Anda di halaman 1dari 4

METODE PENGAJARAN BIPA

1. Ada beberapa ciri Bahasa Indonesia jika dilihat dari linguistik makro dan linguistik mikro
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia memiliki struktur frasa menerangkan-diterangkan seperti rumah
besar, kotak kecil dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan bahasa asing yang lebih
banyak menggunakan struktur frasa diterangkan-menerangkan seperti big house,
small box dan sebagainya.
b. Bahasa Indonesia banyak menggunakan bahasa kiasan dan perumpamaan, tidak
seperti bahasa asing yang biasanya menggunakan kalimat langsung.
c. Bahasa Indonesia memiliki pola kalimat S-P-O-K, dengan unsur terpentingnya berada
di subjek dan predikat.
2. Ada beberapa keterampilan yang perlu diberikan dan dipahami dalam pengajaran BIPA.
Keterampilan tersebut antara lain, berbicara, membaca, menulis, mendengar, dan
keterampilan mengenai tata bahasa yang akan dipelajari. Aspek budaya juga penting
dalam keterampilan berbahasa karena dengan memahami budaya suatu negara atau
bangsa, seorang pembelajar bahasa akan lebih mudah untuk mengerti bagaimana pola
pikir masyarakat penutur bahasa tersebut. Contohnya orang asing yang belajar bahasa
Indonesia kemudian juga mempelajari budaya Indonesia akan lebih mudah beradaptasi
dengan bahasa Indonesia karena dia sudah memahami pola pikir masyarakat Indonesia
dalam berkomunikasi dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, semakin banyak mempelajari
kebudayaan suatu bangsa, akan semakin bertambah pula kosakata seorang pembelajar
BIPA.
3. Kompetensi penguasaan kosakata dan tata bahasa tidak bisa dihilangkan karena masing-
masing bahasa memiliki sistem dan tata bahasa yang berbeda-beda. Apabila seseorang
mempelajari suatu bahasa, namun ia tidak memahami kaidan dan tata bahasa tersebut,
maka pembelajat bahasa tersebut akan merasa kesulitan untuk mengomunikasikan
kosakata-koakata yang telah ia pelajari. Sementara itu, penguasaan koakata diperlukan
agar pembelajar bahasa dapat menempatkan suatu kata atau kalimat pada posisi yang
tepat sesuai bidangnya masing-masing.
4. Pembelajar BIPA dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni pembelajar tingkat dasar,
pembelajar tingkat menengah, dan pembelajar tingkat lanjut. Pembelajar tingkat dasar
adalah pembelajar bahasa Indonesia yang belum mengerti apapun tentang bahasa
Indonesia sehingga perlu diberikan pembelajaran dari yang paling mendasar seperti
perkenalan. Pembelajar tingkat menengah adalah pembelajar bahasa Indonesia yang
sudah mengetahui hal-hal dasar dalam bahasa Indonesia, seperti telah menguasai
beberapa kosakata, kemudian sudah bisa membaca dalam bahasa Indonesia walaupun
masih terbata-bata, dan dapat berbicara bahasa Indonesia meskipun masih terbolak-balik
susunan tata bahasanya. Sementara oembelajar tingkat lanjut adalah pembelajar bahasa
Indonesia yang sudah bisa membaca, menulis, dan berbicara dengan lancar dalam bahasa
Indonesia, tidak lagi terbalik-balik. Bahkan, siswa dengan tingkat ini biasanya sudah
dapat berbicara di forum umum seperti berpidato dan khatbah.
5. Model retorika bahasa dunia menurut Robert Kaplan terbagi atas (1) Model Asiatik, (2)
Model Anglo-Saxon, (3) Model Franco-Italia, dan (4) Model Semitik.
a. Model Asiatik adalah model retorika bahasa yang dipakai oleh negara-negara di
benua Asia termasuk asia tenggara dan Indonesia. Negara-negara dengan model
retorika ini, biasanya menggunakan bahasa yang tidak langsung dan banyak
ditemukan basa-basi.
b. Model Anglo-Saxon adalah model retorika bahasa yang dipakai oleh negara-negara di
benua Amerika. Negara-negara dengan model retorika ini, biasanya menggunakan
bahasa yang lugas dan to the point, langsung merujuk pada intinya.
c. Model Franco-Italia adalah model retorika bahasa yang dipakai oleh negara-negara di
kawasan Italia dan Perancis. Negara-negara dengan model retorika ini, biasanya
menggunakan bahasa yang romantis ketika ingin mengungkapkan sesuatu. Contohnya
ketika ingin mengatakan “Aku rindu kamu”, maka orang Perancis akan menggunakan
pernyataan yang berbeda seperti “Seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku.
d. Model semitik adalah model retorika yang lebih menekankan pada makna, contoh
negara yang menggunakan model retorika ini adalah Jerman.
Model retorika yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah model retorika Asiatik,
signifikansinya pada pembelajaran BIPA terletak pada tata bahasa yang digunakan, mulai
dari tatanan fonologi, morfologi, sintaksis, hingga semantik.
6. kompetensi dasar ketiga tingkatan pengajaran BIPA
a. Tingkat dasar 🡪 kompetensi yang diperlukan dalam tingkat dasar adalah membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara hal-hal mendasar seperti perkenalan, benda-benda
di kelas, cara berterima kasih, cara meminta tolong, membaca teks pendek, dan
sebagainya.
b. Tingkat menengah 🡪 Komeptensi pada tingkat mengah yakni membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara terkait bidang-bidang tertentu, misal kesehatan (dokter, suster,
perawat, obat), Universitas (siswa, dosen, mata kuliah), bidang pertanian (cangkul,
padi, sawah). Selain itu juga siswa mulai diajarkan untuk memahami teks yang lebih
panjang.
c. Tingkat lanjut 🡪 pada tingkat ini, siswa sudah dirasa memiliki kompetensi terkait
memahami teks panjang, pidato, berbicara dan membaca dengan lantang, serta
melakukan intrepretasi terhadap bacaan.
7. Ada empat keahlian yang perlu dikuasai pengajar BIPA, yakni keahlian mengenai tata
bahasa, keahlian mengajar, keahlian mengenai kebudayaan Indonesia, dan keahlian
berbahasa asing.
8. Beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan dalam pembelajaran BIPA antara lain
sebagai berikut.
a. Metode Reflecting Listening, yakni dengan memperdengarkan rekaman kepada
siswa, lalu meminta siswa untuk mengulang apa yang disampaikan.
b. Implisit listening, yakni metode menyimak secara implisit dari lingungan sekitar.
Siswa akan berusaha untuk menyimak dan memahami apa yang dia dengar dari
lingkungan sekitar.
c. Metode Disglosslock, yakni metode menyimak rekaman teks dan menuliskan kata
kunci atau kata-kata penting yang di dapat dari teks tersebut.
9. Salah satu metode pengajaran tata bahasa yang dapat digunakan adalah metode grammar
translation, yakni metode yang menekankan pada pembelajaran tentang unsur gramatikal.
Metode dapat dilakukan dengan memberikan teks pada siswa lalu siswa diminta untuk
menerjemahkan ke dalam bahasanya masing-masing.
10. Tindakan buruk atau negative harus dihindari pada saat pengajaran BIPA karena
ditakutkan akan diikuti oleh siswa. Contohnya apabila seorang pengajar BIPA berujar
sesuatu yang buruk atau kasar, maka kemungkinan siswa akan mengikuti apa yang
diujarkan oleh pengajar, minimal siswa akan penasaran dengan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai