Metode merupakan Cara penerjemahan nas sumber secara keseluruhan, adapun prosedur merupakan
cara penerjemahan kalimat yang merupakan bagian dari nas tersebut. Sedangkan teknik merupakan
cara penerjemahan kata atau frase yang merupakan bagian dari sebuah kalimat.
1. Metode Penerjemahan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah metode diartikan sebagai cara yang teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Berkaitan dengan batasan istilah metode penerjemahan (Translation Method), Molina dan Albir
menyatakan bahwa ”Translation method refers to the way of a particular translation process that is
carried out in terms of the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari
batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih cenderung pada sebuah cara
yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, misalnya
sebuah opsi global penerjemah yang mempengaruhi keseluruhan teks. Jadi metode penerjemahan
sangat mempengaruhi hasil terjemahan.
a) Penerjemahan Kata-demi-kata
Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.
Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan sangatlah rancu dan janggal karena
susunan frase “kecil anak” tidak berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak”
itu kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya tidak”.
Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga
alternative terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:
Hasil terjemahannya tidak berterima dalam bahasa Indonesia karena susunan kata yang benar bukan ’itu
pintar anak’ tetapi ’anak pintar itu’, sehingga kalimat yang benar seharusnya: ”Saya menyukai anak
pintar itu.”
Hasil terjemahan kalimat ke-3 dan ke-4 tidak separah hasil terjemahan kalimat ke-1 dan ke-2 karena
struktur kalimat dari kedua teks tersebut hampir sama. Artinya bahwa hasil terjemahan kedua kalimat
tersebut masih dalam kategori berterima walaupun masih terasa janggal. Walaupun demikian ada
beberapa alternatif hasil terjemahan yang tampak lebih alamiah dan berterima misalnya:
b) Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan lurus (linear translation)
berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan penerjemahan bebas (free translation). Dalam
proses penerjemahannya, penerjamah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat
dengan Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula dilakukan
seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata-
katanya sesuai dengan gramatikal Bsa
Tsa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti itu.
Jika dilihat dari hasil terjemahannya, beberapa kalimat-kalimat yang diterjemahkan secara harfiah masih
terasa janggal, misalnya kalimat ke-2 sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”.
Kalimat ke-3 sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”. Namun jika demikian hasil
terjemahannya, memang lebih condong pada penerjemahan bebas. Demikian pula dengan kalimat ke-4
sebaiknya diterjemahkan menjadi “Cepat atau lambat cuacanya akan berubah”.
c) Penerjemahan Setia
d) Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada penerjemahan setia. Penerjemahan
setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan
penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan Bsa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan
semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara mengkompromikan makna
selama masih dalam batas kewajaran
Tsu : He is a book-worm.
Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan fungsional
yang berterima dalam Bsa. Tetapi terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan
menjadi: ’Dia seorang kutu buku.’
e) Adaptasi (Saduran)
Adaptasi (adaptation) oleh Newmark (1988:46) disebut dengan metode penerjemahan yang paling
bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan Bsa. Istilah ”saduran” dapat diterima di
sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam Tsu. Memang
penerjemahan adaptasi ini banyak digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini terjadi
peralihan budaya Bsa ke Bsu dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa. Jika seorang
penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap
mempertahankan semua karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun
dialog Tsu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya Bsa.
Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia:
Penerjemahan bebas (free translation) merupakan penerjemahan yang lebih mengutamakan isi dari
pada bentuk teks Bsu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang lebih panjang daripada bentuk
aslinya, dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh pengguna Bsa. Terjemahannya bersifat
bertele-tele dan panjang lebar, bahkan hasil terjemahannya tampak seperti bukan terjemahan
(Newmark, 1988:46; Machali, 2003:53). Soemarno (2001:33-37) memberi contoh sebagai berikut:
Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up (langsir ke atas), karena dari
frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi
pergeseran yang disebut dengan shunt down (langsir ke bawah), karena klausa on what he makes
menjadi frase ’dengan penghasilannya’. Contoh-contoh lainnya adalah:
Berikut adalah sebuah contoh terjemahan bebas yang tampak sangat ekstrim yang dikemukakan oleh
Moentaha:
Tsa : Saya telah mencetak sebuah ciuman pada bibirnya yang merah.
Terjemahan di atas tampak lebih radikal, sekalipun tetap mempertahankan isi atau pesan. Padahal
terjemahannya bisa saja menjadi ’Saya telah menciumnya’.
g) Penerjemahan Idiomatik
Larson dalam Choliludin mengatakan bahwa terjemahan idiomatik (idiomatic translation) menggunakan
bentuk alamiah dalam teks Bsa-nya, sesuai dengan konstruksi gramatikalnya dan pilihan leksikalnya.
Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak seperti hasil terjemahan. Hasil terjemahannya
seolah-olah seperti hasil tulisan langsung dari penutur asli. Maka seorang penerjemah yang baik akan
mencoba menerjemahkan teks secara idiomatik. Newmark menambahkan bahwa penerjemahan
idiomatik mereproduksi pesan dalam teks Bsa dengan ungkapan yang lebih alamiah dan akrab daripada
teks Bsu.
h) Penerjemahan Komunikatif
Di samping itu Nababan menjelaskan bahwa penerjemahan komunikatif pada dasarnya menekankan
pengalihan pesan. Metode ini sangat memperhatikan pembaca atau pendengar Bsa yang tidak
mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam teks terjemahan. Metode ini juga
sangat memperhatikan keefektifan bahasa terjemahan. Kalimat ’Awas Anjing Galak’ dapat
diterjemahkan menjadi Beware of the dog! daripada Beware of the vicious dog! Karena bagaimanapun
juga kalimat terjemahan ke-1 sudah mengisyaratkan bahwa anjing itu galak (vicious).
Berdasarkan pengamatan peneliti, setiap penerjemah memiliki gaya masing-masing dalam
menerjemahkan suatu karya. Gaya yang dia pakai akan sangat berkaitan erat, misalnya, dengan metode
penerjemahkaan yang dia gunakan bergantung tujuan penerjemahan yang dia lakukan. Di antara para
penerjemah ada yang menggunakan metode penerjemahan setia, seperti yang telah dilakukan oleh
penerjemah novel Harry Potter and the Phylosopher’s Stone. Alasannya adalah bahwa dia tidak mau
melepaskan makna kontekstual dalam Tsu-nya. Dia berusaha mempertahankan istilah-istilah yang
berkaitan dengan sosio-budaya dan latar dari Bsu, misalnya mempertahankan kata Mr dan Mrs serta
nama-nama diri para karakter dalam novel itu. Dia tidak melakukan suatu adaptasi atau domestikasi
tetapi mempertahankan ideology forenisasinya. Ini dilakukan demi menjaga keaslian unsur-unsur
ceritera dan nilai-nilai budaya yang melatari ceritera tersebut sehingga pembaca diajak untuk mengenali
tema, karakter, latar dan atmosfir budaya asing. Para penerjemah novel lainnya masing-masing berbeda
dalam memilih metode penerjemahan. Di antaranya ada yang menggunakan penerjemahan bebas,
semantis, idiomatik, dan adaptasi. Hal tersebut dilakukan bergantung kepada kebiasaan serta gaya yang
menjadi ciri khas mereka. Mungkin pula bergantung pada tujuan penerjemahan itu sendiri.
2. Prosedur Penerjemahan
Transference : proses transfer dari bahasa asli ke bahasa sasaran. Termasuk transliteration seperti yang
dinamakan Harvey sebagai “transcription”.
Contoh :
• Naturalization: it adapts the SL word first to the normal pronunciation, then to the normal morphology
of the TL.
Naturalization: Adaptasi dari kata pertama bahasa sumber dengan pengucapan normal, kedalam
morfologi normal bahasa sasaran.
Contoh :
Cultural equivalent: Penggantian kata kebudayaan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
Meskipun, “kata tersebut tidak akurat”.
Contoh :
Contoh :
1) contractor’ translated into Persian is ‘Moghatekar’ (kontraktor diterjemahkan dalam bahasa Persia
sebagai Moghatekar.
• Descriptive equivalent: in this procedure the meaning of the CBT is explained in several words.
Descriptive equivalent: dalam prosedur yang satu ini arti CBT dijelaskan dalam beberapa kata.
Contoh :
1. Samurai à Japanese aristocracy from the eleventh to the nineteenth century (aristokrasi Jepang dari
abad kesebelas hingga abad kesembilan belas)
• Componential analysis: it means "comparing an SL word with a TL word which has a similar meaning
but is not an obvious one-to-one equivalent, by demonstrating first their common and then their
differing sense components."
Componential analysis: artinya membandingkan kata dalam bahasa sumber dengan kata dalam bahasa
sasaran yang memiliki kata yang hampir sama namun tidak secara detail sama, dengan
mendemonstrasikan komponen pertama secara umum kemudian perbedaannya.
Contoh :
1. Clean air = fresh air which you can breath in. (udara bersih)
Contoh :
Through-translation: terjemahan secara harfiah dari padanan kata secara umum, seperti nama-nama
dari organisasi dan komponen-komponen senyawa kimia. Dapat juga disebut: penerjemahan calque
atau loan.
Contoh :
• Shifts or transpositions: it involves a change in the grammar from SL to TL, for instance, (i) change from
singular to plural, (ii) the change required when a specific SL structure does not exist in the TL, (iii)
change of an SL verb to a TL word, change of an SL noun group to a TL noun and so forth.
Shifts atau transpositions: melibatkan perubahan grammar dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran,
misalnya, (i) perubahan dari bentuk tunggal ke bentuk jamak, (ii) perubahan itu diperlukan ketika suatu
struktur dari bahasa sumber secara spesifik tidak terdapat dalam bahasa sasaran, (iii) perubahan kosa
kata dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran, perubahan kelompok kata benda dari bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran dan seterusnya.
Contoh :
1. There’s a reason for life → Hay una razón para vivir (Ada alasan untuk menjalani hidup)
• Modulation: it occurs when the translator reproduces the message of the original text in the TL text in
conformity with the current norms of the TL, since the SL and the TL may appear dissimilar in terms of
perspective. (Newmark, 1988b:88)
Modulation: terjadi ketika penerjemah meniru pesan yang terdapat di teks asli dalam teks bahasa
sasaran dengan penyesesuaian norma dari bahasa sasaran, karena bahasa sumber dan bahasa sasaran
mungkin menunjukkan ketidaksamaan dalam hal perspektif.
Contoh :
• Recognized translation: it occurs when the translator "normally uses the official or the generally
accepted translation of any institutional term." (Newmark, 1988b:89)
Recognized translation: terjadi ketika penerjemah secara normal menggunakan istilah umum dalam
menerjemahkan istilah institusional yang dapat diterima.
Contoh :
• Compensation: it occurs when loss of meaning in one part of a sentence is compensated in another
part.
Compensation: terjadi ketika pengurangan makna dalam satu bagian kalimat dan digantikan pada bagian
yang lain.
Contoh :
1. A piece of ... (sedikit ...)
• Paraphrase: in this procedure the meaning of the CBT is explained. Here the explanation is much more
detailed than that of descriptive equivalent.
Paraphrase: dalam prosedur ini makna CBT dijelaskan. Disini penjelasan lebih detail daripada dalam
persamn deskriptif.
Couplets: dipakai ketika penerjemah menggabungkan dua teknik penerjemahan yang berbeda
contoh :
Contoh :
3. Teknik Penerjemahan
1. Adaptasi (Adaptation)
Teknik penerjemahan yang menggantikan unsur-unsur budaya yang khas dalam BSu dengan unsur
budaya yang ada dalam BSa. Teknik ini dapat digunakan apabila unsur atau elemen budaya tersebut
memiliki padanan dalam BSa.
2. Amplifikasi (Penambahan)
Teknik penerjemahan yang menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa
sumber. Penambahan dalam teknik ini hanya informasi yang digunakan untuk membantu penyampaian
pesan atau pemahaman pembaca. Penambahan ini tidak boleh mengubah pesan yang ada dalam teks
bahasa sumber.
3. Peminjaman (Borrowing)
Teknik penerjemahan yang menggunakan kata atau ungkapan dari bahasa sumber di dalam bahasa
sasaran. Peminjaman dapat berupa peminjaman murni (pure borrowing), yaitu peminjaman tanpa
melakukan perubahan apa pun, atau berupa peminjaman alamiah (naturalized borrowing), dimana kata
dari BSu disesuaikan dengan ejaan BSa.
BSu BSa
4. Kalke (Calque)
Penerjemahan harfiah dari sebuah kata atau frasa dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
5. Kompensasi (Compensation)
Teknik penerjemahan yang menggantikan posisi unsur informasi atau efek stilistika dalam BSu
pada bagian lain dalam BSa karena tidak dapat direalisasikan pada bagian yang sama dalam BSa.
6. Deskripsi (Description)
Teknik penerjemahan yang mengganti istilah dalam bahasa sumber dengan deskripsinya dalam
bahasa sasaran. Teknik ini digunakan ketika suatu istilah dalam bahasa sumber tidak memiliki istilah
yang sepadan dalam bahasa sasaran.
BSa : Saya suka panetton, kue tradisional Italia yang dimakan pada saat tahun baru.
Teknik penerjemahan yang menggunakan padanan sementara yang jauh dari konteks aslinya.
Teknik ini sering muncul dalam penerjemahan judul film, buku, dan novel.
Menerjemahkan istilah dalam bahasa sumber dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa
sasaran. Istilah dalam bahasa sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari.
9. Generalisasi (Generalization)
Menerjemahkan suatu istilah dengan istilah yang sudah umum dan dikenal masyarakat luas.
Teknik ini digunakan apabila suatu istilah dalam bahasa sumber merujuk pada bagian yang spesifik, yang
padanannya dalam bahasa sasaran tidak ada yang merujuk pada bagian yang sama.
Teknik penerjemahan yang menambahkan unsur-unsur linguistik teks BSu dalam teks BSa. Teknik
ini sering digunakan dalam interpreting atau dubbing.
Teknik penerjemahan yang menyatukan atau mengumpulkan unsur-unsur linguistik yang ada
dalam teks BSu. Teknik ini sering digunakan dalam interpreting atau dubbing.
BSa : ngantuk?
Teknik penerjemahan yang mengalihkan suatu ungkapan dalam BSu secara kata per kata ke
dalam BSa.
Teknik penerjemahan yang mengganti, fokus, sudut pandang atau aspek kognitif yang ada dalam
BSu, baik secara leksikal ataupun struktural.
Teknik penerjemahan yang menggunakan istilah yang lebih konkret dan khusus. Teknik ini
berkebalikan dengan teknik generalisasi.
Memadatkan informasi yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Pemadatan informasi yang dilakukan tidak boleh mengubah pesan dalam teks bahasa sumber.
Mengganti elemen-elemen linguistik menjadi paralinguistik (seperti intonasi dan isyarat) atau
sebaliknya.
Contoh : menganggukkan kepala di Indonesia diterjemahkan “ya!”
Teknik penerjemahan yang mengganti kategori gramatikal bahasa sumber dalam bahasa sasaran,
misalnya mengganti kata menjadi frasa. Teknik ini biasanya digunakan karena adanya perberdaan tata
bahasa antara BSu dan BSa.