Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
PENETAPAN HARGA pH

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Naufal Yudha Utama


NIM : 211420004
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Februari 2022


PERCOBAAN 3:
PENETAPAN HARGA pH

I. Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat menetapkan harga pH dengan Indikator
2. Mahasiswa dapat mengukur harga pH dengan pH meter
II. Keselamatan Kerja
Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:
1. Hati–hati saat berkerja dengan larutan kimia
2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS
terdapat dalam lampiran).
3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
dipekenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.
5. Peralatan gelas ditangani dengan hati – hati.
6. Saat berkerja dengan HNO3 dan H2SO4 pekat harus dilakukan di lemari asam.

III. Dasar Teori


Dalam reaksi penggaraman dibutuhkan suatu reaktan untuk memulai suatu reaksi,
dimana akan dibahas pertama dalam dasar teori. Secara kimia, asam adalah zat yang
dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (H+). Asam akan terioniasi menjadi ion
hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Kata “asam” atau acid asal dari
kata latin yaitu acetum yang memiliki makna yang berarti cuka. Hal ini dikarenakan
cuka berasa asam dikarenakan mengandung zat asam yaitu asam asetat. Asam sendiri
menurut Arrhenius adalah suatu zat yang meningkatkan ion hydronium (H 3O+) ketika
dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius
ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Asam adalah
senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+. Berikut contoh reaksi
pelarutan asam dalam air (Yusnita, 2019):
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)

Menurut Bronsted-Lowry, asam sendiri memiliki arti sebagai pemberi proton


kepada basa. Asam dan basa sangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Bronsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan dari definisi ini, yang mencakup
zat yang tak larut dalam air. Menurut Lewis, asam memiliki arti sebagai penerima
electron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat
mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan,
seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelakan dengan teori orbital
molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan electron pada orbital
kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertingggi (HOMO)
dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk
orbital molekul ikatan. Walaupun bukan merupakan teori paling luas cakupannya,
definisi Bronsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam
definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hydronium dan
basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton kedalam
larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukan
keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi. Asam kuat mencakup asam halide
antara lain HCl, HBr dan HI. Asam-asam okso yang umumnya mengandung atom
pusat berbilangan oksida tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat, mencakup
HNO3, H2SO4 dan HClO4. Kebanyakan asam organik merupakan asam lemah.
Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentu larutan penyangga.
Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air. Berikut
persamaa Ka secara sistematis berdasarkan kesetimbangan HA + H2O A- +
H3O+ sebagai berikut (Yusnita, 2019):
Ka = (H3O+) (A-)/ (HA)

Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada
jauh di kanan, terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai. Misalnya, nilai Ka
untuk asam klorida (HCl) adalah 107. Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil
(yaitu, dengan jumlah cukup banyak HA dan A- terdapat Bersama-sama dalam
larutan ; sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian).
Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat adalah 1.8 x 10-5( Yusnita, 2019).
Reaktan lain yang diperlukan dalam reaksi penggaraman adalah basa. Kata “basa”
(alkali) berasal dari Bahasa Arab alquili yang berarti abu. Larutan basa memiliki rasa
pahit dan bersifat kaustik. Contoh larutan yang termasuk basa dalam kehidupan sehari-
hari antara lain air kapur, air soda, dan air sabun. Di dalam labotarium kimia larutan
basa yang sering kita lihat antara lain adalah natrium hidroksida, kalium hidroksida,
dan kalsium hidroksida. Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH-). Ion hidroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat
satu electron pada saat dimasukan ke dalam air. Basa dapat mentralisasi asam (H +)
sehingga menghasilkan air (H2O). Pada umumnya rumus kimia yang mengandung
basa mengandung gugus OH. Jika diketahui rumus kimia suatu basa, maka untuk
memberi nama basa, cukup dengan menyebut nama logam dan diikuti kata hidroksida.
Basa mempunyai sifat kebalikan dari asam, larutannya dapat membirukan kertas
lakmus merah. Karena itu jika kita mereaksikan asam dengan basa pada jumlah yang
sama akan menghasilkan larutan netral. Dalam suatu reaksi basa seperti HB + H 2O =
B+ + OH- maka tetapan basa untuk suatu larutan basa adalah sebagai berikut (Heny,
2019):

Kb = (B+) (OH-) / (HB)

Dimana dari persamaan tersebut tetapan untuk basa kuat adalah 10 7 dikarenakan
basa tersebut dikatakan telah terdisosiasi secara sempurna sehingga mengandung
banyak ion OH-. Sedangkan untuk tetapan untuk basa lemah adalah 1,8 x 10-5 dimana
dalam larutan tersebut larutan basa tidak terdiasosiasi secara sempurna sehingga
didalam larutan tersebut hanya sedikit kandungan OH-.
pH adalah suatu derajat keasaman suatu larutan dengan didasarakan dengan
kosentrasi ion H+ didalam larutan tersebut dan umum digunakan dalam penentuan
larutan tersebut bersifat asam atau tidak. Sedangkan pOH sendiri adalah derajat basa
suatu larutan yang ditentukan dengan kosentrasi ion OH- dalam larutan tersebut.
Ketika menyatakan konsentrasi [H3O+] dan [OH- ] dalam larutan air biasanya angka
yang diperoleh jauh lebih kecil dari 1. Dapat saja angka tersebut dinyatakan dengan
bentuk eksponensial, misal: [H3O+] = 2,5 x 10-3 . Akan tetapi ada cara yang jauh lebih
tepat yang diusulkan oleh ahli biokimia dari Denmark bernama Søren Sørensen pada
tahun 1909, yaitu pH dan pOH, dimana pH adalah harga negatif dari log [H3O +],
sedangkan pOH adalah harga negatif dari log [OH -]. pH menggambarkan kekuatan
asam sedangkan pOH menggambarkan kekuatan basa. Semakin kecil harga pH,
semakin asam larutan, semakin besar harga pOH, semakin basa larutan. Berikut
dibawah ini adalah rumus untuk mencari pH dan pOH sebagai berikut (Rini, 2019):
pH = – log [H3O+] (Rumus mencari pH)
pOH = – log [OH- ] (Rumus mencari pOH)

Satu pernyataan yang berguna dapat diperoleh dengan mengambil harga negatif
dari logaritma Kw pada 25oC (Rini, 2019) :
Kw = [H3O+][OH– ] = 1 x 10–14 M

– log Kw = – log [H3O+][OH- ] = – (log 1 x 10-14)

– (log [H3O+] + log [OH-])= – (– 14)

– log [H3O+]– log [OH-- ] = 14

pH + pOH = 14

Hal yang penting dari konsep pH dan pOH adalah dimana jika larutan semakin
asam maka (H+) semakin besar dan pH akan semakin kecil. Jika larutan semakin besar,
maka OH- semakin besar dan pOH semakin kecil, akan tetapi pH semakin besar.
Larutan dengan pH = 7 adalah netral, larutan dengan pH < 7 adalah asam, larutan
dengan pH > 7 adalah basa (Rini, 2019).

IV. Bahan dan Peralatan


a. Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu:
1. Larutan indikator, PP, MO, BPB dan BTB
2. Kertas lakmus merah dan biru
3. Larutan H2SO4 0,01 M
4. Larutan HCl 0,01 M
5. Larutan NaOH 0,01 M
b. Peralatan yang digunakan digunakan dalam pratikum ini yaitu:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung Reaksi
3. Gelas beaker, kapasitas 100 mL
4. pH meter
V. Prosedur Percobaan
A. Menetapkan harga pH dengan Indikator

Siapkan 12 tabung reaksi, masing-


masing diberi tanda nomor.

Kedalam 6 buah tabung reaksi I:


a. Tabung 1, diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BPB
b. Tabung 2 diisi 3 – 4 tetes larutan indikator MO
c. Tabung 3 diisi 3 – 4 tetes larutan indikator BTB
d. Tabung 4 diisi 3 – 4 tetes larutan indikator PP
B. Pengukuran Harga pH dengan pH meter

Hidupkan alat pH meter, tunggu beberapa saat untuk


pemanasan.

Kalibrasi pH meter dengan larutan standar pH 7.

Siapkan larutan yang akan diperiksa harga pH-nya dalam gelas


beaker sesuai dengan tabel pengamatan.

Ukur harga pH masing – masing larutan

Setelah selesai pengukuran, pH meter dimatikan dan


kabelnya dicaput dari stop kontak
VI. Hasil Percobaan
Hasil yang didapatkan dari praktikum disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
A. Penetapan harga pH dengan indikator
Tabel 1. Hasil Penetapan Harga pH dengan Indikator

No Indikator Warna dalam Lingkungan


. Asam Basa
1 BPB – Bromo Phenol Blue Kuning Ungu
2 MO – Methyl Orange Merah Orange
3 BTB – Bromo Thymol Blue Kuning Biru
4 PP – Phenol Phthalein Bening Merah
5 Kertas Lakmus Merah Merah Biru
6 Kertas Lakmus Biru Merah Biru

B. Menetapkan harga pH dengan pH meter


Tabel 2. Hasil Penetapan Harga pH dengan pH meter

No. Larutan yang diperiksa Harga pH


1. 50 mL HCl 0.01 M 2.86
2. 50 mL H2SO4 0.01 M 2.73
3. 50 mL NaOH 0.01 M 11.6
4. 25 mL NaOH 0.01 M + 25 mL HCl 0.01 M 10.97
5. 50 mL NaOH 0.01 M + 25 mL HCl 0.01 M 11.30
6. 25 mL NaOH 0.01M + 25 mL H2SO4 0.01 M 3.2
z

VII. Tugas
1. Hitung harga pH teoritis dari laritan-larutan tersebut.
2. Hitung harga pH teoritis dari larutan campuran
a. 50 ml NaOH 0,01 N + 50 ml H2SO4 0,04 N
b. 75 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,02 N

Jawab :

1. Harga pH teoritis larutan:


a. 50 ml HCl 0,01 M
[H+] = M × valensi asam pH = - log [H+]
= 0,01 × 1 = - log [10-2]
= 10-2 M = 2 – log 1
=2
b. 50 ml H2SO4 0,01 M
[H+] = M × valensi asam pH = - log [H+]
= 0,01 × 2 = - log [2 × 10-2]
= 2 × 10-2 M = 2 – log 2
= 1,69
c. 50 ml NaOH 0,01 M
[OH-] = M × valensi basa pH = 14 – pOH
= 0,01 × 1 = 14 – 2
= 10-2 M = 12
pOH = - log [OH-]
= - log [10-2] = 2

2. Harga pH teoritis larutan campuran:


a. 50 ml NaOH 0,01 N + 50 ml H2SO4 0,04 N
 Molar NaOH = Normalitas / valensi basa
= 0,01 N / 1
= 0,01 M

 Molar NaOH = Normalitas / valensi asam


= 0,04 N / 2
= 0,02 M

2NaOH + H2SO4  Na2SO4 + H2O

Mula 0,5 mmol 1 mmol

Reaksi 0,5 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

- +

Sisa 0 mmol 0,75 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol


¿
pH = -log Sisa H + Volume campuran ¿

75× 10−2
= - log
100

= - log 75 × 10-4

=4-log75

b. 75 ml NaOH 0,01 M + 25 ml H2SO4 0,02 N


 Molar H2SO4 = Normalitas / valensi basa
= 0,02 N /2
= 0,01 M

2NaOH + H2SO4  Na2SO4 + H2O

Mula 0,75 mmol 0,25 mmol

Reaksi 0,5 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

- +

Sisa 0,25 mmol 0 mmol 0,25 mmol 0,25 mmol

¿
pH = 14 – (-log SisaOH − Volume campuran ¿)

25× 10−2
= 14 – (-log )
100
= 14 – (-log 25 × 10-4)
= 14 – (4 – log 25) = 10+log25
VIII. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya pada proses
penetapan harga pH dengan menggunakan indikator dimana indikator tersebut
digunakan agar dapat bereaksi sesuai pada lingkungan pH asam ataupun basa dimulai
dari indikator BPB atau Bromo Phenol Blue diujikan pada larutan HCL 0.01 M
indikator berubah menjadi warna kuning dan lalu pada larutan NaOH 0.01 M ketika
digunakan indikator tersebut larutan berubah menjadi warna ungu, berdasarkan hasil
tersebut bahwa BPB akan berubah warna menjadi kuning ketika pH dibawah 3.5 dan
menjadi ungu diatas 4.6 yang menandakan bahwa HCl bersifat asam dan NaOH
bersifat basa. Kemudian dengan menggunakan indikator Methyl Orange dimana pada
larutan HCl 0.01M larutan berubah menjadi warna merah sedangkan pada larutan
NaOH 0.01 M larutan berubah menjadi warna orange kekuningan dimana terlihat
bahwa indikator MO berubah menjadi merah ketika pH dibawa 3.1 lalu berubah
menjadi kuning diatas 4.4 hal ini terlihat bahwa HCl bersifat asam sedangkan NaOH
bersifat basa. Pada indikator BTB atau Bromo Thymol Blue, larutan HCl 0.01 M
berubah menjadi warna kuning sedangkan pada larutan NaOH 0.01 M berubah
menjadi warna biru. Indikator BTB itu sendiri akan berubah warna kuning ketika pH
berada dibawah 6.0 sedangkan berwarna biru ketika diatas 7.6, hal ini menandakan
bahwa HCl 0.01 M bersifat asam sedangkan NaOH 0.01 M bersifat basa. Pada
Indikator PP atau Phenol Phthalein ketika diujikan pada larutan HCl 0.01 M, berubah
warna menjadi Bening atau tidak berubah sedangkan pada larutan NaOH larutan
berubah warna menjadi merah muda. Indikator PP pada dasarnya akan berubah
menjadi orange ketika pada lingkungan pH dibawah satu atau akan berubah menjadi
merah muda ketika pH pada 8.3 hingga 13 dan akan tidak bewarna pada pH diatas 13
atau dari pH diatas 2 hingga 8.3. Hal ini memperlihatkan bahwa HCl tidak termasuk
basa dan termasuk asam walaupun tidak sampai pH 1 atau dibawahnya dan pada
larutan NaOH 0.01 M bahwa larutan bersifat basa tetapi tidak berada pada lingkungan
pH diatas 13. Pada penggunaan indikator kertas lakmus merah dan biru terlihat bahwa
ketika direaksikan pada larutan HCl 0.01 M terlihat bahwa kedua indikator
menunjukan warna merah dimana hal tersebut menunjukan bahwa larutan tersebut
asam lalu pada larutan NaOH 0.01 M, kedua indikator menunjukan warna biru, hal ini
menunjukan larutan tersebut bersifat basa. Berdasarkan hasil terlihat bahwa terlihat
bahwa secara keseluruhan bahwa larutan HCl 0.01 M memiliki sifat asam dengan
jangka pH dari 1 hingga 3.1 dengan menggunakan indikator lalu pada larutan NaOH
0.01 M memiliki sifat basa dengan jangka pH 8.3 hingga 13 dengan menggunakan
indikator. Penggunaan indikator pH dapat digunakan untuk penentuan sifat asam atau
basa suatu larutan tetapi sulit menemukan harga pH yang tepat walaupun begitu
menggunakan indikator tersebut sudah lumayan tepat dimana secara teoritis pH yang
didapatkan adalah 2.0 untuk HCl 0.01 M dan 12 untuk NaOH 0.01 M.
Pada proses pengujian penetapan harga pH dengan menggunakan pH meter
didapatkan hasil dimana 50 mL HCl 0.01 M memiliki pH 2.86 dimana bersifat asam,
lalu pada larutan 50 mL H2SO4 didapatkan pH 2.73 dimana menunjukan larutan
tersebut bersifat asam. Kemudian pada larutan 50 mL NaOH 0.01 M menunjukan pH
11.6 dimana larutan tersebut basa. Kemudian diujikan juga pada larutan campuran 25
mL 0.01 M + 25 mL HCl 0.01 M didapatkan pH 10.97 dimana larutan tersebut bersifat
basa. Pada larutan campuran 50 mL NaOH 0.01 M + 25 mL HCl 0.01 M didapatkan
pH sebesar 11.30 dimana menunjukan sifat basa, Yang terakhir pada larutan 25 mL
NaOH 0.01 + 25 mL H 2SO4 0.01 M ddengan menunjukan sifat asam. Jika
dibandingkan secara teoritis hasil praktikum dengan teoritis sedikit berbeda. Berikut
perhitungan secara teoritis pH tersebut :

 pH 50 mL HCl 0,01 M

[H⁺] = a × Ma

    = 1 × 10⁻²

    = 10⁻²

pH = - log [H⁺]

    = - log 10⁻²

=2

 pH 50 mL H2SO4 0,01 M

H₂SO₄ → 2H⁺ + SO₄²⁻

[H⁺] = a × Ma

= 2 × 10⁻¹

pH = - log [H⁺]

= - log 2 × 10⁻¹

= 1 - log 2 = 1,69

 pH 50 mL NaOH 0,01 M

NaOH → Na⁺ + OH⁻

[OH-] = b × Mb

= 1 × 10⁻2

= 10-2

pOH = - log [OH-2]

= - log [10-2]

= 2 - log 1

pOH = 2

pH = 14 – pOH

pH = 14 – 2
pH = 12

 pH 25 mL NaOH + 25 mL HCl (0,01 M)


NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 0,25 0,25 - -
r 0,25 0,25 0,25 0,25
s - - 0,25 0,25
(jumlah molekul dari asam dan basa sama, maka pH nya dapat disimpulkan = 7
)

 pH 50 mL NaOH + 25 mL HCl (0,01 M)


NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 0,50 0,25 - -
r 0,25 0,25 0,25 0,25
s 0,25 - 0,25 0,25
−¿
OH
pH = 14 – (- log sisamol ¿)
vol. campuran
0,25
= 14 – (- log ¿
0,75
= 14 – (- log 3,33 × 10-2)
= 14 – (2 - log 3,3) = 12,52

 pH 25 mL NaOH + 25 mL H2SO4 (0,01 M)


2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
m 0,5 0,25 - -
r 0,25 0,125 0,125 0,25
s - 0,125 0,125 0,25
H +¿
pH = - log sisamol ¿
vol. campuran
0,125
= - log
0,50
= - log 2,5 × 10-3
= 3 – log 2,5
= 3 – 0,40
= 2,6
Jika dibandingkan dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa terlihat bahwa hasil yang
didapatkan agak berbeda dengan hasil yang didapatkan dari hasil praktikum hal ini
dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3.0 Perbandingan pH T eoritis Dengan pH hasil Praktikum

No Larutan Alat Uji


pH meter pH teoritis
1. 50 mL HCl 0,01 M 2,86 2
2. 50 mL H2SO4 0,01 M 2,73 1,69
3. 50 mL NaOH 0,01 M 11,6 12
4. 25 mL NaOH 0,01 M + 25 mL HCl 10,97 7
0,01 M
5. 50 mL NaOH 0,01 M + 25 mL HCl 11,30 12,52
0,01 M
6. 25 mL NaOH 0,01 M + 25 mL 3,2 2,6
H2SO4 0,01 M

Hal ini memperlihatkan bahwa hasil didapatkan berbeda dengan yang teoritis diperkirakan
hal ini terlihat bahwa yang pertama pada hasil larutan yang didapatkan dengan teoritis yang
perbedaannya tidak terlalu jauh hal ini diakibatkan bahwa terdapatnya zat pengotor di larutan
tersebut seperti pada 50 mL NaOH 0.01 M yang diduga terdapat sedikit larutan yang bersifat
asam sehingga pH yang didapatkan adalah beda. Yang kedua pada larutan H 2SO4 dimana
diujji dengan 50 mL dengan 0.01 M didapatkan berbeda jauh hal ini mungkin diakibatkan
oleh antara adanya zat pengotor bersifat basa atau larutan H 2SO4 yang kualitas telah menurun
dikarenakan seringnya terpapar oleh udara yang diakibatkan percobaan yang melibatkan
larutan ini pada dahulu. Kemudian pada larutan 25 mL NaOH 0.01 M + 25 mL HCL 0.01 M
yang seharusnya reaksi netralisasi atau hidrolisis yang menghasilkan pH netral yaitu 7 tetapi
didapatkan adalah pH 10,97 hal ini mungkin diakibatkan sedikit berlebihnya larutan NaOH
sehingga larutan bersifat asam atau diakibatkan juga larutan belum tercampur rata sehingga
pemerataan zat tidak homogen sehingga saat diujikan didapati pH yang basa dimana adalah
NaOH yang belum tercampur rata.
Secara teori yang diberikan telah sesuai dengan hasil praktikum dimana indikator
yang digunakan telah menunjukan reaksi yang sesuai walaupun sebagian besar
pengukuran pH dengan pH meter telah sesuai dengan teori dimana dapat mengukur
pH dan menunjukan larutan tersebut asam atau basa , keakuratan hasil belum tercapai
dimana terdapat berbagai variabel yang dapat mempengaruhi hasil tersebut seperti
human error, bahan, pengaruh lingkungan dan pengaruh dari alat.
IX. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan bahwa :
1. Pada larutan HCl menunjukan sifat asam dikarenakan pH dibawah 7
dan indikator menunjukan reaksi khusus terhadap asam.
2. Pada Larutan NaOH menunjukan sifat basa dikarenakan pH
didapatkan diatas 7 dengan indikator yang menunjukan reaksi khusus
terhadap basa.
3. Pada Larutan H2SO44 menujukan sifat asam dikarenakan pH yang
didapatkan dibawa 7.
4. H2SO4 bersifat lebih asam dibandingkan HCl dikarenakan pH yang
didapatkan lebih rendah yaitu 2.73 dibandingkan HCl 2.86 hal ini
dikarenakan secara teoritis Valensi Asam Sulfat lebih tinggi yaitu 2
dibandingkan Valensi HCl yaitu 1.
5. Pengujian indikator dapat menentukan suatu asam atau basa tetapi
tidak efektif untuk menentukan angka pH yang tepat dan pada pH
meter dapat ditentukan suatu larutan asam atau basa dan dapat
menunjukan harga pH.
b. Saran
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dapat disarankan yaitu :
1. Berhati – hati dengan peralatan yang mudah pecah.
2. Tuang bahan sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan.
3. Fokus dan teliti saat melakukan praktikum.

X. Daftar Pustaka
Yusnita, M. 2019." Asam, Basa, dan Garam di Lingkungan Kita". Semarang : PT.
Sindur Press.
Budiwati, Rini. 2019." Kimia Dasar". Bandung : Institut Teknologi Nasional
Haryono, H. E. (2019). Kimia Dasar. books.google.com.
https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=DkXHDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=heny+kimia&ots=Tff
8_uTuAc&sig=_CfM0dfAF11MVAywmjFf6-tK2F8

XI. Lampiran
Lampiran 1. Laporan Sementara Halaman Depan
Lampiran 2. Laporan Sementara Halaman Belakang
Lampiran 3. 12 Tabung Reaksi

Lampiran 4. Larutan Hasil Uji NaOH 0.01M dengan Indikator


Lampiran 5. Indikator yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai