Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENCAHAYAAN DAN PENHAWAAN BUATAN

OLEH :

ANGGA ANUGRAH MUKTI


E1B120031

JURUSAN S1-ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 29 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....…… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….…… ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………….…… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..…… 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………..…… 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………… 1
1.4 manfaat………………………………………………….…………………………..…… 1
BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 2
2.1 sistem penghawaan buatan ……………………………………………………………… 2
2.1.2 Pengertian Penghawaan Buatan………………………………………………..….…… 2
2.1.3 Sistem Penghawaan Buatan yang Baik………………………………………….……… 2
2.1.4 Jenis Penghawaan Buatan………………………………………….…………………….…… 2
2.2 Sistem Pencahayaan Buatan…………………………………………………….….……… 6
2.2.1 Pengertian Pencahayaan Buatan…………………………………………..…….……… 6
2.2.2 Sistem Pencahayaan Buatan yang Baik………………………………………………7
2.2.3 Jenis-jenis Pencahayaan Buatan…………………………………………….….……… 8

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………………….……11
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………..…… 11
3.2 Saran …………………………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang arsitektur pencahayaan, penghawaan dan kelembapan merupakan tiga
elemen dasar dan perlu diperhatikan dalam merancang suatu ruang, karena arsitektur
merupakan ilmu hasil dari, dan untuk manusia, dimana manusia tidak dapat melihat tanpa ada
faktor eksternal yaitu cahaya. Tanpa cahaya semuanya akan menjadi gelap dan tidak akan
terlihat apapun. Sayangnya selama ini perancangan pencahayaan lebih banyak dilihat dari
segi fungsi semata, padahal ada segi lain yang dapat dimanfaatkan dari cahaya yaitu segi
kualitas. Dengan kualitas yang baik pencahayaan dapat memberi efek-efek psikologis yang
dapat mempengaruhi emosi dan rasa manusia. Begitupun penghawaan sebuah bangunan
dengan sistem penghawaan yang baik dapat memberikan kenyamanan pada pengguna atau
pemakai bangunan tersebut. Karena setiap bangunan atau ruang tentu memiliki perbedaan
kualitas ruang yang ingin dicapai, bergantung pada fungsi dan peruntukkan ruang tersebut.
Maka pengaturan cahaya, penghawaan pada setiap bangunan pun berbeda – beda.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksud dengan pencahayaan dan penhawaan buatan
1.2.2 Bagaimana Pencahayaan dan penghawaan buatan yang baik
1.2.3 Apa saja jenis jenis pencahayaan dan penghawaan buatan
1.2.4 Apa saja kelebihan dan kekurangan pencahayaan dan penghawaan buatan
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui apa itu pencahayaan dan penhawaan buatan
1.3.2 Dapat mengetahui Bagaimana Pencahayaan dan penghawaan buatan yang baik
1.3.3 Dapat mengetahui Apa saja jenis jenis pencahayaan dan penghawaan buatan
1.3.4 Adapat mengetahui pa saja kelebihan dan kekurangan pencahayaan dan penghawaan
buatan
1.4 Manfaat
Mahasiswa ampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem pencahayaan dan
penghawaan buatan untuk mendukung kinerja bangunan dan mampu menerapkan prinsip-
prinsip dasar dalam merancang arsitektur.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Penghawaan Buatan


2.1.2 Pengertian Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan memiliki pengertian bahwa udara dalam ruang


dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut.Agar didapatkan
suatu sistim serta kapasitas pendingin yang tepat, maka perlu diketahui besarnya beban kalor
pada ruang/bangunan (karena fungsi AC adalah untuk menghapus beban kalor tersebut)
sehingga suhu dan kelembaban udara tetap nyaman. Besar beban kalor yang terjadi
ditentukan oleh: hantaran panas radiasi matahari, hantaran panas secara
transmisi,hantaran panas ventilasi atau infiltrasi, beban panas intern (manusia dan peralatan
elektronik ataumesin).

2.1.3 Sistem Penghawaan Buatan yang Baik

Didalam desain ruang atau bangunan yangmenggunakan penghawaan buatan, harus


menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Bentuk cenderung beraturan agar memudahkan dalam perencanaan sistem


penghawaannya.
b. Bentuknya diusahakan disejajarkan dengan arah aliran angina
c. Langit-langit/plafon dibuat relatif rendah untuk memperkecil volume ruang.

Agar memberi kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu bangunan, sistem-
sistem penghawaan harus mempertahankan keseimbangan antara kondisi-kondisi termal dan
atmosfer dalam dan kondisi-kondisi iklim yang terus-menerus berubah di luar ruangan dan
didalam ruangan itu sendiri. Jika suasana panas, sistem harus memberi cukup udara sejuk
untukmengatasi panas yang diperoleh dari luar. Dalam keadaan dingin, ia harus memberi
cukup panasuntuk menggantikan panas yang hilang.

2.2.4 Jenis Penghawaan Buatan


a. AC Split

2
3

Di lihat dari segi bentuknya AC Split ini memiliki dua bagian yaitu indoor dan
uotdoor, compressor pada AC Split in terletak pada bagian outdoornya dan memiliki kipas
sebagai alat untuk mengurangi panas yang ada pada pipa kondensornya. Sedangkan pada
bagian indoornya terdapat pipa evaporator dan motor listrik yang berfungsi memutar blower
dan kemudian di keluarkan pada ruangan yang  telah di tentukan sehingga ruangan tersebut
menjadi dingin.

Prinsip kerja pada AC Split adalah dimulai dari kompresor. Kompresor memompa gas
yang bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi melalui pipa tekan (Discharge) ke kondensor. Di
dalam kondensor suhu gas yang tinggi dibuang oleh Fan yang terletak pada Outdoor unit,
sehingga suhu gas refrigerant menjadi dingin. Setelah melalui Condensor gas refrigerant
masuk ke Filter Dryer untuk disaring, agar gas yang mengalir tidak terdapat kotoran. Setelah
disaring gas (Freon) masuk ke pipa kapiler yang lubangnya begitu kecil, di dalam pipa ini
freon saling bertubrukan dan berdesak-desakan disini freon telah berubah wujud menjadi cair
yang sebelumnya berupa gas. Setelah melewati pipa kapiler freon akan menguap dan
mengambil panas didalam Evaporator yang hampa udara. Sehingga pipa-pipa di evaporator
menjadi dingin dan dihembuskan oleh fan motor yang ada dalam Indoor unit.

Gambar 2.1 Contoh jenis AC Split

Setelah melakukan proses pendinginan freon di dalam evaporator, freon kembali


disedot masuk kembali melalui pipa hisap (suction) ke dalam Kompresor. Begitulah cara
kerja AC, singkatnya freon dipompa oleh kompresor keluar melalui pipa tekan lalu masuk ke
condensor lalu ke filter dryer kemudian masuk melalui pipa kapiler menuju evaporator dan
4

kembali ke kompresor melalui pipa hisap (Suction). Proses ini terus berulang ketika AC
digunakan.
-Kelebihan : bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar dan
suara di dalam ruangan tidak berisik.

-Kekurangan : pemasangan pertama/pembongkaran butuh tenaga terlatih demikian pula


perawatan dan pemeliharaannya serta harganya lebih mahal.

b. AC Window

Pada AC Window ini memiliki bentuk yang berbeda dengan bentuk lainnya, yaitu
antara indoor dan outdoornya memiliki tempat yang sama (menyatu), sehingga tidak
memerlukan tambahan pipa antara indoor dan outdoor AC tersebut.

Didalam pemasangan AC Window ini, kita harus melubangi tembok ruangan yang
akan di pasang tersebut. Letak indoornya berada di dalam ruangan dan letak outdoornya
berada di luar ruangan, tembok pembatas ini sangat di perlukan agar udara panas yang berada
di luar ruangan tidak masuk ke dalam ruangan yang bersuhu rendah, yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada compressor AC Window tersebut.

Gambar 2.2 Contoh Jenis AC Window

-Kelebihan: pemasangan pertama/pembongkaran serta pemeliharaan mudah dilaksanakan


dan harganya murah.

-Kekurangan: karena komponen AC terpasang pada base plate yang posisinya dekat dengan
ruangan yang didinginkan, cenderung berisik terutama dari kompresor, tidak semua ruangan
dapat dipasang AC ini karena dipasang dengan bagian kondenser menghadap ke tempat
terbuka supaya udara panas dapat dibuang ke alam bebas.
5

d. AC Floor Standing

AC Floor standing ini memiliki bentuk yang besar baik pada indoornya maupun pada
outdoornya, peletakan AC Floor standing ini yaitu pada bagian indoornya di letakkan pada
dasar lantai ruangan yang di lengkapi dengan dudukannya, daerah pada bagian depan
indoornya harus lapang hal ini di sebabkan agar sirkulasi udara pada AC Floor standing
tersebut tidak terganggu.

Gambar 2.3 Contoh jenis AC Floor Standing

AC Floor standing ini mampu mencapai temperatur terendah hingga kurang lebih
10 derajat celcius sedangkan pemasangan pada bagian indoornya disebelah atas dibuat suatu
corong/dakting udara, yang dapat di tempatkan hingga ketinggian 3,5 meter.

AC Floor standing ini sangat banyak di gunakan pada setiap industri, karena
memiliki kapasitas ruangan yang cukup besar dibandingkan dengan AC lainnya dan AC ini
biasanya di letakkan dalam suatu ruangan produksi.

-Kelebihan: pemasangan pertama/pembongkaran serta pemeliharaan mudah dilaksanakan


dan harganya murah.

-Kekurangan: karena komponen AC terpasang pada base plate yang posisinya dekat dengan
ruangan yang didinginkan, cenderung berisik terutama dari kompresor, tidak semua ruangan
dapat dipasang AC ini karena dipasang dengan bagian kondenser menghadap ke tempat
terbuka supaya udara panas dapat dibuang ke alam bebas.
6

e. AC Sentral

Ukuran pada AC ini hampir sama dengan AC Floor standing yang memiliki
bentuk dan ukuran cukup besar. Perbedaannya ialah ukurannya dan tempatnya peletakkan
pada bagian indoornya. AC Central ini di pasang (di letakkan) pada bagian atas dekat ceilings
(plafon), dan AC ini lebih banyak di pasang dalam keadan tergantung.

Gambar 2.4 Contoh Jenis AC Central

AC Central ini memiliki dua buah blower yang di gunakan untuk menghisap suhu
dingin pada bagian evaporatornya dan mengeluarkannya keruangan yang telah di tentukan.
AC ini biasanya diberi corong udara/dakting pada depan blowernya, sebagai tempat penyalur
udara dari blower menuju ruangan. AC ini memiliki filter, yang dipasang pada bagian
belakang blower.

2.3 Sistem Pencahayaan Buatan

2.2.1 Pengertian Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya


selain sumber cahaya alami, contohnya adalah lampu. Perkembangan cahaya buatan
dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu minyak tanah, lampu gas sampai
dengan lampu listrik.

Satwiko (2004:61) memberi penjelasan tentang alasan diperlukannya pencahayaan


sebagai berikut.
7

Pencahayaan buatan diperlukan apabila:

1. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam dan
terbit.
2. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal
intensitas cahaya bola langit akan berkurang.
3. Cahaya alami tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan
yang jauh dari jendela.
4. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar, pada ruang lebar hanya lokasi
di sekitar jendela saja yang terang, sedangkan di bagian tengah akan redup.
5. Diperlukan intensitas cahaya konstan.
6. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur.
7. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.

2.2.2 Sistem Pencahayaan Buatan yang Baik

Prabu (2009) menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat


pencahayaan buatan berikut ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pencahayaan buatan adalah:

1. Jarak pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang atau


melengkapi cahaya alami.
2. Tingkat pencahayaan yang diinginkan.
3. Distribusi dan iluminasi pencahayaan yang diperlukan, apakah terpusat pada
satu arah atau menyebar.
4. Warna yang akan dipergunakan serta efek warna dari cahaya tersebut.

Dalam bukunya, Meijs (2002:123) menjelaskan dasar sumber-sumber


pencahayaan buatan.

Sumber-sumber pencahayaan buatan didasarkan pada prinsip-prinsip alami,


diantaranya adalah:

1. Pancaran suhu
8

Dengan mengalirkan suatu arus listrik melalui seutas kawat, timbullah kalor. Semakin
tinggi suhu kawat, semakin besar pula arus cahaya khusus.

2. Pelepasan gas

Dalam keadaan-keadaan tertentu kita dapat mengalirkan arus listrik melalui suatu gas
atau uap. Dalam hal ini kita bisa memperoleh pancaran yang dapat dilihat karena
elektron-elektron yang terbatas dari arus listrik, menghilangkan elektron-elektron
yang terikat pada gas atau uap dari jalur normalnya. Sewaktu kembali kepada jalur
normal ini, elektron-elektron tersebut mengeluarkan elektron yang terserap, dalam
bentuk pancaran.

3. Fluoresensi (pemendaran)

Zat-zat tertentu dapat merubah sinar ultraviolet dan pancaran yang dapat dilihat yang
memiliki ukuran gelombang pendek menjadi pancaran yang bergelombang lebih
panjang, dengan perkataan lain pancaran yang kurang nampak.

2.2.3 Jenis-jenis Pencahayaan Buatan

Pencahayaan Buatan Terdiri Dari:

a. Pencahayaan buatan menurut jenisnya

1) Pencahayaan tidak langsung ( indirect lighting ) Jenis pencahayaan yang di pancarkan


melalui langit-langit

2) Pencahayaan semi tidak langsung ( semi indirect lighting ) 60 - 90% cahaya di arahkan ke
langit-langit, sedangkan 10 - 40% diarahkan ke bawah.

3) Pencahayaan langsung tidak langsung ( direct – indirect lighting ) Jenis pencahayaan ke


atas dan ke bawah dengan menghasilkan cahaya yang teduh.

4) Pencahayaan semi langsung ( semi direct lighting ) Jenis pencahayaan yang diarahkan ke
bidang kerja, selebihnya di arahkan ke langit – langit
9

5) Pencahayaan langsung ( direct lighting ) Jenis pencahayaan yang seluruhnya hampir


dipancarkan pada bidang kerja, dapat dirancang menyebar/terpusat, tergantung reflektor yang
digunakan.

b. Pencahayaan buatan menurut arah pencahayaan

1) Pencahayaan ke bawah ( downlight ) Pencahayaan datang dari atas ke bawah atau merata.

2) Pencahayaan ke atas ( uplight ) Pencahayaan datang dari bawah ke atas.

3) Pencahayaan dari belakang ( backlight ) Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek
untuk memberi aksentuasi pada obyek.

4) Pencahayaan dari samping ( sidelight ) Arah cahaya datang dari samping sehingga
memberikan penekanan pada elemen interior tertentu.

5) Pencahayaan dari depan ( frontlight ) Arah cahaya datang dari depan obyek.

Gambar 2.5 contoh pencahayaan dari depan

c. Pencahayaan buatan menurut cakupan cahaya


10

1) Pencahayaan umum ( general lighting ) Pencahayaan merata pada ruangan & di


maksudkan untuk memberi kesan merata agar tidak terlalu gelap.

2) Pencahayaan dilokalisasi ( localized lighting ) Jenis pencahayaan dilokalisasi secara tidak


seragam yang di fokuskan pada area kerja. Efesiensi cukup tinggi karena area non kerja tidak
mendapat cahaya yang sama dengan area kerja.

3) Pencahayaan ambien ( ambient lighting ) Pencahayaan tidak langsung yang di pantulkan


plafon & dinding, lampu dapat digantung pada dinding atau menyatu dengan perabot.

4) Pencahayaan setempat ( Task lighting ) Jenis pencahayaan yang hanya terdapat pada
tempat & area sekelilingnya yang terkena cahaya.

5) Pencahayaan aksen ( accent lighting ) Jenis pencahayaan yang digunakan pada obyek
tertentu.

6) Pencahayaan decoratif ( decorative lighting ) Pencahayaan dengan lampu sebagai object


untuk di lihat.

d. Pencahaayn buatan menurut pencahayaan arsitektur

1) Pencahayaan cove Pencahayaan tidak langsung dari fixture yang terpasang menerus pada
dinding.

2) Pencahayaan coffer Jenis pencahayaan pada kantung (coffer) plafon lampu diletakkan
pada kantung kecil berbentuk persegi.

3) Pencahayaan luminous – ceiling Sumber cahaya seragam dengan memakai elemen


penyebar yang digantung dibawah ruang lampu secara seragam.

4) Pencahayaan valance ( bracket ) Jenis pencahayaan pada bidang atas dan bawah pelindung
dinding.

5) Pencahayaan cornice ( soffit ) Dinding yang kena cahaya hanya dari atas & plafon yang
tidak terkena cahaya akan terlihat gelap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penghawaan pengkondisian udara dalam ruang berdasarkan beban kalor yang terjadi
pada ruangan tersebut.Agar didapatkan suatu sistim serta kapasitas pendingin yang
tepat
2. Didalam desain ruang atau bangunan yangmenggunakan penghawaan buatan, harus
menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Bentuk cenderung beraturan agar memudahkan dalam perencanaan sistem
penghawaannya.
b. Bentuknya diusahakan disejajarkan dengan arah aliran angina
c. Langit-langit/plafon dibuat relatif rendah untuk memperkecil volume ruang.
3. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
sumber cahaya alami, contohnya adalah lampu
4. Prabu (2009) menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat
pencahayaan buatan berikut ini.
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pencahayaan buatan
adalah:
b. Jarak pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang atau
melengkapi cahaya alami.
c. Tingkat pencahayaan yang diinginkan.
d. Distribusi dan iluminasi pencahayaan yang diperlukan, apakah terpusat
pada satu arah atau menyebar.
e. Warna yang akan dipergunakan serta efek warna dari cahaya tersebut.

3.2 Saran
Sistem penghawaan dan pencahayaan alami sangat penting untuk mendukung kinerja
bangunan dan mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam merancang arsitektur Oleh
karena itu sistem penghawaan dan pencahayaan patut dipelajari dengan baik

11
12

DAFTAR PUSTAKA

http://indonagano.com/index.php/2016/07/14/pengertian-ac-central-dan-sistem-kerjanya/

http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/02/jenis-sistem-pengkondisian-udara.html

Satwiko, P. 2004. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi


Soegijanto. 1998. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek
Fisika Bangunan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai