TIM PENELITI
BAB I
PENDAHULUAN
Menilik dari manfaat yang ditawarkan dari penghijauan dan potensi dari tanaman
buah, alangkah lebih baiknya apabila tanaman buah yang dipilih adalah sumber
daya lokal Bali. Penggunaan tanaman lokal Bali untuk penghijauan Kota
Denpasar, selain bernilai ekonomis dan ekologis, juga berpotensi untuk
mendukung pelestarian budaya. Hal tersebut ditinjau dari karakteristik Kota
Denpasar yang notabene mencerminkan daerah Bali, yang masih menjaga
kearifan lokal berupa tradisi upakara atau upacara adat. Apabila tanaman buah
lokal Bali digunakan sebagai penghijauan tepi dan median jalan Kota Denpasar,
masyarakat dapat memanfaatkan hasil dari tanaman tersebut untuk membuat
sarana upakara yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
Dalam kaitannya dengan upaya penghijauan dengan memanfaatkan tanaman
buah, tentu tidak semua tanaman buah sesuai dan layak digunakan sebagai
vegetasi penghijauan di tepi dan median jalan. Maka, diperlukan suatu kajian
yang membahas mengenai perencanaan, aturan penanaman, dan pengelolaan
tanaman buah sebagai penghijauan pada daerah tepi dan median jalan, agar
kedepannya hasil yang didapat menjadi lebih optimal tanpa melupakan aspek
keamanan, ekologi, dan estetika.
Hingga saat ini, belum terdapat kajian mengenai potensi pemanfaatan tanaman
buah lokal Bali sebagai penghijauan pada tepi dan median jalan Kota Denpasar,
sehingga topik ini menjadi alternatif solusi permasalahan yang menarik untuk
dikaji. Penulis akan membahas perencanaan, analisis kesesuaian dan pemanfaatan
vegetasi, analisis manfaat, dan prospek dari pemanfaatan tanaman buah lokal Bali
untuk penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di Kota Denpasar.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Kota Denpasar adalah ibukota sekaligus pusat pemerintahan Provinsi Bali yang
memiliki luas daratan 12.778 hektar. Secara geografis, Kota Denpasar berada
antara 08 35’ 31” – 08 44’ 49” Lintang Selatan dan 115 10’ 23” – 115 16’ 27”
Bujur Timur. Letak geografis setiap kecamatan di Kota Denpasar ditampilkan
pada Tabel 2.1.1
Adapun batas-batas wilayah Kota Denpasar adalah sebagai berikut: sebelah utara
berbatasan dengan wilayah kecamatan Mengwi dan kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung, sebelah timur berbatasan dengan selat Badung dan
kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sebelah selatan berbatasan dengan
selat Badung, teluk Benoa dan wilayah kecamatan Kuta, kabupaten Badung, dan
sebelah barat berbatasan dengan wilayah kecamatan Kuta dan kecamatan Kuta
Utara, kabupaten Badung (Lampiran: Gambar 1).1
2.1.4 Kependudukan
Data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk Provinsi Bali pada periode sensus terakhir (2000-2010) telah melebihi
angka nasional yang besarnya 1,49 persen per tahun pada periode yang sama.9
Berdasarkan survey kependudukan, data pemerintah Kota Denpasar tahun 2013
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Denpasar adalah 708.454 jiwa,
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Denpasar Tahun 2009– 2013.1
8
2.1.5 Klimatologi
Topografi dan iklim wilayah Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran,
dan secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75
m di atas permukaan laut, dataran pantai dengan kemiringan lahan berkisar 0-5%,
dan dapat mencapai 15%. Data pemerintah Kota Denpasar yang tercantum dalam
RKPD 2015 menunjukkan bahwa pada tahun 2013, temperatur berkisar antara
25,4ºC – 28,7ºC, dengan rata-rata 27,0ºC. Temperatur rata-rata terendah ditemui
pada bulan Agustus (25,4ºC) dan tertinggi pada bulan Februari (28,7ºC).
Kelembaban udara rata-rata tahun 2013 berkisar antara 74% dan 83 % dengan
rata-rata 76,8 %.1
nomor 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Denpasar tahun 2011 – 2031, yang dimaksud dengan RTHK adalah ruang-ruang
dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang
didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat
tertentu, sarana kota, pengaman jaringan prasarana, dan budidaya pertanian.2
RTHK memiliki dua kategori fungsi, yaitu utama (intrinsik) dan tambahan
(ekstrinsik). Adapun fungsi utamanya bersifat ekologis, yang terdiri dari
fungsinya dalam memberi jaminan pengadaan RTHK menjadi bagian dari sistem
sirkulasi udara, pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara
alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air
hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air, dan tanah,
serta penahan angin. Fungsi tambahan dari RTHK terdiri dari fungsi sosial
budaya, ekonomi, dan estetika.11 Fungsi sosial budaya yang dimaksud adalah
penggambaran ekspresi budaya lokal, dan wadah atau objek pendidikan,
penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Fungsi ekonomi merujuk pada
pemanfaatan sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman buah, bunga,
daun, dan sayur, dan berpotensi menjadi bagian dari usaha pertanian,
perkebunan, maupun kehutanan.Fungsi estetika mencakup peningkatan
kenyamanan, memperindah lingkungan kota, dan pembentuk faktor keindahan
arsitektural.11
Secara fisik, RTHK dapat digolongkan menjadi RTHK alami, berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman nasional, serta RTHK non-alami atau binaan,
seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman, dan jalur hijau jalan.11 Apabila
ditinjau dari segi struktur ruang, RTHK dapat mengikuti pola ekologis
(mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti
10
RKPD Kota Denpasar tahun 2015 memuat tentang komposisi luas RTHK publik
dan privat per-kecamatan di Kota Denpasar (Lampiran: Tabel 2).1 Pada tahun
2014, luas RTHK publik di Kota Denpasar adalah 18,32%, sedangkan RTHK
11
privat sebesar 17,96%. Apabila dijumlahkan, total RTHK tahun 2014 di Kota
Denpasar adalah seluas 36,28% sehingga telah melewati target proporsi ideal
(≥30%), namun, apabila ditinjau dari jumlah per kategori, total RTHK publik di
Kota Denpasar masih perlu ditingkatkan karena jumlahnya < 20% (Lampiran:
Gambar 2).1
Jalur hijau jalan disediakan pada jalur tanaman tepi jalan, median, tikungan,
persimpangan, dan pulau jalan.11 Dalam kaitannya dengan optimalisasi
penghijauan untuk kota sekaligus pengupayaan adanya nilai tambah ekonomis,
konservasi, dan pelestarian budaya, tipe jalur jalan yang paling
direkomendasikan untuk dikaji adalah tepi dan median. Hasil kajian ini dapat
12
BAB III
3.1 Perencanaan Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota
Denpasar
Materi tentang penghijauan jalan mengacu pada buku “Tata Cara Perencanaan Teknik
Lanskap Jalan No.033/TBM/1996”, yang merupakan salah satu konsep dasar
kebijakan yang belum ada pembaharuannya hingga tahun 2015, dihasilkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Dasar kebijakan lain
yang sesuai adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2012
tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan. Adapun hal-hal
yang akan dibahas dalam perencanaan penghijauan meliputi ketentuan penyesuaian
penanaman dengan persyaratan geometrik jalan menurut letak jalur tanaman di tepi
dan median jalan Kota Denpasar, lokasi penempatan tanaman, serta model
pengelolaan oleh pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat.
Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi iklim habitat dan area
penanaman dengan memerhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman.
Adapun persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman penghijauan area jalan
antara lain: perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan,
batang/percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak mudah rontok/gugur.
Penentuan jenis tanaman pada tepi dan median jalan disesuaikan dengan
persyaratan, berkaitan dengan aspek keamanan dan fungsionalnya. Berikut
adalah persyaratan penempatan jenis tanaman pada area tepi (Tabel 3.1) dan
median jalan (Tabel 3.2).16
14
3.1.2 Lokasi Penempatan Tanaman di Tepi dan Median Jalan Kota Denpasar
Tabel 3.3. Panjang Jalan Kota Denpasar Keadaan Tahun 2009 s.d. 20131
3.2 Analisis Kesesuaian dan Karakteristik Tanaman Buah Lokal Bali sebagai
Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota Denpasar
Untuk memperoleh data yang akurat, penjajakan awal telah dilakukan oleh penulis
kepada Bapak Karyana, Staff Bagian Penanganan Hortukultura di Dinas Pertanian
dan Tanaman Pangan Provinsi Bali pada tanggal 14 Maret 2015. Selama ini, sangat
18
jarang terdapat penghijauan berbasis tanaman buah lokal Bali di area tepi dan median
jalan Kota Denpasar. Pada umumnya, masyarakat menanam tanaman buah di area
kepemilikan pribadi, seperti pekarangan rumah, sehingga sangat jarang terlihat
adanya pohon buah di sepanjang tepi jalan Kota Denpasar. Pada dasarnya, pihak
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Denpasar mendukung usulan
pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sebagai penghijauan area tepi dan median
jalan, namun terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, seperti kriteria pemilihan jenis
tanaman dan pengelolaan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu
bermanfaat seluas-luasnya untuk masyarakat. Untuk kedepannya, diperlukan kajian
mengenai kecocokan tanaman dengan kondisi tanah di setiap daerah di Kota
Denpasar, sehingga penanaman akan lebih terstruktur dan terencana.
Tanaman buah lokal Bali; seperti rambutan, manggis, duku, nangka, asam, lengkeng,
dan lain-lain merupakan tanaman buah tropis.18 Berdasarkan analisis kesesuaian
lahan, jenis tanaman tropis dapat tumbuh dengan baik di Kota Denpasar. Penulis akan
membahas dua contoh pohon buah tropis sebagai percontohan, yaitu Rambutan
(Nephelium lappaceum) dan Kelapa Gading (Cocos nucifera capitata).
Tanaman yang ditanam pada median jalan, yaitu Kelapa Gading Bali (Cocos nucifera
capitata) memiliki ciri berupa pangkal batang ada bole, warna tangkai daun, tangkai
bunga dan kulit buah gading atau kuning kemerahan rata-rata berat 1.176 gram, daun
19
hijau kekuningan, jumlah buah yang dihasilkan sedikit (rata-rata 3 biji), distribusi
jarang sehingga sering digantikan Kelapa Genjah Gading yang dapat menghasilkan
buah lebih banyak hingga lebih dari 10 buah.20 Rancangan penanaman pada daerah
tepi dan median jalan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1. Rancangan Penanaman Pohon Buah Lokal Bali di Tepi dan Median
Jalan. Sumber: Dokumen pribadi.
Gambar 3.2 Rancangan Penanaman Pohon Rambutan dan Kelapa Gading pada Tepi
dan Median Jalan. Sumber: dokumen pribadi.
3.3 Analisis Manfaat dan Prospek dari Pemanfaatan Tanaman Buah Lokal Bali
sebagai Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota Denpasar
Aspek pertama yaitu produktivitas, sangat berkaitan dengan ekonomi. Buah yang
dihasilkan dapat dipetik oleh masyarakat. Selain memiliki nilai tambah ekonomis
bagi individu, manfaatnya secara lebih luas adalah dapat mempopulerkan tanaman
buah lokal, sehingga berfungsi sebagai aset pariwisata tambahan bagi Kota Denpasar.
Potensi tersebut dapat dioptimalkan dengan cara menyesuaikan nama jalan dengan
varietas buah lokal yang ditanam di sepanjang jalur jalan tersebut. Contohnya, jalan
Rambutan ditanami dengan pohon Rambutan, jalan Nangka ditanami dengan pohon
Nangka, dan sebagainya, sehingga dapat memberikan suatu ciri khas pada setiap area
jalan di Kota Denpasar sekaligus menambah objek tujuan city tour dan memperluas
daerah kunjungan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Prinsip tersebut juga telah diterapkan di Singapura dalam rangka mencapai visi
“Green City” pada akhir tahun 2011.15
Berdasarkan beberapa studi, tanaman buah lokal juga memiliki fungsi ekologis yang
baik dalam penyerapan zat polutan berbahaya, disamping fungsi primernya sebagai
peneduh. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) memiliki kemampuan mengabsorbsi
massa karbondioksida tertinggi (48,0344 mg/50 ml) bila dibandingkan dengan
Glodokan Tiang (Polythea longifolia) (32,8890 mg/50 ml) dan tanaman Kasia Emas
(Cassia surattensis) (25,0916 mg/50 ml) di jalur tepi serta median Jalan PB Sudirman
Denpasar.8 Tanaman kelapa yang notabene merupakan tanaman penghasil buah lokal
lebih direkomendasikan sebagai tanaman penghijauan tepi dan median jalan.
Studi lainnya tentang tanaman penghasil buah menunjukkan bahwa beberapa tanaman
buah berpotensi menyerap zat polutan berbahaya. Nangka (Artocarpus integra)
berpotensi menyerap NO2, dengan nilai daya serap yang tinggi (30,35 g/gram).
Tanaman duku (Lansium domesticum), Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), dan Kelapa
Gading (Cocos nucifera capitata) dapat menyerap NO2 dengan daya serap sedang,
secara berurutan yaitu 20,28; 17,81; dan 16,41 g/gram. Tanaman Kelapa (Cocos
nucifera), Durian (Durio zibetinus) Rambutan (Nephelium lappaceum), dan
21
Lengkeng (Nephelium longanum) dapat menyerap NO2 dengan daya serap rendah,
secara berurutan yaitu 14,48; 14,49; 12,44; dan 12,35 g/gram.22 Studi oleh
Duryatmo (2008) menunjukkan bahwa tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus)
mampu menyerap CO2 dengan tingkat daya serap sedang, yaitu 126,51
kilogram/pohon/tahun.23
Aspek lain yang berkaitan dengan pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sebagai
penghijauan di tepi dan median jalan adalah konservasi sekaligus pelestarian tanaman
lokal. Hal tersebut sesuai dengan prinsip filosofi kehidupan masyarakat Bali yang
dinamakan Tri Hita Karana (THK) yang berasal dari bahasa sansekerta, di mana Tri
berarti Tiga, Hita berarti Sejahtera, dan Karana berarti Penyebab.24 THK dapat
dimaknai sebagai tiga hubungan harmonis yang menyebabkan kebahagiaan yang
dalam hal ini adalah 1) hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan
(Parahyangan), 2) hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya
(Pawongan) dan 3) hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya
(Palemahan). Konsep THK juga sejalan dengan konsep reliable prosperity yang
terdiri dari tiga elemen yaitu Equity, Ecology dan Economy, yang mengklaim bahwa
secara bersama ketiga elemen tersebut dari kerangka visual dan konseptualnya dapat
digunakan oleh individu, bisnis, pemerintah dan organisasi nirlaba untuk
menumbuhkan benih inovasi serta inspirasi.25
Interaksi ketiga pilar THK dengan kaitannya terhadap penghijauan berbasis tanaman
buah lokal Bali, telah menumbuhkan nilai tambah baru, yaitu pelestarian budaya
dalam melestarikan biodiversitas hayati. Hal tersebut juga berkaitan langsung dengan
aspek edukatif, yang memungkinkan adanya ekplorasi tanaman buah lokal, baik yang
masih dapat sering ditemui dan yang sudah tergolong langka sebagai objek studi oleh
para akademisi maupun sekedar pengenalan kepada pelajar dan masyarakat umum.
Pemanfaatan tanaman buah lokal sebagai penghijauan di tepi dan median jalan sangat
cerah, dalam potensinya untuk mengurangi ketergantungan buah impor dan
22
Dengan demikian, model ini dapat digunakan sebagai proyek percontohan untuk
dapat diterapkan di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bali, sehingga dalam
jangka panjang Bali dapat mandiri dari keperluan pangan terutama di bidang buah-
buahan, dengan senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dan tanpa melupakan nilai
kearifan lokal sebagai identitas Bali di mata dunia.
23
BAB IV
4.1 Simpulan
4.1.2 Pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sesuai untuk digunakan sebagai
penghijauan area tepi dan median jalan, namun terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan, seperti kriteria pemilihan jenis tanaman dan pengelolaan yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu bermanfaat seluas-luasnya
untuk masyarakat.
4.1.3 Penghijauan berbasis tanaman lokal adalah langkah konkrit dalam upaya
penyeimbangan kondisi alam di daerah perkotaan. Prospek jangka menengah
dari penghijauan kota berbasis tanaman buah lokal memiliki yang didapat
adalah aspek visual atau dekorasi lahan kota, sedangkan prospek jangka
panjangnya dapat dilihat dari lima aspek utama; ekonomi, estetika, ekologi,
konservasi, dan edukasi.
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lensantt.com/jokowi-akan-tanam-40-000-pohon-buah-lokal-
dipinggir-jalan-warga-boleh-memetiknya. [14 Maret 2014].
22. Nizar Nasrullah, et al. Seleksi Tanaman Lanskap yang Berpotensi Tinggi
15
Menyerap Polutan Gas NO2 dengan Menggunakan Gas NO2 Bertanda N.
Bulletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001;4(1).
23. Duryatmo S. 2008. Jasa Pohon Sepanjang Hayat. Trubus Edisi Khusus HUT
ke-63 Republik Indonesia.
24. Utama IMS, Kohdrata N. 2011. Modul Pembelajaran Konservasi
Keanekaragaman Hayati dengan Kearifan Lokal. Kerjasama USAID-Texas
A&M University dan Universitas Udayana.
25. Jacobs J. The 2009 Ecotrust Annual Report. Accessed from:
http://newsletters.ecotrust.org/ecotrust/ecotrust_052010.html [March 13,
2015].
26. Jopela, A. 2011. Traditional Custodianship: a useful framework for heritage
management in southern Africa? Special issue of Conservation and
Management of Archaeological Sites on “Archaeological site management in
sub-Saharan Africa”.
27. Frick, H dan FXB Suskiyanto. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis:
Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Yogyakarta:
Kasinius.
‘
28
LAMPIRAN
Tabel 2. Komposisi Luas RTHK Publik dan Privat Per Kecamatan di Kota
Denpasar1
30
pramitasuri.atmadja@gmail.com
+62878 6274 6000
RIWAYAT PENDIDIKAN
RIWAYAT ORGANISASI
18. Juara 1 Lomba Karya Tulis dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
19. Juara 1 Lomba Poster Ilmiah dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
20. Juara 2 Lomba Debat dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar Kelompok
Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun
2013.
21. Juara 1 Proposal Penelitian dalam Pelatihan Biostatistika dan Penelitian
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
22. Juara Umum I di SMA Negeri 1 Denpasar dalam rangka penilaian akhir
(peringkat paralel) SNMPTN Undangan tahun 2012.
23. Juara I kelas Akselerasi (Percepatan) SMA Negeri 1 Denpasar tahun
2010-2012, di setiap semester.
24. Juara I kelas Akselerasi (Percepatan) SMP Negeri 1 Denpasar tahun
2008-2010, di setiap semester.
25. Finalis Paper Competition (PACOM) antar SMA/SMK tingkat Nasional,
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, tahun 2011.
26. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah “Biology Competition” tingkat Regional
Bali-Nusa Tenggara, diselenggarakan oleh Fakultas MIPA Universitas
Udayana tahun 2011.
27. Juara I Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia antar SMA/SMK/MA se-
Bali di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja tahun 2011.
28. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah bidang IPA tingkat SMP,
diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali tahun 2009.
29. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP, diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Denpasar tahun 2009.
30. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP se-Jawa Bali dan Nusa
Tenggara, diselenggarakan oleh Kelompok Ilmiah Siswa SMA Negeri 1
Denpasar tahun 2009.
31. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP se-provinsi Bali,
diselenggarakan oleh Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 4 Denpasar
tahun 2009.
36
32. Juara I Siswa Ajeg Bali, diselenggarakan oleh Bali TV/Pers K. Nadha
tahun 2008.
33. Juara I Lomba Menggambar Wayang tingkat SD se-Kota Denpasar,
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Denpasar tahun 2007.
34. Juara I Siswa Berprestasi/Teladan SD Putri tingkat Provinsi Bali tahun
2007.
35. Peserta Lomba Melukis tingkat Nasional, dalam rangka memperingati
Hari Anak Nasional di Istana Kepresidenan Bogor, diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun
2007.
PUBLIKASI
1. Juri dalam Final Lomba Karya Tulis Ilmiah, acara puncak Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates FK UNUD tahun 2015.
37