Analisis Film Baduy
Analisis Film Baduy
ANALISIS FILM
“BADUY (EKSPEDISI INDONESIA BIRU)”
Ditujukan untuk memenuhi tugas Antropologi Visual
Oleh :
Afina Rahmani Nurhadi
NIM : 213123079 (B)
Dosen Pengampu:
Neneng Yanti Khozanatu L , M.Hum., Ph.D
Dr. Deni Hermawan, M.A.
2022
1. Para antropolog menolak kehadiran peralatan/media visual
(fotografi dan film) dalam antropologi karena prinsip
antropologi bertentangan dengan prinsip media (foto dan
film). Jelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat
tersebut!
Jawab:
Fotografi adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan
media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode
untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka
cahaya. Alat utama untuk menghasilkan sebuah karya fotografi adalah
sebuah kamera, baik digital maupun analog.
Sementara film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di
suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134).
Fotografi dan film merupakan karya seni. Dalam menciptakan karya seni
tentu senimannya memperhatikan berbagai aspek untuk mencapai keindahan
pada visual yang akan dihasilkan. Untuk mencapai standar keindahan yang
diinginkan terkadang diperlukan proses editing maupun manipulasi terhadap foto
maupun film yang dibuatnya.
Menurut Conrad Phillip Kottak, Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari keragaman manusia secara holistik meliputi aspek sosial budaya,
biologis, kebahasaan dan lingkungannya dalam dimensi waktu lampau, saat ini,
dan di masa yang akan datang. Sementara etnografi adalah ilmu yang bertujuan
untuk mengamati, mencatat, menulis mengamati dan mengabadikan suatu
kebudayaan yang pada subjek budaya tertentu melalui tulisan atau catatan.
Dalam mencatat kebudayaan tentu diperlukan kebenaran terhadap
kegiatan dan fakta yang terjadi di lapangan. Seorang etnografer tidak boleh
memanipulasi atau mengarahkan perilaku masyarakat ketika sedang
mengabadikan kebudayaan karena hasilnya tidak akan factual dengan apa
yang ada di lapangan. Sementara terkadang seorang fotografer ataupun
sineas butuh untuk memanipulasi hasil karyanya untuk mencapai
keindahan yang diinginkannya, misal melalui mengatur pose seseorang.
Oleh karena itu prinsip antropologi dikatakan bertentangan dengan prinsip
media film dan foto.