Anda di halaman 1dari 15

MODEL DAN TEKNIK MENERJEMAHKAN

A. Perbedaan Metode, Prosedur dan Teknik Penerjemahan

Metode merupakan Cara penerjemahan nas sumber secara keseluruhan, adapun prosedur merupakan
cara penerjemahan kalimat yang merupakan bagian dari nas tersebut. Sedangkan teknik merupakan
cara penerjemahan kata atau frase yang merupakan bagian dari sebuah kalimat.

1. Metode Penerjemahan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah metode diartikan sebagai cara yang teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.

Berkaitan dengan batasan istilah metode penerjemahan (Translation Method), Molina dan Albir
menyatakan bahwa ”Translation method refers to the way of a particular translation process that is
carried out in terms of the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari
batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih cenderung pada sebuah cara
yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, misalnya
sebuah opsi global penerjemah yang mempengaruhi keseluruhan teks. Jadi metode penerjemahan
sangat mempengaruhi hasil terjemahan.

Newmark telah mengelompokkan metode-metode penerjemahan berikut ke dalam dua kelompok


besar. Empat metode pertama lebih ditekankan pada Bsu, yaitu Word-for-word translation, Literal
translation, Faithful translation, dan Semantic translation dan empat metode kedua lebih ditekankan
pada Bsa, Adaptation, Free translation, Idiomatic translation, dan Communicative translation.

a) Penerjemahan Kata-demi-kata

Dalam metode penerjemahan kata-demi-kata (word-for-word translation), biasanya kata-kata Tsa


langsung diletakkan di bawah versi Tsu atau disebut dengan interlinear translation. Metode
penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata, sehingga susunan kata sangat dipertahankan. Dalam
melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa. Susunan kata dalam
kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap kata diterjemahkan
satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks, sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan
budaya diterjemahkan secara harfiah. Umumnya metode ini digunakan pada tahapan prapenerjemahan
pada saat penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme Bsu. Jadi
metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Biasanya metode ini digunakan
untuk penerjemahan tujuan khusus, namun tidak lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum.
Kecuali jika struktur kalimat bahasa Inggris sama dengan struktur kalimat bahasa Indonesia
Berikut adalah beberapa contoh hasil terjemahan yang menggunakan contoh metode penerjemahan
kata-demi-kata menurut beberapa pakar tersebut di atas:

1) Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.

Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan sangatlah rancu dan janggal karena
susunan frase “kecil anak” tidak berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak”
itu kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya tidak”.
Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga
alternative terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:

‘Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak melakukan itu.’

2) Tsu : I like that clever student.

Tsa : *Saya menyukai itu pintar anak.

Hasil terjemahannya tidak berterima dalam bahasa Indonesia karena susunan kata yang benar bukan ’itu
pintar anak’ tetapi ’anak pintar itu’, sehingga kalimat yang benar seharusnya: ”Saya menyukai anak
pintar itu.”

3) Tsu : I will go to New York tomorrow.

Tsa : Saya akan pergi ke New York besok.

4) Tsu : Joanne gave me two tickects yesterday.

Tsa : Joanne memberi saya dua tiket kemarin.

Hasil terjemahan kalimat ke-3 dan ke-4 tidak separah hasil terjemahan kalimat ke-1 dan ke-2 karena
struktur kalimat dari kedua teks tersebut hampir sama. Artinya bahwa hasil terjemahan kedua kalimat
tersebut masih dalam kategori berterima walaupun masih terasa janggal. Walaupun demikian ada
beberapa alternatif hasil terjemahan yang tampak lebih alamiah dan berterima misalnya:

3) ‘Besok pagi saya akan pergi ke New York.’

4) ‘Kemarin Joanne memberiku dua buah tiket

b) Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan lurus (linear translation)
berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan penerjemahan bebas (free translation). Dalam
proses penerjemahannya, penerjamah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat
dengan Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula dilakukan
seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata-
katanya sesuai dengan gramatikal Bsa

1) Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

Tsa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti itu.

2) Tsu : It’s raining cats and dogs.

Tsa : Hujan kucing dan anjing.

3) Tsu : His hearth is in the right place.

Tsa : Hatinya berada di tempat yang benar.

4) Tsu : The Sooner or the later the weather will change.

Tsa : Lebih cepat atau lebih lambat cuaca akan berubah.

Jika dilihat dari hasil terjemahannya, beberapa kalimat-kalimat yang diterjemahkan secara harfiah masih
terasa janggal, misalnya kalimat ke-2 sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”.
Kalimat ke-3 sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”. Namun jika demikian hasil
terjemahannya, memang lebih condong pada penerjemahan bebas. Demikian pula dengan kalimat ke-4
sebaiknya diterjemahkan menjadi “Cepat atau lambat cuacanya akan berubah”.

c) Penerjemahan Setia

Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya mereproduksi makna


kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini
kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata
masih tetap ada atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu,
sehingga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing (Newmark, 1988:46;
Machali, 2000:51). Perhatikan contoh terjemahan berikut ini:

1) Tsu : Ben is too well aware that he is naughty.

Tsa : Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal.

2) Tsu : I have quite a few friends.

Tsa : Saya mempunyai samasekali tidak banyak teman.

d) Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada penerjemahan setia. Penerjemahan
setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan
penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan Bsa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan
semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara mengkompromikan makna
selama masih dalam batas kewajaran

Perhatikan contoh berikut:

Tsu : He is a book-worm.

Tsa : *Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca.

Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan fungsional
yang berterima dalam Bsa. Tetapi terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan
menjadi: ’Dia seorang kutu buku.’

e) Adaptasi (Saduran)

Adaptasi (adaptation) oleh Newmark (1988:46) disebut dengan metode penerjemahan yang paling
bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan Bsa. Istilah ”saduran” dapat diterima di
sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam Tsu. Memang
penerjemahan adaptasi ini banyak digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini terjadi
peralihan budaya Bsa ke Bsu dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa. Jika seorang
penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap
mempertahankan semua karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun
dialog Tsu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya Bsa.

Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia:

Tsu : Hey Jude, don’t make it bad

Take a sad song and make it better

Remember to let her into your heart

Then you can start to make it better

(Hey Jude-The Beatles, 196)

Tsa : Kasih, dimanakahMengapa kau tinggalkan aku

Ingatlah-ingatlah kau padaku

Janji setiamu tak kan kulupa


f) Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas (free translation) merupakan penerjemahan yang lebih mengutamakan isi dari
pada bentuk teks Bsu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang lebih panjang daripada bentuk
aslinya, dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh pengguna Bsa. Terjemahannya bersifat
bertele-tele dan panjang lebar, bahkan hasil terjemahannya tampak seperti bukan terjemahan
(Newmark, 1988:46; Machali, 2003:53). Soemarno (2001:33-37) memberi contoh sebagai berikut:

1) Tsu : The flowers in the garden.

Tsa : Bunga-bunga yang tumbuh di kebun.

2) Tsu : How they live on what he makes?

Tsa : Bagaimana mereka dapat hidup dengan penghasilannya?

Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up (langsir ke atas), karena dari
frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi
pergeseran yang disebut dengan shunt down (langsir ke bawah), karena klausa on what he makes
menjadi frase ’dengan penghasilannya’. Contoh-contoh lainnya adalah:

3) Tsu : Tatik is growing with happiness.

Tsa : Tati, hatinya berbunga-bunga.

4) Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing this.

Tsa : Dengar nak, mengapa kamu semua melakukan hal-

hal seperti ini. Ini tidak baik.

Berikut adalah sebuah contoh terjemahan bebas yang tampak sangat ekstrim yang dikemukakan oleh
Moentaha:

5) Tsu : I kissed her.

Tsa : Saya telah mencetak sebuah ciuman pada bibirnya yang merah.

Terjemahan di atas tampak lebih radikal, sekalipun tetap mempertahankan isi atau pesan. Padahal
terjemahannya bisa saja menjadi ’Saya telah menciumnya’.

g) Penerjemahan Idiomatik

Larson dalam Choliludin mengatakan bahwa terjemahan idiomatik (idiomatic translation) menggunakan
bentuk alamiah dalam teks Bsa-nya, sesuai dengan konstruksi gramatikalnya dan pilihan leksikalnya.
Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak seperti hasil terjemahan. Hasil terjemahannya
seolah-olah seperti hasil tulisan langsung dari penutur asli. Maka seorang penerjemah yang baik akan
mencoba menerjemahkan teks secara idiomatik. Newmark menambahkan bahwa penerjemahan
idiomatik mereproduksi pesan dalam teks Bsa dengan ungkapan yang lebih alamiah dan akrab daripada
teks Bsu.

Choliludin memberi beberapa contoh terjemahan idiomatik sebagai berikut:

1) Tsu : Salina!, Excuse me, Salina!

Tsa : Salina!, Permisi, Salina!

2) Tsu : I can relate to that.

Tsa : Aku mengerti maksudnya.

3) Tsu : You’re cheery mood.

Tsa : Kamu kelihatan ceria.

4) Tsu : Tell me, I am not in a cage now.

Tsa : Ayo, berilah aku semangat bahwa aku orang bebas.

5) Tsu : Excuse me?

Tsa : Maaf, apa maksud Anda?

h) Penerjemahan Komunikatif

Menurut Newmark, penerjemahan komunikatif (communicative translation) berupaya untuk


menerjemahkan makna kontekstual dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya, agar
dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Machali menambahkan bahwa metode ini
memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh
dari metode penerjemahan ini adalah penerjemahan kata spine dalam frase thorns spines in old reef
sediments. Jika kata tersebut diterjemahkan oleh seorang ahli biologi, maka padanannya adalah spina
(istilah teknis Latin), tetapi jika diterjemahkan untuk mimbar pembaca yang lebih umum, maka kata itu
diterjemahkan menjadi ’duri’.

Di samping itu Nababan menjelaskan bahwa penerjemahan komunikatif pada dasarnya menekankan
pengalihan pesan. Metode ini sangat memperhatikan pembaca atau pendengar Bsa yang tidak
mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidakjelasan dalam teks terjemahan. Metode ini juga
sangat memperhatikan keefektifan bahasa terjemahan. Kalimat ’Awas Anjing Galak’ dapat
diterjemahkan menjadi Beware of the dog! daripada Beware of the vicious dog! Karena bagaimanapun
juga kalimat terjemahan ke-1 sudah mengisyaratkan bahwa anjing itu galak (vicious).
Berdasarkan pengamatan peneliti, setiap penerjemah memiliki gaya masing-masing dalam
menerjemahkan suatu karya. Gaya yang dia pakai akan sangat berkaitan erat, misalnya, dengan metode
penerjemahkaan yang dia gunakan bergantung tujuan penerjemahan yang dia lakukan. Di antara para
penerjemah ada yang menggunakan metode penerjemahan setia, seperti yang telah dilakukan oleh
penerjemah novel Harry Potter and the Phylosopher’s Stone. Alasannya adalah bahwa dia tidak mau
melepaskan makna kontekstual dalam Tsu-nya. Dia berusaha mempertahankan istilah-istilah yang
berkaitan dengan sosio-budaya dan latar dari Bsu, misalnya mempertahankan kata Mr dan Mrs serta
nama-nama diri para karakter dalam novel itu. Dia tidak melakukan suatu adaptasi atau domestikasi
tetapi mempertahankan ideology forenisasinya. Ini dilakukan demi menjaga keaslian unsur-unsur
ceritera dan nilai-nilai budaya yang melatari ceritera tersebut sehingga pembaca diajak untuk mengenali
tema, karakter, latar dan atmosfir budaya asing. Para penerjemah novel lainnya masing-masing berbeda
dalam memilih metode penerjemahan. Di antaranya ada yang menggunakan penerjemahan bebas,
semantis, idiomatik, dan adaptasi. Hal tersebut dilakukan bergantung kepada kebiasaan serta gaya yang
menjadi ciri khas mereka. Mungkin pula bergantung pada tujuan penerjemahan itu sendiri.

2. Prosedur Penerjemahan

Prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark:

• Transference: it is the process of transferring an SL word to a TL text. It includes transliteration and is


the same as what Harvey named "transcription".

Transference : proses transfer dari bahasa asli ke bahasa sasaran. Termasuk transliteration seperti yang
dinamakan Harvey sebagai “transcription”.

Contoh :

1) Fudschijama (German) à Fujiyama (Indonesia)

2) Serious (Inggris) à Serius (Indonesia)

• Naturalization: it adapts the SL word first to the normal pronunciation, then to the normal morphology
of the TL.

Naturalization: Adaptasi dari kata pertama bahasa sumber dengan pengucapan normal, kedalam
morfologi normal bahasa sasaran.

Contoh :

1) Estate (bahasa Inggris) à estat (bahasa Indonesia)

2) Television (bahasa Inggris) à Televisi ( bahasa Indonesia)


• Cultural equivalent: it means replacing a cultural word in the SL with a TL one. however, "they are not
accurate"

Cultural equivalent: Penggantian kata kebudayaan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
Meskipun, “kata tersebut tidak akurat”.

Contoh :

1) Pajamas party (menginap bersama)

2) Bachelor party (pesta bersama sebelum pernikahan)

• Functional equivalent: it requires the use of a culture-neutral word.

Functional equivalent : diperlukan penggunaan kata budaya yang netral.

Contoh :

1) contractor’ translated into Persian is ‘Moghatekar’ (kontraktor diterjemahkan dalam bahasa Persia
sebagai Moghatekar.

2) ‘common-law wife’ (concubine) à selir

• Descriptive equivalent: in this procedure the meaning of the CBT is explained in several words.

Descriptive equivalent: dalam prosedur yang satu ini arti CBT dijelaskan dalam beberapa kata.

Contoh :

1. Samurai à Japanese aristocracy from the eleventh to the nineteenth century (aristokrasi Jepang dari
abad kesebelas hingga abad kesembilan belas)

2. White Monday à Holy Spirit (hari suci)

• Componential analysis: it means "comparing an SL word with a TL word which has a similar meaning
but is not an obvious one-to-one equivalent, by demonstrating first their common and then their
differing sense components."
Componential analysis: artinya membandingkan kata dalam bahasa sumber dengan kata dalam bahasa
sasaran yang memiliki kata yang hampir sama namun tidak secara detail sama, dengan
mendemonstrasikan komponen pertama secara umum kemudian perbedaannya.

Contoh :

1. Clean air = fresh air which you can breath in. (udara bersih)

2. Sweet talk = nice words in talking. (Kata-kata manis)

• Synonymy: it is a "near TL equivalent." Here economy trumps accuracy. (Newmark, 1988b:84)

Synonymy: hampir mendekati dengan kesamaan bahasa sasaran.

Contoh :

1. Personne gentile → kind person (orang baik)

2. Conte piquant → racy story (cerita cabul)

• Through-translation: it is the literal translation of common collocations, names of organizations and


components of compounds. It can also be called: calque or loan translation.

Through-translation: terjemahan secara harfiah dari padanan kata secara umum, seperti nama-nama
dari organisasi dan komponen-komponen senyawa kimia. Dapat juga disebut: penerjemahan calque
atau loan.

Contoh :

1) European Cultural Convention à Convention culturelle européenne.

2) Study group à group d'étude.

• Shifts or transpositions: it involves a change in the grammar from SL to TL, for instance, (i) change from
singular to plural, (ii) the change required when a specific SL structure does not exist in the TL, (iii)
change of an SL verb to a TL word, change of an SL noun group to a TL noun and so forth.

Shifts atau transpositions: melibatkan perubahan grammar dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran,
misalnya, (i) perubahan dari bentuk tunggal ke bentuk jamak, (ii) perubahan itu diperlukan ketika suatu
struktur dari bahasa sumber secara spesifik tidak terdapat dalam bahasa sasaran, (iii) perubahan kosa
kata dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran, perubahan kelompok kata benda dari bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran dan seterusnya.
Contoh :

1. There’s a reason for life → Hay una razón para vivir (Ada alasan untuk menjalani hidup)

2. It’s getting dark → comienza a oscurecer (Sudah menjelang malam)

• Modulation: it occurs when the translator reproduces the message of the original text in the TL text in
conformity with the current norms of the TL, since the SL and the TL may appear dissimilar in terms of
perspective. (Newmark, 1988b:88)

Modulation: terjadi ketika penerjemah meniru pesan yang terdapat di teks asli dalam teks bahasa
sasaran dengan penyesesuaian norma dari bahasa sasaran, karena bahasa sumber dan bahasa sasaran
mungkin menunjukkan ketidaksamaan dalam hal perspektif.

Contoh :

1. Il n’a pas hésité → He acted at once (Dia bertindak sekaligus)

2. shallow → poco profondo (Kedangkalan)

• Recognized translation: it occurs when the translator "normally uses the official or the generally
accepted translation of any institutional term." (Newmark, 1988b:89)

Recognized translation: terjadi ketika penerjemah secara normal menggunakan istilah umum dalam
menerjemahkan istilah institusional yang dapat diterima.

Contoh :

1. Farley acts as cavalier à Farley acts as knight. (Ksatria)

2. Rechtsstaat → constitutional state (Konstitusi negara)

• Compensation: it occurs when loss of meaning in one part of a sentence is compensated in another
part.

Compensation: terjadi ketika pengurangan makna dalam satu bagian kalimat dan digantikan pada bagian
yang lain.

Contoh :
1. A piece of ... (sedikit ...)

2. The cow are grazing ... (sapi itu merumput ...)

• Paraphrase: in this procedure the meaning of the CBT is explained. Here the explanation is much more
detailed than that of descriptive equivalent.

Paraphrase: dalam prosedur ini makna CBT dijelaskan. Disini penjelasan lebih detail daripada dalam
persamn deskriptif.

• Couplets: it occurs when the translator combines two different procedures.

Couplets: dipakai ketika penerjemah menggabungkan dua teknik penerjemahan yang berbeda

contoh :

1. Hookah (Borrowing + Transcription) India’ smoke

Hookah à Rokok hisap khas India

2. Carburator (Borrowing + Calque)

Karburator à komponen mesin

• Notes: notes are additional information in a translation. (Newmark, 1988b:91)

Notes : notes merupakan informasi tambahan dalam penerjemahan

Contoh :

1) Debrecen à the city of Debrecen, in West Hungary

Debrecen à kota Debrecen, di Hongaria Barat

2) Crumphet à England’s traditional

3. Teknik Penerjemahan
1. Adaptasi (Adaptation)

Teknik penerjemahan yang menggantikan unsur-unsur budaya yang khas dalam BSu dengan unsur
budaya yang ada dalam BSa. Teknik ini dapat digunakan apabila unsur atau elemen budaya tersebut
memiliki padanan dalam BSa.

BSu : as white as snow

BSa : seputih kapas

2. Amplifikasi (Penambahan)

Teknik penerjemahan yang menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa
sumber. Penambahan dalam teknik ini hanya informasi yang digunakan untuk membantu penyampaian
pesan atau pemahaman pembaca. Penambahan ini tidak boleh mengubah pesan yang ada dalam teks
bahasa sumber.

BSu : There are many Indonesian at the ship.

BSa : Banyak warga negara Indonesia di kapal itu.

3. Peminjaman (Borrowing)

Teknik penerjemahan yang menggunakan kata atau ungkapan dari bahasa sumber di dalam bahasa
sasaran. Peminjaman dapat berupa peminjaman murni (pure borrowing), yaitu peminjaman tanpa
melakukan perubahan apa pun, atau berupa peminjaman alamiah (naturalized borrowing), dimana kata
dari BSu disesuaikan dengan ejaan BSa.

BSu BSa

Mixer Mixer (murni)

Economy Ekonomi (alamiah)

4. Kalke (Calque)

Penerjemahan harfiah dari sebuah kata atau frasa dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

BSu : He is the new assistant manager

BSa : Dia adalah asisten manajer yang baru.

5. Kompensasi (Compensation)

Teknik penerjemahan yang menggantikan posisi unsur informasi atau efek stilistika dalam BSu
pada bagian lain dalam BSa karena tidak dapat direalisasikan pada bagian yang sama dalam BSa.

BSu : a pair of scissor


BSa : sebuah gunting

6. Deskripsi (Description)

Teknik penerjemahan yang mengganti istilah dalam bahasa sumber dengan deskripsinya dalam
bahasa sasaran. Teknik ini digunakan ketika suatu istilah dalam bahasa sumber tidak memiliki istilah
yang sepadan dalam bahasa sasaran.

BSu : I like panetton.

BSa : Saya suka panetton, kue tradisional Italia yang dimakan pada saat tahun baru.

7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)

Teknik penerjemahan yang menggunakan padanan sementara yang jauh dari konteks aslinya.
Teknik ini sering muncul dalam penerjemahan judul film, buku, dan novel.

BSu : The Minangkabau Response To The Dutch Colonial rule in the


Nineteenth Century.

BSa : Asal-usul Elite Minangkabau Modem: Respons terhadap Kolonial


Belanda.

8. Padanan Lazim (Established Equivalence)

Menerjemahkan istilah dalam bahasa sumber dengan istilah yang sudah lazim dalam bahasa
sasaran. Istilah dalam bahasa sumber tersebut umumnya berdasarkan kamus atau ungkapan sehari-hari.

BSu : Sincerely yours

BSa : Hormat kami

9. Generalisasi (Generalization)

Menerjemahkan suatu istilah dengan istilah yang sudah umum dan dikenal masyarakat luas.
Teknik ini digunakan apabila suatu istilah dalam bahasa sumber merujuk pada bagian yang spesifik, yang
padanannya dalam bahasa sasaran tidak ada yang merujuk pada bagian yang sama.

Contoh: becak diterjemahkan menjadi vehicle.

10. Amplifikasi Linguistik (Linguistics Amplification)

Teknik penerjemahan yang menambahkan unsur-unsur linguistik teks BSu dalam teks BSa. Teknik
ini sering digunakan dalam interpreting atau dubbing.

BSu : everything is up to you!

BSa : semuanya terserah anda sendiri!


11. Kompresi Linguistik (Linguistics Compression)

Teknik penerjemahan yang menyatukan atau mengumpulkan unsur-unsur linguistik yang ada
dalam teks BSu. Teknik ini sering digunakan dalam interpreting atau dubbing.

BSu : Are you sleepy?

BSa : ngantuk?

12. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Teknik penerjemahan yang mengalihkan suatu ungkapan dalam BSu secara kata per kata ke
dalam BSa.

BSu : The President gave the present to Michael last week.

BSa : Presiden memberi hadiah itu pada Michael minggu lalu.

13. Modulasi (Modulation)

Teknik penerjemahan yang mengganti, fokus, sudut pandang atau aspek kognitif yang ada dalam
BSu, baik secara leksikal ataupun struktural.

BSu : Nobody doesn’t like it.

BSa : Semua orang menyukainya.

14. Partikularisasi (Particularization)

Teknik penerjemahan yang menggunakan istilah yang lebih konkret dan khusus. Teknik ini
berkebalikan dengan teknik generalisasi.

BSu : She likes to collect jewelry.

BSa : Dia senang mengoleksi kalung emas.

15. Reduksi (Reduction)

Memadatkan informasi yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Pemadatan informasi yang dilakukan tidak boleh mengubah pesan dalam teks bahasa sumber.

BSa : She got a car accident

BSu : Dia mengalami kecelakaan

16. Substitusi (Substitution)

Mengganti elemen-elemen linguistik menjadi paralinguistik (seperti intonasi dan isyarat) atau
sebaliknya.
Contoh : menganggukkan kepala di Indonesia diterjemahkan “ya!”

17. Transposisi (Transposition)

Teknik penerjemahan yang mengganti kategori gramatikal bahasa sumber dalam bahasa sasaran,
misalnya mengganti kata menjadi frasa. Teknik ini biasanya digunakan karena adanya perberdaan tata
bahasa antara BSu dan BSa.

BSu : I have no control over this condition

BSa : Saya tidak dapat mengendalikan kondisi ini

18. Variasi (Variation)

Teknik penerjemahan yang mengganti unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang


mempengaruhi variasi linguistik. Misalnya perubahan textual tone, style, geographical dialect, dan social
dialect.

BSu : Give it to me now!

BSa : Berikan barang itu ke gue sekarang!

Anda mungkin juga menyukai