Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA

KEAMANAN OBAT HERBAL DAN KOSMETIK

MODUL 5

FORMULASI SEDIAAN DEODORANT

Disusun Oleh:

Nama Kelompok :1. Rizki Adi Prasetyo (C12019042)

2. Zais Farda (C12019060)

3. Zalsa Billa (C12019061)

Kelompok/ Golongan : 4B/3B

Hari/ Jam Praktikum : Jum’at, 22 April 2022/ 07:00- 10:00

Dosen Pembimbing : Apt. Titi Pudji Rahayu, M.Farm

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Deodorant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat,
menutupi bau badan, dan mengurangi bau badan (Rahayu dkk, 2009). Penyebab
meningkatnya penggunaan deodorant karena pergaulan modern, sehingga dirasa perlu
untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia
keringat oleh bakteri (Gros dan Keith, 2009). Bau keringat yang merusak disebabkan
hasil peruraian sekresi apokrin oleh bakteri dipermukaan kulit. Bau tidak enak itu dapat
dikurangi atau dicegah dengan pemeliharaan hygine yang baik, misalnya mandi secara
teratur, sehingga petumbuhan bakteri dihambat dan hasil peruraian yang telah terjadi
dapat hilang. Kebersihan badan adalah salah satu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejateraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah,
2006).
Setiap hari badan dibersihkan dengan frekuensi tidak terbatas sesuai kebutuhan.
Kosmetika pembersihan dan perawatan badan sehari hari seperti sabun, body lotion, body
talk, deodorant, antirespirant (Anonim, 2014). Bahan pembersih yang paling umum
digunakan adalah air, pembersih dengan air atau bahan dasar air mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan, kelebihannya adalah air dapat melunakan lapisan tanduk
sehingga mudah dibersihkan, tidak toksik, tidak menimbulkan efek samping, mudah
didapat dan murah harganya. Tetapi dari sudut kosmetik modern air memiliki kekurangan
yaitu tidak memiliki daya pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin dan sebum
yang sedikit menyerap air, tidak dapat membersihan seluruh kotoran yang melekat pada
kulit, tidak membersihkan jasad renik pada permukaan kulit, bukan merupakan
pembersih kulit yang baik (Wasitaatmadja, 1997 ; Tranggono dan Latifah, 2007).
Menggunakan deodorant atau anti prespirant pada ketiak adalah alternative yang
sering digunakan. Dengan deodorant yang mengandung antiseptic yang dapat menekan
pertumbuhan bakteri dan anti prespirant mengandung bahan yang dapat mengurangi
keluarnya keringat. Prinsip kerja deodorant ada 2 yaitu antirespirant dan deodorant
perbedaan antara antirespirant dan deodorant yaitu antirespirant diklasifikasikan sebagai
kosmetik medicinal atau obat karena mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar
keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat sedangkan
deodorant membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan
parfum, deodorant tidak hanya digunakan untuk ketiak saja namun bisa digunakan
diseluruh tubuh karena deodorant tidak mengontrol termoregulasi, sehingga deodorant
digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Egbuobi dkk, 2013).
Deodoran antiperspiran stick, berbentuk batang padat, mudah dioles dan merata
pada kulit, bau sedap, stik transparan atau berwarna. Pembuatannya berbeda dengan
pembuatan lipstik karena deodoran ini merupakan gel sabun. Pembuatannya mirip
dengan pembuatan emulsi, yaitu suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan dalam suatu
fase larutan alkali dalam air/alkohol pada suhu sekitar 70°C. Gel panas yang terbentuk
diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60 - 65 °C dan dibiarkan memadat (Ditjen
POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007).
B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana cara pembuatan deodorant yang baik dan benar ?
2. Bagaimana cara evaluasi sediaan deodorant yang baik ?
C. Tujuan Formulasi:
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan deodorant.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan deodorant.
D. Manfaat Formulasi:
1. Mampu membuatan sediaan deodorant yang aman.
2. Mampu mengevaluasi sediaan deodorant.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praformulasi
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat Farmakokinetika
a. Etanol
1. Farmakokinetika
Etanolmerupakan salah satu pruduk alcohol yang memiliki rumus kimia
→C2H5OH merupakansuatu molekul kecil yang larut dalam air dan dapat
diserap sempurna dalam saluran pencernaan.Uap etanol juga dapat diserap
oleh paru-paru. Setelah menelan etanol dalam keadaaan puasamaka kadar
puncak dalam darah dapat dicapai dalam 30 menit adanya makanan dalam
ususmemperlambat penyerapan. Distribusinya cepat, konsentrasi dalam
jaringan lebih kurang samadengan konsentrasi plasma. volume distribusi
0,7l/kg.Lebih dari 90% alcohol/etanol yang dikonsumsi dapat dioksidasi
oleh hati dan sisanyadiekskresikan dalam paru-paru dan ginjal. Pada dosis
klinik yang biasa kecepatan oksidasimengikuti Zero-Order-Kinetic yaitu
tidak tergantung pada waktu,sesuai dengan berat badan danfungsi hati.
Jumlah berkurangnya alcohol atau tertahannya dalam tubuh tergantung
kondisi /Fungsi Hati tersebut.Namun seorang dewasa dapat
memetabolisme alcohol antara 7-10gr tiap 2 jam. Ada 3 jalur alcohol yang
dapat dioksidasi melalui proses metabolism.
2. Indikasi
antiseptik
3. Kontraindikasi
Tidak untuk diminum
4. Efek Samping
Mengonsumsi etanol secara terus menerus dalam jangka panjang bisa
menyebabkan:
a. sirosis hati,
b. keracunan hati,
c. perdarahan organ dalam,
d. gangguan pembekuan darah,
e. perdarahan saluran cerna,
f. gangguan jantung, dan
g. kerusakan saraf
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Alam
1. Etanol (FI III, 65; HOPE, 17-18)
Organoleptis Warna: tidak berwarna
Bentuk: cairan
Bau: bau khas
Rasa: rasa panas
Struktur kimia dan
berat molekul

Berat Molekul: 46,07


Ukuran partikel, - Bentuk : cair
bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P ,
dan dalam eter P
Stabilitas Mudah menguap, terbakar, mudah rusak adanya
cahaya.
Titik lebur -114,1°C
Higroskopisitas
Inkompatibilitas dalam suasana asam, larutan etanol dapat bereaksi
hebat dengan bahan pengoksidasi. Dicampur dengan
bahan yang bersifat basa dapat berubah warna
menjadi gelap disebabkan oleh reaksi dengan
sejumlah residual dari aldehid. Larutan etanolin
kompatible dengan wadah aluminium dan dapat
bereaksidengan beberapa obat.
2. Sodium Stearate (HOPE 6 th Edition Hal: 494)
Organoleptis Bentuk: Kristal padat
Warna: putih atau kuning
Struktur kimia dan
berat molekul

Berat Molekul: 284,47


Ukuran partikel, -
bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida,
kloroform dan eter; larut dalam etanol, heksan, dan
propilenglikol; praktis tidak larut air.
Stabilitas Zat stabil, Zat stabil, harus disimpan di tempat
tertutup.
Titik lebur 69,6ºC
Higroskopisitas -
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan hampir semua logam
hidroksida dan zat pengoksidasi
3. Deionized Water
Organoleptis Air suling, air murni yang diperoleh dengan cara
destilasi. Deionisasi dan dimeneralisasi.
Struktur kimia

Kelarutan -
Stabilitas Mudah terurai dengan adanya udara
Titik lebur 0℃
Higroskopisitas -
Inkompatibilitas Dapat bereaksi dengan alkali, cepat bereaksi dengan
oxide lain seperti kalsium oxside dan mangnesium
oxid
4. Sorbitol 70%
Organoleptis Bentuk: Serbuk, granul atau lempengan higroskopis
warna: putih
Rasa: manis
Struktur kimia dan
berat molekul

Berat molekul: 180,21


Ukuran partikel, Bentuk: Serbuk, granul atau lempengan higroskopis
bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol 95% P, dan dalam asetat
Stabilitas Stabilitas terhadap udara, disimpan dalam wadah
tertutup baik dan terhindar dari cahaya
Titik lebur 179 ℃
Higroskopisitas -
Inkompatibilitas -
5. Triclosan
Organoleptis Bentuk: serbuk putih kristal
Warna: putih

Struktur kimia dan


berat molekul
Berat molekul: 289,54 g/mol
Ukuran partikel,
bentuk ataupun luas -
permukaan
Kelarutan Praktis tidaklarut dalam air; larut dalamalkohol,
dalam aseton, danmetil alkohol; sedikit larutdalam
minyak.
Stabilitas stabil dalam larutan, asam atau alkali yang agak
tinggi.
Titik lebur -
Higroskopisitas -
Inkompatibilitas
6. Parfum (FI IV, 1995)
Organoleptis -
Struktur kimia dan -
berat molekul
Ukuran partikel, -
bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan -
Stabilitas -
Titik lebur -
Higroskopisitas -
Inkompatibilitas -

III. Bentuk Sediaan, Dosis, dan Cara Pemberian


1. Bentuk sediaan
deodorant
2. Dosis
Sehabis mandi
3. Cara pemberian
Oleskan secara merata
E. FORMULASI
I. Permasalahan
Dapat terjadi kerusakan terhadap sediaan deodorant selama penyimpanan.
II. Pengatasan masalah
Simpan ditempat sejuk, hindari paparan sinar matahari langsung.
III. Formula Yang Diajukan
No Bahan Konsentrasi Fungsi dan alasan penambahan bahan
%
1. Etanol 75 Pelarut
2. Sodium stearate 8 emulsifer
3. Deionized water 11,9 pelarut
4. Sorbitol 70% 5 pemanis
5. Triclosan 0,1 antibakteri
6. Parfum Qs Pewangi
IV. Perhitungan
 Perhitungan formula
1. Etanol :

2. Sodium stearate :

3. Deionized water :

4. Sorbitol 70% :

5. Triclosan :

6. Parfum : Qs
F. PELAKSANAAN
I. Alat – alat Yang Digunakan
1. Bekker glass
2. Magnetic stirer
3. Termometer
4. Batang pengaduk
5. Blender atau mixer
6. Neraca analitik
7. Gelas ukur
8. Gelas arloji
9. Kompor listrik
10. pH meter
11. Cawan porselen
12. Pipet tetes
13. Alat uji daya sebar
14. Penetrometer Humboldt
15. Piknometer
16. Chromameter
II. Cara Kerja: Evaluasi dan Formula
 Formula
Masukkan etanol beserta air deionisasi kemudian panaskan
pada suhu 70ºC

Tambahkan sorbitol 70% kemudian aduk selama 5 menit

Kemudian masukkan sodium stearate dan triclosan lalu aduk


homogen

dinginkan hingga suhu mencapai 65ºC


Masukkan kedalam wadah kemasan
 Evaluasi Sediaan
Kekuatan Tekstur
Kekuatan gel dan tekstur diukur dengan alat universal
Penetrometer Humboldt. Cara kerjanya :
1. Jarum pengukur ditera pada angka 0 di piringan skala
2. Sampel diletakan tepat ditengah dibawah jarum
Penetrometer
3. Jarum diletakkan tepat pada permukaan sampel
4. Kunci jarum ditekan sehingga jarum jatuh, jarum
pengukur diturunkan hingga menyentuh pangkal
jarum.
5. Angka skala pada piringan dibaca, dikali 1/10dan
menggunakan satuan mm/beban/detik
Nilai pH

Diukur dengan pH meter pada suhu 250C.


1. 5 gram sampel dilarutkan dengan 20 mL akuades
dalam Erlenmeyer, kemudian dicelupkan ke dalam
larutan contoh
2. Nilai pH dibaca pada layar
3. Elektroda harus dibilas setiap kali akan digunakan
Kadar Air

Cawan kosong dikeringkan dalam oven 100-1050C selama


30 m3nit, dinginkan dalam desikator. Ditimbang sampel 2-3
gram dipanaskan dalam oven suhu 1050C dikeringkan,
dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit, timbang
kadar air dihitung dengan rumus :
Kadar air 5

x100

Warna
Menggunakan Chromater (tipe R-20, Minolta Camera Co.,
Japan) dengan ruang warna (color space), nilai skala warna
X,Y,y dikonversi menjadi notasi warna hunter yang terdiri
dari 3 parameter
Uji Organoleptik

Uji mutu hedonik analisis menggunakan skala tingkat mutu.


Uji hedonik atau uji kesukaan dimana panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya. Tingkat kesukaan disebut sebagai skala hedonic
misalnya sangat suka, suka, sampai sangat tidak suka. Uji
dilakukan oleh 25 panelis terlatih. Parameter mutu yang
diamati yaitu homogenitas, kelembutan, tekstur, kecerahan,
rasa pada kulit dan tingkat kesukaan.

III. Kemasan, Brosur, Etiket


1. Kemasan
2. Brosur

Prodiment

Komposisi

Mengandung :

 Etanol
 Sodium stearate
 Deionized water
 Sorbitol 70%
 Triclosan
 Parfum

Indikasi

Menyerap keringat, menutupi bau badan dan


mengurangi bau badan

Cara Pakai

Pakai sehabis mandi, keringkan badan baru di pakai,


oleskan secara merata pada ketiak, tunggu kering,
kemudian baru memakai baju.

3. Etiket
Etiket yang digunakan yaitu berwarna biru, yaitu artinya digunakan untuk
memberi tanda sediaan obat luar (obat untuk pemakaian luar tubuh / luar
saluran cerna). Selain iru juga pada etiket diberikan keterangan aturan pakai
obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Farmakope Indonesia. 5th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
2014.

Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C., 2013, Antibacterial
Activities of different brands of deodorants marketed in owerrri, imo state, Nigeria.
African Journal of clinical and experimental microbiologi 14 (1): 14-16.

Gros, L., dan Keith H., 2009, Chemistry Changes Everything-Deodorant and Antiperspirant,
Chemsitry Changes Everything-CITiEs.

Tarwoto & Wartonah. (2006), Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi
3.Salemba Medika, Jakarta.

Tranggono, Retno I, Fatimah L. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama; 2007. 100 p.

Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press; 1997. 3-5, 26, 124 p.

Anda mungkin juga menyukai