Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Filsafat Kelompok 3 Maret 2022

Superstisi dan Kepercayaan Masyarakat


Dr. Lukman El Hakim, M.Pd.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
Email: lukmanunj5@gmail.com

Akmal Rafi Diara Putra


Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
Email: akmalrafidiaraputra_1313621007@mhs.unj.ac.id

Rawdo Madina
Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
Email: rawdomadina_1313621028@mhs.unj.ac.id

Yohanes Kukuh Parlindungan


Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
Email: yohaneskukuhparlindungan_1313621030@mhs.unj.ac.id

Artikel dibuat: 27 Maret 2022

Abstract

This research studies matters about superstitions and people's beliefs about
things that are metaphysical or supernatural that can't be comprehended by the
human mind nor proven scientifically. This study also seeks to find out how
people's beliefs are influenced and created, and to seek how the process of
passing down beliefs from the previous generation to the next generation. This
study found that people's beliefs originate from the direct experience of
themselves when facing something that is in strengthening social structures and
or to support their daily lives, and we had another theory as people's beliefs can
be said to come from internal factors such as genes and personality as for external
factors comes from environment, history, and basic understanding of society.

Keywords: Superstitions, myths, beliefs, culture

Jurnal, Artikel Page 1


Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

Abstrak

Penelitian ini mengkaji hal-hal superstisi dan kepercayaan masyarakat terhadap


hal hal yang bersifat metafisik atau hal ghaib. Penelitian ini juga mencari tahu
bagaimana bisa kepercayaan masyarakat tercipta serta bagaimana cara
penurunan kepercayaan ini dari generasi sebelumnya ke generasi penerusnya.
Penelitian ini menemukan bahwa kepercayaan masyarakat berawal dari
pengalaman langsung umat manusia dalam memperkuat struktur sosial dan
menunjang kehidupan sehari-hari mereka, untuk teori lain didapatkan bahwa
kepercayaan masyarakat dapat dibilang berasal dari faktor internal seperti gen
dan kepribadian untuk faktor eksternal berasal dari lingkungan, sejarah, dan
dasar pemahaman masyarakat.

Kata Kunci: Superstisi, mitos, kepercayaan, budaya

A. Pendahuluan

Semenjak zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru), manusia telah menciptakan banyak
pemahaman dan tafsiran tentang alam ini. Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh
manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat sesuatu yang bersifat gaib atau
supernatural dan sesuatu ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan alam nyata,
serta dari tafsiran itu lah tercipta berbagai kepercayaan dan pemahaman baru terhadap alam
semesta, seperti beberapa yang menganggap bahwa barang-barang yang statis atau benda
mati seperti batu, gunung, dan lautan memiliki roh atau jiwa.

Kepercayaan yang mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini seperti gua, pohon
atau batu besar, mempunyai jiwa yang harus dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu
manusia. Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di
atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk
ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau
harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada
masa hidupnya. Bahkan hal tersebut dipercayai sampai turun temurun.

Hingga saat ini masih banyak manusia yang pada masa modern di mana teknologi
sudah berkembang dengan pesat masih mempercayai semacam superstisi/mitos sebagai
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

sebuah landasan pola pikir ataupun tradisi lisan. Padahal teknologi dan sains sudah banyak
yang membuktikan bahwa beberapa mitos-mitos yang beredar dalam kehidupan masyarakat
itu tidak terbukti benar adanya. Akan tetapi superstisi/mitos di sini bisa menjadi sebuah
tradisi atau budaya yang yang melekat langsung dalam kehidupan masyarakat sebagai
sebuah warisan yang dapat dilestarikan dari para pendahulunya.

1. Pendapat Metafisika terhadap superstisi dan kepercayaan masyarakat

Superstisi dan kepercayaan masyarakat tidak jauh untuk dijelaskan dari salah satu
cabang ilmu filsafat yaitu metafisika, tujuan utama dari kajian metafisika adalah pemahaman
mengenai struktur dasar dan prinsip-prinsip dalam realitas. Dengan pemahaman dan
pandangan filsafat yang beragam, pemahaman metafisika dapat menjadi sesuatu yang
khusus, yang umumnya mencakup pembahasan yang kaya. Di dalam metafisika setiap orang
memiliki cara pandang yang beragam, mereka yang telah mengemukakan teori-teorinya
dalam metafisika mempunyai penafsiran yang berbeda walaupun menghasilkan suatu tujuan
yang sama.

Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan
paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya
merupakan gejala kimia-fisika semata. Kaum mekanistik menganggap bahwa fenomena
alam yang ada di dunia ini berasal dari kejadian yang ada di alam itu sendiri termasuk
bagaimana makhluk hidup berasal dan terbentuk. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup
adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan hanya sekedar gejala kimia-
fisika semata atau dapat dikatakan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi,
daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irasional atau tidak rasional.

Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua
tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monistis dan dualistik. sudah
merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat
(objek) yang ditelitinya. Dari sini aliran monistis mempunyai pendapat yang tidak
membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala
disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Pendapat ini
ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran


(pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substantif. Aliran ini berpendapat bahwa yang
ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran,
sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. Maka apakah superstisi dan
kepercayaan masyarakat masuk ke dalam kriteria tersebut? Seperti dalam paham penafsiran
dualistik yang membedakan antara zat dan kesadaran yang berbeda secara substantif, yang
bersifat nyata adalah pikiran, maka dengan berpikir bahwa superstisi itu ada, maka superstisi
itu ada secara mental, namun jika di tafsir secara zat.

“Mengapa keberadaan berada, dan bukan suatu ketiadaan?”

Filsuf yang menganut paham dualistik diantaranya adalah:

Rene Descartes (1596-1650)

John Locke (1632-1714)

George Berkeley (1685-1753)

Ketiga filsafat itu berpendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk
penginderaan dari segenap pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Rene Descartes:
"bahwa pikiran adalah satu satunya kenyataan yang tidak dapat diragukan". John Locke:
"Pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman
indera". George Berkeley:“To be is to be perceived!"(Untuk berada adalah untuk di
persepsikan!). Di dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat dan
kesadaran yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif

Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran


(pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substantif. Aliran ini berpendapat bahwa yang
ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran,
sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. Jika dengan penafsiran secara
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

substantif menafsir dari apa adanya maka dengan penafsiran dualistik genesis ditafsir dari
asal mulanya suatu keberadaan.

B. Pemecahan Superstisi dan Kepercayaan Masyarakat

Superstisi dan Kepercayaan masyarakat sebagian besar tidak memiliki bukti untuk
mendukung keberadaan mereka, sudah dijelaskan di tafsiran metafisika bahwa secara
substantif keberadaan harus berada dan bersifat nyata, jika ditafsir secara genesis maka
keberadaan superstisi dibuktikan dari asal mulanya. Seperti hampir semua kepercayaan
masyarakat, hampir semua berasal dari persepsi dan pikiran/imajinasi, dengan persepsi itu
lahir cerita rakyat, legenda, dan mitos.

1. Cerita Rakyat

Mitos pada intinya memiliki asal usul suatu bangsa dan sering kali dianggap suci,
sedangkan cerita rakyat atau folklore adalah kumpulan cerita fiksi tentang manusia atau
binatang.Takhayul dan kepercayaan yang tidak berdasar adalah elemen penting dalam
tradisi cerita rakyat. Baik mitos maupun cerita rakyat pada awalnya beredar secara
lisan.Cerita rakyat menggambarkan bagaimana karakter utama mengatasi peristiwa
kehidupan sehari-hari, dan kisah itu mungkin melibatkan krisis atau konflik. Kisah-kisah
tersebut dapat mengajarkan orang bagaimana menghadapi hidup dan juga memiliki tema
yang sama di antara budaya di seluruh dunia. Ilmu yang mempelajari cerita rakyat disebut
folkloristik.

Contoh dari Cerita Rakyat:

• Cerita Rakyat Malin Kundang


Secara singkat, Menceritakan seseorang anak yang menjadi sukses lalu durhaka
kepada ibunya dan dikutuk menjadi batu.

2. Legenda

Dilansir Thought Co, legenda adalah cerita yang dikatakan bersifat historis tetapi
tak memiliki pembuktian secara fisik. Legenda juga mengacu pada apa pun yang
mengilhami kumpulan cerita atau apa pun yang penting atau terkenal. Cerita diturunkan
secara lisan tetapi terus berkembang seiring waktu. Sebagian besar sastra awal dimulai
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

sebagai legenda yang diceritakan dan diceritakan kembali dalam puisi epik yang
diturunkan secara lisan pada awalnya, kemudian pada titik tertentu ditulis.

Contoh dari Legenda:

• Legenda Sangkuriang
Legenda ini jika dijelaskan secara singkat menceritakan terbentuknya gunung
tangkuban perahu. Cerita ini merupakan cerita Legenda yang artinya cerita prosa
rakyat yang dianggap oleh yang memiliki cerita sebagai suatu kejadian yang
benar-benar pernah terjadi.

3. Mitos

Mitos menjelaskan bagaimana adat masyarakat ditetapkan dan disucikan. Ada


hubungan yang kompleks antara pembacaan mitos dan pelaksanaan ritual. Studi tentang
mitos dimulai dalam sejarah kuno. Saat ini studi tentang mitos berlanjut di berbagai bidang
akademik, termasuk studi cerita rakyat, filologi, psikologi, dan antropologi. Istilah mitologi
dapat merujuk pada studi tentang mitos secara umum atau kumpulan mitos mengenai
subjek tertentu. Karena istilah mitos secara luas digunakan untuk menyiratkan bahwa
sebuah cerita tidak benar secara objektif, identifikasi narasi sebagai mitos bisa sangat
politis.

Contoh dari Mitos:

• Tidak boleh menggunting kuku saat malam hari.

• Tidak boleh duduk di depan pintu

• Saat maghrib anak anak tidak boleh bermain di luar rumah

• Angka 4 (empat) dan 13 (tiga belas) merupakan angka sial

C. Alasan Terciptanya Superstisi dan Kepercayaan Masyarakat

Superstisi dan kepercayaan masyarakat tercipta dengan berbagai alasan, sebelum


adanya agama kepercayaan masyarakat berupa roh-roh dan tenaga gaib yang masih tidak
jelas bentuk dan fungsi mereka. Bentuk kepercayaan ini masih kurang jelas bentuknya jika
dibandingkan dengan agama Hindu atau Buddha yang punya bentuk lebih nyata dalam
membagi sifat-sifat Dewa (Tuhan), hierarki, hingga tenaga-tenaga yang dimiliki dewa
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

tersebut dalam kehidupan manusia. Kepercayaan yang masih kabur bentuk dan fungsinya
dalam sejarah seperti yang dimaksud oleh Sutan Takdir Alisyahbana adalah kepercayaan
animisme dan dinamisme. Di sub bab ini akan diberikan fungsi, alasan dibalik terciptanya
superstisi dan kepercayaan masyarakat, dan dampak buruknya.

1. Fungsi Superstisi dan Kepercayaan Masyarakat

Superstisi dan kepercayaan masyarakat memiliki berbagai fungsi, beberapa fungsi


dari superstisi berguna untuk mengatur kehidupan sosial masyarakat. Dengan adanya
superstisi ini masyarakat dapat menjalani kesehariannya dengan batasan-batasan yang telah
diatur. Superstisi berperan sebagai sebuah pengingat atau peringatan agar segala sesuatu
yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat tidak melebihi aturan-aturan yang ada.

Dengan mempercayai adanya superstisi, seseorang memiliki sesuatu untuk


ditanamkan dalam dirinya bahwasannya segala sesuatu yang ada di dunia tidak dapat
dilakukan dengan seenaknya. Superstisi juga memiliki kegunaan sebagai penambal emosi
dalam kepercayaan kepada sesuatu atau kepercayaan kepada tuhan yang dapat berdampak
langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Superstisi tak lepas dari kepercayaan yang mempercayai adanya sesuatu yang
bersifat tak kasat mata dan berkuasa atas segala sesuatu. Sifat tersebut dapat berkaitan
langsung dengan adat istiadat di dalam masyarakat. Sebagai contoh salah satu adat yang ada
di Indonesia yang berkaitan langsung dengan adab berpakaian yaitu cara berpakaian yang
sopan di tempat-tempat yang keramat dan apabila dilanggar oleh seseorang, maka sebuah
malapetaka akan menghampirinya.

Salah satu contoh dari manfaat adanya superstisi adalah seseorang yang percaya
dengan adanya mitos tentang zodiak. Zodiak merupakan sebuah sabuk khayal di langit
dengan lebar 18° yang berpusat pada lingkaran ekliptika, tetapi istilah ini dapat pula merujuk
pada rasi-rasi bintang yang dilewati oleh sabuk tersebut, yang sekarang berjumlah 13.
Biasanya zodiak dikaitkan dengan ramalan yang dapat melihat bagaimana nasib seseorang
di masa yang akan datang.

Hal tersebut merupakan mitos yang bisa mengubah pola pikir seseorang dengan
mendatangkan pikiran bagaimana nasib dia kedepannya baik itu nasib yang baik ataupun
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

buruk. Jika seseorang percaya dengan nasib baik yang akan datang kepadanya dari zodiak
ini, bisa saja orang tersebut bisa menjalani hari-harinya dengan optimis. Hal tersebut
berdampak baik bagi orang yang kurang percaya dengan kemampuan yang ada dalam
dirinya.

2. Dampak Buruk dari Superstisi dan Kepercayaan Masyarakat

Superstisi dan kepercayaan masyarakat tidak hanya saja memiliki fungsi tetapi juga
memiliki dampak buruk yang dapat membuat kemajuan masyarakat yang mempercayainya
lambat untuk berubah atau bahkan menolak perubahan yang baik dan berarti. Dengan contoh
membuat masyarakat bersikap rasis terhadap ras yang bukan sama dengan mereka, dan
menganggap bahwa ras mereka adalah yang terbaik atau menganut semacam tingkatan
dalam masyarakat sosial bernama kasta yang menganggap bahwa orang-orang yang
memiliki kasta dibawah mereka tidak layak untuk dianggap sebagai manusia dan
diperlakukan lebih buruk daripada hewan.

Superstisi juga menyebabkan masyarakat untuk menjadi paranoid terhadap berbagai


hal (dengan contoh, mempercayai ramalan kematian dari seorang dukun), atau dengan
mudah mengkonsumsi berita palsu secara mentah-mentah dan tertipu dalam. Banyak kasus
yang melibatkan penipuan dengan iming-iming kekayaan dengan menaruh uang kepada
“orang pintar” agar dapat digandakan uangnya tanpa harus bekerja, dan dalam beberapa
kasus yang diberitakan dari berbagai belahan dunia ada pula yang dengan teganya
menumbalkan keluarganya untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan.

D. Penutup

Kesimpulan

Superstisi dan kepercayaan masyarakat berawal dari pengalaman langsung umat


manusia dalam memperkuat struktur sosial dan menunjang kehidupan sehari hari. Dari
zaman dulu pun manusia telah banyak menciptakan pemahaman dan tafsiran tentang alam
ini. Walaupun teknologi sudah semakin berkembang tetapi masih ada saja manusia yang
mempercayai hal-hal seperti takhayul ataupun mitos, tetapi hal tersebut menjadi sebuah
tradisi dan sebuah warisan dari pendahulunya. Lalu untuk pemahamannya ada Animisme,
Metafisika, Mekanistik, Vitalistik, Monistis, dan Dualistik.
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

Superstisi dan kepercayaan masyarakat sebagian besar tidak memiliki bukti untuk
mendukung keberadaan mereka. Lalu ada mitos, mitos pada intinya memiliki asal usul suatu
bangsa atau adat ritual dan sering kali dianggap suci, sedangkan cerita rakyat atau folklore
adalah kumpulan cerita fiksi tentang manusia atau bintang. Takhayul dan kepercayaan yang
tidak berdasar adalah elemen paling penting dalam tradisi cerita rakyat. Istilah mitos secara
luas digunakan untuk menyiratkan bahwa sebuah cerita tidak benar secara objektif.

Superstisi dan kepercayaan masyarakat tercipta dengan berbagai alasan serta


memiliki beberapa fungsi salah satunya ialah mengatur kehidupan sosial masyarakat.
Dengan adanya superstisi seseorang ditanamkan dalam dirinya bahwasannya segala sesuatu
didunia tidak dapat dilakukan dengan seenaknya. Superstisi dan kepercayaan masyarakat
juga memiliki dampak buruk yang dapat membuat kemajuan masyarakat yang
mempercayainya lambat untuk berubah atau bahkan menolak perubahan yang baik dan
berarti.
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…

Daftar Pustaka

Iswidayanti, S. (2007). FUNGSI MITOS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


MASYARAKAT PENDUKUNGNYA (The Function of Myth in Social Cultural Life of Its
Supporting Community). Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 8(2).

Angeline, M. (2015). Mitos dan budaya. Humaniora, 6(2), 190-200.

Lestari, L. D. (2019). Menilai Maraknya Kasus Intoleransi Agama Menurut Ajaran Kepercayaan
Masyarakat Jawa Kuno (Kejawen).

Afandi, A. (2018). Kepercayaan Animisme-Dinamisme Serta Adaptasi Kebudayaan Hindu-Budha


Dengan Kebudayaan Asli Di Pulau Lombok-NTB. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan Sejarah, 1(1), 1-9.

Viri, K., & Febriany, Z. (2020). Dinamika Pengakuan Penghayat Kepercayaan di Indonesia.
Indonesian Journal of Religion and Society, 2(2), 97-112.

Syathirin, M. (2012). MITOS DALAM CERITA RAKYAT MASYARAKAT SAPE DI BIMA


NTB SEBUAH PENDEKATAN FOLKLOR (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).

Kembaren, M. M., Nasution, A. A., & Lubis, M. H. (2020). Cerita rakyat Melayu sumatra utara
berupa mitos dan legenda dalam membentuk kearifan lokal masyarakat. Rumpun Jurnal
Persuratan Melayu, 8(1), 1-12.

Martin, D. B. (2009). Inventing Superstition: from the Hippocratics to the Christians. Harvard
University Press.

Anda mungkin juga menyukai