Anda di halaman 1dari 39

PEMANFAATAN TANAMAN BUAH LOKAL BALI

SEBAGAI VEGETASI LAHAN TEPI DAN MEDIAN


JALAN DI KOTA DENPASAR

TIM PENELITI

Tjokorda istri pramitasuri (1202005002)


dr. I Gede Haryo Ganesha, S.Ked
Komang Leo Krishnahari (1202005076)
Luh Ayu Bangkitariyani (1202005025)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA


DENPASAR
2015
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya pembangunan Kota Denpasar sebagai ibukota sekaligus pusat
pemerintahan Provinsi Bali berimplikasi pada perkembangan kota yang sporadis
dan berdampak langsung pada pertumbuhan jumlah penduduk. Sejalan dengan hal
tersebut, aktivitas kehidupan masyarakat yang terus meningkat, sumber daya
lahan yang semakin terbatas, dan meningkatnya keperluan ruang untuk bermukim
secara akumulatif akan menimbulkan kawasan pemukiman padat dan akselerasi
pembangunan sehingga mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan, yang
berujung pada penurunan jumlah ruang terbuka hijau kota (RTHK).1
Berdasarkan peraturan daerah (Perda) Kota Denpasar nomor 27 tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar tahun 2011 –
2031, yang dimaksud dengan RTHK adalah ruang-ruang dalam kota dalam
bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan
yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, sarana kota, pengaman
jaringan prasarana, dan budidaya pertanian.2 Proporsi ruang terbuka hijau pada
satu ruang wilayah kota minimal 30% dari luas wilayah kota.3 Data Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Denpasar tahun 2015 menunjukkan bahwa
luas wilayah RTHK adalah 12.778 hektar atau 36,28% dari total luas wilayah
Kota Denpasar.1 Jumlah RTHK saat ini telah memenuhi syarat minimum, namun
meninjau dari pesatnya progresivitas pertumbuhan penduduk dan ketersediaan
RTHK yang stagnan, maka penurunan persentase RTHK akan terus terjadi.
Adanya penurunan luas wilayah RTHK telah mengakibatkan menurunnya
kualitas lingkungan perkotaan seperti banjir, tingginya polusi udara, dan
3

maraknya kemacetan yang berujung pada peningkatan stress.4 Dampak lanjutan


dari stress adalah menurunnya produktivitas dalam bekerja.5 Hal tersebut tentu
akan berdampak buruk pada aktivitas perekonomian dan roda pemerintahan kota.
Dalam hal ini, diperlukan pemikiran visioner tentang reorientasi pembangunan
kota dengan lebih mempertimbangkan faktor lingkungan.6
Meninjau bahwa ketersediaan RTHK dalam bentuk lahan sangat sulit untuk
ditingkatkan secara kuantitas, maka pemanfaatan jalur jalan menjadi solusi
penghijauan yang aplikatif. Padatnya lalu lintas dan mobilitas masyarakat yang
tinggi menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap tanaman peneduh yang
sekaligus dapat bersifat menunjang estetika lahan.1,7 Hal ini menunjukkan bahwa
penghijauan pada daerah tepi dan median jalan krusial untuk dilaksanakan.
Selama ini, vegetasi yang digunakan dalam penghijauan di Kota Denpasar
mayoritas adalah tanaman non-produktif. Kondisi tersebut serupa dengan daerah
lain, salah satunya dibuktikan dalam penelitian oleh Desianti (2011) tentang tata
hijau pada lanskap jalan MH Thamrin, kawasan Sentul City, Bogor, yang
didominasi oleh penanaman pohon pinus (Pinus merkusii), cemara Norfolk
(Araucaria heterophylla), palem-paleman, dan dadap merah (Erythrina
christagalli).7 Tanaman tersebut efektif sebagai peneduh dan agen perbaikan
kualitas udara, namun belum memiliki nilai ekonomis secara nyata, karena tidak
menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat. Kurangnya nilai ekonomis dari vegetasi penghijauan berdampak pada
kurangnya kepedulian masyarakat dalam memelihara dan menjaga keberadaan
tanaman penghijauan di tepi dan median jalan.
Penelitian tentang penghijauan tepi dan median di Jalan PB Sudirman, Denpasar
oleh Putri dkk (2013) merekomendasikan penggunaan tanaman Kelapa (Cocos
nucifera) sebagai penghijauan tepi dan median jalan karena dapat menyerap
massa karbondioksida lebih efektif bila dibandingkan dengan Glodokan Tiang
(Polythea longifolia) dan Kasia Emas (Cassia surattensis), yang notabene
merupakan tanaman non-produktif.8 Meninjau hasil penelitian sebelumnya dan
4

pertimbangan tata ruang, maka tanaman buah direkomendasikan sebagai jenis


tanaman produktif yang berpotensi sebagai penghijauan tepi dan median jalan.

Menilik dari manfaat yang ditawarkan dari penghijauan dan potensi dari tanaman
buah, alangkah lebih baiknya apabila tanaman buah yang dipilih adalah sumber
daya lokal Bali. Penggunaan tanaman lokal Bali untuk penghijauan Kota
Denpasar, selain bernilai ekonomis dan ekologis, juga berpotensi untuk
mendukung pelestarian budaya. Hal tersebut ditinjau dari karakteristik Kota
Denpasar yang notabene mencerminkan daerah Bali, yang masih menjaga
kearifan lokal berupa tradisi upakara atau upacara adat. Apabila tanaman buah
lokal Bali digunakan sebagai penghijauan tepi dan median jalan Kota Denpasar,
masyarakat dapat memanfaatkan hasil dari tanaman tersebut untuk membuat
sarana upakara yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
Dalam kaitannya dengan upaya penghijauan dengan memanfaatkan tanaman
buah, tentu tidak semua tanaman buah sesuai dan layak digunakan sebagai
vegetasi penghijauan di tepi dan median jalan. Maka, diperlukan suatu kajian
yang membahas mengenai perencanaan, aturan penanaman, dan pengelolaan
tanaman buah sebagai penghijauan pada daerah tepi dan median jalan, agar
kedepannya hasil yang didapat menjadi lebih optimal tanpa melupakan aspek
keamanan, ekologi, dan estetika.
Hingga saat ini, belum terdapat kajian mengenai potensi pemanfaatan tanaman
buah lokal Bali sebagai penghijauan pada tepi dan median jalan Kota Denpasar,
sehingga topik ini menjadi alternatif solusi permasalahan yang menarik untuk
dikaji. Penulis akan membahas perencanaan, analisis kesesuaian dan pemanfaatan
vegetasi, analisis manfaat, dan prospek dari pemanfaatan tanaman buah lokal Bali
untuk penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di Kota Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah perencanaan penghijauan pada daerah tepi dan median jalan
di Kota Denpasar?
5

1.2.2 Bagaimanakah analisis kesesuaian dan karakteristik tanaman buah lokal


bali sebagai penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di Kota
Denpasar?
1.2.3 Bagaimanakah analisis manfaat dan prospek dari pemanfaatan tanaman
buah lokal Bali untuk penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di
Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui perencanaan penghijauan pada daerah tepi dan median
jalan di Kota Denpasar.
1.3.2 Untuk mengetahui analisis kesesuaian dan karakteristik tanaman buah lokal
Bali sebagai penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di Kota
Denpasar.
1.3.3 Untuk mengetahui analisis manfaat dari pemanfaatan tanaman buah lokal
Bali untuk penghijauan pada daerah tepi dan median jalan di Kota
Denpasar.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Sebagai bahan rekomendasi kepada pemerintah terkait pemanfaatan
tanaman buah lokal Bali untuk penghijauan pada daerah tepi dan median
jalan di Kota Denpasar.
1.4.2 Memberikan informasi kepada masyarakat untuk semakin memahami
esensi dari pemanfaatan tanaman buah lokal Bali untuk penghijauan pada
daerah tepi dan median jalan di Kota Denpasar.

1.5 Metode Penulisan


Bentuk penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka, dengan mengambil
beberapa sumber dari literatur yang relevan dan disusun secara berhubungan
sesuai dengan pengangkatan topik yang akan dibahas.
6

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Karakteristik Wilayah Kota Denpasar

2.1.1 Letak Geografis

Kota Denpasar adalah ibukota sekaligus pusat pemerintahan Provinsi Bali yang
memiliki luas daratan 12.778 hektar. Secara geografis, Kota Denpasar berada
antara 08 35’ 31” – 08 44’ 49” Lintang Selatan dan 115 10’ 23” – 115 16’ 27”
Bujur Timur. Letak geografis setiap kecamatan di Kota Denpasar ditampilkan
pada Tabel 2.1.1

Tabel 2.1. Letak Geografis Kota Denpasar Per Kecamatan1

No Kecamatan Lintang Selatan Bujur Timur


1 Denpasar Selatan 08040’00”-08044”49” 115011’23”-115015’54”
2 Denpasar Timur 08035’31”-08040’36” 115012’29”-115016’27”
3 Denpasar Barat 08036’24”-08041’59” 115010’23”-115014’14”
4 Denpasar Utara 08035’31”-08044’49” 115012’09”-115014’39”

Sumber: Pemerintah Kota Denpasar

2.1.2 Pembagian Wilayah

Secara administrasi, Kota Denpasar terbagi menjadi empat wilayah kecamatan,


27 desa, dan 16 kelurahan yang terdiri atas wilayah kecamatan Denpasar Utara
yang terdiri atas delapan desa dan tiga kelurahan, Denpasar Timur yang terdiri
atas tujuh desa dan empat kelurahan, Denpasar Selatan yang terdiri atas empat
desa dan enam kelurahan, dan Denpasar Barat yang terdiri atas delapan desa dan
tiga kelurahan (Lampiran: Tabel 1).1
7

2.1.3 Batas Wilayah

Adapun batas-batas wilayah Kota Denpasar adalah sebagai berikut: sebelah utara
berbatasan dengan wilayah kecamatan Mengwi dan kecamatan Abiansemal,
Kabupaten Badung, sebelah timur berbatasan dengan selat Badung dan
kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sebelah selatan berbatasan dengan
selat Badung, teluk Benoa dan wilayah kecamatan Kuta, kabupaten Badung, dan
sebelah barat berbatasan dengan wilayah kecamatan Kuta dan kecamatan Kuta
Utara, kabupaten Badung (Lampiran: Gambar 1).1

2.1.4 Kependudukan

Data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk Provinsi Bali pada periode sensus terakhir (2000-2010) telah melebihi
angka nasional yang besarnya 1,49 persen per tahun pada periode yang sama.9
Berdasarkan survey kependudukan, data pemerintah Kota Denpasar tahun 2013
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Denpasar adalah 708.454 jiwa,
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Denpasar Tahun 2009– 2013.1
8

2.1.5 Klimatologi

Topografi dan iklim wilayah Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran,
dan secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75
m di atas permukaan laut, dataran pantai dengan kemiringan lahan berkisar 0-5%,
dan dapat mencapai 15%. Data pemerintah Kota Denpasar yang tercantum dalam
RKPD 2015 menunjukkan bahwa pada tahun 2013, temperatur berkisar antara
25,4ºC – 28,7ºC, dengan rata-rata 27,0ºC. Temperatur rata-rata terendah ditemui
pada bulan Agustus (25,4ºC) dan tertinggi pada bulan Februari (28,7ºC).
Kelembaban udara rata-rata tahun 2013 berkisar antara 74% dan 83 % dengan
rata-rata 76,8 %.1

2.1.6 Analisis Kesesuaian Lahan

Kelas kesesuaian lahan fisik masing-masing komoditas pada setiap unit


agroekologi dikelompokan berdasarkan kelas dan subkelas. Klasifikasi
kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), tidak sesuai (N).10 Berdasarkan satuan Land
Unit dan kriteria penentuan kesesuaian lahan, tingkat kesesuaian lahan untuk
tanaman pangan lahan kering yang mencakup tanaman jenis hortikultura (buah,
sayur, flora, dan tanaman hias) di wilayah Kota Denpasar masuk dalam kategori
S1 dan S2.1

2.2 Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

2.2.1 Definisi RTHK

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman


Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
mendefinisikan RTH sebagai area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tubuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.1,11 Perda Kota Denpasar
9

nomor 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Denpasar tahun 2011 – 2031, yang dimaksud dengan RTHK adalah ruang-ruang
dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang
didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat
tertentu, sarana kota, pengaman jaringan prasarana, dan budidaya pertanian.2

2.2.2 Fungsi RTHK

RTHK memiliki dua kategori fungsi, yaitu utama (intrinsik) dan tambahan
(ekstrinsik). Adapun fungsi utamanya bersifat ekologis, yang terdiri dari
fungsinya dalam memberi jaminan pengadaan RTHK menjadi bagian dari sistem
sirkulasi udara, pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara
alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air
hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air, dan tanah,
serta penahan angin. Fungsi tambahan dari RTHK terdiri dari fungsi sosial
budaya, ekonomi, dan estetika.11 Fungsi sosial budaya yang dimaksud adalah
penggambaran ekspresi budaya lokal, dan wadah atau objek pendidikan,
penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Fungsi ekonomi merujuk pada
pemanfaatan sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman buah, bunga,
daun, dan sayur, dan berpotensi menjadi bagian dari usaha pertanian,
perkebunan, maupun kehutanan.Fungsi estetika mencakup peningkatan
kenyamanan, memperindah lingkungan kota, dan pembentuk faktor keindahan
arsitektural.11

2.2.3 Tipologi RTHK

Secara fisik, RTHK dapat digolongkan menjadi RTHK alami, berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman nasional, serta RTHK non-alami atau binaan,
seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman, dan jalur hijau jalan.11 Apabila
ditinjau dari segi struktur ruang, RTHK dapat mengikuti pola ekologis
(mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti
10

hirarki dan struktur ruang perkotaan. Secara kepemilikan, RTHK dibedakan ke


dalam RTH publik dan privat.

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan


bahwa perencanaan tata ruang wilayah kota harus menyediakan rencana
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, baik publik maupun privat.12
RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, sedangkan RTH privat
adalah RTH milik institusi tertentu atau perseorangan yang pemanfaatannya
untuk kalangan terbatas, antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung
milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Dalam kaitannya dengan
penghijauan jalur jalan, status kepemilikan RTH pada area pulau, median, serta
jalur pejalan kaki dapat berupa publik atau privat.11,12

2.2.4 Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah


Terdapat tiga kriteria penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan.
Pertama, ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH
Privat. Kedua, proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Proporsi 30% yang
dimaksud merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.2 Ketiga, apabila luas RTH baik
publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih
besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut
dipertahankan keberadaannya.

2.2.5 Status RTHK di Kota Denpasar

RKPD Kota Denpasar tahun 2015 memuat tentang komposisi luas RTHK publik
dan privat per-kecamatan di Kota Denpasar (Lampiran: Tabel 2).1 Pada tahun
2014, luas RTHK publik di Kota Denpasar adalah 18,32%, sedangkan RTHK
11

privat sebesar 17,96%. Apabila dijumlahkan, total RTHK tahun 2014 di Kota
Denpasar adalah seluas 36,28% sehingga telah melewati target proporsi ideal
(≥30%), namun, apabila ditinjau dari jumlah per kategori, total RTHK publik di
Kota Denpasar masih perlu ditingkatkan karena jumlahnya < 20% (Lampiran:
Gambar 2).1

2.3 Tata Hijau di Tepi dan Median Jalan


Secara umum, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun
2004, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, dan/atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.13 Berdasarkan peruntukannya, jalan dibedakan
menjadi jalan umum dan jalan khusus, serta dikelompokkan menjadi beberapa
kelas yang tercantum pada UU RI No. 22 Tahun 2009.14

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang


Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan, vegetasi pada ruang bentang jalan dapat dikategorikan sebagai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Jalur Hijau Jalan.11 Selain fungsinya sebagai penyerap
polusi udara, vegetasi pada bentang jalan juga mempunyai fungsi lain yaitu
sebagai peneduh atau pelindung, peredam kebisingan, pemecah angin, pembatas
pandang, dan penahan silau lampu kendaraan.7,11

Jalur hijau jalan disediakan pada jalur tanaman tepi jalan, median, tikungan,
persimpangan, dan pulau jalan.11 Dalam kaitannya dengan optimalisasi
penghijauan untuk kota sekaligus pengupayaan adanya nilai tambah ekonomis,
konservasi, dan pelestarian budaya, tipe jalur jalan yang paling
direkomendasikan untuk dikaji adalah tepi dan median. Hasil kajian ini dapat
12

diaplikasikan sebagai proyek percontohan, untuk selanjutnya diterapkan pada


jenis jalur hijau jalan lainnya.7
Penanaman pada tepi jalan merupakan salah satu bentuk penyediaan jalur hijau
yang tidak hanya memiliki fungsi peneduh, namun juga efektif untuk mengurangi
polusi udara.7 Median merupakan jalur pemisah antara lajur jalan dan dapat
berbentuk taman maupun non-taman.11 Median jalan memiliki pola linear
mengikuti bentuk jalan.15
Penelitian Desianti (2011) tentang tata hijau pada lanskap jalan MH Thamrin,
kawasan Sentul City, Bogor, didominasi oleh penanaman pohon pinus (Pinus
merkusii), cemara Norfolk (Araucaria heterophylla), palem-paleman, dan dadap
merah (Erythrina christagalli). Tanaman tersebut efektif sebagai peneduh dan
agen perbaikan kualitas udara, namun belum memiliki nilai ekonomis secara
nyata.11 Hal tersebut kontras dengan keadaan di Singapura, yang telah mendesain
RTH secara sistematis dengan memanfaatkan tanaman produktif lokal daerahnya,
seperti kacang Hazelnut (Corylus avellana) dan Durian (Durio zibetinus).
Penggunaan nama jalan disesuaikan dengan vegetasi yang ditanam, sehingga
menjadi suatu ciri khas pada daerah tersebut.15
13

BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Perencanaan Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota
Denpasar

Materi tentang penghijauan jalan mengacu pada buku “Tata Cara Perencanaan Teknik
Lanskap Jalan No.033/TBM/1996”, yang merupakan salah satu konsep dasar
kebijakan yang belum ada pembaharuannya hingga tahun 2015, dihasilkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Dasar kebijakan lain
yang sesuai adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2012
tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan. Adapun hal-hal
yang akan dibahas dalam perencanaan penghijauan meliputi ketentuan penyesuaian
penanaman dengan persyaratan geometrik jalan menurut letak jalur tanaman di tepi
dan median jalan Kota Denpasar, lokasi penempatan tanaman, serta model
pengelolaan oleh pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat.

3.1.1 Ketentuan Penyesuaian Pemilihan Tanaman dengan Persyaratan Geometrik


Jalan di Tepi dan Median Jalan

Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi iklim habitat dan area
penanaman dengan memerhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman.
Adapun persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman penghijauan area jalan
antara lain: perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan,
batang/percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak mudah rontok/gugur.
Penentuan jenis tanaman pada tepi dan median jalan disesuaikan dengan
persyaratan, berkaitan dengan aspek keamanan dan fungsionalnya. Berikut
adalah persyaratan penempatan jenis tanaman pada area tepi (Tabel 3.1) dan
median jalan (Tabel 3.2).16
14

Tabel 3.1. Persyaratan Penempatan Tanaman pada Area Tepi Jalan16

No. Fungsi Persyaratan Contoh Bentuk


1 Peneduh -Ditempatkan pada jalur tanaman,
minimal 1,5 meter
-Percabangan 2 meter di atas tanah
-Bentuk percabangan tidak merunduk
-Bermassa daun padat
-Ditanam secara berbaris.
2 Penyerap -Terdiri dari pohon, perdu/semak
polusi udara -Memiliki ketahanan tinggi terhadap
pengaruh udara
-Jarak tanam rapat
-Bermassa daun padat.
3 Penyerap -Terdiri dari pohon, perdu/semak
kebisingan -Membentuk massa
-Bermassa daun rapat
-Berbagai bentuk tajuk.
4 Pemecah -Tanaman tinggi, perdu/semak
angin -Bermassa daun padat
-Ditanam berbaris atau membentuk
massa
-Jarak tanam rapat < 3 meter.
5 Pembatas -Tanaman tinggi, perdu/semak
pandang -Bermassa daun padat
-Ditanam berbaris atau membentuk
massa
-Jarak tanam rapat.
15

Tabel 3.2. Persyaratan Penempatan Tanaman pada Area Median Jalan16

No. Fungsi Persyaratan Contoh Bentuk


1 Penahan silau -Tanaman perdu/semak/pohon yang
lampu percabangannya tidak melebar ke
kendaraan tengah jalan
-Ditanam rapat
-Ketinggian 1,5 meter
-Bermassa daun padat.

3.1.2 Lokasi Penempatan Tanaman di Tepi dan Median Jalan Kota Denpasar

Berdasarkan aturan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, lokasi penempatan


tanaman di tepi dan median jalan disesuaikan dengan potongan melintang standar
tergantung pada klasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan. Wilayah Kota
Denpasar memiliki berbagai jenis dan fungsi jalan, maka dari itu perletakkannya
sebaiknya diatur kemudian berdasarkan analisis lapangan oleh Dinas Pekerjaan
Umum setempat. Pada bagian tepi jalan, jalur tanaman sebaiknya diletakkan di
tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan
kaki (trotoar).Pada bagian median, lebar jalur median yang dapat ditanami harus
memiliki lebar minimum 0,8 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4 – 6 meter.16

Gambar 3.1. Lokasi Penempatan Tanaman di Tepi dan Median Jalan.16


16

Lokasi penghijauan yang diprogramkan dilaksanakan di sepanjang jalan Kota


Denpasar. Adapun data panjang jalan di Kota Denpasar dari tahun 2009 – 2013
yang dikelompokkan berdasarkan jenis permukaan dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Panjang Jalan Kota Denpasar Keadaan Tahun 2009 s.d. 20131

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar, RPKD 2015

3.1.3 Model Pengelolaan oleh Stakeholder dan Masyarakat

Optimalisasi penghijauan akan dapat tercapai apabila terdapat suatu sistem


pengelolaan yang terpadu, mulai dari perencanaan awal hingga perawatan
tanaman. Menurut pasal 4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan
Jalan, perencanaan penanaman terkait dengan beberapa variabel.17 Variabel
kebijakan, latar belakang, tujuan, lokasi penanaman dan jenis tanaman telah
dibahas sebelumnya, sedangkan cara penanaman, cara pemeliharaan, peralatan
dan rencana biaya serta jadwal/waktu adalah variabel yang diatur kemudian oleh
stakeholder yang bersangkutan. Pemeliharaan dan pemanfaatan hasil dapat
dilakukan secara sukarela oleh masyarakat sekitar. Berikut merupakan rincian
kewajiban dari pihak-pihak terkait.

1. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Denpasar


- Merancang model-model arsitektur penghijauan tepi dan median jalan.
17

- Pengelola kebijakan, termasuk aturan pelaksanaan dan sanksi bagi pelanggar


ketentuan.
- Melakukan pengkajian kesesuaian penanaman dan karakteristik pohon buah
lokal yang akan digunakan.
2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar
- Merencanakan, melakukan penanaman, dan memelihara tanaman
penghijauan.
- Menetapkan kapling lokasi penanaman dan pembentukan kelompok
masyarakat untuk pengelolaannya, sehingga akan muncul kelompok pecinta
lingkungan di masyarakat.
- Mengadakan observasi rutin berkesinambungan.
- Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengelolaan tanaman
penghijauan jalur tepi dan median jalan.
- Melakukan pengkajian kesesuaian penanaman dan karakteristik pohon buah
lokal yang akan digunakan.
3. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Denpasar
- Penyediaan bibit tanaman buah lokal Bali.
- Melakukan pengkajian kesesuaian penanaman dan karakteristik pohon buah
lokal yang akan digunakan.
4. Masyarakat
- Merawat dan menjaga tanaman penghijauan.
- Dapat memanfaatkan hasilnya, dengan catatan tidak mengganggu ketertiban
umum dan tetap menjaga keasrian lingkungan.

3.2 Analisis Kesesuaian dan Karakteristik Tanaman Buah Lokal Bali sebagai
Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota Denpasar

Untuk memperoleh data yang akurat, penjajakan awal telah dilakukan oleh penulis
kepada Bapak Karyana, Staff Bagian Penanganan Hortukultura di Dinas Pertanian
dan Tanaman Pangan Provinsi Bali pada tanggal 14 Maret 2015. Selama ini, sangat
18

jarang terdapat penghijauan berbasis tanaman buah lokal Bali di area tepi dan median
jalan Kota Denpasar. Pada umumnya, masyarakat menanam tanaman buah di area
kepemilikan pribadi, seperti pekarangan rumah, sehingga sangat jarang terlihat
adanya pohon buah di sepanjang tepi jalan Kota Denpasar. Pada dasarnya, pihak
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Denpasar mendukung usulan
pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sebagai penghijauan area tepi dan median
jalan, namun terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, seperti kriteria pemilihan jenis
tanaman dan pengelolaan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu
bermanfaat seluas-luasnya untuk masyarakat. Untuk kedepannya, diperlukan kajian
mengenai kecocokan tanaman dengan kondisi tanah di setiap daerah di Kota
Denpasar, sehingga penanaman akan lebih terstruktur dan terencana.

Tanaman buah lokal Bali; seperti rambutan, manggis, duku, nangka, asam, lengkeng,
dan lain-lain merupakan tanaman buah tropis.18 Berdasarkan analisis kesesuaian
lahan, jenis tanaman tropis dapat tumbuh dengan baik di Kota Denpasar. Penulis akan
membahas dua contoh pohon buah tropis sebagai percontohan, yaitu Rambutan
(Nephelium lappaceum) dan Kelapa Gading (Cocos nucifera capitata).

Tanaman Rambutan (Nephellium lappaceum) merupakan tanaman yang berasal dari


famili Sapindaceae, tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 300-600 mdpl.
Tinggi tanaman berkisar antara 15-25 m, bercabang-cabang, dan daunnya berwarna
hijau dengan tipe menyirip. Buahnya berbentuk bulat lonjong, berwarna merah ketika
sudah ranum. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan
membentuk buah pada musim hujan, yaitu pada bulan November hingga Februari.19
Tanaman rambutan yang buahnya sudah berwarna merah akan terlihat lebih indah
secara estetika.

Tanaman yang ditanam pada median jalan, yaitu Kelapa Gading Bali (Cocos nucifera
capitata) memiliki ciri berupa pangkal batang ada bole, warna tangkai daun, tangkai
bunga dan kulit buah gading atau kuning kemerahan rata-rata berat 1.176 gram, daun
19

hijau kekuningan, jumlah buah yang dihasilkan sedikit (rata-rata 3 biji), distribusi
jarang sehingga sering digantikan Kelapa Genjah Gading yang dapat menghasilkan
buah lebih banyak hingga lebih dari 10 buah.20 Rancangan penanaman pada daerah
tepi dan median jalan adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1. Rancangan Penanaman Pohon Buah Lokal Bali di Tepi dan Median
Jalan. Sumber: Dokumen pribadi.

Gambar 3.2 Rancangan Penanaman Pohon Rambutan dan Kelapa Gading pada Tepi
dan Median Jalan. Sumber: dokumen pribadi.

3.3 Analisis Manfaat dan Prospek dari Pemanfaatan Tanaman Buah Lokal Bali
sebagai Penghijauan pada Daerah Tepi dan Median Jalan di Kota Denpasar

Penghijauan berbasis tanaman lokal adalah langkah konkrit dalam upaya


penyeimbangan kondisi alam di daerah perkotaan. Penggunaan tanaman buah lokal
sebagai penghijauan pernah dikemukakan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia,
Ir. H. Joko Widodo, pada saat beliau masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta
pada tahun 2013. Sebanyak 40.000 pohon buah yang terdiri dari mangga (Mangifera
indica), jambu biji (Psidium guajava), rambutan (Nephelium lappaceum), dan
tanaman buah tropis lainnya ditanam di pinggir jalan kota Jakarta sejak bulan
November 2013.21 Prospek jangka menengah dari penghijauan kota berbasis tanaman
buah lokal memiliki yang didapat adalah aspek visual atau dekorasi lahan kota,
sedangkan prospek jangka panjangnya dapat dilihat dari lima aspek utama; ekonomi,
estetika, ekologi, konservasi, dan edukasi.
20

Aspek pertama yaitu produktivitas, sangat berkaitan dengan ekonomi. Buah yang
dihasilkan dapat dipetik oleh masyarakat. Selain memiliki nilai tambah ekonomis
bagi individu, manfaatnya secara lebih luas adalah dapat mempopulerkan tanaman
buah lokal, sehingga berfungsi sebagai aset pariwisata tambahan bagi Kota Denpasar.
Potensi tersebut dapat dioptimalkan dengan cara menyesuaikan nama jalan dengan
varietas buah lokal yang ditanam di sepanjang jalur jalan tersebut. Contohnya, jalan
Rambutan ditanami dengan pohon Rambutan, jalan Nangka ditanami dengan pohon
Nangka, dan sebagainya, sehingga dapat memberikan suatu ciri khas pada setiap area
jalan di Kota Denpasar sekaligus menambah objek tujuan city tour dan memperluas
daerah kunjungan, sehingga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Prinsip tersebut juga telah diterapkan di Singapura dalam rangka mencapai visi
“Green City” pada akhir tahun 2011.15

Berdasarkan beberapa studi, tanaman buah lokal juga memiliki fungsi ekologis yang
baik dalam penyerapan zat polutan berbahaya, disamping fungsi primernya sebagai
peneduh. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) memiliki kemampuan mengabsorbsi
massa karbondioksida tertinggi (48,0344 mg/50 ml) bila dibandingkan dengan
Glodokan Tiang (Polythea longifolia) (32,8890 mg/50 ml) dan tanaman Kasia Emas
(Cassia surattensis) (25,0916 mg/50 ml) di jalur tepi serta median Jalan PB Sudirman
Denpasar.8 Tanaman kelapa yang notabene merupakan tanaman penghasil buah lokal
lebih direkomendasikan sebagai tanaman penghijauan tepi dan median jalan.

Studi lainnya tentang tanaman penghasil buah menunjukkan bahwa beberapa tanaman
buah berpotensi menyerap zat polutan berbahaya. Nangka (Artocarpus integra)
berpotensi menyerap NO2, dengan nilai daya serap yang tinggi (30,35 g/gram).
Tanaman duku (Lansium domesticum), Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), dan Kelapa
Gading (Cocos nucifera capitata) dapat menyerap NO2 dengan daya serap sedang,
secara berurutan yaitu 20,28; 17,81; dan 16,41 g/gram. Tanaman Kelapa (Cocos
nucifera), Durian (Durio zibetinus) Rambutan (Nephelium lappaceum), dan
21

Lengkeng (Nephelium longanum) dapat menyerap NO2 dengan daya serap rendah,
secara berurutan yaitu 14,48; 14,49; 12,44; dan 12,35 g/gram.22 Studi oleh
Duryatmo (2008) menunjukkan bahwa tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus)
mampu menyerap CO2 dengan tingkat daya serap sedang, yaitu 126,51
kilogram/pohon/tahun.23

Aspek lain yang berkaitan dengan pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sebagai
penghijauan di tepi dan median jalan adalah konservasi sekaligus pelestarian tanaman
lokal. Hal tersebut sesuai dengan prinsip filosofi kehidupan masyarakat Bali yang
dinamakan Tri Hita Karana (THK) yang berasal dari bahasa sansekerta, di mana Tri
berarti Tiga, Hita berarti Sejahtera, dan Karana berarti Penyebab.24 THK dapat
dimaknai sebagai tiga hubungan harmonis yang menyebabkan kebahagiaan yang
dalam hal ini adalah 1) hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan
(Parahyangan), 2) hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya
(Pawongan) dan 3) hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya
(Palemahan). Konsep THK juga sejalan dengan konsep reliable prosperity yang
terdiri dari tiga elemen yaitu Equity, Ecology dan Economy, yang mengklaim bahwa
secara bersama ketiga elemen tersebut dari kerangka visual dan konseptualnya dapat
digunakan oleh individu, bisnis, pemerintah dan organisasi nirlaba untuk
menumbuhkan benih inovasi serta inspirasi.25

Interaksi ketiga pilar THK dengan kaitannya terhadap penghijauan berbasis tanaman
buah lokal Bali, telah menumbuhkan nilai tambah baru, yaitu pelestarian budaya
dalam melestarikan biodiversitas hayati. Hal tersebut juga berkaitan langsung dengan
aspek edukatif, yang memungkinkan adanya ekplorasi tanaman buah lokal, baik yang
masih dapat sering ditemui dan yang sudah tergolong langka sebagai objek studi oleh
para akademisi maupun sekedar pengenalan kepada pelajar dan masyarakat umum.

Pemanfaatan tanaman buah lokal sebagai penghijauan di tepi dan median jalan sangat
cerah, dalam potensinya untuk mengurangi ketergantungan buah impor dan
22

meningkatkan kemandirian masyarakat. Buah yang dipetik juga dapat dimanfaatkan


dalam berbagai Upakara, yang merupakan bagian esensial dari kehidupan masyarakat
Bali pada umumnya. Menurut studi Kriswiyanti (2013), masalah yang sering dihadapi
oleh masyarakat Bali dalam hal pemenuhan kebutuhan Upakara, salah satunya adalah
sulit untuk mendapatkan berbagai macam kelapa dalam jumlah banyak, karena
keberadaannya jarang dalam satu populasi, sulit mengenali karena masing-masing
memiliki penciri pada karakter yang berbeda.20 Dengan demikian, penanaman pohon
lokal, contohnya Kelapa (Cocos nucifera) dapat meningkatkan ketersediaan bahan
Upakara; hal ini kembali berkaitan dengan pelestarian budaya. Kearifan tradisi yang
terkandung pada masing-masing budaya memang bersifat lokal, namun makna inti
dari produk budaya tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu konservasi
keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang bersifat universal.26 Nilai-nilai
lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal meliputi perlindungan,
pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan.24,26 Nilai tersebut berhubungan secara
langsung, saling terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan sosial suatu komunitas.
Semua kegiatan diterapkan untuk dilaksanakan semua anggota komunitas dan
ditujukan untuk kepentingan dan kebaikan bersama.27

Dengan demikian, model ini dapat digunakan sebagai proyek percontohan untuk
dapat diterapkan di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bali, sehingga dalam
jangka panjang Bali dapat mandiri dari keperluan pangan terutama di bidang buah-
buahan, dengan senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dan tanpa melupakan nilai
kearifan lokal sebagai identitas Bali di mata dunia.
23

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Adapun simpulan dari tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut.

4.1.1 Perencanaan penghijauan meliputi ketentuan penyesuaian penanaman dengan


persyaratan geometrik jalan menurut letak jalur tanaman di tepi dan median
jalan Kota Denpasar, lokasi penempatan tanaman, serta model pengelolaan
oleh pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat.

4.1.2 Pemanfaatan tanaman buah lokal Bali sesuai untuk digunakan sebagai
penghijauan area tepi dan median jalan, namun terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan, seperti kriteria pemilihan jenis tanaman dan pengelolaan yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu bermanfaat seluas-luasnya
untuk masyarakat.

4.1.3 Penghijauan berbasis tanaman lokal adalah langkah konkrit dalam upaya
penyeimbangan kondisi alam di daerah perkotaan. Prospek jangka menengah
dari penghijauan kota berbasis tanaman buah lokal memiliki yang didapat
adalah aspek visual atau dekorasi lahan kota, sedangkan prospek jangka
panjangnya dapat dilihat dari lima aspek utama; ekonomi, estetika, ekologi,
konservasi, dan edukasi.

4.2 Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut.

4.2.1 Kepada Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Denpasar diharapkan agar


terus mendukung upaya-upaya inovatif, evaluasi dan monitoring dalam
24

pelaksanaan upaya penghijauan berbasis tanaman buah lokal sehingga


semakin mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4.2.2 Kepada para akademisi, disarankan untuk melakukan kajian dan penelitian
lebih lanjut mengenai potensi pemanfaatan tanaman buah lokal sebagai
penghijauan di area tepi dan median jalan kota Denpasar.
4.2.3 Kepada masyarakat, disarankan untuk secara aktif menjaga kelestarian
lingkungan dan senantiasa mandiri dalam rangka mewujudkan kemandirian
dan kepribadian bangsa.
25

DAFTAR PUSTAKA

1. Pemerintah Kota Denpasar. 2015. Rencana Kerja Pembangunan Daerah


(RKPD) Kota Denpasar Tahun 2015. Denpasar.
2. Pemerintah Kota Denpasar. 2011. Peraturan Daerah Kota Denpasar nomor 27
tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar
tahun 2011 – 2031. Denpasar.
3. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.
4. Gulo B.F. (2008). Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kawasan Kota Medan. Skripsi Jenjang Sarjana pada Departemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan.
5. Neill, J. W. & Davis, K. 2009. Differences in work and family stress
experienced by mangers and hourly employees in the hotel industry.
Presented at: International CHRIE Conference-Refereed Track., 30: 1-8.
6. Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan
Kota. Bogor: IPB Press.
7. Desianti A. (2011). Evaluasi Fungsi Ekologis Jalur Hijau Jalan Kawasan
Sentul City, Bogor. Skripsi pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan.
8. Putri A.R., Lila K.A., Astawa I.N.G. Studi Tanaman Penghijauan Glodokan
Tiang (Polythea longifolia), Kasia Emas (Cassia surattensis), Kelapa (Cocos
nucifera) sebagai Penyerap Emisi Gas Karbondioksida di Jalan PB. Sudirman
Denpasar. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2013;2(2):108-115.
9. Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010
untuk Kota Denpasar. Denpasar: Badan Pusat Statistik.
10. Djufry F. dan Sosiawan H. Penyusunan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman
Jagung dan Rekomendasi Teknologi Aplikatif di Kabupaten Boven Digul
Papua. Seminar Nasional Serealia 2011:143-154.
26

11. Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta.
12. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Jakarta.
13. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
tahun 2004 tentang Jalan. Jakarta.
14. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta.
15. Mason TBJ. A Perspective on Landscape Planting Strategies in Singapore.
Singapore Institute of Landscape Architects.
16. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik
Lanskap Jalan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
17. Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum. 2012. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada
Sistem Jaringan Jalan. Jakarta.
18. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai
Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Departemen Penataan Pekerjaan Umum.
19. Hanum C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
20. Kriswiyanti E. Keanekaragaman Karakter Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera
L.) Yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padudusan Agung. Jurnal
Biologi 2013:XVII (1):15–19.
21. “Jokowi Akan Tanam 40.000 Pohon Buah Lokal Dipinggir Jalan, Warga
Boleh Memetiknya”. Lensa NTT. 7 November 2013. Diakses dari:
27

http://www.lensantt.com/jokowi-akan-tanam-40-000-pohon-buah-lokal-
dipinggir-jalan-warga-boleh-memetiknya. [14 Maret 2014].
22. Nizar Nasrullah, et al. Seleksi Tanaman Lanskap yang Berpotensi Tinggi
15
Menyerap Polutan Gas NO2 dengan Menggunakan Gas NO2 Bertanda N.
Bulletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001;4(1).
23. Duryatmo S. 2008. Jasa Pohon Sepanjang Hayat. Trubus Edisi Khusus HUT
ke-63 Republik Indonesia.
24. Utama IMS, Kohdrata N. 2011. Modul Pembelajaran Konservasi
Keanekaragaman Hayati dengan Kearifan Lokal. Kerjasama USAID-Texas
A&M University dan Universitas Udayana.
25. Jacobs J. The 2009 Ecotrust Annual Report. Accessed from:
http://newsletters.ecotrust.org/ecotrust/ecotrust_052010.html [March 13,
2015].
26. Jopela, A. 2011. Traditional Custodianship: a useful framework for heritage
management in southern Africa? Special issue of Conservation and
Management of Archaeological Sites on “Archaeological site management in
sub-Saharan Africa”.
27. Frick, H dan FXB Suskiyanto. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis:
Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Yogyakarta:
Kasinius.


28

LAMPIRAN

Tabel 1 Luas Wilayah Administrasi Kota Denpasar


29

Tabel 2. Komposisi Luas RTHK Publik dan Privat Per Kecamatan di Kota
Denpasar1
30

Gambar 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Denpasar


31

Gambar 2 Ruang Terbuka Hijau Kota Denpasar


32

TJOKORDA ISTRI PRAMITASURI

Denpasar, 6 Maret 1996


Jl. Padang Indah V No. 2, Padang Sambian Kelod
Denpasar, Bali
Indonesia

pramitasuri.atmadja@gmail.com
+62878 6274 6000

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD No. 5 Padang Sambian


SMP Negeri 1 Denpasar – Kelas Akselerasi 2002 – 2008
SMA Negeri 1 Denpasar – Kelas Akselerasi 2008 – 2010
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran 2010 – 2012
(English Class)
Universitas Udayana, Bali – Indonesia 2012 – sekarang

RIWAYAT ORGANISASI

1. Pimpinan Redaksi (Chief Editor) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran


Indonesia (JIMKI) – Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(ISMKI) tahun jabatan 2014-2015.
2. Kepala Divisi Penelitian dan Karya Tulis Kelompok Ilmiah Hippocrates FK
UNUD tahun jabatan 2014 – 2015.
3. Ketua Klub Karya Tulis Kelompok Ilmiah Hippocrates FK UNUD tahun
jabatan 2013-2014.
33

RIWAYAT PENELITIAN KOLABORATIF

1. Head of Student Associate Investigators dalam International Collaborative


Research Project antara University of Sydney, Eijkman Institute for
Molecular Biology, dan Universitas Udayana dengan topik “Revealing the
Connections of Human Gut Microbes, Diet, and Obesity in Bali” tahun
2015.
2. Student Associate Investigator dalam tim Penelitian Gizi Klinik kerjasama
FK UNUD dengan Danone Institute a.n. dr. I Wayan Weta, MS, SpGK;
Prof. DR. Ir. Ida Bagus Putra Manuaba, dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa,
M.Si dengan judul “Low Ratio N-6:N-3 PUFA Diet Supplementation
Increases IL-10, Decreases TNF-α, and Improves Fatty Liver Index in
Young Obese Females” , bulan Mei 2013 – Januari 2014.

PENGHARGAAN DAN PRESTASI

1. Best Oral Presentation in Epidemiology and Public Health in Indonesia


International (bio)Medical Students Congress, kategori Research Paper
and Poster Competition tingkat Internasional, diselenggarakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, tahun 2015.
2. Mahasiswa Berprestasi II Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2015.
3. 3rd Winner of Indonesia International (bio)Medical Students Congress,
kategori Literature Review Competition tingkat Internasional,
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
Jakarta, tahun 2013.
4. Active Participant (Poster Presentation) of Leiden International Medical
Students Conference (LIMSC) bidang ilmu “Innovation in Health Strategy
and Quality of Care”, konferensi mahasiswa kedokteran terbesar di dunia,
diselenggarakan oleh Leiden Universitair Medisch Centrum (LUMC),
Leiden – Belanda.
5. Poster Presentation in The 5th Science of Nutrition in Medicine and
Healthcare Conference, a world-class international meeting of medical,
nutritionist and scientific communities for latest research in nutritional,
genetic, and genomic science, diselenggarakan oleh The Australasian
34

College of Nutritional and Environmental Medicine (ACNEM), Melbourne


– Australia.
6. Juara III Lomba Penelitian Epidemiologi Bidang Kardiovaskular
“EPIDEMIC FKM UI” tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta, tahun 2015.
7. Juara III Poster Competition Pharmacy Festival Universitas Indonesia
tahun 2015.
8. 2nd Winner of Scientific Paper on “Scientific Project and Olympiad of
Sriwijaya, diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, Palembang – Sumatera Selatan, tahun 2013.
9. Penerima Anugerah Penghargaan Pengembangan Minat, Bakat,
Akademik dan Kompetensi Mahasiswa Universitas Udayana atas prestasi
di tingkat Internasional tahun 2013.
10. Juara I Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Bali Mandara – tingkat
Provinsi Bali, diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali tahun 2013.
11. Juara II Lomba Penelitian Epidemiologi Kesehatan “EPIDEMIC FKM UI”
tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta, tahun 2014.
12. Pemenang dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) DIKTI
bidang Penelitian, tahun anggaran 2014.
13. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah bidang Nutrisi dan Kesehatan
Masyarakat “Nutrition Expo” tingkat Nasional, diselenggarakan oleh
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta, tahun
2013.
14. Finalis the 1st Indonesian Youth Conference on Sustainable
Development tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, tahun 2015.
15. Finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Scientific Atmosphere 7
Tingkat Nasional, diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, tahun 2014.
16. Finalis Lomba Poster Ilmiah Scientific Atmosphere 6 Tingkat Nasional,
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, tahun
2013.
17. Peserta Terbaik 1 dalam Penyuntingan Artikel Ilmiah Mahasiswa,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2013.
35

18. Juara 1 Lomba Karya Tulis dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
19. Juara 1 Lomba Poster Ilmiah dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
20. Juara 2 Lomba Debat dalam rangkaian acara Pelatihan Dasar Kelompok
Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun
2013.
21. Juara 1 Proposal Penelitian dalam Pelatihan Biostatistika dan Penelitian
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2013.
22. Juara Umum I di SMA Negeri 1 Denpasar dalam rangka penilaian akhir
(peringkat paralel) SNMPTN Undangan tahun 2012.
23. Juara I kelas Akselerasi (Percepatan) SMA Negeri 1 Denpasar tahun
2010-2012, di setiap semester.
24. Juara I kelas Akselerasi (Percepatan) SMP Negeri 1 Denpasar tahun
2008-2010, di setiap semester.
25. Finalis Paper Competition (PACOM) antar SMA/SMK tingkat Nasional,
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, tahun 2011.
26. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah “Biology Competition” tingkat Regional
Bali-Nusa Tenggara, diselenggarakan oleh Fakultas MIPA Universitas
Udayana tahun 2011.
27. Juara I Lomba Cerdas Cermat Bahasa Indonesia antar SMA/SMK/MA se-
Bali di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja tahun 2011.
28. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah bidang IPA tingkat SMP,
diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali tahun 2009.
29. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP, diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Denpasar tahun 2009.
30. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP se-Jawa Bali dan Nusa
Tenggara, diselenggarakan oleh Kelompok Ilmiah Siswa SMA Negeri 1
Denpasar tahun 2009.
31. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat SMP se-provinsi Bali,
diselenggarakan oleh Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 4 Denpasar
tahun 2009.
36

32. Juara I Siswa Ajeg Bali, diselenggarakan oleh Bali TV/Pers K. Nadha
tahun 2008.
33. Juara I Lomba Menggambar Wayang tingkat SD se-Kota Denpasar,
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Denpasar tahun 2007.
34. Juara I Siswa Berprestasi/Teladan SD Putri tingkat Provinsi Bali tahun
2007.
35. Peserta Lomba Melukis tingkat Nasional, dalam rangka memperingati
Hari Anak Nasional di Istana Kepresidenan Bogor, diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun
2007.

PUBLIKASI

1. Pramitasuri TI. Curcumin as A Novel Natural Apoptotic Agent in Triple


Negative Breast Cancer. Indonesia International (bio)Medical Student’s
Congress [Oral Presentation]: Journal of Asian Medical Students
Association (J-AMSA), Vol. 2(0)2, 2013. (ISSN 2226:3403).
2. Pramitasuri TI. Potensi Imunomicelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH
Spesifik VCAM-1 Berbasis Senyawa Capsaicin sebagai Modalitas
Mutakhir dalam Penatalaksanaan Aterosklerosis. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Vol 2 No. 2, halaman 61-84,
tahun 2014.
3. Pramitasuri TI. Editorial: “Sosialisasi 4 Pilar Gizi Seimbang: Wujudkan
Edukasi yang Komprehensif dengan Konsultasi Gizi Rutin Terpadu” pada
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Vol 2 No 2,
halaman 1-5, tahun 2014.
4. Tjokorda Istri Pramitasuri. Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa: “Karya Pilihan
Satu: Pelatihan Basic Life Support dan Optimalisasi Puskesmas sebagai
Lini Pertama Manajemen Kegawatdaruratan Medis dalam Mendukung
Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara”, pada Buku “Bali Mandara
Menuju The Great Bali”, halaman 1-34. Biro Humas Sekretariat Daerah
Provinsi Bali, Oktober 2013.

PENGALAMAN MENJADI JURI DALAM KOMPETISI ILMIAH

1. Juri dalam Final Lomba Karya Tulis Ilmiah, acara puncak Pelatihan Dasar
Kelompok Ilmiah Hippocrates FK UNUD tahun 2015.
37

2. Juri dalam Final Lomba Poster Ilmiah, Pra-Pelatihan Dasar KIH FK


UNUD tahun 2014.
3. Juri dalam Penyisihan Debat, Pra-Pelatihan Dasar KIH FK UNUD tahun
2014.
4. Juri dalam Penyisihan Debat, Pra-Pelatihan Dasar KIH FK UNUD tahun
2013.

PENGALAMAN MENJADI PEMBICARA REGIONAL

1. Pembicara dalam Pelatihan Khusus Kelompok Ilmiah Aesculapius


Universitas Warmadewa tahun 2015.

PENELITIAN YANG PERNAH DIBUAT

1. Riwayat Diabetes Melitus sebagai Prediktor Kejadian Kardiovaskular


Mayor pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA) di RSUP Sanglah
Denpasar, Bali
2. Association between USG Fatty Liver, Obesity Status, and
Anthropometric Measurements with Serum Triglyceride (TG) and
Gamma-Glutamyl Transferase (GGT) Levels among Young Obese
Women in Bali Province, Indonesia (2015).
3. Correlation between Waist Circumference (WC), Waist-to-Hip Ratio
(WHR), and Body Mass Index (BMI) with Serum Gamma-
Glutamyltransferase (GGT) in Young Overweight and Obese Women
(2015).
4. Waist-To-Hip Ratio (WHR) Has A Better Correlation with Serum
Triglyceride (TG) and Gamma-Glutamyl Transferase (GGT) than Body
Mass Index (BMI) in Young Obese Women (2015)
5. Relationship of Body Mass Index, Waist Circumference, and Waist to Hip-
Ratio of Young Pre-Obese and Obese Women toward Liver Steatosis
Level using Ultrasonography in Denpasar, Bali (2015).
6. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian: Pemanfaatan Chitosan
dari Limbah Kulit Udang Windu sebagai Inhibitor Pertumbuhan Candida
albicans Penyebab Vulvovaginal Kandidiasis (2014).
38

7. Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) dengan Fungsi


Kognitif dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali (2013).
8. Pengaruh Pemberian Senyawa Nobiletin dalam Kulit Jeruk Keprok (Citrus
reticulata) terhadap Resistensi Insulin pada Tikus dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 (2012).
9. Efektivitas Elodea densa untuk Mereduksi Kandungan Logam Timbal
dalam Sistem Perairan (2011).

KARYA TULIS TINJAUAN PUSTAKA YANG PERNAH DIBUAT

1. Curcumin as A Novel Natural Apoptotic Agent in Triple Negative Breast


Cancer (2013).
2. Potensi Nanomicelles Quaternized Chitosan Berbasis Agonis G-Protein
Coupled Receptor 120 (NQC-GPR120) dalam Memodulasi Fungsi Sel L,
Adiposit, dan Makrofag sebagai Modalitas Terapi Mutakhir Diabetes
Melitus Tipe 2 (2014).
3. Manajemen Relawan Siaga Bencana Berbasis Community Resilience
sebagai Upaya Komprehensif Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Banjir di Indonesia (2014).
4. Pelatihan Basic Life Support dan Optimalisasi Puskesmas sebagai Lini
Pertama Manajemen Kegawatdaruratan Medis dalam Mendukung
Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (2013).
5. Potensi Nanopartikel Micelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH Spesifik
VCAM-1 Berbasis Senyawa Capsaicin sebagai Modalitas Mutakhir dalam
Penatalaksanaan Aterosklerosis (2013).
6. Konsultasi Gizi Rutin Terpadu Berbasis Transtheoretical Model dan
Pemilihan Nutrition Ambassador sebagai Upaya Komprehensif Sosialisasi
Gizi Seimbang di Indonesia (2013).
39

Anda mungkin juga menyukai