Anda di halaman 1dari 10

Ujian Tengah Semester Hari/tanggal : Rabu/23 Maret2021

m.k Pencegahan dan Pengobatan Kelompok : 3/P1


Ikan Dosen : Dr. Sri Nurhayati, M.Si
Dr. Wiyoto
Wida Lesmanawati, M,Si
Dian Eka Ramadhani, M.Si
Amalia Putri Firdausi, M.Si
Asisten : Abdul Rohman Abi, A.Md.
Ristie Azhari K, A.Md.

PEMBESARAN IKAN GURAME DI KOLAM TANAH

Disusun oleh:

Putri Shintia Rosalina J1308201042

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gurame banyak diminati oleh masyarakat dan mempunyai pangsa pasar
yang tinggi sehingga budidaya ikan gurame memiliki prospek yang tinggi. Harga
ikan gurame relatif tinggi, namun tetap diminati masyarakat karena cita rasa
dagingnya yang istimewa. Budidaya ikan gurame dapat dilaksanakan dengan
teknologi yang sederhana sampai teknologi modern. Sumber daya yang digunakan
dalam budidaya ikan gurame cukup hemat, baik dari segi lahan maupun air yang
diperlukan. Hal-hal tersebut membuat budidaya ikan gurame layak diandalkan
sebagai usaha yang menjanjikan di bidang perikanan. Simananjutak et al., 2001
Masalah Keberhasilan budidaya gurame di sebabkan oleh lokasi, besar
kecilnya kolam, air, serangan hama (penyakit), cara pemeliharaan. Bagi peternak
salah satu kendala adalah serangan hama dan penyakit. Namun, bagi orang yang
baru memulai budidaya gurame, tidak banyak yang mengetahui cara-cara
menangani masalah peyakit dengan benar sehingga menimbulkan kerugian dalam
setiap tahunnya. Selain itu, peternak juga membutuhkan biaya yang lebih jika ingin
menggunakan jasa seorang pakar (konsultan) serta harus mencari dan membuka
buku-buku tentang penyakit ikan gurame. Hal ini sangat menyulitkan dan
memakan waktu yang relatif lama, padahal penyakit ini perlu segera ditanggulangi.
Budidaya ikan gurame mengalami penurun pada periode tahun 2011 sampai tahun
2013, pada tahun 2011 dapat menghasilkan 160,78 ton ikan gurame, banyaknya
ikan gurame yang terserang hama dan penyakit menyebabkan mengalami
penurunan produktifitas yang hanya dapat menghasilkan produksi ikan 121,02 ton
pada tahun 2013. (Kholifah, 2015). Ikan gurami termasuk ikan yang relatif tahan
terhadap serangan hama penyakit. Namun, bukan berarti pembudidayaan ikan
gurami sepenuhnya terbebas dari ancaman serangan hama penyakit (Khairuman
dan Amri 2011). Salah satu serangan panyakit yang sangat diwaspadai adalah
serangan dari bakteri Aeromonas hydrophila yang dapat menyebabkan MAS
(Motile Aeromonas Septicemia) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit bercak
merah. Ikan yang terkena penyakit bercak merah ini ditandai dengan adanya gejala
pendarahan atau luka pada bagian kulit dan bagian tubuh lainnya, bila serangannya
parah luka itu akan menjadi borok yang berwarna merah, perut membusung dan
organ dalam ikan seperti hati, ginjal dan limpa akan tampak pendarahan. Penyakit
ini tidak hanya menyerang ikan gurami saja, melainkan ikan air tawar lainnya
seperti sidat, ikan mas, nila dan lele (Sasongko et al. 2007).
PEMBAHASAN

Lokasi Budidaya
Persyaratan lokasi Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) adalah sebagai
berikut: Berada di daerah yang bebas dari banjir, Terhindar dari cemaran limbah
industri, pertanian, perikanan, pertambangan, pemukiman dan tidak mencemari
lingkungan perairan sekitar, Memiliki akses yang baik dan mudah dijangkau.

Biosecurity Lingkungan Budidaya

Pagar mampu berfungsi sebagai pelindung dari masuknya hewan dari luar yang
kemungkinan berpotensi sebagai sarana pembawa organisme patogen, disamping itu
pemagaran dilakukan untuk membatasi akses masuk hanya satu pintu, Pagar dapat terbuat
dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pada
pintu masuk utama, harus disediakan sarana desinfeksi bagi roda kendaraan yang akan masuk
ke dalam lingkungan unit usaha budidaya perikanan Berupa Sarana celup roda umumnya
terbuat dari semen/beton dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya
jalan serta kendaraan atau Sprayer yang berisi larutan desinfektan.

Biosecurtiy Karyawan

Karyawan wajib mencuci tangan sebelum masuk lokasi budidaya menggunakan


sepatu safety berupa sepatu boot, dan dapat dilengkapi dengan pakaian kerja (wearpack),
sarung tangan karet, masker, dan kelengakapan lain. Dan karyawan wajib mencuci tangan di
wastafel yang dilengkapi dengan sabun antiseptik dan tissue atau hand sanityzer yang
ditempatkan di depan pintu masuk dan keluarnya unit produksi.

Persiapan Wadah

Tahapan persiapan kolam terdiri dari beberapa hal yang harus dilakukan yaitu
dimulai dari pembersihan kolam, pembalikan tanah, pengeringan, pengapuran
menggunakan kapur CaO dengan dosis 75-150 gram/m2 dan penggaraman
menggunakan garam krosok dengan dosis 75-150 gram/m2 kemudian dibiarkan
selama 5 hari. Pengisian air merupakan yang wajib dilakukan karena air merupakan
media ikan. Penyediaan air budidaya pada kolam pembesaran ikan Gurame berasal
dari bak filter (ukuran 8 m2 ) yang telah diberi saringan stainless steel dengan ukuran
net kurang lebih 1000 μm. Kemudian air mulai dialirkan pada kolam dengan cara
membuka pintu masuk air (inlet). Pengisian air kolam pembesaran ikan Gurame
dilakukan sampai ketinggian 100-120 cm. Rumput-rumput yang tumbuh di pematang
kolam dibersihkan agar tidakdijadikan tempat penempelan sarang telur oleh induk
gurami. Selain itu rumput yangdibiarkan tumbuh liar di pinggir pematang juga dapat
menjadi tempat persembunyianhama pengganggu

Monitoring Kualitas Air

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air selama pembesaran ikan


Gurame pada saat Praktek Kerja Lapang antara lain suhu, derajat keasaman (pH) dan
oksigen terlarut (DO). Pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari sekali terutama
pengukuran suhu dilakukan pada pukul 06.00 pagi, pukul 13.00 siang dan pukul
16.00 sore. Hal ini dilakukan karena pada waktu tersebut merupakaan keadaan
ekstrim yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan ataupun penurunan kualitas air
secara drastis, sehingga diperlukan pengukuran untuk mengetahui batas suhu, pH dan
DO yang dapat ditolerir oleh Gurame. Standar baku pemeliharaan ikan gurami adalah
sebagai berikut:
No Parameter Satuan Kisararan
1. Temperatur ºC 25-30
2. pH - 6,5 – 8,5
3. Oksigen terlarut (minimal) ppm 2
4. Ketinggian air m 1,0 – 1,2
5. Kecerahan cm 40-60
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air selama pembesaran ikan Gurame
pada saat Praktek Kerja Lapang antara lain suhu, derajat keasaman (pH) dan oksigen
terlarut (DO). Pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari sekali terutama
pengukuran suhu dilakukan pada pukul 06.00 pagi, pukul 13.00 siang dan pukul
16.00 sore. Hal ini dilakukan karena pada waktu tersebut merupakaan keadaan
ekstrim yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan ataupun penurunan kualitas air
secara drastis, sehingga diperlukan pengukuran untuk mengetahui batas suhu, pH dan
DO yang dapat ditolerir oleh Gurame.

Monitoring Kesehatan Ikan :

Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya interaksi antara tiga faktor yaitu
lingkungan, inang dan adanya jasad penyebab penyakit. Apabila ketiga faktor
tersebut berada dalam keseimbangan maka tidak akan terjadi masalah penyakit.
Penyakit yang muncul pada ikan selain di pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga
cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit pada ikan antara lain :
 Adanya serangan organisme parasit, virus, bakteri dan jamur.
 Lingkungan yang tercemar (amonia, sulfida atau bahanbahan kimia beracun)
 Lingkungan dengan fluktuasi ; suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
 Pakan yang tidak sesuai atau Gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
 Kondisi tubuh ikan sendiri yang lemah, karena faktor genetik (kurang kuat
menghadapi perubahan lingkungan).
Pengendalian penyakit dilakukan melalui pengamatan visual terhadap
kondisibenih. Perubahan perilaku berenang ikan yang menyendiri dan nafsu makan
yang berkurang, serta adanya luka pada tubuh, menjadi indikasi adanya serangan
patogen (bakteri). Terkadang, tubuh dan sirip ikan juga mengalami luka-luka, dan
Komunikasikan dengan tenaga pendamping/ teknisis ahli terkait gejala penyakit yang
timbul serta penangannya termasuk dalam penggunaan bahan kimia dan obat-obatan,
agar diperloeh hasil yang optimal Untuk pencegahan sudah cukup baik. Hanya saja
perlu ditingkatkan pemahaman tentang pentingnya memperkuat sistem immun ikan,
seperti : pemberian Imunostimulan, Vaksinasi, Probiotik dan Prebiotik.
Vaksinasi Ikan Gurame
Usaha pengendalian penyakit yang efisien adalah dengan cara pencegahan.
Salah satu cara yang saat ini sudah mulai banyak dilakukan adalah melalui
peningkatan kekebalan tubuh yaitu antara lain dengan vaksinasi (Setyowati et al.,
2004). Vaksinasi dapat dilakukan pada berbagai ukuran ikan dari benih sampai induk
(Trianto et al., 1997 dalam Mulia, 2007). Cara tersebut sangat efektif dan efisien
untuk mencegah penyakit MAS (Pasaribu et al., 1990; Kamiso et al., 1997 dalam
Mulia, 2007). Namun demikian keberhasilan program vaksinasi tidak hanya
ditentukan oleh keampuhan dari vaksin yang digunakan, tetapi juga sangat ditentukan
oleh cara dan saat/waktu vaksin itu diberikan. dan panjang rata-rata 10 cm. Vaksin
yang digunakan adalah “vaksin hydrovec” yang diproduksi oleh Laboratorium
Patologi Ikan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Vaksin
diaplikasikan pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan gurami (Osphronemus gouramy
Lac.) dengan cara oral (pemberian vaksin yang dicampur pelet dengan dosis 2-- 3 mL
per kilogram bobot badan ikan yang divaksin selama 5--7 hari berturut-turut dan
setelah satu bulan kemudian dilakukan vaksinasi ulangan (booster) terhadap ikan
yang telah divaksin dengan cara yang sama. Pengamatan dilakukan terhadap gejala
penyakit yang timbul serta kematian ikan uji, dengan interval pengamatan setiap
seminggu sekali. Pengamatan juga dilakukan terhadap kualitas air selama uji aplikasi.
Hasil penelitian Konzinska, 2000 dalam Mulia, 2007; menunjukkan bahwa vaksinasi
dengan vaksin anti Aeromonas hydrophila dapat meningkatkan jumlah sel leukosit,
limfosit, neutrofil, dan kemampuan fagositosis ikan karper dan beberapa peneliti juga
melaporkan bahwa vaksinasi Aeromonas hydrophila dapat meningkatkan titer
antibodi (Mulia, 2007).

Imunostimulan

Ekstraksi pelepah pisang diawali dengan pembuatan tepung pelepah pisang.


Cara yang digunakan untuk menepungkan pelepah pisang adalah dengan memotong
pelepah pisang menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran tiap potongan yaitu
dua cm. Pelepah pisang yang telah dipotong selanjutnya dioven pada suhu 45°C
untuk mengurangi kadar air bahan, kemudian bahan dihaluskan dengan menggunakan
mesin penghalus untuk mendapatkan tepung pelepah pisang. Tepung pelepah pisang
ditimbang sebanyak 25 g lalu dicampur dengan metanol 100 mL dan dihomogenkan
dengan mesin pengaduk selama kurang lebih tiga jam untuk mendapatkan endapan.
Endapan dikondensasi selama 24 jam dan akan didapatkan filtrat serta ampas. Ampas
sebanyak 100 mg dicampur dengan metanol 20 mL dan diaduk selama satu jam untuk
mendapatkan filtrat kembali. Filtrat pelepah pisang yang didapat diuapkan dengan
rotavapor untuk mendapatkan ekstrak pelepah pisang yang kental (Sakunphueak dan
Panichayupakarant 2010).

Pelepah pisang ambon mengandung bahan fitokimia dengan persentase


terbesar adalah flavonoid sebesar 28,10%. Pelepah pisang lebih efektif menghambat
bakteri A. hydrophila dibandingkan Streptococcus sp. Hal ini dilihat dari diameter
zona hambat A. hydrophila sebesar 1,15 cm sedangkan pada Streptococcus sp. hanya
0,69 cm. Dosis pelepah pisang yang efektif untuk menghambat aktivitas A.
hydrophila adalah 3%, sehingga dosis tersebut digunakan sebagai dosis ekstrak
pelepah pisang yang dicampur ke dalam pakan. Pada uji in vivo, pelepah pisang
mampu menekan populasi bakteri A. hydrophila dari 3x108 menjadi 8x106 CFU/g.
Selain menghambat aktivitas bakteri, pelepah pisang mampu meningkatkan respons
imun ikan gurame pascainfeksi A. Hydrophila.

Fitofarmaka

Pada pembuatan ekstrak daun sirih, bagian tanaman yang diambil adalah daun yang
masih segar. Daun dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir dan dikering-udarakan
tanpa terkena sinar matahari secara langsung selama 6 hari. Setelah kering daun
dibelender sampai menjadi tepung dan diayak dengan ayakan. Serbuk daun sirih
diekstrak menggunakan metode maserasi. Pembuatan filtrat dari serbuk daun sirih
mengacu pada Rachmawaty et al (2018), yaitu dengan cara memasukkan serbuk daun
sirih yang akan diambil ekstraknya ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya, dicampur
dengan etanol 90%, lalu ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 5 hari
untuk memperoleh filtrat ekstrak daun sirih. Pakan (pelet) dan ekstrak daun sirih
ditimbang terlebih dahulu, dengan bobot ekstrak daun sirih sesuai perlakuan.
Kemudian ekstrak ditambah akuades sebanyak 10% dari bobot pakan dan dilarutkan
menggunakan stirrer, larutan ekstrak di tambah putih telur sebanyak 2% dari bobot
pakan dan dimasukan kedalam botol spray kemudian di semprotkan pada pakan
sambil diaduk hingga merata dengan menggunakan kedua tangan hingga homogen.
Pakan dikeringaginkan selama satu hari setelah kering pakan dimasukkan ke dalam
toples lalu disimpan di dalam ruangan yang kering. Dalam mengatasi permasalahan
penyakit ikan akibat bakteri salah satu cara yang aman digunakan adalah dengan
memanfaatkan tanaman obat-obatan (fitofarmaka) sebagai bahan alami antimikroba
yang ramah lingkungan. Efektifitas beberapa jensi fitofarmaka sebagai anti bakteri
Aeromonas hydrophila secara in vitro maupun pada beberapa jenis ikan telah dicoba
seperti bawang putih dan meniran (Wahjuningrum et al., 2013).

Probiotik

Bakteri asam laktat dapat digunakan sebagai probiotik pada pakan karena
dimana bakteri asam laktat yang berada di dalam usus ikan mampu meningkatkan
daya cerna dengan mengubah karbohidrat dengan serangkaian enzimatik menjadi
asam laktat yang dapat menurunkan pH, sehingga merangsang produksi enzim
endogenous untuk meningkatkan penyerapan nutrisi dan konsumsi pakan (Samadi,
2002). Mekanisme kerja probiotik yaitu dengan menekan populasi mikroba melalui
kompetisi dengan memproduksi beberapa senyawa antimikroba atau bisa melalui
kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum, atau dengan
menurunkan aktivasi enzim, menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar
antibodi atau aktivitas makrofag. Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah bakteri yang
dapat memfermentasikan gula atau karbohidrat untuk memproduksi asam laktat
dengan jumlah yang besar. Adapun ciri-ciri dari bakteri asam laktat secara umum
adalah selnya bereaksi positif terhadap pewarnaan gram, bereaksi negatif pada
katalase dan tidak membentuk spora, serta fermentasi glukosa akan dihasilkan asam
laktat. Tipe fermentasi bakteri asam laktat meliputi homofermentatif yaitu hasil
fermentasinya hanya asam laktat dan heterofermentatif yang hasil fermentasinya
selain asam laktat ada asam organik lainnya seperti asetat, gas CO2, dan etanol
(Mitsuoka 1989; Widyastuti, 1999). Salah satu penggunaan bakteri asam laktat dalam
pakan yaitu pada budidaya ikan gurame.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz S, Puspitasari A. (2021). PELATIHAN MANAJEMEN USAHA BUDIDAYA IKAN
GURAME (Osphronemus gouramy) DI POKDAKAN MINA GURAME LESTARI DESA
UTAMA KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS. Abdimas Galuh, 3;2,
433-438.

Fitrianingrum ID,. (2015). EKTIVITAS EKSTRAK PELEPAH PISANG SEBAGAI


ANTIBAKTERI DAN IMUNOSTIMULAN PADA IKAN GURAME YANG DIINFEKSI
Aeromonas hydrophila.

Indrawati dan Supriyadi H. (2009). UJI APLIKASI VAKSIN HYDROVAC UNTUK


PENCEGAHAN PENYAKIT MERAH PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) DAN
GURAME (Osphronemus gouramy) DI BALAI BENIH IKAN PANDAK KABUPATEN
BANYUMAS. Uji aplikasi vaksin hydrovac untuk pencegahan penyakit merah pada ikan
mas, 4,1, 73-75.

Novriadi R. (2010). MONITORING PEMANTUAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI


DESA Tg BATU KECIL, KECAMATAN BURU, KABUPATEN KARIMUN, PROVINSI
KEPULAUAN RIAU. Kementrian Kelautan dan PErikanan, 1-24.

Supriyadi H, dan Iftitah D. (2009). Kegunaan Ekstrak Daun Meniran (Phylanthus niruri) Bagi
Pengendalian Penyakit Ikan Akibat Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Media
Akuakultur, 4,1, 54-58.

Syamsyuri AI, Alfian MW, Muharta VP, Mukti AT, Kismiyati dan Satyantini WH. (2017). TEKNIK
PEMBESARAN IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI BALAI PENGEMBANGAN DAN
PEMACUAN STOK IKAN GURAME DAN NILEM (BPPSIGN) TASIKMALAYA, JAWA
BARAT. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7,2, 57-62.

Anda mungkin juga menyukai