Anda di halaman 1dari 4

1.

Bagaimanakah  periodisasi perkembangan usaha-usaha milik negara dan daerah


Pada dasarnya, perkembangan BUMN sangat ditentukan oleh pemerintah yang sedang berkuasa.
Menteri BUMN sebagai perpanjangan tangan Presiden adalah pihak yang memiliki peran sentral
dalam membuat keputusan mengenai BUMN.
Perkembangan sebuah BUMN juga tidak lepas dari sebuah proses politik. Karena sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara, DPR turut memiliki peran untuk mengawasi kinerja BUMN.
Situasi ini merupakan salah satu hal yang membedakan antara BUMN dan perusahaan swasta
pada umumnya.
Dalam lima tahun masa pemerintahan Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo,
BUMN mengalami sejumlah perkembangan dan perubahan. Pemerintah memiliki sejumlah
kebijakan yang berbeda terhadap BUMN.
Salah satu kebijakan besar pemerintah dan DPR terhadap BUMN adalah pemberian Penyertaan
Modal Negara (PMN). PMN adalah dana yang diberikan oleh negara kepada BUMN sebagai
tambahan modal. Dana itu berasal dari APBN. Sebelum 2014, tidak banyak BUMN yang
menerima PMN. BUMN yang menerima PMN pada masa itu hanya satu atau dua BUMN.
Namun, pada 2015 dan 2016, puluhan BUMN menerima PMN dengan nilai keseluruhan
mencapai puluhan triliun rupiah setiap tahun yang dianggarkan oleh negara di APBN dan
disetujui oleh DPR.
BUMN menyatakan dana PMN itu akan digunakan untuk mendanai perusahaan dalam
mengerjakan berbagai proyeknya. Di samping itu, BUMN menyatakan akan menggunakan dana
PMN itu untuk memperluas kegiatan usaha. Selain PMN, pemerintah berhasil membentuk
sejumlah holding BUMN dalam kurun 2014-2019. Holding BUMN adalah penunjukan sebuah
BUMN menjadi perusahaan induk yang membawahi sejumlah BUMN lain yang statusnya akan
berubah menjadi anak usaha BUMN.
Pada masa kepemimpinan Menteri BUMN Rini Soemarno, pemerintah membentuk dua holding
BUMN, yaitu holding BUMN energi dan holding BUMN tambang. Holding BUMN energi
dipimpin oleh PT Pertamina (Persero) dan melibatkan BUMN energi lain, yaitu PT Perusahaan
Gas Negara Tbk.
Selain holding BUMN energi, pemerintah juga membentuk holding BUMN tambang dengan PT
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai induk usahanya. Inalum, begitu perusahaan itu
biasa disingkat, membawahi perusahaan tambang lain, seperti PT Bukit Asam Tbk., PT Antam
Tbk., dan PT Timah Tbk. Tiga perusahaan itu statusnya berubah menjadi anak BUMN.
Aksi fenomenal holding BUMN tambang adalah akuisisi saham mayoritas PT Freeport
Indonesia, perusahaan yang mengelola tambang emas di Papua. Sebelumnya, saham mayoritas
itu dikuasai oleh Freeport McMoran yang berasal dari Amerika Serikat.
2. Bagaimanakah Bentuk dan karakteristik Badan usaha milik negara dan daerah
Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2.A. Menurut UU No 19 Tahun 2003 Pasal 9, bentuk dari perusahaan BUMN dibedakan menjadi
2, yaitu :
Perusahaan Umum (PERUM)
Perusahaan Umum (PERUM) adalah perusahaan milik negara yang modal seluruhnya milik
negara (berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan)bergerak dalam bidang produksi, jasa atau
bidang ekonomi lainnya dengan tujuan utamanya yaitu untuk melayani kepentingan umum
sekaligus mencari keuntungan. Contoh: Perum Husada Bakti, Perum Pegadaian, Perum
Pelayaran, dan sebagainya.
Ciri-ciri perusahaan umum yaitu:
1) Melayani kepentingan umum,
2) Umumnya bergerak dibidang jasa vital (public utility),
3) Dibenarkan memupuk keuntungan,
4) Berstatus badan hukum,
5) Mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti perusahaan
swasta,
6) Hubungan hukumnya diatur secara hubungan hukum perdata,
7) Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan,
8) Dipimpin oleh seorang direksi,
9) Pegawainya adalah pegawai perusahaan negara,
10) Laporan tahunan perusahaan, disampaikan kepada pemerintah.
Kelebihan perusahaan umum (perum) yaitu:
a. Menangani bidang-bidang usaha yang penting.
b. Bertujuan memberikan layanan kepada masyarakat sekaligus mencari keuntungan
keuntungan yang didapat digunakan lagi sebagai dana pembangunan.
c. Seluruh modalnya milik pemerintah, baik pusat atau daerah.
d. Dibanding perjan, perum bekerja lebih efisien karena selain member layanan kepada
masyarakat, juga dituntut untuk meraih laba (keuntungan).
e. Dengan status pegawai perusahaan negara atau daerah, budaya kerja di perum umumnya
lebih baik dibanding perjan
Kelemahan perusahaan umum (perum) yaitu:
a. Masih terjadi pemborosan (inefisiensi) karena tidak adanya perusahaan saingan.
b. Tingkat produktivitas pegawai umumnya masih di bawah pegawai perseroan
(PT).
c. Sering menjadi alat politik kelompok tertentu sehingga perum menjadi sapi
perahan (diperas) untuk kepentingan kelompok tersebut.
d. Jika perum rugi, berarti negara yang dirugikan.
Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Perusahaan Perseroan (PERSERO) adalah perusahaan negara yang modal/sahamnya paling
sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, dan bergerak dibidang produksi dengan tujuan
memperoleh laba. Contoh: PT Telkom, PT Pos Indonesia, PT Semen Gresik, PT BRI, dan PT
Bank Mandiri.
Ciri-Ciri perusahaan perseroan yaitu:
a. Memupuk keuntungan (profitability),
b. Sebagai badan hukum perdata (yang berbentuk pt),
c. Hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata,
d. Modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan negara yang dipisahkan
(dimungkinkan joint dengan swasta nasional/asing),
e. Tidak memiliki fasilitas-fasilitas negara,
f. Dipimpin oleh seorang direksi,
g. Status pegawainya sebagai pegawai perusahaan swasta,
h. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham.
Kelebihan perusahaan perseroan (persero) yaitu:
a. Mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada umum.
b. Modal pendiriannya berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan negara yang
dipisahkan berupa saham–saham.
Kelemahan perusahaan perseroan (persero) yaitu tidak memperoleh fasilitas Negara dan
Pegawainya berstatus sebagai pegawai swasta.

2.B. Badan Usaha berbentuk Badan Hukum

Karakteristik suatu badan hukum yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik dengan kekayaan
badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab sebatas harta yang dimilikinya. 

Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum terdiri dari :

(1)     Perseroan Terbatas (“PT”)

 Memiliki ketentuan minimal modal dasar, dalam UU 40/2007 minimum modal dasar PT


yaitu Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Minimal 25% dari modal dasar telah
disetorkan ke dalam PT;
 Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang dimilikinya;
 Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar suatu badan usaha
berbentuk PT.

(2)     Yayasan

 Bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota;
 Kekayaan Yayasan dipisahkan dengan kekayaan pendiri yayasan.

(3)     Koperasi

 Beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan


kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
berdasar atas asas kekeluargaan.
 Sifat keanggotaan koperasi yaitu sukarela bahwa tidak ada paksaan untuk menjadi
anggota koperasi dan terbuka bahwa tidak ada pengecualian untuk menjadi anggota
koperasi.

2. Badan Usaha bukan berbentuk Badan Hukum


Lain halnya dengan badan usaha yang bukan berbentuk badan hukum, pada bentuk badan usaha
ini, tidak terdapat pemisahan antara kekayaan badan usaha dengan kekayaan pemiliknya.

Badan usaha bukan berbentuk badan hukum terdiri dari:

(1)     Persekutuan Perdata

 Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi
karenanya;
 Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan Perdata.

(2)     Firma

 Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah nama bersama;
 Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.

(3)     Persekutuan Komanditer (“CV”)

 Terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif/komanditer.


 Pesero Aktif bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi, sedangkan pesero pasif
hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke dalam CV. 

1. Mengapa terjadi perubahan atas nama/status BUMN? 

Anda mungkin juga menyukai