DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
A. LATAR BELAKANG
Korporasi sebagai alat yang sangat luar biasa untuk memperoleh keuntungan pribadi tanpa
perlu adannya pertanggung jawaban. Pada berbagai sektor perekonomian, dapat ditemukan
satu contoh pelanggaran korporasi yang telah menimbulkan banyak kerugian dan kerusakan.
Walaupun terdapat berbagai bukti yang menunjukkan adanya kejahatan korporasi, namun
hukuman atas tindakan tersebut selalu terabaikan. Kejahatan korporasi yang telah terjadi pada
berbagai perusahaan di masa lalu dapat hidup kembali. Oleh karena itu, perlu diketahui
bagaimana untuk mencegahnya.
Banyak perusahaan sering, dengan sengaja bahkan berulang-ulang, mencemoohkan hukum;
mereka melakukan tidakan yang melanggar hokum namun dengan mudah keluar dari
tuntutan hukum. Padahal masyarakat sangat terganggu akibat tindakan korporasi tersebut.
Pandangan masyarakat pada bentuk kejahatan korporasi sangat berbeda dengan pandangan
mereka pada kejahatan jalanan. Hampir pada setiap kejadian, efek dari kejahatan korporasi
selalu lebih merugikan, memakan biaya lebih besar, berdampak lebih meluas, dan lebih
melemahkan daripada bentuk kejahatan jalanan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. PEMBAHASAN
1. Kejahatan Korporasi
D. KESIMPULAN
Kejahatan korporasi adalah merupakan kejahatan yang besar dan sangat berbahaya sekaligus
merugikan kehidupan masyarakat, kendatipun di pihak lain ia juga memberi kemanfaatan
bagi kehidupan masyarakat dan negara. Keinginan korporasi untuk terus meningkatkan
keuntungan yang diperolehnya mengakibatkan terjadinya tindakan pelanggaran hukum.
Korporasi, sebagai suatu badan hukum, memiliki kekuasaan yang besar dalam menjalankan
aktivitasnya sehingga sering melakukan aktivitas yang bertentangan dengan ketentuan hukum
yang berlaku, bahkan selalu merugikan berbagai pihak. Dikatakan “besar”, oleh karena
kompleksnya komponen-komponen yang bekerja dalam satu kesatuan korporasi, sehingga
metode pendekatan yang dilakukan terhadap korporasi tidak bisa lagi dengan menggunakan
metode pendekatan tradisional yang selama ini berlaku dan dikenal dengan metode
pendekatan terhadap kejahatan konvensional, melainkan harus disesuaikan dengan
kecanggihan dari korporasi itu sendiri, demikian pula dengan masalah yang berkenaan
dengan konstruksi yuridisnya juga harus bergeser dari asas-asas yang tradisional kearah yang
lebih dapat menampung bagi kepentingan masyarakat luas, yaitu dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap masyarakat.
Kejahatan terorganisir, yang dalam literatur mendapat tempat dalam klasifikasi tersendiri,
tapi sebenarnya dalam pengertian yang lebih luas adalah merupakan bagian dari kejahatan
korporasi, korporasi adalah suatu organisasi, suatu bentuk organisasi dengan tujuan tertentu
yang bergerak dalam bidang ekonomi atau bisnis, maka kita harus melihat kejahatan
korporasi sebagai kejahatan yang bersifat organisatoris, yaitu suatu kejahatan yang terjadi
dalam konteks hubungan-hubungan yang kompleks dan harapan-harapan diantara dewan
direksi, eksekutif dan manejer disuatu pihak dan diantara kantor pusat, bagian-bagian dan
cabang-cabang pada pihak lain.
Kendatipun demikian, tidak berarti lalu kejahatan “warungan” tidak mendapat perhatian lagi,
akan tetapi harus terdapat perhatian lagi, akan tetapi harus terdapat pemikiran yang
proporsionalitas penanganan, sehingga tidak memberi kesan adanya ketidakadilan
penanganan. Artinya, kejahatan yang begitu membahayakan dan merugikan masyarakat luas
yang ditimbulkan oleh korporasi, namun tidak mendapat penanganan sebagaimana mestinya,
tapi dilain pihak, seperti yang selama ini terjadi, kejahatan “warungan” justru mendapat
perhatian secara serius dan sungguh-sungguh. Dari apa yang diuraikan di atas adalah
merupakan tantangan dan sekaligus menjadi arah bagi pengembangan kriminologi Indonesia
di masa mendatang.
E. SARAN
Untuk mencegah terjadinya kejahatan korporasi, perlu diadakan aturan yang tegas baik
berupa collective self-regulation maupun individualized selfregulation. Namun penerapan
collective self-regulation tidak efektif karena pemerintah dan pengadilan harus terus
memonitoring setiap aktivitas korporasi, sementara korporasi berusaha untuk mengambil
celah agar aktivitas kejahatannya tidak terpantau oleh mereka.
Dengan demikian, cara yang paling baik untuk melawan kejahatan korporasi adalah dengan
mencegahnya sebelum terjadi yang dapat dilakukan dengan adanya individualized self
regulation di mana setiap perusahaan bertangung jawab atas kebijakan mereka sendiri. Tidak
sulit untuk menemukan perusahaan yang mengatakan kepada masyarakat bahwa mereka
memiliki tanggung jawab sosial.
Namun banyak perusahaan yang menggunakan hal itu sebagai suatu cara pemasaran untuk
meningkatkan image, bahkan penjualan mereka. Selain itu, terdapat berbagai macam
perlakuan perusahaan atas nama tanggung jawab sosial yang pada prakteknya sangat bertolak
belakang.