospora
Tinea corporis Liken simpleks kronis

Kandidiasis intertriginosa
Morbus hansen
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
klinis pasien adalah

C. Dermatitis numularis
130. B. Genital warts
Keywords
• benjolan-benjolan yang tidak gatal atau nyeri di kemaluannya
sejak 2 bulan
• PF: ditemukan papul dan nodus multipel, lunak, berjonjot,
dan kemerahan seperti daging di labia minora, fourchette,
dan vagina. Sebagian papul bertangkai
• Suami mengidap kelainan serupa di pangkal penisnya

• Apakah diagnosis klinis untuk pasien tersebut?


Kondiloma akuminata

• Vegetasi oleh Human Papilloma Virus khususnya tipe 6 dan 11


• Termasuk penyakit akibat hubungan seksual (PHS)
• Transmisi melalui kontak kulit langsung
• Terutama di daerah lipatan yang lembab misalnya di daerah
genitalia eksterna.
• Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan. Permukaan berjonjot (papilomatosa).
• Vegetasi yang besar disebut giant condyloma (Buschke).
• Kondiloma akuminata sering disebut sebagai genital warts
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Pilihan lain
• Limfogranuloma venereum • Kondiloma lata
– Disebabkan oleh Chlamydia – Sifilis stadium II
trachomatis – Klinis berupa plakat
– Terdapat limfadenitis yang erosif, ditemukan
khususnya di KGB inguinal banyak Spirochaeta
medial pallidum
– Terdapat gejala konstitusi
(demam, malaise, atralgia)
disertai kelima tanda radang
akut
– Tes Frei positif

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
klinis pasien adalah

B. Genital warts
131. B. Impetigo krustosa
Keywords
• Anak, 5 tahun
• muncul vesikel di sekitar mulut sejak 3 hari yang lalu
• vesikel pecah menjadi kering berwarna kuning seperti madu

• Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah?


Impetigo Krustosa
• suatu penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh infeksi S.β-
hemolitikus
• Anamnesis: keropeng di daerah
mulut dan hidung
• PF: krusta madu dikelilingi makula
eritematosa
• Terapi: antibiotik topical
• Antibiotik sistemik diberikan bila
lesi banyak
• Terapi: antibiotik topikal misal:
Salep neomisin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Pilihan lain
A. Psoriasis: lesi eritema berbatas tegas, skuama tebal berlapis-
lapis
C. Varisela: demam, lesi polimorfik (vesikel, papul, krusta),
menyebar sentrifugal
D. Impetigo bulosa: lesi eritema, bula superfisial, dan bula
hipopion, kolaret
E. Herpes simpleks: vesikel berkelompok di atas kulit yang
eritematosa, di sekitar mulut/hidung & genitalia
Psoriasis
Varicella

Herpes simpleks
Impetigo bulosa
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

B. Impetigo krustosa
132. C. Neurodermatitis
Keywords
• terdapat “luka hitam” pada kaki kanannya yang
terasa gatal
• bertambah berat ketika stres
• PF: luka berukuran lentikular hingga numular,
papul hiperpigmentasi dengan likenifikasi,
terdapat skuama halus dan ekskoriasi pada luka

• Diagnosis pada pasien ini adalah


Neurodermatitis =
Liken simpleks kronik
• Predileksi : tengkuk,
punggung kaki, tungkai
bawah
• Gatal terutama saat tidak
sibuk & dipicu stres
• Plak eritematosa +
likenifikasi
• Tatalaksana :
- Antihistamin
- Steroid potensi tinggi dalam
bentuk salep maupun
suntikan intralesi.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Pilihan lain
A. Eritrasma: : lesi eritroskuamosa, lampu Wood:merah
membara (coral red)
B. Ektima: ulkus dangkal, tertutup krusta, predileksi di
tungkai bawah
D. Dermatitis seboroik: predileksi di area berminyak
sprti kulit kepala, eritema dan skuama berminyak,,
kekuningan
E. Dermatitis numularis: merah, berbentuk koin, lesi
basah
Ektima
Dermatitis seboroik
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

C. Neurodermatitis
133. A. Skrofuloderma
Keywords
• Luka pada leher sejak 3 bulan yang lalu
• Luka tidak disertai nyeri, tidak ada riwayat trauma
• Awal keluhan berupa benjolan di leher dan 1 bulan
yang lalu benjolan pecah, terdapat nanah dan darah.
• PF: ulkus irregular, dengan dinding yang bergaung dan
disekitarnya berwarna merah kebiruan, ulkus tertutup
pus seropurulen

• Apakah diagnosis pada pasien di atas?


Skrofuloderma
• Akibat penjalaran per kontinuatum dari organ di bawah kulit yang
telah diserang penyakit TB, tersering berasal dari KGB, dapat berasal
dari sendi dan tulang.
• Porte d’entrée skrofuloderma di daerah leher: tonsil atau paru
• Mulai sebagai limfadenitis tuberkulosis berupa pembesaran KGB,
tanpa tanda radang akut
• Limfadenitis  abses  pecah membentuk fistel  meluas
menjadi ulkus  sifat khas: bentuknya memanjang dan tidak
teratur, di sekitarnya berwarna merah kebiruan (livid), dinding
bergaung.Diatas sikatriks terdapat jembatan kulit (skin bridge),
bentuknya seperti tali yang kedua ujungnya melekat pada sikatriks
hingga sonde dapat dimasukkan.

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

E. Skrofuloderma
134. A. Psoriasis vulgaris
Keywords
• hampir seluruh kulit badannya kemerahan dan bersisik tebal
• Kulit telapak dan kuku tangan dan kaki juga menebal
• pemeriksaan Auspitz (+)

• Apa diagnosis pada pasien ini?


Psoriasis
• Disebabkan oleh autoimun, kronik – residif
• Bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama kasar berlapis-lapis
dan transparan, gatal ringan, piting nail, kelainan sendi
• 3 tanda:
– Fenomena tetesan lilin (khas) skuama berubah jadi putih dengan
goresan
– Fenomena auspitz (khas) bila skuama dikerok maka akan
memperlihatkan gambaran bintik-bintik perdarahan
– Fenomena kobner trauma pada lokasi tubuh lain dapat
menimbulkan kelainan sama

• PENUNJANG : BIOPSI histopatologi  gambaran hiperkeratosis dan


papilomatosis
• (meskipun secara klinis diagnosis bisa ditegakkan)
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien ini adalah

A. Psoriasis vulgaris
135. B. Derajat II, luas 18 %
Keywords
• Dewasa, 28 tahun
• tersiram air panas pada bagian dada dan perut
• TTV normal
• Status lokalis: kemerahan disertai bullae (+), nyeri

• Berapakah derajat dan luas luka bakar pasien tersebut?


Luas luka bakar
• Pada orang dewasa
digunakan rumus 9
(rule of nine)
• Pada anak digunakan
rumus 10-15-20
• Pada bayi digunakan
rumus 10
Derajat luka bakar
• Derajat I  hanya eritema, nyeri (+)
• Derajat IIA  merah (pucat dengan
penekanan), bula (+) dasar merah, nyeri (+)
• Derajat IIB  merah, tidak pucat dengan
penekanan, bula (+) dasar pecah, nyeri (-)
• Derajat III  putih/hitam, bula (-), nyeri (-)
B. Derajat II, luas 18 %
136. A. Tinea unguium
Keywords
• kuku kaki berwarna putih suram terkadang terasa
gatal dan nyeri disekitar kuku sejak 4 bulan lalu
• Riwayat DM sejak 5 tahun lalu

• Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah


Tinea unguium
• Dematofitosis pada kuku jari tangan dan kaki
• Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan
• 3 bentuk tinea unguium
1. Bentuk subungual distalis: bentuk ini mulai dari tepi
distal, di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Bentuk trikofita: keputihan di permukaan kuku
(leukonikia) yang dapat dikerok untuk diperiksa
3. Bentuk subungual proksimalis: bentuk ini mulai dari
pangkal kuku bag.proksimal sehingga terlihat kuku bagian
distal masih utuh sedangkan proksimal rusak.

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

A. Tinea unguium
137. D. Pelembab dan kortikosteroid
Keywords
• Anak, 4 tahun
• Kemerahan gatal pada lipatan kedua siku dan lutut
• Kakek pasien meninggal karena alergi udang  riwayat atopi
di keluarga
• Status dermatologi: tampak likenifikasi pada kedua fossa
cubiti dan poplitea

• Diagnosis: dermatitis atopi


• Terapi yang sesuai adalah?
Dermatitis Atopik

Inflamasi kulit kronis dan


residif
Tampilan klinis
• Gejala utamanya adalah
gatal
• Bentuknya polimorfik
• sering menyerang daerah
fleksor, wajah
• Onset biasanya < 2 tahun
• Sering disertai rinitis
alergik dan asma
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Klasifikasi Dermatitis Atopi
• Dermatitis atopi tipe infantil (2 bulan - 2 tahun)
– Eritema dengan papul dan vesikel yang halus,
eksudatif (basah), krusta
– Predileksi: dahi, wajah

• Dermatitis atopi tipe anak


– Lesi lebih kering, papuler, ada sedikit likenifikasi
dan skuama
– Predileksi: lipat siku, lipat lutut, pergelangan
tangan bagian fleksor, kelopak mata, leher, jarang
di muka

• Dermatitis atopi tipe juvenil (remaja dan dewasa)


– Plak papular eritematosa dengan skuama dan
likenifikasi yang lebih jelas
– Predileksi: sama dengan tipe dewasa

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Tatalaksana dermatitis atopik
• Umum :
– Sabun pH netral
– Hindari antiseptic
– Baju baru harus dicuci
• Topikal :
– Pelembab dengan krim hidrofilik urea 10%
– Memakai emolien 4x sehari
– Steroid potensi rendah untuk bayi (hidrokortison),
potensi sedang untuk anak
– Kompres dahulu untuk lesi basah

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, terapi yang
sesuai untuk pasien adalah

D. Pelembab dan kortikosteroid


138. E. Moluskum kontagiosum
Keywords
• “Jerawat asimtomatik” di sekitar kemaluan sejak 2
bulan
• Sering berganti pasangan seksual
• Pemeriksaan: papul-papul putih diskret di pangkal
penis dan daerah pubis, sebagian tersusun linier
dengan delle di bagian tengah. Dari papul dapat
dikeluarkan suatu massa putih seperti nasi

• Apakah diagnosis klinis untuk pria ini?


Moluskum
kontagiosum
• Disebabkan oleh virus Pox.
• Penyakit ini terutama menyerang anak dan
kadang juga orang dewasa. Jika pada orang
dewasa, tergolong penyakit akibat
hubungan seksual (PHS).
• Transmisi melalui kontak kulit langsung dan
otoinokulasi.
• Kelainan kulit berupa papul multipel
berwarna putih berbentuk kubah, di
tengahnya berlekuk (delle) dan bila dipijat
keluar massa putih seperti nasi
• Tatalaksana: bedah beku/kuretase

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Pilihan lain • Kondiloma lata
– Sifilis stadium II
– Klinis berupa plakat
• Kondiloma akuminata yang erosif, ditemukan
– Vegetasi bertangkai dengan banyak Spirochaeta
permukaan berjonjot, pallidum
disebabkan oleh HPV tipe 6
dan 11
– Transmisi melalui kontak kulit
langsung
– Terapi : tingtur podofilin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
klinis kasus tersebut adalah

E. Moluskum kontagiosum
139. B. Pemeriksaan ziehl-neelsen
Keywords
• bercak putih di kulitnya yang kebas
• Juga dialami oleh istri dan anaknya
• Status dermatologi: lesi polimorf hipopigmentasi dengan tepi
meninggi
• Didapatkan pembesaran n.ulnaris

• Apa pemeriksaan yang tepat pada kasus di atas?


Morbus Hansen
• Disebabkan oleh Mycobacterium leprae
• Klasifikasi kusta:
Klasifikasi Zona spektrum kusta
Ridley & TT BT BB BL LL
Jopling
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

• Pemeriksaan penunjang: pewarnaan BTA atau


ziehl neelsen
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Pilihan lain
A. Pemeriksaan tzank test: untuk varicella/herpes
zooster
C. Pemeriksaan KOH: untuk tinea/kandidiasis
D. Pemeriksaan lapangan gelap: untuk sifilis
• Berdasarkan pembahasan diatas, pemeriksaan
penunjang yang tepat adalah

B. Pemeriksaan ziehl-neelsen
140. D. Dislokasi sendi panggul dekstra
anterior
Keywords
• Status lokalis: sendi panggul cenderung ekstensi,
eksorotasi, dan abduksi
• Neurovaskularisasi tampak baik, lingkup gerak sendi
terbatas karena nyeri

• Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah


Dislokasi sendi panggul

• Dislokasi sendi panggul anterior  ekstensi,


abduksi, dan eksorotasi.
• Dislokasi sendi panggul posterior  fleksi,
adduksi, dan endorotasi.
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

D. Dislokasi sendi panggul


dekstra anterior
141. B. Osteoarthritis
Keywords
• Tn.Dio, 53 tahun, keluhan nyeri lutut sudah 2 tahun
• Lutut terasa kaku selama sekitar 30 menit pada pagi hari
• Pasien juga mengeluh sulit berjalan dan sendi lutut bengkak
• PF: TB 170 cm, BB 88 kg, persendian lutut edema dan
krepitasi (+)
• Hasil rontgent lutut memperlihatkan kista subchondral

• Kemungkinan diagnosis adalah?


OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki,
vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, pergelangan kaki, lutut
PIP pergelangan kaki

Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul subkutan, Tofus, bursitis
pulmonal, kardiak, olecranon, batu ginjal
splenomegali
Pemeriksaan Foto polos RF (+), anti CCP (+), Asam urat ↑
penunjang Foto polos Gold standar : kristal
urat pada aspirasi
cairan sendi
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

B. Osteoarthritis
142. A. Fraktur distal radius dengan
angulasi dorsal
Keywords
• Ny.Kirana, 60 tahun mengeluhkan nyeri dan tidak bisa
menggerakkan tangannya sejak 1 hari yang lalu
• Riwayat terjatuh di kamar mandi dengan kedua tangannya
sebagai tumpuan beban

• Kondisi apakah yang paling mungkin dialami pasien?


• Fraktur Radius – Ulna
– Fraktur Colles: Fraktur radius distal dengan dislokasi
pergelangan tangan ke arah posterior [dorsal].
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti
sendok makan (dinner fork deformity).
– Fraktur Smith: fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar)/[ventral], karena itu sering disebut reverse
Colles fracture.
– Fraktur Galeazzi: fraktur radius distal disertai
dislokasi sendi radius ulna distal.
– Fraktur Monteggia: fraktur sepertiga proksimal ulna
disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.
Fraktur
Monteggia:
Fraktur
sepertiga
proksimal
ulna dan
dislokasi
kepala
radius

Fraktur Galeazzi:
Fraktur radius dengan
dislokasi sendi radioulnar
• Berdasarkan pembahasan diatas, kondisi yang
dialami pasien adalah

A. Fraktur distal radius


dengan angulasi dorsal
143. C. Osteomielitis
Keywords
• Tn.Mikael, 21 tahun, nyeri pada tungkai kanan sejak 3 hari lalu
• Disertai demam dan bengkak pada paha kanan
• Seminggu lalu pasien terjatuh
• PF: didapatkan edema, hiperemis, dan nyeri tekan pada 1/3
distal regio femoralis
• Foto polos femoralis dekstra didapatkan gambaran soft tissue
swelling, reaksi periosteal, dan lesi litik tulang

• Diagnosis pada kasus ini adalah


Osteomielitis
• Infeksi pada tulang
• Penyebab: trauma (47%), insufisiensi
vaksular mis. DM (34%), penyebaran
hematogen (19%)
• Tanda/gejala: riwayat trauma/operasi,
tanda peradangan pada lokasi
kelainan, deformitas, gejala
konstitusional (demam, malaise)
• Foto polos: kelainan dapat baru
terlihat setelah 5-7 hari  hasil
negatif tidak dapat mengeksklusi
osteomyelitis
– Periosteal thickening, cortical
thickening, hilangnya struktur
trabekular, osteolisis, reaksi periosteal,
dan gambaran sequestrum-involucrum
• Terapi: antibiotik (4-6 minggu), operasi
bila kerusakan jaringan lunak luas
Osteomielitis
• Faktor risiko: riwayat trauma, bedah ortopedik, penyakit
vaskular perifer, DM.
• Gambaran klinis: nyeri, edema, kemerahan pada status lokalis,
demam (+).
• Penunjang : Xray  Gambaran soft tissue swelling, reaksi
periosteal, dan gambaran sequestrum-involucrum.
• Gold standard radiologi : CT atau MRI
• Pemeriksaan laju endap darah, aspirasi & kultur cairan sendi
 untuk mengeksklusi diagnosis banding lain.
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

C. Osteomielitis
144. E. Fraktur Galeazzi
Keywords
• Tn.Yasin, 22 tahun
• keluhan nyeri dan bengkak pada lengan bawah kanan setelah
dipukul dengan kayu
• Status lokalis: deformitas antebrachii kanan dengan ruang
lingkup gerak terbatas
• Foto polos antebrachii ditemukan fraktur pada sepertiga distal
radius dekstra dengan dislokasi sendi radioulnar distal

• Diagnosis pada pasien ini adalah


Pilihan lain
• Fraktur Colles: fraktur radius distal, angulasi dorsal.
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok
makan (dinner fork deformity).
• Fraktur Smith: fraktur radius distal, angulasi ventral.
Sering disebut reverse Colles fracture.
• Fraktur Galeazzi: fraktur radius distal +dislokasi sendi
radius ulna distal.
• Fraktur Monteggia: fraktur ulna proksimal + dislokasi
sendi radius ulna proksimal.
Fraktur Galeazzi:
Fraktur radius dengan
dislokasi sendi radioulnar
Fraktur Monteggia:
Fraktur sepertiga proksimal ulna
dan dislokasi kepala radius
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

E. Fraktur Galeazzi
145. B. Fraktur os nasal, fraktur le fort II

Keywords
• Tn.Yoga, 27 tahun
• Nyeri pada batang hidung
• warna kemerahbiruan pada kedua mata bagian bawah setelah
kecelakaan lalu lintas
• Adanya penglihatan ganda
• Pemeriksaan foto schaedel ditemukan garis fraktur berbentuk
seperti piramid

• Apa diagnosis yang tepat?


Fraktur Le Fort
Pilihan lain
Blowout Fracture
(dasar orbita)
• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

B. Fraktur os nasal,
fraktur le fort II
146. D. Kolkisin
Keywords
• Tn. Gilang, 45 tahun, nyeri hebat pada ibu jari kaki kanan sejak
2 jam lalu
• Sudah terjadi ketiga kalinya dalam sebulan
• Pemeriksaan status lokalis: warna kemerahan, tidak dapat
digerakkan, nyeri (+)
• Riwayat makan melinjo dan kacang-kacangan

• Apa tatalaksana yang tepat diberikan saat ini?


Tatalaksana RA, OA dan Gout
Artritis rematoid Gout
•Inisial: NSAID dan/atau •Akut: NSAID atau kolkisin. Kalau tidak
glukokortikoid berhasil, berikan kortikosteroid.
•DMARD diberikan dalam tiga bulan
bila peradangan terus menerus  – Pada keadaaan akut tidak boleh
mencegah progresi penyakit. diberikan alopurinol karena dapat
menyebabkan eksaserbasi

Osteoartritis •Kronik:
-NSAID atau tramadol – Diet rendah purin
- Latihan kelenturan sendi – Hidrasi cukup
(fisioterapi) – Profilaksis: kolkisin dosis rendah
– Antihiperurisemia (harus bersama
profilaksis dan min. 1 bulan setelah
serangan terakhir): allopurinol atau
probenecid
• Berdasarkan pembahasan diatas, terapi yang
sesuai untuk pasien saat ini adalah

D. Kolkisin
147. B. Trauma inhalasi
Keywords
• Nina, 24 tahun
• terperangkap selama 15 menit di dalam dapur
rumah yang terbakar
• PF: bulu alis dan hidung terbakar, seluruh
permukaan dada depan, perut bagian depan dan
kedua lengan tampak menderita luka bakar.

• Apa penyebab pertama kematian yang harus


diperhatikan pada pasien tersebut?
Trauma inhalasi
• Trauma luka bakar yang disebabkan oleh udara panas yang
mengenai mukosa saluran nafas.
• Adanya riwayat terbakar dalam ruang tertutup/riwayat
pingsan dalam ruang tertutup yang terbakar
• Dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
– Luka bakar diwajah
– Rambut/alis/bulu hidung terbakar
– Jelaga pada rambut/alis/bulu hidung
– Lidah dan mukosa intraoral bengkak
– Suara serak
– Sesak napas
– Konfirmasi dengan pemeriksaan laringoskop : terdapat
hiperemis / edema
• Berdasarkan pembahasan diatas, penyebab
pertama kematian yang harus diperhatikan
pada pasien tersebut adalah

B. Trauma inhalasi
148. C. Fasiotomi
Keywords
• Tn.Valentino, 38 tahun, mengalami kecelakaan dengan fraktur
pada lengan atas yang sudah dilakukan imobilisasi dengan
circular cast dari bahu hingga olekranon
• Beberapa jam kemudian pasien mengeluhkan tangannya
kesemutan dan nyeri. Jari tangan terlihat pucat dengan CRT >2
detik dan nadi sulit diraba

• Diagnosis: sindrom kompartemen


• Tatalaksana yang tepat adalah?
Sindrom kompartemen
• Mekanisme :
peningkatan tekanan di dalam fascia otot  Iskemia 
defisiensi nutrien dan oksigen
• Ditandai dengan 5 gejala (5P): pain, parastesia, pulseless,
pallor, paralysis
• Tata laksana akut : fasiotomi  untuk membebaskan tekanan
dalam fasia otot.
• Bila terlambat >3 hari  kontraindikasi, karena otot telah
nekrosis, fasiotomi justru dapat menimbulkan infeksi
• Berdasarkan pembahasan diatas, tatalaksana
untuk sindrom kompartemen adalah

C. Fasiotomi
149. B. Gout arthritis
Keywords
• Tn.Wawan, 52 tahun
• nyeri di jempol kaki kiri bengkak, kemerahan sejak 2 hari yang
lalu
• terdapat tofus pada metatarsal phalang 1 kiri, hyperemia,
edema, dan nyeri tekan

• Apakah diagnosis pada pasien ini?


Diagnosis Banding
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki,
vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, pergelangan kaki, lutut
PIP pergelangan kaki

Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul SC, pulmonal, Tofus, bursitis
kardiak, splenomegali olecranon, batu ginjal

Lab Normal RF (+) Asam urat ↑


• Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosis
pasien adalah

B. Gout arthritis
150. A. Foto genu AP dan lateral
sinistra
Keywords
• Ny.Prisma, 70 tahun
• nyeri lutut kiri sejak 2 minggu lalu
• BB 78 kg, TB 156 cm
• PF: didapatkan krepitasi pada lutut kiri

• Diagnosis mengarah ke: osteoartritis


• Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk
menegakkan diagnosis pasien ini?
Osteoartritis
Gejala:
• nyeri pada sendi, terutama sendi yang
menyangga berat tubuh (seperti sendi lutut
atau pinggang).
• timbul rasa kaku di sendi pada pagi hari
sesudah bangun tidur, berlangsung kurang
dari 30 menit
• Bila digerakkan bisa terdengar krepitus
• Gerak sendi terbatas karena nyeri

Faktor risiko
• Usia tua, riwayat keluarga dengan OA, berat
badan berlebih
Pemeriksaan penunjang: foto genu
• Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence
menyusun gradasi OA lutut menjadi:

– Grade 0 : tidak ada OA


– Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit
meragukan
– Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah
sendi baik dan tak nampak deformitas tulang.
– Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang
dan penyempitan celah sendi.
– Grade 4 : terdapat osteofit , deformitas lebih prominent ,
disertai hilangnya celah sendi (bisa ada ankylosing,
subluksasi)
• Berdasarkan pembahasan diatas, pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis pasien adalah

A. Foto genu AP dan lateral sinistra


151. E. Impending eklamsia pada PEB
Keywords:
• Wanita G3P2A0 hamil 34-35 minggu
• Nyeri kepala, ulu hati, pandangan kabur
• PF: TD 170/110 mmHg
• Protein dipstick (+++)
Diagnosis? Impending eklamsia pada PEB
Spektrum Hipertensi Dalam Kehamilan
• Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.

• Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai


dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih
dari 20 minggu atau seger setelah persalinan

• Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang


tonik klonik disusul dengan koma

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Spektrum Hipertensi dalam Kehamilan
• Hipertensi kronik
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan
<20 minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup
urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti
mata, jantung, dan ginjal

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Spektrum Hipertensi dalam

Kehamilan
Preeklampsia Ringan
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >
20 minggu
– Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil
>300 mg/24 jam

• Preeklampsia Berat
– Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu
– Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >5
g/24 jam
– Atau disertai keterlibatan organ lain:
– Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis
mikroangiopati
– Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran
kanan atas
– Sakit kepala , skotoma penglihatan
– Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
– Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
– Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Spektrum Hipertensi dalam Kehamilan
• Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
• Pasien dengan riwayat hipertensi kronik
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau
trombosit <100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20
minggu

• Impending eklamsia  PEB disertai salah satu


gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntah2, nyeri epigastrium, atau kenaikan tekanan
darah yang progresif

• Eklampsia
• Kejang umum dan/atau koma
• Tanda dan gejala preeklampsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
DOSIS PEMBERIAN
Dosis • Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan
awal MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml
4g akuades
MgSO4 • Berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 5-10 menit
• Jika akses intravena sulit, memberikan
masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri
dan kanan

Dosis • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4


rumatan 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan
6g Ringer Laktat/ Ringer Asetat, lalu
MgSO4 berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam, dan diulang
hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsia)
152. B. Tes nitrazin dimana kertas
lakmus merah berubah menjadi biru
Keywords:
• G1P0A0 mengeluh keluar air-air dari jalan
lahir
Cara membedakan ketiban dengan cairan lain?
Tes lakmus
Ketuban Pecah Dini
• KPD  pecah selaput ketuban sebelum
persalinan atau tanda inpartu
• Diagnosis:
– Anamnesis
– Pemeriksaan inspekulo
– Pemeriksaan dalam  sebaiknya tidak dilakukan
• Memastikan cairan amnion
– Bau cairan khas
– Tes nitrazin  lakmus berubah dari merah menjadi
biru  hati-hati semen, darah, dan infeksi dapat
membuat positif palsu
– Gambaran pakis di bawah mikroskop
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-10-ketuban-pecah-dini/
Tatalaksana
• Tatalaksana Umum
– Berikan eritromisin 4×250 mg selama 10 hari.
– Rujuk ke fasilitas yang memadai.
• Tatalaksana Khusus
Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
– >34 minggu:
• Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
– 24-33 minggu:
• Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan persalinan
segera.
• Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM
tiap 24 jam selama 48 jam.
• Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
• Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33 minggu, bila
dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukkan bahwa paru
sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi preterm).
– <24 minggu
• Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
• Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi pilihan.
• Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana korioamnionitis

http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-10-ketuban-pecah-dini/
153. C. Kolposkopi
Keywords:
• Wanita 45 tahun dengan bercak darah setelah
senggama
• Pemeriksaan inspekulo: serviks seperti bunga
kol dengan bercak darah sekitarnya
Pemeriksaan penunjang? Kolposkopi
Kanker Serviks
• Definisi : keganansan pada leher rahim
• Etiologi : HPV
• Faktor Risiko :
• Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
20 tahun).
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti
pasangan
• Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.
• Perempuan yang melahirkan banyak anak.
• Merokok aktif/pasif
• Pemeriksaan Penunjang
• IVA dan Pap Smear : untuk deteksi dini lesi pra kanker
• Biopsi

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Leher Rahim (Depkes RI) 2013
Test Pap

• Alat skrining (deteksi dini) lesi


prakanker atau infeksi HPV
• Bukan merupakan diagnosis
adanya lesi serviks
• Diagnosis pasti dengan
histopatologi  kolposkopi

Feldman S, Goodman A, Goff B, Falk S. Tests for


screening for cervical cancer. 2009
154. C. Mual dan muntah berat
disertai dengan menurunnya kondisi
pasien
Keywords:
• Wanita G1P0A0 usia kehamilan 10-11 minggu
• Mual dan muntah hebat
• PF: lemah dan turgor kulit menurun
• Urin didapatkan keton (+)
• Diagnosis hiperemesis gravidarum
Alasan diagnosi? Mual dan muntah berat
disertai dengan menurunnya kondisi pasien
Mual Muntah pada Kehamilan
• Terjadi hingga usia 16 minggu; keadaan yang
berat dapat membuat dehidrasi, gangguan asam
basa dan elektrolit, ketosis  hiperemis
gravidarum
• Diagnosis hiperemesis gravidarum
– Mual dan muntah hebat
– BB turun >5% dari BB sebelum hamil
– Ketonuria
– Dehidrasi
– Ketidakseimbangan elektrolit

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
http://www.medscape.com/viewarticle/712662_8
Williams Obstetrics 24th ed
155. A. AKDR
Keywords:
• Wanita 36 tahun datang konsultasi pemakaian
KB
• Riwayat menikah usia 32 tahun
• Punya 2 anak usia 3 dan 1 tahun
• Riwayat
IUD/AKDR
Mekanisme Kerja Efektivitas Keuntunga Risiko Efek Alasan Alasan Beberapa
n Samping Beberapa Orang Tidak
Orang Menyukai
Menyukai

AKDR dimasukkan ke Kurang dari 1 Mengurang Menyebabkan Perubahan Efektif Prosedur pemasangan
dalam uterus. Tujuan diantara 100 ibu i risiko anemia bila pola haid mencegah dilakukan oleh
untuk menghambat dalam 1 tahun. kanker cadangan besi pada 3-6 kehamilan, tenaga kesehatan
kemampuan sperma Efektivitas dapat endometriu rendah bulan dapat digunakan terlatih
memasuki tuba falopi, bertahan lama hingga m sebelum pertama untuk waktu
mempengaruhi fertilisasi 12 tahun. pemasangan (haid lama, tidak
sebelum ovum mencapai dan AKDR memanjang memengaruhi
kavum uteri, mencegah menyebabkan , banyak, menyususi,
sperma bertemu ovum, haid lebih tidak dapat langsung
mencegah implantasi banyak. Dapat teratur, dan dipasang setelah
telur dalam uterus menyebabkan nyeri haid) melahirkan
penyakit
radang
panggul.

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
156. B. Retensio plasenta
Keywords:
• Wanita P1A0 keluhan perdarahan 1 jam lalu
• PF: pucat, TD 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit,
napas 20 x/menit
• Bimanuail: plasenta dalam rahim dengan
uterus setinggi pusat
Diagnosis? Retensio plasenta
Perdarahan Post Partum

Atonia
uteri
Robekan jalan
lahir
Retensio
placenta

Sisa
Placenta
Inversio
uteri
Ruptur
uteri
Sumber : Paket Pelatihan PONED (Depkes RI) 2008
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
157. E. Persalinan pervaginam
Keywords:
• Wanita G3P2A0 hamil 39 minggu keluhan mulas 6
jam lalu
• Presentasi bokong dan sudah masuk PAP
• Pemeriksaan dalam: dilatasi serviks 9 cm dengan
pendataran 75%
• Denyut jantung janin baik
Diagnosis: malpresentasi
Tindakan yang tepat? Persalinan pervaginam
Complete breech 
Kedua kaki terlipat
sempurna, pada
presentasi bokong.

Frank breech  kedua


kaki terjulur ke atas
pada presentasi
bokong.
Presentasi Bokong (Sungsang)
• Diagnosis:
– Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen
– Pemeriksaan abdomina: kepala di bagian atas, bokong
daerah pelvis
– Pemeriksaan vagina: teraba bokong atau kaki sering
disertai mekonium
• Tatalaksana
– Persalinan lama  indikasi SC
– SC lebih direkomendasikan pada presentasi bokong
primigravida, double footling breech, pelvis kecil, janin
besar, bekas SC, kepala hiperekstensi atau defleksi
– Presentasi kaki sebaiknya lahir SC

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
158. C. 29 Oktober 2015
Keywords:
• HPHT 17 Oktober 2015
• Siklus 26 hari
• PF: TFU 2 cm di atas simfisis pubis dengan
tanda Hegar positif
Kapan terjadi ovulasi? 29 Oktober 2015
Fase luteal selalu sama yaitu 14 hari, oleh karena itu fase folikular akan
berubah-ubah waktunya.
Siklus 26 hari  ovulasi di hari ke-12 = HPHT 17 Oktober + 12 hari = 29
Oktober
159. B. Asam folat
Keywords:
• Wanita 26 tahun hamil 16 minggu
• Badan lemas dan lesu 2 minggu
• PF: konjungtiva pucat, Hb 10 g/dL, konsentrasi feritin
serum meningkat, B12 normal
• ADT: anemia makrositer
Diagnosis? Anemia ec defisiensi asam folat
Terapi? Asam folat

Anemia makrositer  defisiensi asam folat atau B12


160. D. Metronidazole 2x500 mg
Keywords:
• Wanita 24 tahun keluhan keputihan satu
bulan
• Putih kuning, kental, berbau amis
• pH  8
• Clue cells (+)
Diagnosis? Bakterial vaginosis
Terapi? Metronidazole 2x500 mg 7 hari
Bakterial Vaginosis
Diagnosis: • Agen penyebab:
• Keputihan Gardnerela vaginalis
• Bau amis • Tatalaksana:
• Ph > 4,5 • Metronidazole 2x500
selama 7 hari
• Ditemukan sel epitel • Klindamisin 2x300 mg
ditutupi banyak bakteri selama 7 hari
 clue cell
161. A. Abortus iminens
Keywords:
• Wanita 27 tahun keluhan mules perut bawah
hilang timbul
• Perdarahan warna coklat tua
• Terlambat haid 2 bulan
• Pemeriksaan ginekologis: fundus uteri tidak
teraba, portio livide, OUE tertutup, fluksus positif,
darah tak aktif, dan kavum douglas tidak
menonjol
Diagnosis? Abortus iminens
Abortus
• Definisi : Ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (kehamilan < 20 minggu atau berat
janin < 500 gram)
• Etiologi : Faktor genetik, kelainan kongenital
uterus, autoimun, defek fase luteal, infeksi,
kelainan hematologi, lingkungan
• Gejala klinis : amenorea, perdarahan
pervaginan, nyeri perut,

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan (Sarwono Prawirohardjo)


Jenis – Jenis Abortus
Jenis Abortus Portio Jaringan Tatalaksana
Iminens Tertutup (-) Tirah baring
Insipiens Terbuka (-) Evakuasi jaringan + kuretase
Inkomplit Terbuka (+) Evakuasi jaringan + kuretase
Komplit Tertutup (+) Tidak ada tindakan khusus
Abortus lainnya
Abortus habitualis: telah terjadi abortus selama min 3 kali berturut-turut
Abortus septik: abortus yang diikuti dengan komplikasi dan tanda-tanda infeksi
Missed abortion : fetus telah meninggal sebelum usia kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Penderita tidak merasakan
keluhan apa – apa (perdarahan, nyeri perut)

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan (Sarwono Prawirohardjo)


162. C. Kehamilan ektopik terganggu
Keywords:
• Wanita keluhan nyeri perut bawah 2 hari
• PF: konjungtiva pucat, tes kehamilan positif
• USG: tidak tampak kantong hamil intrauterin,
cairan bebas (+) pada kavum Douglas
Diagnosis? Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan Ektopik
• Pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri
(> 95% berada pada tuba falopii)
• Gambaran klinis : amenorea, nyeri
perut bagian bawah yang biasanya
tidak terlalu dihiraukan
• Pemeriksaan Penunjang : tes
plano, USG

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


Kehamilan Ektopik Terganggu
• Terjadi apabila terjadi rupture pada tuba atau
tempat lokasi nidasi kehamilan
• Gejala : amenorea, nyeri perut bawah mendadak,
perdarahan hingga sampai syok dan pingsan.
• Pemeriksaan fisis : nyeri goyang (+), kavum
douglasi menonjol
• Pemeriksaan penunjang : tes plano, USG, pungsi
kavum douglasi (kuldosentesis)
• Tatalaksana : laparotomi

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


163. E. Kista bartholini
Keywords:
• Wanita 28 tahun dengan benjolan pada
kemaluan
• Keputihan 1 bulan lalu
• PF: benjolan dinding dalam labia mayora
ukuran 2x3 cm, kistik, hiperemis, mobile,
permukaan rata dan licin
Diagnosis? Kista bartholini
Kista Bartholin
• Kelenjar bartholin berbentuk seperti kacang
polong 2 buah terletak pada posisi jam 5 dan
7, normalnya tidak teraba
• Infeksi terjadi karena sumbatan pada saluran
kelenjar, bakteri penyebab infeksi: chlamidya,
gonorea, E.coli, dll
• Dapat disertai demam, nyeri saat
berhubungan seksual, tanda radang (+), dapat
dijumpai pus & fluktuasi pada abses bartholin
• Th/ jaga hygiene, insisi drainase abses atau
pun eksisi langsung, antibiotik broad-
spectrum: ceftriaxone; ciprofloksasin;
doksisiklin & azitromisin (untuk clamidya)
164. B. Salpingitis
Keywords:
• Wanita 24 tahun dengan keluar discharge dan
spotting darah pervaginam
• Nyeri senggama dan nyeri punggung belakang
• PF: nyeri tekan suprapubik
• Pemeriksaan ginekologi: nyeri goyang serviks
Diagnosis? Salpingitis
Penyakit Radang Panggul
• Penyakit radang panggul/ • Etiologi
salpingitis/ Pelvic – N. gonorrea (tersering)
Inflammatory Disease – Staphylococcus
(PID)  infeksi organ – Streptococcus
pada panggul wanita – M. tuberculosis
(uterus, tuba falopi,
indung telur, leher rahim
• Faktor risiko
– PMS tidak diobati
– Pasangan lebih dari 1
– Riwayat PID sebelumnya
– Douche
– Menggunakan IUD

http://mediskus.com/penyakit/radang-panggul
Penyakit Radang Panggul
• Gejala:
– Nyeri perut bagian bawah
– Demam
– Cairan keputihan dengan bau tak sedap
– Nyeri saat senggama
– Sensasi terbakar saat BAK
– Perdarahan diantara menstruasi
• Pengobatan
– Antibiotik
– Obati pasangan
– Abstinence

http://mediskus.com/penyakit/radang-panggul
165. B. Plasenta previa
Keywords:
• Wanita G5P4A0 hamil 38 minggu
• Keluhan keluar darah banyak pervaginam 6
jam lalu
• Perdarahan serupa 3 bulan yang lalu
• Kepala belum masuk PAP
Diagnosis? Plasenta previa
Perdarahan Antepartum
• Terdapat perbedaan definisi dalam
menentukanrtum batasan usia gestasi
perdarahan ante
• Perdarahan yang terjadi >24 minggu
kehamilan sampai sebelum kelahiran bayi
(menurut RCOG)
• Ada juga yang mendefinisikan >20 minggu

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


Perdarahan Antepartum
Solutio Plasenta
• Darah warna
gelap/kecokelatan
• Perdarahan banyak namun
tidak bisa keluar
• Ibu tampak sangat sakit
perut dan pucat
• DJJ janin dapat tidak
ada/distress, tidak teraba
bagian janin
• Tatalaksana : SC CITO!

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


Perdarahan Antepartum

Plasenta Previa
• Darah warna merah segar,
tidak nyeri, janin tidak
distress (DJJ baik).
Perdarahan 100 cc yg keluar
darahnya 100cc. Ibu tidak
kesakitan. Sering terjadi
pada hamil muda (30%)
• Prinsip: tunggu sampai anak
bisa hidup diluar, atau ada
indikasi mutlak SC
• Pemeriksaan: USG. Jika
perdarahan tidak boleh VT,
inspekulo terlebih dahulu
• Tatalaksana : SC

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


Perdarahan Antepartum
Vasa
Previa
• Pembuluh darah janin berada
dalam selaput ketuban dan
mekewati ostium uteri
internum yang kemudian
sampai ke dalam insersinya di
tali pusat
• Gejala keluar air – air yang
diikuti dengan darah, nyeri
perut minimal
• Angka kematian janin tinggi
• Bila dapat dideteksi sebelum
persalinan  sectio caesarea

Sumber : Buku Ilmu Kebidanan FKUI (Sarwono Prawirohardjo) 2010


166. E. Memasang infus 2 jalur dan
melakukan resusitasi cairan
Keywords:
• Wanita P5A0 dengan perdarahan dari jalan lahir 6
jam lalu
• PF: TD 70/50 mmHg, nadi 120 x/menit, napas 28
x/menit
• Palpasi uterus setinggi pusat dengan kontralsi
lemah
• Pemeriksaan dalam plasenta baru terlepas
sebagian
Diagnosis? Sisa plasenta
Tatalaksana awal? Resuistasi cairan
Perdarahan Post Partum

Atonia
uteri
Robekan jalan
lahir
Retensio
placenta

Sisa
Placenta
Inversio
uteri
Ruptur
uteri
Sumber : Paket Pelatihan PONED (Depkes RI) 2008
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
167. B. Solusio plasenta
Keywords:
• Wanita G7P4A2 hamil 37 minggu
• Keluar perdarahan warna merah hitam
• Nyeri pada perut dan perut tegang
Diagnosis? Solusio plasenta
Perdarahan Antepartum
• Terdapat perbedaan definisi dalam
menentukanrtum batasan usia gestasi
perdarahan ante
• Perdarahan yang terjadi >24 minggu
kehamilan sampai sebelum kelahiran bayi
(menurut RCOG)
• Ada juga yang mendefinisikan >20 minggu

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010
Perdarahan Antepartum
Solutio Plasenta
• Darah warna
gelap/kecokelatan
• Perdarahan banyak namun
tidak bisa keluar
• Ibu tampak sangat sakit
perut dan pucat
• DJJ janin dapat tidak
ada/distress, tidak teraba
bagian janin
• Tx/Harus SC cito
Sumber: Buku Ajar Kebidanan
FKUI, 2010
Perdarahan Antepartum

Plasenta Previa
• Darah warna merah segar,
tidak nyeri, janin tidak
distress (DJJ baik).
Perdarahan 100 cc yg keluar
darahnya 100cc. Ibu tidak
kesakitan. Sering terjadi
pada hamil muda (30%)
• Prinsip: tunggu sampai anak
bisa hidup diluar, atau ada
indikasi mutlak SC
• Pemeriksaan: USG. Jika
perdarahan tidak boleh VT,
inspekulo terlebih dahulu
• Tx/Sectio caesarea Sumber: Buku Ajar Kebidanan
FKUI, 2010
Vasa Previa
• Pembuluh darah janin
berada dalam selaput
ketuban dan mekewati
ostium uteri internum
yang kemudian sampai ke
dalam insersinya di tali
pusat
• Angka kematian janin
tinggi
• Bila dapat dideteksi
sebelum persalinan  Sumber: Buku Ajar Kebidanan
sectio caesarea FKUI, 2010
168. B. Otot polos
Leimyoma  jaringan? Otot polos
169. C. Gestasional sac
Keywords:
• Tes kehamilan (+)
• Tidak tahu HPHT
• Menstruasi sekitar 2 bulan lalu
• Pemeriksaan USG
• Paling akurat? Gestasional sac
Femur can be used to determine gestational age, but it is more useful in
length helping evaluate fetal weight. It is also useful as a marker for fetal
malformation and genetic abnormality.

Gestational The first element to be measurable is the gestation sac


sac
of the early pregnancy. The gestational sac is measured in three
dimensions, and the average, the Mean Sac Diameter (MSD) used for
estimating gestational age. It is useful between 5 and 8 menstrual
weeks with accuracy of +/- 3 days. As a rough rule of thumb, the MSD +
30 = Menstrual Age in days.
Crown The length of the embryo on the longest axis (excluding the yolk sac)
rump constitutes the crown-rump length. This is among the best documented
length parameters to date the embryo, with accuracy of +/- 3-5 days. As a
rough rule of thumb, the CRL + 6.5 = Menstrual Age in Weeks; A
pregnancy ultrasound measurement that measures the length in
centimeters from the top of the baby's head to the bottom of the
buttocks; Can be measured by around seven weeks of pregnancy
Biparietal among the most accurate 2nd trimester measures of gestational age.
diameter Measured from the beginning of the fetal skull to the inside aspect of
the distal fetal skull ("outer to inner") at the level of the cavum septum
pelucidum, this is one of the basic fetal measurements. Using this same
image, the frontal occipital diameter (FOD) is obtained and the fetal
head circumference (HC) is either obtained directly, or by formula from
the BPD and FOD.

Humerus Useful as a marker for fetal malformation and genetic abnormality,


length together with femur length.
Pilihan jawaban lainnya
A. FL (Femur Length)  lebih akurat untuk
mengukur berat janin
B. HL (Humerus Length)  untuk melihat
malformasi dan kelainan kongenital
C. GS (Gestational Sac)
D. BPD (Biparietal Diameter)  mengukur usia
kehamilan pada trimester 2
E. CRL (Crown Rump Length)  bisa digunakan
pada minggu ketujuh kehamilan
170. B. Gemeli
Keywords:
• Wanita 27 tahun
• G3P2A0 hamil 7 bulan
• Uterus lebih besar dari kehamilan, anak sulit
teraba, teraba 3 bagian besar dari ballotement
Kemungkinan diagnosis? Gemeli

Kesimpulan  uterus lebih besar dari usia kehamilan curiga


mola (keluhan perdarahan pervaginam usia kehamilan
muda), gemeli, hidramnion, giant baby
Gemeli/Kehamilan Ganda
 Definisi
 Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih
 Diagnosis
 Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya amenorea
 Hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan ganda:
 Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus
 Teraba 2 balotemen atau lebih
 Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan
menggunakan stetoskop fetal
 Faktor Predisposisi
 Usia ibu > 30 tahun
 Konsumsi obat untuk kesuburan
 Fertilisasi in vitro
 Faktor keturunan

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Giant Baby
• Giant baby / Big baby syndrome / Makrosomia
• Didiagnosis apabila bayi lahir dengan berat
badan lebih dari 4000 gram, tanpa melihat
usia gestasional
Hidramnion

• Hidramnion atau poli hidramnion  jumlah


air ketuban melebihi dari batas normal
• Volume ketuban normal: 1-2 liter
• Oligohidramnion  kekurangan air ketuban
• Gejala hidramnion:
• Pembesaran uterus dengan kesulitan
meraba bagian kecil janin / mendengar
denyut janin
• Akibat overdistensi  dispnea, edema
ekstremitas bawah, vulva
Hidrosefalus

• Hidrosefalus  penumpukan
cairan serebrospinal (CSS)
secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem
ventrikel otak, dimana terjadi
akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau
lebih ventrikel atau ruang
subarachnoid
• Disebabkan oleh karena
terdapat ketidak seimbangan
antara produksi dan absorpsi
dari CSS
Hidrops fetalis

• Adalah suatu kondisi edema pada janin


• Gambaran klinis: abnormalitas akumulasi
cairan dalam rongga tubuh (pleural,
percardial dan peritoneal) dan jaringan
lunak tubuh dengan ketebalan dinding lebih
dari 5 mm
• Sering berhubungan dengan hidramnion
dan penebalan plasenta ( > 6 mm) pada 30 –
75% kasus • Dengan USG tampak gambaran:
• Terjadi akibat gangguan keseimbangan • Edema anasarka
cairan  akumulasi cairan lebih banyak • Penumpukan cairan dalam rongga tubuh seperti
dibandingkan dengan yang diabsorbsi pleura – perikardium dan rongga peritoneal
• Hidramnion
• Plasenta yang tebal
171. C. Elektrokauterisasi
Keywords:
• G2P1 hamil 32 minggu
• Kutil alat kelamin
• PF: vegetasi bertangkai dgn permukaan
berjonjot
Diagnosis: kondiloma akuminata pada
kehamilan
Terapi yang paling tepat: elektrokauterisasi
Kondiloma
Akuminata
• Etiologi: HPV tipe 6 da 11
• Penularan: mikrolesi melalui hub seksual
• Pemeriksaan penunjang:
– Tes as asetat 5% (pd perianal sekitar 15 mnt)
– Kolposkopi
– Histopatologi
• Terapi:
– Tingtur podofilin 10-25%  kontraindikasi pada hamil, ada potensi
mutagenik
– Asam TCA 50-90%
– Bedah: listrik, skalpel, beku, laser – bedah elektrokauter memiliki
angka rekurensi yang rendah, dan aman pada kehamilan
– Imunoterapi
– Interferon
– Krim 5 fluorourasil
http://www.iusti.org/regions/europe/pdf/2012/Euro_HPV_guidelines.pdf
http://www.iusti.org/regions/europe/pdf/2012/Euro_HPV_guidelines.pdf
172. B. Kontrasepsi oral + metformin
Keywords:
• Wanita 36 tahun
• Infertil
• Mens tdk teratur, hirsutisme, akne, alopesia
Diagnosis: PCOS
Tatalaksana: Kontrasepsi oral + metformin
Polycyclic ovarian syndrome (PCOS)
Gambaran umum:
• Pertumbuhan polikistik ovarium
kedua ovarium, amenorea
sekunder, oligomenorea, dan
infertilitas
• Sekitar 50% pasien mengalami
hirsutisme dan obesitas.
• Usia 15-30 tahun
PCOS
• Penunjang:
– USG ovarium
– CT Scan/ MRI pelvis  adrenal dan ovarium
• Tatalaksana:
– Diet
– Aktivitas fisik
– Turunkan BB
– Medikamentosa
• Agen kontrasepsi oral (co: etinilestradiol)
• Antiandrogen (co: spironolakton)
• Agen hipoglikemik (co: metformin, insulin)
• Selective estrogen receptor modulator (co: klomifen sitrat)
– Bedah
173. C. Prolaps uteri
Keywords:
• Wanita 75 tahun
• Benjolan muncul pada vagina
• Tidak nyeri
• Riwayat 7 anak
Diagnosis? Prolaps uteri
Prolaps Uteri
• Pergeseran letak uterus ke bawah sehingga
serviks berada di dalam orifisium vagina
• Faktor risiko
– Kehamilan  persalinan melalui vagina (terutama
partus multipel)
– Menopause
– Penuaan
– Peningkatan tekanan intraabdomen kronis
– Trauma dasar panggul

Kapita Selekta Kedokteran edisi IV tahun 2014


Prolaps Uteri
• Manifestasi klinis
– Perasaan seperti ada yang menonjol pada genitalia eksterna
– Nyeri pada pangul dan pinggang  menghilang saat berbaring
– Gesekan porsio uteri pada celana dapat menyebabkan luka
– Leukorea
• Diagnosis: anamnesis, pemeriksaan ginekologis (teknik
Friedman dan Little)
• Tatalaksana:
– Latihan otot dasar panggul
– Stimulasi otot dengan alat listrik
– Pesarium
– Operasi: ventrofiksasi, operasi Manchester, histerektomi vaginal,
kolpokleisis

Kapita Selekta Kedokteran edisi IV tahun 2014


Pilihan Jawaban Lain
A. Inversio uteri  perdarahan pascasalin dimana
fundus uteri tidak teraba dengan massa pada
vagina
B. Ruptur uteri  perdarahan pascasalin dengan
nyeri perut hebat dan kontraksi hilang
D. Mioma uteri  sering menimbulkan gejala nyeri
dan perdarahan lebih banyak saat menstruasi
E. Kista bartolin  kista yang tumbuh arah jam 5
atau 7 dari labium minora
174. B. Distosia ec CPD
Keywords:
• G2P1 hamil 39 minggu
• Kenceng2 1 hari
• Keluar air2 1 jam lalu
• DJJ 150 x/menit, his baik
• Pembukaan 8 cm, pendataran 75%, serviks lunak,
anterior, hodge -1
• Tidak ada kemajuan  moulase maksimal dan
caput (+)
Diagnosis: distosia ec CPD
Persalinan dipengaruhi oleh tiga Tanda-tanda CPD
aspek (3P) :
• Power yaitu kekuatan his dan Pemeriksaan abdominal
kekuatan mengedan • Ukuran anak besar.
• Pelvis yaitu keadaan jalan lahir. • Kepala anak menonjol di simphisis
• Passenger yaitu keadaan janin pubis.
yang dikandung Pemeriksaan pelvis
• Servik mengecil setelah pemecahan
ketuban
• Arrest of descent: Failure of the
presenting fetal part to • Edema servik
continue to descend during the • Penempatan kepala tidak baik lagi
second stage of labor despite di servik
uterine contraction and • Kepala belum dipegang pintu atas
maternal effort (pushing) panggul
• Cephalopelvic Disproportion • Ditemukan moulage
(CPD) merupakan 50% • Ditemukan kepala defleksi
penyebab Arrest of descent • Ditemukan asinklitismus
pada nulipara dan pada
multipara hanya 29,7%
175. C. Di fundus uteri
• Keywords :
• Pemantauan kontraksi uterus
• Lokasi di mana dokter harus meletakkan tangan
untuk memantau kontraksi uterus?
Kontraksi uterus
• Kontraksi
uterus yang
terkoordinasi
biasanya
dimulai dari
fundus uteri
(bagian
teratas uterus)
• Pemantauan
kontraksi
dapat
dilakukan
dengan alat,
seperti
kardiotokografi
(CTG)
176. D. Melakukan tindakan resusitasi
segara
• Keywords:
– Perempuan
– Pendarahan kemaluan
– Syok  kondisi gawat darurat
– Tindakan dokter yang tepat?
Sesuai undang-undang praktik
kedokteran
• Pasal 11 Peraturan Menkes no 585/1989
tentang persetujuan tindakan medis”
• “Dalam keadana gawat darurat di mana harus
segera dilakukan tindakan medis pada pasien
yang tidak sadar tidak perlu perstujuan dari
siapapun”
Pilihan lainnya
• A. menunggu keluarga datang  pasien dapat
menurun kondisinya dan menyebabkan kematian
• B meminta persetujuan tindakan dari telepon 
tidak dikenal informed consent melalui telepon
• C. meminta temannya menandatangani informed
consent  teman tidak memiliki dasar hukum
yang kuat dlm memberikan informed consent
• E. Melaporkan kepolisi  polisi tidak berhak
untuk mewakili keluarga dlm memberikan
informed consent
177. B. Autonomi
• Keywords:
• Ibu  meminta menggugurkan kandungan
anaknya
• Pasien  menolak
• Pasien saat ini berusia 22 tahun  kompeten
dalam pengambilan keputusan
• Kaidah bioetik?
Autonomy
• Kaidah dasar bioetika dimana pasien berhak
untuk menentukan sendiri pilihan
pengobatan yang terbaik menurutnya.
Pilihan lain
Justice  tidak terlihat dalam kasus ini, justice seringkali
berkaitan dengan pemerataan sumber daya/hak

Non-maleficent  bukan kondisi gawat darurat

Beneficence  segi kebermanfaatan dari tindakan kurang


terlihat

Veracity  “ketepatan” tidak berhubungan dengan kasus


ini
178. B. Case Control
• Hubungan depresi dan insomnia
• Pasien dibagi menjadi dua: depresi/tidak
depresi
• Dilihat faktor risikonya: insomnia
• Desain penelitian tang dilakukan dokter?
Penelitian case control
• Mencoba mencari “case” yang menjadi kasus
yang diteliti. Seperti pada soal no 3 ini adalah
kasus “depresi”. Dari situ, dokter akan mencari
apakah pasien memiliki faktor risiko dalam hal
ini adalah insomnia.

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Jawaban yang lain
Kohort prospektif: membagi menjadi dua grup dari kondisi
sehat sebagai baseline. Diikuti terus menerus selama
beberapa tahun

Cross sectional: penelitian murah dan mudah namun tidak


dapat menemukan sebab akibat

Analitik : biasanya dilakukan pada hewan coba/laboratorium

Kohort retrospektif: seperti kohort namun biasanya


menggunakan bantuan rekam medis.
179. D. Eksperimental
• Pemberian antibiotik dan kesintasan sepsis
• Menggunakan 4 dosis vancomycin:
25,50,75,100
• Desain penelitian apa?
Penelitian Analitik
• Penelitian dimana dilakukan “intervensi” pada
subjek. Misalnya, diberikan pengobatan X
pada 1 kelompok dan placebo pada kelompok
lain.
• Intervensi dapat berupa obat-obatan atau
tindakan

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 5- Sudigdo Sastroasmoro


180. A. Mengeliminasi kerentanan
pejamu
• Tim surveilans ke daerah KLB malaria
• Diberi profilaksis pada tim tersebut
• Tujuan tindakan?
Jawaban A

• Mengeliminasi kerentanan penjamu


– Sebelum diberikan obat-obatan profilaksis, si
pejamu masih rentan untuk terkena malaria.
Kerentanan pejamu akan berkurang setelah
mendapatkan obat profilaksis, yaitu klorokuin.
b. memberantas vektor nyamuk  melakukan
usaha pemberantasan nyamuk seperti fogging

c. Menghambat proses transmisi  mengurangi


kemampuan transmisi nyamuk seperti
memperkenalkan genetik nyamuk mutan yang
menurunkan kemampuan transmisi
d. membunuh jentik-jentik malaria  tidak
dilakukan pada kasus ini

e. membenahi lingkungan daerah endemis


malaria 
181. B. Memberi penjelasan bahwa
sebaiknya perempuan tersebut merawat
bayinya
• Keywords:
– Tidak menstruasi 2 bulan terakhir
– Ditemukan hamil oleh dokter
– Meminta digugurkan
• Tindakan yang tepat dilakukan oleh dokter?
• b.Memberi penjelasan bahwa perempuan tsb
harus merawat kandungannya hingga lahir

• Tanpa indikasi medis, abortus bukan


merupakan hal yang dibenarkan.

“Menghormati hidup insani dari awal


kehidupan” -- KODEKI
182. E. Euthanasia pasif
• Keywords:
– Penurunan kesadaran
– Membutuhkan ventilator  masalah biaya
– Pula, sudah ditemukan tanda kematian batang otak
– Dokter memenuhi permintaan
• Tindakan tersebut disebut sebagai?
Eutanasia
• Eutanasia (“kematian yang baik”)
Kondisi dimana pekerja medis melakukan
pembunuhan (active eutanasia) ataupun
mencabut bantuan hidup dari pasien (passive
eutanasia)

Eutanasia ini illegal di seluruh dunia kecuali di


Belanda dan Oregon, Amerika Serikat.
Pilihan lain
Justice  tidak terlihat dalam kasus ini, justice
seringkali berkaitan dengan pemerataan sumber
daya/hak
Non-maleficent  bukan kondisi gawat darurat
Beneficence  segi kebermanfaatan dari
tindakan kurang terlihat
Prima facie  istilah “dilema etik”
Jawabannya adalah
• E. Eutanasia
183. C. Menolak memberikan hasil
tersebut
• Keywords:
– Korban kekerasan
– Diantara ke klinik dokter
– Meminta hasil visum
• Apa tindakan yang harus dilakukan?
Keterangan
• Hasil Visum et Repertum diberikan kepada
penyidik, bukan kepada keluarga korban.
• Dengan demikian, tidak ada kewenangan
dokter untuk memberikan hasil visum et
repertum kepada pihak lain selain yang
berwenang dalam kepentingan penyidikan
tersebut.
184. C. Menyarankan agar wanita tsb
melapor ke kantor polisi dulu agar dapat
dibuatkan VeR

• Keywords:
– Seseorang datang ke klinik akibat kekerasan
seksual
– Meminta dibuatkan VER
• Tindakan yang seharusnya dilakukan?
Permintaan Visum
• Dokter melakukan pemeriksaan dan melaporkan
dalam bentuk visum et repertum hanya setelah
mendapat pengantar dari kepolisium melalui
surat pengantar visum et repertum
• Di luar itu, dokter memperlakukan pasien sebagai
“pasien”, bukan sebagai “objek perkara”, sehingga
boleh melakukan pemeriksaan namun tidak
menghasilkan visum et repertum
• Dokter menyarankan pasien untuk melaporkan
kasus ke kepolisian
Maka, jawabannya adalah
• C. Menyarankan agar wanita tsb melapor ke
kantor polisi dulu agar dapat dibuatkan VeR
185. B. Justice
• Keywords:
– Dibawa ke RS karena kesakitan berat
– Akan dilakukan operasi appendektomi
– Pasien A tidak ada uang tapi datang lebih dahulu.
B datang lebih belakangan tapi membayar lebih
mahal sehingga dilakukan operasi terlebih dahulu
• Apa kaidah bioetik yang dilanggar?
Justice
• Berkaitan dengan keadilan, pembagian
sumber daya yang merata. Pada kasus ini, ada
dua pasien yang datang ke IGD dengan kondisi
yang sama. Sebagai dokter kita harus
mendahulukan yang lebih awal datang.
• Apabila kondisi nya berbeda  dahulukan
yang benar-benar gawat
Pilihan lain
Non-maleficent  bukan kondisi gawat darurat
Beneficence  segi kebermanfaatan dari
tindakan kurang terlihat
Autonomy  pasien berhak mengambil
keputusan atas dirinya sendiri
Utilitarianism  melihat sesuatu/orang
berdasarkan fungsinya saja.
186. D. Diagnosis tidak boleh diberitahukan
kepada pasien lain yang pernah sekamar
• Keywords:
– Pasien meninggal dengan HIV positif
– Apa tindakan yang harus dilakukan?
Rahasia pasien
• Sebagai dokter, kita dilarang untuk
mendiskusikan kondisi medis terhadap pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pengobatan
pasien.
• A.Diagnosis tidak boleh diberitahukan kepada Dinas
Kesehatan  kasus HIV perlu dilaporkan ke DINKES
setempat
• B.Diagnosis tidak boleh diberitahukan kepada
Kepolisian  apabila diminta kita harus memberikan
diagnosis HIV tersebut
• C. Diagnosis tidak boleh diberitahukan kepada
keluarga pasien  perlu diberikan, misalnya apabila
ingin dilakukan pengecekan HIV pada keluarga
• E. Diagnosis tidak boleh diberitahukan kepada petugas
kamar jenazah  perlu diberitahukan untuk dilakukan
precaution
Jawabannya adalah D
• D. Diagnosis tidak boleh diberitahukan
kepada pasien lain yang pernah sekamar
187. B. Non-maleficence
• Keywords:
– Anak-anak mengalami KLL
– Membutuhkan tranfusi darah
– Mencari donor darah
• Apa kaidah bioetik yang dipenuhi?
Non maleficence
• Kaidah bioetika yang biasanya diterapkan
dalam kondisi gawat darurat. Berasal dari
prinsip primum non nocere atau FIRST DO NO
HARM… jangan celakai pasien
• Dalam kasus ini, kondisi pasien adalah dalam
kondisi gawat darurat  KLL, perlu
penatalaksanaan segera yaitu darah.
Pilihan
A. Beneficence  segi kebermanfaatan dari
tindakan kurang terlihat
B. Autonomy  pasien berhak mengambil
keputusan atas dirinya sendiri
• D. Justice  berisi tentang prinsip
pemerataan hasil
• E. malbeneficence  tidak ada prinsip bioetik
bernama malbeneficence
188. C. 12 – 24 jam
• Mayat tergantung
• Lebam mayat di ujung ekstremitas
• Kaku mayat lengkap
• Tidak ada pembusukan
• Waktu kematian?
Pembahasan
• Lebam mayat menetap >8-12 jam
• Kaku mayat lengkap >12 jam
• Pembusukan >24 jam

Pada kasus ini telah ada lebam mayat menetap


dan kaku mayat lengkap sehingga kita dapat
meyimpulkan >12 jam. Belum ada pembusukan
sehingga <24 jam.
Buku Ajar Forensik- FKUI
Jadi, Jawabannya
C. 12-24 jam

Buku Ajar Forensik- FKUI


189. B. Cross sectional
• Keywords:
– Peneliti ingin meneliti penggunaan air di wilayah
kerjanya
– Hasil penelitian: bukan data analitik
• Bentuk penelitian?
Penelitian Cross sectional
• Penelitian cross sectional adalah penelitian
yang mencoba melihat gambaran keadaan
pada suatu waktu tertentu “snapshot”.
• Penelitian cross sectional murah, mudah
dilaksanakan
• Kelemahan: tidak dapat menemukan
hubungan sebab-akibat

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Jawaban yang lain
Kohort : membagi menjadi dua grup dari kondisi
sehat sebagai baseline. Diikuti terus menerus
selama beberapa tahun
Case control: ada grup yang menjadi kasus dan ada
grup lain yang menjadi kontrol
Korelasi: hasil dari penelitian adalah mencoba
melihat apakah ada korelasi antara 2 variabel/lebih.
Analitik : biasanya dilakukan pada hewan
coba/laboratorium
Jawabannya adalah
• B. Cross sectional
190. A. Uji T
• Keywords:
– Hubungan penyakit diare dan air
– Ada yang menggunakan air sumur, ada yang
menggunakan PDAM
– Rata-rata kejadian diare (dalam kasus / satuan
waktu) dan penggunaan sumber air
Uji T
• Uji T adalah suatu metode uji hipotesis yang
digunakan untuk melihat variabel numerik dan
hubungannya dengan variabel lain
• Pada kasus ini, variabel yang satu adalah
insidensi rata-rata kejadian diare (numerik)
dengan penggunaan air (kategorikal) sehingga
menggunakan uji T
191. C. 7,5 kasus per 100.000
• Keywords:
• Dokter puskesmas
• 1 -30 Juni ada kasus baru 5 orang, kasus lama adalah 10 orang
• Prevalensi kasus TB per 100.000 penduduk apabila
populasinya adalah 200.000?
Penjelasan
• Prevalens  jumlah yang baru terkena + yang
sedang mengalami TB
• 5+ 10 = 15 orang total yang terkena TB
• 15 orang padahal populasinya adalah 200.000
org
• Populasi 100.000 orang adalah 7.5

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi


5- Sudigdo Sastroasmoro
Jawaban
• C. 7.5 per 100.000
192. E. Penutup
• “Demikian visum et repertum ini saya buat
dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan
saya dan dengan mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana”.
• Bagian tersebut adalah bagian apa dari
visum?
Jawabannya adalah
• E. Penutup
Bagian dari visum:
1. Pro justitia: Menyatakan bahwa visum ini
dibuat untuk menegakan hukum. Pada awal
visum
2. Pendahuluan: berisi nama dokter pembuat
visum dan juga institusi kesehatan
dilakukannya visum
3. Pemberitaan : berisi hasil pemeriksaan

Buku Ajar Forensik- FKUI


Bagian dari visum:
4. Kesimpulan : pendapat dokter berdasarkan
keilmuannya mengenai jenis luka/cedera,
jenis kekerasan dan zat penyebabnya, derajat
perlukaan
5. Penutup: “demikian visum et repertum ini
saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan mengingat sumpah sesuai
dengan KUHAP”
Maka jawabannya adalah
• E. Penutup
193. A. Pengeringan kornea
• Berikut ini yang dapat diklasifikasikan sebagi
tanda kematian tidak pasti adalah:
A. Pengeringan kornea
B. kaku mayat
C. pembusukan
D. adiposera
E. mummfikasi
Tanda kematian pasti meliputi:
• Lebam mayat
• Kaku mayat
• Cadaveric spasm
• Heat stiffening
• Cold stiffening
• Penurunan suhu
• Pembusukan
• Adiposera
• Mummifikasi

Buku Ajar Forensik- FKUI


Jadi, Jawabannya adalah
• A. Pengeringan kornea
194. C. Specific protection
• Perusahaan
• Aktivitas fisik, makanan tinggi kalsium untuk
mencegah osteoporosis
• Upaya kesehatan apa yang dilakukan?
Penjelasan:
• Specific protection: suatu usaha untuk
membantu mencegah satu/dua penyakit
tertentu… sebelum muncul secara jelas pada
pasien
Pilihan lain
• Promosi kesehatan: usaha-usaha untuk meningkatkan
kesehatan secara umum.

Contoh : melakukan penyuluhan tentang kehamilan sehat


• Early recognition/prompt treatment: diagnosis secara
cepat dan tepat
• Disability limitation: melakukan tindakan untuk
mencegah komplikasi/kondisi penyakit semakin parah
• Rehabilitasi: melakukan rehabilitasi untuk mengurangi
keparahan penyakit lanjut

Sumber: Five Stages of Prevention: A New paradigm of


classifying the prevention of disease
195. C. Penjeratan
• Keywords:
– Mati dengan posisi tergantung
– Mayat masih segar
– Luka jerat dengan posisi mendatar di bawah jakun
• Penyebab kematian?
Jawaban yang lain
• A. Bunuh diri : Mengacu pada bunuh diri
akibat pembekapan. Biasanya terjadi pada
orang yang sakit jiwa, tahanan dengan
menutupi hidung dan mulut.

• B. Pembunuhan: luka lecet jenis tekan/geser,


goresan kuku dan luka memar pada hidung,
bibir, pipi dan dagu yang terjadi akibat korban
melawan
Sumber: Buku Ajar Forensik, FKUI.
Jawaban yang lain
• D Gantung diri : Apabila disebabkan gantung
biasanya jejas jeratnya berbentuk tidak
mendatar, relatif lebih tinggi pada leher dan
meninggi di bagian simpul

• E. Pencekikan : luka berbentuk bulan sabit


akibat penekanan kuku jari
Jadi, jawabannya adalah
• C. Penjeratan
196. A. Fraktur vertebrae C2-C3
• Kerusakan batang otak dan medula spinalis
yang terjadi pada kasus hukum gantung
disebabkan oleh?
Jawabannya adalah
A. Fraktur Vertebra C2-C3
Pilihan jawaban yang lain
• B. Refleks vagal  kematian akibati mmersion
syndrome
C. Asfiksia  penyebab kematian, namun tidak
menyebabkan kerusakan batang otak dan
medulla spinalis
D. Pecahnya arteri bassilaris: bukan mekanisme
kematian gantung
E. Peningkatan depolarisasi otot leher: bukan
mekanisme kematian gantugn
Sumber: Buku Ajar Forensik, FKUI.
197. B. post-mortem
• Keywords
– Mengumpulkan jenazah dan identifikasi sidik jari
• Tahap DVI apa?
Post-Mortem
• Post-Mortem: tahapan dalam DVI dimana
polisi akan melakukan pemeriksaan pada
jenazah : melakukan pemeriksaan gigi, sidik
jari, DNA
Tahapan DVI (interpol)
1) Mengamankan lokasi
2) Post-mortem
3) Ante-mortem
4) Rekonsiliasi

Sumber: website Interpol


Jawaban lain
• Mengamankan lokasi: Polisi memasang tali
pengaman dan melarang orang lain masuk
• Ante-mortem: mewawancarai keluarga,
menilai baju, perhiasan yang dipakai oleh
pasien dan mendapatkan informasi tambahan
tentang kondisi medis pasien (pernah patah?)
• Rekonsiliasi: pertemuan dokter dan petugas
untuk memastikan identitas pasien setelah
semua bukti terkumpul
Jadi, jawabannya adalah
• B. Post-mortem
198. B. Kasus baru + kasus lama
berbanding seluruh penduduk
• Menghitung angka kejadian hepatitis C
• Cara menghitung prevalensi hepatitis C
tersebut?
Definisi dari Prevalensi
• Pengantar Epidemiologi, Azrul Azwar

Prevalensi: Gambaran tentang frekuensi


penderita lama dan baru yang ditemukan dalam
jangka waktu tertentu di sekelompok
masyarakat tertentu.
Definisi lain
• Insdiensi: Gambaran tentang frekuensi
penderita yang ditemukan pada suatu waktu
tertentu di suatu kelompok masyarakat.
Jawabannya adalah:
• B. Kasus baru + kasus lama berbanding
seluruh penduduk
199. A. Komunikasi antar-instansi
• PHBS
• Kurangnya kerjasama lintas sektoral dan
pemerintah setempat
• Strategi untuk mengatasi masalah tersebut?
Pilihan jawaban yang lain
• Promosi kesehatan : tahap prevensi penyakit
• Advokasi : membahas isu-isu tertentu
• Deteksi dini penyakit : tahap prevensi
• Peningkatan anggaran : meningkatkan jumlah
program namun tidak memperbaiki kerjasama
antar sektoral
200. A. Non-maleficence
• Perempuan yang mengalami pendarahan
hebat, hemodinamik tidak stabil
• Berencana untuk melakukan tranfusi darah
• Bioetika yang dijunjung?
Penjelasan
• Prinsip Non-malfeicence biasanya diterapkan
pada pasien yang dalam kondisi
kegawatdaruratan/emergensi
• Justice  tidak terlihat dalam kasus ini, justice
seringkali berkaitan dengan pemerataan
sumber daya/hak
• Beneficence  segi kebermanfaatan dari
tindakan kurang terlihat
• Autonomy  independensi pasien dalam
mengambil keputusan
• Prima facie  prinsip-prinsip bioetik yang
ditulis diatas termasuk dalam prima facie

Anda mungkin juga menyukai