Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PENUH DALAM

PENENTUAN HARGA TRANSFER

Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si

Disusun Oleh:
Dinda Agung Trisna(C1C020140)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami penulis dapat menyelesaikan tugas RMB yang berjudul
“Penggunaan Informasi Akuntansi Penuh Dalam Penentuan Harga Transfer”
dengan tepat waktu. Ada pun RMB ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pelajaran mengenai akuntansi manajmen yang mana mudah -
mudahan bermanfaat bagi para pembaca maupun penulis. Saya sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mukhzarudfa S.E., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen yang telah memberikan
bimbingannya. Ucapan terima kasih juga tak lupa saya sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan RMB ini. Penulis menyadari bahwa
RMB ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritikan yang
membangun penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan ringkasan materi
belajar penulis selanjutnya.
Jambi, 5 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ 2
BAB I.................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
BAB II ................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................. 5
2.1 Latar Belakang Timbulnya Masalah Harga Tranfer ................. 5
2.2 Konsep Harga Tranfer ................................................................ 7
2.3 Masalah Yang Dirundingkan Dalam Penentuan Harga Transfer 8
2.4 Metode Penentuan Harga Jual .................................................... 9
2.5 Masalah Dalam Penentuan Harga Transfer ................................ 9
2.6 Pengelolah Harga Transfer ....................................................... 12
BAB III ............................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemikiran organisasi dewasa ini beroritasi ke arah desentralisasi. Salah satu
tantangan utamanya didalam mengoprasikan sistem desentralisasi adalah
menyediakan dan mempersiapkan metode akuntansi yang memuaskan untuk
mentransfer barang dan jasa dari satu kepusat laba yang lain yang terdapat
didalam perusahaan yang memiliki jumlah transaksi yang cukup signifikan
(berarti). Didalam bab ini berbagai pendekatan yang dikenal akan dibahas
termasuk yang berkaitan dengan sistem negosiasi dari arbitrasi yang merupakan
esensi dari sistem harga tranfer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah latar belakang timbulnya masalah harga transfer?
2. Bagaimana konsep harga transfer itu?
3. Masalah apa yang perlu dirundingkan bagi setiap divisi dalam
menentukan harga transfer?
4. Seperti apa metode penentuan harga transfer?
5. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penentuan harga transfer?
6. Bagaimanakah pengelolaan harga transfer itu ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya masalah harga transfer.
2. Untuk mengetahui konsep harga transfer.
3. Untuk mengetahui masalah yang perlu dirundingkan bagi setiap divisi
dalam menentukan harga transfer.
4. Untuk mengetahui apa metode penentuan harga transfer.
5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penentuan harga
transfer.
6. Untuk mengetahui pengelolaan harga transfer

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Timbulnya Masalah Harga Tranfer

Masalah penentuan harga transfer dijumpai pada perusahaan yan organisasinya


di susun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk tersebut
terjadi transfer barang atau jasa. Perusahaan semacam ini biasanya adalah
perusahaan yang telah mengalami kemajuan yang pesat dan kompleksitas. Latar
belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses
diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan
diferensiasi bisnis.
a. Diferensiasi
Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas yang
diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
b. Diversifikasi
Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk
menghadapi berbagai lingkungan industri.
c. Integrasi
Integrasi merupakan usaha untuk mengkoordinasikan divisi-divisi yang
terbentuk dari adanya diferensiasi dan diversifikasi agar divisi-divisi yang
telah terbentuk tidak tercerai-berai.
Harga transfer memiliki peran ganda. Di satu sisi, harga transfer mempertegas
diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan
dengan tegas hak masing-masing divisi untuk mendapatkan laba. Di sisi lain,
harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme
integrasi. Misalnya dalam penentuan sumber pengadaan barang, manajemen
puncak dapat menempuh kebijakan jika menguntungkan perusahaan secara
keseluruhan, manajer divisi dipaksa untuk memilih sumber pengadaan dari divisi
lain dalam perusahaan, tidak dari pemasok lain. Dengan kebijakan ini, manajer
divisi dipaksa untuk merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi
yang terlibat, sehingga dua atau lebih divisi yang terpisah perlu melakukan
hubungan dalam mencapai tujuan perusahaan bersama. Harga transfer
mendekatkan dua atau lebih divisi yang semula melakukan bisnis secara
independen.

5
A. Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian kebebasan untuk mengambil
keputusan. Suatu organisasi yang manajer tingkat bawahnya memliki
kebebasan yang besar dalam pengambilan keputusan adalah organisasi
yang besar tingkat desentralisasinya. Sebaliknya suatu organisasi yang
seluruh pengambilan keputusan terpusat ditangan manajer puncak disebut
sebagai organisasi yang tingkat desentralisasinya rendah atau yang bersifat
sentralisasi.
Desetralisasi merupakan tingkat seberapa besar kebebasan untuk
pengambilan keputusan didelegasikan oleh manajer puncak kepada para
manajer yang lebih rendah. Sentralisasi dan desetralisasi merupakan suatu
kontinum yang masing-masing ujungnya terdapat pemusatan wewenang
untuk pengambilan keputusan.

Desentralisasi dapat mengambil salah satu dari tiga bentuk berikut ini :
a. Desentralisasi berdasarkan fungsi ( functional decentralization ),
b. Desentralisasi berdasarkan daerah ( geographical decentralization ),
c. Desentralisasi berdasar laba ( profit decentralization ).

Desentralisasi memiliki kebaikan dan kelemahan. Manfaat desentralisasi


adalah :
a. Para manajer tingkat yang lebih rendah mempunyai pengetahuan yang
terbaik tentang kondisi setempat.
b. Desentralisasi memberikan kesempatan bagi para manajer tingkat lebih
rendah dalam mempersipakan diri untuk jabatan yang lebih tinggi setelah
berlatih mengelola unit organisasi tingkat bawah.
c. Desentralisasi memberikan kebebasan bagi para manajer dalam
pengambilan keputusan, sehingga mereka dapat merasakan statusnya
lebih tinggi bila dibandingkan jiks mereka tidak memiliki kebebasan
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian desentralisasi dapat
memberikan motivasi bagi para manajer untuk berprestasi.
6
Sedangkan, kelemahan desentralisasi adalah :
a. Para manajer mungkin membuat keputusan yang hanya menguntungkan
divisi yang dipimpinnya saja, dengan akibat merugikan perusahaan secara
keseluruhan.
b. Para manajer mempunyai kecenderungan untuk memiliki sendiri unit
organisasi penghasil jasa yang sebenarnya akan lebih murah jika jasa
tersebut disediakan secara terpusat.
c. Kadang-kadang biaya pengumpulan dan pengelolaan informasi
mengalami kenaikan dalam perusahaan yang organisasinya sudah
didesentralisasikan.

2.2 Konsep Harga Tranfer

Harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba
dalam perusahaan yang sama. Penentuan harga transfer dalam perusahaan yang
telah mendesentralisasikan organisasinya ke dalam pusat-pusat laba
menimbulkan berbagai masalah , terutama masalah yang menyangkut penentuan
harga transfer yang adil bagi semua pihak yang terkait, masalah motivasi,
pengukuran kinerja, dan masalah pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
A. Karakteristik Harga Transfer
Jika antar pusat laba dalam suatu perusahaan membeli dan menjual barang,
ada dua macam keputusan yang harus dibuat :
• Keputusan pemilihan sumber. Apakah memproduksi sendiri ataukah
membeli dari pemasok. Keputusan ini disebut sourcing decision.
• Keputusan penentuan harga transfer. Jika barang diproduksi di
dalam perusahaan sendiri, keputusan berikutnya adalah pada harga
transfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Keputusan ini dikenal
dengan istilah transfer pricing decision.
Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik berikut :
1) Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait hanya
diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan
harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk
biaya penuh barang yang diporduksi di divisi pembeli.
2) Harga transfer mengandung unsur laba di dalamnya
3) Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan
sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk

7
2.3 Masalah Yang Dirundingkan Dalam Penentuan Harga Transfer

Karena setiap divisi yang dibentuk perusahaan diukur kinerjanya atas dasar laba
yang diperoleh masing-masing, maka dua masalah yang dirundingkan antara
divisi penjual dan divisi pembeli adalah :
1. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer
2. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer
Dasar penentuan harga transfer. Dalam penentuan harga transfer, divisi
pembeli da divisi penjual harus menyepakati dasar yang akan dipakai sebagai
landasan penetuan harga barang yang ditransfer antar divisi tersebut.

Cara penilaian aktiva yang dipakai sebagai dasar penentuan laba yang
diperhitungkan dalam harga transfer dapat dibagi menjadi dua : cara penilaian
aktiva lancer dan cara penilaian aktiva tetap. Jika jenis aktiva lancer yang
diperhitungkan dalam investment base telah ditetapkan, penilaian aktiva lancer
dapat dipilih dari :
1. Nilai bersih aktiva yang direalisasikan ( net realize value) aktiva lancar
pada awal tahun berlakunya harga transfer.
2. Nilai bersih yang direalisasikan ( net realize value) aktiva lancar rata-rata
dalam tahun berlakunya harga transfer.

8
2.4 Metode Penentuan Harga Jual

1. Penentuan harga transfer atas dasar biaya (Cost-Based Transfer


Pricing).
Dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang yang ditransfer antar
divisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer. Biaya penuh
yang dipakai sebagai dasar penetuan harga transfer dapat dipilih dari dua
macam biaya, yaitu biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh standar.
Jika activity based cost dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya
yang digunakan sebagai dasar penetuan harga transfer, maka unsur-unsur
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Unit level activity cost.
Biaya ini dibebankan oleh divisi penjual berdasarkan biaya standar
dikalikan jumlah produk yang ditransfer.
b. Batch-related activity cost.
Biaya ini dibebankan kepada divisi pembeli berdasarkan jumlah batch-
related activity cost standar yang dikeluarkan ole divisi penjual
c. Product-sustaining activity cost.
Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiiran jumlah unit
produk yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut.
d. Facility-sustaining activity cost.
Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran unit produk
yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.

2. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based


transfer pricing).
Harga pasar merupakan harga kesempatan bagi divisi penjual maupun
pembeli. Bagi divisi penjual, harga pasar merupakan penghasillan yang
akan dikorbankan didalam transfer produk kepada divisi pembeli,
sedangkan bagi divisi pembeli harga pasar tersebut merupakan biaya yang
seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari pihak luar.

2.5 Masalah Dalam Penentuan Harga Transfer

Setiap harga transfer akan menjadi biaya variabel bagi divisi pembeli, meskipun
dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan, harga transfer tersebut
mengandung unsur biaya tetap dari divisi penjualan. Jika di devisi pembeli

9
terdapat kapasitas yang berlebih, analisis biaya yang dilakukan oleh divisi
pembeli untuk pengambilan keputusan jangka pendek di bidang pemasaran akan
berakibat terjadinya kesalahan kesimpulan. Jika divisi pembeli memperlakukan
unsur biaya biaya tetap yang terdapat dalam harga barang yang ditransfer dari
divisi penjual sebagai biaya variabel, biaya variabel divisi pembeli akan berbeda
dengan biaya variabel dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan.
a. Jika manajer divisi pembeli melakukan perencanaan laba jangka pendek,
ia akan memperlakukan harga yang dibayarkan kepada divisi penjual untuk
produk yang ditransfer dari divisi tersebut sebagai unsur biaya variabel.
Dengan demikian usaha optimasi laba jangka pendek yang dilakukan oleh
divisi pembeli tidak selalu berakibat optimasi laba perusahaan secara
keseluruhan.
b. Masalah tersebut selalu timbul jiak produk atau jasa ditransfer dari divisi
penjual ke divisi pembeli dengan menggunakan harga transfer persatuan.
Masalah ini menjadi lebih besar dalam perusahaan yang
divisinyamemasarkan produk yang diproduksi oleh divisi lain dalam
perusahaan yang sama.
c. Jika suatu divisi menjual seluruh produknya ke divisi lain dalam
perusahaan yang sama, divisi tersebut merupakan captive suplier. Manajer
divisi penjual ini tidak memilki wewenang yang signifikan dalam bidang
pemasaran. Tanggung jawab pokoknya adalah pada pada pengendalian
biaya, mutu produk, ketepatan jadwal produksi. Laba divisi ini sangat
ditentukan oleh volume produk yang dijual oleh divisi pembeli. Dengan
demikian, laba bukan meruapkan ukuran kinerja yang baik bagi kinerja
manajer divisi penjual.
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh captive suplier tersebut, ada dua
alternatif yang dapat dipilih:
1. Memperlakukan divisi penjual sebagai pusat biaya
2. Memilih satu dari tiga alternatif harga transfer: baben tetap bulanan,
pembagian laba, dan dua macam harga.

Divisi penjual diperlakukan sebagai pusat biaya


Jika divisi penjual mentransfer seluruh atau sebagian produknya kepada divisi
lain kepada perusahaan yang sama, divisi penjual pada hakekatnya merupakan
peseudo profit center (pusat laba tidak dalm arti yang sebenarnya). Manajer divisi
penjual ini tidak memilki wewenang yang berarti dalam pemasaran produknya,
sehingga laba divisinya sangat ditentukan oleh kinerja divisi lain. Dengan

10
demikian, laba tidak dapat mencerminkan kinerja divisi penjual ini. Oleh karena
itu, salah satu alternatif yang tersedia bagi divisi penjual yang diperlukan sebagai
captive supplier bagi divisi lain ini adalah dengan memperlakukan divisi tersebut
sebagai pusat biaya. Tanggung jawab divisi penjual adalah terbatas pada
pengendalian terhadap biaya.

Beban tetap bulanan (Fixed Monthly Charge)


Jika alternatif memperlakukan divisi penjual sebagai psat biaya tidak dipilih,
namun agar kinerja divisi penjual tidak ssemata-mata ditentukan oleh kinerja
divisi pembeli, maka peentuan harga transfer dapat dilakukan dengan beban tetap
bulanan. Dengan menggunakan beban tetap bulanan, divisi penjual sebagai
captive supplier tetap diperlakukan sebagai pusat laba, yang kinerjanya tidak
dipengaruhi oleh volume penjualan divisi pembeli. Harga transfer produk divisi
penjual dihitung sebagai berikut:
1. Produk yang ditransfer ke divisi pembeli ditentukan harga transfernya
sebesar biaya variabel persatuan. Jika misalnya divisi penjual mentransfer
X unit produk ke divisi pembeli, maka divisi pembeli akan dibebani dengan
hasil kali biaya variabel per unit. Dengan jumlah unit produk yang
ditransfer ke divisi pembeli.
2. Setiap bulan divisi pembeli akan dibebani dengan beban tetap bulanan
yang unsurnya terdiri dari:
a. Biaya tetap. Biaya tetap yang dibebankan oleh divisi penjual adalah
sebesar biaya tetap yang terjadi untuk penyediaan kapasitas untuk
kepentingan divisi pembeli. Karena sebaga captive suplier, divisi penjual
telah menyediakan kapasaitas untuk keperluan divisi pembeli, maka semua
biaya tetap yang timbul sebagai akibat penyediaan kapasitas tersebut
dibebankan pada divisi pembeli. Dengan demikian volume kegiatan divisi
pembeli tidak mempengaruhi perhitungan laba divisi penjual.
b. Laba. Unsur laba yang diperhitungkan dalam harga transfer ini dihitung
sebesar tarif kembalian investasi (Return on investment) atas investasi
divisi penjual unruk melayani kepentingan divisi pembeli.
Besarnya biaya tetap yang dibebankan kepada divisi pembeli dan besarnya
laba yang ditambahkan dalam harga transfer perlu dirundingkan secara
periodek antar divisi penjual dan divisi pembeli.

11
Pembagian Laba (Profit Sharing)
Dalam penentuan harga transfer ini, divisi pembeli dibebani baiaya variabel
standar untuk setiap unit produk yang ditransfer oleh divisi penjual ke divisi
pembeli. Biaya variabel divisi penjual ke divisi pembeli ini digunakan untuk
menghitung biaya variabel komulatif produk yang selesai diproduksi dan
dijual oleh divisi pembeli. Setelah divisi penjual berhasil menjual produk
tersebut ke pasar luar, laba kontribusi yang diperoleh (yang merupakan selisih
harga jual ke pasar luar dikurangi dengan biaya variabel kumulatif) dibagi
secara adil kepada divisi penjual dan divisi pembeli.
Dua Perangkat Harga (Two Sets of Price)
Untuk menyelsaikan masalah yang dihadapi oleh divisi penjual yang
bertindak sebagai captive supplier dapat ditempuh cara lain dengan
menggunakan dua perangkat harga untuk produk yang ditransfer dari divisi
penjual ke divisi pembeli. Perangkat harga pertama yang digunakan adalah
harga jual produk divisi penjual di pasar luar perusahaan. Pada saat divisi
penjual mentransfer produk ke divisi pembeli, rekening pendapatan divisi
penjual dikredit sebesar jumlah unit produk yang ditransfer dikalikan dengan
harga jual produk tersebut di pasar luar dikurangi dengan biaya pemasaran.
Divisi pembeli dibebani sebesar biaya variabel standar. Selish antar
penadapatan dan biaya variabel tersebut, dikreditkan ke rekening kantor pusat
dan di eliminasi pda saat dilakukan konsolidasi laporan keuangan.

2.6 Pengelolah Harga Transfer

Karena penentuan harga transfer berdampak langsung terhadap laba divisi yang
terlibat dalam transfer produk atau jasa, sistem penentuan harga transfer
memerlukan aturan formal agar dapat dilakukan secara berhasil. Dua aturan
formal yang perlu ditetapkan adalah aturan negosiasi dan aturan penyelesaian jika
negosiasi menghadapi jalan buntu.
Negosiasi antar divisi
Jika pembentukan divisi disertai dengan desentralisasi wewenag manajemen
puncak, penentuan harga transfer tidak ditetapkan oleh staf manajemen puncak,
namun merupakan hasil negosiasi antar manajer divisi yang terlibat dalam
transfer barang atau jasa. Jika wewenang penentuan harga transfer masih ditangan
staf manajemen puncak, manager divisi tidak ditempatkan dalam posisi yang
dapat mengendalikan pendapatan dan biaya divisinya. Dengan demikian, kondisi

12
ini akan mengakibatkan laba divisi tidak dapat dipakai sebagai pengukur yang
baik kinerja manajer divisi.
Setiap metode harga transfer seolah-olah seperti pedang bermata dua. Jika metode
harga transfer menguntungkan divisi penjual, tentu dilain pihak akan merugikan
divisi pembeli. Begitu pula sebaliknya, jika divisi pembeli diuntungkan dengan
metode harga transfer tertentu, maka divisi penjual tentu akan dirugikan. Oleh
karena itu, penentuan harga transfer harus dirundingkan oelh manajer divisi yang
terlibat.
Dalam melakukan perundingan, divisi yang terlibat perlu menetapkan dasar yang
akan dipakai sebagai landasan perundingan. Jiak digunakan baiya penuh sebagi
dasar, divisi yang terlibat perlu merundungkan tipe biaya yang akan dipakai
sebagai dasar (biaya standar atau biaya sesungguhnya), unsur biaya yang
diperhitungkan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur aktiva yang
diperhitungkan dalam capital employed, dan besarnya tarif kembalian yang
diperhitngkan dalam menghitung laba. Biasanya kantor pusat menetapkan
kebijakan yang bersangkutan dengan sumber pengadaan. Misalnya divisi
dilarang mengadakan kebutuhan bahan dari perusahaan luar yang merupakan
pesaing divisi lain dalam perusahaan.
Arbitrase
Bagaimanapun rinci aturan negosiasi yang telah disepakati oleh divisi yang
terlibat, suatu saan akan terjadi jalan buntu dalam perundingan penetuan harga
transfer. Oleh karena itu, perlu disusun prosedur untuk menengahi perselisihan
yang terjadi anatar divisi penjual dan divisi pembeli. Lembaga arbitrase perlu
dibentuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dipersengketakan oleh
divisi penjual dan divisi pembeli. Dalam lembaga arbitrase ini, managemen
kantor pusat bertanggung jawab dalam membantu penyelesaian masalah-masalah
yang disengketakan oleh para manajer divisi yang terkait dalam penentuan harga
transfer. Lembaga arbitrase ini bertanggung jawab untuk:
1. Menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam penentuan harga transfer.
2. Menelaah perubahan sumber pengadaan.
3. Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harga transfer merupakan mekanisme pendistribusian pendapatan perusahaan
dan bukan semata-mata merupakan teknis akuntansi. Lebih-lebih ia merupakan
alat perilaku yang memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang
benar dan tepat. Analisis keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap
harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya
bahwa hasil penjualan merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga
satuan barang yang dijual. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa laba kotor
yang dihasilkan akibat adanya selisih harga adalah nol, atau tidak terdapat adanya
keuntungan, Hal ini disebabkan karena selama periode analisis tidak terjadi
perubahan harga dari harga yang ditetapkan sebelumnya, Harga jual nata de coco
koktail merupakan harga yang diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar,
sehingga perusahaan bertindak sebagai price taker atau penerima harga.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40238496/PENGGUNAAN_INFORMASI_AKU
NTANSI_PENUH_DALAM_PENENTUAN_HARGA_TRANSFER
https://www.indonesiana.id/read/145059/penggunaan-informasi-akuntansi-
penuh-dalam-penentuan-harga-transfer
https://www.scribd.com/document/378624761/klmpk-5-PENGGUNAAN-
AKUNTANSI-PENUH-DALAM-PENENTUAN-HARGA-JUAL-docx

15

Anda mungkin juga menyukai