Anda di halaman 1dari 12

1.

Pembelajaran Matematika Modern


Dalam buku “Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru”, Ruseffendi
mengemukakan bahwa istilah matematika modern merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“Modern Mathematics”. Dan di Amerika Serikat dikenal dengan nama “New Mathematics”.
Dalam metode matematika modern, guru mengajarkan siswanya dengan cara guru menempatkan
siswa sebagai pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong siswa untuk belajar, bagaimana
membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.
Adapun tujuan dari mengajarkan matematika modern agar siswa dapat belajar berpartisipasi aktif
dan kreatif, yaitu :
1. Agar siswa diberikan kesempatan berfikir bebas.
2. Agar siswa diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola, dan relasi-relasi yang
merupakan bagian-bagian yang penting dan pokok dalam matematika modern. Aturan-aturan,
pola-pola, dan relasi-relasi ini bukan saja yang ada dan berlaku pada alam buatan manusia akan
tetapi pada alam semesta.
3. Agar siswa memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan.

Dalam pengajaran matematika modern berhasil tidaknya pengajaran ditentukan dengan beberapa faktor
yaitu, :

a. Menyeleksi murid-murid, karena kemampuan siswa berbeda-beda meskipun umurnya sama.


b. Kurikulum yang baik.
c. Cara mengajar, karena guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa selain
menguasai metode mengajar guru juga harus memiliki penguasaan yang luas dalam bidangnya.
d. Bimbingan dan penyuluhan yang lebih baik.
e. Evaluasi hasil belajar yang lebih baik.
 Karakteristik Matematika Modern

Menurut (Max A Sobel dan Evan M. maletsky, 2003 : 255) meskipun diberi nama “Matematika Modern”
tetapi isi dan materi pelajaran ini akan lebih baik jika digambarkan dengan tiga kategori sebagai berikut :

1. Menurunkan matematika. Misalnya Trigonometri dan Geometri Ruang pada program tradisional
selalu diajarkan pada tingkat dua belas. Dalam pelajaran program yang baru trigonometri
dimasukkan pada pelajaran aljabar, dan geometri ruang diajarkan bersama-sama dengan geometri
bidang. Banyak topik tentang aljabar elementer diturunkan di kelas VII dan VIII.
2. Cara pandang baru. Topik-topik tradisional diperlukan dengan cara pandang yang berbeda untuk
memberi tekanan pada arti dan pemahaman. Sebagai contoh memahami mengapa seseorang harus
“menginversi dan mengalikan” ketika membagi dengan pecahan. Konsep tentang himpunan dipakai
untuk menyatukan tema-tema dalam aljabar dan geometri. Prinsip-prinsip dasar seperti sifat-sifat
komutatif, assosiatif, dan distributif diberi tekanan.
3. Matematika modern. Topik-topik tertentu seperti basis hitungan, aritmetika modula, dan geometri
non metrik, yang sebelumnya tidak dimuat dalam program tradisional, dimasukkan ke dalam
kurikulum yang baru.

Selain karakteristik matematika modern diatas adapula karakteristik matematika modern yang ditulis pada
buku Strategi Belajar Mengajar Matematika (Eman Suheman dan Udin S. winaputra, 1992/1993 : 201)
yang menuliskan bahwa matematika modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Menekankan pada pengertian dan penemuan

Lebih jauh dikatakan oleh Usiskin, bahwa matematika modern mengandung penemuan, logika yang akurat,
membedakan bilangan dari lambang bilangan atau angka.

2. Matematika Modern memuat materi baru.

Terdapat beberapa topik baru yang sebelumnya tidak terdapat didalam kurikulum matematika tradisional.
Diantara topik-topik tersebut adalah bilangan dasar nol desimal, aritmetika jam atau modular, teori
himpunan, struktur aljabar atau aljabar abstrak, logika matematika, aljabar boole, statistika, probabilitas
(teori kemungkinan), dan topologi. Materi-materi baru ini ada yang diberikan sebagai ilmu, namun ada
juga merupakan pengikat atau pemersatu topik-topik matematika. Misalnya himpunan merupakan landasan
topik-topik matematika lain seperti aljabar, geometri, sehingga himpunan merupakan materi yang
digunakan dalam seluruh cabang pelajaran matematika.

3. Pendekatan materi dalam matematika modern adalah matematika deduktif.

Dalam kurikulum matematika Amerika Serikat, seperti juga halnya kurikulum sekitar tahun 1975, geometri
yang diajarkan merupakan geometri deduktif, sedangkan aritmetika dan aljabar tidak diberikan secara
deduktif. Berbeda dengan matematika tradisional, dalam matematika modern pendekatan deduktif ini tidak
saja dalam geometri, namun juga dalam aritmetika dan aljabar. Geometri yang sudah ada (dalam
matematika modern), dimodifikasi, sehingga menjadi geometri modern meskipun pendekatan dari ketiga
cabang matematika ini diberikan secara deduktif, namun pelajaran matematika yang diberikan kepada anak
usia dini masih tetap menggunakan pendekatan induktif.

Dalam matematika, pendekatan deduktif merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya
umum menuju materi yang sifatnya khusus. Pendekatan induktif merupakan pendekatan dari hal-hal yang
bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum.

4. Dalam matematika modern ketepatan bahasa sangat diperhatikan.

Dalam matematika modern, istilah “sama” dibedakan dari “kongruen” contohnya: “sebuah segitiga
mempunyai tiga sisi yang kongruen.” Istilah lainnya yang perlu ditertibkan misalnya “luas daerah”. Dalam
matematika lama (berhitung) luas daerah sering dikatakan “luas segitiga”. Yang lebih tepat adalah luas
daerah segitiga. Istilah bilangan dan lambang bilangan juga mendapat pengetatan. Dalam hal lainnya
terdapat dua kekhususan. Misalnya untuk menyatakan himpunan digunakan kurung kurawal. Tidak umum
bila digunakan kurung kecil atau kurung biasa atau kurung siku, seperti pemisahan antara anggotanya juga
digunakan koma, bukan titik koma atau titik.

5. Matematika modern sangat menekankan pada struktur

Ini terlihat dengan adanya pendalaman struktur aljabar yang memuat sifat-sifat komutatif, assosiatif, unsur
satuan, unsur invers, unsur komplemen, dan operasi invers. Materi-materi ini termuat dalam penjelasan
topik-topik seperti ring, integral, domain, group, dan field (lapangan).

 Kelebihan Matematika Modern disbandingkan dengan Matematika Tradisional pada


zamannya.

Matematika modern memiliki beberapa keunggulan daripada matematika tradisional dalam proses belajar
mengajar dikelas, perbedaan matematika modern dengan matematika tradisional, yaitu :

1. Matematika modern lebih mengutamakan pengertian kepada keterampilan berhitung dan hapalan.
2. Dasar dari matematika modern adalah teori himpunan.
3. Matematika modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih tepat.
4. Matematika modern menggunakan kosep baru.
5. Matematika modern menekankan kepada mempelajari struktur matematika secara keseluruhan, dan
6. Metode mengajar yang digunakan adalah metode modern.
 Kelemahan Matematika Modern

Matematika modern banyak dihitung oleh beberapa ahli matematika. Diantara penentang itu misalnya
adalah Prof. Moris Kline, yang dengan tegas mengatakan bahwa matematika modern pada dasarnya
memiliki banyak kelemahan-kelemahan, misalnya :

1. Matematika modern (New Math) terlampau deduktif, maksudnya adalah bahwa dalam struktur atau
sistematika, matematika modern terlalu banyak yang diawali dengan aksioma atau postulat atau
aturan yang bersifat yang kemudian diambil contoh-contoh dan soal-soalnya.
2. Matematika modern kurang bersifat kongkret. Siswa sulit memahaminya karena siswa pada
umumnya memerlukan konsep yang dapat ditarik pada dua kongkret.
3. Matematika modern dianggap kurang ada hubungan dengan bidang studi yang lain.bagaimana
penerapan matematika pada ilmu-ilmu lain kurang mendapat perhatian. Akibatnya tidak mengetahui
bagaiamana kedudukan antara matematika dengan bidang studi lain.
4. Kline juga menyebutkan bahwa matematika modern terlalu banyak mengandung topik-topik yang
kurang berfaedah, misalnya topik-topik yang kurang berfaedah, misalnya topik sistem bilangan
kurang ada gunanya.
5. Masalah lain seperti juga dialami oleh masyarakat di negara kita adalah adanya keluhan yang
muncul dari pihak keluarga. Mereka hamper sepakat berpendapat bahwa mereka tak mampu
memberi bantuan dalam hal belajar matematika pada anak-anaknya, karena apa yang sedang
dipelajari anaknya itu sama sekali tidak dikenal oleh mereka dan tak pernah mereka temui
disepanjang saat-saat belajar disepanjang sekolah.
6. Matematika modern nampaknya sangat membantu bagi anak yang tergolong pandai sedangkan
untuk anak-anak yang lemah semakin terseret dan amat lemah dalam kemampuan berhitung.
Keadaan ini mengakibatkan munculnya ketidakseimbangan antara penemuan, struktur, bahasa atau
notasi yang akurat disatu pihak dengan keterampilan dasar dipihak lain.
7. Pengajaran matematika modern dinilai kurang memperhatikan kemampuan dasar, khususnya dalam
operasi hitung pada aritmetika, sebagai akibat terlalu berorientasi pada struktur, dan analisis.
Misalnya seorang anak mengerti bahwa 9×8 = 8×9 (sifat komutatif pada perkalian) tetapi bila
ditanya berapa hasil kali dari 9×8 anak tersebut tidak tahu. Hal-hal seperti ini jangan sampai terjadi.
Beberapa masalah dari matematika modern adalah masalah topik-topik dan masalah metodologi, masalah-
masalah-masalah tersebut sebagai berikut :

1. Masalah topik-topik, dalam matematika modern untuk sekolah dasar hingga sekolah menengah
terdapat topik-topik baru yang ada pada matematika tradisional tidak ada (kurang mendapat)
penekanan padahal, topik-topik tersebut merupakan topik-topik baru di sekolah dasar dan sekolah
menengah, sehingga orang mengambil kesimpulan bahwa matematika yang diberikan tersebut
adalah matematika baru.
2. Masalah metodologi, dalam mengajar seorang guru membutuhkan metodologi modern karena selain
itu guru juga harus memperhatikan minat siswa, kemampuan siswa, dan metode siswa menemukan
sendiri.

Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran
matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat perasaan adanya
kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal, dan roket sangat sedikit, mendorong
munculnya pembaharuan pembelajaran matematika.

W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan
berpengertian. Teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menegaskan bahwa latihan
hafal adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.

Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia. Berbagai
kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya
kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat
dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat
menutupi kelemahan-kelemahan tersebut.

a. Kurikulum 1975
Kurikulum tahun 1975 merupakan perubahan dari kurikulum 1968. Dalam bidang matematika
sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan dalam pengajaran matematika di Indonesia. Menurut
Ruseffendi yang dikutip oleh Supriadi, adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum
1975 adalah sebagai berikut:
1. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri ruang, geometri
bidang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno, dan penulisan lambang bilangan
non desimal. Selain itu, diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan
himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral, dan pengajaran geometri dimulai
dengan lengkungan.
2. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan kepengajaran yang
bersifat rutin.
3. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang
bersifat rutin.
4. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
5. Terdapat penekanan pada struktur.
6. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar
siswa.
7. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
8. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada
siswa.
9. Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak
digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
10. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui
permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.

Dari karakteristik pengajaran matematika di atas, tampak ada kemajuan diantaranya dari sistem
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa serta adanya pengenalan dengan materi
matematika yang selama ini tidak dimasukkan ke dalam kurikulum sebelumnya.

b. Kurikulum 1984
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika.
Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman Barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan
komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam
negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum
tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain : adanya sarat materi,
perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan
antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak
lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut. dalam
kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah
menengah atas diberi materi baru seperti komputer.
 Hakikat CBSA
CBSA merupakan karakter dari kurikulum tahun 1984. Nurdin dan Usman mengemukakan bahwa
hakikat CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional peserta didik dalam proses belajar
mengajar yang memungkinkan terjadinya :
1. Proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan.
2. Proses perbuatan dan pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam pembentukan
keterampilan.
3. Proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan nilai dan sikap.
 Prinsip-prinsip CBSA
Nurdin dan Usman mengemukakan tentang prinsip-prinsip CBSA yaitu sebagai berikut :
1. Yang terlihat atau tampak pada peserta didik
a. Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat pada anak
dalam suatu proses belajar mengajar.
b. Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna berpartisipasi dalam persipan
proses dan tindak lanjut suatu kegiatan belajar mengajar.
c. Berbagai usaha serta kreatifitas pada diri peserta didik dalam menyelesaikan kegiatan
belajarnya hingga mencapai tingkat keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar.
d. Dorongan ingin tahu yang besar dari peserta didik untuk mengetahui dan mengerjakan
sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
2. Yang terlihat pada dimensi guru
a. Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan peserta
didik/siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.
b. Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai innovator dan motivator yang
senantiasa mau menemukan hal-hal yang baru dalam proses belajar mengajar.
c. Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam keseluruhan
proses belajar mengajar.
d. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama serta tingkat
kemampuan masing-masing dalam proses belajar mengajar.
e. Kemampuan untuk menggunakan semacam strategi belajar mengajar serta pendekatan
multi-media dalam proses belajar mengajar.
3. Yang terlihat pada dimensi program
a. Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang dapat memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
b. Program yang memungkinkan terjadnya pengembangan konsep maupun aktivitas peserta
didik dalam proses belajar mengajar.
c. Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode, dimana semua peserta didik
memahaminya dalam proses belajar mengajar.

c. Kurikulum 1994 (GBHN 1994)


Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. Walaupun hal itu bukan hal
yang baru sebab tahun-tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti olimpiade matematika
sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade
matematika internasional. Saat ituYugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang
berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah
kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan. Dengan
dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa
berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam
berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi
namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik di setiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.
 SD : aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri
 SMP : aritmatika, aljabar, peluang, geometri, dan statistika
 SMA : pengenalan teori grafik
d. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru yang disebut
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Beberapa ciri penting dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
dikemukakan oleh Supriadi adalah :
1. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu, maka kurikulum 2004
diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
3. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah; kemampuan
berpikir logis, kritis, serta penalaran dan komunikasi.
4. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometrid an pengukuran, pengolahan data,
pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometrid an pengukuran, peluang dan
statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
6. Cakupan materi untuk SMU meliputi : aljabar, geometrid an pengukuran, trigonometri, peluang
dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah serta penalaran dan
komunikasi.
 Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Mulyasa yaitu :
1. Menekankan pada ketercapainya kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3. Menggunakan pndekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan dan pencapaian suatu
kompetensi.

 Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Komputer yang dikemukakan Mulyasa yaitu:


1. Keimnanan, nilai, dan budi pekerti luhur.
2. Penguatan integritas nasional.
3. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
4. Kesamaan memperoleh kesempatan.
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi.
6. Pengembangan keterampilan untu hidup.
7. Belajar sepanjang hayat.
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

e. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Supriadi mengemukakan cirri-ciri Kurikulum pendidikan matematika 2006 adalah:
1. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
2. Berpusat pada anak sebagai pengembangan pengetahuan.
3. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan mengkomunikasikan matematika.
4. Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometrid an pengukuran, pengolahan data,
pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometrid an pengukuran, peluang dan
statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
6. Cakupan materi untuk SMU meliputi : aljabar, geometrid an pengukuran, trigonometri, peluang
dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah serta penalaran dan
komunikasi.
7. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi pokok dan indikator hasil pencapaian
belajar.
8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan merupakan pokok
bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses belajar dengan mengintegrasikan
topik-topik tertentu yang sesuai.
 Hakikat KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Mulyasa mengemukakan bahwa KTSP
dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah,
serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
 Karakteristik KTSP
Adapun karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikemukakan
Mulyasa yaitu :
1. Pemberian otonomi luas kepala sekolah dan satuan pendidikan.
2. Partisipasi masyarakat dam orang tua yang tinggi.
3. Kepemimpinan yang demokratis dan professional.
4. Tim kerja yang kompak dan transparan.
 Tujuan KTSP
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP menurut Mulyasa adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan
kurukulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
 Landasan Hukum KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
c. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
d. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
e. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Standar Pelaksanaan Permendiknas
Nomor 22 dan 23.
 Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
1. Terpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
 Komponen KTSP
Adapun komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diuraikan
Sanjaya, yaitu :
1. Tujuan Pendidikan
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.
b. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.
c. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan
jurusannya.

Anda mungkin juga menyukai