Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Etnografi

Etnografi, ditinjau secara harfiah, berarti tulisan atau laporan tentang


Suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian
lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Penelitian
antropologis untuk menghasilkan laporan tersebut begitu khas, Sehingga
kemudian istilah etnografi juga digunakan untuk mengacu pada metode
penelitian untuk menghasilkan laporan tersebut. Buku karangan Spradley ini
khusus membicarakan etnografi sebagai satu jenis metode Penelitian yang
khas.

Etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode


Penelitian, dapat dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropoLogi.
Kutipan-kutipan kalimat dari beberapa tokoh besar antropologi Seperti di
bawah ini akan meyakinkan kita tentang kebenaran pernyataan di atas.

Margaret Mead berkata, “Anthropology as a science is entirely


Dependent upon field work records made by individuals within Living
societies” (Antropologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan secara
keseluruhan tergantung pada laporan-laporan kajian lapangan yang
dilakukan oleh individu-individu dalam masyarakat-masyarakat yang
nyata hidup).1

DF! Amri Marzall, MA adalah dosen Antropologi Universitas Indonesia. Gelar


master (M.A.) Diperoleh dari Australian National University. Sedangkan gelar
Ph.D. Antropologl berasal dari Boston University. Dia pemah bekerja sebagai
Dosen Tamu di Universiti Malaya (1974-1978).

1
Dikutip dalam A Handbook of Method in Cultural Anthropology, disunting oleh Raoul Naroll Dan
Ronald Cohen, Columbia University Press, 1970.
Sementara itu Clifford Geertz menandaskan, "If you want to
understand what a science is, you should look in the first instance not at its
theories or its findings, and certainly not at what is apologist say about it, you
should look at what the practioners of it do In anthropology, or anyway social
anthropology, what the practioners do is ethnography" (Jika anda ingin
mengerti tentang satu llmu pengetahuan, pertama-tama anda seharusnya
tidak melihat pada teori-teori atau penemuannya, dan tentu saja tidak pada
apa yang dikatakan oleh apologisnya tentang ilmu pengetahuan tersebut.
Anda seharusnya melihat pada apa yang dilakukan oleh para praktis. Dalam
antropolog, atau khususnya antropologi sosial, apa yang dilakukan para
praktisi adalah etnografi).2

Adamson Hoebel secara ringkas menegaskan bahwa "Thefoundation


of cultural anthropology is ethnography (Dasar antropologi kultural adalah
etnografi).3

Seterusnya, Anthony F.C. Wallace mengatakan bahwa, "All of the


comparative and theorical work of cultural anthropology depends upon
thorough and precise ethnographic description" (Semua karya komparatif dan
teoritis antropologi kultural tergantung pada deskripsi etnografi yang cermat
dan mendalam).4

Terakhir adalah kutipan dari James Spradley sendiri, yang


mengatakan bahwa, "Ethnographic fieldwork is the hallmark of cultural
anthropology (Kajian lapangan etnografi adalah tonggak antropologi
kultural)”.5

2
Dalam The interpretation of Culture, Basic Book, Inc. (1973:5).
3
Dalam E. Adamson Hoebel dan Everett L. Frost, Cultural and Social Anthropology, McGraw-Hill Book
(1960:10)
4
Dalam "Culture and Cognition, dimuat dalam jurnal Science, 135:351-357
5
Dalam Participant Observation, Holt, Rinerhart, den Winston (1980:3)
Jadi singkatnya, belajar tentang etnografi berarti belajar tentang
jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi sosial. Ciri-ciri khas dari
metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistik-
integratif, thick description, dan analisa kualitatif dalam. rangka mendapatkan
native's point of view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah
observasi-partisipasi, dan juga wawancara terbuka dan mendalam yang
dilakukan dalam jangka waktu yang relative, bukan kunjungan singkat
dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survai.

ASAL MULA ETNOGRAFI

Seperti sudah dikatakan di muka, etnografi berkaitan dengan asal-usul


ilmu antropologi. Antropologi, sebagai sebuah disiplin ilmu, baru lahir pada
paruh kedua abad ke-20, dengan tokoh-tokoh utama seperti E.B. Teylor,
James Frazer, dan L.H. Morgan. Usaha besar mereka adalah di dalam
menerapkan teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang
berbagal suku di dunia yang dikumpulkan oleh berbagai musafir, penyebar
agarna Kristen, pegawal pemerintah kolonial dan pen jelajah alam.

Dengan bahasan terhadap tulisan-tulisan tersebut, mereka berusaha


untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia
dari masa manusia mula muncul di muka bumi sampai ke masa terkini.
Mereka bekerja di kamar kerja sendiri dan di perpustakaan. Semua mereka,
kecuali L.H. Morgan, tidak pernah terjun langsung melihat masyarakat
"primitif” yang menjadi objek karangan mereka. James Frazer, ketika ditanya
apakah dia pemah melihat suatu kelompok masyarakat primitif yang telah
ditulisnya dalam berjilid-jilid buku itu menjawab dengan ketus, "Tuhan
melarang".6

Menjelang akhir abad ke-19, muncul pandangan baru dalam ilmu


antropologi. Kerangka evolusi masyarakat dan budaya yang disusun oleh
para ahli teori terdahulu, kini dipandang sebagai tidak realistik, tidak didukung
oleh bukti yang nyata. Dari sini kemudian muncul pemikiran baru bahwa
seorang antropolog harus melihat sendiri kelompok masyarakat yang menjadi
objek kajiannya, jika dia ingin men dapatkan teori yang lebih mantap, Inilah
asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam
antropologi.

Peneliti awal yang terkenal dalam antropologi adalah W.H.R. Rivers


dari Inggris dan Franz Boas dari Amerika Serikat. Pengalaman penelitian
lapangan pertama Rovers adalah sebagai peserta dalam Cambridge Tones
Stails Expedition (1899), di mana beliau kemudian berhasil mengembangkan
satu metode wawancara yang khas, yang disebut dengan istilah
“genealogical method”.7 Sementara itu Boas telah melakukan berbagai
ekspedisi penelitian lapangan di kalangan orang Eskimo dan Indian di
Amerika Utara, salah satu yang terkenal di antaranya adalah Jessup North
Pacific Expedition (1897-1992).

Pada masa awal ini, teknik etnografi yang utama adalah wawancara
yang panjang, berkali-kali, dengan beberapa informan kunci, yaitu orang
orang tua dalam masyarakat tersebut yang kaya dengan cerita tentang masa
lampou, tentang kehidupan yang “nyaman” pada suatu masa dahulu.
Orientasi teoritis para peneliti terutama berkaitan dengan perubahan sosial
dan kebudayaan. Para peneliti berasal dari aliran difusionisme (Rivers) dan

6
Dikutip dalam John Beattle, Other Cultures: Alms, Methods and Achievements in Sect Anthropology,
Routledge & Kegan Paul Ltd. (1964:7).
7
Lihat Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jilid I, UI Press (1980:117-119)
kulturhistori (Boas). Pendeknya¸ tipe penelitian entnografi pada masa awal ini
adalah “informan oriented”, karena tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran masa lalu masyarakat tersebut. 8

ETNOGRAFI MODERN

Metode etnografi modern seperti yang umum dijalankan orang pada


masa kini, baru muncul pada 1915-1925, dan dipelopori oleh dua ahli
antropologi sosial Inggris, A. R. Radcliffe-Brown dan Bronislaw Malinowski.
Ciri penting yang membedakan mereka dari para etnografer awal adalah
bahwa keduanya tidak terlalu memandang penting hal-ihwal yang
berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat.
Perhatian utama mereka adalah pada kehidupan masa kini yang sedang
dijalani oleh anggota masyarakat, yaitu tentang way of life masyarakat
tersebut.

Tujuan utama penelitian etnografi, menurut Malinowski, adalah “to


gasp the native’s point of view, his relation of life, to realize his vision and his
world”, (menangkap sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan
kehidupan, menyadari visinya, dan dunianya). 9Sementara Radcliffe-Brown
menjabarkan tujuan etnografi sebagai usaha untuk membangun “a complex
network of social relations”, atau “social structure”. Dikatakan oleh Rafcliffe-
Brown,

“I use the term social structure to denote this network of actually


existing relations. It is this that I regardit as my business to study if I
am working as a social anthropologist" (Saya menggunakan istlah
struktur sosial untuk menunjuk pada jaringan hubungan yang sedang

8
.Lihat Perti J. Pelto dan Gretel H. Pelto, “Ethnography: The Field Book Enterprise”, dalam Handbook
of Social and Cultural Anthropology, disunting oleh JJ. Honingmann, 1974.
9
B. Malinowski, Argonauts of the Western Pacific, Waveland Press Inc, 1984 (1922): 25.
terjadi itu. Inilah yang saya anggap pekerjaan pengkajian saya jika
saya bekerja sebagai seorang antropolog sosial).10

Mengkombinasikan pandangan Malinowski dan Radcliffe-Brown,


berarti tujuan dari sebuah penelitian etnografi adalah untuk mendeskripsikan
dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Pada masa
ini budaya didefinisikan sebagai the way of life suatu masyarakat.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sang peneliti tidak cukup hanya
melakukan interviu dengan beberapa informman tua, seperti yang dilakukan
oleh para etnografer pemula, tetapi yang lebih penting lagi adalah melakukan
observasi sambil berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Teknik
inilah yang dikembangkan oleh Malinowski di Kepulauan Trobriand:

"Begitu saya mantap di Omarakana (Kepulauan Trobriand), saya mulai


mengambil bagian .... dalam kehidupan desa itu, mengamati peristiwa-
peristiwa penting dan berarti, ikut serta dalam gosip dan
perkembangan kejadian di pulau kecil itu.... Ketika saya jalan pagi
menjelajahi desa, saya dapat melihat hal-hal yang kecil dan intim
dalam kehidupan keluarga, dalam cara buang air, memasak, makan ..
Pertengkaran, senda gurau, pemandangan keluarga, kejadian yang
seolah-olah sepele, kadang-kadang dramatis tapi selalu berarti,
membentuk atmosfer kehidupan sehari-hari saya dan mereka. 11

ETNOGRAFI BARU

Metode etnografi seperti yang diuraikan di dalam buku ini adalah satu
tipe yang khas, yang mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Metode ini

10
Dalam Structure and Function in Primitive Society, Routledge &Kegan Paul (1956: 190).
11
Dalam Argonauts of the Western Pasific, hal. 7
bersumber dari satu aliran baru dalam ilmu antropologi, yang disebut
cognitive anthropology, atau ethnoscience, atau etnografi baru.12

Berbeda dari etnografi modem yang dipelopori Radcliffe-Brown dan


Malinowski yang memusatkan perhatiannya pada organisasi internal suatu
masyarakat dan membanding-bandingkan sistem sosial dalam rangka untuk
mendapatkan kaidah-kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru
ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai
masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan
kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.

Dalam etnografi modem, bentuk sosial dan budaya masyarakat


dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan nalar sang peneliti. Struktur
sosial dan budaya yang dideskripsikan adalah struktur sosial dan budaya
masyarakat tersebut menurut interpretasi sang peneliti. Sedangkan dalam
etnografi baru, bentuk tersebut dianggap merupakan susunan yang ada
dalam pikiran (mind) anggota masyarakat tersebut, dan tugas sang peneliti
adalah mengoreknya keluar dari pikiran mereka. Cara mengorek dan
mendeskripsikan pola yang ada dalam pikiran manusia itu adalah khas, yaitu
melalui metode folk taxonomy. Metode ini mulanya bertolak dari definisi
budaya menurut salah seorang tokoh besar dalam teori antropologi, yaitu
Ward Goodenough.

Dalam usaha menciptakan definisi ini, Goodenough banyak


terpengaruh oleh kajian-kajian linguistic. 13Definisi budaya menurut
Goodenough ini kemudian dioperasionalkan ke dalam penilitian-penelitian
etnografi oleh generasi antropolog kognitif yang pertama sepert Harold C.
Conklin. Charles O. Frake, den Stephan Tyler. 14

12
Lihat Stephen A. Taylor, Cognitive Anthropology, Holt, Rinehart & Wnston, Inc., 1969.
13
Ward H. Goodenough, The Benjamin/Cumming Publishing Company, Inc., 1981.
14
Stephen A. Taylor, Cognitive Anthropology, Holt, Rinehart & Winston, Inc., 1969.
Orang-orang dari allan atopologi kognitif ini berasumsi bahwa setiap
masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan
mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda kejadian,
perilaku, dan emosi. Karena itu, objek kajian antropologi bukanlah fenomena
material tersebut, tetapi tentang cara fenomena tersebut diorganisasikan
dalam pikiran (mind) manusia. Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam
pikiran (mind) manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang
fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan dan
menggambarkan organisasi pikiran tersebut.

Jalan yang paling mudah dan paling tepat untuk memperoleh budaya
tersebut adalah melalui bahasa, atau lebih khusus lagi, melalui daftar kata-
kata yang ada dalam satu bahasa. Studi bahasa suatu masyarakat adalah
titik masuk, sekaligus aspek utama, dalam etnografi aliran antropologi kognitif
ini.

Definisi budaya dari Goodenough dan metode etnografi dari aliran


antropologi kognitif generasi pertama di atas telah diperbaharui oleh generasi
kedua dari antropologi kognitif, yang antara lain adalah James P. Spradley.
Secara lebih spesifik, Spradley kemudian mendefinisikan budaya sebagai
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang
mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan
sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia
sekeliling mereka.15

Spradley adalah seorang sarjana antropologi yang paling menaruh


perhatian dalam pengembangan metode penelitian etnografi aliran
antropologi kognitif. Sebelum buku ini, Spradley bersama dengan McCurdy

15
Lihat James P. Spardley dan David W. McCurdy (penyunting), Confirmity and Conflict:
Readings in Cultural Anthropology, edisi ke-6, Little, Brown and Company, 1987.Complex
Society, Chicago: Science Research Association, Inc., 1972.
sudah menyunting satu buku pengalaman penelitian etnografi yang dilakukan
oleh mahasiswa-mahasiswa antropologi Amerika di daerah perkotaan. 16
Setelah itu, Spradley menulis kembaran dari buku The Ethnographic
Interview ini, yaitu buku Participant Observation (1980).

Satu butir lagi yang perlu dicatat tentang perbedaan etnografi Spradley
dari etnografi modem ala Radcliffe-Brown & Malinowski adalah, bahwa
Spradley tidak lagi menganggap antropologi sebagai satu ilmu tentang "other
cultures", tentang masyarakat kecil yang terisolasi dan hidup dengan
teknologi sederhana. Antropologi, atau etnografi, kata Spradley telah kembali
pulang. Dia telah menjadi alat yang fundamental untuk memahami
masyarakat kita sendiri dan masyarakat multikultural di seluruh dunia.

Metode etnografi Spradley berasal dari tradisi antropologi kognitif


dengan definisi budaya yang dirumuskan oleh Goodenough. Definisi budaya
dari Goodenough ini berbeda dari definisi Geertz, atau Levi-Strauss, atau
Marvin Harris. Sebagai konsekuensinya, model etnografi mereka juga
berbeda.

Meskipun Spradley tergolong ke dalam generasi kedua dalam


antropologi kognitif, namun beliau mempunyai banyak hal yang khas pada
Dirinya sendiri, khususnya dalam hal prosedur dan fungsi etnografi yang
Umumnya berisi tentang pengalaman pribadi sang etnografer.

Buku Spradley ini bersifat lebih praktis. Buku ini dapat dianggap
sebagai Sebuah “buku panduan” tentang cara melakukan entografi
selangkah Demi selangkah. Buku ini sangat baik dan mudah dibaca bagi
peneliti Etnografi pemula. Bila dalam kebanyakan buku panduan mengarang
cerpen atau Novel bagi penulis pemula selalu dikatakan bahwa cara terbaik

16
Lihat James P. Spardley dan David W. McCurdy, The Cultural Experience: Ethnography in
Xiv
dalam Belajar menulis adalah menulis, tulis, dan terus tulis, maka dalam buku
Ini Spradley juga menganjurkan hal yang sama: cara terbaik untuk belajar
Etnografi adalah melakukannya, kerjakan, terus kerjakan. Namun, untuk
mengerjakan secara sisternatis, terarah, dan efektif diperlukan satu metode
Panduan yang khas. Metode ini disebut The Developmental Research
Sequence, atau “Alur Penelitian Maju Bertahap”. Metode ini didasarkan atas
5 prinsip, yaitu teknik tunggal, identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian
orisinal, dan problem-solving.

Pertama, dalam satu penelitian etnografi, sang peneliti dapat


melakukan berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase
penelitian, seperti wawancara etnografik, observasi partisipasi, membuat peta
Genealogis, dan sebagainya. Dalam metode Alur Penelitian Maju Bertahap
ini, Spradley menganjurkan agar sang peneliti pemula berkonsentrasi
menggunakan dan menguasai satu teknik tertentu saja dalam Suatu tahap
penelitian. Buku ini kebetulan hanya memberi panduan Tentang teknik
wawancara etnografis.

Kedua, setelah memilih salah satu teknik penelitian, sang peneliti


Permula lebih khusus lagi harus mengenali langkah-langkah pokok yang
harus dilaluinya dalam menjalankan teknik tersebut. Dalam teknik wawancara
etnografis, Spradley telah menggariskan 12 langkah pokok yang diuraikannya
dalam Bagian Dua buku ini.

Ketiga, setiap langkah pokok di atas sebaiknya dijalankan secara


berurutan, atau maju bertahap. Keempat, belajar tentang cara melakukan
wawancara etnografis ini tentunya harus dipraktikkan dalam projek penelitian
sungguhan, bukan sekadar untuk kepentingan latihan.

Terakhir, kelima, metode Alur Penelitian Maju Bertahap didasarkan


atas proses Problem-solving. Prinsip ini membawa kita kepada pandangan
yang khas Spradley tentang ilmu antropologi. Bagi Spradley "ilmu untuk ilmu"
sudah ketinggalan zaman. Ilmu harus mempunyai kegunaan praktis dalam
menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaar. Begitu juga halnya dengan
penelitian etnografi: seorang peneliti yan berhasil adalah juga seorang
problem solver.

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. 17


Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup
dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh
Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah "memahami sudut
pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk
mendapatkan pandangannya mengenal dunianya" (1922: 25). Oleh karena
itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang
yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak
dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari
masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.

Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna- makna


tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.
Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa;
dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara
tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan. Sekalipun demikian, di
dalam setiap masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang
kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri
mereka sendiri dan orang lain, merupakan kebudayaan mereka: dan
etnografi selalu mengimplikasi serta untuk memahami dunia tempat mereka
hidup. Sistem makna ini kan teori kebudayaan. 18

17
Istilah "etnografi" digunakan untuk menunjuk aktivitas mempelajari kebudayaan dan
dengan produk akhir "suatu etnografi".
18
Metode Etnografi James P. Spradley. Dr. Amri Marzali, MA Januari 2007 Hal. 5
UNTUK APA ETNOGRAFI ITU?

Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan


lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik
penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan.
Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistemik
mengenai semua kebudayaan manusia dari perspektif orang yang telah
mempelajari kebudayaan itu. Etnografi didasarkan pada asumsi bahwa
pengetahuan dari semua kebudayaan sangatlah tinggi nilainya. Asumsi ini
membutuhkan pengujian yang cermat. Untuk tujuan apa etnografer
mengumpulkan informasi? Untuk alasan apakah kita berusaha menemu- kan
hal-hal yang harus diketahui orang untuk melintasi salju di kutub dengan
kereta luncur yang ditarik anjing, hidup di desa-desa di Melanesia yang jauh,
atau bekerja di berbagai pencakar langit di New York? Siapa saja yang harus
melakukan etnografi?19

Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi
tingkah laku mana pun, etnografi mempunyai peranan yang penting. yakni
sebagai berikut. Kita dapat mengidentifikasikan beberapa sumbangannya
yang khas, yakni sebagai berikut.

1) Menginformasikan teori-teori Ikatan-budaya. Masing-masing


kebuda-yaan memberikan suatu cara untuk melihat dunia.
Kebudayaan memberi kategori, tanda, dan juga mendefinisikan
dunia tempat orang itu hidup. Kebudayaan meliputi berbagai
asumsi mengenal sifat dasar realitas dan juga informasi yang
spesifik perihal realitas itu. Kebuda-yaan mencakup ai-nilai yang
menspesifikasilkan hal yang balk, berbisa dipercaya. Apabila
19
Metode Etnografi James P. Spradley. Dr. Amri Marzali, MA Januari 2007 Hal.13
orang mempelajari kebudayaan pada batas-batas tertentu dia
terpenjara tanpa mengetahuinya. Maka Para ahli antropologi
mengatakan hal ini sebagai "ikatan-budaya (culture-bound), yaitu
idup dalam realitas tertentu yang dipanda sebagai "realitas" yang
benar.

Para ilmuwan sosial dengan berbagai teori mereka tidak


urang makan ikatan-budaya manusia lain. Sistem pendidikan Barat
memberi kita semua cara untuk menginterpretasikan pengalaman.
Berbagai asumsi implisit mengenai dunia muncul dalam berbagai
teori dari setiap disiplin akademik kritik sastra, ilmu alam, sejarah,
dan sernua ilmu sosial. Etnografi sendiri berupaya untuk
mendokumentasikan berbagai realitas alternatif dan
mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri.
Dengan demikian, etnografi dapat melakukan fungsi korektif
terhadap teori-teori yang muncul dalam ilmu sosial Barat. Sebagai
contoh, kita ambil teori ketercerabutan budaya (cuture deprivation).
lde ini muncul dalam bentuk yang kongkret pada tahun 1960-an
untuk menerangkan kegagalan pendidikan yang dialami oleh
kebanyakan anak. Dalam upaya untuk menerangkan tidak adanya
prestasi pada anak-anak itu, maka dikemukakan bahwa mereka
mengalami “ketercerabutan budaya” (culturally deprived). Studi
mengenai keterceraan budaya dilakukan dengan mengambil fokus
pada kelompok lainnya. Teori ini, melalui sekat pelindung
teoretisnya, dapat dikelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam
dan berbagai kelompok Bagaimanapun, Penelitian-penelitian
etnografis terhadap budaya "anak Onimasikan dengan
mempelaiari anak-anak dari berbagai budaya. kebudayaan yang
didukung oleh sistem pendidikan. Teori ini, walau mengalami
ketercerabutan budaya" mengungkapkan suanu anak yang kisah
berbeda. Penelitian tersebut telah mengelaborasi ketercerabutan
budaya semata-mata merupakan cara untuk mengataaggih dan
adaptif yang sama sekali berbeda dengan seorang pun akan
berpendapat bahwa anak-anak itu tidak berbicarapun di beberapa
temnpeterceraba pat masih didukung, merupakan teori ikatan-
budaya tak dari "kebudayaan saya". Tentu saja, tak seorang akan
berpendapat bahwa anak-anak itu tidak berbicara dalam Bahasa
Spanyol atau atau Bahasa Inggris dengan baik, sehingga mereka
tidak melakukan dengan baik pada hal-hal yang menurut
kebudayaan mereka dipandang bernilai. Tetapi, sifat dasar ikatan-
budaya dari teori-teori psikologi dan sosiologi memang jauh di luar
gagasan ketercerabutan budaya. Semua teori yang dikembangkan
dalam imu perilaku Barat didasarkan pada premis implisit
kebudayaan Barat, yang biasanya merupakan versi paling khas
dari kelas menengah professional.

Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan-budaya. Namun,


etnografi memberi deskripsi yang mengungkapkan berbagai model
penjelasan yang diciptakan oleh manusia. Etnografi dapat
berperan sebagal pe nuntun untuk menunjukkan sifat dasar ikatan-
budaya dari teori-teori ilmu sosial. Etnografi mengatakan kepada
semua peneliti perilaku manusia, bahwa "Sebelum Anda
menerapkan teori Anda pada orang yang Anda pelajari, terlebih
dahulu temukanlah bagaimana orang-orang itu mendefinisikan
dunia". Etnografi dapat mendeskripsikan secara detail teori-teori
penduduk asli yang telah diuji dalam situasi kehidupan aktual
selama beberapa generasi. Dan setelah kita memahami
kepribadian masyarakat, individu-individu, dan lingkungan dari
perspektif yang lain dari perspektif kebudayaan ilmiah profesional,
maka kita akan sampai pada sikap epistemologis yang rendah
hati. Kita akan menyadari sifat sementara dari teori kita. Sikap
seperti ini memungkinkan kita untuk memperbaiki teori-teori itu
agar tidak terlalu etnosentris.20

2) Menernukan Grounded Theory. Banyak penelitian ilmu sosial


diarahkan pada tugas untuk menguji teori-teori fomal. Salah
satu altematif bagi teori formal dan strategi untuk
menghilangkan etnosentrisme adalah dengan mengembangkan
teori-teori yang didasarkan pada data empiris tentang deskripsi
kebudayaan. Bamey G. Glaser & Anselm L. Strauss menyebut
teori ini sebagai grounded theory.21 Etnografi menawarkan
suatu strategi yang sangat baik untuk menemukan grounded
theory.

Tetapi, pendekatan yang disajikan di sini menggunakan sisternatika


teori makna linguistik

Sebagai contoh, etnografi tentang anak-anak dari


lingkungan kebudayaan minoritas di Amerika Serikat yang berhasil
di sekolah, dapat mengembangkan grounded theory mengenai
penyelenggaraan sekolah. Studi semacam itu mengungkapkan
bahwa anak-anak bukannya mengalami ketercerabutan budaya,
tetapi justru sebaliknya, mereka mengalami banjir budaya
(culturally overwhelmed): keberhasilan mereka di sekolah
disebabkan oleh adanya kemampuan dua-kebudayaan (bicultural)
20
Dalam pidato kepresidenannya untuk The American Psychological Association, Donald
Campbell (1975) secara tegas mengemulkakan pendapatnya bahwa ilmuwan sosial perlu
secara lebih serlus mengarmbil teorl-teori penduduk asli dari seluruh masyarakat dunia.
21
Buku mereka, The Discovery of Grounded Theory (Barney G. Glaser & Anselm L. Strauss,
1967). mempunyal banyak kemiripan dengan karya ini.
sekaligus.22 Tetapi grounded theory dapat dikembangkan di bidang-
bidang penting lainnya dalam pengalaman manusia yang mana
pun. Teori kepribadian dapat diperkaya dengan cara menemukan
teori-teori rakyat mengenai kepribadian yang dikembangkan oleh
masing-masing kebudayaan.23 Teori medis mengenai kesehatan
dan penyakit dapat diperkaya melalui etnografi yang cemat
terhadap teori pengobatan rakyat. Teori pengambilan keputusan
dapat diperkaya dengan mula-mula menemukan berbagai aturan
budaya untuk pengambilan keputusan di dalam kebudayaan
tertentu. Daftar ini dapat menjadi sangat panjang lantaran hampir
setiap bidang teori dalam iimu sosial mempunyai padanannya di
dalam kebudayaan-kebudayaan dunia.

3) Memahami Masyarakat yang Kompleks. Sampai saat ini,


etnografi umumnya diturunkan ke berbagai kebudayaan kecil
non-Barat. Manfaat dari mempelajari masyarakat-masyarakat
seperti ini sudah didapatkan jika kita tidak banyak tahu tentang
mereka, maka kita tidak dapat melakukan survei atau
eksperimen. Untuk alasan ini, keberadaan etnografi tampak
cukup tepat. Tetapi manfaat etnografi dalam memahami
kebudayaan kita sendiri (yang kompleks) sering kali diabaikan.

Kebudayaan kita telah memberi suatu mitos tentang


masyarakat kita yang kompleks - mitos tentang tempat bercampur.
Imuwan sosial telah berbicara tentang "kebudayaan Amerika"
seolah-olah kebudayaannya mencakup serangkaian nilai yang
dimiliki bersama oleh setiap orang. Semakin jelas bahwa ternyata
kita tidak memiliki kebudayaan yang homogen; bahwa orang yang
22
Lihat James P. Spradley (1969) dan (1971b).
23
Pendekatan ini dikenal sebagai etnopsikologi. Dua contoh yang baik adalah Anne S.
Strauss (1977) dan Charless Valentine (1963).
hidup dalam masyarakat modem yang kompleks ini sebenarnya
hidup dengan berbagai macam aturan budaya yang berbeda. Hal
ini tidak hanya benar untuk kelompok-kelompok etnik yang paling
menonjol, tetapi masing-masing kelompok menunjukkan berbagai
perbedaan budaya. Sekolah-sekolah kita juga mempunyai sistem
budaya yang sendiri-sendiri. Bahkan di lembaga yang sama
sekalipun, orang melihat segala sesuatu dengan cara yang
berbeda. Misalnya, bahasa, nilai, gaya busana, dan berbagai
aktivitas dari para siswa SMA (sekolah menengah atas) berbeda
dengan bahasa, nilal, gaya busana serta aktivitas dari para guru
dan stafnya. Perbedaan budaya mereka sangat mencolok,
sekalipun hal ini sering kali diabaikan. Sipir penjara dengan orang
yang dipenjara, pasien dan dokter di rumah sakit, anak-anak dan
orang tua, dan berbagai kelompok Keagamaan, semua mempunyai
perspektif budaya. Orang yang menderita cacat fisik hidup dalam
suatu dunia yang berbeda dengan orang yang tidak cacat fisik,
walaupun mereka bertempat tinggal di satu kota. Begitu orang
pindah dari satu kondisi kebudayaan kepada kondisi kebudayaan
yang lain di dalam masyarakat yang kompleks, maka mereka
menggunakan aturan budaya yang berbeda. Etnografi
menawarkan salah satu cara terbaik untuk memahami gambaran
kehidupan moden yang kompleks ini. Etnografi dapat menunjukkan
berbagai perbedaan budaya dan bagaimana orang dengan
perspektif yang berbeda berinteraksi.

4) Memahami Perilaku Manusia. lingkah laku manusia berbeda


dengan tingkah laku binatang. Tingkah laku manusia memiliki
beragam makna bagi pelakunya. Makna ini dapat ditemukan.
Sebagai misal, kita dapat menanyakan orang yang
mengumpulkan kerang laut mengenai pekerjaannya itu, apa
yang dilakukannya, dan mengapa dia melakukan hal itu.
Penjelasan apa pun mengenai tingkah laku sekalipun
mengabaikan hal yang diketahui oleh pelaku, masih tetap
merupakan penjelasan parsial. Alat-alat etnografi menawarkan
satu cara untuk membahas kenyataan makna ini. Oleh karena
itu, salah satu tujuan etnografi adalah memahami rumpun
manusia.

Anda mungkin juga menyukai