Anda di halaman 1dari 342

MODUL 3

151 - 200
Seorang laki-laki, 40 tahun, dibawa ke IGD dengan
penurunan kesadaran. Pasien sebelumnya sedang berolah
raga lalu tiba-tiba terlihat sangat kesakitan memegang
kepalanya. Riwayat benturan kepala sebelumnya dan
riwayat hipertensi disangkal. Pasien sempat muntah (+). PF:
SOAL kesadaran somnolen-sopor, TD 170/100mmHg, HR 90x/m, RR
22x/m. Rangsang meningeal (+), kaku kuduk (+), Brudzinski

151 sign I-II (+)


Diagnosis yang paling mungkin?

A. EDH
B. SAH
C. ICH
D. SDH
E. SNH
B. SAH
KEYWORDS:
PEMBAHASAN
• Laki-laki, 40 tahun
• Penurunan kesadaran
151 • Sedang berolah raga tiba-tiba terlihat sangat
kesakitan memegang kepalanya  nyeri kepala
hebat, mendadak
• Riwayat benturan kepala sebelumnya dan riwayat
hipertensi disangkal  eksklusi cedera kepala
• Muntah (+)
• PF: kesadaran somnolen-sopor, TD 170/100mmHg, HR
90x/m, RR 22x/m. Rangsang meningeal (+), kaku
kuduk (+), Brudzinski sign I-II (+)
SUBARACHNOID HEMATOMA
• Suatu keadaan kegawatdaruratan yang ditandai oleh nyeri kepala
yang sangat hebat, “worst headache ever” (VAS 9-10) yang muncul
PEMBAHASAN akut/tiba-tiba akibat
• Anamnesis:

151 • Gejala prodomal:


 Gejala peningkatan TIK: nyeri kepala, muntah, penurunan
kesadaran.
 Gejala rangsang meningeal : nyeri kepala, kaku leher, silau,
penurunan kesadaran
• Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat berupa:
 Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial karena edema
serebri, hidrosefalus dan terjadinya perdarahan berulang
 Defisit neurologis fokal
 Manifestasi stroke iskemik karena vasospasme bergantung
kepada komplikasinya Sumber: Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
PERDARAHAN INTRAKRANIAL

PEMBAHASAN

151
TATA LAKSANA SAH

PEMBAHASAN

151

Sumber:
Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
Jawaban lainnya…
A. EDH  epidural hematom, riwayat trauma (+),
PEMBAHASAN lucid interval (+)

151 C. ICH  intracranial hemorrhage

D. SDH  subdural hematom, usia tua, riwayat


trauma kepala (ringan//sedang/berat), akut,
subakut, kronik

E. SNH  stroke non hemoragik / stroke iskemik


Jadi, diagnosis yang paling mungkin pada
PEMBAHASAN kasus ini yaitu

151 B. SAH
Seorang pria, 30 tahun, mengeluh nyeri pada sisi kiri
wajah dirasakan sejak 4 hari yang lalu, Nyeri dirasakan
lebih berat saat menguyah makanan, menyikat gigi,
ataupun ketika wajah disentuh. RIwayat trauma di
bagian kepala disangkal, riwayat demam disangkal. PF
SOAL tanda vital dalam batas normal.
Terapi apakah yang paling tepat diberikan untuk pasien

152 ini?

A. Carbamazepine
B. Paracetamol
C. Morfin
D. Sumatriptan
E. Ergotamin
A. CARBAMAZEPINE

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Pria, 30 tahun
152 • nyeri pada sisi kiri wajah dirasakan sejak 4 hari
yang lalu
• Nyeri memberat saat menguyah makanan,
menyikat gigi, ataupun ketika wajah disentuh.
• Riwayat trauma di bagian kepala disangkal
• Riwayat demam disangkal.
• PF tanda vital dalam batas normal
NEURALGIA TRIGEMINAL

PEMBAHASAN

152
NEURALGIA TRIGEMINAL
• Rasa nyeri tajam di daerah inervasi N. trigeminus (N.V)
PEMBAHASAN yang dapat merupakan kondisi idiopatik maupun
simtomatik

152 • Anamnesis:
• Serangan nyeri paroksismal berlangsung beberapa detik
sampai kurang dari 2 menit.
• Nyeri dirasakan sepanjang inervasi satu atau lebih cabang n
V. Onset nyeri mendadak, berat, tajam seperti ditikam,
panas atau kesetrum dan superfisial.
• Alodinia (rangsangan antara lain: menggosok gigi, makan ,
mengunyah, mencukur, atau mencuci wajah dan tiupan
angin, bicara)
• Diantara dua serangan tidak ada rasa nyeri, jika ada hanya
berupa nyeri ringan atau tumpul.
Sumber:
Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
TATA LAKSANA NEURALGIA
TRIGEMINAL
PEMBAHASAN

152

Sumber:
Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
Jawaban lainnya…
B. Paracetamol  NSAIDs, untuk nyeri nosiseptif.
PEMBAHASAN Sementara neuralgia trigeminal adalah nyeri
neuropatik

152 C. Morfin  tidak termasuk dalam pilihan tata laksana


neuralgia trigeminal

D. Sumatriptan  migraine

E. Ergotamin  migraine, tidak direkomendasikan pada


serangan migraine akut.
Jadi, terapi yang paling tepat diberikan
PEMBAHASAN pada kasus ini yaitu

152 A. CARBAMAZEPINE
Pasien laki-laki, 42 tahun, diantar keluarganya
dengan penurunan kesadaran, sopor, kaku kuduk
(+), suhu 39°C, TD 120/80, nadi 80x/mnt, rr 24x/mnt,
pada pemeriksaan LCS didapatkan jumlah sel 600,
SOAL PMN 20%, limfosit 65%, monosit 15%.
Diagnosis pada pasien tsb adalah?

153 A.
B.
Meningitis virus
Meningitis tuberkulosis
C. Encephalitis
D. Meningitis bakteri
E. Meningoencephalitis
A. MENINGITIS VIRUS

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Laki-laki, 42 tahun
153 • Penurunan kesadaran, sopor, kaku kuduk (+)
• Suhu 39°C, TD 120/80, nadi 80x/mnt, rr 24x/mnt
• Pemeriksaan LCS: jumlah sel 600, PMN 20%, limfosit
65%, monosit 15%  predominan limfosit
TEMUAN HASIL ANALISIS LCS PADA
MENINGITIS
PEMBAHASAN

153

Sumber: AAFP, 2003


Jawaban lainnya…
B. Meningitis tuberkulosis  dijelaskan gejala infeksi
PEMBAHASAN tb sebelumnya

153 C. Encephalitis  kejang, gejala fokal

D. Meningitis bakteri  jumlah sel biasanya >1000


dengan predominan PMN

E. Meningoencephalitis  tanda encephalitis tidak


dijelaskan
Jadi, diagnosis yang paling mungkin pada
PEMBAHASAN kasus ini yaitu

153 A. MENINGITIS VIRUS


Perempuan 45 tahun datang dengan keluhan pusing
berputar merasa dirinya berputar sejak 30 menit. Mual
dan muntah (+). Diperberat jika menengok ke kanan kiri
dan membuka mata. Tidak ada tinitus dan penurunan
pendengaran.
SOAL Tes penunjang pemeriksaan yang tepat ?

154 A.
B.
C.
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan timpanometri
Tes postural
D. Tes ASSR
E. Tes OAE
C. TES POSTURAL

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Perempuan, 45 tahun
154 • Pusing berputar merasa dirinya berputar sejak 30
menit  vertigo
• Mual dan muntah (+)
• Diperberat jika menengok ke kanan kiri dan
membuka mata dipengaruhi posisi
• Tidak ada tinitus dan penurunan pendengaran 
eksklusi Meniere’s disease
BPPV
• Vertigo yang dicetuskan oleh perubahan posisi
PEMBAHASAN
kepala

154 • Ada nistagmus rotatorik ke arah telinga yang


mengalami gangguan
• Pemeriksaan yang menunjang diagnosis salah
satunya adalah: Dix-Hallpike maneuver
• Diagnosis Banding:
• Neuritis vestibuler : gejala vertigo perifer, riwayat infeksi viral
(+), nistagmus horizontal ke arah telinga yang sehat, nyeri (+)
• Labirinitis : vertigo (+), onset akut, penurunan pendengaran
(+), tinnitus (-) Sumber: Buku Ajar THT FKUI, Medscape.
DIX HALLPIKE TEST

PEMBAHASAN

154
TATA LAKSANA

PEMBAHASAN • Vestibulosupresan
• CRP (canalith repositioning procedure) dengan
154 maneuver Epley kanalitiasis pada kanal anterior
dan posterior, dilakukan setelah Dix-Hallpike
• Perasat Liberatory (Semont)  kupulolitiasis
• Latihan Brandt-Daroff  untuk gejala sisa ringan,
dapat dilakukan mandiri

Sumber: Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016


EPLEY MANEUVER

PEMBAHASAN

154
BRANDT-DAROFF EXERCISE

PEMBAHASAN

154
Jawaban lainnya…
A. Pemeriksaan EEG  mengetahui gelombang
PEMBAHASAN
kelistrikan otak

• B. Pemeriksaan timpanometri  pemeriksaan


154 pendengaran
• D. Tes ASSR  Auditory Steady-State Response.
Pemeriksaan audiogram untuk pemeriksaan terkait
pendengaran, hearing loss.
E. Tes OAE  Otoacoustic Emissions test. Pemeriksaan
untuk skrining pendengaran pada bayi ataupun anak
Jadi tes untuk penunjang pemeriksaan
PEMBAHASAN pada pasien di atas yaitu….

154 C. TES POSTURAL


Pasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan
keluhan pandangan mata buram sejak 2 jam yang
lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu. PF tekanan darah 220/120 mmHg, nadi
SOAL 106x/m, RR 20x/m, Suhu 36,9C.
Diagnosis yang paling mungkin untuk pasien di
atas yaitu?
155 A. Krisis hipertensi
B. Hipertensi emergensi
C. Hipertensi urgensi
D. Stroke iskemik
E. Stroke hemoragik
B. HIPERTENSI EMERGENSI

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Laki-laki, 58 tahun
155 • datang dengan keluhan pandangan mata
buram sejak 2 jam yang lalu  tanda kerusakan
target organ (+)
• Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu.
• PF TD: 220/120 mmHg, nadi 106x/m, RR 20x/m,
Suhu 36,9C
HIPERTENSI
• Kenaikan tekanan darah dari nilai normal yang dikonfirmasi setelah
dua kali pengukuran.
PEMBAHASAN
• Klasifikasi yang digunakan: JNC 7 (guideline terapi terbaru: JNC 8)

155 Normal
Stage

Prehypertension
Systolic
<120 mmHg
120-139 mmHg
<80 mmHg
Dyastolic

80-89 mmHg
Stage-1 HT 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stage-2 HT >160 mmHg >100 mmHg

• Krisis Hipertensi: TD sistolik >180mmHg atau diastolik >120mmHg,


dengan/tanpa kerusakan target organ
• Hipertensi Urgensi : kenalikan TD > 180/120 mmHg tanpakerusakan
target organ
• Hipertensi Emergensi : Hipertensi urgensi + kerusakan target organ
KRISIS HIPERTENSI
• Kerusakan target organ dapat berupa:
PEMBAHASAN • Ensefalopati hipertensif
• Perdarahan intracerebral/intrakranial

155 • Papiledema, retinopati hipertensi


• Ruptur aneurisma
• Infark miokard akut
• Edema paru akut akibat disfungsi ventrikel kiri
• Gagal ginjal akut

• Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgensi sebaiknya dicapai dalam


waktu 24–48 jam
• Penurunan tekanan darah pada hipertensi emergensi perlu dilakukan secepatnya
untuk mencegah terjadinya kerusakan target organ yang permanen.

Sumber: Pubmed, 2010. Pubmed from Frontier Cardiovasc Med, 2016.


PATOFISIOLOGI KRISIS HIPERTENSI

PEMBAHASAN

155

Sumber:
Pubmed from Frontier Cardiovasc Med, 2016.
Jawaban lainnya…
A. Krisis hipertensi  mencakup hipertensi
PEMBAHASAN emergensi dan hipertensi urgensi
C.Hipertensi urgensi  bila tidak ada kerusakan
155 target organ
D.Stroke iskemik  defisit neurologis akut akibat
hipoperfusi otak karena sumbatan
E.Stroke hemoragik  defisit neurologis akut akibat
hipoperfusi otak karena pecahnya pembuluh
darah
Jadi, diagnosis yang paling mungkin pada
PEMBAHASAN kasus ini yaitu

155 B. HIPERTENSI EMERGENSI


Nn. Gina, berusia 20 tahun, dibawa keluarganya karena
sering tertawa sendiri, melompat-lompat, dan terkadang
menangis. Pasien merasa akan dibunuh oleh mantan
pacarnya yang sudah meninggal. Pasien juga sering
mendengar bisikan untuk menyuruhnya bunuh diri. Pada
SOAL saat pemeriksaan, pasien kooperatif, mood labil, kesan
afek terbatas. Keluhan ini muncul sudah selama 12 hari.

156 Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.


Riwayat keluarga dengan keluhan seperti ini tidak
diketahui. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah ?

A. Skizofrenia Paranoid
B. Gangguan Waham
C. Gangguan Psikotik Akut
D.Gangguan Bipolar Episode Mania dengan Gangguan
Psikotik
E. Gangguan Skizoafektif
C. Gangguan Psikotik Akut

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Wanita, 20 tahun
156 • Tertawa sendiri, melompat-lompat, dan
terkadang menangis
• Merasa akan dibunuh oleh mantan pacarnya
yang sudah meninggal
• Pasien kooperatif, mood labil, kesan afek terbatas
• Keluhan ini muncul sudah selama 12 hari
Kriteria Gangguan Psikotik Akut
• Onset yang akut (2 minggu atau kurang)  gejala
PEMBAHASAN
Psikotik nyata dan mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari
156 • Adanya sindrom yang khas “polimorfik” dan
“Schizophrenia-like”
• Adanya stress akut
• Tidak diketahui akan berlangsung berapa lama
• Tidak ada gangguan organik

Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Jawaban lainnya…
A. Schizophrenia Paranoid (Gejala positif (4 Thought, 4
PEMBAHASAN Delusion, halusinasi), disertai gejala negative, Onset 1
bulan atau lebih, halusinasi dan waham harus menonjol

156 B. Gangguan waham (waham yang menetap, sampai 3


bulan, tidak ada halusinasi)
D. Gangguan Bipolar Episode Mania dengan Gejala
Psikotik (Terdapat gejala mania dengan riwayat gejala
depresi, disertai gejala psikotik)
E. Gangguan Skizoafektif (gejala schizophrenia dan gejala
afektif muncul bersamaan dan sama menonjolnya)
Jadi, Diagnosis yang tepat pada pasien ini
PEMBAHASAN adalah…

156 C. Gangguan Psikotik Akut


Ny. Ambar, 40 Tahun datng dengan keluhan selalu menaruh
curiga bahwa suaminya selingkuh dengan wanita lain. Hal ini
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu setelah suaminya diangkat
menjadi kepala cabang di kantornya. Pasien selalu berusaha
menelpon suaminya dan menanyakan segala aktivitas yang
dilakukan. Sampai 6 bulan terakhir pasien melarang suaminya
SOAL
membawa handphone sama sekali. Suaminya selalu
mengatakan bahwa ia tidak selingkuh, hanya memang
157 pekerjaannya yang cukup banyak. Pada pemeriksaan psikiatri
tidak ditemukan gejala psikiatri yang lain, hanya kecurigaan
pada suaminya. Apakah diagnosis yang tepat ?

A. Gangguan Penyesuaian
B. Gangguan Cemas Menyeluruh
C. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi
D. Gangguan Waham Menetap
E. Gangguan Obsesif-Kompulsif
D. Gangguan Waham Menetap

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Perasaan curiga
157 • Sejak 1 tahun yang lalu
• 6 bulan pasien melarang suaminya membawa HP
• Tidak ada kelainan psikiatri lain
Kriteria Gangguan Waham
Menetap
• Waham yang menonjol
PEMBAHASAN
• Sudah berjalan 3 bulan atau lebih

157 •

Waham bersifat pribadi
Dapat muncul gejala depresi (full-blown), dengan
syarat jika gejala afektif hilang, waham masih
menetap
• Tidak ada kelainan organik
• Tidak ada halusinasi

Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Jawaban lainnya…
A. Gangguan Penyesuaian (onset biasanya 1 bulan setelah
PEMBAHASAN kejadian yang “stressful”, dimana gejala yang dominan
adalah cemas, karena suatu perubahan kehidupan
yang penting)
157 B. Gangguan Cemas Menyeluruh (cemas terus menerus,
tidak diketahui penyebab cemasnya)
C. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (gejala
cemas dan depresi ditemukan secara bersamaan)
E. Gangguan Obsesif Kompulsif (kejadian ini setaip hari
dan paling tidak 2 minggu berturut-turut, pikiran yang
disadari,tidak berhasil dilawan, dapat menenangkan
pikiran, repetisi)
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

157 D. Gangguan Waham Menetap


Tn. Anto, berusia 45 tahun dibawa oleh keluarga nya ke IGD RS
karena pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari
yang lalu. Penurunan kesadaran ini kadang kala membaik
kadang semakin parah. Pasien mengaku bahwa ada anak
kecil perempuan yang sedang menakuti dirinya. Pasien
menjadi berbicara dengan kacau serta gelisah. Tidak
SOAL
didapatkan riwayat demam, sakit kepala, lemah sepuh tubuh,
trauma kepala, sering lupa, maupun kejang. Pasien hanya
158 memiliki riwayat DM tidak terkontrol dengan obat. Pada
pemeriksaan status mental didapatkan pasien mengalami
kesulitan untuk memusatkan, mempertahanka, dan
mengalihkan perhatian. Apakah diagnosis yang tepat untuk
kasus ini ?

A. Demensia
B. Delirium
C. Gangguan Amnestik
D. Gangguan Konversi
E. Psikotik Akut lir-skizofrenia
B. Delirium
KEYWORDS :
PEMBAHASAN
• Penurunan kesadaran 2 hari

158 • Penurunan kesadaran fluktuatif (kadang baik-


kadang buruk)
• Ada banyangan anak kecil perempuan yang
menakuti dirinya  Halusinasi
• Berbicara kacau dan gelisah
• Riwayat DM tidak terkontrol
• Px Status Mental : kesulitan memusatkan,
mempertahankan, dan mengalihkan perhatian
Kriteria Delirium
• Gangguan kesadaran dan perhatian
PEMBAHASAN • Kesadaran berkabut  koma
• ↓ kemampuan mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan
mengalihkan perhatian

158 • Gangguan kognitif


• Ilusi-halusinasi
• Ganggaun daya ingat
• Disorientasi waktu, tempat, dan orang
• Gangguan psikomotor
• Hipo atau hiperaktivitas, arus pembicaraan bertambah atau berkurang
• Gangguan skilus tidur-bangun
• Insomnia, memburuk jika malam hariu, mimpi buruk
• Ganggaun emosional
• Onset cepat, perjalanan penyakit timbul setiap hari, berlangsung < 6
bulan.
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Penyebab Delirium

PEMBAHASAN

158
Sumber :
Mnemonic & More For Psychiatry (David J. Robinson, M.D.,
F.R.C.P.C

Steis, RM, Shaughnessy M, Gordon SM. Delirium: A Very


Common Problem You May Not Recognize. Journal of
Psychosocial Nursing and Mental Health Services.
2012;50(7):17-20
Jawaban lainnya…
A. Demensia (Perjalanan penyakit lebih panjang, ditandai
dengan gangguan kemampuan daya ingat dan daya
PEMBAHASAN pikir, tidak ada gangguan kesadaran)
C. Gangguan Amnestik (gangguan daya ingat, tetapi tidak
158 didapatkan gangguan kognitif lain, dan apda
umumnya dikarenakan penyakit organic  trauma
kepala, gangguan metabolik)
D. Gangguan Konversi (gangguan psikiatri dalam bentuk
suatu gangguan neurologi, dan biasanya muncul
setelah ada stressor berat  tiba-tiba pasien buta tanpa
kelainan organik)
E. Psikotik Akut Lir-Skizofrenia (onset < 2 minggu, stresoor
berat, terdapat gejala skizofrenia)
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

158 B. Delirium
Tn Galih, usia 35 tahun dikonsulkan dari bagian penyakit
dalam ke poliklinik psikiatri RS karena keluhan perut sering
kembung, buang air besar kadang tidak lancer, dan merasa
ada yang bergerak di dalam ususnya. Pasien yakin bahwa
ada tumor ganas di dalam ususnya. Keadaan ini sudah
dialaminya 10 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan bagian
SOAL penyakit dalam tidak ditemukan kelainan. Apakah diagnosis
yang tepat pada pasien ini ?
159 A. Psikosomatik
B. Somatisasi
C. Hipokondriasis
D. Gangguan Konversi
E. Gangguan Waham Menetap
C. Hipokondriasis

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Keluhan gangguan pencernaan
159 • Yakin jika ada tumor ganas (1 penyakit yang
parah)
• Sudah 10 bulan
• Pada hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
tidak ditemukan ada kelainan
Kriteria Hipokondriasis

PEMBAHASAN
• Memiliki keyakinan yang tetap pada satu
penyakit fisik yang serius. Serta preokupasi yang
menetap kemungkinan perubahan pada bentuk
159 fisiknya (tidak sampai waham)
• Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan
dokter

Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Beda Hipokondriasis dan
Somatisasi
Hipokondriasis Somatisasi
PEMBAHASAN
Keyakinan 1 penyakit yang Keluhan penyakit yang
serius bermacam-macam
159 Sudah berjalan 6 bulan (DSM IV- Sampai 1 tahun
TR)
Tidak mau menerima nasehat dokter (Shopping doctor)
Preokupasi terhadap Terjadi disabilitas dalam
penyakitnya, sehingga muncul fungsinya di masyarakat dan
disabilitas keluarga karena keluhan
fisiknya
Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
DSM IV - TR
Jawaban lainnya…
A. Psikosomatik (terdapat penyakit pada Aksis III,
PEMBAHASAN eksaserbasi jika terdapat stressor atau gangguan
psikologis)

159 B. Somatisasi (Keluhan fisik yang lebih dari satu, tidak


menerima penjelasan dokter, disabilitas sosial)
D. Gangguan Konversi (gangguan psikiatri dalam bentuk
suatu gangguan neurologi, dan biasanya muncul
setelah ada stressor berat  tiba-tiba pasien kejang
tanpa kelainan organik)
E. Gangguan waham menetap (waham dominan, waham
bersifat pribadi, pada umumnya dapat menceritakan
waham tersebut, sudah 3 bulan atau lebih)
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

159 C. Hipokondriasis
Seorang wanita datang ke Rumah Sakit bersama dengan
keluarganya. Pasien sering mengeluh nyeri kepala. Nyeri
kepala hilang timbul. Pasien merasa otanya seperti keluar
setelah hakim memutuskan perkaranya ketika siding terakhir.
Dokter kesulitan dalam memahmi perkataan pasien. Ketika
ditanya apakah ada permasalahan psikologis, pasien hanya
SOAL menjawab bahwa dia sedang sakit kepala. Berapakah tilikan
pasien ini ?
160 A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
C. 3

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Pasien mengeluh nyeri kepala
160 • Merasa otaknya keluar setelah hakim
memutuskan perkaranya  menyalahkan faktor
eksternal
• Ketika ditanya ada permasalahan psikologis,
pasien hanya menjawab sakit kepala
Insight / Tilikan
Sumber : Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010

• Pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi


PEMBAHASAN dirinya dalam konteks realitas sekitarnya (pemahaman
pasien terhadap penyakitnya)

160 •

Tingkatan Tilikan
I : Penyangkalan total terhadap penyakitnya (true denial)
II : Ambivalensi , agak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan, tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
• III : menyadari dirinya sakit, namun menyalahkan orang lain, faktor
eksternal, faktor organic sebagi penyebab sakit
• IV : menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, tetapi tidak tahu sebab
penyakit
• V : menyadari penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan sakit,
tetapi tidak menerapkan saran dalam perilaku praktisnya.
• VI : tilikan sehat. Sadar penuh tentang situasi diri untuk mencapai
perbaikan. True Emotional Insight
Jawaban lainnya…
A. 1 (Penyangkalan total terhadap penyakitnya (true
PEMBAHASAN denial)
B. 2 (Ambivalensi , agak menyadari dirinya sakit dan

160 membutuhkan bantuan, tetapi dalam waktu yang


bersamaan menyangkal penyakitnya)
D. 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, tetapi
tidak tahu sebab penyakit)
E. 5 (menyadari penyakitnya dan faktor yang
berhubungan dengan sakit, tetapi tidak menerapkan
saran dalam perilaku praktisnya)
PEMBAHASAN Jadi, tilikan pada pasien ini adalah …

160 C. 3
Seorang wanita 35 tahun datang ke poliklinik jiwa RS dengan
keluhan susah memulai tidur sejak 1 bulan terakhir ini. Pasien
juga mengeluh sering terbangun dan susah untuk memulai
tidur kembali pada malam hari, pasien juga sering terbangun
terlalu pagi. Saat ini pasien mengeluh jika badannya sering
lelah dan tidak bersemangat jika pagi hari. Pemeriksaan fisik
SOAL
dan pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Apa
diagnosis pada pasien ini ?
161 A. Parasomnia
B. Hypersomnia
C. Insomnia
D. Somnabulisme
E. Gangguan jadwal tidur-jaga non organik
C. Insomnia

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Susah memulai tidur
161 • 1 bulan
• Sering terbangun dan susah untuk memulai tidur
kembali pada malam hari
• Sering terbangun terlalu pagi
• Badannya sering lelah dan tidak bersemangat jika
pagi hari
Gangguan Tidur (F51)
Dyssomnia Parasomnia
Insomnia Hypersomnia Gangguan Jadwal Peristiwa episodik
PEMBAHASAN Tidur-jaga abnormal yang
terjadi pada saat
Kriteria Waktu Minimal 3 kali / 1 Setiap hari dalam Setiap hari dalam
tidur
minggu selama 1 waktu 1 bulan waktu 1 bulan

161 Penemuan Klinis


bulan
• Sulit masuk tidur/
mempertahank
an/ kualitas tidur


Sleep attacks
Tidak ada gejala
tambahan
• Pola tidur-jaga
dari individu
tidak seirama
yg buruk narcolepsy atau dengan pola
• Preokupasi tidak bukti klinis sleep tidur-jaga yang
bisa tidur apnoe normal
• Ketidak puasan • Tidak ada gejala • Insomnia pada
baik kualitas/ neurologis waktu orang
kuantitas tidur tidur,
hypersomnia
waku orang
jaga
• Ketidak puasan
baik kualitas/
kuantitas tidur
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Jawaban lainnya…
A. Parasomnia (Peristiwa episodik abnormal yang terjadi
PEMBAHASAN pada saat tidur)
B. Hypersomnia (Rasa Kantuk yang berlebihan, sleep

161 attacks, setiap hari selama 1 bulan)


D. Somnabulisme (sleepwalking)
E. Gangguan Jadwal Tidur-Jaga Non Organik (pola tidur
individu beda dengan individu pada umumnya, setiap
hari dalam 1 bulan)
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah …

161 C. Insomnia
Tn Parno, berusia 40 tahun datang ke poliklinik suatu RS
dengan keluhan mudah lupa. Setiap selesai mengerjakan
sesuatu ia selalu lupa apakah ia sudah melakukannya atau
belum, sehingga ia mengulang dan mengulang lagi apa
yang dilakukannya tadi untuk meyakinkan perbuatan
berulang yang dilakukannya seperti mengunci pintu rumah
SOAL
saat hendak pergi menuju kantor. Ia mengeluh lelah
mengulang-ulang perbuatannya tersebut tetapi jika tidak
162 diulang-ulang maka ia akan merasa tidak tenang dan cemas.
Diagnosis dari kasus di atas adalah ?

A. Demensia
B. Gangguan Amnestik
C. Gangguan Cemas Menyeluruh
D. Delirium
E. Gangguan Obsesif-Kompulsif
E. Gangguan Obsesif Kompulsif

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Mengulang dan mengulang lagi apa yang
162 dilakukannya
• Meyakinkan perbuatan berulang yang
dilakukannya
• Tetapi jika tidak diulang-ulang maka ia akan
merasa tidak tenang dan cemas
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Harus ada gejala obsesif / kompulsif / keduanya
PEMBAHASAN
• Setiap hari selama 2 minggu

162 • Menyebabkan distress yang bemakna


• Gejala Obsesif
• Disadari dari pikiran atau impuls diri sendiri
• Ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak dapat dilawan
• Memeberikan perasaan lega atau ketenangan
• Pengulangan yang tidak menyenangkan
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Pola :
PEMBAHASAN • Kontaminasi (berhubungan dengan kotoran)
• Keraguan yang berlebihan (patologis)
162 •

Pikiran Intrusif
Simetris atau detail
• Tatalaksana pada pasien dengan gangguan ini :
dengan psikoterapi serta pemberian
farmakoterapi (SSRI  Fluoxetin)
Buku Ajar: Psikiatri (Edisi 2): Silvia D. Elvira; Balai Penerbit FK UI, 2013
Jawaban lainnya…
A. Demensia (Perjalanan penyakit lebih panjang, ditandai
dengan gangguan kemampuan daya ingat dan daya
PEMBAHASAN pikir, tidak ada gangguan kesadaran)
B. Gangguan Amnestik (gangguan daya ingat, tetapi tidak
162 didapatkan gangguan kognitif lain, dan apda
umumnya dikarenakan penyakit organic  trauma
kepala, gangguan metabolik)
D. Gangguan Cemas Menyeluruh (cemas terus menerus,
tidak diketahui penyebab cemasnya, tidak melakukan
kegiatan yang repetitif)
E. Delirium (penurunan kesadaran, kesadaran bersifat
fluktuatif, gangguan persepsi, ganggaun memusatkan,
mempertahankan perhatian )
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah …

162 E. Gangguan Obsesif Kompulsif


Nn. Tika , 25 tahun di bawa keluarganya ke dokter karena
tidak tidur sudah selama 2 minggu terakhir. Pasien merasa
tidak perlu tidur karena akan membuat suatu projek besar
yang akan memeberikan manfaat yang besar bagi dunia.
Pasien akan selalu mengamuk dan memukuli keluarganya
karena merasa dibatasi dan diganggu aktivitasnya selama ini.
SOAL
Keluarga mengatakan 6 bulan yang lalu pasien sering
melamun dan sering mengurung diri di kamar serta sering
163 menangis, apakah diagnosis dari pasien ini ?

A. Hipotimia
B. Gangguan Bipolar tipe 1
C. Gangguan Bipolar tipe 2
D. Skizofrenia Hebefrenik
E. Skizofrenia Paranoid
B. Gangguan Bipolar Tipe 1
KEYWORDS :
PEMBAHASAN
• Pasien merasa tidak perlu tidur karena akan
membuat suatu projek besar yang akan
163 memeberikan manfaat yang besar bagi dunia 
peningkatan energi dan aktivitas dan didapatkan
gejala psikotik
• 2 minggu
• Mengamuk dan memukuli keluarganya
• 6 bulan yang lalu pasien sering melamun dan sering
mengurung diri di kamar serta sering menangis 
episode depresi
Kriteria Gangguan Afektif Bipolar
• Terdapat episode berulang (sekurang-kurangnya
PEMBAHASAN 2 episode)
• Pada waktu tertentu terjadi penngkatan afek dan
163 penambahan energi dan aktivitas
(mania/hipomania) dan pada waktu lain
penurunan afek dan pengurangan energi dan
aktivitas(depresi)
• Episode mania (2 minggu – 4-5 bulan)
• Episoder depresi (rata-rata 6 bulan)
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan Afektif
PEMBAHASAN Bipolar

163 Episode kini


Hipomanik
Episode kini Manik Episode Kini Depresif
Episode Kini
Campuran

Tanpa Gejala Episode Kini Depresif Episode Kini Depresif


Gejala Psikotik
Psikotik Ringan atau Sedang Berat

Tanpa Gejala
Gejala Psikotik
Psikotik

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Tipe Gangguan Afektif Bipolar
(DSM IV-TR dan Kaplan)
PEMBAHASAN
Bipolar 1 Bipolar 2

163 Memenuhi kriteria bipolar

Mania (ADL Hipomania (ADL Tidak


terganggu) terganggu)

Depresi Mayor (ADL Terganggu

Sumber: Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010)
DSM IV-TR
Jawaban lainnya…
A. Hipotimia (perasaan tidak enak, perasaan sedih tetapi
PEMBAHASAN tidak sampai depresi)
C. Gangguan Bipolar tipe 2 (gangguan ini memiliki fase

163 hipomania dan depresi mayor dalam 1 siklusnya)


D. Skizofrenia hebefrenik (memenuhi kriteria skizofrenia,
dengan gejala yang deteriorasi proses pikir, inkoherensi,
serta perilaku tidak bertujuan)
E. Skizofrenia paranoid (memenuhi kriteria skizofrenia,
dengan gejala tambahan berupa halusinasi auditorik
yang menonjol)
PEMBAHASAN Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah …

163 B. Gangguan Bipolar tipe 1


Sdr. Slamet, 26 tahun, diatantar oleh keluarganya ke IGD RS
oleh keluarganya karena lemas seluruh tubuh disertai nyeri
terutama pada daerah persendian. Pasien tampak gelisah,
berkeringat dan menggigil. Didapatkan riwayat menggunakan
obat-obatan melalui suntikan sejak 8 bulan terakhir ini. Pasien
terakhir menggunakan obat-obatan tersebut 2 hari yang lalu.
SOAL Pada pemeriksaan fisik pupil menjadi midriasis, tangan tremor,
apakah yang terjadi pada pasien ini ?
164 A. Gejala Panik
B. Gajala Waham
C. Keadaan Putus Zat
D. Intoksikasi akut
E. Sindrom Ketergantungan
C. Keadaan Putus Zat

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Lemas seluruh tubuh disertai nyeri terutama pada
164 daerah persendian
• Tampak gelisah, berkeringat dan menggigil
• Riwayat menggunakan obat-obatan melalui
suntikan sejak 8 bulan
• Pupil menjadi midriasis, tangan tremor
Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat
Intoksikasi Akut Sindrom Ketergantungan Keadaan Putus Zat

• Dose dependent • Pola pemakaian zat maladaptif • Sindrom spesifik zat akibat
PEMBAHASAN • Atau pada individu kelainan menyebabkan penghentian (atau penurunan)
organi (insufisiensi hepar atau gangguan/penderitaan yang pemakaian zat yang telah
ginjal)  dosis kecil akan bermakna secara klinis dengan ciri digunakan dalam waktu yang

164 •


intoksikasi
Kondisi peralihan yang timbul
setelah mengkonsumsi
Intensitas intoksikasi berkurang
dengan berlalunya waktu dan


(> 3);
Kompulsif untuk mengunakan zat
Kesulitan mengedalikan perilaku
menggunakan zat
Toleransi

lama dan berat.
Gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan kembali
penggunaan zat.

efeknya hilang jika tidak • Didapatkan gejala putus zat bila


mengkonsumsi penggunaan dihentikan
• Secara progresif mengabaikan
kesenangan/minat lain
• Tetap menggunakan zat, meski
menyadari ada akibat merugikan

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), DSM IV-TR
Keadaan Putus Zat Opioid
• Berdasarkan clue soal didapatkan riwayat penggunaan obat-obatan suntik sejak 8 bulan,
terakhir menggunakan obat tersebut 2 hari yang lalu, dan didapatkan hasil pemeriksaan fisik
pupil midriasis, tangan tremor mengarahkan diagnosis pada keadaan putus zat opiat/opioid.
PEMBAHASAN • •Penggunaan Opiat/opioid injeksi terutama untuk Morfin dan Heroin. Sindrom putus zat morfin
dan heroin dimulai dalam 6 – 8 jam setelah dosis terakhir, umumnya setelah periode
pemakaian kontinu atau pemberian antagonisnya.

164 • Adapun gejala putus zat opiat/opioid meliputi;





Tanda vital meningkat, midriasis pupil
Mood disforik
Mual dan muntah
• Nyeri otot
• Lakrimasi/rinorea
• Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
• Diare
• Menguap
• Demam
• Insominia

Sumber:
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Jawaban lainnya…
A. Gejala Panik (terdapatnya fase cemas yang berat 
PEMBAHASAN dengan overaktivitas autonomik)
B. Gejala Waham (keyakinan atau fikiran yang salah,

164 karena bertentangan dengan kenyataan (Realita))


D. Intoksikasi Akut (kondisi yang muncul merupakan
peralihan setelah mengkonsumsi suatu zat)
E. Sindrom Ketergantungan(perilaku maladaptif yang
menyebabkan seseorang akan mengkonsumsi zar=t
terus menerus)
PEMBAHASAN Jadi, yang terjadi pada pasien ini adalah …

164 C. Keadaan Putus Zat


Tn. James, 40 tahun,datang di bawa ke dokter oleh
keluarganya karena sering menyeluh nyeri pada dahi kiri sejak 4
bulan terakhir ini. Nyeri ini dirasakan pasien jika terdapat suatu
gelombang yang masuk melalui dahi kirinya. Pasien meyakini
jika ia adalah seorang yang ditunjuk tuhan untuk melindungi
dunia ini dari kehancuran. Pasien juga mengatakan sering
SOAL
melihat dengan manusia bersayap yang terbang dari langit
untuk memberikan pesan dari tuhan. Pasien tampak tenang,
165 dan tidak mengamuk. Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
tidak ditemukan kelainan. Apakah terapi medikamentosa yang
paling tepat untuk diberikan kepada pasien ?

A. Haloperidol 1 x 5 mg IM
B. Risperidone 2 x 2 mg PO
C. Haloperidol 3 x 10 mg PO
D. Risperidone 2 x 8 mg PO
E. Olanzapine 3 x 15 mg PO
B. Risperidone 2 x 2 mg PO
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • 4 bulan
• Terdapat suatu gelombang yang masuk melalui dahi
165 kirinya  Thought of Withdrawal
• Meyakini jika ia adalah seorang yang ditunjuk tuhan
untuk melindungi dunia ini dari kehancuran  Waham
kebesaran (bagian dari waham paranoid)
• Manusia bersayap yang terbang dari langit untuk
memberikan pesan dari tuhan  Halusinasi Visual
• Pasien tampak tenang, dan tidak mengamuk
Prinsip Pemilihan Antipsikotik

PEMBAHASAN • Pada dasarnya semua obat antipsikotik mepunyai


efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis
165 ekuivalen. Perbedaan terutama pada efek
sekunder (efek samping: sedasi, otonomik,
ekstrapiramidal)
• Pemilihan jenis obat antipsikotik mempertimbangkan
gejala psikosis yang dominan dan efek samping
obat.

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp.KJ.
Prinsip Pemilihan Antipsikotik
Dominan Gejala Positif Dominan Gejala Negatif Tidak memberi Respon Terbukti efektif
Klinis
PEMBAHASAN • Gaduh gelisah, • Apatis, menarik diri, • Bila obat anti psikotik • Bila riwayat
hiperaktif, sulit tidur, afek tumpul, pasif, tertentu tidak penggunaan obat
kacau, pikiran hipoaktof, hipobilia, memberikan respon antipsikotik efektof

165 •
perasaan, perilaku,
waham, halusinasi
Gunakan yang
memiki efek sedasi
kuat


kemiskinan isi piker
Gunakan yang
memiliki efek sedasi
kuat lemah
Usahakan pilih dari
klinis dalam dosis
yang optimal dan
dalam jangka waktu
yang memeadai 
GANTI dengan obat
dan dapat ditolerir
dengan baik efek
sampingnya 
DIPILIH KEMBALI
untuk pemakaian
• Chlopromazine, golongan atipikal, anti psikotik yang lain saat ini
thioridazine seperti risperidone (sebaiknya dari
• Atau jika terpaksa golongan yang
menggunakan yang TIDAK SAMA)
tipikal seperti
Haloperidol,
Trifluperazine,
Fluphenazine

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp.KJ.
Rute Pemberian Antipsikotik
• Oral
• Seluruh antipsikotik memiliki preparat sediaan oral
• Sebagian besar antipsikotik tidak diabsorbsi lengkap setelah pemberian oral, walaupun
PEMBAHASAN preparat cair (liquor) diabsorbsi lebih efisien dibanding sediaan oral yang lain.
• Diindikasi untuk terapi harian pada pasien yang kooperatif dan taat minum obat dengan

165 sediaan oral.

• Parenteral
• Beberapa antipsikotik juga tersedia dalam sediaan parenteral yang dapat diberikan
secara intramuskular dalam situasi gawat darurat, dengan pencapaian konsentrasi
terapeutik plasma yang lebih cepat dibanding sediaan oral.
• Indikasinya terutama pada keadaan pasien inkooperatif, gaduh gelisah, berpotensi atau
sudah membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
• Terdapat pula antipsikotik dalam bentuk depot parenteral kerja lama yang dapat
diberikan sekali tiap 1 – 4 minggu. Diindikasikan pasien yang tidak teratur atau taat
minum obat dalam sediaan oral harian.

Sumber:
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Dosis Pemberian Antipsikotik
Golongan Nama Generik Dosis Anjuran
Chlorpromazine 150-600 mg/h
Perphenazine 12-24 mg/h
Fluphenazine 10-15 mg/h
PEMBAHASAN
Phenothiazine Fluphenazine decanoate 25 mg / 2-4 minggu
Levomepromazine 25-50 mg/h

165 Butyrophenone
Trifluoperazine
Thipridazine
Haloperidol
Haloperidol Decanoate
10-15 mg/h
150-600 mg/h
5-15 mg/h
50 mg/2-4 minggu
Diphenyl-butyl-
Pimozide 2-4 mg/h
Piperidine
Benzamide Sulpiride 300-600 mg/h
Clozapine 25-100 mg/h
Dibenzodiazepine Olanzapine 10-20 mg/h
Quetiapine 50-400 mg/h
Benzisoxazole Risperidone 2-6 mg/h
Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ
Jawaban lainnya…
A. Haloperidol 1 x 5 mg IM (tidak ada indikasi diberikan
PEMBAHASAN secara parenteral)
C. Haloperidol 3 x 10 mg PO (melebihi dosis anjuran)

165 D. Risperidone 2 x 8 mg PO (melebihi dosis anjuran)


E. Olanzapine 3 x 15 mg PO (melebihi dosis anjuran)
Jadi, terapi yang paling tepat pada pasien
PEMBAHASAN ini adalah …

165 B. Risperidone 2 x 2 mg PO
Seorang dokter diminta oleh sebuah perusahaan jamu
untuk mempromosikan produknya. Dokter tersebut
berhati-hati dalam hal ini karena tidak berani
mempromosikan sesuatu yang belum diuji kebenarannya.
Prinsip bioetik apakah yang diterapkan oleh dokter
SOAL tersebut?
A. Justice

166 B. Altruism
C. Autonomy
D. Beneficence
E. Nonmaleficence
E. Non Maleficence

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Dokter diminta mempromosikan produk.
166 B. Dokter tersebut berhati-hati dalam hal ini karena
tidak berani mempromosikan sesuatu yang
belum diuji kebenarannya
KAIDAH DASAR MORAL
1.Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
PEMBAHASAN sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya.
2.Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan
166 sengaja melakukan tindakan yang malah
merugikan/invasif tanpa ada hasilnya → dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis.
3.Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat,
untuk mencegah atau menghilangkan sakit.
4.Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang
sama.
Jawaban Lainya.......
A. Justice : perlakuan yang sama untuk kasus yang
PEMBAHASAN
sama.
B. Altruism : Doktrin etik yang memegang prinsip
bahwa individu memegang tugas moral untuk
166 menolong, melayani, dan mengutamakan orang
lain dan bila perlu mengorbankan kepentingan diri
sendiri.
C. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya.
D. Beneficence: mengambil langkah yang
bermanfaat, untuk mencegah atau menghilangkan
sakit.
PEMBAHASAN Jadi prinsip bioetik pada kasus ini adalah

166 E. Non Maleficence


Saat Anda praktek di puskesmas, seorang mayat usia 30-
40 tahun dikirim dengan dugaan penganiayaan.
Didapatkan banyak luka pada tubuh korban dan
sebagian masih mengeluarkan darah. Polisi minta
dilakukan pemeriksaan luar dan dalam pada mayat
SOAL tersebut. Apa yang tidak ada pada kesimpulan visum et
repertum?

167 A. Benda penyebab luka


B. Cara kematian korban
C. Kualifikasi derajat luka
D. Sebab kematian korban
E. Jumlah luka pada tubuh korban
C. Kualifikasi derajat luka

PEMBAHASAN
• KEYWORD
• Mayat
167 • Banyak luka
• Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat
tersebut
KESIMPULAN VISUM

PEMBAHASAN
Kesimpulan visum mati memuat :
a. Identitas
167 b. Jenis kekerasan
c. Jenis luka
d. Lokasi Luka
e. Sebab kematian
f. Mekanisme kematian
g. Waktu kematian
Jawaban lainnya…
A. Benda penyebab luka : ada dalam visum mati
PEMBAHASAN B. Cara kematian korban : ada dalam visum mati
D. Sebab kematian korban : ada dalam visum mati
167 E.Jumlah luka pada tubuh korban : ada dalam
visum mati
Jadi yang tidak terdapat pada kesimpulan
PEMBAHASAN visum et repertum pada visum mati adalah

167 C. Kualifikasi sebab kematian


luka
Bayi dibuang di Gorong-gorong. Hasil pemeriksaan luar
didapatkan PB 48 cm, BB 3100 gram, LK 35 cm, kuku
melawati jari, putting susu terlihat jelas, testis sudah turun
ke dalam scrotum, memar tepat di pertengahan kepala.
Hasil pemeriksaan dalam didapatkan paru mottle pink,
SOAL menutupi sebagian jantung, perabaan seperti spons,
pada kepala didapatkan perdarahan difus di sepanjang

168 falk serebri, didapatkan penulangan di distal femur


diameter 0,5 cm. Apakah teknik otopsi yang harus
dilakukan pada kasus ini?

a. Docimacia pulmonum hidrosaticum


b. Breslau second life
c. Open window
d. Wreden wendt
e. Cranium slicing
C. Open Window

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Pada kepala didapatkan perdarahan difus di
168 sepanjang falk serebri
Untuk mengetahui penyebab kematian trauma
kepala atau pemukulan kepala
Menggunakan teknik open window
PEMBAHASAN

168
Pada pemukulan kepala yang sering
ditemukan adalah fraktur tengkorak dan
hematom jaringan otak. Gambar disamping
menunjukkan adanya subdural hematom
pada pemukulan kepala
Jawaban Lainya.......
A. Docimacia pulmonum hidrosaticum nama lain uji
apung paru. Uji ini berfungsi untuk mengetahui
tanda pernafasan secara makroskopik. Bayi lahir
PEMBAHASAN hidup akan menunjukkan hasil paru yang
mengapung
B. Breslau second life nama lain uji lambung usus. Uji ini
168 untuk berapa lama bayi telah hidup. Lambung 
beberapa saat, usus halus  1-2 jam, usus besar 
5-6 jam, rektum  >12 jam
D. Wreden wendt nama lain uji telinga tengah. Tes ini
menguji adanya udara ke dalam rongga telinga
tengah karena terbukanya tuba eustachii akibat
gerakan menelan saat bayi bernafas. Pada tes
positif jika ada gelembung.
E. Cranium slicing digunakan untuk mengetahui lesi
kepala dengan CT-scan 16 slice atau 64 slice. Di
Indonesia, jarang digunakan untuk otopsi
Jadi teknik otopsi kepala pada kasus ini
PEMBAHASAN adalah

168 C. Open Window


Bayi laki laki dan ari-arinya ditemukan di tempat sampah
kamar mandi SPBU. Bayi tsb dibawa ke instalasi
kedokteran forensic dan medikolegal RSDK untuk
pemeriksaan. Pada pemeriksaan luar: PB 49 cm, BB 3000
gram, LK 34 cm, kuku melewati ujung jari, putting susu
SOAL terlihat jelas, testis turunke skrotum, memar di
pertengahan kepala. Pada pemeriksaan dalam

169 didapatkan paru mottled pink, menutupi sebagian


jantung, perabaanspt spons, pada kepala perdarahan
difus di sepanjang falx cerebri, didapatkan inti
penulangan distal femur diameter 0,5 cm. dari tanda di
atas, kesimpulan:
a. Bayi aterm, lahir hidup
b. Bayi viable, lahir hidup
c. Bayi aterm, lahir mati
d. Bayi viable, lahir mati
e. Bayi non viable, lahir hidup
A. Bayi aterm, lahir hidup

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Pada pemeriksaan luar: PB 49 cm, BB 3000 gram
169 B. kuku melewati ujung jari, putting susu terlihat
jelas, testis turunke skrotum, didapatkan inti
penulangan distal femur diameter 0,5 cm
C. Pada pemeriksaan dalam didapatkan paru
mottled pink, menutupi sebagian jantung,
perabaanspt spons
Syarat bayi aterm dan lahir hidup

PEMBAHASAN

169 a.
Lahir hidup
Dada mengembang a.
Lahir mati
Dada tidak mengembang
b. Tulang iga mendatar b. Tulang iga melengkung
c. Sela iga melebar c. Sela iga sempit
d. Puncak diafragma sela iga 5/6 d. Puncak diafragma sela iga 3/4
e. Paru : e. Paru :
- Memenuhi rongga dada & menutupi - Kolaps
sebagian kandung jantung - Tepi tajam
- Tepi tumpul - Perabaan kenyal
- Gambaran mozaik warna mottled pink - Test apung paru (-)
- Perabaan lembut ~ BUSA - Mikroskopis : ditemukan
- Test apung paru (+) mekonium dan sel squamous di
- Mikroskopis : edema, alveoli alveolus
mengembang, diselaputi mb. Hialin
WWW.FUTURE
Jawaban Lainya.......
B. Bayi viable, lahir hidup: Syarat bayi viable yaitu
usia kehamilan >28 minggu tanpa kecacatan
PEMBAHASAN berat. Bayi viable meliputi preterm,aterm,dan
postterm. Bukan jawaban
169 C. Bayi aterm, lahir mati: bayi lahir hidup pada
kasus ini didapatkan dari tanda pada
pernafasan seperti pembahasan sebelumnya.
bukan jawaban
D. Bayi viable, lahir mati: bukan jawaban
E. Bayi non viable, lahir hidup: bukan jawaban
PEMBAHASAN Jadi kesimpulan pada kasus ini adalah

169 C. Bayi aterm, lahir hidup


Seorang perempuan 18 tahun datang ke IGD
diantar oleh ayah dan polisi untuk visum karena
mengaku telah diperkosa 2 jam yang lalu oleh
seorang pria yang baru dikenalnya lewat media
SOAL sosial
Apakah izin yang sah menurut hukum untuk
melakukan senggama, kecuali
170 a. Sadar
b. Wanita >18 tahun
c. Tidak terikat perkawinan dengan lelaki lain
d. Bukan keluarga dekat
e. Sehat akal
A. Sadar

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Seorang perempuan 18 tahun datang ke IGD
170 B. mengaku telah diperkosa 2 jam yang lalu
Syarat Senggama yang legal

PEMBAHASAN
Senggama yang legal ( tidak melanggar hukum )
adalah yang dilakukan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut (Sofwan dahlan, 2000):
170 • Ada izin ( consent ) dari wanita yang disetubuhi
• Wanita tersebut sudah cukup umur, sehat
akalnya, tidak sedang dalam keadaan terikat
perkawinan dengan laki-laki lain dan bukan
anggota keluarga dekat.
Jawaban lainnya…
B.Wanita >18 tahun: berdasarkan KUHP pasal 267,
PEMBAHASAN wanita cukup umur yaitu wanita diatas 15 tahun.
C.Tidak terikat perkawinan dengan lelaki lain:
berdasarkan KUHP pasal 286 yaitu mengenai
170 persetubuhan diluar perkawinan dan keadaan
tidak berdaya
D.Bukan keluarga dekat: berdasarkan KUHP pasal
294 mengenai perbuatan cabul terhadap
anaknya, anak tirinya, anak yang dibawah
pengawasannya, dan anak dibawah umur
E. Sehat akal: berdasarkan KUHP pasal 89
mengenai tindak pidana perkosaan pada wanita
tidak berdaya
Jadi yang bukan merupakan syarat
PEMBAHASAN senggama legal adalah

170 A. Sadar
Seorang kakek ditemukan meninggal di belakang stasiun.
Jenazah kemudian dibawa ke RS untuk dilakukan pemeriksa
an luar. Kemudian dilakukan pemeriksaan pada pukul 19.00
WIB tidak didapatkan tanda – tanda kekerasan tajam
maupun tumpul. Didapatkan lebam mayat pada tengkuk.
SOAL Punggung, pinggang, warna merah keunguan, hilang
dengan penekanan, kaku mayat pada kelopak mata dan

171 rahang mudah dilawan, pembusukan belum ada.


Apakah tanda pasti kematian lain yang dapat diperiksa
untuk menentukan perkiraan waktu kematian?

a. Kekeruhan kornea
b. Penurunan suhu
c. Taches noire sclerotique
d. Pengosongan sambung
e. Adiposera
B. Penurunan Suhu
• KEYWORD
PEMBAHASAN
A. dilakukan pemeriksaan pada pukul 19.00 WIB
tidak didapatkan tanda – tanda kekerasan
171 tajam maupun tumpul
B. lebam mayat pada tengkuk. Punggung,
pinggang, warna merah keunguan, hilang
dengan penekanan,
C. kaku mayat pada kelopak mata dan rahang
mudah dilawan,
D. pembusukan belum ada.
Tanda-tanda kematian

PEMBAHASAN

171

Pada soal ini ditanyakan mengenai tanda pasti kematian lain


selain dalam soal.
Jawaban lainnya…
a. Kekeruhan kornea: merupakan tanda tidak pasti
kematian. 10 menit setelah kematian korne
PEMBAHASAN kekeringan ynag menyebabkan kekeruhan namun
dapat dihilangkan dengan meneteskan air.
c. Taches noire sclerotique: merupakan perubahan
171 pada sklera mata

d.Pengosongan lambung: kecepatan


pengosongan lambung bervariasi sehingga
tidakdapat menunjukkan waktu kematian
e.Adiposera: faktor yang menghambat terjadinya
pembusukan. Tampilan fisik berupa berwarna
keputihan, lunak, berminyak, berbau tengik
Jadi tanda pasti kematian pada kasus ini
PEMBAHASAN adalah adalah

171 B. Penurunan suhu


Alat bukti yang sah menurut pasal 184 KUHAP
adalah 1. Keterangan saksi 2. Petunjuk 3.
Keterangan ahli 4.surat 5. Keterangan terdakwa

SOAL
a. 1,4,2,3,5
b. 5,1,4,2,3
c. 2,5,4,1,3
172 d. 1,3,4,2,5
e. 4,2,1,3,5
D. 1,3,4,2,5

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. pasal 184 KUHAP
172 B. Alat bukti yang sah
Alat bukti sah berdasaskan
pasal 184:
1. Keterangan saksi
PEMBAHASAN 2. Keterangan ahli
3. Surat

172 4.
5.
Petunjuk
Keterangan terdakwa
Jadi urutan alat bukti yang sah berdasarkan
PEMBAHASAN pasal 184 adalah

172 D. 1,3,4,2,5
Seorangg mahasiswa ditemukan meninggal di
rumanhnya di bawah kolong tempat tidu dengan leher
terlilit tali dan beberapa luka memar dan lecet di wajah
dan badan. Jenazah kemudian dibawa ke forensic untuk
dilakukan otopsi. Dari px luar didapatkan wajah tampak
SOAL sembab, bitnik perdarahan kanan dan kiri, empat buah
memar pada rahang bawah kri terbentuk yang bulat,

173 beberapa luka lecet di wajah jejas jerat melingkar secara


penuh dengan arah mendatar. Apakah penyebab
kematian pada jenazah di atas

a. Chocking
b. Gaging
c. Penjeratan
d. Pecekikan
e. Gantung
C. Penjeratan

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Seorang mahasiswa ditemukan meninggal di
173 rumangnya di bawah kolong tempat tidu
dengan leher terlilit tali
B. Dari px luar didapatkan wajah tampak sembab,
bitnik perdarahan kanan dan kiri, empat buah
memar pada rahang bawah kri terbentuk yang
bulat, beberapa luka lecet di wajah jejas jerat
melingkar secara penuh dengan arah
mendatar
Penjeratan
• Lilitan tali di leher menjadi erat karena tarikan kedua ujungnya
oleh orang lain.
• Cara kematian : Pembunuhan >
PEMBAHASAN
• Kelainan Post mortem :
• Jejas jerat tidak begitu jelas
• Arah jejas jerat mendatar
173 • Sifat-sifat seperti gantung
• Tanda-tanda khusus dari jeratan dengan tali:
• Jejas jerat pada leher: tidak sejelas jejas gantung, arahnya horisontal (tinggi
kedua ujung jejas jerat bisa sama atau tidak sama), kedalamannya reguler
(sama) tetapi jika ada simpul atau tali disilangkan maka jejas jerat pada
tempat tersebut lebih dalam atau lebih nyata.
• Lecet/memar pada leher. Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan
adanya lecet-lecet atau memar di sekitar jejas yang terjadi karena korban
berusaha membuka jeratan.
Jawaban lainnya…
a. Chocking atau penyumpalan yaitu tertutupnya saluran
napas dari dalam
PEMBAHASAN b. Gaging sama dengan choking
d.Pecekikan: Penekanan struktur internal leher beserta
saluran napas bagian atas yang dilakukan dengan tangan
173 atau lengan bawah sehingga terjadi penyempitan saluran
nafas
e. Gantung: Tali di leher menjadi erat karena berat badan
sendiri. Luka yg disebabkan lilitan tali di leher disebut :
Jejas jerat. Arah jejas melingkar mengarah ke atas (ke
arah simpul) dan membentuk sudut atau jika jejas
diteruskan akan membentuk sudut semu
Jadi penyebab kematian pada kasus ini
PEMBAHASAN adalah

173 C. Penjeratan
Seorang wanita usia 30 tahun datang dengan
keluhan lemas, mudah capek dan cepat
mengantuk. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
konjungtiva pucat dan spoon nail (+). Dari
SOAL pemeriksaan fisik didapatkan Hb 7 g/dl. Dokter
menganjurkan untuk transfusi darah dan
menjelaskan terlebih dahulu tentang indikasi, efek
174 samping dan prinsip transfusi darah. Setelah itu,
dokter baru meminta persetujuan pasien.
Prinsip bioetik apakah yang diterapkan oleh dokter
tersebut?
A. Justice
b. Altruism
c. Autonomy
d. Beneficence
e. Nonmaleficence
C. Autonomy

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. Dokter menganjurkan untuk transfusi darah dan
174 menjelaskan terlebih dahulu tentang indikasi,
efek samping dan prinsip transfusi darah.
B. Setelah itu, dokter baru meminta persetujuan
pasien.
KAIDAH DASAR MORAL
1. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
PEMBAHASAN sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya  dasar
informed consent & kerahasiaan medis.

174 2. Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan


sengaja melakukan tindakan yang malah
merugikan/invasif tanpa ada hasilnya → dasar agar
tidak terjadi kelalaian medis.
3. Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat,
untuk mencegah atau menghilangkan sakit.
4. Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang
sama.
Jawaban Lainya.......
A. Justice : perlakuan yang sama untuk kasus yang
sama.
PEMBAHASAN
B. Altruism : Doktrin etik yang memegang prinsip
bahwa individu memegang tugas moral untuk
174 menolong, melayani, dan mengutamakan orang
lain dan bila perlu mengorbankan kepentingan diri
sendiri.
C. Beneficence: mengambil langkah yang
bermanfaat, untuk mencegah atau menghilangkan
sakit.
D. tidak dengan sengaja melakukan tindakan yang
malah merugikan/invasif tanpa ada hasilnya →
dasar agar tidak terjadi kelalaian medis.
Jadi penyebab kematian pada kasus ini
PEMBAHASAN adalah

174 A. Autonomy
Seorang wanita 18thn dating ek IGD RSUP dr. kariadi ingin
meninta visum et repertum. Dari anamnesis didapatkan
bahwa korban telah dipukul oleh pacarnya +2jam yang
lalu sehigga didapatkan memar pada kelopak mata
SOAL
kanan. Jika akibat luka tsb menyebabkan korban tdk bisa
beraktifitas selama tiga hari maka kualifikasi luka tersebut
adalah?
175 a. Luka ringan
b. Luka ringan-sedang
c. Luka sedang
d. Luka berat
e. Luka sangat berat
C. Luka sedang

PEMBAHASAN
• KEYWORD
A. didapatkan memar pada kelopak mata kanan.
175 B. luka tsb menyebabkan korban tdk bisa
beraktifitas selama tiga hari
Luka sedang

PEMBAHASAN
Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut
menyebabkan penyakit atau menghalangi
175 pekerjaan korban untuk sementara waktu.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal
351 ayat 1.
Pada kasus ini pasien tidak dapat beraktivitas
selama 3 hari sehingga bisa disimpulkan kualifikasi
luka yaitu luka sedang
Klasifikasi Luka
A. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman
bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
PEMBAHASANB. Luka Ringan-Sedang tidak ada
D. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
175 Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa
bahaya maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban
selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
E. Luka Sangat berat tidak ada
Jawaban lainnya…
a. Chocking atau penyumpalan yaitu tertutupnya saluran
napas dari dalam
PEMBAHASAN b. Gaging sama dengan choking
d.Pecekikan: Penekanan struktur internal leher beserta
saluran napas bagian atas yang dilakukan dengan tangan
175 atau lengan bawah sehingga terjadi penyempitan saluran
nafas
e. Gantung: Tali di leher menjadi erat karena berat badan
sendiri. Luka yg disebabkan lilitan tali di leher disebut :
Jejas jerat. Arah jejas melingkar mengarah ke atas (ke
arah simpul) dan membentuk sudut atau jika jejas
diteruskan akan membentuk sudut semu
PEMBAHASAN Jadi kualifikasi luka pada kasus ini adalah

175 C. Luka Sedang


Posyandu dengan 6 kader. Penimbangan
dilakukan >8x/tahun. Kinerja tercapai <50%. Akan
tetapi saat ini dana desa baru dapat mendukung
pendanaan posyandu <50% tersebut. Tipe
SOAL
Posyandu diatas adalah?
A. Posyandu pratama
B. Posyandu mandiri
176 C. Posyandu madya
D. Posyandu purnama
E. Posyandu paripurna
C. POSYANDU MADYA

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Kader jumlah 6
176 • Penimbangan dilakukan >8x/tahun
• Kinerja Posyandu <50%
• Dana desa untuk posyandu <50%

 Tipe Posyandu: Posyandu Madya


TIPE-TIPE POSYANDU
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
PEMBAHASAN 1 Frekuensi <8x/tahun >8x/tahun
Penimbangan
2. Rerata Kader Tugas <5 >5
176 3. Rerata Cakupan D/S <50% >50%
(Ditimbang/Seluruh)
4. Cakupan Kumulatif <50% >50%
KB. KIA, Imunisasi

5. Program Tambahan (-) (+)

6. Cakupan Dana <50% >50%


Sehat
Sumber: Depkes RI, 2004
Jawaban lainnya…
A. Posyandu pratama : penimbangan <8x/tahun,
PEMBAHASAN Jumlah kader <5
B. Posyandu mandiri : Kinerja Posyandu >50%, Ada
176 program tambahan, dana sehat >50%
D. Posyandu purnama: Kinerja Posyandu >50%,
Ada program tambahan, dana sehat <50%
E. Posyandu paripurna: Tidak termasuk tipe
posyandu menurut Depkes RI, 2004
PEMBAHASAN Jadi, Tipe Posyandu diatas adalah...

176 C. POSYANDU MADYA


Tim dokter akan melakukan penelitian tentang
pemberian tablet besi pada remaja putri untuk
mengetahui angka kejadian anemia. Dari 60 orang
remaja putri yang mengalami anemia, 40 orang
SOAL tidak mendapatkan tablet besi. Dari 60 orang
remaja putri yang tidak mengalami anemia, 20
orang tidak mendapatkan tablet besi. Jenis
177 hubungan kausal pada kasus ini adalah?
a. Prevalence rate
b. Relative risk
c. Prevalency risk
d. Odds ratio
e. Incidence rate
D.ODDS RATIO
KEYWORDS:
PEMBAHASAN
• Dari 60 orang remaja putri yang mengalami anemia
(Kelompok Sakit), 40 orang tidak mendapatkan tablet
177 besi (Faktor Risiko)
• Dari 60 orang remaja putri yang tidak mengalami
anemia (Kelompok Sehat), 20 orang tidak
mendapatkan tablet besi (Faktor Risiko).
• Dimulai dari Penyakit(Anemia) lalu ditelusuri Faktor
Risiko (Pemberian Tablet Besi/Tidak) Retrospektif

Tipe penelitian Case Kontrol -- Jenis Asosiasi yang


dipakai Odds Ratio
DESAIN PENELITIAN ANALITIK
CROSS SECTIONAL CASE CONTROL COHORT
PEMBAHASAN
• Waktu singkat • Retrospektif (Meninjau ke • Prospektif(diikuti) &
• Faktor Risiko dan Penyakit belakang) retrospektif (Meninjau ke

177 dianalisa secara BERSAMAAN


saat itu juga
• Faktor Risiko yang pertama
diketahui baru Penyakit
•Subyek biasanya digolongkan
menjadi kelompok sakit dan
sehat lalu dicari faktor risiko ke
belakang
belakang, ex: rekam medis)
• Ada Durasi Waktu
• Semua subyek berawal
dari kondisi sehat
• Hubungan kausal paling • Artinya penyakit diketahui • Kendala etik (+)
lemah pertama baru Faktor Risiko • Waktu lama
• Hubungan kausal diukur • Hubungan kausal >kuat • Hubungan kausal diukur
dengan Prevalensi Risk dr cross sectional dengan Relative Risk
• Kendala etik (-)
• Hubungan kausal diukur
dengan Odds ratio

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Jawaban lainnya…
A. Prevalence Rate: Angka kejadian penyakit
PEMBAHASAN lama+baru, bukan hubungan kausal
B. Relative risk: Hubungan kausal Cohort
177 C. Prevalency risk: Hubungan kausal Cross
Sectional
E. Incidence rate: angka kejadian penyakit baru,
bukan hubungan kausal
Jadi, Jenis hubungan kausal pada kasus ini
PEMBAHASAN adalah...

177 D. ODDS RATIO


Dokter A ingin meneliti efek pemberian susu sapi
terhadap kejadian alergi pada bayi usia 6 bulan.
Penelitian dimulai dari saat bayi lahir dan diikuti sampai
usia 6 bulan sampai bayi timbul alergi. Penelitian Analitik
yg dilakukan secara prospektif untuk mencari Relative
SOAL Risk adalah..
A. Cohort

178 B. Case control


C. Experimental
D. Deskriptif
E. Cross Sectional
A. COHORT

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Penelitian Analitik
178 • Prospektif
• Relative Risk

 Desain Penelitian Cohort


DESAIN PENELITIAN ANALITIK
CROSS SECTIONAL CASE CONTROL COHORT
PEMBAHASAN
• Waktu singkat • Retrospektif (Meninjau ke • Prospektif(diikuti) &
• Faktor Risiko dan Penyakit belakang) retrospektif (Meninjau ke

178 dianalisa secara BERSAMAAN


saat itu juga
• Faktor Risiko yang pertama
diketahui baru Penyakit
•Subyek biasanya digolongkan
menjadi kelompok sakit dan
sehat lalu dicari faktor risiko ke
belakang
belakang, ex: rekam medis)
• Ada Durasi Waktu
• Semua subyek berawal
dari kondisi sehat
• Hubungan kausal paling • Artinya penyakit diketahui • Kendala etik (+)
lemah pertama baru Faktor Risiko • Waktu lama
• Hubungan kausal diukur • Hubungan kausal >kuat • Hubungan kausal diukur
dengan Prevalensi Risk dr cross sectional dengan Relative Risk
• Kendala etik (-)
• Hubungan kausal diukur
dengan Odds ratio

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Jawaban lainnya…
B. Case Control: penelitian analitik dengan
PEMBAHASAN hubungan kausal diukur dengan Odds Ratio
C. Experimental: tipe penelitian berdasarkan ada
178 tidaknya intervensi dari peneliti.
D. Deskriptif: tidak termasuk penelitian analitik
E. Cross Sectional: penelitian analitik dengan
hubungan kausal diukur dengan Prevalence Risk
Jadi, Penelitian Analitik yg dilakukan secara
prospektif untuk mencari Relative Risk
PEMBAHASAN adalah...

178 A. COHORT
Salah satu prinsip BPJS memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan
atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sesuai uraian diatas, prinsip BPJS yang
diterapkan adalah?
SOAL A. Fleksibilitas
B. Portabilitas

179 C. Transferbilitas
D. Kegotongroyongan
E. Akuntabilitas
B. PORTABILITAS

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Jaminan Berkelanjutan
179 • Pindah kerja atau tempat tinggal

 Prinsip Portabilitas
UU No 40/2004 TENTANG SISTEM
JAMINAN SOSIAL NASIONAL
PEMBAHASAN 1. Kemanusiaan 1. Jaminan Kesehatan .1. Kegotong-royongan

9 Prinsip
3 Azas

5 Program
2. Manfaat (BPJS Kesehatan) 2. Nirlaba

179 3.Keadilan sosial bagi


seluruh rakyat indonesia
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pensiun
3. Keterbukaan
4. Kehati-hatian
5. Akuntabilitas
5. Jaminan Kematian 6. Portabilias
(BPJS Ketenagakerjaan 7. Kepesertaan Wajib
8. Dana Amanat
9.Hasil Pengelolaan dana
digunakan seluruhnya untuk
pengembangan program
dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta
9 PRINSIP BPJS

PEMBAHASAN

179

Sumber: Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf
Jawaban lainnya..

PEMBAHASAN
A. Fleksibilitas: Tidak termasuk 9 prinsip BPJS
C. Transferbilitas: tidak termasuk 9 prinsip BPJS
179 D. Kegotongroyongan: peserta berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi; dan peserta
sehat membantu yang sakit.
E. Akuntabilitas: Prinsip manajemen yang
diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran
peserta dan hasil pengembangannya.
(pertanggungjawaban)
PEMBAHASAN
Jadi, prinsip BPJS yang diterapkan adalah...

179 A. PORTABILITAS
Perempuan 35 tahun dirawat oleh dokter keluarga
dengan diagnosis ulkus DM. Lalu dokter
bekerjasama dengan perawat untuk merawat luka
pasien secara optimal. Prinsip kedokteran keluarga yang
SOAL
diterapkan adalah?
A. Berkesinambungan
B. Komprehensif
180 C. Koordinatif
D. Kolaboratif
E. Holistik
C. KOORDINATIF

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Bekerjasama dengan Perawat (Profesi berbeda)
180  Prinsip Koordinatif
9 Prinsip Kedokteran Keluarga

PEMBAHASAN
1. Pelayanan Holistik (Menyangkut
aspek bio-psiko-sosial pasien) dan 2. Berkesinambungan/Kontinu

180 Komprehensif (Promotif, Preventif,


Kuratif, Rehabilitatif)
(terus-menerus)

4. Pelayanan Koordinatif dan


Kolaboratif (Interpersonil)
• Koordinatif (dengan profesi lain
3.Mengutamakan Pencegahan/ ex: perawat)
Preventif • Kolaboratif (sesama profesi
dokter)
9 Prinsip Kedokteran Keluarga

PEMBAHASAN
6. Pelayanan yang
5. Penangan personal bagi
mempertimbangkan keluarga, 7. Pelayanan yang menjunjung

180
setiap pasien sebagai bagian
lingkungan kerja, dan tinggi etika dan hukum
integrasi keluarga
lingkungan tempat tinggalnya

8. Pelayanan yang dapat


9. Pelayanan yang sadar biaya
diaudit dan dapat
dan sadar mutu
dipertanggungjawabkan
Jawaban lainnya…
A. Berkesinambungan: Terus menerus/kontinu
PEMBAHASAN B. Komprehensif: dokter melayani secara promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif
180 D. Kolaboratif: prinsip interpesonil (sama-sama
profesi dokter)
E. Holistik: memandang pasien melalui aspek bio-
psiko-sosial
Jadi, Prinsip kedokteran keluarga yang
PEMBAHASAN diterapkan adalah...

180 C. KOORDINATIF
Seorang Pria usia 30 tahun datang ke dokter
karena seluruh tubuhnya kuning disertai rasa mual
dan muntah. Kemudian dokter menyarankan untuk
pemeriksaan laboratorium. Level of prevention yang
SOAL
diterapkan oleh dokter tersebut adalah?
A. Health Promotion
B. Specific Protection
181 C. Early Diagnosis
D. Rehabilitation
E. Disability Limitation
C. EARLY DIAGNOSIS

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• Pasien datang ke dokter karena seluruh tubuh
181 kuning (Sakit)
• Pemeriksaan Laboratorium (Penegakan Diagnosis)

 Termasuk level of prevention: Early Diagnosis


PENCEGAHAN SECARA UMUM
1. Primer: semua tindakan yg ditujukan pd faktor penyebab
PEMBAHASAN penyakit, bertujuan mencegah reaksi interaksi penyebab
penyakit, mencegah timbulnya penyakit (Individu masih

181 2.
sehat)
Sekunder: tindakan yang bertujuan mencegah stimulus/
penyakit yg telah terlanjur terjadi (individu sakit), agar tdk
menjadi menahun (chronic state), agar kasus penyakit
dpt sembuh tanpa cacat atau menjadi karier
3. Tersier: bertujuan mencegah berkembangnya penyakit ke
tingkat yg lebih berat/fatal, mencegah
kematian/kesembuhan dg cacat/kesembuhan sbg karier
DIAGRAM 5 LEVEL OF
PREVENTION
PEMBAHASAN

181
5 LEVEL OF PREVENTION
(Leavel and Clark)
1. Health Promotion
PEMBAHASAN (Upaya Promosi Kesehatan)
2. Specific Protection
181 3.
(Upaya Proteksi Kesehatan)
Early Diagnosis and Prompt Treatment
(Upaya Diagnosis Dini dan Tindakan
Tepat/Cepat)
4. Disability Limitation
(Upaya Pemberantasan Akibat Buruk )
5. Rehabilitation
( Upaya Pemulihan Kesehatan)
Sumber: Leavell and Clark: Preventive Medicine for the Doctor in His Community, An
1. HEALTH PROMOTION
• Merupakan upaya non kuratif/ non medis, mudah, dapat
PEMBAHASAN dikerjakan oleh non dokter.
• Upaya Mempromosikan menyebarluaskan informasi
kesehatan

181 • Upaya peningkatan pengetahuan/penyuluhan


1. Health education
2. Peningkatan gizi
3. Gizi seimbang
4. Pengawasan pertumbuhan anak
5. Perumahan sehat
6. Lingkungan sehat
7. Hiburan/rekreasi
8. Nasehat perkawinan
9. Pendidikan sex
10. Pentingnya SADARI, dll
2. SPECIFIC PROCTECTION

PEMBAHASAN
• Upaya perllindung terhadap risiko yang
mengancam status kesehatan
1. Imunisasi
181 2. Alat Pelindung Diri (Masker, Handscoon, Topi,
Celemek, Seat Belt, Sepatu Boot)
3. EARLY DIAGNOSIS AND
PROMPT TREATMENT
• Deteksi dini terhadap adanya penyakit
PEMBAHASAN • Skrining Penyakit (Pemeriksaan Laboratorium, Kultur, PCR)
• Pemeriksaan kesehatan berkala

181 • ANC
• Penanganan atau pengobatan yang setepat-
tepatnya terhadap penyakit.
• Menyembuhkan & mencegah berlanjutnya proses
penyakit
• Mencegah penyebaran penyakit menular
• Mencegah komplikasi
4. DISABILITY LIMITATION

PEMBAHASAN
• Perawatan yang baik & tepat
• Mencegah komplikasi lebih lanjut
• Perbaikan fasilitas utk mengatasi cacat &
181 mencegah kematian
5. REHABILITATION

PEMBAHASAN
• Upaya tertentu yang dilakukan agar penderita
dimungkinkan untuk dikembalikan seperti
semula sebelum menderita penyakit &
181 dimungkinkan untuk dikembalikan ditengah-
tengah masyarakat lagi
• Contoh:
1. Fasilitas utk melatih kembali kemampuan yg masih
tersisa
2. Pembinaan ODHA (orang dengan HIV AIDS)
3. Pembinaan khusus untuk penderita Sakit Jiwa
Jawaban lainnya…
A. Health Promotion: upaya promosi kesehatan
individu masih sehat
181
PEMBAHASAN
penyakit pada individu sehat dengan
B. Specific Protection: upaya preventif terhadap
memberikan alat pelindung diri/imunisasi
D. Rehabilitation: upaya mengembalikan
kemampuan pasien yang telah mengalami
komplikasi oleh penyakitnya
E. Disability Limitation: upaya mencegah
komplikasi penyakit lebih lanjut pada individu
yang sakit.
Jadi, Level of prevention yang diterapkan
PEMBAHASAN oleh dokter tersebut adalah

181 C. EARLY DIAGNOSIS


Di suatu wilayah terdapat 100.000 penduduk.
Terdapat 10.000 penduduk berisiko terkena
Penyakit Jantung Koroner (PJK) Dalam setahun ada
2000 kematian dari semua penyebab. Terdapat 200
SOAL kasus PJK baru (150 laki-laki dan 50 wanita) dan 400
kasus lama (300 laki-laki dan 100 wanita). Kematian
akibat PJK 30 orang (20 laki-laki dan 10 wanita).
182 Angka kematian spesifik kasus PJK adalah?
A. (30/600)*100
B. (30/100.000)*100
C. (200/10.000)*100
D. (600/100.000)*100
E. (2000/100.000)*1000
B. (30/100.000)*100

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• 100.000 penduduk
182 • Kematian akibat PJK 30 orang
• Angka kematian spesifik

 Case Specific death Rate(CSDR)=𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕


𝑺𝒆𝒎𝒖𝒂 𝑷𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
× 𝟏𝟎𝟎
𝟑𝟎
 Case Specific death Rate(CSDR)= 𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎
BIOSTATISTIK
• Incidence Rate= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢 × 100
PEMBAHASAN 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
• Case Fatality Rate(CFR)=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 × 100
182 • Case
100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
Specific death Rate(CSDR)=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
×

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑎𝑡𝑖


• Angka Kematian Ibu= × 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
• Jumlah ibu mati yang dimaksud adalah saat hamil,
melahirkan, dan nifas
Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of
Epidemiology in Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied
Epidemiology and Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
BIOSTATISTIK
• Prevalensi Rate=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢+𝐿𝑎𝑚𝑎 × 100
PEMBAHASAN 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
• Crude Death Rate= × 1000
182 • Cumulative insidence rate
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

• Infant Mortality Rate= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑖<1𝑡ℎ × 100%


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of


Epidemiology in Public Health Practice, Third Edition An Introduction to
Applied Epidemiology and Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
Jawaban lainnya…
A. (30/600)*100 : Case Fatality Rate
PEMBAHASAN C. (200/10.000)*100: Incidence Rate
D. (600/100.000)*100: Prevalence Rate
182 E. (2000/100.000)*1000: Crude Death Rate
Jadi, Angka kematian spesifik kasus PJK
PEMBAHASAN adalah...

182 B. (30/100.000)*100
Di suatu wilayah terdapat 150.000 penduduk.
Terdapat 10.000 penduduk berisiko terkena
Penyakit stroke Dalam setahun ada 3000 kematian
dari semua penyebab. Terdapat 300 kasus stroke
SOAL baru (250 laki-laki dan 50 wanita) dan 500 kasus
lama (400 laki-laki dan 100 wanita). Kematian
akibat stroke 50 orang (40 laki-laki dan 10 wanita).
183 Angka prevalensi kasus stroke adalah?
A. (50/800)*100 : Case Fatality Rate
B. (50/150.000)*100 : Crude Specific Death Rate
C. (300/10.000)*100: Incidence Rate
D. (800/150.000)*100: Prevalence Rate
E. (3000/150.000)*1000: Crude Death Rate
D. (800/150.000)*100

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• 150.000 penduduk
183 • Terdapat 300 kasus stroke baru dan 500 kasus
lama
• Angka prevalensi
Prevalensi Rate=𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒂𝒔𝒖𝒔 𝑩𝒂𝒓𝒖+𝑳𝒂𝒎𝒂 × 𝟏𝟎𝟎
𝑺𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊
𝟑𝟎𝟎+𝟓𝟎𝟎 𝟖𝟎𝟎
Prevalensi Rate= × 𝟏𝟎𝟎= × 𝟏𝟎𝟎
𝟏𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝟏𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎
BIOSTATISTIK
• Incidence Rate= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢 × 100
PEMBAHASAN 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
• Case Fatality Rate(CFR)=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 × 100
183 • Case
100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
Specific death Rate(CSDR)=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
×

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑎𝑡𝑖


• Angka Kematian Ibu= × 100.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
• Jumlah ibu mati yang dimaksud adalah saat hamil,
melahirkan, dan nifas
BIOSTATISTIK
• Prevalensi Rate=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢+𝐿𝑎𝑚𝑎 × 100
PEMBAHASAN 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
• Crude Death Rate= × 1000
183 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
• Cumulative insidence rate
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

• Infant Mortality Rate= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑚𝑎𝑡𝑖<1𝑡ℎ × 100%


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Jawaban lainnya…
A. (50/800)*100 : Case Fatality Rate
PEMBAHASAN
B. (50/150.000)*100 : Crude Specific Death Rate
C. (300/10.000)*100: Incidence Rate
183 E. (3000/150.000)*1000: Crude Death Rate
PEMBAHASAN Jadi, Angka prevalensi kasus stroke adalah...

183 D. (800/150.000)*100
1000 orang siswa tercatat di SD X ternyata 500
orang (200 orang laki-laki dan 300 orang
perempuan) terkena penyakit muntah berak
setelah makan pecel di kantin sekolah. Lalu setelah
SOAL 2 hari, 300 siswa baru terkena muntah berak. Angka
Attack Rate kasus diatas adalah?
A. 60%
184 B. 20%
C. 30%
D. 50%
E. 80%
D. 50%

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• 1000 orang siswa
184 • 500 orang terkena muntah berak setelah makan

Attack Rate=𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌


𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒂𝒕
𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒏𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒂𝒌𝒊𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕
× 𝟏𝟎𝟎

 Attack Rate= 𝟓𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎=50%


𝟏𝟎𝟎𝟎
ATTACK RATE
• Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
PEMBAHASAN ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada

184 saat yang sama. Manfaat Attack Rate adalah :


• Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
• Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan
Penularan Penyakit tersebut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
• Attack Rate= ×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
100

Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of


Epidemiologyin Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied
Epidemiology and Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
SECONDARY ATTACK RATE
• Adalah : Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
184
PEMBAHASAN terkena penyakit pada serangan pertama.
terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan
jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah

• Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan


dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu
Keluarga ).
• Rumus yang digunakan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
• Secondary Attack Rate= × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘−𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of Epidemiologyin


Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied Epidemiology and
Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
Jawaban lainnya…
A. 60%: Secondary Attack Rate
PEMBAHASAN
B. 20%: Attack Rate pada laki-laki
C. 30%: Attack rate pada perempuan
184 E. 80%: Angka kejadian total muntaber
Jadi, Angka Attack Rate kasus diatas
PEMBAHASAN adalah...

184 D.50%
1000 orang siswa tercatat di SD X ternyata 500
orang (200 orang laki-laki dan 300 orang
perempuan) terkena penyakit muntah berak
setelah makan pecel di kantin sekolah. Lalu setelah
SOAL 2 hari, 300 siswa baru terkena muntah berak. Angka
Secondary Attack Rate kasus diatas adalah?
A. 60%
185 B. 20%
C. 30%
D. 50%
E. 80%
A. 60%

PEMBAHASAN
KEYWORDS:
• 1000 orang siswa
185 • 500 orang terkena muntah berak setelah makan
• Setelah 2 hari, 300 siswa baru terkena muntah
berak
Secondary Attack Rate= 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒅𝒖𝒂
𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌−𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂
× 𝟏𝟎𝟎
𝟑𝟎𝟎
Secondary Attack Rate= × 𝟏𝟎𝟎 = 𝟑𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎= 60%
𝟏𝟎𝟎𝟎−𝟓𝟎𝟎 𝟓𝟎𝟎
ATTACK RATE
• Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
PEMBAHASAN ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat yang sama. Manfaat Attack Rate
185 adalah :
• Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu
penyakit.
• Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula
kemampuan Penularan Penyakit tersebut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
• Attack Rate= ×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
100
Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of
Epidemiologyin Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied
Epidemiology and Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
SECONDARY ATTACK RATE
• Adalah : Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
185
PEMBAHASAN terkena penyakit pada serangan pertama.
terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan
jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah

• Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan


dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu
Keluarga ).
• Rumus yang digunakan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
• Secondary Attack Rate= ×
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘−𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
100
Sumber: Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Principles of
Epidemiologyin Public Health Practice, Third Edition An Introduction to Applied
Epidemiology and Biostatistics.
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/section2.html.
Jawaban lainnya…
B. 20%: Attack Rate pada laki-laki
PEMBAHASAN
C. 30%: Attack Rate pada perempuan
D. 50%: Atack Rate
185 E. 80%: Angka kejadian total muntaber
Jadi, Angka Secondary Attack Rate kasus
PEMBAHASAN diatas adalah...

185 A.60%
Pasien laki-laki, usia 29 tahun, datang dibawa oleh
temannya ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada tungkai kiri
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan Airway dan
Breathing clear, TTV dalam batas normal, pada tungkai kiri
SOAL terdapat luka robek dengan perdarahan aktif, dan
hematom pada hipokondrium kiri. Apakah penanganan yang

186 paling tepat diberikan pada pasien?


A. Berikan oksigen
B. Bebat perdarahan dan resusitasi cairan
C. Bebat luka
D. Pemasangan collar neck
E. Rontgen thoraks
B. BEBAT PERDARAHAN DAN
RESUSITASI CAIRAN
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Seorang laki-laki, 29 tahun
• Nyeri tungkai kiri, post KLL 1 jam yang lalu
186 • PF: Airway-Breathing clear, TTV dalam batas normal, pada
tungkai kiri terdapat luka robek dengan perdarahan aktif,
dan hematom pada hipokondrium kiri
INITIAL ASSESSMENT
• Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan
pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Waktu berperan sangat penting. Oleh karena itu,
diperlukan cara yang mudah, cepat, dan tepat. Proses awal ini
PEMBAHASAN dikenal dengan istilah Initial Assessment (penilaian awal)
Penilaian awal meliputi:
186 1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)  sesuai indikasi (keadaan pasien)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY – A
AIRWAY dengan kontrol servikal
• Penilaian
a) Mengenal patensi airway (inspeksi, palpasi, auskultasi)
PEMBAHASAN b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pengelolaan airway

186 a) Lakukan chin lift dan/atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan
alat yang rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi
• Fiksasi leher
• Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multitrauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula
• Evaluasi
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
AIRWAY MANAGEMENT
• Simple management
maneuver
a) Suction
PEMBAHASAN
b) Chin lift
Pasien tidak sadar:
c) Jaw thrust
186 • “Definitive airway”  cuffed
tube in trachea 
• GCS < 9
• Obstruksi karena: lidah, aspirasi,
benda asing, trauma maksilofasial,
endotracheal tube
trauma leher
• Management:
• Careful endoscopic exam
• Careful and gentle intubation, or
• Surgical airway (?)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY MANAGEMENT
In-line Cervical Immobilization

PEMBAHASAN

186

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY MANAGEMENT
Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medulla spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
PEMBAHASAN

186
SUMBATAN JALAN NAPAS
• Mengorok Oropharyngeal Airway:
• Obstruksi jalan napas atas • Semicircular, disposable, and made of
karena lidah hard plastic. Guedel and Berman are
PEMBAHASAN the frequent types.
• Gargling
• Guedel: tubular and has hole in the
• Obstruksi jalan napas atas
186 karena cairan (darah,
muntahan)  suction
middle
• Berman: solid and has channeled
sides
• Wheezing
• Tujuan: menarik lidah menjauh dari
• Due to narrowing of the dinding faring posterior (agar lidah
lower airways tidak jatuh ke hipofaring dan menutup
jalan napas)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


INDIKASI AIRWAY DEFINITIVE
Kebutuhan untuk perlindungan airway Kebutuhan untuk ventilasi
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskular
• Tidak sadar
PEMBAHASAN
Fraktur maksilofasial Usaha napas yang tidak adekuat
• Takipnea
186 • Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
• Muntah bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
PRIMARY SURVEY – B
BREATHING dan Ventilasi-Oksigenasi
• Penilaian
a) Buka leher dan dada pasien, dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal in-line-immobilization
PEMBAHASAN b) Tentukan laju dan dalam pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan

186 deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-
otot tambahan, dan tanda-tanda cedera lainnya
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (NRM 11-12 lpm)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY – C
CIRCULATION dengan kontrol perdarahan
• Penilaian
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
PEMBAHASAN d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi
masif segera

186 e) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis


f) Periksa tekanan darah
• Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli
bedah
c) Pasang infus IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-
match serta analisis gas darah (BGA)
d) Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
e) Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien fraktur pelvis yang
mengancam jiwa
f) Cegah hipotermia
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PERKIRAAN KEHILANGAN CAIRAN DAN DARAH

PEMBAHASAN

186
PRIMARY SURVEY – D
DISABILITY
• Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
• Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
PEMBAHASAN tanda-tanda lateralisasi
• Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi-ventilasi, dan circulation

186

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PRIMARY SURVEY – E
EXPOSURE/ENVIRONMENT
• Buka pakaian pasien, periksa jejas
• Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pasien
PEMBAHASAN pada ruangan yang cukup hangat

186

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


ANALISA KASUS
• Terdapat luka robek dengan perdarahan aktif  luka harus
dibebat untuk menghentikan dan/atau mengurangi jumlah
perdarahan
PEMBAHASAN • Perdarahan aktif  tentunya terdapat kehilangan volume
cairan tubuh (terutama intravaskular)  dilakukan resusitasi

186 cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang


• Hematom pada hipokondrium kiri  patut dicurigai adanya
kemungkinan ruptur lien atau gaster  dapat menyebabkan
perdarahan intraabdomen dimana kehilangan darah tidak
dapat diketahui dengan jelas dan sulit untuk dikontrol 
dilakukan resusitasi cairan menggantikan volume darah
yang hilang
• Namun resusitasi cairan tidak boleh dilakukan secara
membabi buta, harus tetap dievaluasi TTV dan balans cairan
(input = output) sehingga tidak terjadi overload cairan pada
pasien
Jawaban lainnya…
A. Berikan oksigen : dapat dipertimbangkan namun kurang
tepat, karena airway dan breathing clear. Selain itu
PEMBAHASAN
masalah utama yang dihadapi adalah adanya luka
robek, perdarahan aktif, dan hematom pada
186 hipokondrium kiri
C. Bebat luka : kurang tepat, karena pasien sudah
mengalami kehilangan darah sebelum luka dibebat dan
masih terdapat kemungkinan adanya perdarahan
intraabdomen (hematom pada hipokondrium kiri)
D. Pemasangan collar neck : dilakukan apabila ada jejas
diatas klavikula, penurunan kesadaran, atau terdapat
multipel trauma
E. Rontgen thoraks : dilakukan apabila terdapat kelainan
pada airway-breathing atau terdapat jejas pada thoraks
PEMBAHASAN Jadi, penanganan yang paling tepat adalah…

186 B. BEBAT PERDARAHAN DAN


RESUSITASI CAIRAN
Pasien perempuan, usia 35 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram
air panas. Pasien merasakan nyeri hebat. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
140/80 mmHg, nadi 98 kali/menit, RR 30 kali/menit, dan suhu
SOAL 36,7C. Terdapat eritematosa pada dada dan perut, sudah
terdapat bula, sebagian bula sudah banyak yang pecah
dan berair. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
187 A. Luka bakar gr I
B. Luka bakar gr II
C. Luka bakar gr III
D. Luka bakar gr IV
E. Luka bakar gr V
B. LUKA BAKAR GR II
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Seorang perempuan, 35 tahun
• Luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram air
187 panas
• Disertai nyeri hebat
• PF: kesadaran compos mentis, TD 140/80, nadi 98x/m, RR
30x/m, suhu 36,7C. Terdapat eritematosa pada dada dan
perut, sudah terdapat bula, sebagian bula sudah banyak
yang pecah dan berair
LUKA BAKAR

PEMBAHASAN

187
PEMBAHASAN

187
TATALAKSANA EMERGENSI LUKA BAKAR

PEMBAHASAN

187

Emergency Management of Sever Burns (EMSB). Course Manual 17th edition Feb 2013.
Austalia dn New Zealand Burn Association Ltd 1996
PEMBAHASAN

187
RULE OF NINE

PEMBAHASAN

187

Dewasa Bayi/anak
• Bayi berusia sampai satu tahun
• Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
• Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%
• Dalam masa pertumbuhan, setiap tahun diatas usia satu tahun,
PEMBAHASAN maka ukuran kepala berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai
bertambah 0,5%

187 • Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak mencapai usia 10


tahun
• Usia 10 tahun, penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke
genitalia dan perineum 1%
Jawaban lainnya…
A. Luka bakar gr I : sebatas hanya eritematosa, nyeri (+)
PEMBAHASAN C. Luka bakar gr III : lesi berwarna keputihan, kering, nyeri (-)
D. Luka bakar gr IV : tidak ada klasifikasi ini

187 E. Luka bakar gr V : tidak ada klasifikasi ini


PEMBAHASAN Jadi, diagnosis pada pasien tersebut adalah…

187 B. LUKA BAKAR GR II


Seorang perempuan, usia 30 tahun, diantar ke IGD dengan
keluhan fraktur terbuka pada femur kanan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg, nadi 122
kali/menit, dan RR 28 kali/menit. Terdapat kassa yang
menutupi fraktur terbuka basah penuh dengan darah.
SOAL Apakah cairan yang paling tepat digunakan untuk resusitasi
pasien tersebut?
A. NaCl 0,9%
188 B. NaCl 3%
C. RL
D. D5
E. D5RL
C. RL
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Seorang perempuan, 30 tahun
• Terdapat luka terbuka pada femur kanan
188 • PF: TD 80/50 mmHg, nadi 122 kali/menit, dan RR 28
kali/menit. Terdapat kassa yang menutupi fraktur terbuka
basah penuh dengan darah
INITIAL ASSESSMENT
• Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan
pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Waktu berperan sangat penting. Oleh karena itu,
diperlukan cara yang mudah, cepat, dan tepat. Proses awal ini
PEMBAHASAN dikenal dengan istilah Initial Assessment (penilaian awal)
Penilaian awal meliputi:
188 1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)  sesuai indikasi (keadaan pasien)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY – A
AIRWAY dengan kontrol servikal
• Penilaian
a) Mengenal patensi airway (inspeksi, palpasi, auskultasi)
PEMBAHASAN b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pengelolaan airway

188 a) Lakukan chin lift dan/atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line-
immobilization
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan
alat yang rigid
c) Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d) Pasang airway definitif sesuai indikasi
• Fiksasi leher
• Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multitrauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula
• Evaluasi
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
AIRWAY MANAGEMENT
• Simple management
maneuver
a) Suction
PEMBAHASAN
b) Chin lift
Pasien tidak sadar:
c) Jaw thrust
188 • “Definitive airway”  cuffed
tube in trachea 
• GCS < 9
• Obstruksi karena: lidah, aspirasi,
benda asing, trauma maksilofasial,
endotracheal tube
trauma leher
• Management:
• Careful endoscopic exam
• Careful and gentle intubation, or
• Surgical airway (?)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY MANAGEMENT
In-line Cervical Immobilization

PEMBAHASAN

188

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


AIRWAY MANAGEMENT
Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medulla spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
PEMBAHASAN

188
SUMBATAN JALAN NAPAS
• Mengorok Oropharyngeal Airway:
• Obstruksi jalan napas atas • Semicircular, disposable, and made of
karena lidah hard plastic. Guedel and Berman are
PEMBAHASAN the frequent types.
• Gargling
• Guedel: tubular and has hole in the
• Obstruksi jalan napas atas
188 karena cairan (darah,
muntahan)  suction
middle
• Berman: solid and has channeled
sides
• Wheezing
• Tujuan: menarik lidah menjauh dari
• Due to narrowing of the dinding faring posterior (agar lidah
lower airways tidak jatuh ke hipofaring dan menutup
jalan napas)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


INDIKASI AIRWAY DEFINITIVE
Kebutuhan untuk perlindungan airway Kebutuhan untuk ventilasi
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskular
• Tidak sadar
PEMBAHASAN
Fraktur maksilofasial Usaha napas yang tidak adekuat
• Takipnea
188 • Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
• Muntah bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
PRIMARY SURVEY – B
BREATHING dan Ventilasi-Oksigenasi
• Penilaian
a) Buka leher dan dada pasien, dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal in-line-immobilization
PEMBAHASAN b) Tentukan laju dan dalam pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan

188 deviasi trakea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-
otot tambahan, dan tanda-tanda cedera lainnya
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (NRM 11-12 lpm)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PRIMARY SURVEY – C
CIRCULATION dengan kontrol perdarahan
• Penilaian
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
PEMBAHASAN d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan tanda diperlukannya resusitasi
masif segera

188 e) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis


f) Periksa tekanan darah
• Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli
bedah
c) Pasang infus IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-
match serta analisis gas darah (BGA)
d) Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
e) Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien fraktur pelvis yang
mengancam jiwa
f) Cegah hipotermia
• Evaluasi Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PERKIRAAN KEHILANGAN CAIRAN DAN DARAH

PEMBAHASAN

188
PILIHAN CAIRAN KRISTALOID
Ringer Lactate (RL) Normal Saline
(NS/NaCl)

PEMBAHASAN Increase MAP + +


Recovered Base Excess (BE) + -

188 Decrease peripheral resistance


Serum potassium increased (risk of
hyperkalemia)
+
-
+
+

Risk of hyperchloremic acidosis - +

Sumber: Wenjun ZM, Douglas SC, and Michael AD. Comparisons of Normal Saline
and Lactated Ringer’s Resuscitation on Hemodynamics, Metabolic Responses,
and Coagulation in Pigs After Severe Hemorrhagic Shock.
Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2013; 21:86.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4029282/
PRIMARY SURVEY – D
DISABILITY
• Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
• Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
PEMBAHASAN tanda-tanda lateralisasi
• Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi-ventilasi, dan circulation

188

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PRIMARY SURVEY – E
EXPOSURE/ENVIRONMENT
• Buka pakaian pasien, periksa jejas
• Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pasien
PEMBAHASAN pada ruangan yang cukup hangat

188

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


Jawaban lainnya…
A. NaCl 0,9% : dapat disebut Normal Saline (NS), merupakan
salah satu cairan kristaloid, namun untuk tatalaksana
PEMBAHASAN resusitasi cairan pada kasus perdarahan lebih diutamakan
penggunaan RL, karena efek vasodilator, terdapat faktor

188 risiko asidosis metabolik, dan hiperkalemia pada NS


B. NaCl 3% : termasuk cairan hipertonik (hypertonic saline/HTS)
dengan konsentrasi NaCl yang lebih besar daripada NS,
digunakan untuk koreksi natrium (kasus hiponatremi),
pencegahan komplikasi serius sistem saraf pusat, dan/atau
edema pulmonum
D. D5 : salah satu cairan koloid, bukan sebagai tatalaksana
awal resusitasi cairan
E. D5RL : Dextrose 5% dalam RL, bukan sebagai tatalaksana
awal resusitasi cairan
Jadi, cairan yang paling tepat digunakan
PEMBAHASAN untuk resusitasi pasien tersebut adalah…

188 C. RL
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD setelah tidak
sengaja tertusuk besi pagar di dada sebelah kiri saat
bekerja. Selain itu, pasien juga merasa sesak napas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, TD
100/70 mmHg, nadi 72 kali/menit, RR 32 kali/menit, gerakan
SOAL napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus kiri melemah,
hipersonor, dan terdengar sucking sound. Tindakan yang
dapat segera dilakukan adalah…
189 A. Foto rontgen
B. Pasang ETT
C. Pasang WSD pada hemitoraks kanan
D. Pasang needle thoracocentesis
E. Pasang isolasi dengan perekat 3 sisi
E. PASANG ISOLASI DENGAN
PEREKAT 3 SISI
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien laki-laki, 32 tahun
• Tertusuk besi pagar di dada sebelah kiri saat bekerja
189 • Disertai sesak napas
• PF: compos mentis, TD 100/70, nadi 72x/m, RR 32x/m,
gerakan napas hemitoraks kiri tertinggal, fremitus kiri
melemah, hipersonor, dan terdengar sucking sound

 Diagnosis: open pneumotoraks sinistra


DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Hematotoraks Laserasi pembuluh darah di • Ansitas/gelisah, takipnea, tanda-tanda syok,
kavum toraks takikardia, froty/bloody sputum
• Suara napas menghilang pada tempat yang
terkena, vena leher mendatar, perkusi dada
pekak
PEMBAHASAN Simpel pneumotoraks Trauma tumpul spontan • Jejas di jaringan paru sehingga menyebabkan
udara bocor ke dalam rongga dada
• Nyeri dada, dyspnea, takipnea

189 Open pneumotoraks Luka penetrasi di area


• Suara napas menghilang/menurun, perkusi
dada hipersonor
• Luka penetrasi menyebabkan udara dari luar
toraks masuk ke dalam rongga pleura
• Dyspnea, nyeri tajam, emfisema subkutis
• Suara napas menurun/menghilang
• Red bubbles saat ekshalasi pada luka penetrasi
• Sucking chest wound
Tension Udara yang terkumpul di • Tampak sakit berat, ansietas/gelisah
pneumotoraks rongga pleura tidak dapat • Dyspnea, takipnea, takikardia, distensi vena
keluar lagi (mekanisme jugularis, hipotensi, deviasi trakea
pentil) • Penggunaan otot-otot bantu napas, suara
napas menghilang, perkusi hipersonor
DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Flail chest Fraktur segmental tulang • Nyeri saat bernapas
iga, melibatkan minimal 3 • Pernapasan paradoksal (gerak dada yang
tulang iga berkebalikan pada segmen yang terkena/flail)
Efusi pleura CHF, pneumonia, • Sesak, batuk, nyeri dada yang disebabkan oleh
PEMBAHASAN keganasan, TB paru, emboli iritasi pleura
paru • Perkusi pekak, fremitus taktil menurun,

189
pergerakan dinding dada tertinggal pada area
yang terkena
Pneumonia Infeksi, inflamasi Demam, dyspnea, batuk, ronki
OPEN PNEUMOTHORAX
• Luka pada dinding dada
menyebabkan paru
kolaps karena
peningkatan tekanan
PEMBAHASAN pada rongga pleura
• Dapat mengancam jiwa

189 dan memburuk dengan


cepat
Tatalaksana:
• ABC’s dengan c-spine
control sesuai indikasi
• Oksigen aliran tinggi 
bag valve mask
• Pasang occlusive dressing
pada luka
• Memberitahukan RS dan
unit trauma secepatnya
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
PEMBAHASAN

189
Jawaban lainnya…
A. Foto rontgen : kurang tepat, karena dari pemeriksaan
fisik saja sudah jelas menunjukkan pneumothoraks, dan
PEMBAHASAN
dapat dilakukan setelah keadaan pasien stabil
B. Pasang ETT : salah, karena pasien dalam keadaan
189 compos mentis
C. Pasang WSD pada hemitoraks kanan : kurang tepat,
karena udara akan tetap terakumulasi di dalam kavum
pleura dan akan semakin menyebabkan paru kolaps
karena tidak dilakukan penutupan pada luka tusuk di
dada
D. Pasang needle thoracocentesis : salah, ini dilakukan
pada kasus tension pneumotoraks
Jadi, tindakan yang dapat segera dilakukan
PEMBAHASAN adalah…

189 E. PASANG ISOLASI DENGAN


PEREKAT 3 SISI
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas
30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri dada
sebelah kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran kompos mentis, pasien tampak sesak, TD 120/80
SOAL mmHg, nadi 98 kali/menit, RR 34 kali/menit, dan suhu 36,6C.
Gerak dada hemitoraks kanan tertinggal, sela iga melebar,
perkusi redup hingga setinggi ICS 3, dan suara napas
190 menghilang. Berdasarkan pemeriksaan foto toraks
didapatkan perselubungan homogen di hemitoraks kanan,
sudut kostophrenikus tertutup perselubungan. Tatalaksana
awal yang tepat pada pasien tersebut adalah…
A. Intubasi
B. Plester 3 sisi
C. Dekompresi dengan jarum
D. Pemasangan WSD
E. Torakotomi
D. PEMASANGAN WSD
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien laki-laki, 32 tahun
• Sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 30
190 menit yang lalu
• Disertai dengan nyeri dada sebelah kanan
• PF: kesadaran kompos mentis, pasien tampak sesak, TD
120/80, nadi 98x/m, RR 34x/m, suhu 36,6C, gerak dada
hemitoraks kanan tertinggal, sela iga melebar, perkusi
redup hingga setinggi ICS 3, dan suara napas menghilang
• Ro: perselubungan homogen di hemitoraks kanan, sudut
kostophrenikus tertutup perselubungan
 Diagnosis: Hematothoraks Dekstra
CONDITION ASSESSMENT MANAGEMENT
(Physical Examination)
Tension pneumothorax • Tracheal deviation • Needle decompression
• Distended neck veins • Tube thoracotomy
• Tympany
• Absent breath sounds
Massive hematothorax • ± Tracheal deviation • Venous access
PEMBAHASAN • Flat neck veins • Volume replacement
• Percussion dullness • Surgical consultation
• •

190
Absent breath sounds Tube thoracotomy
Cardiac tamponade • Distended neck veins Pericardiocentesis
• Muffled heart tones • Venous access
• Ultrasound • Volume replacement
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
Intrabdominal hemorrhage • Distended abdomen • Venous access
• Uterine lift, if pregnant • Volume replacement
• DPL/ultrasonography • Surgical consultation
• Vaginal examination • Displace uterus from vena cava
Obvious external bleeding Identity source of obvious external Control external hemorrhage from all
bleeding obvious sources
• Direct pressure
• Splints
• Closure of actively scalp wounds
HEMATOTORAKS
• Terdapatnya darah di dalam
rongga pleura
• Disebabkan oleh laserasi
pembuluh darah interkostal
PEMBAHASAN
atau arteri mammaria interna
atau laserasi paru, dapat

190 dicetuskan oleh trauma


tembus atau tumpul
Tanda dan Gejala:
• Anxiety/restlessness
• Tachypnea
Signs of shock;
• Frothy, bloody sputum
• Diminished breath sounds on
affected side
• Tachycardia
• Flat neck veins
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
HEMATOTORAKS
Tatalaksana:
• Memerlukan pemasangan chest
tube/water sealed drainage (WSD)
PEMBAHASAN • Jika volume darah yang diperoleh
1500 ml dari tube atau lebih dari 200

190 ml/jam selama 2-4 jam, operasi


eksplorasi direkomendasikan

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PEMBAHASAN

190
Jawaban lainnya…
A. Intubasi : salah, karena pasien dalam keadaan compos
mentis

190
PEMBAHASAN
B. Plester 3 sisi : salah, dilakukan pada kasus open
C. Dekompresi dengan jarum : salah, dilakukanpada
pneumotoraks

tension pneumotoraks
E. Torakotomi : salah, bukan merupakan tatalaksana awal
Jadi, tatalaksana awal yang tepat pada
PEMBAHASAN pasien tersebut adalah…

190 D. PEMASANGAN WSD


Pasien laki-laki, usia 40 tahun, datang ke praktek dokter
untuk kontrol. Pasien menderita hipertensi sejak 4 tahun
yang lalu, hingga saat ini mendapat obat terapi calsium
channel blocker, ACE inhibitor, dan beta blocker. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, TD
SOAL 170/90 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR 24 kali/menit, dan suhu
36,6C. Dokter mencurigai pasien menderita hipertensi
sekunder sehingga dilakukan pemeriksaan aldosteron serum
191 yang menunjukkan hasil abnormal. Bagaimana mekanisme
kerja aldosteron yang paling utama?
A. Mengubah angiotensinogen
B. Meningkatkan lipolisis
C. Meningkatkan reabsorbsi natrium
D. Meningkatkan ekskresi air
E. Meningkatkan ekskresi natrium
C. MENINGKATKAN REABSORBSI
NATRIUM
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien laki-laki, 40 tahun
• Menderita HT sejak 4 tahun yll, mendapat obat terapi
191 calsium channel blocker, ACE inhibitor, dan beta blocker
• PF: kesadaran kompos mentis, TD 170/90 mmHg, nadi 96
kali/menit, RR 24 kali/menit, dan suhu 36,6C
• Dicurigai menderita hipertensi sekunder  dilakukan
pemeriksaan aldosteron serum  hasil abnormal
RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON
SYSTEM (RAAS)

PEMBAHASAN

191

Sumber: Kidney Hormones: Renin-Angiotensin Aldosteron System. http://www.urology-textbook.com/kidney-renin-


aldosterone.html
RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON
SYSTEM (RAAS)
• Peran sentral dalam regulasi Aldosteron:
tekanan darah dan terdiri dari • Mempromosikan reabsorbsi
kaskade protein fungsional natrium dan retensi air,
PEMBAHASAN (renin, angiotensin, dan meningkatkan tekanan darah,
aldosteron) dan menurunkan konsentrasi

191 • Terdapat gangguan pada


kelainan seperti stenosis arteri
ginjal, gagal jantung, atau
kalium
• Ginjal: peningkatan ekspresi
pompa natrium-kalium,
penyakit hati lanjut peningkatan luminal permeability
untuk Na+
• Kelenjar keringat: merangsang
Na+ dan reabsorbsi air dalam
pertukaran untuk K+
• Saluran pencernaan:
merangsang Na+ dan reabsorbsi
air dalam pertukaran untuk K+
Sumber: Kidney Hormones: Renin-Angiotensin Aldosteron System.
http://www.urology-textbook.com/kidney-renin-aldosterone.html
Jawaban lainnya…
A. Mengubah angiotensin : mekanisme ACE
PEMBAHASAN B. Meningkatkan lipolisis : bukan mekanisme RAAS
D. Meningkatkan ekskresi air : kebalikan dari mekanisme

191 aldosteron
E. Meningkatkan ekskresi natrium : kebalikan dari
mekanisme aldosteron
Jadi, mekanisme kerja aldosteron yang paling
PEMBAHASAN utama adalah…

191 C. MENINGKATKAN REABSORBSI


NATRIUM
Pasien perempuan, usia 45 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengalami BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/50 mmHg, nadi 116
kali/menit, RR 26 kali/menit, dan suhu 36,8C, konjungtiva
SOAL pucat, sklera tidak ikterik, dan terdapat nyeri tekan pada
daerah epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 5,6,
leukosit 10.800, trombosit 550.000, MCV 98, MCH 30, MCHC
192 28. Apa rencana tatalaksana awal pada pasien ini?
A. Pemberian antibiotik IV
B. Pemberian infus besi
C. Pemberian infus nutrisi
D. Pemberian transfusi darah
E. Pemberian anti nyeri IV
D. PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien perempuan, 45 tahun
• Lemas dan pucat sejak 2 hari
192 • Mengalami BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu
• PF: TD 90/50 mmHg, nadi 116 kali/menit, RR 26 kali/menit,
dan suhu 36,8C, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, dan
terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium
• Lab: Hb 5,6, leukosit 10.800, trombosit 550.000, MCV 98,
MCH 30, MCHC 28
PEMBAHASAN

192
INDICATION OF BLOOD TRANSFUSION
PRC (Packed Red Cells) FFP (Fresh Frozen Plasma)
• When Hb ≤ 7 g/dl, especially in • As substitution for F VIII and F IX
acute anemia • Hemostasis neutralization after
PEMBAHASAN
• When Hb 7-10 g/dl with hypoxia/ warfarin therapy
hypoxemia
192 • When Hb ≥ 10 g/dl with
increased need for oxygen
• Bleeding with abnormal
coagulation parameter

transport (CHD, COPD)


• In neonates with Hb ≤ 11 g/dl
with symptoms of hypoxia
• Hb < 8 g/dl in perioperative
period

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
INDICATION OF BLOOD TRANSFUSION
TC (Trombosit Concentrate) Cryoprecipitate
• To stop bleeding if: • Pre-invasive procedure
• Platelet < 50.000/µL (prophylaxis) for patient with
PEMBAHASAN fibrinogen deficiency
• Platelet < 100.000/µL (diffuse
• Hemophilia A and von
192 bleeding)
• Prophylaxis if platelet < 50.000/µL
• Pre-surgery or invasive
Willebrand disease with bleeding
or prior to surgery

procedure
• After massive transfusion
• Bleeding in thrombopathic
patient

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
INDICATION OF BLOOD TRANSFUSION
WBC (Whole Blood Cells) Washed erythrocyte
• Perdarahan akut dengan • Transfusi masif pada neonatus
hipovolemia sampai usia < 1 tahun
PEMBAHASAN
• Transfusi tukar (exchange • Penderita dengan anti-IgA atau
transfusion) defisiensi IgA dengan riwayat
192 • Pengganti sel darah merah
endah (PRC) saat memerlukan
alergi transfusi berat
• Riwayat reaksi transfusi berat
transfusi sel darah merah yang tidak membaik dengan
pemberian premedikasi
• Penderita dengan reaksi
terhadap protein plasma darah
transfusi (pada pasien dengan
Coombs test positif)

Sumber: Ministry of Health. 2003. Health Technology Assessment. American Association of Blood Banks.
Type Description Indication
Whole • Up to 510 mg total volume • Red cells replacement in acute blood loss with
blood • Hb ± 12 g/ml, Ht 35-45% hypovolemia
• No functional platelets • Exchange transfusion
• No labile coagulation factros (V & VIII) • Patients needing red cells transfusion where
PRC is not available
PRC • 150-200 ml red cells from which most of the • Replacement of red cells in anemia patients
PEMBAHASAN plasma has been removed • Use with crystalloid or colloid solution in acute
• Hb ± 20 g/dl (not less than 45 g per unit) blood loss

192 FFP
• Ht: 55-75%
• Plasma separated from whole blood within 6
hours of collection and then rapidly frozen to
-25C or colder



Replacement of multiple coagulation factor
Deficiencies
DIC
• Contains normal plasma levels of stable • TTP
clotting factors, albumin, and
immunoglobulin
TC Single donor unit in a volume of 50-60 ml of • Treatment of bleeding due to:
plasma should contain: thrombocytopenia, platelet function defects
At least 55 x 109 platelets, <1,2 x 109 redcells, • Prevention of bleeding due to
<0,2 x 109 leucocytes thrombocytopenia
Cryopres • Prepared by resuspending FFP presipitate Treatment of vWD, Hemophilia A, F.XIII def,
ipitate • Contains about half of the factor VIII and source of fibrinogen acquired coagulopathies
fibrinogen in the donated whole blood (DIC)
Jawaban lainnya…
A. Pemberian antibiotik IV : dapat dipertimbangkan, namun
bukan sebagai tatalaksana awal maupun definitif pada
PEMBAHASAN
kasus ini
B. Pemberian infus besi : dapat diberikan pada kasus
192 anemia defisiensi besi
C. Pemberian infus nutrisi : dapat dipertimbangkan, namun
bukan sebagai tatalaksana awal karena pasien
mengalami anemia
E. Pemberian antinyeri IV : harus diperhatikan dengan baik,
karena dapat memperparah nyeri epigastrium dan/atau
menambah perdarahan saluran cerna
Jadi, rencana tatalaksana awal pada pasien
PEMBAHASAN adalah…

192 D. PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH


Pasien laki-laki, usia 27 tahun, dibawa ke IGD karena baru
saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien tampak
gelisah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB 60 kg, TD
110/80 mmHg, nadi 112 kali/menit, teraba lemah, RR 26
kali/menit, suhu 36,9C, akral teraba dingin dan lembab.
SOAL Selain itu terlihat patahan tulang tungkai atas kanan
dengan perdarahan masif. Berapakah derajat perdarahan
pada pasien tersebut?
193 A. Derajat I
B. Derajat II
C. Derajat III
D. Derajat IV
E. Derajat V
B. DERAJAT II
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien laki-laki, 27 tahun, post KLL
• Kaki kanannya tidak dapat digerakkan setelah motornya
193 ditabrak oleh pengendara lain dari samping sejak 2 jam
SMRS
• PF: tampak gelisah, BB 60 kg, TD 110/80 mmHg, nadi 112
kali/menit, teraba lemah, RR 26 kali/menit, suhu 36,9C,
akral teraba dingin dan lembab. Terlihat patahan tulang
tungkai atas kanan dengan perdarahan masif
MACAM-MACAM SYOK
• Syok hipovolemik: diakibatkan oleh hilangnya cairan secara
absolut atau ekstravasasi
a) Takikardia, hipotensi
PEMBAHASAN b) Penyebab: diare, muntah, perdarahan, syok dengue
• Syok hemoragik: diakibatkan oleh hilangnya darah (merupakan

193 bagian dari syok hipovolemik, namun tidak semua syok


hipovolemik disebabkan oleh hemoragik/perdarahan)
a) Takikardia, hipotensi
b) Setiap pasien KLL harus dicurigai syok hemoragik
c) Pasien cedera kepala tidak dapat menyebabkan syok
hemoragik
• Syok anafilaktik: ada riwayat alergi
• Syok kardiogenik: masalah pada fungsi sistolik, diastolik, preload
(volume dan tekanan yang dialami ventrikel pada fase akhir
pengisian), afterload (tahanan yang harus dilawan ventrikel untuk
pengosongan), atau irama
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
MACAM-MACAM SYOK
• Syok distributif: total cairan tubuh tetap, namun volume
intravaskular relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular,
misalnya pada anafilaktik, sepsis, dan neurogenik
PEMBAHASAN • Syok neurogenik: biasa didahului trauma
a) Hilangnya tonus vasomotor dan hilangnya tonus simpatis 

193 vasodilatasi  syok distributif


b) Trauma medula spinalis diatas T6
c) Bradikardia, hipotensi (gejala parasimpatis)
d) Poikilothermia (kegagalan regulasi suhu tubuh)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


PERKIRAAN KEHILANGAN CAIRAN DAN DARAH

PEMBAHASAN

193
VOLUME PERDARAHAN FRAKTUR FEMUR
• Anatomi os femur
• Terletak dekat dengan
pembuluh darah besar (arteri
PEMBAHASAN femoralis)
• Pada fraktur femur  kehilangan

193 darah sampai 1.500 ml per femur


TATALAKSANA
Jenis syok Tatalaksana
Hipovolemik Resusitasi cairan
(termasuk Kristaloid (NaCl/RL) 20 ml/kgBB bolus cepat
PEMBAHASAN hemoragik)
Septik Resusitasi cairan
193 Vasokonstriktor (norepinefrin)
Antibiotik spektrum luas
Kardiogenik Obat inotropik (seperti dopamin, dobutamin)
Anafilaktik Resusitasi cairan
Epinefrin
Kortikosteroid
Diphenhydramine

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


RESUSITASI CAIRAN
Kristaloid • Non-protein colloids
• Sama efektifnya dengan
albumin pada pasien post- • Digunakan sebagai
PEMBAHASAN operatif second-line agents
• Merupakan pilihan cairan pada pasien yang
193 resusitasi awal untuk:
• Syok hemoragik/traumatic injury
tidak respon dengan
pemberian kristaloid
• Syok septik • Dapat digunakan pada
• Reseksi hepatika pasien dengan edema
• Thermal injury perifer atau edema
• Pembedahan kardivaskular paru dengan
• Dialysis induced hypotension kebocoran kapiler
• Lebih dipilih daripada
albumin karena lebih
murah
RESUSITASI CAIRAN
• Cairan kristaloid menyamakan Target resusitasi cairan
tekanan intravaskular dan • Euvolemia
interstitial dengan cepat
PEMBAHASAN • Meningkatkan perfusi
• Pemulihan/restorasi stabilitas
hemostatik yang adekuat • Meningkatkan penghantaran

193 akan membutuhkan volume


RL yang banyak
oskigen (oksigenasi)

• Sudah diobservasi secara


empirik, kurang lebih 300 cc
kristaloid dibutuhkan untuk
mengkompensasi setiap
kehilangan darah 100 cc (3:1
rule)
RESUSITASI CAIRAN

PEMBAHASAN

193

Sumber: British Consensus Guidelines on Intravenous


Fluid Therapy for Adults Surgical Patients. 2011.
Jawaban lainnya…
A. Derajat I : pasien tampak sedikit cemas, nadi < 100, TD
normal, tekanan nadi normal atau naik, RR 14-20

193
PEMBAHASAN
C. Derajat III : pasien tampak cemas/bingung, nadi > 120,
D. Derajat IV : pasien tampak bingung/letargi, nadi > 140,
TD menurun, tekanan nadi menurun, RR 30-40

TD menurun, tekanan nadi menurun, RR > 35


E. Derajat V : tidak ada dalam klasifikasi
Jadi, derajat perdarahan pada pasien tersebut
PEMBAHASAN adalah…

193 B. DERAJAT II
Pasien laki-laki, usia 27 tahun, dibawa ke IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Tampak
darah segar menetes pada meatus urethra eksternum.
Pada pemeriksaan fisik RT didapatkan flying prostate (+).
Apakah tindakan berikutnya yang dilakukan pada pasien?
SOAL A. Meminta pemeriksaan BNO-IVP
B. Meminta pemeriksaan uretrogram retrograde
C. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terbesar
194 D. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terkecil
E. Melakukan pemeriksaan USG testis
B. MEMINTA PEMERIKSAAN
URETROGRAM RETROGRADE
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien laki-laki, 27 tahun, post KLL
• PF: tampak darah segar menetes pada meatus urethra
194 eksternum
• RT: flying prostate (+)

 Diagnosis: Ruptur Urethra Posterior


RUPTUR ORGAN
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
PEMBAHASAN Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan, jarang
terjadi, hematuria

194 Vesika urinaria


Urethra anterior
Nyeri di suprapubik, hematuria
Nyeri di selangkangan, paling sering terjadi, paling
sering karena straddle injury, butterfly hematome
Urethra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya disebabkan oleh
fraktur pelvis, floating prostate
KLASIFIKASI GOLDMAN UNTUK
RUPTUR URETHRA

PEMBAHASAN

194
RUPTUR URETHRA
Trauma urethra anterior
• TRIAS: bloody discharge, retensio urine, hematome/jejas
peritoneal/urin infiltrat
PEMBAHASAN • Ditandai dengan butterfly appearance

194 Trauma urethra posterior


• TRIAS: bloody discharge, retensio urine, floating prostate

Diagnosis
• Retrograde urethrography, urinalisis, foto pelvis
PEMBAHASAN

194

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PEMBAHASAN

194

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
TRAUMA URETHRA POSTERIOR
Klasifikasi menurut Colapinto – McCollum:
Jenis Ruptur Gambaran Uretrogram
PEMBAHASAN Urethra posterior utuh, Memanjang, ekstravasasi (-)
stretching

194 Urethra posterior putus,


diafragma urethra anterior
utuh
Ekstravasasi kontras terbatas di atas diafragma
urethra anterior

Urethra posterior, Ekstravasasi yang luas


diafragma urethra anterior,
dan urethra pars bulbosa
bagian proksimal rusak
TATALAKSANA RUPTUR URETHRA
Simptomatik
• Initial  Atasi retensi urine  akses dari regio suprapubik 
pasang kateter suprapubik (sistostomi)
PEMBAHASAN
• Bedah (rekonstruksi)  terutama pada ruptur urethra
posterior yang disertai cedera pelvis (koreksi urethra
194 dilakukan setelah masalah pelvis tertangani), seperti
anastomosis urethra, uretrotomia interna
Jawaban lainnya…
A. Meminta pemeriksaan BNO-IVP : tidak dilakukan pada
kasus kecurigaan ruptur urethra, namun untuk patologi

194
PEMBAHASAN fungsi ginjal
ginjal dan sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan

C. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terbesar :


kontraindikasi pemasnagan kateter urine
D. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terkecil :
kontraindikasi pemasnagan kateter urine
E. Melakukan pemeriksaan USG testis : dilakukan pada
kondisi acute scrotal condition seperti pada kasus torsio
testis
Jadi, tindakan berikutnya yang dilakukan
PEMBAHASAN adalah…

194 B. MEMINTA PEMERIKSAAN


URETROGRAM RETROGRADE
Pasien perempuan, usia 57 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS. Keluhan
disertai kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri.
Terdapat riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah. Riwayat
diabetes mellitus disangkal. Pasien tampak gelisah. Pada
SOAL pemeriksaan fisik didapatkan TD 210/100 mmHg, nadi 92
kali/menit, teraba lemah, RR 22 kali/menit, suhu 37,5C,
hemiparese sinistra. Tatalaksana farmakologi yang tepat
195 diberikan pada pasien adalah…
A. Manitol 5% 0,5-1 g/kgbb IV
B. Manitol 10% 2-10 mcg/kgbb/menit IV
C. Manitol 10% 0,5-1 g/kgbb IV
D. Manitol 20% 2-10 mcg/kgbb/menit IV
E. Manitol 20% 0,5-1 g/kgbb IV
E. MANITOL 20% 0,5-1 G/KGBB IV
KEYWORDS :
PEMBAHASAN • Pasien perempuan, 57 tahun
• Penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS
195 • Disertai kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri
• Riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah
• PF: tampak gelisah, TD 210/100 mmHg, nadi 92 kali/menit,
teraba lemah, RR 22 kali/menit, suhu 37,5C, hemiparese
sinistra
PEMBAHASAN

195
• Tanda pe ↑ TIK (+) • Pasien sadar
• Pe ↓ kesadaran • Datang dengan defisit
neurologis (bicara pelo,
• Muntah proyektil hemiparesis)
• Nyeri kepala
Untuk memastikan perlu pemeriksaan penunjang:
• TD amat tinggi CT Scan, MRI
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Etiologi: perdarahan intraserebral Etiologi: trombus/emboli
Klinis: Klinis:
• Anamnesis: defisit neurologis akut • Anamnesis: defisit neurologis akut
+ penurunan kesadaran + nyeri (seringnya hemiparesis)
PEMBAHASAN kepala + muntah proyektil • PF: kesadaran umumnya tidak
• PF: tanda lesi UMN, hipertensi menurun

195 • Penunjang (CT Scan): area


hiperdens di serebrum
Tatalaksana:
• Tanda lesi UMN (hiperrefleks, ada
refleks patologis)
• Penunjang (CT Scan): arena
• Bedah hipodens sereberum

• Medikamentosa: Tatalaksana:
• Trombolitik (r-TPA)  3-4,5 jam
• Antihipertensi
setelah onset
• Agen diuretik osmotik (misal
manitol  manitol 20% 0,5-1 • Aspirin 325 mg
g/kgbb IV bolus selama 20 menit • Clopidogrel 300 mg
dan dapat diulang setiap 4-6
• Aspirin 325 mg + dipyridamole
jam)
2x200 mg
MACAM-MACAM SYOK
• Syok distributif: total cairan tubuh tetap, namun volume
intravaskular relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular,
misalnya pada anafilaktik, sepsis, dan neurogenik
PEMBAHASAN • Syok neurogenik: biasa didahului trauma
a) Hilangnya tonus vasomotor dan hilangnya tonus simpatis 

195 vasodilatasi  syok distributif


b) Trauma medula spinalis diatas T6
c) Bradikardia, hipotensi (gejala parasimpatis)
d) Poikilothermia (kegagalan regulasi suhu tubuh)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


STROKE ISKEMIK VS STROKE HEMORAGIK

PEMBAHASAN

195
Jawaban lainnya…
A. Manitol 5% 0,5-1 g/kgbb IV : salah pada persentase
PEMBAHASAN manitol
B. Manitol 10% 2-10 mcg/kgbb/menit IV : salah persentase

195 manitol dan dosis


C. Manitol 10% 0,5-1 g/kgbb IV : salah persentase manitol
D. Manitol 20% 2-10 mcg/kgbb/menit IV : salah dosis manitol
Jadi, tatalaksana farmakologi yang tepat
PEMBAHASAN adalah…

195 E. MANITOL 20% 0,5-1 G/KGBB


IV
Seorang perempuan 45 tahun, datang ke UGD
dengan keluhan nyeri sekitar pusar, disertai baal
dari pusar hingga tungkai, kedua tungkai juga tidak
dapat digerakkan setelah kecelakaan.
SOAL Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan untuk
menunjang diagnosis?
A. MRI servikal
196 B. MRI torakal
C. MRI kepala
D. CT-scan kepala
E. MRI lumbosakral
B. MRI torakal

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Wanita 45 tahun
196 • Nyeri sekitar pusar
• Baal dari pusar hingga ujung tungkai
• Kedua tungkai tidak dapat digerakkan

Pemeriksaan penunjang?
PETA DERMATOME
Cervical : C2 – C8
PEMBAHASAN
Thorakal : T1 – T12

196 Lumbar : L1 – L5
Sacral : S1 – S5

Setinggi pusar setinggi T10


Sehingga, pemeriksaan
penunjang yang tepat adalah
MRI Torakal.
Jawaban lainnya…
A. MRI Kepala
PEMBAHASAN
Untuk melihat kelainan intracranial dan
ekstrakranial lebih lanjut seperti tumor, stroke,
196 peradangan otak dan cairan otak.

B. MRI Servikal
Untuk melihat kelainan yang terjadi pada C2-C8
Jawaban lainnya…
D. CT Scan Kepala
PEMBAHASAN
Dilakukan pada kasus cedera kepala, stroke,
evaluasi awal SOL, penurunan kesadaran yang
196 tidak dapat dijelaskan.

E. MRI lumbosacral
Untuk melihat kelainan yang terjadi pada L1-L5,
S1-S5
Seorang perempuan, 30 tahun, datang ke UGD dengan
keluhan sesak napas dan nyeri dada. Sebelumnya pasien
mengalami KLL dengan dada kanan membentur aspal
terlebih dahulu. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 110/80 mmHg, RR 40x/menit, Nadi
SOAL 120x/menit, afebris. Pada pemeriksaan fisik, inspeksi
ditemukan pergerakan dada kanan tertinggal, perkusi

197 ditemukan redup pada hemithorax kanan, auskultasi


sitemukan suara nafas kanan menjauh, vesikuler (+/-),
ronki (-/+). Gambaran x-ray seperti berikut. Apa diagnosis
yang paling tepat?
A. Empiema kanan
B. Pneumonia kanan
C. Efusi pleura kanan
D. Hematothorax kanan
E. Pneumothoraks kanan
D. Hematothorax kanan

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Wanita 30 tahun
197 • Post KLL dengan dada kanan membentur aspal
• Sesak napas, takipneu, takikardi
• Xray thorax : perselubungan opaque homogen,
meniscus sign (+)
• Diagnosis?
D. Hematothorax kanan
• Definisi
PEMBAHASAN
Penumpukan darah di rongga pleura yang biasanya
disebabkan oleh trauma.
197 • Gejala
sesak napas, riwayat trauma tumpul
• Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dada tidak simetris (hemithoraks yang
sakit tertinggal sat inspirasi)
Perkusi redup
Auskultasi menurun/ menghilang
D. Hematothorax kanan

PEMBAHASAN
• Tatalaksana
Torakosentesis, yaitu pengambilan darah atau
197 cairan.
Jawaban lainnya…
A. Empiema kanan
PEMBAHASAN Penumpukan pus di rongga pleura
yang diakibatkan oleh infeksi
197
B. Pneumonia Kanan
Peradangan parenkim paru
Jawaban lainnya…

PEMBAHASAN C. Efusi Pleura Kanan


Penumpukan cairan di rongga pleura

197 yang biasanya disebabkan gangguan


kardiopulmonal.

E. Pneumothoraks kanan
Terkumpulnya udara pada rongga
pleura, biasanya disebabkan oleh
penyakit paru kronis atau trauma
Anak berusia 2 tahun datang ke UGD dengan keluhan
batuk sejak 4 hari yang lalu. Batuk dikatakan seperti
menggonggong, tidak berdahak dan tidak disertai
demam. Pasien juga mengeluh suara serak. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan penyempitan subglotis dan
SOAL rima glottis. Gambaran yang mungkin ditemui pada
pemeriksaan radiologi adalah?

198 A. Vallecula sign


B. Steeple sign
C. Coffee bean sign
D. Thumbs sign
E. Salt and pepper sign
B. STEEPLE SIGN
KEYWORDS :
PEMBAHASAN
• Anak 2 tahun

198 • Batuk
• Tidak demam
• Suara serak
• Pemeriksaan fisik : penyempitan subglotis dan
rimaglotis

Diagnosis CROUP
CROUP

PEMBAHASAN
• Croup atau laringobtrakeobronkitis disebabkan
infeksi virus parainfluenza (tipe 1, 2, 3)

198 • Gejala : batuk menggonggong, serak, sesak,


batuk, rhinorea, demam, stridor
CROUP
Tatalaksana
PEMBAHASAN
• Croup ringan : pemberian cairan dan makanan yang sesuai serta ASI

198 yang cukup

• Croup berat : Ranap!


Croup berat :
• Stridor saat anak tenang
• Napas cepat dan
Steroid : deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) tarikan dinding dada
Epinefrin/adrenalin : 2 ml adrenalin 1/1 000 dengan bagian bawah ke
dalam
normal saline 2-3ml, diberikan dgn nebulizer selama20 menit.

• Dapat dipertimbangkan :
Oksigen
Intubasi/trakeostomi jika obstruksi berat mengancam nyawa.
Jawaban Lainnya
Vallecula sign &
PEMBAHASAN Epiglotitis akut
Thumbs sign
198
Jawban Lainnya

PEMBAHASAN
Coffee bean sign Sigmoid volvulus

198
Jawaban Lainnya

PEMBAHASAN
Salt and pepper sign
Menunjukan beberapa daerah lusen pada calvaria yang

198 biasanya disebabkan resorpsi tulang trabecular pada


hiperparatiroidisme.
Anak berusia 6 tahun mengeluh nyeri perut dan BAB
berdarah sejak 6 jam yang lalu. Terdapat darah
kehitaman pada BAB serta lendir yang menyerupai jelly.
Sehari sebelumnya, anak mengeluh demam dan pilek.
Pada pemeriksaan fisik, teraba massa seperti sosis di
SOAL perut kanan bawah. Pada USG terdapat gambaran
lipatan usus seperti donat. Apa diagnosis yang tepat?

199 A. Divertikulitis
B. Volvulus
C. Morbus hirschsprung
D. Intususepsi
E. Stenosis pylorus hipertrofik
D. INTUSUSEPSI

PEMBAHASAN
KEYWORDS :
• Anak usia 6 tahun

199 •

Nyeri perut
Bab dengan darah kehitaman, lendir, dan seperti jelly
• Massa seperti sosis di perut kanan bawah
• USG : lipatan usus seperti donat

Diagnosis : Intususepsi
INTUSUSEPSI
Definisi :
PEMBAHASAN Obstruksi usus dimana satu segmen
usus masuk ke dalam segmen usus

199 yang lainnya.

Diagnosis :
• Gejala
Awal : kolik hebat ; muntah.
Lanjut : perut kembung ; tinja berlendir bercampur darah
(currant jelly stool) dan dehidrasi
• PF : palpasi teraba massa seperti sosis
• USG : donat/ pseudo kidney sign
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Rumah Sakit.
WHO. 2017
Jawaban lainnya…
Target sign/doughnut sign Currant Jelly Stool
PEMBAHASAN

199
Jawaban lainnya…
A. Divertikulitis
• Herniasi dinding mukosa colon dengan bowler
PEMBAHASAN hat pointer outward
B. Morbus hirschsprung
199 • Mekonium keluar > 24 jam setelah lahir, ileus,
BAB menyemprot pada RT
C. Volvulus
• Colon terpuntir, ileus, coffee bean sign
D. Stenosis pylorus hipertrofik
• Muntah setelah makan, single buble sign,
string sign
Fraktur jenis apa yang terdapat pada gambar
dibawah?

A. Fraktur inkomplit
SOAL
B. Fraktur komplit
C. Fraktur oblik
D. Fraktur segmental
200 E. Fraktur spiral
B. FRAKTUR KOMPLIT

PEMBAHASAN
Garis fraktur mengenai seluruh diameter tulang

200
Jawaban lainnya…
A. Fraktur Inkomplit :
PEMBAHASAN • Dikenal dengan fraktur greenstick
• Sering terjadi pada anak
200 • Hanya mengenai satu sisi tulang
Jawaban lainnya…
Fraktur oblique : garis patahan miring
PEMBAHASAN Fraktur spiral : garis patahan melingkar
Fractur comminuted : lebih dari satu garis fraktur,
200 beberapa fragmen tulang
Fraktur compound : open fraktur, terdapat
kerusakan integritas kulit
Jawaban lainnya…

PEMBAHASAN

200

Anda mungkin juga menyukai