Anda di halaman 1dari 15

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP KD 3.1 – 4.1 Tembang Macapat “DHANDANGGULA”.)


==============================================================
A. Mata Identitas Program Pendidikan :
Nama Sekolah : SMK MUHAMMADIYAH 1 CEPU
Pelajaran : BAHASA JAWA
Kompetensi Keahlian : Semua Program
Kelas/Semester : XII / GENAP
Tahun Pelajaran : 2020 / 2021
Alokasi Waktu : 2 X 3 JP (@45 menit)
B. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Inti (KI)
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Inti-1 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(Spiritual)
Kompetensi Inti-2 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
(Sosial) jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam, serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kompetensi Inti-3 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
(Pengetahuan) konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Inti-3 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
(Ketrampilan) abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung

Kompetensi Dasar
1. KD pada KI Spiritual
1.1. Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa
Jawa dalam bentuk teks Serat Tripama.
2. KD pada KI Sosial
2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui
teks Serat Tripama.
3. KD pada KI pengetahuan
3.1 Menelaah teks serat Tripama pupuh Dhandhanggula.
KD pada KI keterampilan
4.1 Menanggapi isi Serat Tripama pupuh dhandhanggula dan menulis, serta menyajikan syair
tembang Dhandhanggula karangan sendiri.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan
 Mengungkapkan makna dalam Serat Wedhatama pupuh Dhandhanggula.
 Menanggapi makna yang terkandung dalam Serat Wedhatama pupuh Dhandhanggula
2. Indikator KD pada KI keterampilan
 Menyebutkan isi Serat Tripama pupuh dhandhanggula
 Membuat, dan menulis, serta menyajikan syair tembang Dhandhanggula karangan
sendiri
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok diharapkan siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan beranggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab
pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat :
1. Menjelaskan guru gatra, guru lagu,dan guru wilangan
2. Menjelaskan unsur pembangun teks
3. Menjelaskan nilai-nilai dalam wedhatama dan relevansi pitutur luhur dengan kondisi
masyarakat saat ini
4. Menjelaskan Teknik penulisan Serat Wedhatama pupuh Pocung
5. Menjelaskan Teknik penyuntingan Serat Wedhatama pupuh Pocung.
6. Menjelaskan Teknik penyajian Serat Wedhatama pupuh Pocung secara lisan atau tulisan
E. Materi Pembelajaran.
(Rincian pokok materi pembelajaran) :
Wedhatama Pupuh Pocung
 guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan
 unsur pembangun teks
 nilai-nilai dalam wedhatama
 relevansi pitutur luhur dengan kondisi masyarakat saat ini
 tanggapan isi teks
 teknik penulisan tembang Pocung
 teknik penyuntingan tembang Pocung
 teknik penyajian tembang Pocung secara lisan atau tulisa
F. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran, Strategi.
Pendekatan : Scientific
Model : Inquiry ( belajar sendiri )/ Discovery Learning ( mencari materi d internet )
Teknik : Group Investigation ( diskusi kelompok )
Metode : Tanya jawab, pengamatan, penugasan, diskusi
Strategi Pembelajaran
Mandiri tidak
Tatap muka Mandiri terstruktur
terstruktur
 Mengamati  Tugas  Tes lisan
- Mencermati bacaan Wedhatama pupuh - Mengumpulkan data teks - Memaparkan hasil
Pocung. Wedhatama pupuh Pocung. pengamatan
- Menulis dan menyajikan Wedhatama pupuh  Observasi tentang teks crita
Pocung. - Mengamati pelaksanaan ce Wedhatama
 Menanya (memberi stimulus agar peserta diskusi dengan menggunakan pupuh Pocung.
didik bertanya) lembar observasi yang memuat
- Unsur-unsur pembangun Wedhatama pupuh isi diskusi dan sikap saat
Pocung? diskusi.
- membuat pertanyaan yang berhubungan - Mengamati teks Wedhatama
dengan isi teks Wedhatama pupuh Pocung? pupuh Pocung.
 Mengumpulkan data/eksplorasi  Portofolio
- Peserta didik mendiskusikan Unsur-unsur - Membuat paparan dan
pembangun Wedhatama pupuh Pocung. menganalisis teks Wedhatama
 Mengasosiasi pupuh Pocung
- Membuat kesimpulan Unsur-unsur  Tes tulis
pembangun Wedhatama pupuh Pocung. - Tes kemampuan kognitif
 Mengkomunikasikan dengan menjawab soal-soal
- Mempresentasikan /menyam-paikan hasil pilihan ganda dan uraian teks
diskusi Unsur-unsur pembangun Wedhatama pupuh Pocung.
Wedhatama pupuh Pocung.

G. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
ALOKASI
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Pendahuluan  Mengucapkan salam, berdoa dan absensi siswa 5 menit
 Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
 Guru menegaskan bahwa materi yang dipelajari tidak sulit, siswa
pasti bisa memahami dan menerapkan asalkan mau belajar dan
berusaha
 Apersepsi sekilas tentang Serat Wedhatama pupuh Pocung
Kegiatan Mengamati 70 menit
Inti membaca contoh teks Serat Wedhatama pupuh Pocung
mencermati uraian yang berkaitan dengan guru gatra, guru lagu,
dan guru wilangan Serat Wedhatama pupuh Pocung
Menanya
mempertanyakan unsur-unsur pembangun Serat Wedhatama pupuh
Pocung
membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks Serat
Wedha-tama pupuh Pocun
Mengumpulkan informasi
menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam Serat Wedhatama
pupuh Pocun
menulis syair tembang Pocun dengan bahasa sendiri
Mengasosiasi
menyunting kesalahan syair tembang Pocun tulisan teman
menganalisis unsur-unsur pembangun
Mengkomunikasikan
menyajikan secara lisan atau tulisan tembang Pocun yang ditulis
memberi tanggapan isi dengan bahasa sendiri Serat Wedhatama
pupuh Pocun
Penutup  Guru dan peserta didik membuat rangkuman / kesimpulan 15 menit
 Guru memberikan penguatan
 Guru dan peserta didik melakukan refleksi untuk melihat
kekurangan pelajaran hari ini
 Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberikan tugas untuk minggu depan dan memberitahukan
materi selanjutnya
 Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam
Pertemuan 2
ALOKASI
KEGIATAN DISKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Pendahuluan  Mengucapkan salam, berdoa dan absensi siswa 5 menit
 Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
 Guru menegaskan bahwa materi yang dipelajari tidak sulit, siswa
pasti bisa memahami dan menerapkan asalkan mau belajar dan
berusaha
 Apersepsi sekilas tentang Serat Wedhatama pupuh Pocung
Kegiatan Mengamati 70 menit
Inti membaca contoh teks Serat Wedhatama pupuh Pocung
mencermati uraian yang berkaitan dengan guru gatra, guru lagu,
dan guru wilangan Serat Wedhatama pupuh Pocung
Menanya
mempertanyakan unsur-unsur pembangun Serat Wedhatama pupuh
Pocung
membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks Serat
Wedha-tama pupuh Pangkur
Mengumpulkan informasi
menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam Serat Wedhatama
pupuh Pocung
menulis syair tembang Pocung dengan bahasa sendiri
Mengasosiasi
menyunting kesalahan syair tembang Pocung tulisan teman
menganalisis unsur-unsur pembangun
Mengkomunikasikan
menyajikan secara lisan atau tulisan tembang Pocung yang ditulis
memberi tanggapan isi dengan bahasa sendiri Serat Wedhatama
pupuh Pocung
Penutup  Guru dan peserta didik membuat rangkuman / kesimpulan 15 menit
 Guru memberikan penguatan
 Guru dan peserta didik melakukan refleksi untuk melihat
kekurangan pelajaran hari ini
 Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberikan tugas untuk minggu depan dan memberitahukan
materi selanjutnya
 Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam

H. Alat/Bahan, dan Media Pembelajaran :


Alat : LCD Projector, Spidol, dan PapanTulis, penghapus
Bahan : Kertas, alat tulis dll
Media Pembelajaran : Modul, buku bahan ajar, dll

I. Sumber pembelajaran :
 Trampil Basa, Rulita Damameita Putri, Slamet Mulyono, Mediatama, Surakarta, 2015
 Internet.

J. PENILAIAN
1. Teknik penilaian : Pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur penilaian :
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1 Sikap Pengamatan Selama pembelajaran dan
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran saat diskusi
Tembang Pangkur
b. Bekerjasama dalam kegiatan
kelompok
c. Toleran terhadap proses pemecahan
masalah
2 Pengetahuan Tes tertulis Penyelesaian tugas individu
Tembang Pangkur dan kelompok
3 Keterampilan Pengamatan Penyelesaian tugas (baik
Trampil menerapkan konsep atau prinsip individu maupun kelompok)
dan strategi pemecahan masalah yang dan saat diskusi
relevan yang berkaitan dengan Tembang
Pangkur
Pengembangan Sikap
Aspek                : Afektif
Indikator             :
1.1.  Mengungkapkan makna yang terkandung dalam tembang macapat.
1.2. Menanggapi makna yang terkandung dalam tembang macapat.
1.3. Menyebutkan watak tembang macapat Pocung.
2.1.Memparafrasekan geguritan/macapat dalam berbagai ragam  bahasa Jawa.
Kriteria
No Indikator
Ok Kr Ar Ot
1 Siswa melu piwulangan Tembang Macapat
2 Siswa aktif sajroning pelajaran
3 Siswa aktif nggarap tugas individu
4 Siswa aktif nggarap tugas kelompok
5 Siswa aktif diskusi kelompok
6 Siswa aktif diskusi kelas
7 Siswa aktif nyusun hasil diskusi
8 Siswa aktif nyimpulake diskusi kelas
Katerangan :                                                                                         Skor
Ok                : Ora kendhat                                                                     4
Kr                 : Kerep                                                                               3
Ar                 : Arang                                                                               2
Ot                 : Ora tau                                                                             1
3. Instrumen Hasil Belajar : Tes Tertulis
Soal :
1. Apa kang diarani tembang macapat Pocung?
2. Apa kang diarani guru gatra, guru lagu, lan guru wilangan?
3. Tembang pangkur ana pira guru gatra?
4. Tembang pangkur ana pira guru lagu?
5. Tembang pangkur ana pira guru wilangan?
Kunci Jawaban :
1. Tembang macapat ditegesi maca papat-papat tegese macane papat-papat, saben pamunggele
tembung kedadeyan saka patang wanda
2. Guru gatra yaiku Gunggunge  larik utawa gatra.
3. Guru wilangan yaiku gunggunge saben gatra kaperang  wanda.
4. Guru lagu wanda kang tetep lan dipungkasi dening vocal kang padha.
5. Nomor 3, 4, lan 5 :
Metrum Gatra I II III IV V VI VII VIII IX X
Pocung 4 12u 6a 8i 12a

Mengetahui, Cepu, ……………….. 2021


Kepala SMK Muhammadiyah 1 Cepu Guru Mata Pelajaran

Drs. Ngaliadi, M.Pd Desty Feriyanti, S.Pd.


Tembang Macapat
Tegese Tembung Macapat
Macapat ditegesi maca papat-papat tegese macane papat-papat, saben pamunggele tembung
kedadeyan saka patang wanda. Ananging iki dudu siji-sijine teges. . salah sawijining pakar Sastra
Jawa, Arps negesi macapat kanthi teges-teges kang maneka warna kaya kang kapacak ana bukune
kang asesirah Tembang in two traditions.
Kajaba saka kuwi, -pat ngrujuk marang  panandha  diakritis (sandhangan) ana sajroning aksara
Jawa kang jumbuh lan mathuk ana sajroning tetembangan  macapat.
Miturut  Serat Mardawalagu, sing dianggit dening Ranggawarsita, macapat kuwi saka singkatan
frasa maca-pat-lagu sing tegese nembangake lagu kang angka papat “melagukan nada keempat”.
Kajaba  maca-pat-lagu, isih ana maneh maca-sa-lagu, maca-ro-lagu lan maca-tri-lagu. Maca-sa
kalebu maca lagu utawa tembang kang paling tuwa, miturut ujaring kandha diripta dening para
Dewa lan diturunkan marang pandita Walmiki lan digandhakake dening sang pujangga istana
Yogiswara saka Kediri.Maca-sa saiki diarani tembang gedhé. Maca-ro kalebu  tembang gedhé kang
gunggunge pada saben  pupuh bisa kurang saka papat, lan gunggunge wanda saben gatra ora kudu
padha. Maca-tri utawa kategori angka telu yakuwi  tembang tengahan kang miturut ujaring kandha
diripta dening Resi Wiratmaka, pandita istana Janggala lan kasampurnakake dening Pangeran Panji
Inukartapati lan sadulure. Pungkasane, macapat utawa tembang cilik diciptakake dening Sunan
Bonang lan diturunake marang para wali.
POCUNG
1. Jrotyas wuyung nulat sekar gandanya rum
Angrerujit nala
Lina lutan bangkit lalis
Tulus lalu lila lamun pinetika
2. Iya mathuk bakal ya tansah kepethuk
Tinemune nyata
Yekti marga isi-isi
Wite dhuwur angel tumi-tumiyungna
3. Yen satuhu arum njawi lebetipun
Tan nganggo pulasan
Mongka sudarsana yekti
Aweh mulya ngambar gandane kusuma
4. Bapak pocung cangkemmu marep mandhuwur
Saba mu ing sendhang
Pencokanmu lambung kering
Prapteng wisma si pocung mutah guwaya
5. Angkara gung neng angga agung gumulung
Gegolonganira
Tri loka kere kongsi
Yen den umbar ambabar dadi rubeda
6. Pangajabku duwe gegayuhan luhur
Mandhegani bangsa
Mbrastha kemiskinan yekti
Swasembada murah sandang pangan papan
7. Yen wus iku nagri kita bakal maju
datan ketinggalan
lan bangsa mancanegari
ja kesuwen dadi negara berkembang
8. Bapak pocung dudu watu dudu gunung
sabamu ing alas
ngon ingone sang bupati
prapteng marga si pocung lembehan grana
9. Bapak pocung amung sirah lawan gembung
Padha dikunjara
Mati sajroning ngaurip
Si pocung dadi dahana
10. Bapak pocung dudu tampar dudu dadhung
Dawa kaya ula
Penclokanmu kayu garing
Prapteng griya si pocung ngetokne cahya
Tabel macapat
Supaya luwih gampang mbedakake antaraning guru gatra, guru wilangan lan guru lagu saka
tembang-tembang kuwi, saben metrum ditata ana sajroning table ing ngisor iki.:
Metrum Gatra I II III IV V VI VII VIII IX X
Tembang cilik / Sekar alit
Dhandhanggula 10 10i 10a 8é 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a
Maskumambang 4 12i 6a 8i 8a
Sinom 9 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12a
Kinanthi 6 8u 8i 8a 8i 8a 8i
Asmarandana 7 8a 8i 8é 8a 7a 8u 8a
Durma 7 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7i
Pangkur 7 8a 11i 8u 7a 12u 8a 8i
Mijil 6 10i 6o 10é 10i 6i 6u
Pocung 4 12u 6a 8i 12a
Tembang tengahan / Sekar madya
Jurudhemung 7 8a 8u 8u 8a 8u 8a 8u
Wirangrong 6 8i 8o 10u 6i 7a 8a
Balabak 6 12a 3é 12a 3é 12u 3é
Gambuh 5 7u 10u 12i 8u 8o
Megatruh 5 12u 8i 8u 8i 8o
Tembang gedhé / Sekar ageng
Girisa 8 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a

Jenis Tembang Macapat beserta penjelasannya serta dilengkapi dengan Guru Gatra, Guru
Lagu, dan Guru Bilangan

1.    Tembang Pocung (Pucung)


mataharisun.wordpress.com
Kata pocung (pucung)
berasal dari kata ‘pocong’
yang meng-gambarkan
ketika seseorang sudah
meninggal yang dikafani
atau dipocong sebelum
dikuburkan. Filosofi dari
tembang pocung
menunjukkan tentang sebuah
ritual saat melepaskan
kepergian seseorang.
Dari segi pandang lain ada
yang menafsirkan pucung
merupakan biji kepayang
(pengium edule). Di dalam 
Serat Purwaukara, pucung
memiliki arti kudhuping
gegodhongan (kuncup dedaunan) yang biasanya tampak segar.
Ucapan cung dalam kata pucung cenderung mengarah pada hal-hal yang lucu sifatnya, yang dapat
menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Biasanya tembang pucung digunakan untuk
menceritakan lelucon dan berbagai nasehat. Pucung menceritakan tentang kebebasan dan tindakan
sesuka hati, sehingga pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.
Contoh Tembang Pocung (12u – 6a – 8i – 12a)
Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengekesing dur angkara
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang pucung.
1. Guru gatra = 4
Artinya tembang Pocung ini memiliki 4 larik kalimat.
2. Guru wilangan = 12, 6, 8, 12
Maksudnya setiap kalimat harus mempunyai suku kata seperti di atas. Kalimat pertama berjumlah
12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat
keempat berjumlah 12 suku kata.
3. Guru lagu = u, a, i, a
Maksudnya adalah akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal : u,a,i,a.

Berikut ini adalah contoh tembang pucung.


Ngelmu iku kelakone kanthi laku -> u
Lekase lawan kas -> a
Tegese kas nyantosani -> i
Setya budya pengekesing dur angkara -> a
Baca juga kumpulan Tembang Macapat Pocung

2.   Tembang Maskumambang


jogjanews.com
Tembang Maskumambang menceritakan sebuah filosofi hidup manusia dari mulainya manusia
diciptakan. Sosok manusia yang masih berupa embrio di dalam kandungan, yang masih belum
diketahui jati dirinya, serta
belum diketahui apakah dia
laki-laki atau perempuan.
Dari segi pandangan lain
Maskumambang berasal dari
kata ‘mas’ dan ‘kumambang’.
Asal kata ‘mas’ berasal dari
kata Premas yang berarti
Punggawa dalam upacara
Shaministis.
Kata ‘kumambang’ berasal dari
kata kambang dengan sisipan -
um. Kambang sendiri asalnya
dari kata ambang yang berarti
terapung. Kambang juga berarti
Kamwang yang berarti
kembang.
Ambang berkaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang. Dengan demikian
Maskumambang dapat diartikan punggawa yang melakukan upacara Shamanistis, mengucap mantra
atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga.
Di dalam Serat Purwaukara, Maskumambang berarti Ulam Toya yang berati ikan air tawar,
sehingga terkadang diisyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.
Watak Maskumambang yaitu meiliki gambaran perasaan sedih atau kedukaan, dan juga suasana
hati yang sedang dalam keadaan nelangsa.
Contoh Tembang Maskumambang ( 12i – 6a – 8i – 8o )
Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang

Tembang Maskumambang di atas menceritakan tentang hidup seseorang yang tidak mematuhi
nasehat orang tua, maka dia akan hidup sengsara dan menderita di dunia dan akhirat.
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang
maskumambang.
1. Guru gatra = 4
Artinya tembang maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 12, 6, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata.
3. Guru lagu = i, a, i, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, i, o.
Baca juga Berbagai Peribahasa Jawa Lengkap dengan Artinya
3.    Tembang Megatruh
warungkopi.okezone.com
Kata Megatruh berasal dari kata ‘megat’ dan ‘roh’, artinya putusnya roh atau telah terlepasnya roh
dari tubuh. Filosofi yang terkandung di Megatruh adalah tentang perjalanan kehidupan manusia
yang telah selesai di dunia.
Dari segi pandang lain Megatruh berasal dari awalan -am, pegat dan ruh. Dalam serat Purwaukara,
Megatruh memiliki arti mbucal kan sarwa ala (membuang apa-apa yang sifatnya jelek).
Kata pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau
pemegat berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli atau guru agama. Dapat
disimpulkan Megatruh mempunyai arti petugas yang ahli dalam kerohanian yang selalu
menghindari perbuatan jahat.
Watak tembang Megatruh
yaitu tentang kesedihan dan
kedukaan. Biasanya
menceritakan mengenai
kehilangan harapan dan rasa
putus asa.
Contoh Tembang Megatruh
(12u – 8i – 8u – 8i – 8o)
Kabeh iku mung manungsa
kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong
 
Berikut penjelasan mengenai
aturan guru gatra, guru lagu
dan guru wilangan dari
tembang Megatruh .
1. Guru gatra = 5
Tembang Megatruh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 12, 8, 8, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ketiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlah 8 suku
kata.
3. Guru lagu = u, i, u, i, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, u, i, o.
4.    Tembang Gambuh
izent.ru
Kata Gambuh memiliki arti menyambungkan. Filosofi tembang Gambuh ini menceritakan
mengenai perjalanan hidup dari seseorang yang telah bertemu  dengan pasangan hidupnya yang
cocok. Keduanya dipertemukan untuk
menjalin ikatan yang lebih sakral yaitu
dengan pernikahan. Sehingga
keduanya akan memiliki kehidupan
yang langgeng.
Dari segi pandang lain Gambuh berarti
roggeng tahu, terbiasa, dan nama
tumbuhan. Berkaitan dengan hal ini,
tembang Gambuh memiliki watak atau
biasa digunakan dalam suasana yang
sudah pasti atau tidak ragu-ragu,
maknanya kesiapan pergerakan maju
menuju medan yang sebenarnya.
Watak Gambuh juga menggambarkan
tentang keramahtamahan dan tentang
persahabatan. Tembang Gambuh biasanya juga digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita
kehidupan.
Contoh Tembang Gambuh (7u – 10u – 12i – 8u – 8o)
Lan sembah sungkem ipun
Mring Hyang Sukma elinga sireku
Apan titah sadaya amung sadermi
Tan welangsira andhaku
Kabeh kagungan Hyang Manon

Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang
Gambuh .
1. Guru gatra = 5
Tembang Gambuh memiliki 5 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 7, 10, 12, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku
kata.
3. Guru lagu = u, u, i, u, o
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, u, i, u, o.
Baca juga kumpulan Tembang Macapat Gambuh

5.    Tembang Mijil


kebudayaan.kemdikbud.go.id
Tembang Mijil memiliki filosofi
yang melambangkan bentuk sebuah
biji atau benih yang lahir di dunia.
Mijil menjadi lambang dari awal
mula dari perjalanan seorang anak
manusia di dunia fana ini, dia
begitu suci dan lemah  sehingga
masih membutuhkan perlindungan.

Baca juga Kumpulan Cerkak


Bahasa Jawa Berbagai Tema

6.    Tembang Kinanthi


bartonprimaryschool.co.uk
Kinanthi berasal dari kata ‘kanthi’
yang berarti menggandeng atau
menuntun. Tembang Kinanthi
memiliki filosofi hidup yang
mengisahkan kehidupan seorang
anak yang masih membutuhkan
tuntunan agar bisa berjalan dengan
baik di dunia ini.
Seorang anak tidak hanya
membutuhkan tuntutan untuk belajar
berjalan, tetapi tuntunan secara
penuh. Tuntunan itu meliputi
tuntunan dalam berbagai norma dan
adat yang berlaku agar dapat dipatuhi
dan dijalankan pada kehidupan dengan baik.
Watak tembang Kinathi yaitu menggambarkan perasaan senang, teladan yang baik, nasehat serta
kasih sayang. Tembang Kinanthi digunakan untuk menyampaikan suatu cerita atau kisah yang
berisi nasehat yang baik serta tentang kasih sayang.
Contoh Tembang Kinanthi (8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i)
Kukusing dupa kumelun
Ngeningken tyas kang apekik
Kawengku sagung jajahan
Nanging saget angikipi
Sang resi kaneka putra
Kang anjog saking wiyati
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Kinanthi
.
1. Guru gatra = 6
Tembang Kinanthi memiliki 6 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 8, 8,
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku
kata. Kalimat ke enam 8 suku kata.
3. Guru lagu = u, i, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal u, i, a, i, a, i

7.    Tembang Asmarandana


baralekdi.blogspot.com
Tembang Asmarandana berasal dari kata ‘asmara’ yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang
Asmarandana adalah
mengenai perjalanan hidup
manusia yang sudah
waktunya untuk memadu
cinta kasih dengan
pasangan hidup.
Dari segi pandang lain
Asmaradana berasal dari
kata asmara dan dhana.
Asmara merupakan nama
dewa percintaan. Dhana
berasal dari kata dahana
yang berarti api.
Asmaradana berkaitan
dengan kajidian hangusnya
dewa Asmara yang disebabkan oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti yang dituliskan dalam
Kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara Smaradhana diberi arti remen
ing paweweh, berarti suka memberi.
Watak Asmarandana yaitu menggambarkan cinta kasih, asmara dan juga rasa pilu atau rasa sedih.
Contoh Tembang Asmarandana (8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a)
Lumrah tumrap wong ngaurip
Dumunung sadhengah papan
Tan ngrasa cukup butuhe
Ngenteni rejeki tiba
Lamun tanpa makarya
Sengara bisa kepthuk
Kang mangkono bundhelana
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang
Asmarandana .
1. Guru gatra = 7
Tembang Asmarandana memiliki 7 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 7, 8, 8, 8
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku
kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata, Kalimat ke tujuh berjumlah 8 suku kata.
3. Guru lagu = i, a, e, a, a, u, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, a, a, u, a.

8.    Tembang Durma


andikaawan.blogspot.com.jpg
Durma memiliki arti pemberian. Tembang Durma mengandung filosofi tentang kehidupan yang
suatu saat dapat mengalami duka,
selisih dan juga kekurangan akan
sesuatu.
Tembang Durma mengajarkan
agar dalam hidup ini manusia
dapat saling memberi dan
melengkapi satu sama lain
sehingga kehidupan bisa
seimbang. Saling tolong menolong
kepada siapa saja dengan hati yang
ikhlas adalah nilai kehidupan yang
harus selalu dijaga.
Dari segi lain Durma berasal dari
kata Jawa klasik yang memiliki
arti harimau. Dengan begitu
Durma memiliki watak atau biasa
digunakan dalam suasana seram. Dapat dikatakan tembang Durma seperti lagu yang digunakan di
saat akan maju perang.
Dapat disimpulkan tembang Durma juga memilki watak yang tegas, keras dan penuh dengan
amarah yang bergejolak.
Contoh Tembang Durma (12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i)
Ayo kanca gugur gunung bebarengan
Aja ana kang mangkir
Amrih kasembadan
Tujuan pembangunan
Pager apik dalan resik
Latar gumelar
Wisma asri kaeksi
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Durma .
1. Guru gatra = 7
Tembang Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7
Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku
kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata.
3. Guru lagu = a, i, a, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, a, i, a, i.

9.    Tembang Pangkur


Pangkur berasal dari kata ‘mungkur’ yang memiliki arti pergi atau meninggalkan. Tembang
Pangkur memiliki filosofi yang menggambarkan kehidupan yang seharusnya dapat menjauhi
berbagai hawa nafsu dan angkara murka.
Di saat mendapati sesuatu yang buruk hendaknya pergi menjauhi dan meninggalkan yang buruk
tersebut. Tembang Pangkur
menceritakan tentang
seseorang yang sudah siap
untuk meninggalkan segala
sesuatu yang bersifat
keduniawian dan mencoba
mendekatkan diri kepada
Tuhan.
Dari segi pandang lain,
Pangkur berasal dari kata
punggawa dalam kalangan
kependetaan seperti
tercantum di dalam piagam-
piagam bahasa Jawa kuno.
Dalam Serat Purwaukara, Pangkur memiliki arti buntut atau ekor. Karena itu Pangkur terkadang
diberi sasmita atau isyarat tut pungkur yang berarti mengekor, tut wuri dan tut wuntat yang berarti
mengikuti.
Watak tembang Pangkur menggambarkan karakter yang gagah, kuat, perkasa dan hati yang besar.
Tembang Pangkur cocok digunakan untuk mengisahkan kisah kepahlawanan, perjuangan serta
peperangan.
Contoh Tembang Pangkur (8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i)
Muwah ing sabarang karya
Ingprakara gedhe kalawan cilik
Papat iku datan kantun
Kanggo sadina-dina
Lan ing wengi nagara miwah ing dhusun
Kabeh kang padha ambegan
Papat iku nora lali
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang
Pangkur .
1. Guru gatra = 7
Tembang Pangkur memiliki 7 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 8, 11, 8, 7, 8, 5, 7
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 11 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku
kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata.
3. Guru lagu = a, i, u, a, i, a, i
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, u, a, i, a, i.
Baca juga kumpulan Tembang Macapat Pangkur

10.    Tembang Sinom


oldlook.indonesia.travel
Kata Sinom memiliki arti pucuk yang
baru tumbuh dan bersemi. Filosofi
tembang Sinom menggambarkan
seorang manusia yang mulai beranjak
dewasa dan telah menjadi pemuda atau
remaja yang mulai tumbuh.
Di saat menjadi remaja, tugas mereka
adalah menuntut ilmu sebaik mungkin
dan setinggi-tingginya agar bisa menjadi
bekal kehidupan yang lebih baik kelak.
Dari segi pandang lain Sinom ada
hubungannya dengan kata sinoman,
yang memiliki arti perkumpulan para
pemuda untuk membantu orang yang
sedang punya hajat.
Ada juga yang berpendapat lain yang menyatakan bahwa sinom berkaitan dengan upacara bagi
anak-anak muda zaman dulu. Bahkan sinom juga dapat merujuk pada daun pepohonan yang masih
muda (kuncup), sehingga terkadang diberi isyarat dengan menggunakan lukisan daun muda. Di
dalam Serat Purwaukara, Sinom berarti seskaring rambut yang memiliki arti anak rambut.
Contoh Tembang Sinom (8a – 8i – 8a – 8i – 7i – 8u – 7a – 8i – 12a)
Punika serat kawula
Katura sira wong kuning
Sapisan salam pandonga
Kapindo takon pawarti
Jare sirarsa laki
Ingsun mung sewu jumurung
Amung ta wekasi wang
Gelang alit mungging driji
Lamun sida aja lali kalih kula
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang Sinom .
1. Guru gatra = 9
Tembang Sinom memiliki 9 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12
Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 7 suku
kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke
delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata.
3. Guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal a, i, a, i, i, u, a, i, a.
11.   Tembang Dhandhanggula
ytimg.com
Kata Dhandhanggula berasal dari kata
‘dandang’ dan ‘gula’ yang berarti sesuatu
yang manis. Filosofi tembang
Dhandhanggula menggambarkan tentang
kehidupan pasangan baru yang sedang
berbahagia karena telah berhasil
mendapatkan apa yang dicita-citakan.
Kehidupan manis merupakan suatu yang
dirasakan bersama keluraga yang terasa
begitu membahagiakan.
Dari segi pandang lain Dhandhanggula
diambil dari nama raja Kediri yaitu Prabu
Dhandhanggendis yang terkenal setelah
Prabu Jayabaya. Dalam Serat
Purwaukara, Dhandhanggula berarti
ngajeng-ajeng kasaean yang memiliki
arti menanti-nantikan kebaikan.
Watak tembang Dhandhanggula yaitu
menggambarkan  sifat yang lebih universal atau luwes dan merasuk ke dalam hati. Tembang
Dhandhanggula dapat digunakan untuk menuturkan kisah dalam berbagai hal dan kondisi apa pun.

Contoh tembang dhandanggula


(10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a – 12i – 7a)
Sinengkuyung sagunging prawali
Janma tuhu sekti mandra guna
Wali sanga nggih arane
Dhihin Syeh Magrib tuhu
Sunan ngampel kang kaping kalih
Tri sunan bonang ika
Sunan giri catur
Syarifudin sunan drajat
Anglenggahi urutan gangsal sayekti
Iku ta warnanira
 
Berikut penjelasan mengenai aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan dari tembang
Dhandhanggula .
1. Guru gatra = 10
Tembang Dhandhanggula memiliki 10 larik atau baris kalimat.
2. Guru wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7
Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga
berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 9 suku
kata. Kalimat ke enam berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke
delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke sepuluh
berjumlah 7 suku kata.
3. Guru lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a
Akhir suku kata dari setiap kalimatnya harus bervokal i, a, e, u, i, a, u, a, i, a.
 

Anda mungkin juga menyukai