Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BUDIDAYA

TANAMAN TEBU

Disusun oleh :
Kelompok 2
M. Rimindo E1G021002
Arfan Firmansyah E1G021010
Vinny Alifi E1G021011
Septiani E1G021030
Uci Diana Putri E1G021037
Dia Sundari E1G021067
Alfin Rafiansyah E1G021084
Rado Ganesa E1G021090

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ Budidaya Tanaman Tebu” dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Jakarta, 20 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)....................................................................2
2.2. Perbanyakan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)..............................................2
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)..........................................3
2.4. Persiapan Bibit Tebu (Saccharum officinarum)..........................................................4
2.5. Persiapan Lahan Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)...............................4
2.6. Penanaman Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)................................................6
2.7. Pemeliharaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum).............................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


            Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-
rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat
tumbuh baik dan berkembang di daerah sub tropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan
rendah hingga ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (dpl).
Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiannya, dari mana
asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang memang berkompeten dalam
hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM,
tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon dan Kaledonia Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah
timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000 SM, di mana tebu mulai menyebar ke
Indonesia, Filipina dan India.
            Memperhatikan potensi tebu yang sedemikian tinggi tersebut, sangat lah disayangkan
dan rugi apabila kita hanya memfokuskan pada satu hasil gulanya saja, padahal kita bisa
mendapatkan banyak manfaat sebagai hasil co-product. Sebagai gambaran komposisi rata-
rata hasil samping industri gula di Indonesia menurut P3GI adalah : limbah cair 52,9%,
blotong 3,5%, ampas 32,0%, tetes 4,5% dan gula 7,0% serta abu 0,1% .
Sehingga untuk memaksimalkan industri pengolahan berbasis tebu, pola klaster
merupakan pilihan model yang tepat untuk pengembangan industri komoditi tersebut. Dalam
pola ini seluruh stakeholder yang berkepentingan dan yang dapat mengambil manfaat dari
tebu beserta turunannya bersinergi untuk memperkuat daya saing dan memperbesar nilai
tambah sehingga mendapatkan hasil semaksimal mungkin.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu merupakan jenis tanaman perdu, yang termasuk dalam golongan rumput-
rumputan dengan nama lain Saccharum officinarum. Tanah yang paling cocok untuk
jenis tanaman perdu adalah daerah dataran yang tingginya kurang dari 500 meter di atas
permukaan laut. Serta, mempunyai curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahunnya.
Lebih baik lagi kalau dipadu dengan keadaan iklim yang bergantian antara kemarau dan
penghujan. Jadi tanah yang cocok untuk budidaya tanaman tebu adalah tanah yang
memiliki sifat kering-kering basah.
2.2. Perbanyakan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Untuk mengembangbiakkan tanaman tebu ada dua macam cara. yang pertama
adalah cara generative, khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa
dipakai untuk mendapatkan jenis tebu baru yang mempunyai kadar gula lebih tinggi.
Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetatif untuk mendapatkan bibit-bibit yang kita
perlukan untuk ditanam.
 Generatif
Dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian
menanam biji dari hasil perkawinan silang tersebut. Perkawinan jenis unggul akan
menghasilkan jenis tebu baru yang unggul.
 Vegetatif
Dilakukan dengan penyetekan. Caranya dengan mengumpulkan pucuk-pucuk
pohon tebu kurang lebih 3-4 ruas, kemudian daun-daun yang menutupi ruas-ruas
tersebut kita hilangkan. Karena pucuk ini biasanya masih tertutup daun dan masih
agak muda, untuk menghilangkan atau mencegah adanya  hama yang nantinya
menyerang, sebelum kita tanam kita harus memberi racun anti hama. Untuk bibit-
bibit seperti ini sering dipakai, terus yang dioles-oleskan pada batang tebu yang akan
ditanam sebagai bibit.
 Bibit Stek Pucuk
Yang  dimaksudkan dengan bibit stek pucuk ini adalah bibit yang kita ambil
dari pucuk tebangan tebu. Panjang pucuk yang kita ambil itu kurang lebih 3 ruas.
Kemudian buang daun-daun yang menempel pada ruas-ruas tersebut. Biasanya  dari
bibit-bibit macam ini akan didapat dua atau tiga mata.

2
Setelah kita mendapatkan bibit-bibit yang kita perlukan, maka cara
penanamannya haruslah ditidurkan dengan sedikit menimbuninya dengan tanah,
sedangkan letak tunas harus disusun di sebelah kiri dan kanan.
Sebelum kita meletakan bibit-bibit ini, kita telah siap membuat lubang
(cemplung), dan lubang-lubang ini sebelum ditanami bibit terlebih dahulu harus
dikelantang/dikeringkan dengan maksud supaya tanah menjadi masak/ndayung. Hal
itu penting untuk menghilangkan /mengurangi keasaman. Tebu akan tumbuh dengan
baik apabila tanah tidak terlalu asam atau pH nya antara 6,4 ke atas.
Bila lubang/camplungan situ telah berumput, maka harus dibersihkan atau
disiangi. Tanah dari guludan mulai kita turunkan ke dalam lubang tanaman yang
sudah kita beri sedikit air. Lubang itu dalamnya lebih kurang 35 cm. setelah sehari
semalam barulah bibit kita tanam.
 Bibit Rayungan
Bibit rayungan adalah bibit tebu yang telah tumbuh. Sedangkan untuk bibit-
bibit yang telah tumbuh ini yang paling baik adalah bibit-bibit yang bermata 2 dan 3.
Kemudian bila ada bibit yang matanya hanya satu, maka sebaiknya di  sampingnya
haruslah kita tambah lagi dengan bibit bermata 1 atau 2.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Adapun syarat-syarat tumbuh tanaman tebu adalah: Tumbuh di daerah dataran
rendah yang kering. Iklim panas yang lembap dengan suhu antara 25ºC-28ºC. Curah
hujan kurang dari 100 mm/tahun.  Tanah tidak terlalu masam, pH di atas 6,4. Ketinggian
kurang dari 500 m dpl.
Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan
musim tanamnya. Pada waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan
ketika mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Daerah penghasil tebu
terutama di Jawa, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung, dan, Nusa Tenggara.

3
2.4. Persiapan Bibit Tebu (Saccharum officinarum)
Bibit yang akan ditanam terdiri dari beberapa jenis, diantaranya bibit pucuk, bibit
batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.
a) Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12
bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun
kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya
bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena
tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air.
Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berproduksi.
b) Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal
dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3
stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman
dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. Setiap hektar tanaman kebun bibit
bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
c) Bibit rayungan (1 atau 2 tunas). Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk
pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Kelemahan
bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat
disimpan lama seperti halnya bibit bagal. Bibit ini dibuat dengan cara:
 Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
 Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
 Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan
pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit
rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
d) Bibit siwilan. Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya
sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya,
Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling.
2.5. Persiapan Lahan Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh
tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan
perakaran tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kronologis.
Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman
bongkaran baru (RPC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat

4
dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun,
topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna,
sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih
terdapat sisa-sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang.
Petak dibuat dengan ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan
jalan kebun.
Lahan yang bisa dikembangkan menjadi perkebunan tebu lahan kering berupa
hutan primer dan sekunder, padang rumput atau padang alang-alang, semak belukar,
lahan tegalan, sawah tadah hujan dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan
maupun perlatan yang digunakan disesuaikan untuk masing-masing jenis lahan. Pada
prinsipnya lapisan tanah bagian atas yang merupakan bagian tersubur harus dijaga agar
jangan hilang tergusur atau terkikis oleh air hujan.
Karena kelangkaan tenaga kerja, sementara waktu tanam optimal pertanaman
tebu di lahan kering adalah sempit, maka tenaga penarik untuk pengolahan tanah yang
murah dan efektif adalah dengan menggunakan traktor. Tahap pertama pengolahan tanah
menggunakan bajak untuk memotong dan membalik tanah, dan kemudian dilanjutkan
dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah selesai diolah kemudian dibuat
kairan (alur tanaman). Untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang baik yaitu cukup
dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah dan tidak terlalu
kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk mengolah tanah adalah segera
setelah musim hujan selesai atau awal musim kemarau.
Adapun tahapan kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai berikut:
1) Pembajakan
Pembajakan atau pengolahan tanah dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap
kegiatan, yaitu:
A. Pembajakan I
Bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi
awal yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow 20
disc dengan diameter 31 inci yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal
kegiatan pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai
25 – 30 cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak
kebun (±10ha) dibutuhkan waktu 8 jam kerja (mesin operasi). Pembajakan
dilakukan merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm
dan arah bajakan menyilang terhadap barisan tanaman tebu.

5
B. Pembajakan II
Dilaksanakan sekitar tiga minggu setelah pembajakan I dengan arah
memotong tegak lurus hasil pembajakan I dan kedalaman olah minimal 25 cm.
Peralatan yang digunakan adalah Disc Plow 3 – 4 disc diameter 28 inci dan
traktor 80 – 90 HP.
2) Penggaruan
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah
dan meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal
dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.
Pada areal RPC, tujuan penggaruan adalah untuk menghancurkan bongkahan –
bongkahan tanah hasil pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas
tanaman tebu. Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang
dengan arah bajakan. Traktor yang digunakan adalah traktor 120 HP dan alat Baldan
Harrow dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
3) Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang
terangkat akibat pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara
manual oleh tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan
ditumpuk dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.
4) Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit
tanaman tebu. Alur tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih
dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.
Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor
berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung
mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah,
memudahkan drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu.
Pada daerah miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak
(kemiringan 2%), sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras
bangku (Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.
2.6. Penanaman Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Pada saat penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembap tapi tidak
terlalu basah dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat
adalah masa pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau

6
sebaliknya. Menurut Tonny Kuntohartono dkk. (1976). Untuk daerah kering (tipe iklim
C dan D Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan Oktober-Desember,
sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim kemarau.
Pada daerah dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam
sebagai bibit stek mata tiga dengan jumlah 8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-
20.000 stek per hektar) atau pada prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh
40.000-45.000 per hektar. Stek tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam
1,25-1,35 m. Pada daerah dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata
ditanam, bersentuh ujung (end to end) atau tumpang tindih (overlapped 20 percent) pada
dasar juringan yang dangkal. Pada keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat
dipakai tebu lonjoran dengan 5-6 mata, dipotong menjadi dua.
Untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar, kebutuhan bibit
yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Bibit ditanam dengan
posisi mata di samping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman
ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada
umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga
kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau double
row, tunas yang hidup di sebelahnya diharapkan dapat menggantikannya.
2.7. Pemeliharaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Pemeliharaan tanaman tebu di lahan kering hampir sama macamnya dengan tebu
lahan sawah yaitu terdiri dari penyulaman, pemberian tanah, klentek, pemupukan,
pemeliharaan saluran drainase dan penyiangan gulma. Pemeliharaan saluran drainase
terutama perlu dilakukan selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air
yang berlebih.
1) Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu
yang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh
populasi tebu yang optimal. Pelaksanaan penyulaman untuk bibit bagal dilakukan 2
minggu dan 4 minggu setelah tanam, sedangkan untuk bibit rayungan dilakukan 2
minggu setelah tanam.
Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2 – 3 mata sebanyak dua potong dan
diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman
tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.
2) Pengendalian Gulma

7
Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma
dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun
lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan
merambat terdiri atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus
dubius, Spigelia anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica
charantia. Gulma daun sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum,
Eleusine indica, Dactylocta aegyptium dan Brachiaria distachya sedangkan gulma
golongan teki adalah Cyperus rotundus.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian
secara kimia, mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih
dominan dilakukan secara manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum
pengendalian gulma secara kimia yang dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence
(pra tumbuh), late pre emergence (awal tumbuh) dan post emergence (setelah
tumbuh). Adapun jenis herbisida dan dosis yang digunakan untuk penegendalian
gulma
Pengendalian gulma pra tumbuh (pre emergence) adalah pengendalian gulma
yang dilakukan pada saat gulma dan tanaman tebu belum tumbuh. Dilaksanakan pada
3 – 5 hari setelah tanam. Aplikasi herbisida dilaksanakan dengan menggunakan Boom
Sprayer yang mempunyai lebar kerja 12 meter (8 baris) yang ditarik oleh traktor kecil
80 HP. Kecepatan kerja sekitar 1,52 km/jam.
Late pre emergence adalah pengendalian gulma yang dilakukan pada saat
gulma sudah tumbuh dengan 2 – 3 daun dan tanaman tebu sudah berkecambah. Late
pre emergence dilaksanakan karena terjadi keterlambatan aplikasi pre emergence,
sedangkan post emergence dilaksanakan pada saat gulma sudah tumbuh dan biasanya
dilaksanakan 1 – 2 kali. Post emergence diaplikasikan secara manual dengan hand
sprayer/knapsack sprayer.
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan menggunakan Tyne
Cultivator dan Terra Tyne. Dilaksanakan pada saat pengemburan tanah. Pengendalian
tersebut dilaksanakan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam.
Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan oleh tenaga kerja dengan
mempergunakan peralatan sederhana, dilaksanakan pada saat kondisi tanaman tebu
masih dalam stadia peka terhadap herbisida, gulma didominasi oleh gulma merambat,
populasi gulma hanya spot – spot, ketersediaan tenaga kerja yang cukup dan herbisida

8
yang tidak tersedia di pasaran. Kapasitas kerja pengendalian gulma berbeda
tergantung pada pengendalian gulma yang dilakukan.
Penyiangan gulma dikerjakan secara manual tiga kali yakni pada umur 1,2 dan
3 bulan setelah tebu ditanam. Penggunaan herbisida sebagai pengganti tenaga
penyiang yang mulai sulit diperoleh, adalah dengan penyemprotan campuran-
campuran herbisida emetryne + 2,4 D diuron + 2,4 D atau atrazine + 2,4 D.
§ Pembumbunan dan penggemburan
Pembumbunan bertujuan untuk menutup tanaman dan menguatkan batang
sehingga pertumbuhan anakan dan pertumbuhan batang lebih kokoh. Di lahan sawah
pembumbunan dilakukan tiga kali selama umur tanaman. Pelaksanaan pembumbunan
dilakukan secara manual atau dengan semi mekanis.
Di lahan kering pembumbunan sekaligus dilakukan dengan penggemburan
yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan gulma,
menggemburkan dan meratakan tanah, memutuskan perakaran tebu khususnya
tanaman tebu ratoon dan membantu aerasi pada daerah perakaran. Apabila drainase
tanahnya jelek pemberian tanah untuk tebu lahan kering hanya dilakukan dua kali
yaitu sebelum pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan dan pada umur 2,5-3 bulan,
atau dapat dilakukan sekali pada umur 2-3 bulan.
Penggemburan pada tanaman diperlukan peralatan terutama untuk
mengendalikan gulma. Alat yang digunakan adalah Tyne Cultivator. Penggemburan
dilaksanakan pada tanaman berumur 45 hari setelah tanam (sebelum pemupukan II)
dengan kedalaman 20 cm dan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam.
Untuk tanaman ratoon diperlukan alat yang bisa membantu menggemburkan
tanah dan mengendalikan gulma. Aplikasi dilaksanakan dua kali dalam satu musim
tanam. Alat yang digunakan untuk aplikasi pertama adalah Terra Tyne dan yang
kedua adalah Sub Tiller yang dilaksanakan setelah pemupukan II. Dengan Terra Tyne,
kedalaman olah minimal 20 cm sedangkan dengan Sub Tiller kedalaman minimal 40
cm.
3) Klentek
Klentek adalah suatu kegiatan membuang daun tua pada tanaman tebu
yangdilakukan secara manual. Tujuan klentek adalah untuk merangsang pertumbuhan
batang, memperkeras kulit batang, mencegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran.
Kegiatan ini umum dilakukan pada sistem reynoso di Jawa. Untuk tebu lahan kering
tidak dilakukan klentek. Untuk itu dalam salah satu seleksi varietas dicari yang daun

9
keringnya lepas jika terkena angin. Sebagai konsekuensinya tebu lahan kering harus
dibakar jika akan ditebang. Hal ini juga menjadi kriteria varietas tebu lahan kering,
yaitu tahan bakar.
Klentek hanya dilakukan satu kali pada akhir musim hujan atau sekitar (2-3)
bulan sebelum tebang.
4) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman tebu bertujuan untuk
mencegah semakin meluasnya serangan hama /penyakit pada areal perkebunan tebu.
Hal ini sangat berkaitan erat dengan salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu.
Beberapa hama yang umum menyerang antara lain: hama penggerek pucuk tebu
(Triporyza vinella F), penggerek batang tebu (Chilo oirocilius dan Chilo
sachariphagus), dan uret (Lepidieta stigma F).
Hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F) gejala; adanya lorong
gerekan pada ibu tulang daun, lorong gerekan yang lurus di bagian tengah pucuk
tanaman sampai ruas muda di bawah titik tumbuh, titik tumbuh mati, daun muda
menggulung dan mati. Setiap batang berisi satu ekor penggerek. Pencegahan;
menggunakan bibit bebas penggerek, menanam varietas tahan, menjaga kebersihan
dari tanaman glagah, pergiliran tanaman dengan padi/palawija. Pengendalian secara
biologis dilakukan dengan pelepasan Trichogama sp. Dalam bentuk telur yang disebut
pias. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan pemberian 20 butir granular
Furadan 3G/tanaman, aplikasi Furadan 3G pada tanah 25 kg/ha.
Penggerek batang tebu (Chilo supresalis dan Chilo sachariphagus) gejala
bercak – bercak putih bekas gerekan pada daun kulit luar tidak tembus, lorong
gerekan pada bagian dalam pelepah, lorong gerekan pada ruas-ruas, titik tumbuh mati
sehingga daun muda layu dan mati. Satu batang biasanya lebih dari satu penggerek.
Untuk menghindari hama penggerek batang, harus dilakukan upaya-upaya
pencegahan dan pengendalian, dengan cara;
Pencegahan: memilih bibit yang bebas penggerek, menanam varietas tahan,
menjaga kebersihan kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian: pelepasan Trichogama sp. Sebanyak 12.000 – 40.000 ekor/ha,
pelepasan Diatraephaga strintalis townsend (Lalat Jatiroto) sebanyak 30 – 60 ekor/ha,
penyemprotan Thiodan 35 EC 3 ltr/ha atau Asodrin 15 WSC 5 ltr/ha.
Jenis penggerek batang untuk tanaman tebu, diantarnya adalah : Uret
(Lepidieta stigma f) dengan gejala; tanaman layu, daun kering kemudian mati, bagian

10
pangkal batang terdapat luka-luka bekas digerek dan disekitar perakaran terdapat uret.
Untuk pencegahan dan pengendaliannya dengan cara; Pencegahan: pergiliran tanaman
tebu dengan padi, dan palawija. Pengendalian: penangkapan uret dan kepik,
penaburan insektisida Suscon blue 140 G 28 kg/ha.
Hama lain yang umumnya ada yaitu: kutu putih, tikus, ulat grayak, tetapi
serangannya relatif kecil sekali sehingga pengendaliannya cukup dengan sanitasi
kebun. Beberapa wilayah pabrik gula dalam pengendaliannya masih mengutamakan
dengan sanitasi lingkungan, musuh alami, dan menggunakan varietas tahan terhadap
semua hama, sedangkan penggunaan bahan kimia jarang dilakukan karena tingkat
serangannya rata – rata masih dibawah 5%.
Beberapa macam penyakit yang biasa menyerang di wilayah pabrik gula
antara lain penyakit luka api, penyakit pokah bung, penyakit mozaik, penyakit noda
kuning, tetapi yang mendapat perhatian adalah penyakit Ratoon Stunting Desease
(RSD) yang disebabkan oleh virus. Gejalanya adalah batang tebu menjadi sedikit
lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang sehat, bila tanaman
tebu dibelah terlihat berwarna jingga atau merah muda pada bagian bawah buku.
Pengendaliannya dapat menggunakan varietas tahan, alat pemotong dengan
deinfektan Lisol 10% atau dengan perlakuan air panas pada bibit dengan suhu air 500
C selama 2 – 3 jam. Serangan penyakit yang selama ini menyerang ternyata masih
dibawah 5%, sehingga tindakan yang banyak dilakukan adalah dengan sanitasi kebun
dan menggunakan varietas tahan.
5) Pemupukan
Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering
tidak diberikan sekaligus tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
untuk mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah
setempat. Pedoman umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama
yang terdiri dari ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau
ZA+TSP+KCl (untuk daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat
sebelum tanam, ditaburkan pada dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri
dari ZA dan KCl diberikan pada umur 1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam
larikan kemudian ditutup dengan pemberian tanah pertama. Pada tanaman keprasan,
pupuk pertama dan kedua diberikan dalam paliran yang letaknya saling berlawanan,
sedalam 5-10 cm dan berjarak ± 10 cm dari barisan tanaman yang kemudian ditutup
dengan tanah.

11
Dosis pupuk yang dianjurkan untuk tebu lahan kering tanaman pertama (TRIT
I) adalah 8 ku ZA, 2 ku SP36 dan 3 ku KCl tiap hektar dengan aplikasi 2 kali.
Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan 1/3 dosis
ZA dan seluruh SP 36 dan KCl. Pemupukan 2 dilakukan pada saat tanaman berumur
sekitar 1,5 bulan yaitu pada awal musim hujan dengan 2/3 dosis ZA.
Untuk tebu keprasan, di samping pemeliharaan sebagaimana pada tanaman
pertama, dilakukan pola pengaturan klaras dan sub-soiling. Pengaturan klaras (off
baring) di antara barisan tanaman tebu dilakukan untuk mencegah melebarnya rumpun
tebu keprasan agar penebangan dengan mesin tebang tidak mengalami kesulitan.
Sedangkan sub-soiling ditujukan untuk menggemburkan tanah diantara barisan
tanaman tebu yang biasanya mengalami pemadatan oleh roda traktor dan trailer yang
digunakan pada penebangan dan pengangkutan. Di daerah-daerah tebu tegalan di
Jawa, kedua pekerjaan tersebut tidak dilakukan.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian
ditutup dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah
dikembangkan terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus
pembumbunan. Alat yang dipakai adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2010. Budidaya Tebu (online). http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-tebu-


7825. Pada Tanggal 19 Maret 2022.
Anonimus, 2013. Budidaya Tanaman Tebu Dan Cara menanam tebu (Online). http://bestbudi
dayatanaman.blogspot.com/2013/01/budidaya-tebu-dan-cara-menanam-tebu.html. Pada
Tanggal 19 Maret 2022

13

Anda mungkin juga menyukai