Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen pengampu Herdiman M.Kep
Disusun oleh :
Asep Wahyu 120009
Bunga Meira Mawarni 120010
Dita Mutiara Dewi 120014
Reni Apriani 120027
Risma Novanti 120030
Rista Nur Apriliani 120031
Rita Wulan Syahputri 120032
SISTEM PERSYARAFAN
A. PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM PERSYARAFAN
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pemeriksaan fisik pada
system persyarafan, mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan
fisik pada system persyarafan dengan benar dan tepat.
2. Deskripsi
Pemeriksaan fisik pada sistem perkemihan mencakup pemeriksaan pada
fungsi cerebral-status mental dan fungsi saraf kranial
3. Tujuan
Menggali data yang saling mendukung sehingga dalam penetuan
masalah/diagnose keperawatan menjadi terarah dan tepat.
4. Standar Operasional prosedur
1. Persiapan
a) Pasien
1) Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3) Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan kerja sama yang
dibutuhkan dari klien
4) Menanyakan keluhan dari klien
5) Menanyakan kepada klien tentang riwayat nyeri, sakit kepala,
keterbatasan gerak, ketidakmampuan melakukan aktifitas, cedera,
adanya kehilangan fungsi tanpa nyeri
b) Alat
1) Penlight
2) Snelen chart
3) Kapas
4) Jarum/ benda berujudng runcing
5) Air hangat
6) Air dingin
7) Teh
8) Kopi
9) Kayu putih
10) Garpu tala
11) Tonge spatel
12) Alcohol
c) Lingkungan
1) Pencahayaan cukup
2) Ruang tenang
3) Memperhatikan keamanan lingkungan
d) Perawat
1) Mencuci tangan
2) Memakai sarung tangan bersih
2. Pelaksanaan
A. FUNGSI SEREBRAL-STATUS MENTAL
1) Mengobservasi penampilan umum
Tingkat kesadaran
Tingkah laku (Penampilan umum, aktifitas, hygiene, ekspresi, isis pikir)
Fungsi Kognitif (Orientasi orang, tempat dan waktu, kemampuan mengikuti
perintah, menghitung, perhatian)
2) Integrasi sensorik
3) Integrasi motorik
(4) Pemeriksaan kemampuan berkomunkasi danberbahasa:
4) Saraf Trigeminus (N V)
Sensorik : instruksikan klien untuk menutup matanya dan dengan
sentuhan ringan pada bagian berbeda dari wajah dengan bola
kapas, jarum dan air hangat, tanyakan dimana klien merasakan
sensasinya
Motorik : Instruksikan klien untuk menutup rahang
Letakkan beberapa butir gula di salah satu sisi lidah klien dan
minta klien untuk mengidentifikasi rasa. Gunakan garam dan
bahan lainnya
6) Saraf Akustik/vestibule-koklear (N VIII)
Tepukkan tangan pemeriksa dekat telinga klien, tanyakan apa
klien mendengar bunyinya
Letakkan garpu tala yang bergetar pada puncak tenggkorak klien,
tanyakan apakah klien mendengar bunyinya
PEMERIKSAANFUNGSISENSORIK
Dilakukandengancara:
a. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel ataujarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
b. Kapasuntukrasaraba.
c. Botolberisiairhangat/panasdanairdingin,untukrasasuhu.
d. Garputala,untukrasagetar..
PENGKAJIANSISTEMMOTORIK
Melakukanobservasidanpenilaiankekuatanototpadakeduaekstremitas atas dan bawah
Observasi:masadantonusotot(hipertropi,normalatauatropi) Kekuatan otot : skala
Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)
0:tidakadakontraksisamasekali. 1 : gerakan
kontraksi.
2 :kemampuanuntukbergerak,tetapitidakkuat kalau melawan
tahanan atau gravitasi.
3 :cukupkuatuntukmengatasigravitasi.
4 :cukupkuattetapibukankekuatanpenuh. 5 : kekuatan
kontraksi yang penuh.
PEMERIKSAANAKTIFITASREFLEX
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon
menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 :tidakadarespon
1 :hypoactive/penurunanrespon,kelemahan(+) 2 : normal ( ++ )
3:lebihcepatdarirata-rata,tidakperludianggapabnormal(+++) 4 : hyperaktif, dengan
klonus ( ++++)
Pemerisaanreflex yangdilakukanadalah
a. Refleks patella: Pasien berbaring terlentang ,lutut diangkat ke atas sampai fleksi
kurang lebih 300. Tendon patella (ditengah- tengah patella dan tuberositas
tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps
femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b. Refleksbiceps: Lengan difleksika nterhadap siku dengan sudut 900,supinasi dan
lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa).Jari pemeriksa
ditempatkan padat endonm .biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul
dengan refleks hammer. Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit
meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka
akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
c. Refleks triceps : Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut900,tendon triceps
diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas
olekranon). Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat
bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebutmenyebar keatas
sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.
d. Refleks Achilles : Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan
pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas
tungkai bawah kontralateral. Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer,
respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
e. Refleks abdominal : Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan
dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu,umbilikus akan bergerak keatas
dan kearah daerah yang digores.
f. Refleks Babinski : Merupakan refleks yang paling penting.Untuk melakukan
test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateraltelapak kaki dari tumit kearah jari
kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul
jika ibujari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon
yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
d) Evaluasi
1) Merapikan pasien
2) Berpamitan dengan keluarga/pasien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Kegiatan Belajar – IV
SISTEM PENGLIHATAN
A. PEMERIKSAAN VISUS DASAR
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pemeriksaan visus dasar,
mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan visus dasar dengan benar dan
tepat.
2. Deskripsi
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan
penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan
mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap
mata yang memberikan keluhan mata. Pemeriksaan visus dapat dilakukan
dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E,
dan kartu uji Sheridan/Gardiner.
3. Tujuan
Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Dan untuk
Menentukan Ketajaman Penglihatan