Rawdo Madina
Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta
Email: rawdomadina_1313621028@mhs.unj.ac.id
Abstract
This research studies matters about superstitions and people's beliefs about
things that are metaphysical or supernatural that can't be comprehended by the
human mind nor proven scientifically. This study also seeks to find out how
people's beliefs are influenced and created, and to seek how the process of
passing down beliefs from the previous generation to the next generation. This
study found that people's beliefs originate from the direct experience of
themselves when facing something that is in strengthening social structures and
or to support their daily lives, and we had another theory as people's beliefs can
be said to come from internal factors such as genes and personality as for external
factors comes from environment, history, and basic understanding of society.
Abstrak
A. Pendahuluan
Semenjak zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru), manusia telah menciptakan banyak
pemahaman dan tafsiran tentang alam ini. Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh
manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat sesuatu yang bersifat gaib atau
supernatural dan sesuatu ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan alam nyata,
serta dari tafsiran itu lah tercipta berbagai kepercayaan dan pemahaman baru terhadap alam
semesta, seperti beberapa yang menganggap bahwa barang-barang yang statis atau benda
mati seperti batu, gunung, dan lautan memiliki roh atau jiwa.
Kepercayaan yang mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini seperti gua, pohon
atau batu besar, mempunyai jiwa yang harus dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu
manusia. Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di
atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk
ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau
harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada
masa hidupnya. Bahkan hal tersebut dipercayai sampai turun temurun.
Hingga saat ini masih banyak manusia yang pada masa modern di mana teknologi
sudah berkembang dengan pesat masih mempercayai semacam superstisi/mitos sebagai
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…
sebuah landasan pola pikir ataupun tradisi lisan. Padahal teknologi dan sains sudah banyak
yang membuktikan bahwa beberapa mitos-mitos yang beredar dalam kehidupan masyarakat
itu tidak terbukti benar adanya. Akan tetapi superstisi/mitos di sini bisa menjadi sebuah
tradisi atau budaya yang yang melekat langsung dalam kehidupan masyarakat sebagai
sebuah warisan yang dapat dilestarikan dari para pendahulunya.
Superstisi dan kepercayaan masyarakat tidak jauh untuk dijelaskan dari salah satu
cabang ilmu filsafat yaitu metafisika, tujuan utama dari kajian metafisika adalah pemahaman
mengenai struktur dasar dan prinsip-prinsip dalam realitas. Dengan pemahaman dan
pandangan filsafat yang beragam, pemahaman metafisika dapat menjadi sesuatu yang
khusus, yang umumnya mencakup pembahasan yang kaya. Di dalam metafisika setiap orang
memiliki cara pandang yang beragam, mereka yang telah mengemukakan teori-teorinya
dalam metafisika mempunyai penafsiran yang berbeda walaupun menghasilkan suatu tujuan
yang sama.
Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan
paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya
merupakan gejala kimia-fisika semata. Kaum mekanistik menganggap bahwa fenomena
alam yang ada di dunia ini berasal dari kejadian yang ada di alam itu sendiri termasuk
bagaimana makhluk hidup berasal dan terbentuk. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup
adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan hanya sekedar gejala kimia-
fisika semata atau dapat dikatakan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi,
daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irasional atau tidak rasional.
Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua
tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monistis dan dualistik. sudah
merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat
(objek) yang ditelitinya. Dari sini aliran monistis mempunyai pendapat yang tidak
membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala
disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Pendapat ini
ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…
Ketiga filsafat itu berpendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk
penginderaan dari segenap pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Rene Descartes:
"bahwa pikiran adalah satu satunya kenyataan yang tidak dapat diragukan". John Locke:
"Pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman
indera". George Berkeley:“To be is to be perceived!"(Untuk berada adalah untuk di
persepsikan!). Di dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat dan
kesadaran yang bagi mereka berbeda sui generis secara substantif
substantif menafsir dari apa adanya maka dengan penafsiran dualistik genesis ditafsir dari
asal mulanya suatu keberadaan.
Superstisi dan Kepercayaan masyarakat sebagian besar tidak memiliki bukti untuk
mendukung keberadaan mereka, sudah dijelaskan di tafsiran metafisika bahwa secara
substantif keberadaan harus berada dan bersifat nyata, jika ditafsir secara genesis maka
keberadaan superstisi dibuktikan dari asal mulanya. Seperti hampir semua kepercayaan
masyarakat, hampir semua berasal dari persepsi dan pikiran/imajinasi, dengan persepsi itu
lahir cerita rakyat, legenda, dan mitos.
1. Cerita Rakyat
Mitos pada intinya memiliki asal usul suatu bangsa dan sering kali dianggap suci,
sedangkan cerita rakyat atau folklore adalah kumpulan cerita fiksi tentang manusia atau
binatang.Takhayul dan kepercayaan yang tidak berdasar adalah elemen penting dalam
tradisi cerita rakyat. Baik mitos maupun cerita rakyat pada awalnya beredar secara
lisan.Cerita rakyat menggambarkan bagaimana karakter utama mengatasi peristiwa
kehidupan sehari-hari, dan kisah itu mungkin melibatkan krisis atau konflik. Kisah-kisah
tersebut dapat mengajarkan orang bagaimana menghadapi hidup dan juga memiliki tema
yang sama di antara budaya di seluruh dunia. Ilmu yang mempelajari cerita rakyat disebut
folkloristik.
2. Legenda
Dilansir Thought Co, legenda adalah cerita yang dikatakan bersifat historis tetapi
tak memiliki pembuktian secara fisik. Legenda juga mengacu pada apa pun yang
mengilhami kumpulan cerita atau apa pun yang penting atau terkenal. Cerita diturunkan
secara lisan tetapi terus berkembang seiring waktu. Sebagian besar sastra awal dimulai
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…
sebagai legenda yang diceritakan dan diceritakan kembali dalam puisi epik yang
diturunkan secara lisan pada awalnya, kemudian pada titik tertentu ditulis.
• Legenda Sangkuriang
Legenda ini jika dijelaskan secara singkat menceritakan terbentuknya gunung
tangkuban perahu. Cerita ini merupakan cerita Legenda yang artinya cerita prosa
rakyat yang dianggap oleh yang memiliki cerita sebagai suatu kejadian yang
benar-benar pernah terjadi.
3. Mitos
tersebut dalam kehidupan manusia. Kepercayaan yang masih kabur bentuk dan fungsinya
dalam sejarah seperti yang dimaksud oleh Sutan Takdir Alisyahbana adalah kepercayaan
animisme dan dinamisme. Di sub bab ini akan diberikan fungsi, alasan dibalik terciptanya
superstisi dan kepercayaan masyarakat, dan dampak buruknya.
Superstisi tak lepas dari kepercayaan yang mempercayai adanya sesuatu yang
bersifat tak kasat mata dan berkuasa atas segala sesuatu. Sifat tersebut dapat berkaitan
langsung dengan adat istiadat di dalam masyarakat. Sebagai contoh salah satu adat yang ada
di Indonesia yang berkaitan langsung dengan adab berpakaian yaitu cara berpakaian yang
sopan di tempat-tempat yang keramat dan apabila dilanggar oleh seseorang, maka sebuah
malapetaka akan menghampirinya.
Salah satu contoh dari manfaat adanya superstisi adalah seseorang yang percaya
dengan adanya mitos tentang zodiak. Zodiak merupakan sebuah sabuk khayal di langit
dengan lebar 18° yang berpusat pada lingkaran ekliptika, tetapi istilah ini dapat pula merujuk
pada rasi-rasi bintang yang dilewati oleh sabuk tersebut, yang sekarang berjumlah 13.
Biasanya zodiak dikaitkan dengan ramalan yang dapat melihat bagaimana nasib seseorang
di masa yang akan datang.
Hal tersebut merupakan mitos yang bisa mengubah pola pikir seseorang dengan
mendatangkan pikiran bagaimana nasib dia kedepannya baik itu nasib yang baik ataupun
Akmal Rafi Diara Putra, Rawdo Madina, Yohanes Kukuh Parlindungan Superstisi dan Keper…
buruk. Jika seseorang percaya dengan nasib baik yang akan datang kepadanya dari zodiak
ini, bisa saja orang tersebut bisa menjalani hari-harinya dengan optimis. Hal tersebut
berdampak baik bagi orang yang kurang percaya dengan kemampuan yang ada dalam
dirinya.
Superstisi dan kepercayaan masyarakat tidak hanya saja memiliki fungsi tetapi juga
memiliki dampak buruk yang dapat membuat kemajuan masyarakat yang mempercayainya
lambat untuk berubah atau bahkan menolak perubahan yang baik dan berarti. Dengan contoh
membuat masyarakat bersikap rasis terhadap ras yang bukan sama dengan mereka, dan
menganggap bahwa ras mereka adalah yang terbaik atau menganut semacam tingkatan
dalam masyarakat sosial bernama kasta yang menganggap bahwa orang-orang yang
memiliki kasta dibawah mereka tidak layak untuk dianggap sebagai manusia dan
diperlakukan lebih buruk daripada hewan.
D. Penutup
Kesimpulan
Superstisi dan kepercayaan masyarakat sebagian besar tidak memiliki bukti untuk
mendukung keberadaan mereka. Lalu ada mitos, mitos pada intinya memiliki asal usul suatu
bangsa atau adat ritual dan sering kali dianggap suci, sedangkan cerita rakyat atau folklore
adalah kumpulan cerita fiksi tentang manusia atau bintang. Takhayul dan kepercayaan yang
tidak berdasar adalah elemen paling penting dalam tradisi cerita rakyat. Istilah mitos secara
luas digunakan untuk menyiratkan bahwa sebuah cerita tidak benar secara objektif.
Daftar Pustaka
Lestari, L. D. (2019). Menilai Maraknya Kasus Intoleransi Agama Menurut Ajaran Kepercayaan
Masyarakat Jawa Kuno (Kejawen).
Viri, K., & Febriany, Z. (2020). Dinamika Pengakuan Penghayat Kepercayaan di Indonesia.
Indonesian Journal of Religion and Society, 2(2), 97-112.
Kembaren, M. M., Nasution, A. A., & Lubis, M. H. (2020). Cerita rakyat Melayu sumatra utara
berupa mitos dan legenda dalam membentuk kearifan lokal masyarakat. Rumpun Jurnal
Persuratan Melayu, 8(1), 1-12.
Martin, D. B. (2009). Inventing Superstition: from the Hippocratics to the Christians. Harvard
University Press.