Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KE-PGRI-

AN
Perjuangan Guru Dalam Mencapai
Kemerdekaan

OLEH :

KELOMPOK 2

1. EKA UMI OKTAVIANI ( 20144800020 )


2. MUTIARA FEBRIANI ( 20144800015 )
3. HENDRO TRI SAPUTRO ( 20144800035 )
4. IRFAN ARIEF SETIAWAN ( 20144800044 )
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam kebudayaan bangsa Indonesia, profesi guru mempunyai kedudukan paling tinggi
dan dihormati oleh masyarakat. Masyarakat jawa mengenal ungkapan “guru, ratu, wong tuwo
karo” artinya adalah taatilah pertama-tama gurumu, lalu rajamu, kemudian kedua orang
tuamu. Penghargaan guru tersebut juga terjadi pada masa kolonial, dimana status profesi guru
mempunyai kedudukan yang terhormat karena itu guru dihargai oleh masyarakat. Mereka
dianggap panutan masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status
ekonomi yang cukup tinggi. Pada masa kolonial, memang status profesi guru relatif tinggi.
Pada masa penjajahan Jepang, sang guru mendapat kehormatan dengan julukan “Sensei”
yang sesuai dengan kebudayaan Jepang dimana guru mempunyai kedudukan sosial yang
sangat dihormati. Selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, profesi
guru pernah menjadi dambaanorang. Dalam berbagai daerah, ambil contoh di kawasan
Indonesia Timur, yang dicari adalah pegawai negeri atau guru.
Dengan perkembangan jaman dan pola fikir masyarakat, terjadilah pergeseran anggapan
tentanng guru, berkaitan dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Profesi guru bukanlah merupakan pilihan utama dan bergensi, bahkan status profesi guru
lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan
buruh sekalipun. Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) yang
terkesan “terbelakang” kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru menuntut kecakapan dan
usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal yang cukup tinggi.
Selain itu, Guru juga mempunyai peranan penting di dalam memperjuangkan dan merebut
kemerdekaan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab itu,
makalah ini di tulis untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang guru dan
seberapa besarnya peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari guru ?
b. Bagaimana pendidikan di jaman penjajahan Belanda ?
c. Bagaimana perjuangan guru pada masa penjajahan Belanda ?
d. Bagaimana pendidikan di jaman penjajahan Jepang ?
e. Bagaimana perjuangan guru pada masa penjajahan Jepang ?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pengertian guru
b. Menjelaskan keadaan pendidikan di jaman penjajahan Belanda
c. Menjelaskan perjuangan guru pada masa penjajaham Belanda
d. Menjelaskan keadaan pendidikan pada jaman penjajahan Jepang
e. Menjelaskan perjuangan guru pada masa penjajahan Jepang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Guru


Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
Secara etimologis (asal usul kata), istilah guru berasal dari bahasa Indiayang artinya orang
yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalamtradisi agama Hindu, guru dikenal
sebagai Maha Resi guru yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon
biksu di bhinaya pantii (tempat pendidikan bagi para biksu). Dalam bahasa Arab, guru
dikenal dengan almu'alimatau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim
(tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-mu'alim atau ustadz, dalam hal ini juga
mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas
manusia.Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan telah mencoba merumuskan pengertian
guru dengan definisi tertentu.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

Menurut Poerwadarminta guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dengan definisi ini,
guru disamakan dengan pengajar. Dengan demikian, pengertian guru inihanya menyebutkan
satu sisi, yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih.
Sementara itu, Zakiyah Daradjat dikutip dari buku “Menjadi Guru Efektif” menyatakan
bahwa guru adalahpendidik professional karena guru telah menerima dan memikul beban dari
orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini, orang tua harus tetapsebagai
pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru adalah tenaga
professional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan
sekolah. Dari pengertian diatas, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dan
upaya mencerdaskan kehidupan bagsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional,
intelektual, fisikal maupun aspek lainnya berada di lembaga pendidikan sekolah., baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta Dalam agama Hindu, guru
merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu.
Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.
Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju
kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau
Bodhisattva.
Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha,
namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah
kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh Guru dalam agama Sikh,
dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.
Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan
seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di
masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan
dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2.2. Keadaan Pendidikan di Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda
Keadaan pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sangat memprihatinkan baik
dari segi pendidikan, guru, dan sekolahnya.

2.2.1. Pendidikan dan Sekolah


Pada jaman Protugis dan spanyol mulai didirikan sekolah-sekolah model baru, berlainan
dengan sekolah-sekolah pesantren. Di sekolah ini tidak hanya diajarkan tentang agama
namun juga diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah-sekolah ini hanya berada di
kepulauan Maluku sampai kedatangan VOC di Indonesia. VOC berkuasa di Indonesia pada
tahun 1600-1800. VOC ini juga mengadakan sekolah-sekolah di daerah kekuasaan mereka
seperti kepulauan Maluku, di beberapa pulau di kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), di
Batavia (Jakarta), dan di Semarang.
Sekolah-sekolah Belanda ini diadakan 2 jam pada waktu pagi dan 2 jam pada waktu sore hari.
Pada mulanya bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Belanda, akan tetapi
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

karena hasilnya tidak memuaskan maka diganti dengan bahasa Melayu. Anak-anak tidak
teratur didalam bersekolah karena mereka harus membantu kedua orang tuanya. Gurunya
berkebangsaan Belanda dan kebanyakan tidak mendapatkan latihan sebagai guru. Pelajaran
yang diberikan hanya terdiri dari agama, menyanyi, membaca, menulis dan berhitung. Orang-
orang yang sudah tamat sekolah harus berkumpul dua kali dalam seminggu untuk kelas-kelas
lanjutan.
Pada tahun 1684 diumumkan Undang-Undang Sekolah pertama, yang isinya antara lain :
- Untuk mendirikan sekolah harus seijin pemerintah
- Jam pelajaran sekolah jam 08.00-11.00 dan jam 14.00-17.00
- Dilarang adanya pelajaran campuran antara anak laki-laki dan perempuan
- Hari libur dan uang sekolah diatur pemerintah
- Sekolah-sekolah dimonitoring 2 kali setahun
Pada tahun 1778 dikeluarkan Undang-Undang yang baru, yang isinya antara lain :
- Tiap-tiap sekolah dibagi dalam 3 kelas
- Di kelas satu diajarkan membaca, menulis, berhitung, menyanyi, dan agama
Pada tahun 1800 VOC dibubarkan, Indonesia dijajah secara langsung oleh pemerintahan
Belanda. Dalam bidang pendidikan hampir sama dengan VOC hanya sekarang pendidikan
diperbanyak akibat pengaruh dari Liberalisme. Gubernur Jendral Daendels (tahun 1808-1811)
memerintahkan kepada para Bupati di Jawa untuk mendirikan sekolah-sekolah pribumi.
Tahun 1830 Pemerintah Belanda memerintahkan kepada para Bupati dan Residen untuk
mendirikan sekolah pribumi dengan mata pelajaran budi pekerti, membaca, dan menulis.
Tahun 1850 pemerintah mendirikan Sekolah Dasar Missie (Zending) di Maluku, Manado,
Timor, Jawa, dan Kalimantan. Tahun 1852 didirikan sekolah guru. Tahun 1867 didirikan
Depertemen Pendidikan yang bertanggung jawab terhadap permasalahan pendidikan.
Tahun 1871 Pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang isinya :
- Jumlah pendidikan guru ditambah
- Sekolah-sekolah dasar diperuntukkan bagi anak golongan nigrat dan umum
- Pelajaran diberikan dengan bahasa daerah
- Mata pelajaran yang diberikan dalah membaca, menulis dan berhitung
- Mata pelajaran pilihan berhitung, ilmu bumi, sejarah, biologi, pertanian, menggambar,
penelitian, menyanyi, dan bahasa Belanda
- Semua pengeluaran kecuali uang sekolah ditanggung oleh pemerintah
- Agama tidak boleh diajarkan di sekolah pemerintah
Tahun 1892 dikeluarkan peraturan pemerintah :
- Ada sekolah tingkat I untuk anak-anak tingkat dasar
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

- Ada sekolah tingkat II untuk masyarakat umum


Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda semakin bertambah jumlahnya dan
berjenis-jenis. Hal ini memang disengaja oleh pemerintah Belanda dalam rangka
melaksanakan politik devide et empera dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Sampai dengan tahun 1937 sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan Belanda
adalah :
a. Sekolah Desa
Sekolah desa ini diseduaikan dengan kehidupan desa. Lama pelajaran 3 tahun, selama dua
setengah jam sehari.
Di sini diajarkan bahasa daerah, berhitung, yang berguna untuk kehidupan sehari-hari,
membaca menulis dengan huruf daerah dahulu dan kemudian huruf latin.
Jumlah sekolah desa tahun 1921 ada 8000 buah dengan murid 543.000 orang.
b. Sekolah Kelas Dua
Sekolah Kelas Dua untuk umum. Waktu Sekolah Desa diadakan, beberapa Sekolah Kelas
Dua ini dijadikan “Standaard School” atau “Vervolgschool”, yaitu sekolah sambungan bagi
sekumpulan Sekolah Desa yang berdekatan, dengan maksud supaya pengajaran sama dengan
pengajaran di Sekolah Kelas Dua biasa. Lama pelajaran 2 tahun sesudah Sekolah Desa.
Sekolah Kelas Dua pada mulanya terdiri dari 3 kelas, kemudian ditambah menjadi 4 kelas
dan akhirnya menjadi 5 kelas.
Di sekolah ini diajarkan bahasa Melayu. Tamatannya hanya dapat meneruskan ke Sekolah
Normal (untuk calon guru Sekolah Kelas Dua) dan Sekolah Pertukangan (Ambachtschool).
c. Schakelschool atau Sekolah Penghubung
Sekolah ini, selama 5 tahun mengajarkan murid-murid Sekolah Kelas Dua yang pandai dari
kelas 3, 4 atau 5 sehingga mencapai kepandaian setaraf dengan kepandaian tamatan HIS.
Tamatan Schakelschool ini dapat meneruskan pelajaran ke MULO.
d. Hollands Inlandse School (HIS)
Lama pelajaran 7 tahun. Pada sekolah ini diajarkan 3 bahasa, yaitu bahasa Daerah, Bahasa
Melayu, dan Bahasa Belanda. Sekolah ini merupakan dasar bagi anak Indonesia yang ingin
melanjutkan pelajarannya ke MULO, AMS dan Sekolah Tinggi. Yang dapat diterima di HIS
adalah anak-anak bangsawan atau pegawai negeri.
Pada tahun 1921 jumlah sekolah ini ada 146 buah milik negeri dan 64 buah sekolah swasta
yang mendapat subsidi, jumlah murid seluruhnya ada 400.000 orang.
a. Europese Lagere School (ELS)
Sekolah rendah untuk bangsa Belanda ini mata pelajarannya diatur sehingga dapat
bersambung dengan sekolah rendah yang ada di negeri. Lama pelajarannya 7 tahun. Dari
27.000 murid yang ada pada waktu itu, 3.400 anak Indonesia dan 1.400 anak Tionghoa.
Murid-murid tamatan ELS yang dapat surat keterangan dari Kepala Sekolah dapat diterima
di kelas I MULO, yang lulus ujian tertulis dalam bahasa Belanda dapat diterima di HBS.
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

b. Sekolah MULO
MULO itu asal mulanya merupakan dua kelas tambahan pada ELS kelas I, untuk
memberikan pengajaran rendah yang lebih lanjut kepada tamatan ELS tersebut. Secara
berangsur-angsur pelajaran pada kelas ini ditambah dan lama pelajarannya diperpanjang
menjadi 3 tahun.
Pada tahun 1914 telah ada 10 MULO. Pada tahun 1919 MULO ini dijadikan bagian bawah
dari IMS, yang kemudian menjadi AMS.
Pada tahun 1925 terdapat 19 buah MULO negeri dan 7 buah MULO partikelir. Jumlah murid
seluruhnya ada 3.900 orang, diantaranya 1.635 orang Indonesia.
c. Algemene Middlelbare School (AMS)
Sekolah ini didirikan pada tahun 1919 dengan nama Indische Middlelbare School (IMS).
Pada tahun 1919 AMS ini terdapat di Jogja dengan jurusan Ilmu Hisab dan Ilmu Alam (Wis
en Natuurkundige Afdeling). Kemudian dibuka 2 jurusan lagi, yaitu jurusan bahasa-bahasa
Barat dan jurusan bahasa-bahasa Timur.
d. Hogere Burger School (HBS)
HBS ini terdapat di Betawi, Bandung, Semarang dan Surabaya. Lama pelajarannya 5 tahun.
HBS yang ada di Indonesia sama dengan HBS di Belanda.
Dari HBS 5 tahun ini tamatannya bisa masuk ke Sekolah Perniagaan dan Sekolah Ilmu
Pelayaran, yang lama pelajarannya masing-masing 5 tahun. Terdapat 6 buah HBS partikelir
(swasta), tetapi murid-muridnya semua wanita.
e. Sekolah Kejuruan
- Guru Sekolah Desa diambil dari tamatan Sekolah Kelas II. Selama 2 tahun mereka
mengikuti kursus untuk guru desa.
- Kursus Guru Bantu, yaitu tamatan Sekolah Kelas II yang mengikuti kursus guru selama
2 tahun sambil mengajar.
- Normaalschool menerima murid tamatam Sekolah Kelas II. Lama pelajaran 4 tahun.
- Kwekschool atau Sekolah Raja, mendidik guru untuk HIS. Lama pelajarannya 4 tahun
sesudah HIS. Bahasa yang diajarkan yaitu, bahasa Daerah, bahasa Melayu, dan bahasa
Belanda.
- Hogere Kweekschool (HKS) tamatan kweekschool yang terpilih dan mahir bahasa
Belanda dapat melanjutkan di HKS. Lama belajarnya 3 tahun.
- Hollands Inlandes Kweekschool (HIK). HIK mengantikan HKS, yang diterima di HIK
adalah tamatan HKS yang lama belajarnya 6 tahun, atau tamatan MULO yang lama
belajarnya 3 tahun.
Pada HIK ini diajarkan ilmu alam/kimia, ilmu pasti, bahasa Inggris, bahasa Jerman, di
samping bahasa Belanda yang menjadi bahasa pengantar.
- Hollands Chinese Kweekschool (HCK) yang sederajat dengan HIK.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

- Kursus Hoofdakte adalah kursus-kursu untuk calon Kepala Sekolah HIS, HCS dan
HAS. Yang diterima, guru-guru tamatan HKS, HCK, HIK, Europese Kweekschool yang
terpilih. Lama kursus untuk Kepala Sekolah berbahasa Belanda ini 2 tahun.
- Osvia singkatan dari Opleidings-School voor Inlandes Ambtenaren adalan sekolah
untuk mendidik calon : Pangreh Praja. Nama sekolah ini sesudah ditingkatkan mutunya
diganti menjadi Mosviba (Middelbare Opleidings School voor Bestuursambtenaren). Lama
pendidikan 6 tahun sesudah HIS, yaitu 3 tahun tingkatan MULO dan 3 tahun berikutnya
tingkatan Sekolah Menengah Atas.
- Bestuurschool ialah untuk mendidik calon-calon Bupati. Yang diterima, pejabat pangreh
praja tamatan Mosviba yang terpilih dan sebagian besar anak Bupati.
- Sekolah-sekolah jurusan lainnya : Sekolah Pertanian (Kultuurschool) di Bogor, Sekolah
Pertanian Menengah Atas, Sekolah Dokter Hewan, Sekolah Dokter Gula, Sekolah Pelayaran
Menengah Atas (Prins Hendrik School), Sekolah Pendidikan Kelasi Bangsa Indonesia di
Makasar, Rechtschool yang kemudian ditingkatkan menjadi Rechts Hoge School (Sekolah
untuk Sarjana Hukum), Sekolah Dokter Jawa (Stivia) yang kemudian ditingkatkan menjadi
Medische Hoge School (MHS). Sekolah-sekolah teknik dari Ambachtschool sampai ke
Technische hoge School.

2.2.2. Nasib Guru pada Masa Hindia Belanda


Kekuasaan Belanda yang berlangsung tiga setengah abad jatuh dalam waktu yang sangat
singkat. Melitah persiapan tentara Belanda, terutama mengenai mareriil baik alat-alat senjata
maupun persediaan makanan dan pakaian, sangat mengherankan hal ini terjadi. Salah satu
sebab ialah tidak nampaknya semangat peperangan pada para prajurit dan perwira tentara
Hindi Belanda. Sebab lain adalah kesalahan Hindia Belanda di dalam menjalankan politiknya
di Indonesia.
Politik kolonial Hindia Belanda itu sangat dipuju oleh luar negeri. Susunan organisasi
Pemerintah di Hindia Belanda diadakan sedemikian rapi, sehingga tidak ada kejadian yang
tidak segera diketahui oleh pusat. Modal asing yang ditanam di sini jamin. Sehingga dengan
leluasa orang asing menggali keuntungan dari alam Indonesia. Dan tidak boleh dilupakan,
rakyat Indonesia sendiri pada waktu itu nampak tertib, sehingga melahirkan ucapan bahwa
bangsa Indonesia adalah “bangsa yang paling lemah lembut di dunia”-“hetzachtste volk der
aarde”. Politik memecah belah dilakukan sedemikian halusyan, sehingga tidak dirasakan oleh
yang berkepentingan. Dimana-mana perbedaan pengajian mencolok sekali.
Di bidang pendidikan diadakan bermacam-macam sekolah dasar, masing0masing untuk
golongan tertentu. Umpama sekolah desa untuk golongan orang desa, sokolah dasar angaka II
untuk rakyat biasa yang ada di kota, sekolah dasar berbahasa Belanda untuk anak-anak nigrat
atau anak pegawai pemerintahan Hindia Belanda.
Guru-gurunya tamtan bermacam-macam sekolah guru, seperti Sekolah Guru Desa,
Normaalschool (NS), Kweekschool (KS), Hogere Kweekschool (HKS), Hollands Inlandce
Kweekschool (HIK), Europase Kweekschool (EKS), Indische Hoofdacte dan
sebagaimananya. Guru-guru ini mempunyai serikat sekerja masing-masing menurut
ijasahnya.
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

Perbedaan dalam pengajian dan kedudukan tersebut tidak jarang menimbulkan pertentangan
antara golongan guru yang bermacam-macam itu, hal mana yang tidak menguntungkan dunia
pendidikan.
Oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sengaja diciptakan golongan tinggi dan golongan
rendah yang sangat mempengaruhi pergaulan antara golongan-golongan itu. Mereka itu pada
umumnya tidak mau saling mengenal.
Kalau jarak antara golongan tinggi dan golongan rendah sudah begitu jauh, maka lebih besar
lagi jarak antara rakyat dengan pembesar-pembesar.
Siasat pecah belah ini diadakan di semua lapangan, di dalam gerakan-gerakan masyarakat,
baik yang mengenai politik maupun yang mengenai sosial/ekonomi. Banyak para pemimpin
pergerakan bangsa Indonesia ditangkap, di masukkan ke penjara atau dibuang keluar daerah
(ke negeri Belanda, ke Bengkulu, ke Boven Digul/Iran dan lain-lain). Tndakan pemerintah
pemerintahan Hindia Belanda ini mengakibatkan lemahnya kedudukan bangsa Indonesia
pada umumnya di semua lapangan.
Tetapi hal yang demikian ini lama-lama dapat dimengerti oleh rakyat berkat keberanian para
pemimpin perjuangan. Lambat laun timbullah rasa kecewa pada rakyat terhadap pemerintah
colonial yang diskrimintif dan memecah belah itu, baik yang terang-terangan maupun yang
terselubung.
Para pemimpin bangsa Indonesia yang bekerja sama dengan Belanda pun merasa kecewa,
karena beberapa usulnya dalam Volksraad diabaikan sama sekali. Seperti usul mengadakan
milisi di kalangan bangsa Indonesia, usul mempermudah anak-anak Indonesia masuk
sekolah-sekolah Belanda dan sekolah Tinggi, usul supaya Volksraad benar-benar mengatur
Negara (petisi Soetardjo), usul mengenai pemberantasa buta huruf dan sebagainya.
Hal-hal seperti tersebut di atas itulah yang akhirnya merugikan pemerintahan Hindia Belanda
sendiri.

2.3. Perjuangan Guru Pada masa Penjajahan Belanda


Penjajahan Belanda selama tiga setengah abad mengakibatkan penderitaan lahir maupun
batin bagi bangse Indonesia. Semenjak penjajah menginjakkan kakinya dan mencekamkan
kuku penjajahnya di bumi tanah air kita ini, timbullah gejolak perjuangan bangsa kita
menentang panjajah. Mulai dari perjuangan fisik berkuah darah yang dilakukan oleh bangsa
kita di bawah pimpinan : Teuku Oemar, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, dan
lain-lain, sampai pada zaman perjuangan politik pada awal abad ke-20.
Nama-nama Kartini, Dr. Sutomo, Raden Ngabehi Husodo, Ciptomangunkusumo, dan
sederetan nama lain lagi, merupakan pecetus perjuangan melalui ideologi pendidikan untuk
memperjuangkan nasib bangsa kita yang sangat sengsara di tapak kaum penjajah. Lahirnya
Budi Utomo pada tahun 1908 merupakan obor perjuangan dikalangan kaum terpelajar dan
kaum priyayi yang secara sadar merasa terpanggil oleh jeritan nasib bangsanya yang
menyedihkan.
Pada tahun 1908 itu juga berdiri organisasi buruh Vereniging van Spoor dan Tramweg
Personeel in Nederlands Indie (VSTP) yakni satu organisasi buruh Tram dan Kereta Api,
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

yang pada tahun 1923 mengadakan mogok kerja, membuat kalang kabutnya pemerintahan
Belanda.
Pada tahun 1912 berdiri sebuah organisasi agama, Muhammadiyah, di Yogyakarta. Diantara
progamnya termasuk progam pendidikan.
Suatu bangsa tidak akan merdeka tanpa adanya pendidikan. Belanda memang sudah
mendirikan sekolah di mana-mana, tetapi sekolah itu hanya sekedar mencukupi pegawai yang
diperlukan di segala instasi dan perusahaan kaum penjajah. Oleh karena itu, Belanda tidak
banyak mendirikan sekolah. Akibatnya selama 350 tahun Belanda menjajah Indonesia
dengan sensus penduduk tahun 1930 bangsa Indonesia yang mengerti tulis baca hanya 5%
saja.
Berkembangnya organisasi Muhammadiyah ini tumbuh pula di serat tanah air kita sekolah-
sekolah yang berpengantar bahasa Melayu dan sekolah-sekolah yang berbahasa Belanda.
Pada tahun 1912 para guru berhasil membentuk organisasi guru yang bersifat Unitaris yaitu
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHD) yang anggotanya terdiri dari guru-guru tanpa
memandang perbedaan ijasah, status, tempat bekerja, dan agama atau kepercayaan.
Salah satu kegiatan PGHD yang paling menonjol dalam bidang sosial adalah didirikannya
Perseroan Asuransi Bumi Putera langsung dibawah PGHD pimpinan Karto Hadi Subroto.,
yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan guru sebagai anggota. Dalam
perkembangannya perseroan ini akhirnya lepas dari PGHD. Melihat terbentuknya persatuan
guru yang tergabung dalam PGHD, pemerintah Belanda berusaha untuk menghancurkannya
dengan mendirikan berbagai jenis organisasi. Akibatnya PGHD pecah menjadi organisasi-
organisasi yang berdasarkan ijasah, tempat pekerjaan, agama dan lain-lain.
Organisasi-organisasi yang didirikan oleh pemerintahan Belanda tahun 1919 antara lain :
a. PGB = Perserikatan Guru Bantu
b. PNS = Perserikatan Normaal School
c. KSB = Kweekschool Bond (Perserikatan Guru Kweekschool)
d. SOB = School Ohzieners Bond (Perserikatan Guru Sekolah)
e. PGD = Perserikatan guru Desa
f. VOB = Volk Onderweys Bond (Perserikatan Guru Kejuruan)
g. PGAS =Perserikatan Guru Ambatschool (Sekolah Pertukangan)
h. HKSB = Hogere Kweekschool Bond (Perserikatan Guru Tingkat Atas)
i. NIOG = Nerdeland Indisch Onderweys Genootschap (Perserikatan Guru Bumi
Putera)
j. OVO = Onderweys Volk Organization
k. COB = Chineeche Onderweyzer Bond (Perserikatan Guru Tionghoa)
l. KOB = Katholieke Onderweyzer Bond (Perserikatan Guru Katholik)

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

m. COB = Christelike Onderweyzer Bond (Perserikatan Guru Kristen)


Sebagai usaha untuk memperjuangkan nasib anggotanya, PGHD pada tahun 1930-an
mencoba menggabungkan diri pada Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN). PVPN
merupakan perpusatan serikat sekerja pegawai negeri yang sejek pendiriannya berada di luar
pengaruh partai-partai politik dan PVNP sendiri tidak mempunyai tujuan politik. Masuknya
PGHD menjadi anggota PVNP diharapkan dapat memperjuangkan nasib guru. Beberapa
usaha PVNP itu antara lain pada bulan Desember 1931 mengadakan rapat disertai oleh
perkumpulan politik Budi Utomo, Pasundan, Sarekat Sumatra, Sarekat Ambon, Kaum
Betawi, dan Jong Celebes, untuk memprotes rancangan pemerintah yang hendak mengadkan
penghematan besar-besaran di lapangan pengajaran, yang berakibat tidak saja guru-guru
banyak kehilangan pekerjaan tetapi juga menghambat kamajuan rakyat.
Anggota “Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri” (PVPN) adalah sebagai berikut :
1. Perhimpunan Pegawai Spoor dan Tram (PPST) dengan 6.000 anggota
2. Persatuan Guru Indonesia (PGI) dengan 13.000 anggota
3. Vereninging van Indonesisch Perseneel bij de irrigatie, Waterstaat en Waterschappen
(VIPIW)dengan anggota 6.000
4. Perhimpunan Pegawai Pengadaian Bumuputera (PPPB) dengan 3.544 anggota
5. Landelijke Inkomstenbond (LIB) dengan 496 anggota
6. Kadasterbond dengan 219 anggota
7. Perserikatan Kaum Sekerja Boswezen (PKSB) dengan 1.350 anggota
8. Vereniging van Ambtenare dan Middelbare Opleiding bij de Landbouw en
Aanverwante Diensten (VAMOLA) dengan 250 anggota
9. Persatuan Pegawai Mijbouw (PPMB) dengan 105 anggota
10. Perhimpunan Kaum Verpleger, Verpleegster dan Vroedvrouwen Indonesia (PKVI)
dengan 1.362 anggota
11. Vereniging van Middelbare Personeel bij de Post, Telegraaf en Telefoondienst (Midpost)
dengan 650 anggota
12. Persatuan Pegawai Algemene Volksscredietbank (PPAVB) dengan 1.800 anggota
13. Opiumregiebond Luar Jawa dan Madura (ORBLJM) dengan 200 anggota
14. Persatuan Pegawai Post, Telegraf dan Telefoon Rendahan (PTTR) dengan 6.000 anggota
15. Vereniging van Opzichters bij de Land, Tuinbouw en Aanverwante Diesten (VOLTA)
dengan 70 anggota
16. Perserikatan Mantri bij de Malariabestrijding (PMMB) dengan 42 anggota
17. Persatuan Pegawai Pestbestrijding (PPP) dengan 175 anggota
18. Opiumregiebond Hindia Belanda (ORBHB) dengan 200 anggota

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

Jumlah anggota PVPN pada 1 Desember 1939 ada 41.521 orang. Persatuan Guru Indonesia
(PGI) terjadi dari greopsdond :
a. Hogere Kweekschoolbond (HKSB)
b. Oud Kweekscholierenbond (OKSB)
c. Persatuan Normaalschool (PNS)
d. Persatuan guru Ambachtsschool (PGAS)
e. Volksoderwijzersbond (VOB)

Perkembangan berikutnya PGHD berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI)
pada tahun 1933 sebagai akibat dari dikeluarkannya peraturan pemerintah mengenai sarekat
sekerja pegawai negeri. Bertukarnya nama Hindia Belanda dengan nama Indonesia
merupakan geledek di siang bolong bagi penjajah. Karena nama Indonesia termasuk istilah
yang paling tak disenagi oleh penjajah Belanda, tetapi paling dirindukan dan diidam-idamkan
setiap putera Indonesia, termasuk para guru.
Baik juga dicatat di sini bahwa di samping PGI adalagi berbagai bond yang bercorak agama,
bangsa dan sebagainya, seperti : Nederlands Indische Onderwijsgenootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama, Christelijke Onderwijs
Vereniging (COV), Khatolieke Onderwijsbond (KOB), Vereniging Van muloleerkrachten
dan lain-lain.
Pada kongres ke-23 di Surabaya tanggal 2-6 Januari 1934, PGI yang telah mempunyai
20.000 anggota membicarakan kedudukan para guru berhubungan dengan krisis dan
penghematan gaji pegawai negeri.
Perjuangan PGI itu tidak seluruhnya berjalan mulus, Persatuan Guru Bantu (PGB) pada bulan
Juli 1934 mengundurkan diri dari PGI karena dianggap kurang tegas didalam
mempertahankan kepentingan golongan Guru Bantu. PGB menyalahkan sikap PGI dengan
diberlakukannya peraturan gaji baru oleh pemerintahan yang sangat menjatuhkan kedudukan
dan gajinya. Meskipun PGB mengundurkan diri, perkumpulan guru-guru lainnya tetap
bersatu dalam PGI., antara lain PGAS, VOB, Oud Kweekschool Bond (OKSB), PNS, dan
HKSB.
Kongres PGI ke-25 tanggal 25-29 Novemper 1936 di Madiun, isinya menentang maksud
pemerintah untuk memindahkan urusan pengajaran dari tangan pemerintahan pusat ke tangan
pemerintahan daerah, berhubung kurang perlengkapan dan terbatasnya keuangan pemerintah
daerah, dan dikhawatirkan dapat berakibat pada kemunduran pengajaran. Di dalam kongres
PGI ke-26 yang diadakan pada bulan Nopember 1937 di Bandung bertepatan dengan
peringatan dua puluh lima tahun berdirinya PGI, dirumuskan supaya diadakan wajib belajar.
Selanjutnya di dalam kongres PGI tahun 1938 yang diselenggarakan di Malang, diputuskan
antara lain perlunya perbaikan gaji para guru dan menuntuk agar pendidikan dan pengajaran
yang diselenggarakan ke daerah harus didahului dengan perbaikan keuangan daerah.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

Perang dunia pecah. Tahun 1940 negeri Belanda diduduki Jerman. Pada tahun 1941 semua
guru-guru laki-laki (Belanda)ditugaskan masuk milisi. Untuk mengisi kekosongan guru,
beberapa sekolah sejenis digabung. Kekosongan itu diisi oleh guru-guru Indonesia.
Pada pemerintahan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup,. Secara otomatis
segala pendidikan menjadi beku.
2.4. Keadaan Pendidikan pada Masa Penjajahan Jepang
Dalam bulan Februari 1942 tentara Jepang menduduki Indonesia. Pertahanan sekutu yang
bernama ABCD front di Asia Timur, berantakan tak berdaya menghadapi bala tentara Dai
Nippon. Pemerintahan tentara pendudukan Jepang melarang pengunaan bahasa Belanda dan
Ingrris. Diperintahkannya agar disampaing bahasa resmi di sekolah-sekolah dan bahasa
Jepang dipelajari dan diajarkan juga.
Lagu Indonesia Raya diperbolehkan disamping lagu Kimigayo. Akan tetapi semua
perkumpulan atau perserikatan dilarang. Jadi PGI pun tak berdaya. Kebudayaan Indonesia
dihormati mereka karena Jepang menganggap dirinya saudara tua pemimpin Asia.
Sejak itu sekolah-sekolah diberi nama Indonesia dan Jepang. Sekolah Dasar diberi nama
“Syo Gakko”, sekolah Menengah “Cu Gakko”, dan Sekolah Tinggi “Dai Gakko”.
Bulan September 1942 Pemerintahan Jepang mulai membuka Sekolah Menengah Pertama
dan Atas, termasuk sekolah-sekolah kejuruan termasuk seperti “Sihan Gakko” (Sekolah
Guru), “Kasei Jo Gakko” (Sekolah Kepandaian Putri) dan lain-lain.
Guru-guru Indonesia dengan semangat kebangsaan masih tetap bekerja di bawah
pemerintahan Belanda.
Di Ibu Kota Indonesia Jakarta, Amin Singgih mendirikan perserikatan dengan nama “GURU”
bersama kawan-kawannya untuk memberikan teladan nyata bahwa guru-guru Indonesia itu
tetap memupuk rasa kesatuan Nasional. Peristiwa ini terjadi dalam tahun 1943. Dalam tahun
1943 juga Sdr. Gustam Effendy, Adnam dan Hamid mendirikan perkumpulan kesenian yang
bernama “kesta” (Kesenian kita). Wadah ini banyak mengumpulkan uang menyokong
Pemerintah militer Jepang. Akan tetapi pada awal revolusi Indonesia dalam bulan Agustus
sampai dengan Desember 1945 banyaklah “kesta”ini mengumpulkan uang yang
disumbangkan kepada Fonds Kemerdekaan Inonesia di kota Palembang. Pemuda-pemuda
Indonesia pada waktu revolusi kemerdekaan 1945 itu membentuk “BKR” dan pelbagi sejenis
organisasi perjuangan untuk mempertahankan kemerdakaan RI. Adapun BKR itu ialah
singkatan dari Badan Keamanan Rakyat yang menjadi pokok pangkal “Tentara Nasional
Indonesia” (TNI).
Pemerintah militer Jepang ingin agar rakyat Indonesia bersatu padu untuk membantu mereka
menghadapi tentara Sekutu. Oleh sebab itu semua daya upaya dilakukannya untuk
mengambil hati bangsa Indonesia. Mereka mengatakan bahwa merekan dating tidak untuk
menjajah sesama bangsa Asia, tetapi melepaskan belenggu penjajah orang kulit putih.
Mereka pemimpin Asia, cahaya Asia dan kekuatan Asia (Gerakan 3 A).
Orang Jepang sangat menghargai waktu dan sangat berdisiplin. Mereka sangat rajin dan
berpengerahuan teknik yang tinggi. Mereka memerlukan materi dan tenaga untuk mencapai

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

kemenangan. Berates-ratus ribu tenaga buruh kasar bangsa Indonesia dijadikan “Romusa”
untuk membangun jalan, pelabuhan, lapangan terbang dan lain-lain.
Tentara pembantu yang dinamai “Heiho”. Barisan pemuda “Seinedan”, perkumpulan wanita
“ Fujikai”. Organisasi rakyat dibentuk dan dikerahkan dengan maksud untuk melatih rakyat
membantu mereka. Semuanya dilakukan dengan disiplin militer yang sangat keras. Semuanya
itu minta pengorbanan jiwa dan harta yang sangat hebat dari bangsa Indonesia. Makanan,
pakaian, dan lain-lain keprluan hidup rakyat dikuasai oleh militer dan dibagi-bagikan.
Penderitaan rakyat tidak terkira lagi. Akan tetapi di dalam derita dan duka nestapa ini ada
juga hikmahnya bagi bangsa kita. Orang-orang Jepang itu mengajarkan pada kita untuk
bekerja dengan cekatan dan terampil di segala bidang. Rasa harga diri bangsa Timur
dibangungkannya. Mereka memerlukan tenaga pembantu untuk membangun cita-cita mereka
yang sangat besar yaitu, untuk memenangkan “Peperangan Asia Timur Raya”(Dai Toa
Sensoo). Untuk memperkuat pertahanan di garis belakang, bangsa kita dilatih di bidang
pertanian dan perindustrian. Pabrik barang-barang keperlan sehari-hari dibangun mereka,
seperti pabrik tekstil, pabrik paku, galangan kapas dan lain-lain. Perkebunan kapas, kepala
sawit, jarak dan tumbuh-tumbuhan lain untuk makanan diwajibkan bagi rakyat. Untuk
memperkuat garis depan bangsa Indonesia dilatih di bidang kemiliteran dan membuat
persenjataan sendiri. Untuk menjabat opsir (perwira) diadakan sekolah atau pusat-pusat
latihan kemiliteran seperti “Gyugun” di Sumatra dan “Peta” ( Pertahanan Tanah Air) di Jawa.
Semua ini pada jaman penjajahan Belanda adalah tabu, karena Belanda takut akan akibatnya
bagi diri mereka sendiri. Bagi orang Jepang tidak demikian. Mereka membangkitkan
semangat keberanian bangsa Asia (Timur) dengan tujuan menjunjung falsafah turunan
Amaterasu O’Mikami ialah “Hakkoo Iciu), yang maksudnya ialah, bahwa semua bangsa
disegenap kolong langit di muka bumu ini haruslah bersatu di bawah pimpinan bangsa Dai
Nippon. Sebagaiman yang tejadi, sejarah telah membuktikan, bahwa hasil pelajaran mereka
ini akhirnya dipakai oleh bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaannya sendiri dari
tangan penjajah.
Jenderal-jenderal kita seperti Soedirman, A. H. Nasution, Alamsyah, Rya Kudu dan lain-lain,
adalah hasil pendidikan militer Jepang. Orang-orang Jepang itu tahu bahwa sumber kemajuan
dan kekuatan suatu bagsa adalah pendidikan. Pendidikan itu perlu untuk kebangunan dan
pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik haruslah dilahirkan oleh guru-guru yang
baik pula. Orang Jepang sangat menghormati kaum guru. Guru dan dokter mendapat
panggilan kehormatan dari oaring Jepang dengan sebutan “Sensei” yang berarti “mula-mula
hidup” atau yang dahulu sekali hidup (orang yang tertua).
Untuk mendidik calon guru yang baik, dibukalah sekolah guru yang dinamai ”Sihan
Gatakaoo”, pada tahun 1944 dibuka pula di ibu kota pulau Sumatra (Bukit Tinggi) sebuah
sekolah guru utama yang bernama “Joo Kyuu Sihan Gakko”. Yang diambil menjadi
muridnya guru-guru yang terbaik daerah-daerah Keresidenan (Syuu). Jumlahnya terbatas
sekali. Untuk angkatan pertama dari Lampung Syuu diterima diantaranya M. Nur Asyikin,
Raja Sangun, dari Palembang, Syuu Madian, Gustam Effendy. Waktu itu juga di daerah Batu
Sangkar dibuka sekolah “Joo Kyuu Kanri Gakko” yaitru sekolah untuk pamong praja (camat
atau asisten wedana) yang terpilih. Para gakusei (mahasiswa) dari Joo Kyuu Sihan Gakko
waktu itu diberi berpakaian seragam lengkap dengan celana panjang, sedangkan sekolah-
sekolah lainnya berseragam celana pendek semuanya.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

Waktu “Gunseikang” (gubernur) dan orang-orang besar dari Tokyo mengunjungi sekolah-
sekolah utama itu, maka Joo Kyuu Sihan Gakkoo-lah pertama kalinyan dikujungi mereka. Ini
membuktikan tingginya pandangan bangsa Jepang terhadap kaum guru.
Sejarah telah membuktikan, bahwa bangsa Jepang yang kemajuannya memukau dunia ini,
dahulu asalnya dari “Meijirestorasi” yang memajukan pendidikan bangsa Jepang lebih dahulu
dari bidang manapun.
Kepada bangsa Indonesia, menjelang akan berakhirnya perang dunia kedua, oleh bangsa
Jepang dijanjikan akan diberi kemerdekaan. Sebab itu merekan membentuk suatu badan yang
bernam “Indonesiano Dokuritsuno Jummbi” (Perserikatan Kemerdakaan Bangsa Indonesia)
di Jakarta. Disamping itu dipersiapkan juga “Gimu Kyioiku no jumbi” (Perseiapan
Kewajiban Belajar).
Dengan pendudukan militer Jepang itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa tidak ada suatu
perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia. Walaupun kita harus membayar dengan harga yang
sangat mahal, akan tetapi ada juga imbalannya yang sangat besar, yaitu kebangunan dan
persatuan bangsa kita. Kita bangun serentak dalam waktu yang sangat singkat dan bersatu
padu dari Sabang sampai Merauke merebut kemerdekaan kita. Pemimpin besar bangsa
Indonesia Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tangga 17
Agustus 1945.
Di jaman pendudukan Jepang itu pernah Sutan Syahrir masuk barisan romusha dan bekerja
sangat berat demi kepentingan perjuangan dibawah tanahnya. Dia melakukan penyamaran-
penyamaran dan menyerempet bahaya kekejaman Kempeitei Jepang yang sangat terkenal.
Akhirnya bangsa jepang kala dalam perang dunua II dan bangsa Indonesia memperoleh
kesempatan tepat dan baik untuk merebut dan menentukan kemerdekaan bangsa dan tanah air
Indonesia yang tercinta.
Dalam peyerbuan ke Indonesia tentara Jepang tidak banyak mengeluarkan tenaga. Ini terbukti
dari penyerahan tanpa syarat angkatan perang Belanda dalam beberapa hari saja.
Jepang mengutahui betul bahwa masyarakat Indonesia merasa kecewa terhadap pemerintahan
Hindia Belanda. Pengetahuan ini dihimpun oleh orang-orang Jepang yang di mana-mana
membuka toko, atau pergi ke desa-desa untuk menjual barang-barabg dengan tunai atau
dengan cara “membon” (banyak bon ini di kemudian hari tidak pernah ditagih). Mereka
bersikap sangat sopan terhadap bangsa Indonesia, dan harga barang-barang nya sangat
murah.semua ini sangat menawan hati rakyat orang-orang jepang ini kemana-mana selalu
membawa pemotret dan membuat foto-foto. Pada waktu-waktu tertentu mereka pulang ke
negerinya untuk memberikan laporan. Kemudian hari ternyata bahwa mereka itu di jepang
mempunyai kedudukan militer.
Rasa kecewa bangsa Indonesia terhadap Belanda itulah yang akhirnya meringngankan
Jepang. Pada waktu itu simpati umum terhadap Jepang besar sekali.
Di samping itu propaganda Jepang di lakukun secara sempurna sekali. Siaran radio dari
Tokyo yang di dengarkan secara rahasia oleh orang-orang Indonesia menimbulkan
pengharapan umum untuk segera dapat bebas dari penjajahan Belanda dan mendapat
kemerdekaan. Siaran itu di mulai dengan lagi Indonesia Raya yang kemudian di sambung
dengan pidato-pidato dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato ini mendapat perhatian besar

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

dari pendengar-pendengar bangsa Indonesia. Rakyat Nampak terpikat oleh Jepang. Apalagi
setelsh membaca pamphlet-pamflet yang berisikan pernyataan pemerintah Jepang, bahwa
serbuan bertujuan untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Pada waktu tentara Jepang baru menduduki Indonesia pegawai bangsa indonesia tetap
memegang jabatanya semula.kecuali orang-orang Belanda yang merupakan tenaga ahli yang
tetap di pakai, semua pegawai Belanda di tangkap dan digantikan oleh tenaga Jepang atau
Indonesia.
Kesulitan-kesulitan yang semula di derita oleh pemerintahan baru ialah tidak adanya uang,
karena semua telah di bawa lari oleh Belanda. Tetapi tidak lama kemudian uang Jepang mulai
mengalir ke Indonesia.
Orang tidak sangsi lagi, bahwa saudara tua ini benar-benar akan memberikan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu semua keinginan dan perintah dari Jepang di taati oleh
masyarakat.
Semangat anti imperialis dan membenci Sekutu, begitu pula semangat nasionalis di
korbankan. Pemuda-pemuda di lantik sebagai militer dengan dipersanjatai bambu runcing.
Penduduk di latih membasmi kebakaran. Latihan Palang Merah tidak ketingalan. Para
pemuda terpelajar di jadikan anggota PETA. Di katakana bahwa semua kegiatan ini diadakan
untuk kepentinga nasional dan untuk menentang tiap-tiap usaha bangsa asing yang ingin
menjajah Indonesia lagi. Para pemuda rela untuk melakukan apa saja guna menentang
kemungkinan datangnya penjajah kembali. Lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo” dan
teriakan “banzai” berkumandang di mana-mana.
Ribuan pemuda ikut dengan tentara Jepang sampai keluar Indonesia sebagai Heiho. Puluhan
ribu anggota masyarakat dengan pengorbanan yang tidak sedikit dipekerjakan Sebagi romusa
membuat lapangan-lapangan terbang, jalan-jalan, rel kereta api, dan jembatan-jembatan yang
diperlukan oleh tentara Jepang.
Setiap hari terlihat pemuda pemudi berbaris secara militer. Supaya orang berfikir cerdas
kesehatan badan harus dipelihara dengan berolahraga atau taiso. Pada waktu-waktutertentu
radio umum meyiarkan pelajaran taiso. Semua orang yang lewat harus berhenti dan ikut
berolah raga.
Semua ini sesungguhnya hanya siasat belaka pemerintah Jepang untuk mendapatkan tenaga
di front belakang dalam menghadapi Sekutu yang serangannya makin hari makin menghebat.
Dalam pada itu ini dipergunakan oleh para pemimpin Indonesia untuk mengobar-obarkan
rasa kebangsaan.
Seni suara dan sandiwara diberi fasilitas cukup. Hal ini sesungguhnya hanya ditujukan kea
rah semangat sebentar dan memuji-muji Dai Nippon rombongan bioskop keliling sampai
kepelosaok-pelosok desa mempertujukan kemenangan angkatan perang Jepang di mana-
mana. Sebelum pertunjukan di mulai di layar putih selalu diperlihatkan debgan tulisan yang
benar-benar kalimat “Alhamdulillah, Asia telah kembali kepada Asia”
Sekolah-sekolah yang sudah lama ditutup dibuka kembali. Bahasa Belanda dan Inggris
dilarang diganti dengan pelajaran bahasa Nippon dengan huruf katakana dan kanji. Untuk
bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan dipergunakan di
kantor-kantor. Lantaran tidak sengaja menggunakan bahasa Belanda seseorang dapat
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

ditempeling atau ditendang, bahkan dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan mata-
mata.
Dalam hal berpakaian sangat kurang sekali. Banyak orang yang terlihat dengan pakaian yang
compang-camping atau dibuat dari goni. Bahkan makin hari pakaian makin kurang.
Alat-alat Negara bangsa Indonesia mulai rendah juga, karena banyak jabatan penting yang
diduduki oleh orang-orang Jepang. Mereka melihatkan sikap bahwa merekalah yang paling
berkuasa.
Menghormati dan membungkuk terhadap bendera Nippon Tenno Heika lambat laun
dirasakan bertantangan dengan agama. Puncak kekecewaan terhadap Jepang disebabkan
adanya larangan untuk lagu Indonesia Raya dan mengucapkan kata Merdeka.
Mulailah timbul rasa kesaingan terhadap maksud Jepang untuk melepaskan Indonesia
dikemudian hari. Orang mulai merasa ditipu dan berani kepada Jepang. Bantuan kepada
Jepang mulai berkurang. Begitu pula sering terjadi orang yang ditempeling oleh orang
Jepang.
Bahkan di sana-sini mulai timbul pemberontakan keci-kecilan, seperti di Blitar (Peta),
Indramayu dan lain-lain.
Akhirnya tersiarlah berita secara rahasia bahwa Jepang kalah dan menyerah tanpa syarat
kepada sekutu.
Angkatan perang Jepang di Indonesia terpaksa meletakkan senjata dan berkewajiban untuk
menjaga keamanan selama penyerahan pemerintah kepada sekutu belum dilakukan.
Dalam saat inilah meletus dengan hebatnya semangat revolusi bangsa Indonesia. Perkelahian
dan pertempuran dengan Jepang terjadi di beberapa daerah, terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Dengan bersenjata bamboo
runcing pemuda-pemuda kita menyerbu Jepang di mana-mana. Pekik Merdekan dan teriakan
siap (seruan untuk berkumpul) bergelora di angkasa. Teriakan siap inilah yang kemudian hari
sangat ditakuti oleh orang Nica.
Dan akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 Negara Indonesia Merdeka
diproklamasikan.
Walaupun Jepang meninggalkan riwayat yang tidak baik di Indonesia, penuh dengan
kebihingan dan kekejaman, namunharus diakui pula bahwa dalam beberapa hal mereka
membawa kebaikan juga bagi perkembangan masyarakat Indonesia.
Pertama : Hal cinta kepada Tanah Air tidak lagi hanya tinggal di bibir saja. Bangsa Indonesia
bersedia berkorban segala-galanya, jiwa dan raganya, untuk menentang tiap-tiap gunguan
yang ada di Tanah Airnya.
Kedua : Rasa harga diri nampak dan tumbuh benar pada masyarakat Indonesia dan
menentang tiap-tiap sikap yang dapat merugikan dan mengurangi kehormatan Bangsa dan
Tanah Air.
Maka bangsa Indonesia tidak dapat lagi secara cemooh dijuluki sebagai “bangsa yang paling
lemah lembut di dunia”.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

Sedangkan akibat yang negatif yang dialamin oleh bangsa Indonesia selama panjajahan
Jepang antara lain :
a. Korban jiwa akibat kerja Rodi
b. Penderitaan lahir dan batin yang diderita oleh penduduk Indonesia
c. Rusaknya mental bangsa Indonesia karena banyak yang menderita kelaparan
d. Hilangnya harta benda rakyat Indonesia yang dirampas oleh Jepang

2.5. Perjuangan Guru pada Masa Penjajahan Jepang


Jepang mulai menguasai dan menjajah Indonesia sejak belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang di Kalijati (Bandung) tanggal 8 Maret 1942. Sejak saat itulah penjajahan bangsa
Belanda terhadap bangsa Indonesia berakhir untuk selama-lamanya. Lepas dari bangsa
Belanda, Indonesia jatuh ke tanggan Jepang selama tiga setengah tahun (Maret 1942 –
Agustus 1945) Indonesia dijajah Jepang.
Bagi Jepang, guru dipandang sebagai orang yang sangat dihormati. Sang guru mendapat
kehormatan dengan julukan Sensei, yang mempunyai kedudukan sosial yang sangat
dihormati. Begitu pula oleh murid-muridnya di sekolah yang berbeda dengan sekarang
(kurang penghargaan). Jepang mungkin sangat berterima kasih kepada guru yang telah
berjuang mempropaganda misinya pada masyarakat luas, khususnya pada siswa. siswa
sendiri begitu tundu, sopan, hormat dan segan pada guru sehingga kedudukan guru pada
waktu itu terpandang secara jabatan ketimbang moral.
Berbeda dengan masa panjajahan Hindia Belanda dimana guru-guru membentuk wadah
organisasi PGHD atau PGI sebagai wadah perjuangannya, pada zaman penjajahan Jepang
dapat dikatakan tidak ada wadah yang menaunginya. Organisasi guru secara khusus tidak
dapat hidup seperti juga partai-partai atau organisasi masa Indonesia selain yang bukan
ciptaan Jepang. Hal itu diakibatkan pemerintah Jepang telah mengeluarkan Undang-undang
yang melarang adanya pergerakan politik di Indonesia.
Sikap para pejuang bangsa Indonesia termasuk para guru, dalam bentuk luarnya tidak berbuat
apa-apa kecuali mengikuti apa yang dikehendaki oleh Jepang. Tetapi secara illegal secara
cermat memanfaatkan setiap ada kesempatan untuk malawan Jepang. Jadi para tokoh-tokoh
perjuangan termasuk para guru cara berjuangnya yaitu secara legal dan illegal.
Secara legal menempuh bekerja sama dengan Jepang yaitu menduduki lambaga-lembaga
pemerintahan dan menjadi guru di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Jepang, serta
menduduki organisasi-organisasi buatan Jepang. Sedangkan yang bergerak secara illegal
berjuang menurut caranya sendiri-sendiri mereka bergerak lebih berhati-hati agar tidak
diketahui oleh Jepang.
Kalau diikuti perjuangan pada saat itu maka perjuangan guru sangat berat karena harus
bermuka dua. Apabila ketahuan sangsinya sangat berat. Meskipun demikian para guru tidak
TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2
2

takut, pernah di Jakarta dibentuk perserikatan guru dengan nama “GURU” yang dipimpin
oleh Amir Singgih organisasi guru yang sudah ada (PGI) dibekukan oleh Jepang sehingga
tidak dapat bergerak. Para guru terpaksa mencari jalan lain untuk dapat berjuang yaitu masuk
dalam organisasi yang di buat Jepang. Misalnya menjadi anggota dari Gerakan 3A, Putera,
Peta, anggota Keibondan (Pembantu Keamanan Kampung), Seinendan (organisasi pemuda
yang mendapat latihan militer) serta anggota Fujikai (organisasi guru wanita). Organisasi-
organisasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia termasuk para guru, para
pendidik unuk mempercepat timbulnya kesadaran nasional.
Perjuangan para guru dan semua rakyat indonesisa semakin berhasil. Jepang semakin
terdesak oleh Sekutu, Jepang terpaksa lebih mendakati pada rakyat Indonesia yaitu
menyanyikan kemerdekaan, apabila rakyat Indonesia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu/Amerika, Britisch, China, dan Dutch.
Kalau dicermati dengan sungguh-sungguh perjuangan para guru pad masa penjajahan Jepang,
maka para guru berjuang sangat hati-hati menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.
Kadang-kadang non koperasi, kadang-kadang koperasi, kadang-kadang legal, dan kadang-
kadang illegal.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada masa penjajahan baik penjajaha Belanda maupun penjajahan Jepang, guru mendapatkan
penghargaan dan dihormati. Pada masa panjajahan Jepang, guru dianggap sebagai panutan
untuk masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status ekonomi yang
cukup tinggi.
Namun dibalik penghagaan yang di dapat para guru tersebut, mereka juga mengalami
penderitaan yang sangat mendalam. Para guru juga merasakan bagaimana sulitnya
memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan kemerdekaan Indonesia.
Perjuamgan guru yang sangat besar pada masa penjajahan sekarang sudah tidak ada artinya
lagi. Guru pada jaman sekarang sudah tidak mendapatkan penghormatan oleh masyarakat.
Jangankan guru, para pejuang kita yang masih hidup pun sekarang tidak mendapatkan
kesejahteraan di masa tuanya. Bahkan banyak sekali mantan pejuang kita yang hidupnya
memprihatinkan, termasuk para guru yang tidak lagi mendapat kedudukan tertinggi di
kalangan masyarakat. Padahal para guru juga ikut memperjuangkan kemerdekaan yang kita
rasakan saat ini.

3.2. Saran
- Pemerintah harus lebih memperhatikan lagi kesejahteraan guru
- Sebaikknya masyarakat sekarang lebih menyadari betapa berharganya guru dan tidak
menyepelehkan profesi guru
- Sebagai mahasiswa sebaiknya lebih memperhatikan jalanya kesejahteraan guru
- Sebagai siswa hargailah gurumu.
- Sebagai guru sendiri lebih meningkatkan kinerjanya di dalam mencerdaskan anak
bangsa.

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2


2

DAFTAR PUSTAKA

 Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (bandung: Prosfect, 2007) Jalaludin, Kapita Selekta


Pendidikan, Jakarta: Kalam Mulia.
 Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta, 1990.
 Najamuddin. 2005. Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air (Tahun 1800-1945).
Bandung : Rineka Cipta.
 Nasution. S, Sejarah Pendidikan Nasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
 Pesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional
Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka.
 Rickfles,MC. 2001. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : Serambi.
 Sukardjo, M. 2009. Landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali
Press. Sundari, dkk. 2011. Landasan Pendidikan. Surakarta : UMS.
 Supriyadi, Dedi, dkk. 2003. Guru di Indonesia : Pendidikan, Pelatihan, dan
Perjuangan sejak Zaman
 Tilaar, H.A.R, Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia 1945-1995.
Jakarta: Gramedia Widiasarana, 1995
 Zaenuddin, Reformasi Pendidikan, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2008

TUGAS KE-PGRI-AN KELOMPOK 2

Anda mungkin juga menyukai