Anda di halaman 1dari 10

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by SMARTek

ek
SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

KOTA BARU DAN ASPEK PERMUKIMAN MENDEPAN


Zubair Batudoka *

Abstract
About twotThird part of a town is housing and settlement, hence it’s development orientation
should be observed, especially for a new town. Oriention toward its inhabitant’s prosperity with
the support of good quality infrastructure will push the town growth. Local characteristics
represent the important asset which can entirely come up along with the spirit of “otonomi
daerah”. A New Town can be perceived as a land development project which it’s area is able to
provide a complete and integral urban elements which include housing, public facility,
commerce and industry. Empowerment pattern rely on the community in the form of
participation should become a real framework in a development of quality of housing and
settlements. Early involvement of the society can support the sustanability development because
of the high sense of ownership and caring to its own environment
Keywords: New town, settlement

Abstrak
Dua pertiga bagian kota adalah perumahan dan permukiman, karenanya arah perkembangan
kota perlu dicermati, khususnya bagi kota baru. Orientasi terhadap kesejahteraan pemukimnya
dengan dukungan infrasturktur yang bermutu pada giliranya akan mendorong perkembangan
kota. Kekhasan lokal merupakan aset penting yang dapat tampil secara utuh sesuai dengan
semangat otonomi daerah. Kota Baru dapat dipahami sebagai sebuah proyek pengembangan
lahan yang luasannya mampu menyediakan unsur-unsur perkotaan secara lengkap dan utuh,
yang mencakup tempat tinggal (perumahan), fasosum, perdagangan dan industri. Pola
pemberdayaan/bertumpu pada masyarakat dalam bentuk partisipatif harus menjadi dasar kerja
yang nyata dalam pengembangan mutu perumahan dan permukiman. Penyertaan masyarakat
sejak awal dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan karena rasa kepemilikan dan
kepedulian terhadap lingkungannya sendiri yang lebih tinggi.
Kata kunci: Kota baru, Permukiman

1. Pendahuluan penghidupan warganya. Hanya di kota


Abad XXI disebut abad yang berkembang baik warga dapat
perkotaan (the urban age) yang memajukan diri karena dukungan
menawarkan beragam peluang sarana dan prasarana yang bermutu.
sekaligus tantangan yang harus disikapi Sebagian besar (dua pertiga) kota
secara bijak. Kota pada dasarnya adalah perumahan dan permukiman,
adalah permukiman dengan khususnya melayani penduduk lapis
kompleksitas yang berbeda dan menegah ke bawah.
beragam, ciri lain dari kota adalah Permukiman dan prasarana
kebebasannya, menjadi global hampir wilayah di era reformasi dan otonomi
tidak terkontrol oleh pemeritah pusat, daerah hingga kini belum disertai
terutama dalam kegiatan ekonomi, dengan perubahan mendasar dalam
sehingga menjadikannya economic city konsep guna menyelesaikan masalah
state. Kota harus dipahami sebagai perbaikan mutu dan keadan
permukiman yang berkembang lanjut perumahan dan permukiman. Hal in
untuk memenuhi kehidupan dan dapat dilihat dari pendekatan top-

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 27-36

down dan sentralistik yang masih mengangankan suatu lingkungan kota


mewarnai kebijakan maupun program yang ideal. William Morris, Thomas More,
pemerintah di bidang perumahan dan John Ruskin (Stephen V Ward, 1992),
permukiman.. merupakan tokoh-tokoh yang
Perencanaan kota baru kedepan mempunyai pemikiran tentang reformasi
perlu memperhatikan perkembangan sosial masyarakat kota.
kota dalam berbagai skala dan Harvey S. Perloff dan Neil
kepentingan. Dalam aspek perumahan C.Sandbery dalam bukunya Why and
dan permukiman kekhasan lokal (local For Whom (1973:3-12) mengungkapkan
identity) yang dimilki oleh oleh daerah pengertian Kota Baru sebagai Kota
setempat merupakan aset yang pantas yang dirancang dan direncanakan
disertakan secara utuh dimasa depan. untuk bisa "mandiri" dengan ukuran luas
Hal lainnya yang mendasar dan perlu yang relatif kecil dalam komunitas yang
diperhatikan adalah mengembalikan seimbang. Pengertian mandiri yang
lagi kedudukan perumahan dan dimaksud adalah (1) Fasilitas kota yang
permukiman ke domain privat seperti direncanakan mempunyai peluang
sebelum ini digeser ke domain publik pekerjaan yang mencukupi, fasilitas
akibat dominasi ekonomi yang perdagangan, kesehatan, pendidikan
berlebihan (Silas, 2002). dan sebagainya terletak dalam jarak
yang relatif dekat sehingga mudah
2. Metode Penulisan dijangkau, (2) Kota baru dapat
Tulisan ini disusun berdasarkan memberikan suasana lingkungan
telaah pustaka yang membahas kehidupan yang kondusif untuk
berbagai aspek mengenai Permukiman komunitas/ masyarakat kota tersebut.
dan Kota Baru. Tahapan penulisan Pengertian seimbang mempunyai arti
dimulai dengan persiapan, pengkajian bukan saja keseimbangan kesempatan
literatur yang dikumpulkan dan kerja, penduduk , industri,
penyusunan tulisan. Ulasan dalam perdagangan, rekreasi dan fasilitas
tulisan ini diadaptasi dari berbagai hunian, tetapi juga mengandung
sumber serta kajian dan pengertian seimbang dalam kelompok
konsep/gagasan berdasarkan umur, pendapatan, pekerjaan , etnik,
pemahaman dan pengalaman penulis serta komposisi klas/status sosial
maupun hasil diskusi laboratorium studio masyarakat.
dengan sejawat. Menurut Campbell C.C dalam
New Town Another Way to Live (1976:18)
3. Kajian Pustaka ide utama dalam konsep kota baru
3.1 Kota baru adalah untuk membentuk suatu
Ide awal kota baru mengemuka rencana pembangunan dalam jangka
sekitar awal abad ke sembilan belas. Hal waktu tertentu, untuk mencapai
ini dilatar belakangi oleh kondisi sosial keseimbangan, kebutuhan fasilitas
masyarakat yang memburuk dari penduduk, menentukan batas
perkembangan industri di Zaman pertumbuhannya di samping
Victoria. Saat ini tuntutan menghubungkan fungsi guna tanah
pengembangan kota baru telah yang berbeda dan meningkatkan
bergeser, dengan demikian kualitas kehidupan masyarakat. Dari
nnnnnnnnnkonsepsi Kota Baru dalam pengertian tersebut dapat dirangkum
perkembangannyapum akan terus bahwa idea atau jiwa perencanaan
mengalami penyesuaian sejalan sebuah Kota Baru adalah menciptakan
dengan perkembangan suatu lingkungan kehidupan masyarakat
masyarakatnya. Pelopor utama idea yang baik secara fisik maupun non fisik
Kota Baru adalah Ebenezer Howard dapat menunjang perikehidupan
(1850-1928), melalui konsep Garden City masyarakat kota secara mandiri,
(kota-taman), tetapi Howard bukanlah seimbang, serta harmonis.
satu-satunya reformis sosial yang

28
Kota Baru dan Aspek Permukiman Mendepan
(Zubair Batudoka)

Kota Baru dapat dipahami utama. Struktur pekerjaan dan komposisi


sebagai sebuah proyek perumahannya haruslah diperuntukan
pengembangan lahan yang luasannya bagi kelompok sosial-ekonomi dan
mampu menyediakan unsur-unsur aktivitas ekonomi yang bercampur.
perkotaan secara lengkap dan utuh, Sehingga secara umum kota baru
yang mencakup tempat tinggal haruslah dilihat sebagai pembangunan
(perumahan), fasosum, perdagangan berbagai unit fungsi yang bukan saja
dan industri, yang secara keseluruhan untuk perumahan dan fasilitas
dapat memberikan : perdagangan tetapi juga fasilitas kerja,
 Kesempatan untuk hidup dalam pendidikan, rekreasi, kesehatan dan
lingkungan tersebut lain-lain.
 Jenis dan harga rumah yang Dalam perkembangannya kota
beragam baru ditentukan oleh beberapa faktor,
 Ruang terbuka aktif dan pasif serta diantaranya adalah ; faktor sosial yang
buffer zone ( penyangga) meliputi kependudukan dan kualitas
 Program dan kegiatan pengendalian kehidupan masyarakat, faktor ekonomi
lingkungan fisik yang meliputi kegiatan usaha dan
 Biaya investasi relatif besar. (Eko Budi politik ekonomi, faktor lahan meliputi
Santoso, 2001). pola penggunaan lahan dan harga
Kota baru direncanankan, lahan serta faktor pengelolaan
dibangun dan dikembangkan dari kota pembangunan yang meliputi
yang sebelumnya telah tumbuh dan kelembagaan dan kemitraan.
berkembang. dimana konsentrasi Konsentrasi manusia di perkotaan
penduduk relatif kurang. Sebagai kota menimbulkan masalah yang kompleks
baru penunjang (supporting new town) pada permukiman dan lingkungannya;
perencanaan dan pembangunannya seperti masalah-masalah kesehatan
ditujukan untuk meningkatkan lingkungan, energi dan transportasi, air
kemampuan dan fungsi permukiman bersih dan pengelolaan limbah
atau kota kecil disekitar kota induk. domestik.(Happy Santosa, 2000). Pada
Pada gilirannya kota baru tersebut Kota Baru permasalahan tersebut
diharapkan menjadi kota mandiri, yang dapat dikendalikan melalui
dapat memenuhi kebutuhan pelayanan perencanaan yang baik. Dengan
dan kegiatan usaha bagi penduduknya. demikian komunitas yang bermukim di
Secara sosial dan ekonomis Kota Baru kota baru dapat hidup dalam
masih tergantung pada kota induknya lingkungan yang mendukung
(75-90 %). keberlangsungan hidupnya.
Menurut Wikantyoso (2001), Sebenarnya kita berumah selalu
pengaturan guna lahan untuk bersama dengan orang lain dalam
mencapai kemandirian dalam sebuah komunitas permukiman. Tidak
keseimbangan diperlukan konsep mix ada atau jarang sekali orang bermukim
used antara fungsi hunian, bebas dari kesatuan seperti itu.
perdagangan, tata hijau perkantoran Pembangunan permukiman baru pun
dan fungsi lainnya. Keseimbangan guna sudah pernah berlangsung di masa lalu
lahan memungkinkan keseimbangan dalam masyarakat kita misalnya, dapat
aktivitas sosial-ekonomi masyarakat dijumpai nama-nama tempat seperti
dengan meminimalkan pergerakan dari Kampung Baru, Kotabaru, Ujung
dan ke kota utama. Kemandirian dalam Pandang Baru dan lain-lain yang
keseimbangan dalam perencanaan memperlihatkan bahwa dulunya
kota baru memperjelas bahwa tempat mereka itu adalah
pembangunan kota baru bukanlah pembangunan baru.
untuk mewadahi komunitas masyarakat
dalam satu klas sosial atau satu fungsi, 3.2 Kota Abad XXI
tetapi dituntut heterogenitas sosial dan Ciri kota abad XXI harus dipahami
fungsi sebagaimana komunitas kota karena secara langsung akan

29
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 27-36

mempengaruhi keberadaan dan Selanjutnya disebutkan bahwa


perkembangan perumahan dan Setiap warga negara mempunyai hak
permukimannya. Beberapa cir khas kota untuk menempati dan/atau menikmati
abad XXI adalah dan/atau memiliki rumah yang layak
 Globalisasi dan informasionalisasi dalam lingkungan yang sehat, aman,
 Tertierisasi dan industri berbasis serasi dan teratur. Setiap warga negara
intelktual mempunyai kewajiban dan tanggung
 Pluralisasi dan dislokasi jawab untuk berperan serta dalam
 Pembinaan sosial dan lingkungan pembangunan perumahan dan
yang pekat permukiman Untuk permukiman
 Mengemban tugas lama seperti tujuannya ditegaskan untuk ;
prestasi kultur dalam arti luas, menciptakan kawasan permukiman
konsentrasi beragam dari kegiatan yang tersusun atas satuan-satuan
dan fasiloitas, terus melestarikan lingkungan permukiman dan
kekhasan lokal, dan sebagainya. mengintegrasikan secara terpadu dan
(Silas, 2002) meningkatkan kualitas lingkungan
Tantangan abad XXI meliputi; perumahan yang telah ada didalam
pencapaian standar perumahan dan atau sekitarnya.
permukiman yang baik dan meningkat, 3.4 Partisipasi Masyarakat Dalam
peruamahan dan permukiman yang Pembangunan Permukiman
bernmutu dan maju (urbanized) dan Dalam penyertaan masyarakat
bekelanjutan, sebagai modal dasar pada pembangunan perumahan dan
pembangunan sosial dan ekonomi permukiman dinyatakan bahwa setiap
warga perlu teragenda, terkait secra warga negara mempunyai hak dan
global tanpa menghilakan kekhasan kesempatan yang sama dan seluas-
lokal serta pengembangan perumahan luasnya untuk berperan serta dalam
dan permukiman yang mandiri. pembangunan perumahan dan
3.3 Perumahan dan Permukiman permukiman dimana pelaksanaan
Dalam UU RI No.4 Tahun 1992 peran serta masyarakat sebagaimana
Tentang Perumahan dan Permukiman dimaksud dapat dilakukan secara
disebutkan bahwa perumahan adalah perseorangan atau dalam bentuk
kelompok rumah yang berfungsi usaha bersama.
sebagai lingkungan tempat tinggal atau Sebagaimana yang dikemukakan
lingkungan hunian yang dilengkapi oleh Johan Silas dalam Housing Beyond
dengan sarana dan prasarana Home (1993), bahwa konsep
lingkungan sedang permukiman adalah perumahan di Indonesia intinya adalah :
bagaian dari lingkungan hidup di luar Perumahan yang dikembangkan oleh
kawasan lindung yang berupa kawasan pihak yang membutuhkan dengan
perkotaan maupun perdesaan dimana segala konsekwensinya. Dasar
tujuan penataannya adalah untuk; perumahan ini adalah perkembangan
memenuhi kebutuhan rumah sebagai yang berdimensi majemuk (multi
salah satu kebutuhan dasar manusia, dimensional development) jauh lebih
dalam rangka peningkatan dan lengkap dari sekedar tempat hunian
pemerataan kesejahteraan rakyat, saja. Dengan sendirinya yang juga
mewujudkan perumahan dan dihadapi adalah skala kumpulan rumah
permukiman yang layak dalam mulai sekedar perumahan hingga
lingkungan yang sehat, memberi arah permukiman yang lebih lengkap.
pada pertumbuhan wilayah dan Pengembangan perumahan dan
persebaran penduduk yang rasional permukiman di Indonesia diprogramkan
dan menunjang pembangunan di sebagai tanggung jawab masyarakat
bidang ekonomi, sosial, budaya serta sendiri yang diselenggarakan secara
bidang lain-lain. multi sektoral dengan menempatkan
pemerintah sebagai pendorong dan

30
Kota Baru dan Aspek Permukiman Mendepan
(Zubair Batudoka)

fasilitator dalam upaya memampukan Menurut John. F.C. turner (1972)


masyarakat dan peran aktif dunia dalam Freedom to Built rumah adalah
usaha. Bidang perumahan dan bagian yang utuh dari permukiman, dan
permukiman tidak dapat dilihat sebagai bukan hasil fisik sekaligus tetapi
permasalahan fisik semata, namun harus merupakan sebuah proses yang terus
dikaitkan dengan masalah sosial, berkembang dan terkait dengan
ekonomi serta budaya masyarakat mobilitas ekonomi penghuninya dalam
secara berkeadilan, harmonis dan kurun waktu tertentu. yang terpenting
berkelanjutan.Sasaran akhir dari rumah adalah dampak terhadap
pembangunannya adalah terwujudnya penghuni, bukan wujud dan standart
kemampuan masyarakat untuk fisiknya.
membangun dan mengelola Dalam Habitat Agenda
perumahan dan permukiman secara dikemukakan bahwa peningkatan
mandiri. Pada penyelenggaraan kualitas permukiman dapat
perumahan dan permukiman, mempengaruhi kehidupan dan
dilaksanakan secara terdesentralisasi kesejahteraan masyarakat melalui
dalam rangka otonomi daerah, pembangunan ekonomi,
mengharuskan seluruh pelaku pembangunan sosial dan
pembangunan menyamakan presepsi, pembangunan lingkungan. Selanjutnya
pola pikir dan langkah kegiatan yang dikemukakan bahwa tempat tinggal
diselenggarakan setiap daerah serta yang layak meliputi fisik bangunan,
kesiapan kelembagaan yang harus aksesibilitas, dan jaminan serta
melibatkan masyarakat sebagai pelaku ketersediaan sarana. Sedang
utama kebijaksanaan yang ditujukan untuk
membuat perumahan menjadi nyaman
3.5 Konsep Perumahan dan Permukiman dihuni, terjangkau dan bisa diakses,
Selanjutnya konsep perumahan dapat ditempuh dengan jalan :
dan permukiman di Indonesia juga
 Memperluas suplai perumahan yang
mengacu pada agenda perumahan
terjangkau melalui insentif pasar dan
dan permukiman sebagaimana yang
tindakan peraturan yang tepat ;
tercantum dalam salah satu Agenda Peningkatan keterjangkauan melalui
21/ Habitat Agenda yang menetapkan penyediaan subsidi dan sewa dan
pentingnya penyelenggaraan bentuk-bentuk lain.
perumahan dan permukiman sebagai
 Mendukung program-program
salah satu bagian pokok dari
perumahan yang dihuni pemilik dan
pembangunan yang berkelanjutan
sewa nirlaba dan koperasi yang
dalam upaya pemenuhan kebutuhan
berbasis komunitas.
rumah bagi setiap orang melalui
pelaksanaan strategi pemberdayaan.
 Penggalakan layanan-layanan
pendukung bagi orang-orang
Hal ini ditegaskan dalam arahan GBHN
gelandangan dan kelompok-
dan Propenas Tahun 2000-2004 bahwa ;
kelompok yang rentan
Perumahan selain berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan tempat  Memobilisasi sumber daya finansial
awal pengembangan kehidupan serta inovatif dan sumber daya lain--
penghidupan keluarga adalah salah publik/pemerintah dan swasta,untuk
satu kebutuhan dasar bagi peningkatan pengembangan/pembangunan
kualitas hidup manusia. Dan komunitas dan perumahan.
terwujudnya kesejahteraan rakyat  Penciptaan dan penggalakan
ditandai oleh meningkatnya kualitas insentif berbasis pasar untuk
kehidupan yang layak dan bermartabat mendorong sektor swasta untuk
serta memberikan perhatian utama memenuhi kebutuhan atas
pada terpenuhinya kebutuhan papan perumahan yang dihuni pemilik dan
sebagai salah satu kebutuhan dasar sewa yang terjangkau.
manusia. Penggalakan pola
pengembangan ruang yang bisa

31
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 27-36

dipelihara dan sistem transportasi yang oleh nilai norma dan membentuk
memperbaiki aksesibilitas barang- struktur pranata sosial, ekonomi dan
barang, jasa, fasilitas dan pekerjaan budi daya untuk memanfaatkan
lingkungan alam buat menopang
3.6 Sarana dan Prasarana Permukiman kehidupan bersamanya dengan
Permukiman berkembang menciptakan lingkungan buatan seperti
bermula dalam lingkup yang lebih kecil. membangun jalan, sekolah, sanitasi,
Pada awalnya manusia membuat tempat ibadah dan sebagainya .
rumah sebagai tempat untuk Demikian halnya yang dikemukakan
berlindung. Dari rumah ini timbul oleh Sugandhy (1991), bahwa Suatu
perumahan yang dihuni keluarga- permukiman adalah lingkungan
keluarga. Perumahan yang dari banyak perumahan atau hunian yang terdiri dari
rumah ini kemudian berkembang dan kumpulan bangunan rumah dengan
melengkapi diri dengan sarana seperti berbagai fasilitasnya, antara lain,
sarana-sarana sosial, pendidikan, jaringan jalan, saluran-saluran kotoran,
pemerintahan, keagamaan, olah raga, saluran air hujan, kualitas udara bersih,
bermain anak, kesehatan, MCK, tempat bermain lapangan
perekonomian dan prasarana terbuka, pusat lingkungan dengan
lingkungan seperti jalan-jalan fasilitas pasar, sekolah dam lain-lain
lingkungan dan jalan akses, saluran yang didesain perunit lingkungan atas
pematusan, tempat sampah, jaringan dasar struktur yang hirarkis atau multiple-
listrik, telepon, dan air bersih. Maka use.
timbullah suatu permukiman.
Selanjutnya permukiman tersebut akan 3.7 Kondisi Fisik Hunian
bersinggungan dengan lingkungan Sixmith (1986) sebagaimana yang
alam, lingkungan binaan dan dikemukakan Turner (2001),
lingkungan sosial, yang dapat mengidentifikasi aspek-aspek kunci
berbentuk kawasan-kawasan tertentu. rumah fisik itu sebagai; struktur, layanan
Misalnya kawasan pesisir (lingkungan bangunan, arsitektur, lingkungan untuk
alam), kawasan industri (lingkungan aktivitas dan spasialitas. Sedang
buatan) dan kawasan permukiman lain Rapoport (1969) menekankan kekuatan
(lingkungan sosial). Tampak bahwa yang memberi bentuk dan karakter
permukiman yang baik memerlukan identitas dari penghuni dan memberi
dukungan sarana dan prasarana yang batasan pada ruang serta termasuk di
memadai. Pada perencanaan kota dalamnya apa yang dibuat manusia
baru kebutuhan akan sarana dan sejak mulai membangun dan mencari
prasarana dapat diprioritaskan untuk beberapa bentuk maupun tipe rumah
dapat memberi stimulan bagi sampai pada penyebab terjadinya hal
keberlangsungan dan perkembangan tersebut. Hal ini berkaitan dengan
perumahan dan permukiman. pemahaman terhadap bentuk-bentuk
Sarana dan prasarana yang menentukan hunian secara tidak
permukiman merupakan aspek penting. langsung memberi penghuninya bekal
Bagaimanapun, sebuah permukiman pengetahuan dikemudian hari. Faktor
baru tidak dapat mengabaikan penentu bentuk rumah antara lain; iklim,
keberadaan lingkungan sekitarnya, baik teknologi bahan bangunan , lokasi,
sebelum maupun sesudah pertahanan, ekonomi dan
perencanaan dan pengembangan kepercayaan.
kawasan permukiman dilakukan. Seperti yang tampak pada
Sebagaiman yang dikemukakan oleh permukiman pascarelokasi kondisi fisik
Hasan Poerbo (1986), sebuah hunian umumnya memiliki karakterisitik
lingkungan permukiman merupakan yang sama (tipikal) dimana unsur
hasil dari proses-proses interaksi manusia teknologi dalam pembangunan
dengan lingkungannya, karena manusia dengan bahan bangunan dasar yang
mempunyai akal budi, yang dilandasi sama (konstruksi tiang utama dan atap)

32
Kota Baru dan Aspek Permukiman Mendepan
(Zubair Batudoka)

serta tata masa bangunan secara fisik lebih rinci diuraikan Kluckhohn dalam
pada kondisi awal menghasilkan bentuk Koentjaraningrat (1982), bahwa budaya
yang relatif sama. terdiri dari unsur-unsur kebudayaan yang
universal (cultural universals). Unsur-unsur
3.8 Aspek Non Fisik Permukiman tersebut mencakup bahasa, sistem
Rumah Sebagai citra diri (Cooper, pengetahuan organisasi sosial, sistem
1972 ; Amiranti 2002), self peralatan hidup dan teknologi serta
dipresentasikan dengan simbol fisik, sistem mata pencaharian, religi dan
dimana body manifestasi dari pelindung kesenian. Keseluruhan unsur tersebut
self yang pertama dan paling disadari selalu mempunyai perwujudan
oleh manusia dan home sebagai fisik.Terdapat tiga wujud kebudayaan
proteksi dasar lingkungan internal diluar yaitu culutral system berupa sistem nilai,
kulit manusia dan bajunya. Sedang norma dan perangkat aturan; social
Sixmith (1986) mengutip james (1982) system yang merupakan suatu aktivitas
seperti yang dikemukakan turner (2001), manusia secara holistik dan physical
bahwa dimensi personal rumah itu system yang berupa benda hasil karya
adalah suatu perluasan dari “I” self dan manusia (Koentjaraningrat, 1982).
“me” self. “I” self , atau self subjektif, Arsitektur sebagai wujud fisik
diekspresikan dalam emosi-emosi seperti kebudayaan merupakan hasil dari
misalnya kesenangan/kebahagiaan kompleksitas gagasan sebagai kesatuan
dan rasa memiliki, respon afektif, seperti sistem budaya, dan tercermin dalam
misalnya privacy. “Me” self pada sisi lain keseluruahan sistem sosial masyarakat.
di dasarkan dalam ekspresi diri sendiri, Poerwanto,(2000) lebih melihat
pengalaman asosiatif dan formatif yang kepada sejauh mana kebudayaan
kritis, persepsi tentang permanensi, yang dimiliki oleh suatu komunitas
perspektif waktu (masa lalu, masa dipakai sebagai suatu strategi adaptasi
sekarang dan masa depan) dan arti dalam menghadapi suatu lingkungan
dan pengetahuan tentang tempat. biogeofisik tertentu sehingga ia tetap
Sixmith mencatat variabel-variabel mampu melangsungkan kehidupannya,
berikut sebagai indikasi rumah pribadi ; selanjutnya mengutip Spradley (1972)
kesenangan, kepemilikan, ekspresi diri, dikemukakan bahwa proses adaptasi
pengalaman kritis, kepermanenan, juga dipengaruhi oleh presepsi dan
privacy, pengetahuan dan kehendak interpretasi seseorang terhadap suatu
untuk kembali. obyek, yang kemudian menuju pada
Bagi banyak masyarakat sistem kategorisasi dalam bentuk respon
Indonesia terutama golongan atas kompleksitas suatu lingkungan yang
menengah ke bawah, rumah juga sesuai untuk di adaptasi, memberikan
merupakan barang modal, karena arah bagi perilaku mereka sehingga
dengan aset rumah ini mereka dapat memungkinkan dapat mengantisipasi
melakukan kegiatan ekonominya. peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Pembangunan perumahan diyakini Menurut Pedro Arupe dalam
dapat mendorong lebih dari seratus Eko Budiharjo(1988), rumah bukan
macam kegiatan industri lainnya, hanya sekedar bangunan tetapi
sehingga sangat potensial dalam merupakan suatu konteks atau
menggerakkan roda ekonomi dan hubungan sosial dari suatu keluarga.
upaya penciptaan lapangan kerja Sedang Irwin Altman (1989) melihat
produktif. rumah sebagai refleksi dari hubungan
Hal lain yang berkaitan dengan antara kebudayaan dan lingkungan.
aspek non fisik adalah kebudayaan hal Tampak bahwa peran kebudayaan
mana merupakan sebuah batas proses dalam membentuk akan terlihat jelas
interaksi dinamis antar manusia sebagai dari keterlibatan segi-segi budaya
mahluk individu dan mahluk sosial tersebut yakni kosmologi, agama serta
dengan dunia materi nyata dalam struktur keluarga dan struktur sosial dan
kompleks ide-idenya (Rapoport, 1985) sebaliknya rumah akan merefleksikan

33
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 27-36

berbagai segi atau nilai-nilai Sebagaimana yang dikemukakan oleh


kebudayaan ini. Lingkungan binaan Setha dan Altman (1992) bahwa
ditentukan oleh kelompok dan dapat keterikaan terhadap tempat dapat
berubah karena budaya, jadi budaya terkoyak oleh karena beberapa sebab
memegang peranan sentral dalam yaitu; Homelessness, relocation, mobility,
lingkungan binaan. crime, community development, human
Tapak permukiman cenderung emotion about places (stress,
berpengaruh terhadap pola interaksi alination,loss of rootness to places).
sosial penduduknya, dimana elemen
jalan atau ruang terbuka cenderung 3.9 Permukiman Berkelanjutan
paling berpengaruh (Vasthu, 1988; Perencanaan dan
Bhatt, 1990). Ruang-ruang terbuka pengembangan kota baru dapat
merupakan ruang ‘multi function’, berlangsung sebagaimana yang
namun fungsi utama merupakan wadah diarahakan untuk jangka waktu yang
kegiatan interaksi sosial sekaligus lama jika memperhatikan
sebagai wadah kegiatan perekonomian pembangunan permukiman yang
(Guinness, 1986). Keaktifan dan interaksi berkelanjutan. Kata sustainable menurut
sosial secara posistif mempengaruhi Kenneth Hagard dalam Wiseso(2000),
semua tatanan elemen tapak menggambarkan perubahan sosial dan
permukiman, sehingga makin lama kebudayaan dalam tatanan dunia ,
tinggal di permukiman tersebut dan pola dan gaya hidup. Istilah yang mulai
makin homogen latar belakang digunakan era tahun 1970an ini
penduduk dan sosial ekonominya, maka dijadikan kata kunci dalam setiap
pengaruh tatanan tapak permukiman permasalahan yang menyangkut daya
terhadap pola interaksi sosial dukung lingkungan. Dalam Agenda 21
penduuduknya cenderung lebih besar. diisyaratkan tentang pembangunan
Sementara itu menurut Altman (1984) permukiman yang berkelanjutan di
lokasi perumahan dan tempat keja dunia yang makin mengkota. Arahan
merupakan aspek lain dari urban design Agenda 21 harus dikuti secara
yang berhubungan dengan konsekuen, agar permukiman dapat
perekonomian. Sejalan dengan hal itu berlanjut dan mensejahterakan
Turner menyebutkan bahwa penduduk manusia. (Happy Santosa, 2000)
yang berpendapatan rendah demikian halnya yang dikemukakan
cenderung memilih rumah yang oleh Poerbo, (1999), bahwa
transportasi menuju tempat kerja mudah pembangunan berkelanjutan
dan harga rumah yang layak hendaknya disertai dengan
terjangkau. menghilangkan kemisikinan sebagai
Menurut Setioko, B (1997) Dari sejarah salah satu sumber perusakan
perkembangan penyebaran lokasi lingkungan, sehingga pembangunan
permukiman penduduk dan kualitas harus diikuti dengan pemeratan atau
artefaknya yang berupa gugusan pembangunan yang berkeadilan
kelompok permukiman dapat (development with equity)
diidentifikasi pasang surutnya satu kelas Menurut kutipan United Nation World
sosial dalam menghadapi kelas sosial Comission pada Environment
lain. Dimana kelas sosial yang tidak Conference tahun 1986 mengenai
mampu bertahan akan hilang pembangunan berkelanjutan adalah :
eksistensinya dalam kota. Selanjutnya “development which meets the needs
dikemukakan bahwa dalam of present without compromissing the
perencanaan kota hendaknya ability of future generation to meet their
mengikuti perkembangan dan own needs” (Gro Harlem Brundlant
memperhatikan potensi kota untuk ,1986) sejalan dengan hal tersebut
kemudian bisa bersikap realistis, secara Menurut Komarudin, (1997)
kebutuhan, reasonable, secara ekonomi Pembangunan perumahan
feasible dan secara sosial adaptable. berkelanjutan adalah pembangunan

34
Kota Baru dan Aspek Permukiman Mendepan
(Zubair Batudoka)

perumahan yang dapat memenuhi melanjutkan tradisi bermukim pedesaan


kebutuhan dan aspirasi masa kini dari mana mereka semula berasal.
maupun masa depan secara merata, Karena itu pendekatan yang gayut
dimana model pembangunan ini dengan permukiman mereka adalah
berwawasan lingkungan dan pendekatan yang masih memungkinkan
memperhatikan aspek sosial-ekonomi, suasana kampung tadi dalam
politik, budaya, falsafah, hukum dan permukiman barunya. Hasil global
perundang-undangan. Dian Conyers dialogue tentang Rural-Urban
(1986), dalam Komarudin (1997) Lingkages (Hannover Expo 2000) melihat
menegaskan bahwa pembangunan hubungan antara kota dan desa yang
perumahan berkelanjutan saling terkait sehingga dapat saling
memperhatikan perencanaan sosial memberi keuntungan.
yang mencakup pelayanan sosial, Pluralisme dan berbgai ekspresi
partisipasi masyarakat, organisasi dan pribadi yang berkesan 'meriah' dalam
metode informasi, ketrampilan dalam bermukim tidak seharusnya dinilai
perencanaan, komunikasi dan sebagai kekumuhan, yang lalu harus
manajemen. Sedang menurut Silas disingkirkan dengan menciptakan
(2002) konsep sustainability bersifat kebakaran (karena cara penggusuran
dinamis dimana untuk permukiman hanya akan memancing wartawan).
mengandung prinsip keseimbangan, Konsep 'bersih' dan 'tertib' yang
konservasi energi, renewable diberlakukan oleh Penguasa rupanya
technology, membangun untuk waktu tidak bertolak dari konsep yang sudah
yang selama mungkin, traffic, proximity dipunyai dalam tradisi, bukan dominasi
dan pengelolaan sampah yang tepat. namun interdependensi. Ada beberapa
hal penting dari kampung yang bisa
3.10 Kota Kita
dikembangkan untuk permukiman di
Yang mendorong terjadinya
kota :
urbanisasi adalah dorongan kuat untuk
meninggalkan desa, di samping
 Kota dan Kampung memiliki relasi
ekonomik yang saling
memang kota sendiri menariknya.
menguntungkan. Para penghuni
Menurut perhitungan ekonomis mereka,
kampung kota bekerja di kota, entah
dan itu nyata, tinggal di desa berarti
di sektor formal atau informal.
pemerosotan dan pemiskinan. Namun
ternyata tinggal di kota yang memadat  Sektor informal melengkapi, bahkan
dan memekar tanpa ada kesanggupan meramaikan sector formal
mencukupi dengan infrastruktur itu pun Struktur sosial kampung menjadi
hanya menempatkan mereka di sektor menentukan layout fisik kampung.
informal. Kehadiran sektor informal di 4. Catatan Penutup
kota tak pelak menjadi perhatian Dalam perencanaan dan
penting, karena aktivitas di sektor ini pengembangan perumahan dan
memberi sumbangan besar pada permukiman mendepan tidak saja harus
ekonomi nasional, karenanya harus lebih maju, tetapi mampu
diakui adanya. menghadirkan kelebihan berupa
Sementara itu kondisi kota kita kekuatan lokal dalam bentuk kekhasan
pun sebenarnya mewarisi apa yang daerah. Dalam hal ini arsitektur
dikerjakan orang pada masa kolonial. tradisional yang berkembang di semua
Kota-kota kita adalah tersusun atas tempat hendaknya dijadikan modal
banyak pusat-pusat pertumbuhan dasar awal untuk mencapai arsitektur
sebagai pengembangan dari kawasan perumahan dan permukiman yang
Pecinan, Arab, Melayu, Eropa yang maju mengikuti tantangan zaman.
dibuat penjajah dulunya. Berbeda Pola pemberdayaan/bertumpu
dengan kota Barat yang bertumbuh pada masyarakat dalam bentuk
dari pusat yang satu, kota kita tersusun partisipatif harus menjadi dasar kerja
atas 'kampung-kampung' yang yang nyata dalam pengembangan

35
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 27-36

mutu perumahan dan permukiman. Permukiman, Yayasan Realesatat


Penyertaan masyarakat sejak awal Indonesia, PT Rakasindo, Jakarta.
dapat mendukung pembangunan yang
Poerbo, H (1999), Lingkungan Binaan
berkelanjutan karena rasa kepemilikan
Untuk Rakyat, Yayasan Akatiga,
dan kepedulian terhadap
Bandung.
lingkungannya sendiri yang tinggi.
Dinamika perkembangan kota Poerwanto, H. (2000), Kebudayaan dan
menyertakan proses transformasi. Wajah Lingkungan, Dalam Perspektif
kota kita kelak akan seperti apa sangat Antropologi, Pustaka Pelajar,
bergantung dengan “perlakuan” kita Yogyakarta
saat ini. Kemana pun kota akan Rapoport, A (1969), Human Aspect Of
berkembang, interpretasi baru atas Urban Form, Pergamon Press,
kultur bermukim kita masih gayut untuk New York.
dilakukan. Fisik mungkin lain, wajah pasti
lain, tapi pada permukiman dalam kota Setijoko, B. (1997), Arsitek dan Penentu
baru mendatang semoga kita masih Kebijakan, dalam Arsitektur
bisa mengakrabi lingkungan dan Pembangunan dan Konservasi,
komunitas dimana kita bermukim dan Editor Eko Budiharjo, Djambatan,
melangsungkan aktivitas keseharian, Jakarta.
semoga Silas, J. (1993), Housing Beyond Home,
5. Pustaka Rujukan Pidato Pengukuhan Guru Besar
Altman, Irwin and Martin Chemers (1980) Arsitektur FTSP, ITS Surabaya,
Culture and Environment, Surabaya.
Wadsworth, Inc, California. Silas, J. (2002), Pembangunan
Pemukiman dan Prasarana
Amiranti, S. (2002), Kertas Kerja
Wilayah, Makalah Pelatihan
Manajemen Aspek Non Fisik
Amdal - A, ITS, Surabaya.
dalam Perkembangan
Pemukiman, PPs-Arsitektur, Sugandhy,A. (1991), Keanekaragamam
Perumahan & Pemukiman, ITS, Pemukiman Golongan
Surabaya. Berpenghasilan Rendah di Kota
Budiharjo, E. (1997), Lingkungan Binaan Dati II Malang, JIIS No.1, PAU-IS-
dan Tata Ruang Kota, Penerbit UC dan PT Gramedia Pustaka
Andi, Yogyakarta. Utama, Jakarta.
Turner, J.F.C (1972), Freedom to Build,
Guinness, (1986), Harmony and
The Mcmilland, New York.
Hierarchy in Javanese Kampung,
Oxford University Press. Wiseso, B.R (2000), Menuju Desain yan
Sadar Lingkungan dengan
Happy Santosa (2000), Permukiman Dan
Konsep Sustainable Architecture:
Lingkungan
Sebuah Pendekatan Ekologi, Kilas,
dalampengembangan Wilayah ,
Jurnal Arsitektur FTUI Volume 2 No.
Pidato Pengukuhan Guru Besar
1/januari, FTUI, Jakarta.
Madya Dalam Bidang
Permukiman dan Lingkungan
Jurusan Arsitektur , FTSP, ITS,
Surabaya.
Koentjaraningrat (1982), Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan,
PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Komarudin (1996) Menelusuri
Pembangunan Perumahan dan

36

Anda mungkin juga menyukai